PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
PENDEKATAN METODE GIS TERHADAP OPTIMASI SUMBERDAYA SISA BATUBARA DAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PADA PERUSAHAAN BATUBARA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS PADA PT BIB) Mohamad Anis1,2*, Arifudin Idrus2, Hendra Amijaya2
1
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi and Sumber Daya Mineral, Republik Indonesia, Jakarta, 12870, Indonesia 2 Deparmen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281 , Indonesia *corresponding author:
[email protected]
ABSTRAK Batubara merupakan sumberdaya energi tak terbarukan yang telah menjadi sumber energi utama dan paling penting di dunia. Sumberdaya batubara memainkan peran strategis dalam pembangunan ekonomi dan sosial di berbagai negara industri. Dalam beberapa kasus, kegiatan pertambangan sering terjadi serangkaian masalah lingkungan dan sosial ekonomi pada masyarakat di daerah sekitar areal pertambangan. Hal ini telah menjadi hambatan bagi pembangunan berkelanjutan dan juga bahaya tersembunyi yang utama terhadap keamanan ekologi lokal. Oleh karenanya, industri pertambangan batubara harus memainkan peranan penting dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. Sumberdaya sisa batubara yang didefinisikan sebagai kondisi terakhir sisa sumberdaya dan cadangan batubara ketika perusahaan batubara ini sudah selesai umur tambangnya atau habis masa kontrak perizinannya (sesuai izin Pemerintah). Untuk analisis tersebut digunakan metode knowledge-driven berbasis metode GIS (Geographic Information System), faktor pembobotan peta-peta/data spasial akan diintegrasikan melalui operasi penampalan data spasial (Overlaying Operations) dan dengan metode AHP untuk optimasi potensi sumberdaya sisa batubara dan penentuan optimasi pemanfaatan/ kesesuaian lahan paska tambang. Salah satu perusahaan PKP2B (Perjanjian Karya Perusahaan Pertambangan Batubara) di Provinsi Kalimantan Selatan adalah PT Borneo Indobara (PT BIB) menjadi obyek lokasi penelitian dan sudah pada tahap operasi produksi sesuai jangka waktu umur tambang. Hasil analisis perusahaan ini, secara geologi di dominasi oleh formasi pembawa batubara (Coal Bearing Formation) yang memungkinkan terdapatnya potensi sumberdaya sisa batubara setelah umur tambang. Hasil berikutnya menunjukan bahwa perkebunan tanaman kelapa sawit menjadi optimasi pemanfaatan dan kesesuaian lahan PT BIB.
I.
terhadap keamanan ekologi lokal dan regional (Raymond dan James, 1977; Wang dan Zhang, 2008; Liu et al., 2012; Zhang et al., 2013). Oleh karena itu, industri pertam-bangan batubara harus memainkan peranan penting dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan.
PENDAHULUAN Batubara merupakan sumberdaya energi tak terbarukan yang telah menjadi sumber energi utama dan paling penting di dunia. Sumberdaya batubara memainkan peran strategis dalam pembangunan ekonomi dan sosial di berbagai negara industri (Raymond dan James, 1977; Wang dan Zhang, 2008; Liu et al., 2012). Dalam beberapa kasus, kegiatan pertambangan dan pemanfaatan sumberdaya batubara banyak terjadi serangkaian masalah lingkungan terhadap ekologi dan sosial ekonomi pada masyarakat di daerah sekitar areal pertam-bangan. Hal ini telah menjadi hambatan bagi pembangunan berkelanjutan dan juga bahaya tersembunyi yang utama
Sumberdaya sisa batubara dapat didefinisi-kan sebagai sisa sumberdaya (utamanya terukur) maupun sisa cadangan batubara hasil kegiatan penambangan (Westman, 1999; Watson, 2002; Rohrbacher et al., 2009). Kemudian sumberdaya yang didefinisikan sebagai kondisi terakhir sisa sumberdaya (utamanya terukur) dan cadangan batubara ketika perusahaan batubara ini sudah selesai habis masa kontrak perizinannya yang diberikan oleh Pemerintah. 255
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Kontribusi sumberdaya batu-bara utamanya sumberdaya (kategori terukur dan terunjuk) sisa batubara akan dievaluasi ulang dengan parameter yang lebih kompleks pengaruhnya terhadap keberlanjutan usaha pertambangan maupun pembangunan yang berkelanjutan dengan merujuk kepada parameter yang dianjurkan dari penelitian terdahulu. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh sumberdaya sisa terhadap kelayakan ataupun tidak layaknya kelangsungan pengelolaan usaha pertambangan batubara dengan faktor yang lebih dinamis dan kompleks dalam rangka pertambangan berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan. Faktor tersebut antara lain kondisi geologi, teknologi pertambangan, penggunaan lahan, kelestarian lingkungan kebijakan dan peraturan pemerintah, sosial ekonomi (masyarakat sekitar tambang), sampai dengan pencapaian keberlanjutan setelah paska tambang. Selanjutnya akan menghasilkan suatu pemodelan yang dinamis juga akan menganalisis proyeksi kelangsungan pengelolaan optimasi sumberdaya batubara sisa.
menjadi dua kelompok utama: knowledgedriven dan data-driven. Metode ini juga dimungkinkan teknik menggabungkan beberapa fitur dari keduanya (Gambar 1.). Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) telah banyak digunakan di seluruh dunia untuk membantu dalam situasi pengambilan keputusan. Metode AHP membantu pengambil keputusan dalam mencari keputusan yang paling sesuai dengan tujuan penelitian dan pemahaman terhadap permasalahan (Isnain and Juhari, 2013). Ini menyediakan kerangka kerja yang komprehensif dan rasional untuk penataan masalah untuk mewakili dan mengukur hal-hal yang berkaitan dengan tujuan keseluruhan, dan memberikan solusi alternatif untuk masalah ini. AHP diperkenalkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1980 dengan menggunakan metode matematika dan psikologi. Sejak itu metode ini berkembang dan ditingkatkan dari waktu ke waktu.
II.
KONDISI GEOLOGI REGIONAL
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Darlan et al., (1999) dan Rita (2005) mengutarakan bahwa geologi regional daerah penyelidikan sebagian besar termasuk ke dalam sub cekungan Barito dan sub Cekungan Asamasam (bagian dalam Cekungan Kutai). Sebaran Cekungan Kutai membentang di sepanjang timur tepian benua (continental margin) Kalimantan. Di bagian barat Cekungan Kutai dibatasi oleh Tinggian Kucing (Kucing High) dan Paparan Sunda (Sunda Shield), dan dipisahkan dari cekungan Tarakan oleh Pematang Mangkalihat (Mangkalihat Ridge).
Schmitt 2010, menguraikan bahwa telah ada perkembangan dan perbaikan dalam pemberdayaan dan perangkat lunak komputasi. Teknik pemodelan matematika telah dikembangkan untuk menjawab pertanyaan tentang memprediksi suatu lokasi kejadian atau tempat yang menarik (endapan bijih misalnya, gerakan tanah ). Setiap teknik dapat dianggap sebagai fungsi yang menggabungkan berbagai “peta prediktor“ untuk menghasilkan peta prospek (peta prospek : f/peta prediktor) (BonhamCarter 1994). Metoda tersebut dapat dilihat sebagai umumnya sepatutnya menjadi salah satu dari dua kategori yang dikategorikan Sedangkan sebaran Cekungan Barito meliputi sebelah Barat - Utara Pegunungan Meratus sampai pada Provinsi Kalimantan Tengah.
Fisiografis Berdasarkan sumber Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Selatan (2008) dan Darlan et al., (1999) menggambarkan bahwa sebagian 256
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai ketinggian kurang dari 100 meter di atas permukaan laut (dpl). Kemiringan lahan di wilayah ini dikelompokkan dalam kelas datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Areal yang datar (0 - 8 %) meliputi areal seluas 9.154,27 Km2 atau 24,39%,. Daerah landai (8 - 15 %) meliputi areal seluas ± 6.462,50 Km2 atau 17,22%. Daerah agak curam (15 25%) meliputi areal seluas ± 17.424,72 Km2 atau ± 46.43%. Daerah curam (25 - 40%) meliputi areal seluas ± 881,53 Km2 atau 2,35 %. Daerah sangat curam (> 40 %) meliputi areal seluas ± 3.607,50 Km2 atau 9,61%.
Kalimantan Selatan ditunjukan pada gambar berikut ini. Beberapa penelitian terdahulu (diolah dari dokumen Studi Kelayakan PKP2B, lihat gambar 2) menjelaskan urutan sedimentologi dan lingkungan pengendapan. Pengendapan batuan sedimen dimulai pada Kala Eosen secara tidak selaras menindih alas batuan Cekungan Kutai dan Cekungan Barito berumur Pra-Tersier. Batuan sedimen yang tertua pada cekungan ini adalah batuan dari Formasi Tanjung. Secara lebih detail ditunjukan pada kolom stratigrafi pada Gambar 4.
III.
Tektonik
SAMPEL DAN PENELITIAN
METODE
Ada beberapa perusahaan pertambangan batubara/PKP2B yang masih aktif berada di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sekitar 14 perusahaan, tetapi yang menjadi objek pada penelitian ini adalah PKP2B PT Borneo Indobara. Secara administratif wilayah perjanjian kerja PT. BORNEO INDOBARA Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. (Gambar 3). Luas wilayah perjanjian kerja PT. Borneo Indobara adalah 24.100 Hektar, dengan Kode Wilayah (KW) 99 PB0 339.
Penelitian terdahulu diantaranya Hutchison, 1991 (dalam Satyana, 2010) dan Darlan et al. (1999) Indikasi struktur geologi didaerah pesisir Tanah Laut dan Kotabaru sedikit sekali tersingkap kepermukaan. Indikasi struktur perlipatan yang secara umum mempunyai pola arah sumbu lipatan barat daya-timur laut dapat dijumpai dengan tersingkapnya endapan tua seperti Formasi Tanjung di lokasi Batulicin. Selain itu kemiringan lapisan batuan juga menunjukkan adanya struktur lipatan dan sesar. Struktur geologi lainnya yang tersingkap di sekitar Batulicin berupa lipatan seret (drag-fold). Struktur ini adalah sebagai indikasi adanya struktur lipatan dan sesar naik (Gambar 3.).
Pemodelan Metoda GIS Kegiatan pemodelan prospektif mineral maupun batubara berusaha untuk menggambarkan daerah yang mungkin menjadi tempat sumber utama pada zona terbentuknya endapan. Hal ini dicapai melalui proses mendefinisikan kriteria pembuktian, membuat peta kriteria pembuktian ini ("peta prediktor") dan pembobotan dengan menggabungkan peta ini untuk menghasilkan peta prospektivitas akhir. Dari Interpretasi peta prospek ini dapat digunakan untuk menghasilkan target/ sasaran tempat untuk dilakukan kegiatan eksplorasi (Bonham-Carter, 1994 dan Harris, 2006).
Stratigrafi Daerah penelitian telah dipetakan oleh penyelidik sebelumnya yang termasuk pada Peta Geologi Lembar Banjarmasin, sekala 1:250.000 (Sikumbang et al., 1994) dan Peta Geologi Lembar Kotabaru, sekala 1:250.000 (Rustandi et al., 1995). Secara regional daerah penelitian termasuk bagian dari Cekungan Kutai dan Cekungan Barito. Gambaran geologi regional Provinsi
257
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Metoda AHP
CI adalah Consistency Index / indeks konsistensi
Penelitian ini akan menggunakan salah satu dari pendekatan metode knowledge-driven berbasis metode GIS (Geographic Information System) yaitu AHP atau Analytic Hierarchy Process. AHP merupakan salah satu alat bantu, proses dalam pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada tahun 1980. Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut Saaty, yaitu: Decompositiot, Comparative Judgement, dan Logical Concistency. Penggunaan AHP umum dilakukan oleh institusi pemerintahan atau swasta yang berkaitan dengan kebijakan atau perumusan strategi prioritas. Tiga Tahapan Utama Analisis AHP (Lotfi et. al., 2009 )
(i)
CR = CI / RI Dimana RI
Nilai indeks acak diperkenalkan oleh Thomas Saaty (1980). Nilai indeks acak (RI) ditunjukkan pada Tabel 2 untuk n = 4 Pendekatan Optimasi GIS Pendekatan metode GIS Modelling juga memungkinkan diketahui area yang terbebas dari kegiatan non tambang (misalnya penggunaan lahan pemukiman, Jalan raya, jaringan pipa migas, sungai besar dan lahan lainnya). Hasil analisis tersebut dapat diketahui luasan area potensial yang benar-benar bebas dan bersih dari kegiatan permukaan, sehingga nantinya akan diketahui areal optimasi untuk kegiatan pertambangan yang berkelanjutan.
2. Menghitung bobot relatif dan prioritas untuk masing-masing elemen pada hierarki, dan 3. Menghitung rasio konsistensi untuk menilai konsistensi penilaian.
Hal yang sama juga dapat diketahui dengan pendekatan overlaying peta terkait optimasi pemanfaatan lahan. Tentunya harus terlebih dahulu ditetapkan kriteria awal untuk optimasi kesesuaian lahan. Penelitian ini menggunakan panduan UU no. 26 tahun 2007 tentang Perencanaan Tata Ruang Kabupaten. Optimasi kesesuaian lahan/ pemanfaatan lahan pada penelitian ini diarahkan untuk penggunaan lahan perkebunan/pertanian dan area konservasi, sedangkan penentuan kriterianya optimasi pengunaan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Penerapan penentuan analisis konsistensi (Consistency analysis) dilakukan setelah dibuatkan rangking urutan tiap kriteria. Dalam hal memastikan ketepatan penilaian (pembobotan urutan tiap kriteria yang digunakan dalam penentuan Eigen Value) diperlukan suatu persamaan pemodelan yang konsisten, analisis konsistensi dilakukan dengan menggunakan dua langkah utama berikut; Menghitung Consistency Index (CI):
CI =
adalah indeks random (random index)
CR adalah rasio konsistensi/Consistency Ratio
1. Mengembangkan matriks perbandingan pada masing-masing peringkat hierarki,
(i)
Consistency Ratio (CR) calculation:
λ max - n n– 1
Dimana
IV.
λmax adalah nilai maksimum rata-rata yang meliputi semua parameter/nilai eigen terbesar dari matriks berordo n,
DATA DAN ANALISIS
Data Penelitian ini perlu menampilkan beberapa parameter data awal yang dapat diterapkan pemodelan optimasi sumberdaya sisa
n adalah jumlah karakter/parameter yang digunakan (yaitu n = 4) 258
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA batubara dari perusahaan pertambangan batubara/PKP2B di Provinsi Kalimantan Selatan. Beberapa data tersebut meliputi kondisi terkini luasan konsesi PKP2B, blok penambangan aktif, sumberdaya layak
penelitian memberikan format data yang baku atau seragam. Pada penelitian ini akan dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu:
Kriteria
FB
JS
KL
KT
FB JS KL KT
1 0,5 0,33 0,25 2,08
2 1 1 0,5 4,50
3 1 1 1 6,0
4 2 1 1 8
Total
1. Analisis areal potensial alokasi sebaran batubara sisa pada objek penelitian konsesi PKP2B; 2. Alokasi optimasi sumberdaya batubara pada areal potensi;
3. Analisis kesesuaian lahan untuk optimasi pemanfaatan lahan.
tambang, cadangan, produksi ROM (penambangan), produksi pengolahan dan proyeksi sampai akhir umum tambang (mining lifetime) serta masa izin usaha pertambangan yang berlaku. Sedangkan untuk penyampaian data utama lainnya akan disajikan terkait dengan penerapan model optimasi tiap variabel penelitian.
Pemodelan dengan pendekatan metode GIS, perangkat lunak Arc GIS 10,2 digunakan untuk melakukan proses analisis AHP. Penentuan atribut analisis, berupa klasifikasi poligon dan pembobotan penilaian dilakukan untuk menghasilkan peta tematik curah hujan, litologi (formasi batuan), jarak dari Struktur geologi (sesar), kemiringan lereng dan kemajuan tambang.
Data sekunder yang diambil dari PKP2B (perusahaan batubara) yang merupakan obyek penelitian dan instansi terkait (dari tingkat Pemerintah Pusat maupun Daerah/Prov. Kabupaten/Kota), yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan. Pengambilan data dari instansi pemerintah terkait tidak hanya yang berada di lokasi penelitian tetapi juga instansi pemerintah yang dapat menunjang data penelitian. Data sekunder yang didapatkan dari objek penelitian dan instansi tersebut dapat berwujud peta maupun tabel-tabel terkait penelitian yang diusahakan merupakan data terkini atau rangkaian data 5 (lima) tahun Total
sisa
Diketahui dari kajian referensi dan analisis di objek penelitian bahwa urutan/rangking variabel yang berpengaruh adalah sebagai berikut (Gambar 3 -6): 1. Formasi batuan (FB); 2. Jarak dari struktur geologi/sesar(JS); 3. Kemiringan lereng (KL); 4. Kemajuan tambang (KT). Langkah selanjutnya mengembangkan matriks perbandingan pada masing-masing peringkat hierarki Eigen Value
Kriteria
FB
JS
KL
KT
FB
0,48
0,44
0,50
0,50
1,92
0,48
JS
0,24
0,22
0,167
0,25
0,88
0,22
KL
0,16
0,22
0,167
0,13
0,67
0,17
KT Total
0,12
0,11
0,167
0,13
0,52
0,13
1
1
1
1
4
1
terakhir. Kesulitan penyediaan/ pengambilan data adalah tidak semua obyek penelitian dan instansi terkait
Tabel 3. Matriks Pair-Wise Fitur Individu Peta Tematik Zona Potensi Batubara Setelah langkah diatas kemudian menghitung bobot relatif dan prioritas untuk masing-masing elemen pada hierarki. Tabel 4. Matriks Normal yang diperoleh dari hasil Matriks Pair-Wise Setelah matriks normal diperoleh makan akan didapatkan bobot tiap kriteria (Eigen
259
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Value) yang nantinya akan digunakan untuk menghitung potensi batubara, dengan persamaan berikut PSB=(FB*0,48)+(JS*0,22)+(KL*0,17)+(KT*0,13) PSB= 1,023 + 0,989 + 1,318 + 1,758 = 5,067 λmax = 4,047
CI = 0,016 CR = 0,018
Nilai CR didapatkan dari CI/RI (RI didapatkan dari tabel 2/nilai random indeks dengan n=4) Jadi karena nilai CR dibawah/kurang dari 0,1 yaitu 0,018, menunjukkan bahwa nilai CR tersebut konsisten dan dapat diterima.
V.
DISKUSI
Hasil yang ditunjukan dari beberapa analisis telah menggabarkan bahwa potensi sumberdaya sisa batubara di PT BIB masih cukup besar. Jika dilihat dari umur tambang yang masih 22 tahun maka dengan kapasitas produksi sesuai dokumen Studi Kelayakan dan Amdal yang disetujui sebesar 13 ribu ton batubara maka masih punya peluang untuk sustainable mining (pertambangan yang berkelanjutan) tetapi tentunya tergantung permintaan pasar dan harga yang menguntungkan/ekonomis. Berdasarkan dengan analisis pemodelan GIS untuk optimasi kesesuaian lahan (juga berdasarkan kriteria arahan dari UU No. 26/2007) penelitian ini mengusulkan bahwa jika selesai paska tambang PT BIB diharapkan untuk mengembalikan pada fungsi semula yaitu areal perkebunan
kelapa sawit (Gambar 8). Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan mendorong tingkat perekonomian di Kabupaten Tanah Bumbu yang memang telah tersedia pabrik pengolahanan Kelapa sawit.
VI.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari beberapa analisis yang telah dilakukan, PT BIB mempunyai area potensial sumberdaya sisa batubara yang cukup luas yaitu sekitar 96 % (23.243,23 ha, Gb. 7) sehingga untuk pencapaian sustainable mining setelah lifetime tambang masih memungkinkan. Area potensial umumnya pada formasi Warukin, Dahor, Tanjung dan Aluvial. Lahan infrastruktur belum merupakan area pengganggu. Berdasarkan kriteria lahan dari referensi terkait, eksisting peruntukan lahan di area dan sekitar pertambangan, maka optimasi lahan yang dianjurkan (sesuai tujuan sustainable development) adalah kawasan perkebunan kelapa sawit dan sedikit area konservasi di utara konsesi PKP2B PT BIB.
VII.
ACKNOWLEDGEMENT
Ucapan terimakasih kepada pihak PKP2B PT BIB yang telah memberikan data yang diperlukan selama penelitian ini, juga ditujukan kepada pihak-pihak yang membantu (terutama penyediaan data dan pembuatan database) dari pihak instansi pemerintah (Ditjen Minerba) maupun pribadi.
DAFTAR PUSTAKA Agterberg, F.P., Bonham-Carter, G.F., Wright, D.F., 1990. Statistical pattern integration for mineral exploration. In: Gaal, Gabor, Merriam, Daniel F. (Eds.), Computer Application sin Resource Estimation Prediction and Assessment for Metals and Petroleum. Pergamon Press, Oxford. Australasian Code, 2004 (revised 2009), The Joint Ore Reserves Committee of (JORC), The Australasian Institute of Mining and Metallurgy, Australian Institute of Geoscientists and Minerals Councilon of Australia. Barbara, R. B., 2008., Some problems of sustainable management of mineral resources in Poland, Estonian. Journal of Earth Sciences, vol. 57 2, p.75-79. 260
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Bonham-Carter, G.F., 1994. Geographic Information System For Geoscientis (Modelling with GIS), first ed. Pergamon, New York. Ontario, p.329 Brundtland, 1987. Our Common Future, World Commission on the Environment and Development. Carranza, E. J. M., 2009. Geochemical Anomaly and Mineral Prospectivity Mapping in GIS. Handbook if Exploration and Environmental Geochemistry; Vol 11. Elsevier, UK, 351 p. Craynon, J. R., 2011. Approaches And Barriers To Incorporating Sustainable Development Into Coal Mine Design, Doctoral Dessertation at the Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University. De Carvalho, J. J. A., Koppe J.C., and Costa, J. F. C. L., 2012. A case study application of linear programming and simulation to mine planning. The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy, Vol. 112. Friedrich, W. and Becker-Platen, J. D., 2007. Global Nonfuel Mineral Resources and Sustainability, Proceedings for a Workshop on Deposit Modeling, Mineral Resource Assessment, and Their Role in Sustainable Development, Circular 1294, p. 1-16. Hunt, J.W., 1988. Sedimentation rates and coal formation in the Permian basins of eastern Australia. Australian Journal of Earth Sciences 35, 259–274. Isnain, Z. and Juhari M. A., 2013, Integrated Remote Sensing and GIS based approach for Mapping the Groundwater Potential in Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, EJDG, Vol. 18 [2013], Bund. Q José A. B, Ronald R. G. and Martin L. S., 2011. A Methodological model to Assist in the Optimization and Risk Management of Mining Investment Decisions, Dyna, year 78, No. 170, pp. 221-226. Kementerian ESDM, 2009, Undang-undang No. 4 /2009 Tentang Mineral dan Batubara. Kementerian ESDM, 2006, Perpres No. 5 /2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Liu H., Changxie, Y. E.; QI Xin, 2012. Study on Developing Coal Resource with the Social-Economic Influence in Erdos City. Cross-Cultural Communication, Vol. 8, No. 6, pp. 112-117. Partington, G. A., 2009, Commercial Application of Spatial Data Modelling with Examples from North Queensland, AIG Northern Queensland Exploration and Mining Conference 2009, Townsville, Australia, 3-8 June. Rohrbacher, T. J., James A. L., Osmonson, L. M., and Carter, M. D., 2009. Coal Resource Availability, Recoverability, and Economic Evaluations in the United States—A Summary. The National Coal Resource Assessment Overview (USGS Report). Rustandi E., Nila E.S., Sanyoto P., dan Margono U., 1995. Peta Geologi Lembar Kotabaru 1812, Kalimantan, sekala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung. Saaty, T. L. 1980. The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation., McGraw-Hill, New York. Setiabudi, B. T. dan Hutamadi, R., 2003. Kebijakan Konservasi Bahan Galian Dalam Pengelolaan Sumberdaya Mineral Di Indonesia. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Mineral – DIM, p. 1-10. Sikumbang N. dan Heryanto R., 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin 1712, Kalimantan, sekala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung. Sharma, P. D., 2009. Bringing Sustainability in Coal Mining Operations is need-of-the-hour. 261
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Schmitt, E., 2010, Weights of Evidence Mineral Prospectivity Modelling with ArcGIS. EOSC 448 Directed Studies, Dec. 2010. Shields, D. J., 2007. The Contributions of Geologic Information to Economic, Social, and Environmental Sustainability, Proceedings for a Workshop on Deposit Modeling, Mineral Resource Assessment, and Their Role in Sustainable Development. Circular 1294, p. 17-18. Standar Nasional Indonesia (SNI), 2011. Pedoman Pelaporan, Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2011. Sutcu, E., 2012, Use of GIS to discover potential coalfields in Yatagan–Milas area in Turkey, International Journal of Coal Geology, 98 (2012) 95–109. Suyartono, 2004. Good Mining Practice: Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar. Cetakan ke 2, Studi Nusa, Semarang. Wang L. P., 2008. Countermeasures Study on the Sustainable Development of Coal Industry in China. International Journal of Business and Management vol. 3, No. 6. Wang X. and ZHANG G., 2008. Study on the Sustainable Development of Henan Coal Industry under the Guide of Circular Economy, International Journal of Business and Management. vol. 3, No. 6. Watson, D. W., 2002. GIS Assessment of Remaining Coal Resources with High Market Potential, Conference Proceeding ESRI, San Diego, CA. Westman, E. C., 1999. A Characterization and Determination of the Coal Reserves and Resources of Southwest Virginia, Doctoral Theses at the Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University. Zhen W., Yuanyuan, L., Yan Xu, 2008. The Problems in Sustainable Development of Resource Orientated City and Countermeasures, International Journal of Business and Management. Vol. 3, No. 6, June. Yudi D., Rina Z., Catur P., Rini S., Agus S. dan Achmad M., 1999. Studi Regional Cekungan Batubara Wilayah Pesisir Tanah Laut – Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan DIKS Bataubara, DSM, 1999. Yufen H., Yunxia W., Sumei Z., and Lihong C., 2013. Integrated Evaluation of Ecological Sustainability of a Mining Area in the Western Region of China. International Journal of Environmental Science and Development. Vol. 4, No. 2, April. _________, 2014. Dokumen Kegiatan Tahunan (RKAB dan RKTTL) perusahaan PKP2B di Prov. Kalimantan Selatan, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM www.prov.kalsel.go.id www.badangeologi.go.id
TABEL Tabel 1. Nilai Random Index (RI), (Saaty, 1980) N RI
1 0
2 0
3 0,58
4 0,9
5 1,12
262
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 0,46
10 1,49
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 2. Kriteria nilai optimal untuk pemilihan empat alternatif penggunaan lahan
Kriteria Kemiringan Lereng 0 - 2% 2 - 12 % 12 - 25 % 25 - 40 % > 40 % Curah Hujan
Lahan Pertanian/ Perkebunan
Lahan Konservasi
0 - 2% 2 - 12 %
Lahan Industri
0 - 2% 2 - 12 %
0 - 2%
12 - 25 % 25 - 40 % > 40 % 0 - 100 mm
0 - 100 mm
3 - 5 km > 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
> 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
> 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
0 - 100 mm 100 - 200 mm 200 - 300 mm 300 - 600 mm > 600 mm Jarak dari jalan raya 1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km Jarak dari pemukiman 1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km Jarak dari sungai 1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
Lahan Rekreasi
100 - 200 mm 200 - 300 mm 300 - 600 mm > 600 mm
100 - 200 mm 200 - 300 mm 300 - 600 mm > 600 mm
1 - 3 km 3 - 5 km > 5 km
(Adaptasi dari UU no. 26/tahun 2007 tentang Perencanaan Tata Ruang Kabupaten)
263
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
GAMBAR
Gambar 1.
Stratigrafi Cekungan Kalsel (Modifikasi dari kumbang et al., 1994 dan Rustandi et al., 1995)
Gambar 2. Lokasi Peneitian PT Borneo Indobara
264
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Peta Geologi yang menunjukkan Formasi Batuan di lokasi PT BIB
Gambar 4. Peta Struktur Geologi yang menunjukkan Jarak dari sesar/lipatan di lokasi PT BIB
265
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng di lokasi PT BIB
Gambar 6. Peta Kemajuan Tambang di lokasi PT BIB
266
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 7. Peta Potensi Sumberdaya Sisa Batubara di lokasi PT BIB
Gambar 8. Peta Optimasi Kesesuaian Lahan di lokasi PT BIB
267