Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
ISBN: XXXX-XXXX
D9BKO17R
PENERAPAN ERGONOMI MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN SERTA PRODUKTIVITAS PADA WANITA PEMBUAT BANTEN DI GIANYAR-BALI I Dewa Ayu-Inten D.P.; Luh Made Indah S.H.A Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl.PB Sudirman Denpasar-Bali-Indonesia (Email:
[email protected])
ABSTRAK Latar Belakang. Upacara keagamaan tidak dapat dipisahkan dari keseharian umat Hindu Bali. Membuat Banten ; sebutan alat dan sarana persembahyangan , menjadi salah satu tradisi dalam pelaksanaan upacara keagamaan tersebut, khususnya dikerjakan oleh para wanita. Pelaksanaan kegiatan keagamaan bisa berbeda dari satu ke daerah lain, meskipun masih memiliki arti yang sama dan tujuan. Namun, ada beberapa masalah kesehatan timbul saat melakukan kegiatan atau dalam membuat sarana prasarana Banten tersebut. Keluhan muskuloskeletal karena postur tubuh yang buruk, duduk terlalu lama, serta penggunaan alat yang tidak sesuai dengan tubuh. Tentu saja, masalah ini akan memiliki dampak pada kemampuan seseorang dalam bekerja, dan kemudian mempengaruhi hasil pekerjaan. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan ergonomi dalam mengurangi keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan kenyamanan serta produktivitas pada wanita pembuat banten. Metodologi : Rancangan pada penelitian ini adalah penelitian eksprimental dengan rancangan sama subyek (treatment by subject design), dengan 20 orang subyek. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner NBM (Nordic Body Map) sebelum dan sesudah perbaikan sikap duduk, serta perubahan beberapa alat. Hasil : terjadi penurunan keluhan musculoskeletal sebanyak 77% (p<005). Kesimpulan : Pendekatan ergonomi tidak hanya dalam upacara keagamaan, tetapi juga dalam aspek kehidupan Bali sehari-hari, dimaksudkan untuk mendukung kapasitas kerja, produktivitas dan kesehatan pelaksananya. Kata kunci: Penerapan ergonomi, wanita pembuat Banten, keluhan muskuloskeletal 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia terkenal dengan beragam adat istiadat dan keunikan tradisi dari masing-masing daerahnya, begitu juga dengan Bali. Upacara keagamaan dengan tradisi adatnya tidak dapat dipisahkan dari keseharian umat Hindu Bali. Membuat alat dan sarana persembahyangan yang biasa disebut upakara serta Banten, menjadi salah satu tradisi dalam pelaksanaan upacara keagamaan tersebut. Tidak hanya penduduk pria, banyak juga alat serta sarana persembahyangan yang dikerjakan oleh para wanita. Namun, ada beberapa masalah kesehatan timbul saat melakukan ritual atau dalam membuat sarana prasarana Banten tersebut. Keluhan muskuloskeletal karena postur tubuh yang buruk, duduk terlalu lama, serta penggunaan alat yang tidak sesuai dengan tubuh. Tentu saja, masalah ini akan memiliki dampak pada kemampuan seseorang dalam bekerja, dan kemudian mempengaruhi hasil pekerjaan. Kejadian keluhan muskuloskeletal yang terkait dengan pekerjaan memang mengalami peningkatan akhir-akhir ini, terutama pada pekerja wanita. Seperti penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa para wanita memiliki risiko untuk menderita keluhan muskulskeletal terutama pada anggota gerak bagian atas (Strazdins L.& Bammer G., 2004). Sedangkan penelitian lain juga menyebutkan bahwa terjadinya keluhan musculoskeletal terkait dengan beberapa faktor, salah satunya adalah pekerjaan (Malchaire, J. et al, 2001). Wanita memiliki risiko menderita keluhan musculoskeletal sama halnya dengan pria. Mengingat peranan wanita yang cukup besar tidak saja dalam rumah tangga tetapi juga di berbagai aspek kehidupan serta di masyarakat (Anonymous. 1997). Banyak kasus keluhan musculoskeletal seperti nyeri punggung, pinggang dan lainnya bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Lebih dari 1 juta pekerja kehilangan jam kerjanya setiap tahun karena keluhan muskuloskeletal, hal
Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
ISBN: XXXX-XXXX
tersebut berdampak pada berkurangnya produktivitas, kehilangan waktu kerja dan tentu saja biaya pengobatan yang cukup besar (WHO, 2010). Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Eropa menyatakan keluhan muskuloskeletal merupakan masalah terbesar di industri tekstil dimana dilaporkan 1 dari empat pekerja mengeluhkan adanya gangguan dengan tulang belakangnya dan 1 dari 5 pekerja mengeluhkan sakit pada ototnya serta keluhan musculoskeletal juga banyak diderita oleh pekerja wanita (European Agency for Safety and Health at Work, 2009). Menurut hasil studi Depkes tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005, di Indonesia sekitar 40,5% dari 9.482 pekerja mengalami gangguan kesehatan yang terkait dengan pekerjaan, umumnya berupa penyakit muskuloskeletal sebanyak 16% (Depkes RI, 2007). Bagaimana dengan para wanita pembuat upakara Banten yang sehari-harinya bekerja dengan waktu yang tidak tentu tergantung dari permintaan. Dalam melakukan pekerjaannya para wanita pembuat Banten sering bekerja dalam posisi yang tidak ergonomis, serta ada beberapa menggunakan alat yang tidak sesuai. Muskuloskeletal Disorders (MSDs) merupakan kumpulan kondisi patologis yang dapat mempengaruhi fungsi normal dari sistem muskuloskeletal yang didalamnya mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh aktivitas saat melakukan kerja serta kondisi pekerjaan (NIOSH, 2015). Memang gangguan pada sistem musculoskeletal tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses baik itu dari terjadi akumulasi dari cedera ringan, atau besar secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama sehingga menimbulkan keluhan. Semua keluhan tersebut berakibat pada terbatasnya kemampuan anggota gerak khususnya dan tubuh umumnya sehingga mengganggu aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal tentu saja dapat menurunkan kapasitas dalam bekerja, waktu kerja menjadi lebih lama sehingga produktivitas kerja pun menurun( Kroemer, 1994). METODOLOGI Jenis rancangan pada penelitian ini adalah penelitian eksprimental dengan rancangan sama subyek (treatment by subject design). Menggunakan 20 orang subyek, wanita, usia 20-40 tahun, bekerja sebagai pembuat banten. Dalam hal ini kelompok kontrol sekaligus menjadi subyek perlakuan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner NBM (Nordic Body Map) sebelum dan sesudah perbaikan sikap. Subyek diberikan beberapa perlakuan seperti : 1. Perbaikan sikap duduk, awalnya duduk di lantai dengan kaki ditekuk, bersila, bersimpuh dan lainya menjadi duduk di kursi dengan sandaran serta meja dengan pijakan kaki. 2. Masing-masing subyek diberikan sok lengkap dengan bahan yang akan dikerjakan jadi tidak perlu meraih cukup jauh untuk mengambil bahan. 3. Memakai pisau yang kecil dan mudah di genggam saat akan memotong janur dan bahan lainnya. 4. Kepada subyek dianjurkan untuk melakukan peregangan setiap 15 menit bisa berupa berdiri sejenak, ataupun mengistirahatkan tangan dan kaki Semua perbaikan sikap tersebut dikerjakan selama setiap kali bekerja. Sedangkan untuk data post diambil dalam kurun waktu 3 minggu setelah pengambilan data pre atau sebelum perlakuan. Data akan diuji menggunakan uji paired-sample t test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data sebelum dan sesudah sebagaimana dapat dilihat pada table berikut. Tabel 1. Beda Rerata Keluhan Muskuloskeletal sebelum dan sesudah perlakuan (n= 20) Sebelum Sesudah Beda post-pre
Rerata keluhan 18,285±5,98 4,351±4,31 14,285±3,053
T
P
24,758
0,00
Secara umum terjadi penurunan rerata keluhan muskuloskeletal sebanyak 77% dengan (p<0,05). Keluhan musculoskeletal merupakan keluhan yang terjadi pada bagian-bagian otot yang dirasakan mulai dari keluhan ringan hingga berat. Keluhan muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan dapat terjadi bilamana terdapat ketidaksesuaian antara kebutuhan fisik kerja dan kemampuan fisik tubuh manusia (Grandjean, 1993; Bridger, 1995). Pada wanita pembuat banten, lebih banyak merasakan keluhan nyeri di bagian leher baik atas (46,6%) atau pun bawah (45%), punggung (46,6%) terutama bagian bawah hingga pinggang (46,6%), bokong (53%) serta sedikit pada tangan (28%) dan kaki terutama lutut (31%). Hal tersebut disebabkan oleh sikap kerja yang tidak baik seperti duduk dan membungkuk yang terlalu
Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
ISBN: XXXX-XXXX
lama, posisi kaki yang tidak baik saat duduk dimana salah satu atau kedua kaki tertekuk dalam waktu yang lama yang berdampak pada aliran darah yang tidak lancar. Begitu juga dengan duduk tanpa sandaran sehingga menimbulkan kelelahan terutama pada punggung, pinggang atau bokong. Saat otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan keluhan bahkan kerusakan sendi, ligament dan tendon. Keluhan otot juga terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan yang disebabkan oleh pembebanan saat bekerja yang terlalu berat dengan durasi yang cukup lama. Keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat sakit (Grandjean, 1993; Bridger, 1995). Setelah dilakukan beberapa perbaikan terjadi penurunan keluhan pada subyek. Walaupun belum melakukan redesign kursi secara total yang sesuai dengan ukuran ketentuan ergonomi karena belum memungkinkan, namun perbaikan sikap duduk dari duduk dilantai berubah menjadi duduk dikursi selama bekerja, memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi para subyek. Pada wanita pembuat banten, merasakan keluhan nyeri di bagian leher baik atas turun menjadi (5%) atau pun bawah (5%), punggung (18%) bagian bawah hingga pinggang (15%), bokong (20%) serta sedikit pada tangan (3%) dan lutut (3%). Pada penggunaan pisau yang lebih kecil saat membuat sarana upakara, terdapat penurunan keluhan nyeri pada tangan. Keluhan nyeri pada leher disebabkan oleh adanya peningkatan tegangan pada otot leher karena duduk sambil menunduk dalam waktu yang lama saat bekerja. Postur yang salah menambah perubahan jaringan pada struktur tulang, ligamen, otot dan diperkirakan mempengaruhi jaringan diskogenik kolumna spinalis. Berbagai jenis pekerjaan dapat mengakibatkan nyeri leher terutama selama bekerja dengan posisi tubuh yang salah sehingga membuat leher berada dalam posisi tertentu dalam jangka waktu lama (Guyton and Hall, 2008; Sri-Lestari, 2012). Keluhan nyeri bahu timbul karena melakukan aktifitas gerakan yang melibatkan sendi bahu, namun disisi lain posisi tangan yang tidak sesuai terlalu tinggi atau terlalu rendah juga dapat menimbulkan keluhan nyeri bahu. Posisi tersebut bila berlangsung secara terus-menerus akan menyebabkan terjadinya kelelahan pada otot bahu. Keluhan nyeri punggung disebabkan oleh ketegangan otot ataupun tekanan saraf karena postur tubuh yang tidak baik . Posisi punggung tidak ergonomis terlalu fleksi ke depan, atau memutar berlebih dapat mempengaruhi tulang belakang terutama pada daerah lumbal. Sikap punggung yang membungkuk atau menyamping dalam bekerja, duduk terlalu lama dan kurang ergonomis berisiko menyebabkan rasa tidak nyaman, kekakuan dan bahkan nyeri pada punggung (Da Costa and Viera, 2008; Guyton and Hall, 2007; Sri-Lestari, 2012). Disisi lain melakukan pekerjaan yang berulang (repetitive) pada saat membuat upakara banten dengan bagian yang detail sehingga membebani tangan, apalagi jika menggunakan pisau yang tidak sesuai. Dengan menggunakan alat yang sesuai dimana akan mudah digenggam, sehingga menghindari terjadinya kelelahan. Waktu kerja pun menjadi lebih cepat dan produk yang dihasilkan bisa lebih baik (Kroemer, 1994; Halender, 2006). Kurangnya waktu istirahat sejenak untuk memulihkan kondisi sesaat ketika melakukan pekerjaan, untuk melemaskan sejenak otot tubuh atau pun anggota gerak dari beban kerja sehingga tidak berlanjut pada kelelahan ataupun cedera. Dengan menerapkan waktu istirahat sejenak disela-sela bekerja dengan melakukan peregangan selama 10-15 menit dapat mencegah terjadinya kelelahan, melancarkan aliran darah, untuk mengantarkan nutrisi yang diperlukan serta membuang sisa metabolisme sehingga tidak berlanjut pada kekakuan ataupun keluhan otot lainnya (Connely, 2008; Irwanti-dewi, 2012). Nyeri adalah salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting. Muskuloskeletal disorders dapat berupa keluhan yang ringgan hingga berat, atau masih dalam tahap akut ataupun kronis dimana telah berlangsung cukup lama. Keluhan yang dirasakan seperti kekakuan pada otot, nyeri serta bengkak pada sendi serta tanda peradangan lain seperti kemerahan, teraba panas, bahkan adanya gangguan yang lebih berat seperti cedera patah pada tulang, kehilangan daya koordinasi tangan. Seperti pada penelitian sebelumnya juga mengatakan bahwa dengan peregangan otot di sela pmbelajaran dapat mengurangi kelelahan pada siswa (Irwanti-dewi, 2012). Serta study lain juga mengatakan bahwa kerja dengan sikap ergonomis dalam memandikan bayi dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pada bidan (Sri-Lestari, 2012). Keluhan muskuloskeletal terjadi karena otot menerima beban kerja fisik secara terus menerus (statis) dan berulang (repetitif) tanpa adanya waktu untuk relaksasi. Keluhan musculoskeletal juga terjadi karena sikap tubuh yang tidak alamiah, peregangan otot yang berlebihan. Menerapkan sikap kerja yang ergonomis membantu dalam mencegah segala keluhan atau cedera pada sistem tubuh. Tubuh yang bekerja dengan kapasitas kerja yang optimal tentu saja meningkatkan
Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
ISBN: XXXX-XXXX
produktifitas. Pada akhir studi didapatkan produktifitas meningkat sebesar 45%, dihitung berdasarkan hasil akhir sarana banten yang dikerjakan oleh para pembuat banten dibandingkan dengan hasil awal sebelum dilakukan perbaikan.
Gb.1.a); b) Posisi subyek duduk dibawah
Gb.2. c); d) Posisi subyek duduk dikursi
Gb. 3 Memotong janur dengan pisau kecil
Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
ISBN: XXXX-XXXX
KESIMPULAN Penerapan ergonomi dapat menurunkan keluhan musculoskeletal sebanyak 77% pada wanita pembuat Banten serta meningkatkan produktivitas sebesar 45 %. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 1997. Neck Musculoskeletal Disorders:Evidence For Work Relatedness. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. NIOSH Publication no.97-141. Available at : http://www.cdc.gov/niosh/docs/97-141/ergotx6.html. Accessed on July 22 2010 Anonymous. 1997. Low-back Musculoskeletal Disorders:Evidence For Work Relatedness. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. NIOSH Publication no.97-141. Available at : http://www.cdc.gov/niosh/docs/97-141/ergotx6.html. Accessed on July 22 2010 Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. International editions. Singapore: Mc graw-Hill Book Co. Connely, D.M. 2008. Functional A)pproach Research. In Taylor,A.W & Johnson,MJ (eds) hysiology of Exercise and Healthy Aging. USA : Human Kinetic. P.122 Da Costa,B.R. and Viera,E.R. 2008. Stretching To Reduce Work-related Musculoskeletal Disorders. A Systematic Review. J.Rehabil Med 2008;40:321-328 Depkes RI., 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 31-8-2015 European Agency for Safety and Health at Work. 2011. Annual report 2010. http://osha.europa.eu/en/news/oshmail. assessed on 28 August 2015 th Grandjean,E. 1993. Fitting the Task To the Man. 4 Edt. Taylor & Francis Inc. London. Guyton and Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Helander,M.2006. A Guide To Human Factors And Ergonomics. Second Edition. Taylor and Francis. USA irwanti-dewi N.K.. 2012. Peregangan otot di Sela Pembelajaran Mengurangi Kebosanan, Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal Peserta Didi Kelas X, SMK Pariwisata Triatma Jaya badung. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi. Universitas Widyatama Bandung. 13-14 November 2012. A-69 Kroemer,K.H.E. et al. 1994. Ergonomics How To Design For ease and Efficiency. Prentice-Haal International.USA Malchaire, J., Cock, N., & Vergracht, S. ,2001. Review of the factors associated with musculoskeletal problems in epidemiological studies. International archives of occupational and environmental health, 74(2), 79-90. Sri-Lestari.A., 2012. Kondisi Kerja Memandikan Bayi yang Ergonomi Menurunkan Beban Kerja dan Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal di Ruang Nifas. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi. Universitas Widyatama Bandung. 13-14 November 2012. A-7 Strazdins, L., & Bammer, G. ,2004. Women, work and musculoskeletal health. Social science & medicine, 58(6), 997-1005. Tulaar ABM. 2008. Nyeri Punggung dan Leher. Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 5, Mei 2008 WHO. 2010. WHO Healthy Worplace framework and model : Background and supporting literature and practices. Switzerland.