PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
BIOSTRATIGRAFI NANNOFOSSIL GAMPINGAN FORMASI NANGGULAN BAGIAN BAWAH BERDASARKAN BATUAN INTI DARI KEC. GIRIMULYO DAN KEC. NANGGULAN, KAB. KULON PROGO, D.I. YOGYAKARTA Rivdhal Saputra*, Akmaluddin Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia, Telp. 0274-513668 *corresponding author:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian biostratigrafi nannofossil gampingan merupakan penelitian yang sangat jarang dilakukan di Formasi Nanggulan, terutama yang menggunakan data batuan inti. Pengeboran yang dilakukan pada Formasi Nanggulan bagian bawah oleh LKFT UGM pada tahun 2013 di daerah Nanggulan dan Girimulyo, Kulon Progo, menghasilkan suksesi batuan inti setebal 175 meter. Dari batuan inti tersebut sebanyak 32 sampel batuan diambil untuk analisis kandungan nannofosil. Pengamatan nannofosil yang dilakukan menggunakan mikroskop polarisasi pada perbesaran 1000 kali menemukan bahwa keberadaan nannofosil pada batuan inti memiliki kelimpahan jarang hingga sedang. Sebanyak 49 spesies nannofossil berhasil diidentifikasi dari total 2173 spesimen yang ditemukan. Aplikasi zonasi standar nannofosil oleh Martini (1971) dan Okada dan Bukry (1980) dilakukan dengan menggunakan awal kemunculan (FO) Reticulofenestra umbilica dan akhir kemunculan (LO) Chiasmolithus solitus sebagai biodatum, menghasilkan tiga zona biostratigrafi yaitu : Zona Reticulofenestra dictyoda (NP 15), Zona Reticulofenestra umbilica (NP 16) dan Zona Dictyococcites bisectus (NP 17), menunjukkan bahwa batuan inti berumur Eosen Tengah hingga Awal Eosen Atas pada kisaran 42,67 juta tahun lalu hingga 40,36 juta tahun lalu. Dalam penelitian ini ditemukan adanya kesamaan umur dengan penelitan biostratigrafi terdahulu, menyepakati bahwa Formasi Nanggulan terbentuk pada kala Eosen Tengah.
I.
Padahal studi biostratigrafi nannofosil gampingan dapat menghasilkan resolusi yang tinggi dibandingkan studi biostratigrafi dengan mengguunakan data foraminifera.
PENDAHULUAN Formasi Nanggulan merupakan formasi batuan berumur Paleogen yang tersingkap di daerah Jawa bagian tengah, selain di Karangsambung dan Bayat. Formasi Nanggulan dikenal sebagai formasi batuan yang memiliki kandungan variasi fauna Paleogen yang terawetkan dengan sangat baik. Dalam beberapa penelitian biostratigrafi yang telah dilakukan pada Formasi Nanggulan (Hartono, 1969; Okada, 1981; Purnamaningsih dan Pringgoprawiro, 1981; Lelono, 2000; Lunt dan Sugiatno, 2003; Marliyani, 2005) diketahui bahwa umur Formasi Nanggulan adalah Eosen Tengah hingga Oligosen Awal.
Pada tahun 2013 LKFT UGM melakukan pengeboran batuan inti di Formasi Nanggulan, menghasilkan suksesi batuan setebal 75 m dari sumur Nanggulan-1 dan 100 m dari sumur Nanggulan-2. Lokasi kedua sumur dimana pemboran batuan inti dilakukan, yaitu di Dusun Ngroto, Desa Pendawareja, Kec. Girimulyo dan Dusun Klepu, Desa Banjararum, Kec. Nanggulan, Kab. Kulon Progo, D.I Yogyakarta (Gambar 1).
II.
Dari sekian penelitian biostratigrafi yang sudah dilakukan di Formasi Nanggulan, hanya dua penelitian yang menggunakan nannofosil sebagai data untuk biostratigrafi, yaitu oleh Okada (1981) dan Lunt dan Sugiatno (2003).
KONDISI GEOLOGI REGIONAL
Secara regional daerah penelitian termasuk dalam Formasi Nanggulan yang merupaka formasi batuan tertua di Zona Kulon Progo, formasi ini berumur Eosen – Oligosen awal. Dilihat dari karakteristik litologi batuan inti, 400
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA ditemukan dua kelompok batuan, yang termasuk dalam Formasi Nanggulan bagian bawah yaitu batuan dari Anggota Songo Beds dan Batuan dari Anggota Watupuru Beds. Anggota Songo Beds adalah bagian tertua dari Formasi Nanggulan, ekivalen dengan satuan 1e, sedangkan Anggota Watupuru Beds ekivalen dengan satuan 2e (Lunt dan Sugiatno, 2003; Oppenoorth dan Gerth, 1929).
Tabel Distribusi Nannofossil menunjukkan sebaran keterdapatan nannofossil dalam sampel batuan yang dianalisis (Tabel 1 dan 2). Tingkat kelimpahan nannofossil dari batuan ini berada pada tingkat cukup melimpah (common) hingga sangat jarang (very rare), dengan total spesies nannofossil yang teridentifikasi adalah sebanyak 49 spesies nannofosil.
Batuan dari Anggota Songo Beds ini dicirikan oleh perlapisan batupasir kuarsa yang dominan, dengan sisipan batulanau atau batulempung, selain itu juga ditemukan kehadiran lapisan tipis batubara. Kemunculan batuan dari songo beds ini berada pada sumur Nanggulan-2. Sedangkan batuan dari Anggota Watupuru Beds dicirikan oleh perlapisan batulempung dan batulanau dengan kandungan karbonat dan fosil moluska dan foraminifera besar (Discocyclina). Kemunculan batuan dari Watupuru Beds ini muncul di sumur Nanggulan-1.
III.
SAMPEL DAN PENELITIAN
Secara umum tingkat pengawetan nannofossil yang ada pada batuan dari sumur Nanggulan-1 dan Nanggulan-2 adalah rendah - sedang, dimana sudah ditemukan adanya goresan dan fragmentasi yang menyebabkan terubahnya morfologi dari kelompok Reticulofenestra, Coccolithus, dan Braarudosphaera. Kemudian juga ditemukan overgrowth pada beberapa spesies Discoaster menyebabkan kesulitan dalam identifikasi.
V.
Dalam analisis biostratigrafi, pembagian zona dilakukan dengan mengaplikasikan zonasi zonasi Standar Martini (1971) dan standar Okada dan Bukry (1980). Kedua Zonasi Standar ini dapat diaplikasikan dikarenakan keterdapatan biodatum pembatas zona. Selain itu untuk juga dilakukan pembagian menjadi sub-zona dengan memanfaatkan biodatum alternatif dari beberapa ahli.
METODE
Dari batuan inti yang berasal dari sumur Nanggulan-1 dan sumur Nanggulan-2 diambil sebanyak 32 sampel batuan untuk dianalisis kandungan nannofosilnya. Sampel yang diambil ini kemudian diolah dengan metode quick smear slide. Observasi nannofosil dilakukan dengan menggunakan mikroskop polarisasi pada perbesaran 1000x dan keberadaan nannofosil dihitung dalam 200 medan pandang untuk masing-masing sampel smear slide.
IV.
BIOSTRATIGRAFI
Hasil pengamatan kandungan nannofosil yang dilakukan pada 32 sampel batuan, ditemukan empat biodatum (Tabel 3) yaitu Awal kemunculan Reticulofenestra umbilica, Awal kemunculan Reticulofenestra reticulata, Akhir kemunculan Sphenolithus furcatolithoides, dan Akhir kemunculan Chiasmolithus solitus.
DATA DAN ANALISIS
Menggunakan keempat biodatum tersebut maka dihasilkan tiga zona biostratigrafi dengan dua 3 subzona, yaitu (Gambar 2) : Zona Reticulofenestra dictyoda (NP 15), Zona Reticulofenestra umbilica (NP 16) yang terbagi menjadi Subzona Reticulofenestra umbilica (NP 16a), Subzona Reticulofenestra reticulata
Daftar spesies nannofossil yang ditemukan pada penelitian terlampir dalam Lampiran, Plate 1 – 2 menunjukkan dokumentasi dari fosil biodatum dan beberapa penciri umur yang ditemukan dari sumur Nanggulan-1 dan Nanggulan-2. 401
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA (NP 16b), dan Subzona Chiasmolithus solitus (NP 16c), kemudian Zona dictyococcites bisectus (NP 17).
yang juga merupakan spesies yang muncul konsisten dalam zona ini. Zona NP 16 terbagi menjadi 3 subzona yaitu :
Zona Reticulofenestra dictyoda (NP 15)
Subzona Reticulofenetra umbilica (NP 16a)
Definisi : Zona ini merupakan zona kisaran sebagian. Batas bawah dari zona ini tidak ditemukan, sedangkan batas atas zona ini adalah awal kemunculan (FO) dari Reticulofenestra umbilica. Zona ini dapat disetarakan dengan zona Chipragmalithus alatus (NP15) dari Martini (1971). Zona ini juga dapat disebandingkan dengan zona Nannotetrina quadrata (CP13) Subzona Coccolithus staurion (CP13c).
Definisi : subzona ini adalah interval antara awal kemunculan Reticulofenestra umbilica hingga awal kemunculan dari Reticulofenstra reticulata. Awal kemunculan dari Reticulofenestra. Subzona ini memiliki kisaran umur 42,67 juta tahun lalu – 42,0 juta tahun lalu (Palike et al., 2010). Penamaan subzona ini menggunakan nama biodatum yang menjadi batas bawah subzona yaitu Reticulofenestra umbilica.
Kelimpahan kandungan nannofosil pada zona ini adalah jarang, baik dalam jumlah individu maupun variasi spesies. Di dalam zona ini tidak ditemukan adanya fosil rombakan.
Subzona Reticulofenestra reticulata (NP 16b) Definisi : subzona ini adalah interval antara awal kemunculan Reticulofenestra reticulata hingga akhir kemunculan Sphenolithus furcatolithoides. Penamaan zona ini menggunakan nama biodatum yang menjadi batas bawah subzona yaitu Reticulofenestra reticulata. . Subzona ini memiliki kisaran umur 42,0 juta tahun – 40,51 juta tahun lalu.
Zona ini memiliki kisaran umur 43,55 juta tahun lalu – 42,67 juta tahun lalu. Penamaan zona ini menggunakan fosil penciri Zona NP 15 menurut Martini (1971) yaitu Reticulofenestra dictyoda. Zona Reticulofenestra umbilica (NP 16).
Subzona Chiasmolithus solitus (NP 16c)
Definisi : Zona ini adalah zona selang, batas bawah dari zona ini adalah awal kemunculan (FO) Reticulofenestra umbilica, sedangkan batas atasnya adalah akhir kemunculan (LO) Chiasmolithus solitus.
Definisi : subzona ini adalah interval antara akhir kemunculan Sphenolithus furcatolithoides hingga akhir kemunculan Chiasmolithus solitus. Subzona ini memiliki kisaran umur pada 40,51 juta tahun – 40,40 juta tahun lalu (Jovane et al, 2007; Berggren, 1995). Penamaan subzona ini menggunakan nama biodatum yang menjadi batas atas dari subzona NP16c dan Zona NP 16 yaitu Chiasmolithus solitus.
Pada zona ini juga ditemukan beberapa fosil rombakan diantaranya adalah Chipragmalithus arnatus (NP 12), Discoaster sublodoensis (NP 14 - NP15), Fasculithus tymphaniformis (NP 5 – NP 10), Micrantolithus bulbosus (NP 14 –NP 15), Rhomboaster cuspis (NP 9), Sphenolithus perpendicularis (NP 15) dan Tribrachiatus orthostylus (NP 10 – NP 12).
Zona Dictyococcites bisectus (NP 17) Definisi : Zona ini merupakan zona kisaran sebagian. Batas atas dari zona tidak ditemukan, sedangkan batas bawah zona adalah akhir kemunculan (LO) Chiasmolithus solitus. Zona Dictyococcites bisectus ini dapat disebandingkan dengan Zona Discoaster saipanensis (NP17) dari Martini (1971).
Zona ini memiliki kisaran umur absolut 42,67 juta tahun lalu – 40,4 juta tahun lalu (Okada dan Bukry, 1980). Penamaan zona ini mengacu pada penamaan zona oleh Okada dan Bukry (1980) yaitu Zona Reticulofenestra umbilica 402
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Di dalam kumpulan fosil pada zona ini juga terdapat kemunculan fosil rombakan yaitu Sphenolithus villae (NP11) dan Sphenolithus cuniculus (NP 15 – NP 16).
nannofossil pada tingkat cukup melimpah hingga sangat jarang. Biodatum yang hadir diantaranya Awal kemunculan dari Reticulofenestra umbilica, Akhir kemunculan dari Chiasmolithus solitus, Awal kemunculan dari Reticulofenestra reticulata dan Akhir kemunculan dari Sphenolithus furcatolithoides.
Zona ini memiliki kisaran umur absolut 40,4 – 40,36 juta tahun lalu. Penamaan zona ini menggunakan nama fosil penciri zona NP 17 yaitu Dictyococcites bisectus yang awal kemunculannya berada pada zona ini.
VI.
Batuan inti tersusun atas tiga zona biostratigrafi yaitu: Zona Reticulofenestra dictyoda (NP 15), Zona Reticulofenestra umbilica (NP 16), dan Zona dictyococcites bisectus (NP 17) dengan kisaran umur Eosen Tengah – Awal Eosen Atas. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu bahwa pembentukan Formasi Nanggulan berumur Eosen Tengah.
DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batuan inti hanya mencakup bagian bawah dari Formasi Nanggulan yang memiliki kisaran umur Eosen Tengah – Awal Eosen Atas, atau pada kisaran 42,67 juta tahun lalu hingga 40,36 juta tahun lalu setara dengan Zona NP 15 – NP 17 (Martini, 1971) atau CP 13 Subzona CP 13c – CP 14 Subzona CP14b (Okada dan Bukry, 1980). Jika dikorelasikan secara litologi, maka batuan inti termasuk ke dalam dari Anggota Songo Beds dan sebagian dari Watupuru Beds. Hal ini menunjukkan bahwa Formasi Nanggulan bagian bawah yaitu Anggota Songo Beds dan Anggota Watupuru Beds terbentuk pada umur tersebut.
VIII.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya penyusun bisa menyelesaikan Paper ini. Pertama, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk. Dr. Akmaluddin S.T., M.T., selaku advisor, yang selalu memfasilitasi, mengarahkan dan memberi petunjuk kepada penyusun.
Perbandingan antara hasil penelitian dengan penelitian terdahulu (Tabel 4) menunjukkan adanya kesamaan. Fakta ini menyepakati hasil penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa Formasi Nanggulan mulai terbentuk pada Eosen Tengah. (Hartono, 1969; Purnamaningsih dan Pringgoprawiro, 1981; Okada, 1981; Lunt & Sugiatno, 2003; Marliyani, 2005). Akhir pembentukan batuan inti beerada di Awal Eosen Atas, menunjukkan hasil yang relatif sama dengan penelitian Okada (1981).
VII.
ACKNOWLEDGEMENT
Selanjutnya penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Dr. Sugeng Sapto Surjono dan Dr. Donatus Hendra Amijaya selaku pengelola Laboratorium Sedimentologi dan LKFT UGM yang telah mengijinkan untuk menggunakan data batuan inti untuk penelitian ini. Kemudian kepada para rekan-rekan di Laboratorium Paleontologi UGM, juga temanteman Geologi UGM 2010, kepada keluarga saya, Bapak dan Ibu, kemudian juga Febby untuk segala bentuk dukungannya selama pengerjaan penelitian ini.
KESIMPULAN
Batuan paleogen Formasi Nanggulan yang berasal dari batuan ini memiliki kandungan
403
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
DAFTAR PUSTAKA Agnini C., Fornaciari E., Raffi, I., Catanzariti, R., Pälike, H., Backman J. & Rio D. (in press). 2014. Biozonation and biochronology of Paleogene calcareous nannofossils from low and middle latitudes. Newsletter on Stratigrafi. Vol. 47 No.2, Hal. 131-181. Berggren, W. A., Kent, D. V., Swisher, C. C. dan Aubry M. P., 1995. A revised Cenozoic geochronology and chronostratigraphy. Dalam : Berggren, W. A., Kent, D. V., Hardenbol, J., Ed., Geochronology, time scales and global stratigraphic correlation, Hal. 129-212. Tulsa : Society for Economic Paleontology and Mineralogy. Special Publication 54. Blom Narcon Cooperation. 2000. Peta Rupa Bumi Indonesia 1 : 25.000 Lembar 1408-2 Yogyakarta. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Bogor. Bown, P.R. 2005. Palaeogene Calcareous Nannfossils from Kilwa and Lindi Areas of Coastal Tanzania : Tanzania Drilling Project 2003 – 4. Journal Nannoplankton Research, Vol. 27. Hal. 21 – 95. Bown, P. R. dan Dunkley Jones, T., 2012. Calcareous nannofossils from the Paleogene equatorial Pacific (IODP Expedition 320, Sites U1331–1334). Journal of Nannoplankton Research, Vol. 32 : Hal. 3–51. Jovane L., Florindo, F., Coccioni, R., Dinares-Turell, J., Marsili, A., Monechi, S., Roberts, A. P. dan Sprovieri, M., 2007. The middle Eocene climatic optimum event in the Contessa Highway section, Umbrian Apennines, Italy. Geological Society of America Bulletin, Vol.119: Hal. 413–427. Kapid, R. 2003. Nannofosil Gampingan : Pengenalan dan Aplikasi Biostratigrafi. Penerbit ITB, Bandung. Kummel, B., Raup, D., eds., 1965, Handbook of Paleontological Techniques: San Francisco, W., H. Freeman, 851 hal. Lunt, P. dan Sugiatno, H. (2003): A review of the Eocene and Oligocene in the Nanggulan area, South Central Java. Lundin Banyumas b.v., exploration report of field study in Nanggulan area. (tidak dipublikasikan). Maarliyani, G.I. 2005. Penentuan Umur dan Paleobatimetri Formasi Nanggulan Bagian Atas berdasarkan Foraminifera Plangtonik dan Bentonik Jalur balak, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta (tidak diterbitkan). Martini, E., 1971. Standard Tertiary And Quartenary Calcareous Nannoplankton Biozonation. Dalam: Haq, B.U (Ed.), Nannofossil Biostratigraphy, Hutchinson Ross Publishing Company, Pennsylvania, Hal. 264-307. Norris, R.D., Wilson, P.A., Blum, P., and the Expedition 342 Scientists. 2014. Method. Proceedings of the Integrated Ocean Drilling Program, Vol. 342. Okada, H. 1981. Calcareous Nannofossils of Cenozoic formations in Central Java. dalam: Saito (Ed.). Micropaleontology, petrography and lithostratigraphy of Cenozoic rocks of the Yogyakarta region, Central Java.Dept. of Earth Sciences, Yamagata University.
404
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Okada, H. dan Bukry, D. 1980. Supplementary Modification and Introduction of Code Numbers to the Low-Latitude Coccolith Biostratigraphic Zonation, Dalam: Haq, B.U (Ed.), Nannofossil Biostratigraphy, Hutchinson Ross Publishing Company, Pennsylvania. Pälike, H., Nishi, H., Lyle, M., Raffi, I., Gamage, K., Klaus, A . dan The Expedition 320/321 Scientists, 2010. Expedition 320/321 summary. Dalam : Pälike, H., Lyle, M., Nishi, H., Raffi, et al., Pacific equatorial transect, 1-141. Tokyo: Integrated Ocean Drilling Program Management International, Inc. IODP Proceedings. Perch-Nielsen, K., 1985. Cenozoic calcareous nannofossils. Dalam : H.M. Bolli, J.B. Saunders & K. Perch-Nielsen (Ed.). Plankton Stratigraphy. Cambridge University Press, Cambridge. Hal. 427–554. Rahardjo, W., Sukandarrumidi dan Rosidi, H. M. S. 1995. Geological Map Of The Yogyakarta Sheet, Java. Geological Research And DevelopmentCenter, 2nd Ed. Bandung
LAMPIRAN SPESIES NANNOFOSSIL Dari pengamatan nannofossil gampingan yang dilakukan pada 28 sampel batuan yang diambil dari batuan inti di lokasi penelitian dijumpai sebanyak 49 spesies sebagai berikut : Ordo ISOCHRYSIDALES Pascher, 1910 Famili NOELAERHABDACEAE Jerkovic, 1970 (Young dan Bown, 1997) Genus Cyclicargolithus Bukry, 1971 Cyclicargolithus floridanus (Roth & Hay in Hay et.al., 1967) Bukry, 1971 Genus Dictyococcites (Hay, Mohler, and Wade, 1966) Dictyococcites bisectus (Hay, Mohler, and Wade, 1966) Bukry & Percival, 1971 Genus Reticulofenestra Hay, Mohler, and Wade, 1966 Reticulofenestra dictyoda (Deflandre in Deflandre & Fert, 1954) Stradner in Stradner & Edwards, 1968 Reticulofenestra minuta Roth, 1970 Reticulofenestra reticulata (Gartner & Smith, 1967) Roth & Thierstein, 1972 Reticulofenestra umbilica (Levin, 1965) Martini & Ritzkowski, 1968 ORDO COCCOLITHALES Famili COCCOLITHACEAE Genus Bramletteius Kamptner 1969 Bramletteius serraculoides Gartner, 1969 405
Genus Campylosphaera Kamptner, 1963 Campylosphaera dela (Bramlette & Sullivan, 1961) Hay & Mohler, 1967 Genus Chiasmolithus (Deflandre, 1954) Chiasmolithus solitus Bramlette and Sullivan, 1961 Chiasmolithus titus (Gartner, 1970) Varol, 1992 Genus Coccolithus Schwarz, 1894 Coccolithus pelagicus (Wallich, 1877) Schiller, 1930 Coccolithus formosus (Kamptner, 1963) Wise, 1973 Genus Coronocyclus Hay, Mohler, and Wade, 1966 Coronocyclus nitiscens (Kamptner, 1963) Bramlette & Wilcoxon, 1967 Famili CALCIDISCACEAE Genus Calcidiscus Kamptner, 1950 Calcidiscus bicircus Bown, 2005 ORDO ZYGODISCALES Famili HELICOSPHAERACEAE Genus Helicosphaera Deflandre, 1952 Helicosphaera compacta Bramlette & Wilcoxon, 1967
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Helicosphaera lophota (Bramlette & Sullivan, 1961) Locker, 1973 Helicosphaera seminulum Bramlette & Sullivan, 1961 Famili PONTOSPHAERACEAE Genus Pontosphaera Lohmann, 1902 Pontosphaera multipora(Bramlette & Sullivan, 1961) Haq, 1971 Pontosphaera plana (Bramlette & Sullivan, 1961) Haq, 1971 Famili ZYGODISCOCEAE Genus Chiphragmalithus Bramlette & Sullivan, 1961 Chiphragmalithus armatus Perch-Nielsen, 1985 ORDO DISCOASTERALE Famili FASCICULITHACEAE Genus Fasciculithus Bramlette & Sullivan, 1961 Fasciculithus tympaniformis Hay & Mohler in Hay et al., 1967 Famili DISCOASTERACEAE Genus Discoaster Tan Sin Hok, 1927 Discoaster barbadiensis Tan 1927 Discoaster deflandrei Bramlette & Riedel, 1954 Discoaster tani nodifer (Bramlette & Riedel, 1954) Bukry, 1973 Discoaster saipanensis Bramlette & Riedel, 1954 Discoaster sublodoensis Bramlette & Sullivan, 1961 Discoaster williamsii Bown & Dunkley Jones, 2012 Famili SPHENOLITHACEAE Genus Sphenolithus Deflandre, 1952 Sphenolithus cuniculus Bown, 2005 Sphenolithus furcatolithoides Locker, 1967 Sphenolithus moriformis (Bronnimann & Stradner, 1960) Bramlette & Wilcoxon, 1967 Sphenolithus perpendicularis Shamrock, 2010 Sphenolithus spiniger Bukry, 1971 Sphenolithus radians Deflandre in Grasse, 1950 Sphenolithus villae Bown, 2005 NANNOLITH FAMILIES INC SED Famili RHOMBOASTERACEAE Genus Rhomboaster Bramlette & Sullivan, 1961
Rhomboaster cuspis Bramlette & Sullivan, 1961 Genus Tribrachiatus Shamrai, 1963 Tribrachiatus orthostylus Shamrai, 1963 Genus Braarudosphaera Deflandre, 1947 Braarudosphaera bigelowii (Gran & Braarud 1935) Deflandre, 1947 Genus Micrantholithus Deflandre in Deflandre & Fert, 1951 Micrantholithus astrum Bown, 2005 Micrantholithus bulbosus Bouché, 1962 Micrantholithus crenulatus Bramlette & Sullivan, 1961 Micrantholithus excelsus Bown, 2005 Micrantholithus flos Deflandre in Deflandre & Fert, 1954 Micrantholithus hebecuspis Bown, 2005 Genus Pemma Klump 1953 Pemma papillatum Martini, 1959 Pemma basquense (Martini, 1959) Báldi-Beke, 1971 ORDO SYRACOSPHAERALE Famili RHABDOSPHAERACEAE Genus Blackites Hay & Towe, 1962 Blackites spinosus (Deflandre & Fert, 1954) Hay & Towe, 1962 Famili CALYPTROSPHAERACEAE (Boudreaux & Hay, 1969 Genus Lanternithus Stradner, 1962 Lanternithus minutus Stradner, 1962 Genus Zygrhablithus Deflandre, 1959 Zygrhablithus bijugatus (Deflandre in Deflandre and Fert, 1954) Deflandre, 1959 NON-COCCOLITH Famili THORACOSPHAERACEAE Genus Thoracosphaera Kamptner, 1963 Thoracosphaera sp. Kamptner, 1963
406
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 1. Lokasi sumur Nanggulan-1 dan Nanggulan-2 dan rekonstruksi jurus dan perlapisan batuan dari kedua sumur.
GAMBAR
407
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 2. Biostratigrafi daerah penelitian.
408
No. Sampel
RS10 RS32 RS31 RS30 RS29 RS9 RS8 RS7 RS6 RS5 RS4 RS3 RS2 RS1
Macam Fosil
1
2 1 1 1
1
2 3 1
1 1 2
1 1
2
3 5 4 3 23 50 5 3 3 2 2
4 4 4
2
6 8 7 5 4 3 5
19 55 6 2 1
2 1 3 2 6 1
2
2 1 2
11 1 1 2 1 1
1 1
1 1 1 2
1
6 4
409 2 2 5 3 4 3 1 2
9 6 4 3 2 3 1 5
2
1
3 3 2 2
1
1
4 5 4
2 1 2
11 5 5 11 4 20 2 5 15 20 54 2 11
14
5 17
1 15 3
3 5 17
6 24 12
26
2 1 1 2 8 4 3
2 27 21
2
2
1 3 2
2
1
1 1
3 7
1
2
4 1 1 1 3
2
1 1 15 13 2 32 90 7 2 4 1 1
2 1
4 5 16 1 5 27
1
1
1
4 4 3 30
10 9 1 21 53 2
2
Pemma papillatum Pontosphera multipora
Reticulofenestra umbilica
Sphenolithus villae
4 1
1 1 3 1 3 5 1
1 3 2 13
1 1 2 5
2 3 2
1
Zygorhabdolithus bijugatus
Tribrachiatus orthostylus
Sphenolithus radians Sphenolithus spiniger
Sphenolithus perpendicularis
Sphenolithus moriformis
Sphenolithus furcatolithoides
Sphenolithus cuniculus
Rhomboaster cuspis
Reticulofenestra minuta Reticulofenestra reticulata
Ponthosphaera plana
Pemma basquense
Reticulofenestra dictyoda
Micrantolithus flos Micrantolithus hebecuspis
Micrantolithus crenulatus
Micrantolithus bulbosus
Lanternithus minutus Micrantolithus astrum
Helicosphaera seminulum
Fasciculithus tymphaniformis
Discoaster williamsii
Discoaster tani nodifer
1
Zygorhabdolithus bijugatus
1
15 8 2 7 4 8 6 11 3 7 4 28
18 26 6
Thoracosphaera sp
1
3
4
5 13 10
19
Tribrachiatus orthostylus
1 6 3 6 3 6 9 6
1
2
4
Sphenolithus villae
2 1
17
24
Sphenolithus spiniger
1 2 2 1 1 1
3 23
1
Sphenolithus radians
1 2 5 1
3 10 2
32
Sphenolithus perpendicularis
2
14
Sphenolithus moriformis
5
1
1
Sphenolithus cuniculus
1 2
1
Sphenolithus furcatolithoides
1 1
3
Rhomboaster cuspis
2
4
Reticulofenestra umbilica
3 1
Reticulofenestra minuta
2 1
2
Reticulofenestra reticulata
2
Reticulofenestra dictyoda
7
1
Ponthosphaera plana
7 5
Pontosphera multipora
6 1
1
Pemma papillatum
2 5 2
1
Pemma basquense
2 2
Micrantlithus excelsus
1
Micrantolithus crenulatus
1
Micrantolithus astrum
11
Discoaster sublodoensis
Helicosphaera lophota
Dictyococcites bisectus Discoaster barbadiensis
Helicosphera compacta
Cyclicargolithus floridanus
Coronocyclus nitescens
1
Micrantolithus bulbosus
2
Lanternithus minutus
1
Helicosphaera seminulum
5 2 6
Helicosphaera lophota
7 3 6 7 3 6
Discoaster saipanensis
17 10 5 1
Discoaster williamsii
1 14 5 6 10 44 2
Helicosphera compacta
2 2 1
Discoaster tani nodifer
2 1 6
Discoaster sublodoensis
1 5
Discoaster deflandrei
6 9
2 23 30 10 2 11 35 6 8 4 9
Chipragmalitus armatus
5
Discoaster barbadiensis
Chiasmolithus titus
Chiasmolithus solitus
Campylosphaera dela
Calcidiscus bicircus
Bramletteius seraculoides
31
Cyclicargolithus floridanus
Blackites spinosus
Coccolithus formosus
2 2
Coronocyclus nitescens
1 Coccolithus pelagicus
1
Coccolithus formosus
1
Coccolithus pelagicus
1
Chipragmalitus armatus
1 1
Chiasmolithus titus
1
Chiasmolithus solitus
1
Calcidiscus bicircus
3
Bramletteius seraculoides
No. Sampel Braarudosphaera bigelowii
Macam Fosil
Braarudosphaera bigelowii
RS28 RS27 RS26 RS25 RS24 RS23 RS22 RS21 RS20 RS19 RS18 RS17 RS16 RS15 RS14 RS13 RS12 RS11
Blackites spinosus
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL Tabel 1. Distribusi nannofosil gampingan dari sumur Nanggulan-1dengan kelimpahan
3
10
1
2 1
1
Tabel 2. Distribusi nannofosil gampingan dari sumur Nanggulan-2 dengan kelimpahan
1
2 3
2 4
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Tabel 3. Perbandingan biodatum nannofosil oleh beberapa ahli dengan penelitian.
Tabel 4. Perbandingan umur dari beberapa penelitian di Formasi Nanggulan.
410
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA PLATE FOSIL 1
0
Keterangan :
5
µm 10
(1, 2) Reticulofenestra umbilica, (3, 4) Reticulofenestra minuta (5, 6) Reticulofenestra dictyoda (7, 8) Reticulofenestra reticulata (9, 10) Cyclicargolithus floridanus (11,16) Coronocyclus nitescens (12, 13) Coccolithus pelagicus (14, 15) Calcidiscus bicircus (17, 18) Coccolithus formosus (19, 20) Chiasmolithus solitus (21, 22) Chiasmolithus titus (23, 24) Dictyococcites bisectus
411
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
PLATE FOSIL 2
0
Keterangan:
5
µm 10
(1) Discoaster barbadiensis (2) Discoaster deflandrei (3) Discoaster saipanensis (4,5) Discoaster sublodoensis (6,7) Discoaster tani nodifer (8,9) Discoaster williamsii (10, 11, 12) Sphenolithus cuniculus (13, 18) Sphenolithus furcatolithoides (14, 15, 16) Sphenolithus moriformis (17) Sphenolithus perpendicularis (19, 20, 21) Sphenolithus spiniger (22) Sphenolithus radians (23) Sphenolithus villae
412