PROBLEMATIKA BURUH MUSLIMAH DAN SOLUSINYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Taufiq Munir (Dosen di Universitas Mathlaul Anwar dan STAI Dinamika Umat, Tangerang)
Abstract: Labour in pre-Islamic times, synonymous with slavery. Slaves are considered as human beings who have no rights and used as a trade commodity. The condition causes the Prophet Muhammad called on to provide prosperity of the slaves. For example, requires that people have an attitude of loving one another, being humane and improving the situation of slaves. Slaves were given the right to have resources like those of his master. Prophet Muhammad expect people to put a slave as a partner. The reforms of the Prophet Muhammad, became the basis of the Islamic community labor. Keywords: Labour, Muslimah and Islam Abstrak: Perburuhan pada masa pra-Islam, identik dengan perbudakan. Budak dianggap sebagai manusia yang tidak memiliki hak dan dijadikan komoditi perdagangan. Kondisi tersebut menyebabkan Nabi Muhammad saw membuat program menyeluruh untuk emansipasi dan kesejahteraan para budak. Misalnya, mengharuskan orang mempunyai sikap saling mengasihi, bersikap manusiawi dan memperbaiki keadaan budak dalam masyarakat. Budak yang semula bekerja untuk tuannya tanpa upah ditingkatkan menjadi saudara dan kolega tuannya. Mereka diarahkan untuk memiliki sumber daya seperti yang dimiliki tuannya. Nabi Muhammad saw mengharapkan masyarakat menempatkan budak sebagai mitra kerja. Reformasi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, menjadi landasan perburuhan masyarakat Islam Kata Kunci: Buruh, Muslimah dan Islam
laki-laki maupun perempuan. Al-Quran
PENDAHULUAN Islam sangat mencintai umat yang
surah Thaha ayat 117 memberikan isyarat
gigih bekerja untuk kehidupannya, tanpa
meletakkan kewajiban mencari nafkah di
kecuali baik laki-laki maupun perempuan.
atas pundak lelaki dan bukan perempuan.
Berdasarkan
Ayat tersebut berbunyi:
kitab
Fiqih,
Jamaluddin
Muhammad Mahmud menyatakan bahwa perempuan pembela
dapat sekaligus
bertindak ‘penuntut’
sebagai dalam
berbagai bidang. Perempuan mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan tertinggi. (M. Quraish Shihab, 1996:318).
Maka Kami berfirman, Wahai Adam, sesunggahnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekalikali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang akan menyebabkan engkau bersusah payah. (QS. Thaha ayat 117)
Bekerja merupakan perwujudan dari
Memang Islam menempatkan laki-laki
eksistensi dan aktualisasi diri manusia,
menjadi pemimpin dalam keluarga yang
Problematika Buruh Muslimah dan Solusinya dalam Perspektif Islam (Taufiq Munir)
| 27
berkewajiban memberi nafkah (Q.S. An-
bisa juga sunah atau bahkan wajib karena
Nisaa 34 difirmankan: kaum laki-laki itu
tuntutan, misalnya janda yang diceraikan
adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
suaminya, dan alasan untuk membantu
karena Allah telah melebihkan sebahagian
ekonomi
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
2008:420).
lain (wanita), dan karena mereka (laki-
keluarga
(Yusuf
Qardhawi,
Nama-nama seperti Ummu Salamah
laki) telah menafkahkan sebagian dari
(istri
harta mereka), tetapi peran perempuan
Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah,
sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya
dan lain-lain, tercatat sebagai tokoh-tokoh
untuk membantu ekonomi keluarga tak
yang terlibat dalam peperangan. Ahli hadis
bisa dihindari. Bahkan di zaman modern,
Imam Bukhari merekam kegiatan kaum
banyak terjadi perempuan karier yang
wanita tersebut dalam bab-bab khusus
bekerja melebihi penghasilan suami.
dalam kitab Shahih-nya, seperti: "Bab
Permasalahan perempuan yang bekerja di
luar
rumah
Shafiyah,
Laila
Al-
Keterlibatan Perempuan dalam Jihad,"
(bekerja
"Bab Peperangan Perempuan di Lautan,"
produksi/sektor publik) dalam pandangan
"Bab Keterlibatan Perempuan Merawat
masyarakat
Korban,"
kita
tangga
Nabi),
yang
muslim
tidak
dan
lain-lain.
Perempuan
terlepaskan dari adanya penafsiran ayat-
mempunyai hak untuk bekerja selama
ayat Al-Qur’an berwawasan gender yang
pekerjaan tersebut membutuhkannya dan/
hampir semua tafsir yang ada mengalami
atau selama perempuan membutuhkan
bias gender dan pengaruh budaya Timur
pekerjaan tersebut serta selama norma-
Tengah yang androsentris (Nasaruddin
norma agama dan susila tetap terpelihara.
Umar, 2012:35). Di kalangan umat Islam, terdapat kelompok yang mengkhawatirkan jika perempuan
bekerja,
karena
takut
PEMBAHASAN A. Eksploitasi
terhadap
Buruh
Muslimah
mengakibatkan perbuatan tidak terpuji
Kendatipun “buruh” sudah ada sejak
yaitu dimungkinkan ada hubungan antara
dahulu, bahkan sebelum pra-Islam, dan
laki-laki dan perempuan sehingga dapat
persoalan buruh sudah diungkap tuntas
terjadi
oleh Rasulullah saw., namun seiring
fitnah,
perselingkuhan
yang
merusak rumah tangga. Syekh
waktu,
masalah
buruh
mengkategorikan
masih saja terus bermunculan bahkan
perempuan bekerja di luar rumah atau
cenderung meningkat. Sebabnya adalah
melakukan aktifitas adalah jaiz (boleh),
karena mereka hanya menerima setiap
28 |
Qardhawi
perkembangan
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
keputusan yang telah ditetapkan oleh
wahid’
atasan dimana mereka bekerja. Suara
Pemerintah akan terus memelihara kondisi
mereka tidak pernah didengar, keinginan
seperti ini dalam rangka untuk peningkatan
untuk hidup layak seolah tabu buat mereka.
pendapatan mereka (bukan rakyat). Ketika
Ironisnya, ‘penindasan’ terhadap kaum
krisis perburuhan terjadi, maka pemerintah
buruh ini berlangsung cukup lama, yaitu
sertamerta melindungi ‘sang investor’
sejak munculnya sistem kapitalisme yang
daripada memihak kepada buruh yang
awalnya dianggap solusi perekonomian.
notabene
Bukannya memberikan jalan keluar bagi
Pemerintah hanya melempar alibi bahwa
selesainya eksploitasi kaum buruh, tetapi
rendahnya gaji disebabkan oleh rendahnya
menjadi
“nutrisi”
eksploitasi
kaum
adalah
investor
rakyatnya
asing.
sendiri.
maraknya
kualitas SDM. Sementara, kita tidak bisa
buruh.
Penindasan
meningkatkan kualitas SDM karena biaya
terjadi di beberapa negara saja, melainkan hampir di semua negara.
dicarikan
pendidikan di negeri ini begitu mahal. Sebagai
solusinya,
pemerintah
membuat “batas minimal gaji” yang akan
Setidaknya ada lima problem yang segera
para
bagi
terhadap kaum buruh ini tidak hanya
harus
bagi
solusi,
yaitu
dibayarkan karyawannya,
perusahaan yang
kepada
kemudian
para disebut
problem gaji, problem kesejahteraan hidup,
dengan Upah Minimum Regional (UMR)
problem
atau Upah Minimum Daerah (UMD) atau
Pemutusan
Hubungan
Kerja,
problem tunjangan sosial dan kesehatan,
Upah
serta problem kelangkaan pekerjaan.
mengacu pada UU Otonomi Daerah No. 22
Minimum
Kota
(UMK)
yang
Tahun 1999. Intervensi pemerintah dalam hal ini ditujukan menghilangkan kesan
1) Problem Gaji / UMR Salah satu masalah yang langsung
eksploitasi perusahaan atau pemilik usaha
menohok kaum buruh Muslimah adalah
terhadap buruh karena membayar di bawah
tidak sesuainya pendapatan atau gaji yang
standar hidupnya. Pada akhirnya UMR dan
diterima
kebutuhan
UMD selalu digunakan pengusaha untuk
hidupnya, terlebih lagi untuk orang-orang
menekan besaran gaji agar tidak terlalu
yang ditanggungnya. Faktor inilah (yaitu
tinggi,
gaji yang rendah dan kebutuhan hidup
mengorbankan tenaga dan jam kerjanya
semakin meningkat), menjadi salah satu
yang sangat banyak dalam proses produksi
penyulut aksi protes dimana-mana.
suatu perusahaan. Di pihak lain, regulasi
untuk
memenuhi
meskipun
si
buruh
telah
Sama-sama kita ketahui, bahwa gaji
semacam ini justeru dimanfaatkan oleh
rendah kaum buruh adalah penarik ‘nomor
karyawan yang ‘malas’ untuk menuntut
Problematika Buruh Muslimah dan Solusinya dalam Perspektif Islam (Taufiq Munir)
| 29
besaran gaji serupa. Penetapan UMR dan UMD
ternyata
tidak
serta
merta
menghilangkan problem upah.
Menetapkan standar upah yang adil memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tergantung parameter apa yang
Ketika para buruh hanya memiliki sumber pendapatan berupa gaji (upah), pencapaikan
sehingga
bisa
mentransformasikan konsep upah yang adil
2) Problem Kesejahteraan Hidup
maka
digunakan
menurut Islam. Kesulitan penetapan upah ini pernah
kesejahteraan
terjadi dalam penetapan upah Khalifah
bergantung pada kemampuan gaji dalam
Abu Bakr al Shiddiq. Umar bin Khattab
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.
bersama sahabat lain menetapkan gaji Abu
Dalam kenyataanya, jumlah gaji relatif
Bakr dengan standar yang mencukupi
tetap, sementara itu kebutuhan hidup selalu
kehidupan
bertambah (adanya bencana, sakit, sekolah,
golongan menengah. Penetapan gaji ini
tambah anak, harga barang naik, listrik,
tidak begitu jelas sehingga Abu Bakr
telepon, biaya transportasi, dan lain-lain).
meminta ukuran penghasilan pedagang,
Hal ini menyebabkan kualitas kesejah-
yaitu 12 dirham perhari. Standar Abu Bakr
teraan buruh) semakin rendah.
ini adalah kerja yang memungkinkan seseorang
pengupahan
mendapatkan
Muslim
penghasilan.
Penghasilan harian atau bulanan seseorang
B. Islam adalah Solusi Sistem
seorang
yang
terjadi
secara umum dalam masyarakat dalam
karena mereka dunia usaha menghargai
bekerja dapat menjadi standar pengupahan
daya kerja seorang pekerja dengan upah
secara pantas.
yang wajar. Upah yang wajar menurut
Secara
implisit
al-
Qur’an
perusahaan yaitu “biaya hidup dengan
menerangkan tentang masalah upah dalam
batas minimum”. Mereka akan menambah
beberapa ayat, diantaranya:
upah apabila beban hidup bertambah pada batas yang paling minim. Sebaliknya mereka akan mengurangi upah apabila beban hidup berkurang. Oleh karena itu, nilai tukar seorang pekerja ditentukan berdasarkan
beban
hidupnya,
tanpa
memperhatikan jasa yang diberikan oleh tenaga seseorang.
30 |
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan. (QS. An-Nisa: 32). "Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut bakatnya masingmasing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya". (QS. Al-Isra: 84). Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan". (QS. ATThalaq: 7).
kemudian ia tidak memenuhinya. Kedua, orang yang menjual seorang manusia bebas (bukan budak), lalu memakan uangnya. Ketiga, adalah orang yang menyewa seorang upahan dan mempekerjakan dengan penuh, tetapi tidak membayar upahnya.
Ayat-ayat di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa upah besar atau
Hadits di atas menegaskan tentang
kecil tergantung kepada kualitas beban yang dipikul oleh buruh. An Nabhani, dalam “Nizham al-Islam” juga tidak mendasarkan upah pada kebutuhan hidup. Ia mendasarkan upah pekerja pada jasa atau manfaat yang diberikan pekerja dengan perkiraaan ahli terhadap jasa tersebut di tengah masyarakat. Jika upah telah disebutkan pada saat ‘akad’ maka
waktu pembayaran upah, agar sangat diperhatikan. Keterlambatan pembayaran upah
disebutkan, atau terjadi perselisihan di dalamnya, maka upah yang diberlakukan
Upah dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) upah yang telah disebutkan pada saat akad yang dikenal dengan ajr almusamma, (2) upah yang sepadan atau ajr Ajr
al
musamma
perbuatan
upah para pekerjanya termasuk orang yang dimusuhi oleh Nabi saw pada hari kiamat. (Al-‘Assal, A.M dan Fathi Ahmad Abdul Karim. 1999) Umar bin Khattab termasuk diantara sahabat Rasulullah saw. yang konsisten memegang amanah tersebut. Ini tercermin dari
cerita
ad-Damsyiqy
yang
menceritakan sebuah riwayat dari Al-
adalah upah yang sepadan.
al-mitsl.
sebagai
zalim dan orang yang tidak membayar
upah yang berlaku adalah upah yang disebutkan, sedangkan jika upah belum
dikategorikan
ketika
disebutkan harus diiringi dengan kerelaan kedua belah pihak yang berakad. Tentang komitmen untuk pembayaran upah atau gaji buruh ini dijelaskan dalam Hadis dari Abu Hurairah ra., bahwa beliau bersabda: Allah telah berfirman: Ada tiga jenis manusia dimana Aku adalah musuh mereka nanti di hari kiamat. Pertama, adalah orang yang membuat komitmen akan memberi atas namaKu (bersumpah dengan nama-Ku),
Wadliyah bin Atha’, ia mengatakan bahwa di kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Atas jerih-payah para guru TK itu, Khalifah Umar Ibnu Al Khathab memberikan gaji kepada mereka sebesar 15 dinar setiap bulan (satu dinar = 4,25 gram emas). Totalnya, 63,75 gram emas. Sekarang harga emas per-gram lebih dari
400ribu
Rupiah.
Jadi,
kalaulah
dianggap satu gram emas harganya sekitar Rp400.000, berarti gaji guru pengajar anak-anak itu, lebih kurang Rp25.500.000. Gaji yang sangat fantastis dibandingkan dengan gaji guru atau dosen sekarang ini.
Problematika Buruh Muslimah dan Solusinya dalam Perspektif Islam (Taufiq Munir)
| 31
Untuk persoalan kesejahteraan buruh
Langkah
kedua:
Negara
me-
yang muncul akibat kebijakan negara
nyediakan berbagai fasilitas lapangan kerja
dalam bidang politik ekonomi, maka
agar setiap orang yang mampu bekerja
menurut Islam negaralah yang bertanggung
dapat memperoleh pekerjaan
jawab menyelesaikannya. Sementara itu,
Jika orang-orang yang wajib bekerja
jika masalah kesejahteraan buruh yang
telah berupaya mencari pekerjaan, tapi ia
muncul akibat semata hubungan pengusaha
tidak
dan buruh, maka ini seharusnya dapat
mampu bekerja dan telah berusaha mencari
diselesaikan sendiri oleh pengusaha dan
pekerjaan tersebut, maka negara wajib
pekerja.
menyediakan lapangan pekerjaan atau
Islam
memberikan
pekerjaan,
padahal
cara
memberikan berbagai fasilitas agar orang
tiap
yang bersangkutan dapat bekerja untuk
individu masyarakat, dengan cara yang
mencari nafkah penghidupan. Sebab, hal
mulia. Hal itu akan mencegah individu-
tersebut menjadi tanggung jawab negara.
individu masyarakat yang sedang dililit
Rasullah saw bersabda:
pemenuhan
alternatif
memperoleh
kesejahteraan
bagi
kebutuhan berusaha memenuhi kebutuhan mereka
dengan
menghinakan
diri
(meminta-minta).
“Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan ia akan diminta
Langkah pertama: memerintahkan kepada setiap kepala keluarga untuk bekerja. Barang-barang kebutuhan pokok tidak mungkin diperoleh, kecuali manusia
pertanggungjawaban
terhadap
urusan rakyatnya” (HR Bukhari dan ُ ٍ َ ُ َ ْ Muslim). (Teks Hadisnya: « اع َوﻫ َﻮ ﻻﻣﺎم ر ِ ا َ ٌ َ )»ﻣ ْﺴ ُﺆ ْول ﻗ ْﻦ َر ِﻗ َّﻴ ِﺘ ِﻪ.
berusaha mencarinya. Islam mendorong
Dalam Hadis lain yang diriwayatkan
manusia agar bekerja, mencari rezeki, dan
Imam Bukhari disebutkan, bahwa ada
berusaha. Islam telah menjadikan hukum
seorang pengangguran datang ke hadapan
mencari rezeki tersebut adalah fardhu.
Rasulullah saw. Dia tidak memiliki skill,
Banyak
apalagi modal untuk usahanya. Rasulullah
ayat
dan
Hadis
yang
telah
memberikan dorongan dalam mencari
saw.
nafkah. Allah Swt. berfirman:
menyerahkan
“Dialah (Allah)yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, serta makanlah sebagian rezekiNya”. (QS. al-Mulk: 15).
memanggilnya.
hendak
dirham
sambil
menggenggam sebuah kapak dan sepotong kayu. Lalu, beliau serahkan kepada orang itu sambil mengatakan: “Makanlah dengan satu dirham, dan sisanya
32 |
dua
Beliau
belikanlah
kapak,
lalu
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
gunakanlah untuk bekerja.” (Teks َْ َ ْ َ ْ َ ُْ َ َ َ Hadisnya: « ﺮﺘ ﺑِﺎﻵﺧ ِﺮ ﻓﺄ ًﺳﺎ ِ ﻞﻛ ﺑِﺄﺣ ِﺪ ِﻫﻤﺎ واﺷ
ْ ْ َ )»واﻗ َﻤﻞ ﺑِ ِﻪ.
anaknya,
dan
ahli
waris
pun
berkewajiban demikian…”. (QS alBaqarah: 233). Langkah keempat: Negara secara
Beliau perintahkan agar ia pergi ke
langsung memenuhi kebutuhan pangan,
suatu tempat yang telah beliau tentukan
sandang, dan papan dari seluruh warga
dan bekerja di sana, dan nanti kembali lagi
negara
memberi
membutuhkan
kabar
tentang
keadaannya.
Setelah beberapa lama, orang itu datang ke Rasulullah
saw.
seraya
mengucapkan
yang
dan
berfungsi menjadi penyantun orang-orang lemah
yang kini didapati.
pemerintah
dan
membutuhkan, adalah
sedangkan
pemelihara
dan
Memerintahkan
pengatur urusan rakyatnya. Dalam hal ini
kepada setiap ahli waris atau kerabat
negara akan diminta pertanggungjawaban
terdekat untuk turut bertanggung jawab
terhadap
memenuhi kebutuhan pokok orang tertentu
tanggungannya. Dalam rangka memenuhi
jika kepala keluarganya sendiri tidak
kebutuhan pokok masyarakat yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan orang yang
mampu memenuhi kebutuhannya secara
menjadi tanggungannya.
sempurna–baik
Jika
ketiga:
mampu
Menurut Islam negara (baitul mal)
terima kasih dan menceritakan kemudahan
Langkah
tidak
negara
telah
rakyat
karena
yang
menjadi
mereka
telah
menyediakan
berusaha, tapi tidak cukup (fakir dan
lapangan pekerjaan tapi tetap tidak mampu
miskin), maupun terhadap orang-orang
bekerja sehingga tidak mampu mencukupi
yang lemah dan cacat yang tidak mampu
nafkah anggota keluarga yang menjadi
untuk
tanggung
menempuh berbagai cara untuk memenuhi
jawabnya,
maka
kewajiban
nafkah itu dibebankan pada para kerabat dan ahli warisnya, sebagaimana firman Allah Swt.:
bekerja–maka
negara
harus
kebutuhan hidup mereka. Negara dapat saja memberikan nafkah baitul mal tersebut berasal dari harta zakat
“Kewajiban ayah memberi makan dan
yang merupakan kewajiban syar’i, dan
pakaian kepada para ibu dengan cara
diambil oleh negara dari orang-orang kaya
yang makruf. Seorang tidak dibebani
(QS. At-Taubah: 103). Dalam hal ini
selain
kadar
negara berkewajiban menutupi kekurangan
kesanggupannya. Janganlah seorang
itu dari harta benda Baitul Mal (di luar
ibu menderita kesengsaraan karena
harta zakat) jika harta benda dari zakat
anaknya dan seorang ayah karena
tidak mencukupi.
menurut
Problematika Buruh Muslimah dan Solusinya dalam Perspektif Islam (Taufiq Munir)
| 33
Bukan sesuatu yang mengherankan, selain bertindak sebagai utusan (Rasul)
PENUTUP Buruh Muslimah masih mengalami
Allah, nabi Muhammad saw. adalah kepala
eksploitasi.
Situasi
negara
kemiskinan
berkepanjangan,
dalam
melaksanakan menegakkan
sistem
kehidupan,
uqubat
(sanksi-sanksi),
hudud,
mengadakan
menciptakan pengusaha
ini
jurang dan
menciptakan dan
pemisah
buruh
akan antara
terutama
kaum
perjanjian-perjanjian dengan negara-negara
Muslimah. Pemerintah harus meningkatkan
tetangga Daulah Islamiah, menyatakan
potensi buruh perempuan, dengan cara
perang terhadap musuh-musuh Islam, dan
meningkatkan pendidikan dan latihan khusus
menghadapi segala macam intrik yang
buat kaum Muslimah. Pemerintah juga wajib
dilancarkan setiap kepala negara musuh,
melakukan rekrutmen calon pekerja wanita
termasuk
dalam program pelatihan kerja, sehingga
juga
menjamin
kebutuhan
masyarakat serta menyelesaikan persoalan ekonomi
masyarakat.
Beliau
saw.
bersabda:
DAFTAR PUSTAKA
“Siapapun orang mukmin yang mati sedang dia meninggalkan harta, maka wariskanlah hartanya itu kepada keluarganya yang ada. Siapa saja yang mati sedang dia menyisakan utang atau dhayâ’an, maka serahkanlah kepadaku. Selanjutnya, aku yang akan menanggungnya”. (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Pangan
dan
sandang
adalah
kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi. Tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari dua kebutuhan itu. Oleh karena itu, Islam menjadikan dua hal itu sebagai nafkah pokok yang harus diberikan
kepada
orang-orang
yang
menjadi tanggung jawabnya. Negara harus berbuat sekuat tenaga sesuai ketentuan Islam, yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, termasuk buruh Muslimah.
34 |
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Abdul Karim Zaidan, al-Mufasshal fi ahkam al-mar'ah
wa
al-bait
al-Muslim,
Muassasat al-Risalah, Jilid IV Abdullah, M.H. 1990,Diraasaat fil Fikril Islami,
Penerbit:
Darul
Bayariq,
Aman. Al-Badri, A. A. 1992. Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam (Terjemahan). Penerbit Gema Insani Press. Jakarta Muhammad 'Atiyyah al-Abrasyi, Makanat al-Mar'ah fi al-Islam, Maktab alUsrah 2003. Muhammad Imarah, Al-a'mal al-kamilah, al-Muassasah
al-Arabiyah
li
al-
dirasah wa al-nasyr Beirut, 1976. Qasim Amin dalam al-Mar'ah al-Jadidah, al-Majlis al-A'la Li al-tsaqafah, tanpa tahun.
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015