Teologi Upah Dan Kesejahteraan Buruh Dalam Perspektif Hadis Muhammad Makmun Abha )Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ملخص هذه الرسالة تبحث في مفهوم مثالي حول أجرة األجير
وسالمه وسعادته من خالل هداية األحاديث النبوية، ومن خالل البحث وجد الباحث بعض المكتشفات
اآلتية( :األولى) إن األجير في اإلسالم ذو موقف عال يستوي فيه كل إنسان كمخلوق عاملي أجي ار كان أم سيدا (الثانية) إن لألجير حقوقا أساسية البد لسيده أن
أن يعطيها إياه ،وهي أن اليوضع السيد أجيره آلة من آالت التصنيع ،وأن يعطيه أجرته أجرة مناسبة
ألعماله ،وأن ال يجعل السيد أجيره عبدا اليستخير على نفسه ،وأن يعامل السيد أجيره أحسن المعاملة،
وهلم ج ار (الثالثة) إن من سعادة الحياة الدنياوية التي هي مزرعة من مزرعات اآلخرة أن يكون لكل إنسان
عمل يستعين به على تكفيل حوائجه ،وتحث األحاديث النبوية أن من أحسن أعمل إنسان هو عمله بيده وكل بيع مبرور
Key Words: Hadis, upah, buruh, kesejahteraan, wirausaha
A. Pendahuluan
Hubungan )۱ : antara (agamaالمائدة dan ekonomi dalam Islam tidak bias dipisahkan begitu saja. Keduanya merupakan dua hal yang sangat mendukung antara satu dan yang lain bak dua sisi mata uang. Bah-
Teologi Upah dan Kesejahteraan Buruh ... Muhammad Makmun Abha
19
kan kelahiran Islam sendiri dapat merefleksikan sebuah reformasi yang total terhadap keangkuhan sistem dan peradaban ekonomi yang melekat dalam masyarakat jahiliyyah kala itu.1 Dalam bidang ekonomi, keangkuhan masyarakat jahiliyyah misalnya ini dapat dilihat dari perlakuan yang tidak semestinya terhadap perempuan, penindasan terhadap suku dan klan yang kecil, peminggiran kaum miskin, pemusatan kekuasaan pada kaum aristokrat, ketimpangan ekonomi, dan lain-lain.2 Manusia di muka bumi dituntut untuk mampu menemukan solusi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus berkembang. Manusia sebagai khalifah di bumi ini akan merugi dunia-akhirat manakala ia tidak mampu memanfaatkan kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya.3 Dalam sebuah pekerjaan seudah barang tentu terdapat beberapa unsur. Salah satu di antaranya adalah unsur pegawai-buruh, gaji dan majikan. Polemik upah buruh misalnya merupakan salah satu isu yang semakin hangat untuk dipebincangkan. Asumsi dasarnya adalah adanya hubungan yang signifikan antara upah dengan perolehan laba juga adanya tindakan tidak maksimal dari pihak buruh jika upahnya tidak diperhatikan.4 Berlatarbelakang 1 Term ‘jahiliyyah’ menunjuk pada era kehidupan kabilah-kabilah Arab sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, yang ditandai dengan ketiadaan petunjuk Allah SWT, seorang Rasul Penerima wahyu, tidak ada pula kitab suci yang menjadi pedoman hidup. Philip K. Hitti, History of The Arabs (London: The Macmillan Press Ltd, 1970), 87. 2 Fazlur Rahman menyebutkan bahwa problem akut yang dihadapi masyarakat Arab pada waktu itu, sebagaimana tampak dalam surat-surat awal al-Qur’an adalah pholitheisme (penyembahan berhala), eksploitasi kaum miskin, permainan kotor dalam perdagangan dan ketiadaan tanggung jawab umum terhadap masyarakat. Problem aktual lain yang juga menjadi ciri kehidupan waktu itu adalah perpecahan dan kecenderungan konflik antar kabilah sehingga mudah sekali berubah menjadi perang yang berkepanjangan. Salah satu contohnya adalah Perang Basus yang berlangsung 40 tahun antara Bani Bakr dan Taghlib yang hanya disebabkan oleh kematian seekor unta. Fazlur Rahman, Islam and Modernity Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago: The University of Chicago Press,1982), 3; Abu al-Faraj al-Isfihani, Kitab al-Aghani, vol. 1( Beirut: Mat}ba’ah al-‘Arabiyyah, tt), 140-152. 3 Sudrajat Rasjid.dkk., Kewirausahaan Santri (Bimbingan Santri Mandiri), (Jakarta:Citrayuda, 2005), 43 4 Bambang
Setiadji, Upah Antar Buruh Industri di Indonesia ( Surakarta:
20
Jurnal Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2013
dari adanya ketimpangan antara konsep ideal dalam islam dan realitas sosial yang jauh dari ideal itulah penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji wawasan hadis tentang teologi upah dan kesejahteraan buruh.
B. Buruh; Definisi dan Ruang Lingkupnya Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, buruh dapat diartikan dengan seseorang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.5 Upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang telah disetujui. Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu: Buruh harian, Buruh kasar, Buruh musiman, Buruh pabrik, Buruh tambang, Buruh tani, Buruh terampil, Buruh terlatih.6
C. Teori Ekonomi Kapitalis dan Sosialis tentang Upah Ada beberapa pendapat yang besar di kalangan ekonom terkait masalah pengupahan. Sebagian ekonom mengatakan upah ditetapkan berdasarkan tingkat kebutuhan hidup, sedangkan yang lainnya menetapkan berdasarkan ketentuan produktivitas marginal. Menurut teori ekonomi konvensional kekayaan akan bertambah searah dengan peningkatan ketrampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi. Kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi total dengan jumlah penduduk atau yang dewasa ini disebut pendapatan riil per kapita.7 Menurut Adam Smith, pembayaran uang yang terbesar untuk membiayai produksi dan distribusi ialah upah, sewa dan laba. Dengan demikian upah para pekerja tidak dapat dibayarkan seluruhnya sebanyak nilai riil produk yang dihasilkannya, karena sebagian Muhammadiyyah University Press, 2002), hal. 21 5 http://kbbi.web.id/buruh. diakses pada 30 Mei 2013. 6 http://bayuzu.blogspot.com/2012/04/pengertian-buruh.html. diakses pada 30 Mei 2013. 7 George Soule, Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka dari Aristoteles hingga Keynes. Terj, Gilarso (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 55
Teologi Upah dan Kesejahteraan Buruh ... Muhammad Makmun Abha
21
dari nilai riil tersebut harus disediakan untuk laba. Laba merupakan unsur mutlak dari sebuah produksi.8 Menurut orang kapitalis, Upah yang wajar menurut mereka, yaitu biaya hidup dengan batas minimum. Mereka akan menambah upah tersebut, apabila beban hidupnya bertambah pada batas yang paling minim. Sebaliknya mereka akan menguranginya, apabila beban hidupnya berkurang. Oleh karena itu, nilai tukar seorang pekerja ditentukan berdasarkan beban hidupnya, tanpa memperhatikan jasa yang diberikan oleh tenaga seseorang. Sedangkan menurut Sosialis, nilai suatu barang harus sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang, yang di dalamnya termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami.9 Kelebihan nilai produktivitas kerja kaum buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih, yang hanya dinikmati oleh para pemilik modal. Makin kecil upah yang dibayarkan pada kaum buruh, makin besar nilai lebih yang dinikmati oleh pemilik modal, yang menurut Marx berarti penghisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh.10 Pada dasarnya teori ini diambil dari ahli ekonomi Kapitalis Adam Smith. Kemudian balas menyerang Smith dengan teori tersebut. Menurutnya, nilai suatu barang harus sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang, yang di dalamnya termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami. Kelebihan nilai produktivitas kerja kaum buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih, yang hanya dinikmati oleh para pemilik modal. Makin kecil upah yang dibayarkan pada kaum buruh, makin besar nilai lebih yang dinikmati oleh pemilik modal, yang menurut Marx berarti penghisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh.11
8 George Soule, Pemikiran Para Pakar Ekonomi,...... 58. 9 Ludwic Von, Sosialism An Economic And Sociological Analysis (USA: Indianapolis, 1973), 143. 10 Frans Magnis, Pemikiran Karl Marx, dari Sosialis Utopis perselisihan Refisionisme (Jakarta:Gramedia, 1999), 185. 11 William A. McEachern, Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer (Jakarta: Thomson Learning, 2001), 222-223.
22
Jurnal Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2013
D. Hadis-hadis tentang Upah dan Kesejahteraan Buruh 1. Buruh Bukan Alat Produksi Tidak bisa dipungkiri bahwa Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan masing-masing individu. Sehingga dalam persoalan pekerjaan juga tidak bisa dibenarkan jika seorang majika menjadikan buruh atau pegawainya sebagai manusia yang kurang terhormat. Dalam Islam, buruh mendapat tempat yang sangat tinggi sebagai seorang pekerja sebagaimana seorang majikan juga bekerja dengan mempekerjakannya. Di dunia ini semua manusia jika dirunut semuanya adalah buruh bahkan seorang bos dan majikan sekalipun karena terjadinya perputaran proses yang terus menerus. Jika diumpamakan, seorang pegawai pabrik makanan menjadi buruh majikannya, majikan terse but menjadi buruh majikan berikutnya hingga posisi teratas. Orang yang dala posisi teraras ini akan menjadi buruh dari para pembeli makanan tersebut dan seterusnya. Dengan demikian, entitas pekerja baik majikan maupun pegawai atau buruh, keduanya disejajarkan. Dalam hadis disebutkan:
ِ اس ح َّدثََنا ُشعبةُ ح َّدثََنا و ب َ َح َّدثََنا ْ اصل ْاْل ُ َح َد َ َْ َ ٍ آد ُم ْب ُن أَبِي ِإَي َ ي َّ ت أََبا َذر اْل ِغفَ ِار َ َوي ٍد ق َ َق ْ ور ْب َن ُس ُ ال َأرَْي ُ ال َس ِم ْع َ ت اْل َم ْع ُر ِر ض َي اللَّهُ َع ْنهُ َو َعلَْي ِه ُحلَّة َو َعلَى ُغ َال ِم ِه ُحلَّة فَ َسأَْلَناهُ َع ْن َ َّ َّ النبِ ِّي َّ ت َر ُج ًال فَ َش َكانِي ِإلَى َ ََذِل َك فَق ُ ال ِإِّني َس َاب ْب ُصلى الله َ
َّ ِ َّ َّ النبِي َّ ال ِلي ُم ِه ِّ َعَّي ْرتَهُ بِأ َ ََعلَْي ِه َو َسلَّ َم فَق َ صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم أ َ ِ َ ال ِإ َّن ِإ ْخو َان ُكم َخولُ ُكم جعلَهم اللَّه تَ ْح ان َ َثَُّم ق ُ ُْ َ َ ْ َ ْ َ َ ت أ َْيدي ُك ْم فَ َم ْن َك ط ِع ْمهُ ِم َّما َي ْأ ُك ُل َوْلُيْلبِ ْسهُ ِم َّما َيْلَب ُس َوَال ْ ت َي ِد ِه َفْلُي ُأ َ َخوهُ تَ ْح َّ ِ ِ ِ وه ْم ُ وه ْم َما َي ْغلُبهُ ْم فَأَع ُين ُ وه ْم َما َي ْغلُبهُ ْم فَِإ ْن َكل ْفتُ ُم ُ ُتُ َكلِّف
“Sesungguhnya mereka yang bekerja di bawah (pengawasan)mu adalah ِ عAllah saudaramu. ال ر َع ْن َع ْم ِروmereka ا ِم ْس َعuntuk َح َّدثََنbekerja و ُن َع ْيٍمdenganmu. َح َّدثََنا أَُب َ َام ٍر ق َ ْب ِنmenempatkan Maka jika seorang saudara bekerja di bawah (kepemimpinan) saudara
َّ ِ َّ ان صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه ُ َس ِم ْع َ ت أََن ًسا َرض َي اللهُ َع ْنهُ َيقُو ُل َك َ النبِي ِْ وسلَّم ي ْحتَ ِجم ولَم ي ُك ْن ي ْ َح ًدا أ َ ظل ُم أ َ َ َْ ُ َ َََ َُج َره
Teologi Upah dan Kesejahteraan Buruh ... Muhammad Makmun Abha
23
lainnya, maka merupakan kewajiban atas saudara yang berkuasa untuk memberi makanan yang sama kepada saudara mudanya sebagaimana ia memberi bagian kepada dirinya sendiri dan memberinya pakaian yang sama sebagaimana yang ia pakai dan tidak membebankan terlalu banyak beban kerja pada pundak (pekerja) sehingga mereka menanggung beban terlalu berat. Dan ketika mereka terbebabi terlalu berat, maka hendaknya engkau membantu mereka.” (H.R. al-Bukhari)12
Melihat hadis di atas, dengan jelas bisa diambil sebuah norma bisnis yang ideal dalam islam, yaitu tidak dikenal memposisikan buruh sebagai alat produksi. Buruh yang notabene manusia memiliki sebuah kehormatan asasi yang langsung diberikan oleh Allah layaknya manusia lainnya yang dalam hal ini menjadi majikannya. Jika buruh dianggap sebagai alat produksi sebagaimana yang terjadi dalam sistem ekonomi kapitalis maka dalam hal ini kehormatan manusia sudah disamakan dengan mesin-mesin produksi lainnya yang akan berimbas pada pengerukan keuntungan yang sebear-besarnya oleh sebuah perusahaan dengan tanpa memperhatikan manusia buruh trsebut karena mereka dalam hal ini sudah dianggap sebagai alat produksi. Untuk itulah Islam dengan hadisnya memberikan norma ideal tentang posisi buruh yang sanggat mulia sebagai makhluk pekerja. 2. Hak-hak Asasi dalam Kesejahteraan Buruh a. Mendapatkan Upah yang Layak Dalam dunia bisnis, banyak dijumpai karyawan-karyawan perusahaan dengan gaji rendah, sementara bobot pekerjanya terhitung berat. Mereka lelah dengan pekerjaan, sementara upah yang diterima tidak mampu mengembalikan modal tenaga atau keahlian mereka. Akibatnya, mereka akan menderita baik secara fisik maupun psiokogis. Hal ini oleh Islam tentu tidak dibenarkan. Dalam Islam tidak dibenarkan mengeruk banyak keuntungan dengan menggaji karyawan secara rendah. Upah harus ditentukan sesuai dengan bobot kerjan dan keahlian pegawai. Upah harus ditentukan secara adil dan tidak dilakukan dengan sewenang-wenangnya. Kadar upah buruh yang adil adalah 12 Al-Bukhari, al-Jami’ al-Shahih, hadis no. 2359 dalam CD ROM Mausu’ah alHadits al-Syarif, Edisi II, Global Islamic Company, 2000.
ِر ض َي اللَّهُ َع ْنهُ َو َعلَْي ِه ُحلَّة َو َعلَى ُغ َال ِم ِه ُحلَّة فَ َسأَْلَناهُ َع ْن َ َّ النبِ ِّي صلَّى ِ َ ََذِل َك فَق ُ ال ِإِّني َس َاب ْب ُاللهJurnal َSyari’ahَّ ت َر ُج ًال فَ َش َكاني ِإلَى 24 Vol. II, No. II, Oktober 2013 َّ ِ َّ َّ النبِي َّ ال ِلي ُم ِه ِّ َعَّي ْرتَهُ بِأ َ ََعلَْي ِه َو َسلَّ َم فَق َ صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم أ َ ِ ان م فَ َم ْنdengan اللَّهُ تَ ْحdan لَهُ ْمkuantitas خ َولُ ُك ْم َج َعbidang َّن ِإ ْخdan ال ِإ َ sudah َثَُّم ق َ َو َان ُك ْمkerja َkualitas َ َكsesuai ْ ت أ َْيدي ُك yang semestinya upah bisa mencukupi tahap minimum keperluanasas أ ُس َوَالmanusia ِم َّما َيْلَبdiُهsuatu َوْلُيْلبِ ْسdaerah َي ْأ ُك ُلtertentu. ط ِع ْمهُ ِم َّما ْ ت َي ِد ِه َفْلُي ُ َ َخوهُ تَ ْح setiap
Dalam satu kesempatan Nabu juga pernah memberikan َّن َكلmembekam ِ بهم فَأatas ِ موهم مdalam وه ْم َع ُين وه ْم تُ َك upah kepada ْآدَمما َيب ْغنِلُب أَهُبِْميفَِإ ِإNabi ُ seseorang ُاسْفتُ ُح َّد ُلَِّّدفُثناMuُاشعَيبْغةلjasanya ْ ْ ُ َ ِ َّ ٍ اْل ب د َح ل اص و ا ن ث د ح ا ن ث ي ح ْ ُ َ َ َ ُ َ َ ُ ْ sebagaimana َ ْ َ َ dalamَ hadis berikut: ُْ ُ َ َ hammad َ َ َ digambarkan
ِ ت أْبَبِان َذعر ِ َالََنا سأِمَبعوتُنعاْيْلٍممعرح َّدث َّ ي َّال َاماٍْلرِغفَقَِار َ وي ٍد َعقَْن َ َ ال َعَأْرمَْيِرُو ْورَنا ْب َنم ْس َعُسر َ َُ ْ َ َ ُ ْ ُ َ قَحدَث َّ ض ِ سر ِمِعت أَنَّسا ر َِّ غ َال ان عي ِْهن صلَّ فَى َسأَْل النمبِهي ُحلَّ َة ََْاللََّنهُاهُ َعل ْ ََ َُ يو َعلَاللْي ِهُ َعُحْنلَّهُة َيقَُووَعُلَلىَك َ ُض َيُ َالل ًهُ َع ْنه ِْ ت َّ َّ النبِ ِّي الِج ُمِإِّن َويلَ ْم َيس ُكَاب ْبن َُي َّ َج َانِرهُي ِإلَى َْح ًدفَا َشأ َك َََوذِلَسلََّكَم يفَقَْحت َظَلرُمُج ًأال ُصلى الله َ
Anas berkata bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah melakukan ِالنب َّ ِليseseorang صلَّى ي ال َِسلَّ َم فَقatas ِه َوupah َعلَي ِهbekam ُم َّرتَهُ بِأdan َعَّي أtidak َو َسلَّ َمsekali-kali اللَّ ِهُ َعلَْي ِهbeliau َِّخ َ َ mendzalimi َ َّ َ ْ اه أ ه الل ل ع ج ن م ف م ك ي د َي أ ت ح ت ه الل م ه ل ع ج م ك ان و خ إ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ْ ُه ْم... َ (H.R. ُ al-Bukhari). ُnya. َُّكم جعلَهم اللRasulullah ان ِدي ُك ْم فَ َمِّ ْنIbnu ت أ َْي هُِ تَ ْحal-Asqallani, خ َِو َان ُك ْمpernah hajar ُخاَول َتثَُّمح ق ْ ال ِدِإِه َّنَفْلِإي َ َ َ ِ َ ه َكِمMenurut َ ْ ْ ُ ِ ْ ن ف ل ك ي ال و س ب ل ي ا م م ه س ب ل ي ل و ل ك أ ي م م ه م ع ط ََيmelakuت َّ َّ ْ ْ ْ ْ َ ُ َ ُ َْ َ yang ُ ُ ُ meskipun ُ َ berdebat َ ُ ْ ُ bekam َ bekam kan tentang َ ُ َ َ paraُ ْulama ِ ِ ِ ِ ِ dilakukan hadis َيْلَب ُس َوَالNabi م َّماkarena طَّع ْمهُ م ه ِ َفْلyang ت ِ َيد تَ ْحtampak َخوه ْنُي ك ُ اأْل َيlain ُْنَوهْلُيْلبِعلَ ْيس ِههsebagian ِ َّمْغاِلب َيهْأ َُفكْلُيلredaksi ُ ِ ل م ع ي ا م ه ف ل إ ف ه ب ل غ ا م ع َ َ َ ْ ْ ْ َ ُ bekam. ُ ُ ُ َ Namun ُ ُ َ redaksinya ada pencelaan terhadap َ ُ kesamaan َ ََ َّ ِ ِ ِ adalah bahwa Nabi selalu memberikan upah kepada orang ِ وه ْم ُتُ َكلِّف ُ وه ْم َما َي ْغلُبهُ ْم فَأَع ُين ُ وه ْم َما َي ْغلُبهُ ْم فَإ ْن َكل ْفتُ ُم ُ mem-
bekam beliau. Tidak dijelaskan dengan detail oleh Ibnu hajar bagaimana Rasulullah memberikan upahnya. Apakah ada proses ِatau ال َعatas ْب ِنpemahaman َع ْن َع ْم ِروyang ْس َعرlumrah ح َّدثََنا ِمyang أَُبو ُن َعdiَناdaerh dialogis ََح َّدث َ َام ٍر ق َ ْيٍمberlaku tersebut. Namun upah oleh Nabi dilihat sebagai hak mutlak yang 13 ِ َّضي الل ِ tersebut. tentunya َّ َكانjerih اللَّه علَي ِهsebanding بِي صلَّىdengan الن يقُو ُلpayah ه ع ْنهpegawai ت أَنسا ر سمع
َْ ُ
َُ َ ُ َ َ ًَ ُ ْ َ b. Hak Mendapatkan Perlindungan Kerja ِظ َح ًدا َي ْحتَ ِج ُم َولَ ْم َيal-khamَو َسلَّ َم ْ ُك ْن َيal-daruriyyat Di samping konsepُرهhifz ْ أal-nafs َ ل ُم أdalam َ َج َ
َ
sah, dalam sebuah hadith, Nabi bersabda:
َ ت أ َْي ِدي ُك ْم فَ َم ْن َج َع َل اللَّهُ أ َ ُه ْم ِإ ْخ َو ُان ُك ْم َج َعلَهُ ُم اللَّهُ تَ ْح... َُخاه ط ِع ْمهُ ِم َّما َي ْأ ُك ُل َوْلُيْلبِ ْسهُ ِم َّما َيْلَب ُس َوَال ُي َكلِّفُهُ ِم َن ْ ت َي ِد ِه َفْلُي َ تَ ْح اْل َع َم ِل َما َي ْغِلُبهُ فَِإ ْن َكلَّفَهُ َما َي ْغِلُبهُ َفْلُي ِع ْنهُ َعلَ ْي ِه
13 Ibnu Hajar al-‘Asqallani, Fath al-Bari, Syarh hadis no. 2119 al-Bukhari dalam CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif, Edisi II, Global Islamic Company, 2000.
Teologi Upah dan Kesejahteraan Buruh ... Muhammad Makmun Abha
25
“Para perkerja adalah saudaramu yang dikuasakan Allah kepadamu. Maka barang siapa mempunyai pekerja hendaklah diberi makanan sebagaimana yang ia makan, diberi pakaian sebagaimana yang ia pakai, dan jangan dipaksa melakukan sesuatu yang ia tidak mampu. Jika terpaksa, ia harus dibantu” (HR. Ahmad).
Hadis ini sangat jelas menyatakan bahwa keamanan buruh berada dalam tanggungan para majikan. Kewajiban memberi makanan dan pakaian sebagaimana yang dipakai majikan, jika dipahami dengan pemahaman Isharah al-Nas,14 adalah perintah untuk menyediakan basic need, sebagaimana dibayangkan Maslow. Juga, larangan memaksa melakukan pekerjaan yang mereka tidak mampu dan kewajiban membantu melaksanakan pekerjaan tersebut bisa dipahami sebagai kewajiban memberikan fasilitas dan perlindungan kerja. c. Hak melaksanakan ibadah dengan tetap mendapatkan upah. Dalam sebuah negara demokrasi, melakukan internalisasi terhadap standar, harapan, prinsip, norma, ide dan keyakian yang dipegangnya adalah hak azasi. Ia berhak mengetahui, memahami, dan mengambil tindakan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya. Dalam konteks seorang buruh muslim, nilai tersebut adalah keimanannya. Keimanan dalam perspektif ini adalah keyakinan pada keesaan Allah yang terbangun jauh sebelum ia dilahirkan, sebagaimana dinyatakan sabda Nabi berikut:
ِق ر ال َر ُسو ُل اللَّ ِه ِّ َع ْن أَبِي َب ْك ٍر َ َال ق َ َض َي اللَّهُ َع ْنهُ ق َ ِ الص ِّدي صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َال َي ْد ُخ ُل اْل َجَّنةَ َب ِخيل َوَال َخب َوَال َخائِن َ ِ ِ ون ِإ َذا َ َوَال َسيِّئُ اْل َملَ َكة َوأ ََّو ُل َم ْن َي ْق َرعُ َب َ اب اْل َجَّنة اْل َم ْملُو ُك
ِ َّ ِ ِ َّ يما َب ْيَنهُ ْم َوَب ْي َن ْأ َ َح َسُنوا ف َ يما َب ْيَنهُ ْم َوَب ْي َن الله َع َّز َو َجل َوف )َم َو ِالي ِه ْم (رواه احمد
“Tidak masuk Surga orang pelit, penipu, pengkhianat, dan orang َّبِ ِّي صلSedangkan pelayananannya orang yang َّ جل ِإلَى ول َر ُسjelek ال َيا َعَل ْي ِه َو َسلَّ َم فَقterhadap ى اللَّهمmajikan. الن اء َر ج َyang َ َ ُ َ َ pertama kali mengetuk pintu Surga adalah para buruh yang baik َter-
ت َ َق َ َع َ ص َم َ ص َم َ ت َع ْنهُ ثَُّم أ َ َاد ف َ َال ف ِ ين َم َّرةً (رواه َ َع ْنهُ ُك َّل َي ْوٍم َس ْبع
14 Wahab Khallaf, Ilm Ushul fiqh, 145
ِ ُاللَّ ِه َكم يعفَى ع ِن اْلممل وك َْ َ ُْ ْ
ال ُي ْعفَى َ َاد فَق َ َع َ َع ْنهُ ثَُّم أ
)احمد
26
Jurnal Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2013 hadap sesamanya, taat kepada Allah, dan kepada majikannya.” (HR Ahmad)15
d. Hak melakukan mogok kerja. Harus diakui, bahwa pemogokan buruh memang persoalan yang َّ diartikan ِق ر ِ يsebagai ٍ ْن أَبِي َب ْكdiri اللَّ ِهkrusial. ال َر ُسو ُل ض الص ِّد َع ِّ رpenarikan َPemogokan َ َ َع ْنهُ قdapat َال ق َُي اللهyang َselama seorang buruh dari pekerjaannya ini dilakukan, denganِ harapan memperoleh َّه علَ ْي ِه وسلyang َّى اللlebih َّصل ةَ َب ِخيل َوَال َخب َوَال َخائنperlakuan ْد ُخ ُل اْل َجَّنatau م َال َيpenghasilan َ ُ َ َ َ َ baik. Pressure ini akan mengakibatkan produksi terhenti, sehingga harga akan naik, ِdan majikan akan mengalami Jawaِ َكkerugian. ِ ون َّ ا ذ إ ك و ل م م ل ا ة ن ج ل ا اب ب ع ر ق ي ن م ل َو أ و ة ل م ل ا ِّئ ي س َوَال َّ ْ ْ ْ َ َ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ini, jika kesepakatan َ َ ُ َadalah َtetap tidak ban dari langkah َ tercapai, dengan lock out atau menutup perusahaan. Target dari langkah ِ ِ َع َّز و َج َّلkeinginan ْي َنadalah ْيَنهُ ْم َوَبuntuk يما َب َوَب ْي َن اللَّ ِهmajikan ا َب ْيَنهُ ْمterhadap يم أ ْbuini َ وفmemaksakan َ َح َسُنوا ف َ َ ruh, sebab buruh akan dihadapkan pada dua pilihan yang sama)رواه احمدdisebutkan ( َم َو ِالي ِه ْم sama sulit; tetap kerja atau PHK. Hal Ini sebagaimana dalam hadis berikut:
ول َ ال َيا َر ُس َ ََو َسلَّ َم فَق ت َ َع َ ص َم َ َع ْنهُ ثَُّم أ َ َاد ف
َّ اء َر ُجل ِإلَى صلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َ النبِ ِّي َ َج ِ ُاللَّ ِه َكم يعفَى ع ِن اْلممل ت َ َوك ق َ ص َم َ َال ف َْ َ ُْ ْ ِ ين َم َّرةً (رواه َ َاد فَق َ َع َ َع ْنهُ ثَُّم أ َ ال ُي ْعفَى َع ْنهُ ُك َّل َي ْوٍم َس ْبع
)احمد
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi. Ia bertanya: wahai Rasul, beraseorang buruh layak dimaafkan ِّ (jika ِ ْبkali نpa س ِع ِيد ب ْب ُن الد َم ْش ِقي اْل َوِل ِيدmelakukan اس ْب ُن َعkesalahan). َح َّدثََنا اْل ُ َح َّدثََنا َو ْهia bertanya َ saja. ُ َّبhanya Nabi diam Kemudian lagi, dan Nabipun diam. Untuk pertanyaan yang ketga kalinya, Nabi menjawab: Buruh harus ِ ِالر ْحم ِن ْبن َزْي ِد ْب ِن أَسلَم ع ْن أَب ِ َالسل ِ َّ َّ يه د ب ع ا ن ث د ح ي م ة َّ َّ 16ي َ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ dima’afkan,َ walaupun ia melakukan َ kesalahan 70 kali sehari.” َعط
e. Waktu Pemberian Upah َّ َّو ُل اللَّ ِه صلupah, َعلَْي ِهDalam ال َر ُس اللَّ ِه ْب ِن ُع َم َرseorang ْن َع ْب ِدmaَع َ Islam َ َقmenganjurkan َال ق ُى اللهmemberikan َ jikan-atasan untun memberikan upah kepada pegawainya setelah ِ طُوا ْاْلDalam َّ َي ِجtempo ف َن َج َير َع pekerjaan itu selesai ْ أsecepatnya. ْ و َسلَّ َم أseْ قَْب َل أyang َُع َرقُهdengan َُج َره َ buah riwayat disebutkan:
ِ ِ ِ ِ ِ َسوا ٬ق َ َوَرك٬ُاستَ ْكَب َر َم ْن أَ َك َل َم َعهُ َخاد ُمه ْ َما َ ْ ب اْلح َم َار باْل َّ 1988), 16 Ahmad Ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, (Mesir: اDar اعتََق َل َو ْ no. َ َالشاةَ ف َحلََبهal-Ma’arif, 5633 15 Ahmad Ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1988), no. 13
ِ ُاللَّ ِه َكم يعفَى ع ِن اْلممل ت َ َوك ق َ َع َ ص َم َ ص َم َ ت َع ْنهُ ثَُّم أ َ َاد ف َ َال ف َْ َ ُْ ْ ِ َّل يوٍمUpah ين َم َّرةً (رواه ى َع َع َ َاد فَق Kesejahteraan َال ُي ْعف َ Buruh َ ثَُّم أ... َُع ْنه َ َس ْبعTeologi ْ َ ْنهُ ُكdan 27 Muhammad Makmun Abha
)احمد
ِّ اس ْب ُن اْلوِل ِيد ب ْب ُن َس ِع ِيد ْب ِن الد َم ْش ِقي َح َّدثََنا َو ْه ُال ق َ ُح َّدنثََناأَبِ اْلي َعَّببك َالص ِّدي َّ ِال رسو ُل اللَّه ِ ِ ٍ ق ه ن ع ه الل ي ض ر ق ر ِّ َْ ْ َع ُ َ َ َ َ َ ُ َْ ُ َ َ ِ ِالر ْحم ِن ْبن َزْي ِد ْب ِن أَسلَم ع ْن أَب يه َّ ََع ِطَّية َّ السلَ ِمي َح َّدثََنا َع ْب ُد َ ُ ْ َ َ َّ ِ ِ ِ َّ صلَّى اللَّهُ َعلَ ْيه َو َسل َم َال َي ْد ُخ ُل اْل َجنةَ َبخيل َوَال َخب َوَال َخائن َ َّ ِ َّال رسو ُل الل ِ ِ ِ صلَّى اللَّهُ َعلَ ْي ِه ه ق ال ق ر م ع ن ب ه الل د ب ع ن َوَعالْ سَيِّْئ الملكْ ِة وأَُوَ َل َمنَ يَق َرع َب ُاب الجَّن ِة ا ون ِإ َذا ك و ل م م ل َ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ ُ َ ََ ِ َعطُوا ْاْل َّ َن َي ِج ف َع َرقُه َج َرهُ قَْب َل أ َج َير أ َو َسلَّ َم أ ْ ْ ْ ُ َّ ِ ِ َّ ِ يما َب ْيَنهُ ْم َوَب ْي َن ْأ َ يما َب ْيَنهُ ْم َوَب ْي َن الله َع َّز َو َجل َوف َ َح َسُنوا ف “Berikanlah upah pegawai (buruh), sebelum kering keringatnya.” (HR. ِ ِ ِ ِ واMajah). ِ ما ٬Ibn ق استمَ ْكَب( َرواهَم ْن أَ َك َ َوَرك٬ُاحمد)َل َم َعهُ َخاد ُمه ْ ب اْلح َم َار بِاْل َ َس ْ َْ َوالي ِه
Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan dan peran seorang pegawai-buruh. Sehingga Islam mengatur gaji َّ bahwa الشاةَ فَ َحلََبهَا اعتََق َل َو ْ َّ َّ َّ ِ ِ ِ hendaklah dibayarkan setelah pekerjaannya selesai dalam tempo َّ ول ي ب الن ى ل إ ج ر ل اء ج َ ِّ َ ال َيا َر ُس َ َصلى اللهم َعلَ ْيه َو َسل َم فَق َُ َ َ َ yang cepat. Imam Abdurrahman Al-Munawi pernah mengatakan ِ menunda bahwa seseorang gaji ت ص َم اد َع أdiperblehkan ت َع ْنهُ ثَُّم ص َم اللَّ ِه َك ْم ُي ْعفَى ُ َع ِن اْل َم ْملpemberian َ َ ق17وك َفtidak َال ف َ َ َ َ َ َ tepat waktu dengan tanpa alasan. Sehingga penulis melihat bahwa hadis keringat ِ yang (رواهredaksi ين َي ْوٍمmenggunakan ْعفَى َع ْنهُ ُك َّلistilah ال ي اد َ َ“فَقsebelum َ َع ًَم َّرةkering” َ ثَُّم أdiperinَُع ْنه َ َس ْبعadalah si pekerja ungkapan untukُ menunjukkan tahkannya memberikan gaji setelah pekerjaan itu selesai ketika si )احمد pekerja meminta walau keringatnya tidak kering atau keringatnya telah kering. f. ب ِنMendapat Baikيdari ِّ اس ْب ُن اْلوِل ِيد ْب ُن َس ِعPerlakuan ب َم ْش ِقMajikan الد َح َّدثََنا اْل َعَّب ْ ِيدIslam ُ َح َّدثََنا َو ْهagar َ danُ atasan mengajarkan para majikan bersikap yang بberwibawa ِ ِ أَبtawadu’ يه َسلَ َم َع ْن ِنdengan الر ْح َم َّدثََناdan ي َحpembantunya. السلَ ِم َّ ََع ِطَّية َّ ب ُدburuh ْ ْب ُن َزْي ِدmemiliki ْ َعyang ْ ِن أdituntut Seorang majikan etika baik kepada pegawai buruhnya. jika mentang-mentang menَِّه صلTidak َّو ُل اللdibenarkan ِ علَ ْيdanاللَّه ِ ن َع ْب ِد اللَّ ِه ْب ه ى س ر ال ق ال ق ر م ع ن َ َ َ َ ْ َع َ ُ ُ َ ُ َ َ َ jadi atasan dan pimpinan kemudian menggunakan kesempatan tersebut untuk menindas buruh dengan semaunya sendiri.َّ Hal ِ اْل َّ َي ِجmelalui ف َن َج َير َو َسل َم ْ َعطُوا ْ أAbu ْ أbahwa ْ قَْب َل أjalur ُ َع َرقُهhadis ini sebagaimana dalam Hurairah, َُج َره Nabi SAW bersabda:
ِ ِ ِ ِ ِ َسوا ٬ق َ َوَرك٬ُاستَ ْكَب َر َم ْن أَ َك َل َم َعهُ َخاد ُمه ْ َما َ ْ ب اْلح َم َار باْل َّ اعتََق َل الشاةَ فَ َحلََبهَا ْ َو
17 Lihat: Abdurrahman al-Munawi, Faidhul Qodir (Syarh al-Jami’ al-Shaghir), (Beirut: Darul Fikr, 1416H/1996M) jilid 1, hal. 718.
28
Jurnal Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2013 “Bukan orang yang sombong, majikan yang makan bersama budaknya, mau mengendarai himar (kendaraan kelas bawah) di pasar, mau mengikat kambing dan memerah susunya.” (HR. al-Baihaqi)
g. Reward dan Punishment? Islam menekan semaksimal mungkin sikap kasar kepada bawahan. Seorang majikan berhak memberikan arahan kepada bawahannya terkait pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Di waktu yang bersamaan, seorang majikan juga diharapkan dapat memantau pekerjaan bawahannya tersebut dengan baik dan bijaksana. Jika seorang bawahan ternyata melakukan kesalahan maka diingatkan dan diarahkan dengan baik, tidak boleh semena-mena apalagi menzhalimi bawahannya. Nabi Muhammad SAW sendiri sebagai seorang utusan Allah, yang menguasai setengah dunia ketika itu, tidak pernah sama main tangan dengan bawahannya. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep ekonomi, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas dan prestasi kerja yang telah dapat dicapainya.18 Hal ini senada dengan hadis berikut:
يد ْب ِن أَبِي ِزَي ٍاد َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه ْب ِن اْل َح ِار ِث َ َح َّدثََنا َج ِرير َع ْن َي ِز َّ ِ َّ َّ ال َكان رسو ُل اللَّ ِه صف َع ْب َد اللَّ ِه ُ صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم َي َ ُ َ َ َ َق ِ ير ِم ْن َبنِي اْل َعَّب َو ُعَب ْي َد اللَّ ِه َو َكثِ ًا َ اس ثَُّم َيقُو ُل َم ْن َسَب ُق ِإلَ َّي َفلَه ِ ص ْد ِرِه َ ون َعلَى َ ََك َذا َو َك َذا ق َ ون ِإلَْيه فََيقَ ُع َ ُال فََي ْستَبِق َ ظ ْه ِرِه َو )فَُيقَِّبلُهُ ْم َوَيْل َزُمهُ ْم (رواه احمد
“Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan ْنanak-anak س َم ِعي ُل َعpaman َّدثََنا ِإbeliau, ي َح نِي اْلَي ْش ُكKemudian, ِه َش ٍام َي ْعbeliau ُل ْب ُنberkata ََنا ُم َؤ َّم:َح“َّدثBaَّ ِرAl-Abbas. ْ rang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu.” Lalu mereka berlomba-lomba untuk sampai kepada ْب ُن َد ُاوَد أmereka َس َّو ُارmerebahkan َُبو َد ُاود َو ُه َوdiri ال أ َس َّو ٍار أَبِيdan َ diَ قatas َزةbeliau. َ َُبو َح ْمKemudian َ َح ْم َزةpunggung
ِ َِّيرِفي ع ْن عم ِرو ْب ِن ُشع ْي ٍب ع ْن أَب ِ يه َع ْن َج ِّد ِه َ َ َْ َ َ ْ اْل ُم َزني الص ِ َّ صلَّى اللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُم ُروا أ َْوَال َد ُك ْم َ َال ق َ َق َ ال َر ُسو ُل الله ِِ ِ َ بِالص اء ْ ين َو ُ اض ِرُب َ اء َس ْب ِع سن ُ وه ْم َعلَْيهَا َو ُه ْم أ َْبَن ُ َّالة َو ُه ْم أ َْبَن
18 Muhammad Kosim, Antara Reward dan Punishment, Rubrik Artikel, Padang Ekspres, Senin, 09 Juni 2008. Hal. 1
Teologi Upah dan Kesejahteraan Buruh ... Muhammad Makmun Abha
29
dada beliau. Kemudian, beliau menciumi dan memberi penghargaan.” (HR. Ahmad)
Dalam hadis Nabi SAW bersabda :
يد ْب ِن أَبِي ِزَي ٍاد َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه ْب ِن اْل َح ِار ِث َ َح َّدثََنا َج ِرير َع ْن َي ِز َّ ِ َّ َّ ال َكان رسو ُل اللَّ ِه صف َع ْب َد اللَّ ِه ُ صلى اللهُ َعلَ ْيه َو َسل َم َي َ ُ َ َ َ َق ِ ير ِم ْن َبنِي اْل َعَّب َو ُعَب ْي َد اللَّ ِه َو َكثِ ًا َ اس ثَُّم َيقُو ُل َم ْن َسَب ُق ِإلَ َّي َفلَه ِ ص ْد ِرِه َ ون َعلَى َ َك َذا َو َك َذا َق َ ون ِإلَ ْيه فََي َق ُع َ ُال فََي ْستَبِق َ ظ ْه ِرِه َو )فَُيقَِّبلُهُ ْم َوَيْل َزُمهُ ْم (رواه احمد “Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Rasulullah َِش ٍام يعنuntuk ْنSAW ُل َعbersabda, “ََنا ِإ ْس َم ِعيPerintahkanlah ي َح َّدث ب ُن ِهmelakukan َنا ُم َؤ َّم ُلshalat, َّ ي اْلَي ْش ُك ِرanakmu ََح َّدث ْ َ ْ pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan ِshalat dan ال أَُبو َح ْمDawud) َس َّو ٍار أَبي ْب ُن َدdalam َس َّو ُارhal و ُه َوtempat َ (HR. ََزةَ قAbu َزةpisahkanlah َ ُاوَد أَُبو َح ْمmereka َ َد ُاودtidur.”
ِ ِّ
ِِ
ٍ
ِ
ِ
ِ
ِ
بيه َع ْن َجدsebagai َب َع ْن أSolusi ن ُش َع ْيPengentasan ي َع ْن َع ْمرو ْب َّي َرف اْل ْ ُم َزني الصdan E. هWirausaha Kemiskinan Pengangguran َّ َّ َّ ِ َّ ِ
ُك ْمPengangguran َسل َم ُم ُروا أ َْوَال َدadalah علَ ْيه َوistilah صلى اللهyang َر ُسو ُلtidak ال ال َ َقbekerja َ َق َ ُ اللهuntuk َ orang sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari seِ س ْب ِع ِسberusaha اء هَا َو ُه ْم أ َْبَنatau َعلَْيseseorang وه ْم ين َّال ِة َو َ بِالص lama ْ َوyang ُ اض ِرُب َ نsedang ُ seminggu, َ اء ُ ُه ْم أ َْبَنmendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena ِ ض ع (رpencari َب ْيَنهُ ْمsebanding ْش ٍر َوفَِّرقُواdenَع ِ اج ْ ِفي اtidak jumlah angkatan)داود kerja ابو atauواه para َ ل َمkerja gan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena ِ ْاْل َْرdanِفيpendapatan يال َما يِ َش َقِلpengangguran, ا لَ ُك ْم ِفيهَا َم َعاproduktivitas ض َو َج َعْلَن لَقَ ْد َم َّكَّنا ُك ْمmaَو ًadanya dengan syarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya ون kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.19 َ تَ ْش ُك ُر Bekerja merupakan suatu ibadah yang wajib. Kewajiban ini pada dasarnya bersifat individual, atau fardhu ‘ain, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Bekerja merupakan salah satu kewajiban bagi setiap Muslim, dan lebih dari itu orang-orang yang senan19 http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran. diakses pada 30 Mei 2013
30
َّ ِ َّ َّ ال َكان رسو ُل اللَّ ِه صف َع ْب َد اللَّ ِه ُ صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم َي َ ُ َ َ َ َق Jurnal Syari’ah ِ ير ِم ْن َبنِي اْل َعَّب ق ِإلَ َّي اس ثَُّم َيقُو ُل َم ْن َسَب َو ُعَب ْي َد اللَّ ِه َو َكثِ ًا َ َُفلَهVol. II, No. II, Oktober 2013 ِ ص ْد ِرِه َ ون َعلَى َ َك َذا َو َك َذا َق َ ون ِإلَْيه فََي َق ُع َ ُال فََي ْستَبِق َ ظ ْه ِرِه َو
tiasa mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa menggantungkanِّ ke)فَُيقَبلُهُ ْم َوَيْل َزُمهُ ْم (رواه احمد pada orang lain (dari usaha/keringat sendiri) merupakan sebagian dari manusia-manusia yang utama. Setiap manusia memerlukan harta َع ْنdan ُلkekayaan ثََنا ِإ ْس َم ِعيyang ح َّدsekecil ي َي ْعنِي اْلuntuk ِه َش ٍامmencukupi ُم َؤ َّم ُل ْب ُنberbagai َح َّدثََنا َّ َي ْش ُك ِرapapun kebutuhannya. Karenaَhal itu, akhirnya manusia selalu berusaha untuk زة mendapatkan salah adalah ٍ َس َّو َد ُاوَد أَُبو َح ْمapa ْب ُنyang َس َّو ُارiaَوharapkan, و َد ُاود َو ُهdan ال أَُب ْم َزةَ قsatunya ار أَبِي َح َ َ َ َ harta kekayaan, manusia berlomba-lomba bekerja untuk mencukupiِ ِّkebutuhannya. Olehٍ karena itu Islam kemudian mewajibkan ِ ِع ْن أَب ِ َّي َرِفي َع ْن َع ْم ِرو ْب ه د ج ن ع يه ب ي ع ش ن الص اْل ُم َزنِي ُ ْ ْ ْ َ َ َ َ kepada umatnya untuk senantiasa bekerja dalam memenuhi segala kebutuhanhidup mereka. َّ ال رسو ُل اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَ ْي ِه ُك ْمSeorang روا أ َْوَال َدmukmin َ َق َال ق َ ُtakut tidak َ mendapatkan ُ َ َpekerjaan ُ َو َسل َم ُمdilarang karena Allah telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia unِ ِ اء س ْبtelah ِ اض َّال ِة َو هَا َو ُه ْم أ َْبَنmereka. وه ْم َعلَْي َ بِالص tuk اء ْ ين َو ُ20 رُبSesungguhnya َ ِع سنAllah ُkehidupan َ ُ ُه ْم أ َْبَنmelapangkan bumi dan menyediakan fasilitas, agar manusia dapat berusaha menِ ض داودyang اه ابوdisediakan-Nya اج ِع (رو م ِفيkeperluan cari sebagian dari)rizki َ اْل َمbagi ْ ُوفَِّرقُوا َب ْيَنهmanusia. َ َع ْش ٍر Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah melalui firman-Nya:
ِ ولَقَ ْد َم َّكَّنا ُك ْم ِفي ْاْل َْر يال َما ً ض َو َج َعْلَنا لَ ُك ْم ِفيهَا َم َعايِ َش َقِل َ ون َ تَ ْش ُك ُر
“Dan sungguh Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.” (Q. S. Al-A’raf: 10)21
Sementara itu Rasulullah Muhammad SAW memberikan tuntunan, bahwa salah satu cara yang paling baik dan utama untuk mencukupi kebutuhan hidup adalah lewat hasil pekerjaan dan usaha sendiri. Hal itu sebagaimana sabda beliau:
ِ ول ِ ِ ِ ِ ضي اهلل َع ْنهُ َع ْن رس ال َ َاهلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق َُ ُ َ َع ْن اْلم ْق َدام َر َن َي ْأ ُك َل ِم ْن َع َم ِل َي ِد ِه َو ِإ َّن َ َحد ْ اما قَط َخ ْي ًار ِم ْن أ َ َما أَ َك َل أ ً ط َع
ِ نبِ َّي ِ َّ اهلل َداوَد َعلَْي ِه ان َي ْأ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل َي ِد ِه (أخرجه َ َ السالَم َك ُ 20 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm.81. )البخري 21 Al-Qur’anul Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hlm. 151
ِ يد َح َّدثََنا اْلم ْس ُع ودي َع ْن َوائِ ٍل أَبِي َب ْك ٍر َع ْن َعَب َايةَ ْب ِن ُ َح َّدثََنا َي ِز َ يل َيا ٍ يج َع ْن َج ِّد ِه َرِاف ِع ْب ِن َخ ِد ٍ اعةَ ْب ِن َرِاف ِع ْب ِن َخ ِد َ ال ِق َ َيج ق َ َِرف
dan Kesejahteraan ِ Teologi ِ رBuruh ِ ِم ْق َد...َع ْن اْل31 ِ رسUpah ال ول ن ع ه ن ع اهلل ي ض ام َ َاهلل َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق ْ ْ َ ُ َ َُ Muhammad َ Abha ُ َ Makmun َن َي ْأ ُك َل ِم ْن َع َم ِل َي ِد ِه َو ِإ َّن َ َحد ْ اما قَط َخ ْي ًار ِم ْن أ َ َما أَ َك َل أ ً ط َع
ِ نبِ َّي ِ َّ اهلل َداوَد َعلَْي ِه ان َي ْأ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل َي ِد ِه (أخرجه َ َ السالَم َك ُ )البخري
“Dari Miqdam ra. Dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: Seseorang yang baik. ِ وائِ ٍل أَبsendiri, ِituس ُعlebih ٍ ي َب ْكusahanya ةَ ْب ِنmakan ْن َعَب َايdari ر َعhasil ودي َع ْن َح َّدثََناSesungguhnya يد ُ َح َّدثََنا َي ِز22 ْ ( اْل َمH. Nabi Daud as makan dari hasil َusahanya sendiri.” R. Al-Bukhari)
Hadits diatasِ menunjukkan atau ِ ال ِ ج ِّد ِه رbahwa ِbekerja ِْب ِن رberusaha ِ ِ ا ي يل ق ق يج د خ ن ب ع اف ن ع يج د خ ن ب ع اف اع ٍ ِ ٍ ِ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َِرف َ َ َةDalam merupakan perbuatan yang sangat mulia dalam ajaran Islam.
Islam bekerja bukan sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi َّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ع ي ب ل ك و ه د ي ب ل ج الر ل م ع ال ق ب ي ط َ أ ب س ك ل ا َي أ ه الل ول َر ُس َّ ٍ ْ ْ ُ َ ُ َ َ َ ْ َ َmemelihara َ ُ harga juga untuk ْ kemanusiaan yang َ َ diri danُ َmartabat seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya dalam Islam bekerja menemٍ رyang ور pati posisi yang teramat mulia. Islam sangat menghargai orang ُ َم ْب bekerja dengan tangannya sendiri. Orang yang bekerja/berusaha untuk mendapatkan penghasilan dengan tangannya sendiri baik untuk mencukupi kebutuhannya sendiri maupun keluarga dalam Islam orang seperti ini dikategorikan jihad fi sabilillah. Seperti yang dicontohkan oleh Nabi Dawud (salah satu pengrajin daun kurma untuk di buat keranjang atau lainnya). Dalam hadits yang diriwayatkan Hakim, Nabi Dawud juga dikenal sebagai pembuat besi. Nabi Idris (penjahit yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat sederhana). Nabi Zakariya dikenal sebagai tukang kayu. Adapun Nabi Musa adalah seorang penggembala.23 Di antara sekian pekerjaan, Islam mengenalkan cara menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan yaitu dengan berwirausaha dan berbisnis asal dilandasi dengan cara dan prinsip-prinsip yang halal sebagaimana telah dikaji dalam penelitian ini. Berwirausaha adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang lain, atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan hadis berikut: 22 Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhori, Matan Al-Bukhori Masykul: Bihasyiyah al-Sindi, juz.2 (Beirut: Dar al-Fikr, tt), hlm. 6 (redaksi hadits). Imam Abu Zakaria Yahya bi Syaraf an-Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, jilid. 1, Terj. Achmad Sunarto, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 517. 23 M.I.Yusanto dan M. K. Widjajakusuma, Op. Cit., hlm. 46
32
َن َي ْأ ُك َل ِم ْن َع َم ِل َي ِد ِه َو ِإ َّن ْأ جهJurnal (أخرSyari’ah َي ْأ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل َي ِد ِه Vol. II, No. II, Oktober 2013
اما قَط َخ ْي ًار ِم ْن َ َحد َ َما أَ َك َل أ ً ط َع ِ نبِ َّي ِ َّ اهلل َداوَد َعلَْي ِه ان َ َ السالَم َك ُ
)البخري
ِ يد َح َّدثََنا اْلم ْس ُع ودي َع ْن َوائِ ٍل أَبِي َب ْك ٍر َع ْن َعَب َايةَ ْب ِن ُ َح َّدثََنا َي ِز َ يل َيا ٍ يج َع ْن َج ِّد ِه َرِاف ِع ْب ِن َخ ِد ٍ اعةَ ْب ِن َرِاف ِع ْب ِن َخ ِد َ ال ِق َ َيج ق َ َِرف الر ُج ِل بَِي ِد ِه َو ُكل َب ْي ٍع َّ ال َع َم ُل ْ َول اللَّ ِه أَي اْل َك ْس ِب أ َ َب ق َ َر ُس ُ طَي ٍ َم ْب ُر ور “Rasulullah ditanya, ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik?’ Rasulullah menjawab, ‘Pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual-beli yang baik (bersih).’” (H.R. Ahmad).
Dengan adanya anjuran untuk bekerja, menjadikan setiap umat Islam harus mencari pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Jalan mendapatkan pekerjaan adalah bermacam-macam, namun yang terpenting adalah pekerjaan tersebut harus halal dan sesuai dengan landasan syari’ah Islam. Hal itu harus menjadi pegangan bagi setiap umat Islam dalam menjalani pekerjaan yang ia geluti. Tanpa hal itu, maka apa yang dilakukan akan terasa sia-sia dan tidak akan barokah. Dan tentunya jika bekerja tidak dilandasi dengan semangat keimanan dan ketaqwaan maka yang akan didapat adalah kebahagiaan yang semu.24
F. Kesimpulan Buruh dalam hadis ditempatkan dalam posisi yang tinggi sama dengan manusia lainnya sebagai makluk pekerja. Dalam hal ini majikan dan buruh memiliki posisi yang sama yaitu makhluk pekerja. Sehingga buruh memiliki banyak hak yang perlu dipenuhi majikannya, di antaranya adalah mendapatkan upah yang layak, upah diberikan setelah pekerjaannya selesai, tidak diperbudak, mendapat perlakuan baik dari majikan-atasan serta mendapatkan reward dan punishment. Jika hak-hak itu dipenuhi oleh majikan, maka besar sekali harapan untuk mengurangi ketimpangan kesejahteraan yang selama ini dialami oleh buruh dan majikan. Salah satu di antar hal yang menjadikan hidup sejahtera adalah 24 Johan Arifin, Op.Cit., hlm. 71-75
Teologi Upah dan Kesejahteraan Buruh ... Muhammad Makmun Abha
33
mendapatkan pekerjaan dan sebaliknya pengangguran akan mejadikan seseorang sengsara. Di antara cara pengentasan pengangguran yang dibawa oleh pesan hadis Nabi adalah memiliki etos kerja yang maksimal, memaksimalkan anugerah Allah, memaksimalkan potensi diri dan berwirausaha.
Daftar Pustaka Al-Qur’anul Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus.2006. Arifin, Johan. Etika Bisnis Islami. Semarang: Walisongo Press. 2009. al-‘Asqallani, Ibnu Hajar. Fath al-Bari. dalam CD ROM Mausu’ah alHadits al-Syarif, Edisi II, Global Islamic Company, 2000. Breman, Jen. Menjinakkan Sang Kuli, Politik Kolonial pada awal abad ke 20. Jakarta: Grafitti Press. 1997. Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail. Al-Jami’ al-Shahih. Beirut: Dar al-Fikr, tt. Al-Bukhari, al-Jami’ al-Shahih. dalam CD ROM Mausu’ah al-Hadits al-Syarif, Edisi II, Global Islamic Company, 2000. Castle, Lance. Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi di Jawa: Industri Rokok Kudus. Yogjakarta: Sinar Harapan. 1982. Frans Magnis, Pemikiran Karl Marx, DARI Sosialis Utopis perselisihan Refisionisme. Jakarta: Gramedia, 1999. Hitti, Philip K., History of The Arabs. London: The Macmillan Press Ltd. 1970. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim. Beirut: Dar al-Fikr. Tt. al-Isfihani, Abu al-Faraj. Kitab al-Aghani, vol. 1. Beirut: Mat}ba’ah al-‘Arabiyyah. Tt. Al-Jazairi. Aisar al-Tafasir. Beirut: Dar al-Fikr. tt. Kosim, Muhammad. Antara Reward dan Punishment. Rubrik Artikel, Padang Ekspres, Senin, 09 Juni 2008. Hal. 1 McEachern, William A., Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer . Jakarta: Thomson Learning. 2001. al-Munawi, Abdurrahman. Faidhul Qodir (Syarh al-Jami’ al-Shaghir). Beirut: Darul Fikr. 1416H/1996M.
34
Jurnal Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2013
al-Nawawi, Imam Abu Zakaria Yahya bi Syaraf. Terjemah Riyadhus Shalihin, jilid. 1, Terj. Achmad Sunarto. Jakarta: Pustaka Amani. 1999. Rahman, Fazlur. Islam and Modernity Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago: The University of Chicago Press.1982 Rasjid. Sudrajat., Dkk. Kewirausahaan Santri (Bimbingan Santri Mandiri). Jakarta: Citrayuda. 2005. Setiadji, Bambang. Upah Antar Buruh Industri di Indonesia. Surakarta: Muhammadiyyah University Press. 2002. Soepomo. Pengantar Hukum Perburuhan. Jakarta: Djambatan. 1999. Soule, George. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka dari Aristoteles hingga Keynes. Terj, Gilarso. Yogyakarta: Kanisius. 1994. al-Thabari, Ibnu Jarir. Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ay al-Qur’an. Tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir. Beirut: Dar al-Fikr. Tt. Von, Ludwic. Sosialism An Economic And Sociological Analysis. USA: Indianapolis, 1973. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran. diakses pada 30 Mei 2013 http://kbbi.web.id/buruh. diakses pada 30 Mei 2013. http://bayuzu.blogspot.com/2012/04/pengertian-buruh.html. diakses pada 30 Mei 2013.