OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF HADIS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh Arfan Akbar NIM: 107034001786
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H. / 2014 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya
asli penulis yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 (S1), di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah penulis cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli penulis atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Mei 2014 Penulis,
(Arfan Akbar)
ii
OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF HADIS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh Arfan Akbar NIM: 107034001786
Pembimbing
Dr. Bustamin, M. Si NIP: 196307011998031003
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H. / 2014 M
iii
iv
Abstrak Olahraga merupakan sebuah budaya dan juga merupakan sebuah keharusan yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia, maka dari itu, skripsi ini mencoba mengkaji tentang olahraga lebih dalam lagi dilihat dari segi perspektif hadis dengan secara umum, seperti definisi olahraga, karakteristik olahraga, manfaat olahraga dan jenis-jenis olaharaga. Pembahasan skripsi ini lebih ditekankan tentang olahraga yang dianjurkan Rasulullah Saw, yang mengandung hikmah dan manfaat yang bisa dipetik di dalamnya seperti berenang, memanah dan berkuda. Ketiganya, mengandung aspek kesehatan/kekuatan, keterampilan, kecermatan, sportifitas, dan berkompetisi dan hadis-hadis tentang olahraga yang dibahas dalam skripsi ini, memakai kajian tematik. Selanjutnya, penelitian ini difokuskan pada analisis matan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Daud dan Imam Baihaqi. Hadis tersebut diriwayatkan secara al-Riwayah bi al-Ma’na dan menjelaskan hadis-hadis yang berkaitan tentang olahraga tersebut.
v
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur bagi Allâh SWT, yang menyinari hamba-Nya dengan cahaya yang terang, dan menjadikan al-Qur’ân dan Hadis sebagai obat bagi penyakit hati, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang, sehingga dengan taufîq-Nya penelitian berjudul ”Olahraga dalam Perspektif Hadis” ini, dapat diselesaikan. Demikian juga, salawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk Nabi Muhammad Rasulullah saw. Sebagai karya tulis hamba yang dha’îf, tentunya di dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, yang kelak ditemukan oleh mereka yang mau menelaahnya dengan teliti. Segala kesalahan tersebut tak lain adalah keterbatasan penulis di dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis terhadap beberapa masalah yang kelihatannya sepele namun penting untuk dikaji kembali sebagai bentuk pemahaman yang lebih mendalam lagi terkait Olahraga. Penulis juga menyadari bahwa, penelitian ini tak luput dari jasa lembaga dan orang-orang tertentu yang telah membantu penulis, baik secara moril maupun materil. Atas segala bantuan tersebut penulis sampaikan banyak terima kasih; khususnya kepada: 1. Dr. Bustamin, M.Si, selaku pembimbing yang telah banyak membantu, membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini. (Jazâhu Allâh wanafa’anâ bi ’ulûmihû fi al-dârayn)
vi
2. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, (Dekan Fakultas Ushuluddin), Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA (Ketua Jurusan Tafsir-Hadis), Jauhar Azizy, MA (Sekjur Tafsir-Hadis). (Jazâhumullâh wanafa’anâ bi ’ulûmihim fi al-dârayn) 3. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, khususnya dosendosen di jurusan Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga berkat merekalah penulis mendapatkan setetes air dari samudera ilmu pengetahuan. (Jazâhumullâh wanafa’anâ bi ’ulûmihim) 4. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Husin, S.Pd dan Ibunda tercinta Dufiyati, S.Pd yang selalu memberi motivasi, bimbingan, pendidikan dan pengajaran, serta senantiasa mendoakan penulis untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Semoga penulis selalu mendapatkan ridha mereka, dan dapat berbakti kepada keduanya. (Allâhumma irhamhumâ wa ihfazhhumâ kamâ rabbayânî saghîran, waballigh maqâsidahumâ wa thawwil ’umûrahumâ fî thâ’âtik) 5. Drs. H. Harun Rasyid, MA selaku orangtua penulis yang telah mendidik penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. (Jazâhumullâh wanafa’anâ bi ’ulûmihim) 6. Segenap sivitas lembaga FORMAL, BEDEBU Fc dan THE JAK Mania Ciledug Plus. Allahumma waffiqnâ fî kulli khayr. 7. Teman-teman penulis di manapun berada, khususnya sahabat-sahabat, seluruh mahasiswa Tafsir-Hadis angkatan 2007/2008, khusunya kelas TH-B, teman-teman seperjuangan, yaitu : Iwong at-Tijani.S.Th.i, Ibad
vii
al-Syarawey.S.Th.i, Rusli al-Gondola.S.Th.i, Maiel al-Famart.S.Th.i, M.Berbudi, Fikri Ilhami, Budi pers, Ibad Ciputat, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan peneltian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam ungkapan yang singkat ini. Jazâkumullâh ahsan aljazâ` wa adâma suhbatanâ.
Jakarta, 08 Mei 2014 Ttd,
ARFAN AKBAR Penulis
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Huruf Arab
Huruf Latin
Huruf Arab
Huruf Latin
ا
(-)
ط
Th
ب
B
ظ
Zh
ت
T
ع
‘
ث
Ts
غ
Gh
ج
J
ف
F
ح
H
ق
Q
خ
Kh
ك
K
د
D
ل
L
ذ
Dz
م
M
ر
R
ن
N
ز
Z
و
W
س
S
هـ
H
ش
Sy
ء
`
ص
S
ي
Y
ض
Dh
ix
B. Vokal Vokal Tunggal
: َ = ـــــa
ِـــــ
= i
ـــــُـ
= u
Vokal Panjang
: = ــــَاâ
ــــِي
= î
ــــُو
= û
Vokal Rangkap
: ْ = ــــَيay
ْــــَو
= aw
C. Alif Lam (al) Alif lam ta’rîf ( )الdalam lafaz atau kalimat, baik yang bersambung dengan huruf qamariyyah maupun syamsiyyah ditulis dengan huruf kecil (al), dan diikuti dengan kata penghubung ” – “. Namun, jika terletak diawal kalimat, maka ia ditulis dengan huruf besar (Al). Contoh: 1. “al” ditulis dengan huruf kecil - al-Quran = seperti, “sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’ân” - al-Baihaqî = seperti, “menurut al-Baihaqî, bahwasannya…” 2. “Al” ditulis dengan huruf besar - Al-Baihaqî = seperti, “Al-Baihaqî menyatakan bahwa….” - Al-Bukhârî = seperti, “Al-Bukhârî, didalam kitabnya menandaskan…”
D. Singkatan swt
= Subhânahu wa ta’âlâ
H
= Hijriyah
as
= ‘Alaih al-salâm
ra
= Radhiya Allâh ‘anhu
M
= Masehi
W
= Wafat
Qs.
= al-Qur’ân: surat
hal.
= Halaman
saw
= Salla Allâh ‘alaih wa sallam
x
E. Lain-lain - Transliterasi syaddah ( )ـــّــdilakukan dengan menggandakan huruf yang sama. - Transliterasi ta’ marbûtah adalah ” h ”. - Untuk terjemahan ayat al-Qur’ân, penulis mengutip Mushaf al-Qur’ân Terjemah Departemen Agama RI.
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i PERNYATAAN ........................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii PERSETUJUAN TIM PENGUJI .............................................................. iv ABSTRAK ................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ ix DAFTAR ISI ................................................................................................ xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Perumusan Masalah ........................................................ 7 C. Kajian Pustaka ................................................................ 7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 8 E. Metodologi Penelitian .................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ..................................................... 10
BAB II
TINJAUAN OLAHRAGA SECARA UMUM A. Definisi Olahraga ............................................................ 11 B. Karakteristik Olahraga .................................................... 12 C. Jenis-Jenis Olahraga ........................................................ 14 D. Manfaat Olahraga ............................................................ 17 E. Tujuan Olahraga .............................................................. 20
BAB III
HADIS TENTANG OLAHRAGA A. Hadis Tematik Tentang Olahraga .................................... 21
xii
B. Asbabul Al-Wurud Hadis ................................................ 42 C. Analisis Matan Hadis ...................................................... 45 D. Pendapat Ulama tentang Olahraga .................................. 49 BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................... 52 B. Saran-saran ...................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 54
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hadis Nabi SAW dalam pandangan umat Islam merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Secara structural hadis menduduki posisi setelah al-Qurân. Sedangkan secara fungsional hadis merupaikan bayân (penjelas) terhadap alQurân. Ini artinya hadis mempunyai posisi yang sangat signifikan dan strategis dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qurân yang masih global. Oleh karena itu, sebagai umat Islam sangat berkepentingan untuk menggali butir-butir ajaran Islam yang terdapat dalam hadis-hadis tersebut.1 Hadis adalah ucapan, perbuatan, taqrîr dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW, menduduki tempat yang tinggi dalam jiwa umat Islam. Dalam kaitannya dengan fungsi dan kedudukan hadis Nabi terhadap al-Qurân, Allah SWT telah menerangkannya dalam al-Qurân seperti peran Nabi Muhammad SAW sebagai muffasir al-Qurân. Allah SWT telah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 44 :
. Artinya : “Dan kami turunkan kepadamu Al Qurân, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” (Q.S An-Nahl : 44).2 Dari ayat di atas, jelaslah bahwa tugas Rasulullah SAW ialah menjelaskan baik dengan lisan atau perbuatan, hal-hal yang masih global dan sebagainya yang terdapat dalam al-Qurân. Tugas ini berdasarkan perintah Allah SWT, tentu saja
1
Sayid Agil Husein al-Munawar, Studi Hadis Nabi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-1, h. 8. 2 Al-Qur’an dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. (QS. An-Nahl : 44)
1
2
penjelasan terhadap al-Qurân bukanlah hanya sekedar membaca al-Qurân, banyak ayat-ayatnya yang masih memerlukan penjelasan praktis dan itu sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW, karenanya Rasulullah SAW tidak bisa dilepaskan begitu saja dari tugas ini, menolak penjelasan Rasulullah SAW sama artinya menolak alQurân.3 Hadis merupakan sumber ajaran Islam setelah al-Qurân. Al-Qurân dan hadis sebagai pedoman umat Islam, bukan saja berisi masalah-masalah hukum, tetapi juga mencakup pada kehidupan sosial, baik berupa masalah politik, ekonomi, kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, olahraga dan sebagainya. Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, berkuda, dan jenis olahraga yang bermanfaat untuk kesehatan individu. Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat olahraga bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul “Pemeliharaan Kesehatan Dalam Islam” oleh dr. Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan bahwa olahraga sangat berguna bagi kesehatan manusia jika dia mau sehat. Karena dengan berolahraga mampu menyembuhkan penyakit dan membantu manusia menuju kesehatan fisik dan batin. Selain itu juga bisa merilekskan jiwa dan raga kita serta mengeluarkan zat-zat jahat ditubuh dengan jalur keringat-keringat yang keluar dari dalam tubuh.4
3
M.M Azami, Hadis Nabawi, Sejarah dan Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 27. 4 Manfaat olahraga bagi tubuh manusia lih. Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari`at Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. I h. 83.
3
Olahraga banyak macamnya mulai dari jalan kaki, lari, sepak bola, memanah, berkuda, berenang dan lain sebagainya. Dari olahraga yang mahal sampai termurah bahkan gratis tidak memerlukan biaya. Akan tetapi olahraga yang ditekankan “Rasulullah SAW” di antaranya adalah : berkuda, memanah, dan berenang. Sebagimana sabdanya:
. Artinya : “Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Husain al-Qadli telah mengabarkan kepada kami Abu Ja`far Muhammad bin Ali’Athar, mengabarkan kepada kami Ayahku, meriwayatkan kepada kami Qais dari Lais dari Mujahid dari Ibn Umar berkata: bersabda Rasulullah: “Ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, dan menenun bagi anak perempuan.” (HR Imam al-Baihaqi). 5
. Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami Utsman bin Sa’id, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim, dari al-Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi’ dari Abu Rafi’ berkata: bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apakah seorang anak mempunyai hak atas kami, sebagaimana kami mempunyai hak atas mereka? Rasulullah menjawab: ia. Hak anak-anak atas orang tuanya,
5
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis 8664, h. 401.
4
diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi sesuatu yang baikbaik.” (HR Imam al-Baihaqi). 6 Adapun dalam hadis lain yang berbunyi sebagai berikut:
. Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Musa bin Harun, meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Rahawiyah, di dalam sanad yang lain telah menceritakan kepada Ja’far bin Muhammad al-Faryabi, dan telah menceritakan kepada kami Abu al-Asbaghi Abdul Aziz bin Yahya alHarani, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah bin Abdul Rahim, dan dari Abdul Wahab bin Bakhat, dari Atha’ bin Abu Rabah berkata: saya melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair al-Anshari latihan memanah, lalu salah seorang diantara mereka merasa jenuh lalu temannya berkata engkau itu malas: Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: setiap sesuatu yang bukan merupakan dzikir kepada Allah adalah permainan dan kelalaian,kecuali empat perkara yaitu: “seorang laki-laki berjalan diantara dua sasaran (untuk memanah), seseorang yang melatih kudanya, belaian seorang suami terhadap istrinya, mengajar/belajar berenang.”(HR. Imam atThabrani). 7 Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, apabila seseorang melakukan dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap perkembangan jasmaninya. Selain olahraga berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan
jasmani
manusia,
juga
memberikan
pengaruh
kepada
perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efensiensi kerja 6
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, Juz VI, hadis 8665, h. 401. 7 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir fi Bab Jim, (al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983), Juz II, h. 193.
5
terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur.8 Allah SWT berfirman:
. Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Q.S. alAnfaal:60).
Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah Swt dari pada orang mukmin yang lemah. Namun begitu, kedua-duanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam keadaan (situasi) yang bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu pertolongan kepada Allah Ta’ala, dan jangan bosan. Jika engkau mendapat cobaan, jangan berkata : “seandainya (tadi) aku perbuat begini dan begitu (tentu tidak akan 8
Jhon Huocks, (terj), Teori Olah Tubuh dan Efektifitasnya, (Jakarta:Media Pustaka, 1990), cet. II, h. 55. 9 Al-Qur’an dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. (Q.S. al-Anfaal:60)
6
begini jadinya).” Tetapi ucapkanlah “Allah Maha Kuasa berbuat sekehendak-Nya.” Karena kata-kata “law” (seandainya) memberi peluang bagi syaitan.”10
Hadis diatas dapat dipahami bahwa orang mukmin yang jasmaninya dan rohaninya kuat akan lebih cinta kepada Allah dari pada orang mukmin yang lemah. Beberapa anggota Majelis Ulama Indonesia mempunyai pandangan yang sama tentang hukum olahraga menurut ajaran Islam, bahwa hukum olahraga adalah sunnah atau dianjurkan melakukannya menurut ajaran Islam selama pelaksanaannya mengikuti ajaran Islam. Tetapi apabila dalam pelaksanaannya bertentangan dengan syariat Islam seperti memakai pakaian yang membuka aurat dan menimbulkan nafsu seksual serta menimbulkan perbuatan maksiat, maka hukumnya adalah haram. Sementara sebagian ulama mempunyai pandangan bahwa hukum olahraga adalah mubah atau dibolehkan, selama pelaksanaannya menurut ajaran Islam, tetapi apabila situasi dan kondisi dari pelaksanaan olahraga itu berubah, maka hukumnya juga berubah sesuai dengan situasi dan kondisi dari orang yang melakukannya dan pelaksanaan olahraga itu sendiri. Dengan demikian maka hukum olahraga bisa menjadi wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Dari latar belakang pemikiran diatas, maka penulis mencoba meneliti dan menganalisis hadis-hadis tentang olahraga. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis sengaja mengambil judul : “Olahraga dalam Perspektif Hadis”
10
Ma’mur Daud, terjemah Hadis Shahih Muslim, (Malaysia: KLANG BOOK CENTRE, 1995), Cet ke-2, Jilid VIII, hadis 6945, h. 56.
7
B. Perumusan Masalah Rumusan masalah berguna untuk membatasi ruang lingkup pembahasan supaya tidak melebar kemana-mana. Dari latar belakang yang ada, penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Olahraga dalam Perspektif Hadis ? C. Kajian Pustaka Penulis telah menemukan beberapa skripsi, buku, artikel dan sebagainya yang berkaitan tentang skripsi yang penulis bahas, yaitu : 1.
Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis), yang ditulis oleh Mohammad Hasan, pada Tanggal 14 Januari 2013, di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Namun demikian, perumusan masalah skripsi ini yaitu: Bagaimana pemaknaan terhadap hadis tentang anjuran olahraga dan bagaimana relevansi hadis dengan realitas dunia olahraga pada masa kini.
2.
Metodologi Analisis Kritik Hadis Olahraga, yang ditulis oleh Nasrul Hadi Nur Wibowo, pada tanggal 13 Juli 2006, di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun demikian, skripsi ini hanya menjelaskan tentang perlombaan olahraga pacuan kuda, pacuan unta dan memanah saja, tidak membahas status dan kedudukan olahraga dalam Islam.
3.
Analisis Hadis-hadis tentang Olahraga Renang, yang ditulis oleh Agus Ashadi pada tanggal 18 Januari 2010, di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini hanya membahas hadis-hadis
8
tentang olahraga renang saja, tidak mencakup seluruh olahragaolahraga dalam Islam. Adapun skripsi yang penulis tulis ini lebih memfokuskan kepada analisa hadis tentang olahraga disertai dengan pandangan dan pendapat para ulama. Adapun kitab-kitab yang menjadi rujukan dalam penulisan skripsi ini antara lain al-Kutub al-Tis’ah dan kitab hadis lainnya yang mendukung dengan pembahasan skripsi ini. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian tentu mempunyai tujuan dan kegunaan masing-masing. Dalam penelitian ini tujuannya antara lain : 1.
Mendapatkan pemahaman tentang olahraga dalam prespekti hadis.
2.
Mengetahui olahraga yang ditekankan Rasulullah SAW.
Dan yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Memberikan inspirasi bagi kajian Islam terutama dalam kajian hadis yang penulis lakukan sekarang ini.
2.
Sebagai syarat untuk gelar sarjana S1 pada Fakultas Ushuluddin.
E. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan (Library Research). Library Research adalah suatu penelitian penyelidikan terhadap buku-buku, majalah, artikel dan bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Kemudian dari bacaan
9
tersebut penulis mengklarifikasikan materi dan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.11 Kemudian dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada metodologi deskriptis analisis, yang dalam hal ini diharapkan dapat memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi skripsi ini. Demikian juga agar penulis dapat menyusun dalam bentuk yang sistematis sehingga nantinya dapat mengena pada inti permasalahan dan dapat memperoleh hasil penelitian yang benar. Adapun data primer yang penulis pakai dalam penulisan skripsi ini adalah : al-Kutub al-Tis’ah, dan kitab-kitab yang berkaitan dengan tema yang di bahas. Sedangkan data sekunder merupakan sumber pendukung yang ada relevansinya dengan pembahasan skripsi ini. Semua itu dilakukan melalui proses pengumpulan data-data, pendapat para ulama ahli fiqih dan hadis untuk kemudian dijadikan analisis kesimpulan akhir pada skripsi ini. Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis menggunakan standar buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 yang dianjurkan Fakultas Ushuluddin dan juga rujukan penulisan ayatayat al-Qurân Depag RI. F. Sistematika Penulisan
11
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1, h.10
10
Ada empat bab dalam skripsi ini, setiap bab terdiri dari sub-sub bab, hal ini sebagai penjelas yang memiliki kolerasinya dengan pembahasan bab-bab tersebut. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah : Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi peneletian dan sistematika penulisan. Bab kedua menjelaskan tentang tinjauan olahraga secara umum, antara lain : definisi, karakteristik, jenis-jenis dan manfaat olahraga, serta tujuan olahraga. Bab ketiga menjelaskan tentang hadis tentang olahraga, yaitu : hadis tematik tentang olahraga, asbabul Al-Wurud Hadis, analisa matan hadis dan pendapat ulama tentang olahraga. Bab keempat merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saransaran.
BAB II TINJAUAN OLAHRAGA SECARA UMUM
A. Definisi Olahraga 1. Menurut Bahasa Dalam bahasa Arab, olahraga yaitu : ٌ ( ِريَا ضَةkeolahragaan)1. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, olahraga mempunyai dua suku kata yaitu : “Olah” dan “Raga”. “Olah” berarti mengerjakan, mengusahakan, sesuatu hal supaya menjadi lain atau menjadi lebih sempurna. Sedangkan “Raga” adalah badan, fisik atau tubuh manusia.2 Kalau dilihat dari penggabungan kata olahraga beararti gerak badan untuk menyehatkan dan menguatkan tubuh 3 2. Menurut Ilmu Kesehatan Kalau dilihat dari unsur kesehatan, olahraga adalah salah satu bagian yang menyehatkan. Menurut ilmu kesehatan dan kedokteran, sistem olahraga tubuh yang membawa manusia kearah kebugaran fisik (Airobik) dan mental tubuh.4 Olahraga ini mengandung gerak sehat, gerak olah otot tubuh membakar lemak, dan mengatur sistem pernapasan yang dianjurkan oleh ilmu kesehatan khususnya dalam pencegahan penyakit seperti asma, paru-paru, kolestrol berlebih, jantung dan sebagainya.5 Tujuan setiap olahraga adalah gerak, pada akhirnya yaitu pencapaian
1
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya : Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 613. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I, hal. 624-625. 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I, hal. 719. 4 R.H. Su`dan M.D., S.K.M, Al-Qurân dan panduan kesehatan masyarakat, (Jakarta: Diknas,1978), hal. 57 5 Y.S. Santosa Giriwijoyo. DKK, Olahraga dan olahraga kesehatan, (Bandung: FPOK/IKIP Press, 1991), hal. 57.
11
12
kesehatan yang hakiki, baik kesehatan yang dinamis, atraktis dan rekreatis yang akan menjadi olahraga prestasi. Olahraga memang banyak macamnya dari yang termurah sampai termahal. Kalau dilihat dari segi unsurnya olahraga Airobik dapat dikatagorikan masuk ke dalam olahraga yang cukup terjangkau oleh masyaakat dengan kata lain olahraga tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat dari golongan bawah, menengah sampai golongan atas. 6
B. Karakteristik Olahraga Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, perkembangan olahraga semakin pesat dengan keanekaragaman ciri yang terdapat pada masing-masing cabang olahraga. Perkembangan macam-macam olahraga ini tidak terlepas dari pengaruh keadaan sosial, budaya, politik, ekonomi, geografis, dan politik. Meskipun demikian tetap ada beberapa karakter pokok yang tidak dapat dihilangkan dari kegiatan yang disebut olahraga. Berikut ini merupakan karakter atau ciri suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai olahraga : 1. Kegiatan Fisik Orientasi fisik merupakan ciri utama dalam kegiataan yang disebut dengan olahraga. Orientasi fisik dalam hal ini seperti aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuataan, dan keterampilan yang merupakan unsur intern dari kegiatan olahraga. Oleh karena itu kegiatan olahraga selalu menampakan diri dalam wujud nyata kehadiran fisik, peragaan diri secara sadar, dan disertai dengan penggunaan alat-alat yang konkrit. Setiap bentuk permainan sejati dalam olahraga terdiri atas kegiataan yang lebih menekan aspek gerak sehingga unsur jasmaniah menjadi sangat dominan.7 2. Permainan Menurut Dini Rosdiani dalam buku Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu: permainan adalah bentuk kegiatan yang dikerjakan dengan mengikuti aturan tertentu yang biasa disebut aturan permainan. Agar menjadi jelas permainan biasanya dibandingkan dengan pekerjaan. Perbedaan dari keduanya dapat dilihat dari makna atau tujuan kegiatan tersebut. Dalam bekerja selalu diharapkan hasil pekerjaan, yaitu sebagai akibat dari kegiatan yang telah dilakukan. 6
Wasis Ekyono DKK, Teori Olahraga, (Jakarta: CV. Karya, 1981), cet. IV, hal. 10. H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 137. Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013. 7
13
Sedangkan dalam permainan yang dicari adalah kepuasan dalam melakukan kegiatan tersebut.8 Ciri inilah menurut penulis merupakan ciri paling hakiki dari kegiatan olahraga. 3. Realitas Olahraga Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, perilaku dalam olahraga sering digambarkan bukan hanya bersifat artifisial, imaginer, atau hanya ilusi, sebaliknya olahraga dikatakan sebagai kegiatan yang real dan nyata. Keterlibatan seseorang dalam olahraga tidak semata-mata terpaku mengikuti peranan yang telah ditetapan melainkan dia bersama pemain yang lain memainkan permainan yang real dalam konteks permainan.9 Dengan kata lain seseorang yang sedang melakukan kegiatan olahraga dituntut untuk berjuang dengan sungguh-sungguh. Hal ini karena ada tantangan yang harus dilawan dan diatasi. Seorang atlet baru akan merasa puas jika bisa bermain lebih baik dari lawannya, hal ini kerana dalam olahraga selalu ada tantangan yang harus dijawab oleh seorang atlet dengan prestasi yang lebih baik dari lawannya. 4. Prinsip Prestasi (Kompetisi) Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga pada dasarnya tidak selalu mengacu pada maksud dan tujuan eksternal seperti halnya semua bentuk permainan. Olahraga juga selalu diwarnai oleh drama dalam setiap gerakkanya. Karena itu upaya untuk mempertahankan „unsur ketegangan‟ sebagai titik tengah antara kondisi yang membosankan dan tuntunan yang berlebihan merupakan komponen yang absolut dari cirri dunia olahraga.10 Artinya untuk membedakan olahraga dengan permainan pada umumnya harus ada satu membedakan olahraga dengan permainan pada umumnya harus ada satu tujuan tertentu yang ditetapkan setinggi-tingginya yaitu prestasi yang melebihi pencapaian orang lain sebagai pengakuan bahwa kegiatan olahraga yang dilakukan tersebut berbeda dengan permainan yang hanya mengandalkan unsur keberuntungan yang tidak rasional. Pencapaian prestasi ini akan melibatkan kesulitan tertentu yang menghadang, resiko, frustasi dan kemungkinan kegagalan. Dengan demikian prinsip prestasi ini dinyatakan melalui aspek jasmaniah sesuai dengan realitas olahraga dan olahraga sebagai kegiatan fisik. 5. Dimensi Sosial Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga tidak mungkin dilakukan seorang diri. Hal ini karena dalam olahraga apa prinsip permainan dan prinsip pestasi. Dengan dua prinsip tersebut akan selalu ada pihak lain yang harus ditandingi permainan dan prestasinya. Bahkan untuk olahraga yang 8
Dini Rosdiani, Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai (Bandung : Alfabeta, 2012) hal. 78. Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani alHadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013. 9 H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 138. 10 H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 139.
14
hanya bersifat single misalnya, seperti angkat besi tetap ada pihak lain yang (lawan) yang harus diungguli prestasinya. Artinya dalam olahraga akan mungkin terjadi interaksi sosial yang akan membentuk kelompok sosial. Prinsip dimensi social ini juga ada kaitannya dengan ciri olahraga yang terakhir yaitu sikap fairplay (sportif atau ksatria).11 6. Sportif atau Ksatria. Menurut Dini Rosdiani dalam buku Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, sikap sportif merupakan sikap yang melandasi perilaku yang tepat terhadap orang lain yang menjadi lawan dalam kegiatan olahraga yang sedang dilakukan. Maksudnya sikap sportif ini adalah sikap yang memandang lawan sebagai kawan yang diperlukan untuk bersama-sama dapat menampilkan pertunjukan olahraga yang sebaikbaiknya. Tanpa lawan sebagai kawan tidak mungkin kegiatan olahraga dapat dilaksanakan. Lawan bermain bukan musuh yang harus disingkirkan melainkan kawan yang harus dihargai dan dihormati agar terjadi interaksi social yang baik dan terbentuk kelompok yang bagus.12 C. Jenis-Jenis Olahraga Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, pengertian olahraga yang dipaparkan oleh para ahli sangat beragam sesuai dengan prespektif yang digunakan dan ciri yang terdapat dalam olahraga yang berusaha dijelaskan. Dari berbagai deskripsi tentang pengertian dan ciri olahraga diatas berikut ini akan dipaparkan klasifikasi olahraga ditinjau dari tujuannya digolongkan sebagai berikut : 1. Olahraga Pendidikan Olahraga pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional didefinisikan sebagai pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan yang dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler/ekstrakurikuler. Olahraga pendidikan dimulai sejak usia dini dan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan. Olahraga pendidikan merupakan olahraga yang dilakukan di lembaga pendidikan atau sekolah sebagai bagian dari proses pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa. Olahraga ini identik dengan aktivitas
11
H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 140 Dini Rosdiani, Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai (Bandung : Alfabeta, 2012) hal. 80. 12
15
pendidikan jasmani yaitu cabang-cabang olahraga sebagai media pendidikan.13 2. Olahraga Rekreasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional dari http://www.pendidikandiy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan. Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran. Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga.14 Biasanya olahraga jenis ini banyak dilakukan oleh orang-orang sibuk yang hampir tidak ada waktu luang. Artinya olahraga jenis ini menurut penulis benar-benar dilakukan hanya karena benar-benar butuh pelampiasan dari kesibukan sehari-hari yang menguras tenaga. Menurut penulis olahraga jenis inilah yang sesuai dengan pengertian olahraga sesungguhnya. 3. Olahraga Prestasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional dari http://www.pendidikandiy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara berencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.15 4. Olahraga Rehabilitasi (Kesehatan) Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu olahraga rehabilitasi atau olahraga kesehatan adalah suatu kegiatan olahraga yang bertujuan untuk pengobatan atau penyembuhan. Jenis olahraga ini biasanya sikelola oleh tim medis dan 13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.39 WIB. 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.39 WIB. 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.39 WIB. Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013.
16
hanya untuk kelompok tertentu. Fungsi dari olahraga kesehatan ini adalah untuk memulihkan kesehatan pasien dari penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit jantung koroner, penderita asma, penyembuhan setelah cedera, dan penyakit lainya yang dianjurkan oleh dokter. Oleh karena itu olahraga rehabilitasi ini biasanya hanya berkembang di pusat-pusat rehabilitasi dan di rumah sakit.16 Darihttp://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_OLAHRAGA/1976030820 05011SUHERMAN_SLAMET/modul_bermain_08/bab_6_teori_bermain,pdf yang dikutip oleh Mohammad Hasan, Olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi disebut juga dengan olahraga amatir yaitu olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga. Sedangkan olahraga prestasi adalah nama lain dari olahraga profesional yaitu olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga. Selain berdasarkan tujuannya, olahraga yang berkembang pada saat ini dapat digolongkan menurut cabang-cabang olahraga sejenis ditinjau dari sifat, peraturan, tempat penyelenggara, dan musim.17 Klasifikasi olahraga menurut sifatnyan adalah : 1. Sifat pertandingan. Menurut Moch. Soebroto yang dimaksud pertandingan adalah kegiatan untuk memperoleh kemenangan para olahragawan atau peserta harus mencurahkan kelebihan jasmani dan rohani, kemampuan taktik dan dalam pertandingan para olaharagawan akan saling berhadapan. Dari penjelasan tersebut, maka dalam pertandingan olahraga setiap pelaku akan menampilkan kemampuanya untuk memperoleh kemenangan dari pelaku lain yang berhadapan dengan dirinya. Cabang-cabang olahraga yang memiliki sifat pertandingan antara lain : sepak bola, bola voli, bulutangkis, bola basket, pencak silat dan lain-lain. 2. Sifat perlombaan. Menurut Moch. Soebroto mengenai perlombaan adalah dalam perlombaan para olahragawan harus berjuang untuk memperoleh waktu yang sependek-pendeknya atau waktu yang lama, mencapai jarak setinggi-tingginya atau sejauh-jauhnya, dan mungkin juga harus berusaha menguasai bentuk gerak yang seindah-indahnya, dan dalam berlomba para olahragawan atau peserta tidak saling beerhadapan tetapi harus melawan waktu, jarak, keindahan atau beban. Beberapa contoh cabang olahraga yang termasuk perlombaan adalah : a. Perlombaan yang berkaitan dengan waktu seperti : lari, renang, terbang laying dan layar. b. Perlombaan yang berkaitan dengan jarak seperti : lompat tinggi, lompat jauh tolak peluru, lempar martil, dan loncat galah.
16
H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 149. Slamet Suherman “bab 6 teori bermain” dalam bentuk PDF didownload dari http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_OLAHRAGA/197603082005011SUHERMAN_SLA MET/modul_bermain_08/bab_6_teori_bermain,pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.57 WIB. 17
17
c. Perlombaan yang berkaitan dengan keindahan seperti : loncat indah, senam lantai. d. Perlombaan yang berkaitan dengan beban seperti : angkat besi. Menurut Ginanjar Atmasubrata dalam buku Serba Tahu Dunia Olahraga yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga dibedakan menjadi dua yaitu pemainan yang lapangnnya dipisahkan oleh net/jarring (seperti bulu tangkis) dan permainan yang lapangannya tidak dipisahkan oleh net/jarring (seperti sepakbola). Menurut penyelenggaraannya olahraga dibagi menjadi olahraga darat, air, dan udara. Kemudian menurut musimnya ada dua macam jenis olahraga, yaitu olahraga musim panas dan olahraga musim dingin. Klasifikasi olahraga yang terakhir ini ada kaitannya juga dengan olimpiade yang juga dibedakan menjadi olimpiade musim panas dan olimpiade musim dingin.18 D. Manfaat Olahraga Menurut Ginanjar Atmasubrata dalam buku Serba Tahu Dunia Olahraga yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, Olahraga pada dasarnya berisi kegiatan yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada kemampuan dan tujuan apa yang hendak dicapai oleh pelakunya, seperti yang dijelaskan oleh Giriwijoyo, “Melalui aktivitas jasmani akan terjadi perubahan berupa pengaruh positif terhadap kesehatan. Sebaliknya, akibat yang negatif akan diperoleh jika olahraga itu dilakukan dengan cara yang salah”.19 Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan olahraga secara teratur dapat menunjang kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai manfaat olahraga bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari penulis klasifikasikan sebagai berikut : 1. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Jasmani antara lain: a. Meningkatkan Kesehatan Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari www.kompas.com yaitu olahraga dapat mengurangi risiko berbagai penyakit, khususnya yang terkait dengan obesitas. Berbagai penelitian menunjukan, obesitas meningkatkan risiko terjadinya penyakit degenerative, seperti jantung, stroke, dan diabetes, pada usia yang lebih muda. Belum termasuk lebih mudah terkena infeksi dan risiko kanker.20 b. Meningkatkan Kinerja Seksual Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya banyak orang merasa rendah diri karena kehidupan seks yang buruk. Olahraga dapat meningkatkan stamina seksual dan kinerja seksual. c. Memperbaiki Penampilan 18
Ginanjar Atmasubrata, Serba Tahu Dunia Olahraga (Surabaya : Dafa Publishing, 2012)
hal. 9. 19
Santosa Giriwijiyo,Olahraga kesehatan (bandung : UPI Bandung, 2005) hal. 80 Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses pada 28 Mei 2012 jam 15.48 WIB. 20
18
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari www.kompas.com yaitu olahraga dapat memperbaiki penampilan dan citra tubuh pun membaik. Dengan olahraga seseorang bisa tampil lebih menarik dan ini akan memicu kepercayaan diri.21 d. Meningkatkan Suhu Tubuh Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari www.kompas.com yaitu olahraga akan memicu sel darah putih melepaskan pirogen, protein yang meningkatkan temperature tubuh. Sensasi rasa hangat ini sudah terbukti meningkatkan endorfin dalam darah dan mengubah sirkuit di otak, terutama yang mengontrol mood. Olahraga juga memiliki efek menenangkan seperti halnya saat berendam air hangat.22 2. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Rohani antara lain : a. Mencegah Pikiran Negatif Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya saat berolahraga pikiran-pikiran yang sifatnya merusak alias self-destructive bisa dialihkan. Menurut Keith Johnsgard, Ph.D. penulis buku Conquering Depression and Anxiety through Exercise, seperti dikutif di surat kabar harian kompas pada 11 April 201223 “Olahraga akan membantu penguasaan diri dan ini sangat penting untuk mencegah perilaku buruk”. Untuk mendapatkan manfaat ini seseorang bisa memilih jenis olahraga favorit di masa kecil. b. Memicu Anti-Depresan Alami Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari www.kompas.com yaitu olahraga mirip dengan kegiatan bersenagsenang karena aktivitas fisik yang satu ini membuat tubuh memompa neurotransmiter serotonin yang akan mengembalikan mood. Selain itu juga kadar dopamin dan neropinephrine, keduanya adalah pemicu rasa bahagia alami. Berolahraga juga akan membuat tryptophan memasuki otak. Tryptophan adalah asam amino yang bisa meningkatkan level serotonin.24 c. Merasa Bahagia Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya ketika berolahraga, tubuh melepaskan zat kimia yang dikenal sebagai endorfin yang 21
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013. 22 Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada 16 februari 2012 jam 07.35 WIB. 23 Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada 16 februari 2012 jam 07.35 WIB. 24 Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada 16 februari 2012 jam 07.35 WIB.
19
mengurangi stres dan membuat seseorang merasa lebih baik secara psikologis. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri.
d. Meningkatkan Perhatian dan Konsentrasi Menurut Mohammad Hasan dalam skripnya yang dikutip dari www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga juga meningkatkan perhatian dan konsentrasi yang berarti bahwa seseorang dapat lebih focus pada pekerjaannya. Dengan begitu, pekerjaan akan merasa jauh lebih baik.25 3. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Social antara lain : a. Membantu Bersosialisasi Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yaitu, Apakah itu bergabung dengan gym, berjalan di taman, mengikuti yoga atau kelas tari, olahraga member ruang dan kesempatan untuk bertemu orang lain dan membentuk ikatan. Sosialisasi tentunya akan menambah kepercayaan diri seseorang. b. Menjadi Kompotitif Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari www.mediaindonesia.com yaitu Berolahraga mungkin menimbulkan keinginan untuk menantang diri sendiri atau orang lain. Hal ini termasuk dari salah satu esensi olahraga yaitu bermain, latihan fisik, dan kompetisi. Dengan begitu, seseorang akan merasa tertantang dan bila berhasil dalam kompetisi akan merasa berada di puncak dunia.26 c. Meningkatkan Saling Pengertian dan Hubungan emosional Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga akan membuat seseorang mempunyai watak social, terlepas dari karakter olahraga yang individu atau olahraga berkelompok. Dengan memiliki kelompoknya, seseorang bisa memahami adanya perbedaan, persaingan, persahabatan, kemenangan, dan kekalahan, serta bisa belajar menyingkapi semua hal yang terjadi pada dirinya.27 4. Manfaat Kegiatan Olahraga bagi Kecerdasan Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga bukan hanya melatih otot tubuh, namun olahraga juga melatih otak. Begitulah hasil riset yang dilakukan peneliti University of Chicago, Amerika Serikat, seperti 25
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. 26 Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. 27 Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses pada 28 Mei 2012 jam 15.48 WIB.
20
diberitakan Sciencedaily.com. Dalam riset tersebut ditemukan bagian otak yang berkaitan dengan kegiatan merencanakan dan mengawasi menjadi aktif saat seorang atlet, atau penggemar olahraga mendengarkan pembicaraan seputar olahraga kegemaran mereka. Penelitian itu juga membuktikan kegiatan yang nonbahasa, seperti berolahraga atau menonton pertandingan olahraga, meningkatkan kemampuan otak seseorang untuk memahami bahasa dalam jalannya olahraga.28 E. Tujuan Olahraga Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya olahraga pada dasarnya berisi kegiatan yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh pelakunya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, tujuannya olahraga dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut : 1. Olahraga prestasi (olahraga kompotitif) yang menekankan pada pencapaian prestasi, kemenangan, atau keunggulan dalam perlombaan atau pertandingn. 2. Olahraga pendidikan yang menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan. 3. Olahraga profesional yang menekankan pencapaian tujuan yang bersifat material. 4. Olahraga kesehatan untuk pencapaian drajat sehat yang lebih baik. Berdasarkan jenis dan tujun olahraga di atas, maka itensitas olahraga itu sendiri akan sangat ditentukan oleh tujuan apa yang hendak dicapai, seseorang melakukan olahraga memiliki tujuan seperti untuk mendapatkan prestasi, kesenangan atau kegembiraan, pendidikan, pemeliharaan kesehatan, atau sebagai mata pencaharian. Apabila olahraga tersebut dilakukan secara teratur, terarah, dan terkendali maka akan memberikan manfaat kepada diri seseorang.
28
Dikutip dari “Manfaat Lain Olahraga” dalam www.mediaindonesia.com diakses pada 24 Mei 2012 jam 20.21 WIB
BAB III HADIS TENTANG OLAHRAGA A. Hadis Tematik Tentang Olahraga Olahraga banyak macamnya mulai dari jalan kaki, lari, berenang, memanah, berkuda, gulat dan lain-lain. Olahraga sangatlah penting apalagi kalau dilihat dari unsur tujuan dan manfaatnya, dari segi pendidikan anak usia dini atau balita olahraga memberikan efek positif terhadap anak, seperti penyembuhan terhadap penyakit dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya olahraga dalam mewujudkan generasi yang kuat jasmaninya. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-Qurân surat Al-Anfaal 8/60 :
Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…….”(QS. Al-Anfaal : 60)1
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang mukmin kuat lebih disukai oleh Allah Swt dari pada mukmin yang lemah. Namun begitu, keduaduanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam 1
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali ART, 2007).
21
22
keadaan (situasi) yang bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu pertolongan kepada Allah Ta‟ala, dan jangan bosan. Jika engkau mendapat cobaan, jangan berkata: “seandainya (tadi) aku perbuat begini dan begitu (tentu tidak akan begini jadinya).” Tetapi ucapkanlah : “Allah Maha Kuasa berbuat sekehendak-Nya.” Karena kata-kata “law” (seandainya) member peluang bagi syaetan.” (HR. Muslim). Banyak sekali hadis yang penulis temukan di dalam kitab al-Kutub alTis‟ah dan kitab-kitab lain, mengenai kata
dari kata
kata
.
terdapat 4 hadis, sedangkan kata
dan
. Penulis meneliti
terdapat 13 hadis dan dari
yaitu ada 7 hadis. Adapun hadis-hadisnya tercantum dalam tabel di
bawah ini: NO
HADIS
TEMA HADIS
KITAB
1
Berenang
Sunan Nasa‟I, Juz 5, hal. 302.
2
Berenang
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 1, hal. 78.
2
Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim. (Malaysia : KLANG BOOK CENTRE,1995). cet ke-II. jilid IV, No.2287. hal. 244.
23
3
Berenang
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal. 407.
4
Berenang
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 5, hal. 250.
5
Memanah
Sunan abu Daud, Juz 2, hal. 320.
6
Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal. 144.
24
7
8
9
Memanah
Sunan at-Tirmidzi, Juz 5, hal. 270.
Memanah
Sunan ad-Darimi, Juz 2, hal. 269.
Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal. 156.
25
10
Memanah
Sunan Nasa‟I, Juz 3, hal. 39.
11
Memanah
Sunan Nasa‟I, Juz 2, hal. 446.
12
Memanah
Sahih Bukhari, Juz 3, hal. 1063.
13
Memanah
Sahih Muslim, Juz 6, hal. 52.
26
14
Memanah
Sahih Muslim, Juz 6, hal. 52.
15
Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 2, hal. 202.
16
Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal. 265.
27
17
Memanah
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 3, hal. 343.
Berkuda
Sunan ibnu Majah, Juz 2, hal. 940.
:
18
.
28
19
Berkuda
Sunan Abu Daud, Juz 2, hal. 320.
20
Berkuda
Sunan Abu Daud, Juz 4, hal. 114.
21
Berkuda
Sunan Ibnu Majah, Juz 2, hal. 940.
29
22
Berkuda
Sunan Tirmidzi, Juz 4, hal. 174.
23
Berkuda
Sunan ad-Darimi, Juz 2, hal. 269.
24
Berkuda
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 4, hal. 148.
30
Maka dari itu, timbulah sebuah keharusan untuk menjaga kesehatan melalui olahraga, sebagaimana hadis berikut : 1. Anjuran untuk Berolahraga
:
Artinya: Memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda). Namun, memanah lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan istrinya.(HR.Ibnu Majah).3
. Artinya : “ Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Husain al-Qadli telah mengabarkan kepaada kami Abu Ja‟far Muhammad bin Ali‟ bin Dahim as-Syaibani saya Ahmad bin Ubaid bin Ishak bin Mubarrak al-Athar, mengabarkan kepada kami Ayahku, meriwayatkan kepada kami Qais dari Lais dari Mujahid dari Ibn Umar berkata: bersabda Rasulullah Saw: ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, menenun bagi anak perempuan.” (HR Imam al-Baihaqi). 4 Secara umum, isi kandungan (maksud dan makna ) hadis di atas adalah bentuk dari kontinuitas tradisi bangsa Arab (Arab pra-Islam) yang dinilai tidak bertentangan dengan agama bahkan menjadi alat pemicu alat dakwah.
3
Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy), Sunan Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II, h. 940. 4 Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis 8664, h. 401.
31
Olahraga yang bersifat ketangkasan telah menjadi tradisi bangsa Arab adapun jenis olahraga pada waktu itu didominasi dengan kegiatan memanah, berkuda, dan bermain pedang. Pada waktu itu orang-orang tangguh diperlukan dalam berperang melawan musuhnya, maka harus memiliki keahlian dan ketangakasan serta fisik yang kuat, olahraga yang bisa dicapai yaitu dengan berkuda dan bermain pedang, demikian juga dengan memanah. Barang siapa yang pandai bermain kuda, bermain pedang, ataupun memanah maka ia dapat direkrut menjadi pasukan perang.5 Sedangkan maksud Nabi saw menyerukan untuk belajar berenang, untuk apa? padahal pada waktu itu secara geografis, negara Arab pada saat itu merupakan dataran yang tandus, kering dan tidak ada sungai yang mengalir. Dari maksud hadis tersebut dapat dipahami bahwa Nabi sungguh luar biasa, yang bertujuan sebagai antsipasi terhadap bentuk pendidikan di masa depan, bahwa maksud anjuran Nabi saw itu pasti relevan dan sesuai dengan konteks kehidupan zaman.6 Adapun ayat al-Qurân yang menjadi landasannya, sebagai dasar memperkuat peryataan hadis diatas.
. Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs.alQashas: 26).7
5
Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal.241 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal.13 7 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali ART, 2007).
32
. Artinya: “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya”...(QS. al-Anfaal: 60).8 Dari beberapa matan hadis di atas, memiliki “ Nilai Pendidikan”, dimana para ahli dalam bidang pendidikan islam telah membagi dalam tiga term, dari ketiga term tersebut memiliki kesamaan makna, namun secara esensial memiliki perbedaan baik secara tekstual maupun secara kontekstual. Yaitu: al-Tarbiyah, alTa‟lim, dan al-ta‟dib.9 Adapun nilai-nilai yang terkandung dari matan hadis di atas: 1. Tanggung jawab pendidikan fisik Beberapa tanggung jawab yang dianjurkan oleh Islam di pundak para pendidik diantaranya tanggung jawab pendidikan fisik, agar anak-anak mampu tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, semangat dan selamat, sehingga siap untuk menjalani tugasnya sebagai khalifah di bumi. 2. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak Kewajiban orang tua salah satunya adalah memberi nafkah kepada keluarga dan anak-anak, baik dari segi makanan, pakaian, tempat
8
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali ART, 2007). 9 Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal. 243.
33
tinggal dan memberikan pendidikan yang cukup sebagai bekal di masa depan, maupun memberikan life skill (keterampilan ). Karena semua itu akan berpengaruh pada pola pendidikan jasmani. 3.
Membiasakan untuk berolahraga Melaksanakan perintah Allah, maka Islam menyerukan agar mempelajari renang dan memanah, sesuai hadis diatas dan Qs. AlAnfal:60.
4. Adanya kekuatan mental dan jasmani Olahraga merupakan sikap, perilaku, akhlak, aqidah, logika pendidkan dan inisiatif, di dalamnya tidak semata-mata menggerakan otot saja. Melainkan ada kekuatan mental yang berkembang dan masih banyak lagi, selain untuk kesehatan jasmani itu sendiri.10 Olahraga Renang, sebuah olahraga yang dilaksankan untuk melatih pernafasan dan melatih kekuatan-kekuatan baik tangan maupun kaki, yang akan menjadikan badan sehat dan bugar. Selain itu dari segi pendidikan, berenang memberi gambaran bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi kehidupan ini, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak akan mendapatkan sesuatu apapaun (bekal di dunia dan akhirat). Olahraga Memanah, adalah suatu usaha untuk menghasilkan suatu sasaran yang memerlukan kosentrasi penuh dan berkesinambungan, Memanah adalah simbol dari fokus atau kosentrasi dan istiqomah. Maksudnya, bahwa dalam hidup ini harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas, upaya untuk mencapainya
10
Arif Rohman Hakim, S.Ag, Studi Hadis: Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Idea Press). hal. 245
34
haruslah dilakukan dengan ikhtiar sungguh-sungguh, ikhlas dan fokus (istiqomah), fokus disini pada proses bukan pada hasil akhir. Keterampilan Menenun, merupakan salah satu kegiatan kerajian kesenian, yang membutuhkan kosentrasi, ketelitian dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang baik. Begitu juga dalam hidup ini, bila ingin mendapatkan hasil yang maksimal kita harus disiplin dalam segala hal dan sabar. Pendidikan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Dengan adanya hadis ini, sekarang banyak cabang olahraga dan tidak hanya diperuntukan laki-laki tetapi perempuan juga.
2. Belajar Olahraga Termasuk Hak Anak atas Orang Tuanya
. Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasyim Abdur-Rahman bin Muhammad al-Siraj, saya Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim, dari al-Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi‟ dari Abu Rafi‟ berkata: bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apaah seorang anak mempunyai hak atas mereka? Rasulullah menjawab: iya. Hak anak-anak atas orang tuanya, diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi sesuatu yang baik-baik.”(HR. Imam al-Baihaqi). 11 11
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis 8665, h. 401.
35
Hadis di atas menjelaskan berenang dan memanah termasuk hak anak atas orang tuanya. Definisi Hak al-walad 'ala al-wâlid adalah sesuatu yang harus diberikan orang tua terhadap anaknya. Menurut hemat penulis, secara tekstual ada tiga aspek yang dapat diambil dari hadis Nabi mengenai kewajiban orang tua dalam mendidik anak yaitu al-kitabah (menulis), al-Sibâhah (berenang) dan alRimâyah (memanah). Tetapi yang akan penulis bahas disini adalah al-Sibâhah (berenang) dan al-Rimâyah (memanah). Makna kata as-Sibâhah sama dengan kata as-Sibhu yaitu berenang.12 Menurut penulis, ada dua hal yang bisa dipahami dari kata as-sibâhah. Pertama, penjelajahan lautan. Bahwa hidup bukan hanya di darat semata, itu adalah hal yang pasti. Karena itu, pemahaman tentang kelautan sekaligus kaitannya dengan ilmu pengetahuan tidaklah sedikit. Bahari sebagai dunia (unsur bumi) lain dari daratan ini memiliki banyak fungsi yang harus dikuak lewat pendidikan. Lahirnya ilmu kelautan bisa dijadikan contoh tentang pentingnya laut. Dengan kata lain, pendidikan bukan hanya berlangsung di satu tempat (daratan) saja melainkan harus mampu menyebrangi samudra yang luas. Inilah mengapa dalam hadis lain Nabi menganjurkan agar mencari ilmu ke negri China.13 Suatu Negara yang dipisah oleh jarak laut yang sangat luas. Karena itu, memaknai "berenang" bukan hanya mengajar terapung di air tapi bagaimana seorang anak mempunyai keinginan untuk menyebrangi lautan sehingga menemukan kekuasaan Allah yang tak terhingga ini. 12
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya : Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 603. 13 Hadis mengenai "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina", menganjurkan untuk menuntut ilmu, dimanapun ilmu itu berada, sekalipun harus menyeberangi lautan. (Para 'ulama' mengatakan hadis ini tidak shohih). sebagai contoh, perjalanan Nabi Musa „Alaihissalam untuk menemui Nabi Khidhir „Alaihissalam dalam rangka menuntut ilmu yang disebutkan oleh Allah dalam Surat al-Kahfi. Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya. (Bandung : AlJumanatul 'Ali -ART, 2007). hal.300.
36
Kedua, kemampuan mengambil hikmah. Dalam banyak literatur tasawuf disebutkan syari'at adalah perahu. Maka menyelam menemukan hakekat (ma'rifat) merupakan kelanjutan jalan menuju Allah (thariqah dan bahkan hakikat). Jalanjalan ini bisa ditemukan dengan kecerdasan mencari hikmah di balik dunia ini. Kontemplasi atau 'uzlah dari kehidupan duniawi untuk mencari kesempurnaan hidup akhirati kemudian menjadi sangat penting. Dalam hadis yang lain dijelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi telah bersabda :
. Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya”. (HR. Muslim). 14 Hemat penulis, makna "Surga" disini dapat diartikan dengan bermacammacam makna, yaitu dapat diartikan sebagai kebahagiaan, ketenangan (alsakinah), ketentraman dan rahmah baik didunia maupun diakhirat nanti. Dengan berlandas tumpu pada pemahaman ini, maka anak didik harus diarahkan pada pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Sehingga ilmu yang didapat bukan 14
Imam abi Husain Muslim ibnu al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi, Muhtashor Shahih Muslim (Bairut : al-Maktabatul Islami, 1987), hlm. 498.
37
menggantung di atas teori-teori tapi juga mendarat dalam dunia praktek prilaku sehari-hari. Kata Ar-Rimâyah merupakan bentuk masdar dari kata ramay yang artinya melemparkan
(memanah).15
Sedangkan
antara
Berenang
dan
memanah
merupakan suatu tempat yang berlawanan. Berenang merupakan suatu tempat yang identik dengan lautan, sedangkan memanah merupakan tempat yang berada di daratan. Namun dua tempat tersebut tidak bisa dipisahkan mengingat unsur tempat yang kita diami ini mengandung unsur daratan dan lautan. Disamping perintah Nabi Muhammad saw untuk memberikan pelajaran tentang "berenang", dalam hadis itu juga dianjurkan untuk memberikan keterampilan memanah (al rimâyah). Secara substantif kata ini juga tidak bisa hanya berhenti pada memanah an sich tapi bisa meluas pada ranah cita-cita masa depan ataupun ketrampilan. Untuk menumbuhkan minat belajar, anak harus diberikan gambaran tentang kehidupan masa depan. Diakui atau tidak, cita-cita akan memotivasi anak untuk terus mengejar apa yang akan dicapai. Tujuan hidup yang layak baik di dunia maupun di akhirat harus mampu dibidik oleh anak sejak dini. Sehingga arah dan orientasi hidupnya mulai terbayang. Pendidikan semacam ini begitu sangat penting mengingat sampai saat ini pendidikan hanya berupa pengulangan bahasa dan kata bukan menumbuhkan ide. Berani untuk bercita-cita merupakan petunjuk awal bagi cerahnya masa depan anak. Hal inilah yang perlu dikembang suburkan dalam diri anak. Maka membiarkan anak hanyut dalam retorika dan transfer ide merupakan penindasan 15
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya : Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 536.
38
terselubung atas nama pendidikan. Sebaliknya, membiarkan anak didik melesat bagai anak panah menuju masa depan yang dicita-citakannya harus terus dikembangkan. Atau dengan kata lain, tidak boleh ada pembelengguan potensi dari orang tua lebih-lebih dari guru terhadap anak. Karena dalam hadis lain Nabi bersabda bahwa anak diciptakan pada suatu zaman yang sangat mungkin berbeda jauh dengan zaman yang ditemui oleh orang tuanya.16 Ia akan terus berjalan seiring dengan berputarnya waktu dan perjalanan zaman melewati berbagai tikungan dan rintangan yang berbeda pula. Al-Qurân al-Karim, dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia dengan memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur penciptaannya : jasmani, akal dan jiwa. Atau, dengan kata lain, "mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya serta untuk mencapai rasa aman, ada sekian banyak sikap yang dituntut oleh agama dari pemeluknya. 17 Menurut Prof. Mubyarto, seperti yang dikutip oleh Quraish shihab ada lima hal pokok untuk mencapai hal tersebut : 1. Kebutuhan dasar setiap masyarakat harus terpenuhi, 2. Manusia terjamin dalam mencari nafkah, 3. Manusia bebas untuk memilih bagaimana untuk mewujudkan hidupnya sesuai dengan cita-citanya. 4. Ada
kemungkinan
untuk
mengembangkan
bakat-bakat
dan
kemampuannya.
16
Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, (Jakarta : Gema Insani, 2007),
hlm. 232. 17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 175.
39
5. Partisipasi dalam kehidupan sosial politik, sehinga seseorang tidak semata-mata menjadi obyek penetu orang lain.18
Untuk itu orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada anakanaknya serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini. Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah terhadap pendidikan putraputrinya. Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti semakin banyak yang dapat dimanfaatkan dari alam raya ini.19
3. Olahraga Bukan Merupakan Perbuatan Yang Sia-sia
. Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, telah mengabarkan kepadaku 'Amr bin Al Harits dari Abu Ali Tsumamah bin Syufi Al Hamdani, bahwa ia mendengar Uqbah ibn Amir berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda ketika beliau sedang berada di atas mimbar: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah!” (HR. Abu Daud).20
18
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 162. 19 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 161. 20 Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy‟ats al-Sajatsani al-Ardi, Sunan Abu Daud, (Kairo: Dar al-Hadits,1988). Juz . hal.
40
. Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun; telah memberitakan kepada kami Hisyam bin Ad Dastuwa`i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Sallam dari Abdullah bin Azraq dari Uqbah bin Amir Al Juhani dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah akan memasukkan tiga orang ke dalam surga dengan satu anak panah; pertama; pembuatnya, yang mana ia membuatnya dengan berharap kebaikan, kedua; yang membidikkannya, dan ketiga; yang membentangkannya". Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:,memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda). Namun, memanah lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan istrinya, sungguh semuanya adalah hak. (HR. Ibnu Majah). Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari „Uqbah bin „Amir al-Juhani, Rasulullah saw bersabda :
21
Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy), Sunan Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II, h. 940.
41
. Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Musa bin Harun, meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Rahawiyah, di dalam sanad yang lain telah menceritakan kepada Ja‟far bin Muhammad al-Faryabi, dan telah menceritakan kepada kami Abu al-Asbaghi Abdul Aziz bin Yahya alHarani, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah bin Abdul Rahim, dan dari Abdul Wahab bin Bakhat, dari Atha‟ bin Abu Rabah berkata: saya melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair al-Anshari latihan memanah, lalu salah seorang diantara mereka merasa jenuh lalu temannya berkata engkau itu malas: Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: setiap sesuatu yang bukan merupakan dzikir kepada Allah adalah permainan dan kelalaian,kecuali empat perkara yaitu: “seorang laki-laki berjalan diantara dua sasaran (untuk memanah), seseorang yang melatih kudanya, belaian seorang suami terhadap istrinya, mengajar/belajar berenang.”(HR. Imam atThabrani). 22 Hadis di atas menjelaskan bahwa berenang, memanah dan berkuda bukan perbuatan yang sia-sia, menurut ahli fiqih yang namanya belajar apapun bentuknya tidak akan sia-sia sampai mempelajari ilmu-ilmu yang lain sekalipun. Hal yang sia-sia adalah menyia-nyiakan waktu luang sebagaimana sabda Nabi :
Artinya : “Akan datang waktu yang lima sebelum yang lima : waktu hidupmu sebelum waktu matimu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, waktu kayamu sebelum waktu miskinmu, waktu mudamu sebelum waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu,” (Muttafaq „Alaih)23
22
Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al-Mu‟jam al-Kabir fi Bab Jim, (al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983), Juz II, h. 193. 23 Muhyiddin Abi Zakaria Yahya, Riyadu al-Shalihin, 1997, cet. ke III, jilid III, hal. 423.
42
Menyia-nyiakan waktu dengan unsur melalaikan hak dan kewajiban kepada sang khaliq menurut Ahli fiqih hal tersebut yang dilarang, bahkan diharamkan keberadaannya. Akan tetapi hal lain yang dapat berguna baik untuk manusia itu sendiri juga orang lain, contohnya olahraga menurut ahli fiqih sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan keberadaannya.24 Olahraga sangatlah berguna bagi kesehatan diri sendiri, juga orang lain. Dalam hal ini, menolong sesama manusia dalam unsur sosial kemasyarakatan yang di junjungnya dalam keadaan terdesak seperti bencana alam dan lain-lain.
B. Asbab al-Wurud al-Hadis Dalam memahami suatu hadis, tidak cukup hanya melihat teks hadisnya saja, khususnya ketika hadis itu mempunyai Asbâb alWurûd, melainkan kita harus melihat konteksnya. Untuk menggali pesan moral dari suatu hadis, perlu memperhatikan konteks historisnya, kepada siapa hadis itu disampaikan Nabi SAW, dalam kondisi sosial kulturalnya Nabi SAW waktu menyampaikan.25 Supaya tidak keliru dalam pemahaman suatu hadis harus memperhatikan konteks historisnya. Sangat penting Asbâb al-Wurûd itu dalam memahami suatu hadis agar tidak keliru dalam memahami suatu hadis. 1. Pengertian Asbâb al-Wurûd. Secara etimologis Asbâb al-Wurûd merupakan susunan idofah yang berasal dari kata asbâb dan al-wurûd. Kata asbâb adalah bentuk yang dapat menghubungkan kepada suatu yang lain. Atau penyebab terjadinya sesuatu. Sedangkan kata al-Wurûd merupakan isim masdar (kata benda abstrak) dari 24
Yusuf Al-Qardhawi, Pandangan-Pandangan Hukum Islam, (Bandung: Mizan Press, 1999), cet.II, hal. 120. 25 Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis nabi pendekatan sosio-historis-kontekstual). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hal. 5-6.
43
warada, yaridu, wurudan yang berarti datang atau sampai. Dengan demikian Asbâb al-Wurûd adalah datangnya sesuatu, maka sebab-sebab atau latar belakang munculnya suatu hadis.26 Menurut pendapat Hasbi Ash-Shiddiqe, bahwa Asbâb al-Wurûd adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW menurunkan sabdabya dan masamasa Nabi SAW menuturkanya.27 2. Fungsi dan Tujuan Asbâb al-Wurûd Asbâb al-Wurûd al-Hadis mempunyai fungsi lain untuk memahami ajaran islam secara komperhensif. Asbab al-wurud dapat juga membantu kita mana yang datang terlebih dahulu diantara dua hadis yang bertentangan. Adapun urgensi dan signifikasi Asbâb al-Wurûd menurut imam al-suyuti antara lain untuk : a. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlak. b. Menentukan adanya takhsis yang bersifat umum. Yaitu menentukan kekhususan suatu hadis yang bersifat umum, dengan memperhatikan konteks asbab al-wurud. c. Mentafsil (merinci) hadis yang bersifat global. d. Menentukan ada dan tidaknya naskh mansukh dalam suatu hadis. e. Menjelaskan 'illat (sebab-sebab) ditetapkannya hukum. f. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih musykil (sulit dipahami). 28
26
Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis nabi pendekatan sosio-historis-kontekstual). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hal. 7 27 M.Hasbi Ash Shiddiqe, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang , 1993). cet.II, hal. 164. 28 Muh. Zuhri, Hadis Nabi (sejarah dan metodologi).(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,1997), cet. I, hal. 144.
44
Dengan demikian dalam perspektif ini, mengetahui Asbâb al-Wurûd bukanlah tujuan melainkan hanya sebagai sarana untuk memperoleh ketetapan makna dalam memahami pesan moral suatu hadis. 3. Asbâb al-Wurûd al-Hadis Olahraga
. Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasyim Abdur-Rahman bin Muhammad al-Siraj, saya Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim, dari al-Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi‟ dari Abu Rafi‟ berkata: bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apaah seorang anak mempunyai hak atas mereka? Rasulullah menjawab: iya. Hak anak-anak atas orang tuanya, diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi sesuatu yang baik-baik.”(HR. Imam al-Baihaqi). Latar belakang hadis-hadis tersebut kenapa di buat? Pertama,, Nabi mendapat pertanyaan Abu Rafi‟ mengenai masalah hak dan kewajiban anak terhadap orang tuanya dalam suatu majlis ilmu, Nabi menjawab dengan lantang dan jelas terhadap pertanyaan tersebut, “iya, ada hak atas kedua orang tuanya, diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi sesuatu yang baik-baik”. Dalam keterangan di atas dijelaskan maksudnya adalah memberi makan, pakaian, pendidikan yang layak, kesehatan, sesuatu yang halal dan menjaganya dari semua yang diharamkan Allah Swt kepadanya. 30
29
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Juz X, had. 19526, hal. 15. Ibnu Hamzah al-Husain al-Hanafi al-Damasyiqi , al-Bayan Wa al-Ta‟rif fi Asbab alWurud al-Hadis al-Syarif (al-Dimasyqi:al-Bayan,1980), Jil. II. 245. lihat juga terj H.M. Suwarta 30
45
Hal lain Nabi menjawab hak anak atas orang tuanya adalah memberi nama yang baik, member pendidikan tentang akhlak yang baik pula, yang nantinya menjadi anak yang shaleh yang berbakti sang penciptanya juga kepada orang tuanya yang melahirkannya dengan susah payah, artinya tahu diri, berbakti, yang akhirnya terpuji baik dari sang Khaliq dan manusia itu sendiri.
C. Analisis Matan Hadis Dalam penelitian sebuah hadis, penulis akan menganalisis hadis tentang olahraga dengan metode kritik matan hadis. Bagian yang menjadi unsur-unsur acuan utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas sahih adalah terhindar syuzuz dan „Illat.31 Adapun langkah-langkah yang penulis gunakan dalam menganalisis matan hadis, yaitu : 1. Analisa Penelitian Susunan Lafaz Matan yang Semakna Dari susunan matan hadis, bahwa semua matan hadis yang diriwayatkan oleh tiga periwayat di atas tidak selafaz dan matannya pun berbeda, akan tetapi mempunyai unsur makna yang dituju sama yaitu tentang keahlian olahraga. Walaupun ada kata-katanya berlainan, maka dapat dinyatakan perbedaan lafaz masih bisa dapat ditoleransikan. Dengan demikian, hadis tersebut dapat disimpulkan telah diriwayatkan secara al-Riwayah bi al-Lafaz dan al-Riwayah bi al-Ma‟na.32
Wijaya, Zafrullah Salim, Asbabul Wurud latar belakang historis timbulnya hadis-hadis Rasul Saw,(Jakarta: Kalam Mulia,1997), cet. II, hal. 306 31 Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), cet. IV. hal. 57-58. 32 Perbedaan lafaz dan pada matan hadis yang semakna ialah karena dalam periwayatan secara makna (al-Riwayah bi al-Ma‟na) atau sebaliknya. Menurut muhadditsin, perbedaan lafal yang tidak mengakibatkan perbedaan makna, dapat ditoleransikan asalkan sanadnya sama-sama sahih. Lihat dari Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, hal. 64-65.
46
2. Analisa Penelitian Kandungan Matan Hadis Juga Membandingkan Dengan Al-Quran. Dengan menggunakan metode al-Muqarranah33, telah dapat diketahui dan dapat dipertanggungjawabkan matan-matan hadis yang dianalisa. Apabila diterapkan berbagai tolak ukur analisa penelitian matan, maka kandungan matanmatan hadis yang diteliti dinyatakan dapat diterima dengan alasan: a. Tidak bertentangan dengan Al-Quran. Kandungan hadis olahraga yang penulis analisa tidak bertentangan dengan Al-Quran sebagaimana dijelaskan Allah SWT:
. Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs.al-Qashas: 26).34 Hal ini megajarkan olahraga menjadi hal yang bermanfaat, ini sangatlah mendasar karena dapat mengajari orang suatu keahlian itu yang pertama. Kedua, olahraga mengajak dan mengajari orang untuk menjadi sehat dan kuat, sebagaimana firman Allah Swt. yang berbunyi: .
33
Al-Muqarranah adalah suatu pendekatan psikologis dengan makna dan tujuan alQuran yang nantinya apakah hadis Nabi Saw. yang dimaksud bertolak belakang atau tidak . lihat dari Syuhudi Ismail, h. 130. 34 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali ART, 2007).
47
Artinya: “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya”...(QS. al-Anfaal: 60).35
. … Sesungguhnya orang yang paling baik adalah orang yang mempunyai kekuatan tubuh juga kesehatan yang baik".(QS. Al-Qashash : 26)36 Selanjutnya dari kesehatan dan kekuatan kita dapat beribadah kepada Allah Swt. dengan khusu dan mencari keridhaannya di muka bumi dengan besyukur dari kesehatan tersebut. b. Tidak bertentangan dengan akal sehat dan sejarah. Pada point ini hadis yang penulis analisa, menurut penulis ternyata tidak bertentangan dengan akal sehat dan sejarah, ini terbukti Nabi Saw. Pernah berolahraga yaitu dengan pacuan kuda. Bahkan Nabi sebelum berperang pernah latihan fisik dan berlomba pacuan kuda bersama para sahabatnya sebagaimana sabdanya:
. 35
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali ART, 2007). 36 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali ART, 2007).
48
Artinta : Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami Mu'awiyah telah bercerita kepada kami Abu Ishaq dari Musa bin 'Uqbah dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berlomba pacuan kuda dengan kuda yang disiapkan sebagai kuda pacuan dimana Beliau melepasnya dari al-Hafya' dan batas akhirnya di Tsaniyatul Wada'. Aku bertanya kepada Musa: "Berapa jaraknya? ' Dia berkata: "Antara enam atau tujuh mil. Dan Beliau juga berlomba pacuan dengan kuda yang bukan kuda pacuan dari Tsaniyatul Wada' sampai batas akhirnya di masjid Bani Zurai'. Aku bertanya: "Berapa jaraknya? ' Dia berkata: "Satu mil atau sekitar itu". Dan Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma adalah termasuk orang yang ikut dalam pacuan kuda itu". (HR. Bukhari). 37 c. Susunan pernyataan menunjukan ciri-ciri sabda kenabian. Point terakhir ini bisa kita lihat dari matan hadis yang diteliti dan di analisa, tidak terbukti adanya kata-katanya berbelit-belit akan tetapi langsung
menerangkan pada pokok permasalahan yang dimaksud.
Dengan alasan bahwa matan-matan hadis yang diteliti juga dianalisa telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan terhindar dari syuzuz dan „illat. Dengan kata lain bahwa, kaidah-kaidah kesahihan penelitian matan hadis telah terpenuhi. 38 Kritik matan yang penulis gunakan dalam penelitian hadis ini menggunakan metode muqaron, yaitu memebandingkan matan hadis dengan hadis lain, karena pada dasarnya hadis diatas tidak bertentangan dengan hadis lain maupun ketentuan agama dan tidak bertentangan dengan akal sehat karena sejalan dengan ilmu pendidikan (jasmani) dan
37
Riwayat Imam Bukhari, Hadis No. 2715, Juz. 3, hal. 1053. M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 109. 38
49
hadis ini dapat dikategorikan maqbul (dapat diterima atau menjadi sumber dasar).39
D. Pendapat Ulama Tentang Olahraga Dalam hal ini banyak pendapat ulama tentang prinsip-prinsip yang mendasar tentang olahraga secara umum yang inti pemikirannya sama yaitu masalah kesehatan diawali dengan kebersihan dan juga mengolah tubuh dan makan dengan makanan yang sehat secukupnya. Sebagaimana pendapat Yusuf al-Qardhawy dalam bukunya Fiqih Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qurân dan As-Sunnah beliau menjelaskan asumsi olahraga yang tidak membawa kepada perjudian dan kema‟syiatan dan kemadaratan kepada agama sangatlah dibolehkan dengan unsur dan prinsip mengajak beribadah, menuntut ilmunya, dan mencari manfaatnya. Seperti halnya olahraga mempunyai manfaat yang tinggi dalam kesehatan dan tolong-menolong kepada sesama manusia dan juga diri sendiri, apabila ada yang tertimpah musibah dan memerlukan keahlian seperti berenang, memanah, dan berkuda.40 Sebagaimana firman Allah Swt:
… Artinya : “… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
39
Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal. 241. 40 Yusuf al-Qardhawy, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qurân dan As-Sunnah, (Jakarta: Robani Press,1996), cet. I, h. 113.
50
dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maidah : 2).41 Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang mukmin kuat lebih disukai oleh Allah Swt dari pada mukmin yang lemah. Namun begitu, keduaduanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam keadaan (situasi) yang bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu pertolongan kepada Allah Ta‟ala, dan jangan bosan. Jika engkau mendapat cobaan, jangan berkata: “seandainya (tadi) aku perbuat begini dan begitu (tentu tidak akan begini jadinya).” Tetapi ucapkanlah : “Allah Maha Kuasa berbuat sekehendak-Nya.” Karena kata-kata “law” (seandainya) member peluang bagi syaetan.” (HR. Muslim). Dan ditambahkan oleh beliau yang terkait perbuatan yang sia-sia adalah orang yang mengadu nasib, menghayal bukan yang dikaitkan hal mencari keilmuan, ketangkasan, atau olah tubuh dalam hal ini olahraga baik secara umum maupun olahraga tertentu seperti renang, memanah, berkuda dan juga semisalnya. Ibnu Taimiyah menambahkan hal tersebut dapat dikatakan hal-hal yang wajib dipelajari seperti olah tubuh dan ketangkasan lain yang membuat seorang muslim itu tangguh, dan sehat dalam menjaga dirinya, juga agamanya dari hal 41
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali ART, 2007). 42 Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim (Malaysia: KLANG BOOK CENTRE,1995), cet ke-II, jilid IV, hal. 244.
51
gangguan Islam dari kaum jahiliyah atau kaum kafir yang mau menghancurkan Islam.43 Hal lain juga dapat memperoleh sebuah pahala dan sadaqah seseorang yang mempelajari olahraga tersebut, yang akhirnya menjadi bermanfaat baik untuk diri pribadi maupun orang lain, juga khususnya Agama, Nusa dan Bangsa.
43
Ibnu Taimiyah, Terjemah Nasehat-Nasehat Agama dan Hukum-Hukum Penafsirannya, (Bandung: Mizan Press, 1998), cet. II, hal. 234.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mempelajari dan menganalisa hadis-hadis tentang olahraga yang dibahas dalam skripsi ini, penulis memberikan kesimpulan. 1.
Bahwa olahraga adalah suatu ajaran yang dianjurkan Rasulullah Saw, yang mengandung hikmah dan manfaat yang bisa dipetik di dalamnya seperti berenang, memanah dan berkuda. Ketiganya, mengandung aspek kesehatan/kekuatan, keterampilan, kecermatan, sportifitas, dan berkompetisi.
2.
Matan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Daud dan Imam Baihaqi di atas tidak selafaz dan matannya pun berbeda, akan tetapi mempunyai unsur makna yang dituju sama, yaitu tentang keahlian olahraga. Jadi hadis tersebut diriwayatkan secara al-Riwayah bi al-Ma’na dan analisa matan hadis-hadis olahraga tersebut berkualitas sahih.
B. Saran-saran Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat menjadi masukan yang berarti khususnya bagi penulis, yaitu : 1. Bagi para pengkaji keilmuan hadis, penelitian terhadap hadis Nabi Saw. harus tetap dilakukan sebagai usaha pelestarian terhadap hadishadis Nabi Saw. dan sebagai upaya penyegaran pengetahuan bagi para peneliti dan penafsir hadis khususnya juga pencinta hadis pada keilmuan hadis pada umumnya.
52
53
2. Dengan adanya penelitian hadis ini, semoga kaum muslimin dan muslimat dapat tergugah hatinya untuk lebih cinta akan kesehatan serta melestarikan olahraga, baik olahraga apa saja. Agar supaya dapat menjaga dirinya dan juga dapat menolong orang lain ketika dibutuhkan ke ahlian tersebut. 3. Menjaga dan meningkatkan stamina tubuh serta melestarikan olahraga di dalam kampus, baik sarana dan prasana yang menunjang olahraga.
DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I. Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy‟ats al-Sajatsani al-Ardi, Sunan Abu Daud, (Kairo: Dar al-Hadits,1988). Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya : Pustaka Progressif, 2007), cet I Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari`at Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. I. Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, (Jakarta : Gema Insani, 2007). Arif Rohman Hakim, S.Ag, Studi Hadis: Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Idea Press). Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), cet. IV. Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -ART, 2007). Dini Rosdiani, Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai (Bandung : Alfabeta, 2012). Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses pada 28 Mei 2012 jam 15.48 WIB. Ginanjar Atmasubrata, Serba Tahu Dunia Olahraga (Surabaya : Dafa Publishing, 2012). H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010). al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy), Sunan Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II. Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1. Ibnu Hamzah al-Husain al-Hanafi al-Damasyiqi , al-Bayan Wa al-Ta’rif fi Asbab al-Wurud al-Hadis al-Syarif (al-Dimasyqi:al-Bayan,1980), Jil. II, lihat juga terj H.M. Suwarta Wijaya, Zafrullah Salim, Asbabul Wurud latar
54
55
belakang historis timbulnya hadis-hadis Rasul Saw,(Jakarta: Kalam Mulia,1997), cet. II. Ibnu Taimiyah, Terjemah Nasehat-Nasehat Agama dan Hukum-Hukum Penafsirannya, (Bandung: Mizan Press, 1998), cet. II. Imam abi Husain Muslim ibnu al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi, Muhtashor Shahih Muslim (Bairut : al-Maktabatul Islami, 1987). Jhon Huocks, (terj), Teori Olah Tubuh dan Efektifitasnya, (Jakarta:Media Pustaka, 1990), Cet. II. Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Malaysia: KLANG BOOK CENTRE, 1995), Cet ke-2, Jilid VIII. M.Hasbi Ash Shiddiqe, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang , 1993). cet.II. Muhyiddin Abi Zakaria Yahya, Riyadu al-Shalihin, 1997, cet. ke III, jilid III, Muh. Zuhri, Hadis Nabi (sejarah dan metodologi).(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,1997), cet. I. M.M Azami, Hadis Nabawi, Sejarah dan Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994). M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994). M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992). Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006). R.H. Su`dan M.D., S.K.M, Al-Qurân dan panduan kesehatan masyarakat, (Jakarta: Diknas,1978). Sayid Agil Husein al-Munawar, Studi Hadis Nabi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-1.
56
Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis nabi pendekatan sosio-historis-kontekstual). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I. Slamet Suherman “bab 6 teori bermain” dalam bentuk PDF didownload dari http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_OLAHRAGA/1976030 82005011SUHERMAN_SLAMET/modul_bermain_08/bab_6_teori_ber main,pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.57 WIB. Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir fi Bab Jim, (al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983), Juz II. Syihab al-Din Ahmad bin Hajar al-Ashqalani, Tahzib al-Tahzib, (Beirut: Dar alFikr, 1984), Juz II. Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.39 WIB. Wasis Ekyono DKK, Teori Olahraga, (Jakarta: CV. Karya, 1981), cet. IV Yusuf al-Qardhawi, Pandangan-pandangan Hukum Islam, (Bandung: Mizan Press, 1999), Cet. II. Y.S Santosa Giriwijoyo, Dkk, Olahraga dan Olahraga Kesehatan, (Bandung: FPOK/IKIP Press, 1991). Yusuf al-Qardhawy, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qurân dan As-Sunnah, (Jakarta: Robani Press,1996), cet. I.