Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
1
PRINSIP DASAR PERENCANAAN DAN KOMPONEN DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN
1.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan telah beranjak dari kegiatan yang bersifat naluriah, spontan, dan bersifat subyektif berdasar pengalaman masa lalu menjadi suatu proses yang sistematik, dan obyektif. Perencanaan yang telah dilakukan dengan baik sering menjadi gagal karena kurangnya perhatian terhadap pelaksanaannya. Perencana kesehatan merasa tugasnya telah selesai ketika mereka menghasilkan dokumen perencanaan. Perencanaan harus dikenali sebagai satu bagian suatu proses menyeluruh yang melibatkan analisis kebijakan, persiapan perencanaan, pengelola perencanaan, evaluasi dan penelitian. Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Beberapa batasaan perencanaan menurut para ahli disajikan sebagai berikut : 1. Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian (Abdulrachman, 1973). 2. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan dating dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan (Siagian, 1994). 3. Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa dating dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Terry, 1975 dalam Kusmiadi, 1995). 4. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuantujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapainnya (Stoner and Wankel, 1986 dalam Kusmiadi, 1995). 5. Menurut Soekartawi (2000), perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumberdaya yang tersedia. Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli. Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai 1
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain : a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan baik. b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi. c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik. Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah "rencana" (plan). 1.2 Prinsip-Prinsip Perencanaan Menurut Reinke (1994), suatu perencanaan harus memiliki prinsip-prinsip (asas-asas) sebagai berikut : 1. Principle of contribution to objective. Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada capaian tujuan. 2. Principle of efficiency of plans. Suatu perencanaan adalah efisien jika perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dengan biaya yang sekecil-kecilnya. 3. Principle of primacy of planning (asas pengutamaan perencanaan). Perencanaan adalah keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi lainnya, “organizing, staffing, directing dan controlling”. Seorang pemimpin tidak akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui tujuan dna pedoman dalam melaksanakan kebijaksanaan. 4. Principle of pervasiveness of planning (asas pemerataan perencanaan). Asas pemerataan perencanaan memegang peranan penting, mengingat pemimpin pada tingkat tinggi banyak mengerjakan perencanaan dan bertanggung jawab atas berhasilnya rencana itu. Tidak seorang manajer pun yang tidak mengerjakan perencanaan. 5. Principle of planning premise (asas patokan perencanaan). Patokan-patokan perencanaan sangat berguna bagi ramalan-ramaln, sebab premis-pemis perencanaan dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan datang. 6. Principle of policy frame work (asas kebijaksanaan pola kerja). Kebijaksanaan ini mewujudkan pola kerja prosedur kerja dan program tersusun. 7. Principle of timing (asas waktu). Perencanaan waktu yang relative singkat dan tepat. 8. Principle of planning communication (asas tata hubungan perencanaan). Peremcanaan dapat disusun dan dikoordinasi dengan baik, jika setiap orang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan yang memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakannya. 2
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Principle of alternatives. Alternative pada setiap wangkaian kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternative dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. 10. Principle of limiting factor (asas pembatasan factor). Dalam pemilihan alternative-alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada factor-faktor yang strategis dan dapat membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan dapat membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan asas pembatasan factor merupakan syarat mutlak dalam penetapan keputusan. 11. The commitment principle (asas keterikatan). Perencanaan harus memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. 12. The principle of flexibility. Perencanaan yang efektif memerlukan fleksibilitas, tetapi tidak berarti mengubah tujuan. 13. The principle of navigation change (asas ketetapan arah). Perencanaan yang efektif memerlukan pengamatan yang terus-menerus terhadap kejadiankejadian yang timbul dalam pelaksanaannya untuk mempertahankan tujuan. 14. Principle of strategic planning (asas perencanaan strategis). Dalam kondisi tertentu manajer harus memilihtindakan-tindakan yang diperlukan utnuk menjamin pelaksanaan perencanaan agar tujuan tercapai dengan efektif. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : 1. Perencanaan merupakan fungsi utama manajer. Pelaksanaan pekerjaan tergantung pada baik buruknya suatu rencana. 2. Perencanaan harus diarahkan pada tercapainya tujuan. Jika tujuan tidak tercapai mungkin disebabkan oleh kurang sempurnya perencanaan. 3. Perencanaan harus didasarkan atas kenyataan-kenyataan obyektif dan rasional untuk mewujudkan adanya kerja sama yang efektif. 4. Perencanaan harus mengandung atau dapat memproyeksikan kejadiankejadian pada masa yang akan datang. 5. Perencanaan harus memikirkan dengan matang tentang anggaran, kebijaksanaan, program, prosedur, metode dan standar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 6. Perencanaan harus memberikan dasar kerja dan latar belakang bagi fungsifungsi manajemen lainnya. 9.
1.3 Komponen Kesehatan Lingkungan Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu organisme. Faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotik) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotik). Misalnya, suhu, curah hujan, panjangnya siang, angin serta arus laut. Interaksi- interaksi antara organisme-organisme dengan kedua faktor biotik dan abiotik membentuk suatu ekosistem. Bahkan perubahan kecil suatu faktor 3
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
dalam suatu ekosistem dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu jenis binatang atau tumbuhan dalam lingkungannya. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1, menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya dengan mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Daftar komponen kesehatan lingkungan dari Leopard yang dikutip oleh F.Gunarwan Soeratmo (1988) adalah : a. Komponen fisik dan kimia b. Komponen hubungan ekologi c. Komponen sosial d. Komponen biologis Pembagian lingkungan oleh G. Melya Howe dalam bukunya Environmental Medicine (1980) adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Sedangkan berdasarkan mengganggunya terhadap kesehatan manusia, maka lingkungan dapat dibagi menjadi : a. Lingkungan fisik b. Lingkungan biologis c. Lingkungan manusia (sosial-ekonomi-budaya) Macam komponen lingkungan hidup menurut Leopard adalah: a. Komponen lingkungan hidup fisik dan kimia b. Komponen lingkungan hidup sosial c. Komponen lingkungan hidup biologi dan hubungan ekologi Menurut Norbert Dee adapun yang menjadi komponen lingkungan yang dibagi dalam empat kelompok dasar, yaitu : 1. Ekologi a. Spesies dan populasi b. Habitat dan komunitas c. Ekosistem 2. Pencemaran lingkungan a. Air (temperatur, pH, turbiditas, salinitas, pengaruh pasang, surut, iklim mikro, DO, BOD, nutrien, karbon organik, bahan racun, pestisida) b. Udara (CO, hidrokarbon, nitrogen oksida, bahan khusus, sulfur oksida, kebisingan, iklim mikro) c. Lahan (tata guna lahan, erosi tanah, iklim mikro) 3. Estetika a. Lahan (vegetasi penutup, cakrawala, bentuk alam) b. Air (penampilan air, pencampuran lahan dan air, bau dan benda terapung) c. Sejarah dan kebudayaan (arsitektur, peristiwa budaya, tanda-tanda alam, atmosfir) 4. Kepentingan manusia 4
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
a. Sosial dan demografi (aspirasi komunitas, ciri perumahan) b. Pelayanan sosial (kesehatanm pelayanan umum dan swasta, proses pendidikan, sistem transportasi) c. Ekonomi (struktur ekonomi, pendapatan perkapita, pemerataan) PUSTAKA Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika. Kusmiadi, H. R. 1995. Teori dan Teknik Perencanaan Edisi Pertama. Bandung : Penerbit Ilham Jaya. Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press. Mulyanto, R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2 Mei. Jakarta : Rineka Cipta. Reinke, W. 1994. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Siagian, S. P. 1994. Filsafat Administrasi. Jakarta : Penerbit PT. Gunung Agung.
5
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
2
POLA PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN
Pada mulanya konsep terjadinya penyakit didasarkan pada adanya gangguan mahluk halus atau karena kemurkaan dari Maha Pencipta. Namun seiring zaman, Hipocrates mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah cuaca dan lainnya. Namun tidak dijelaskan faktor lingkungan yang bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit. Lingkungan yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat penting. Dari lingkungan didapatkan udara untuk bernapas, air untuk minum, makanan untuk dinikmayi, dan ruang untuk bergerak. Gangguan lingkungan akan mengganggu kesehatan manusia. Untuk itu diperlukan upaya untuk menjaga agar lingkungan tidak tercemar/rusak sehingga tidak membawa gangguan. Kemudian berkembanglah teori terjadinya penyakit berdasarkan sisa-sisa mahluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya. Konsep penyakit mulai mengacu pada adanya peranan jasad renik. Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad. Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan timbulnya penyakit yakni host, agent and environment. Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu, misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agens penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit. Internal
Eksternal
-
Fisiologis Biokimia Psikologis Fisik Biologis Kimiawi Sosekbud
6
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Agent
Biologis Kimiawi Nutrisi Fisik Mekanis
Ras Seks Gen
Host
Fisik Biologis Sosial
Environment
Gambar 1. Epidemilogical/Ecological Triad 1.
2.
3.
Faktor Host Adalah manusia atau mahluk hidup lain sangat kompleks dalam proses alamiah terjadinya perkembangan penyakit, termasuk burung dan artropoda. Faktor host tersebut bergantung pada karakteristik yang dimilki individu, anatara lain dapat berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh, tingkah laku, pekerjaan, adat, gaya hidup, dan lainnya. Faktor Agent Adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agent ini adalah sendiri, misalnya pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain beberapa agent yang bekerjasama misalnya pada penyakit kanker. Agent dapat berupa unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi dan unsur fisika. Faktor Lingkungan Adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik (geologis, iklim, geografis), biologis (kepadatan penduduk) dan sosial (urbanisasi, lingkungan kerja, dan lainnya).
PUSTAKA Bustan, M dan Arsunan, A. 2002. Pengantar Epidemilogi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
3
DASAR PERENCANAAN MANAJEMEN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
Perencanan lingkungan pada dasarnya adalah proses dinamik. Perencanan lingkungan tidak hanya merupakan satu tindakan saja, namunlebih nayak sebagai suatu rentan aktivitas yang tersusun sistematis dan bertahap, mengarah pada hasil perbaikan lingkungan hidup yang lebih mantap. Pada dasarnya tiap perencanaan lingkungan harus mempunyai tiga aspek pokok yakni strategi, tujuan dan proses perencanaan. Strategi perencanaan lingkungan akan dibahas pada bab berikutnya, sedang aspek tujuan dan proses akan dijabarkan pada bab ini. Tujuan perencanaan lingkungan sebagai suatu pernyataan hasrat atau harapan terhadap terciptanya kondisi lingkungan ideal yang ingin dicapai. Umumnya tujuan dikaitkan dengan perbaikan kualitas lingkungan hidup sehingga memebrikan suasana yang lebih menguntungkan bagi penduduk. Kondisi lingkungan yang meningkat kualitasnya juga diusahakan berlangsung permanen/lestari. Namun tujuan seperti itu tidak dapat dipakai sebagai arah operasional lingkungan, lebih banyak hanya berupa arah konsepsional yang menjadi orientasi para pengelola lingkungan. Tujuan perbaikan lingkungan dalam bentuk yang memilki nilai operasionil banyak tergantung pada kemampuan perencana untuk melihat ke depan tentang prospek lingkungan yang akan dihadapi. Dengan kata lain, suatu tujuan perencanaan lingkungan perlu dibuat secara kuantitatif, kalau mungkin dalam bentuk satuan jumlah untuk jangka waktu tertentu. Suatu perencanan lingkungan perlu terdiri dari aktifitas yang berkesinambungan dan tersusun sistematis, serta bertahap menuju suatu perbaikan kualitas lingkungan dengan ukuran yang objektif. Prosesnya sangat dinamik mengikuti perubahan-perubahan alamiah maupun tak alamiah yakni perubahan yang dikaitkan dengan aktifitas manusia, yang bersifat terkontrol melalui program-program perbaikan lingkungan. Adapun proses kegiatan perencanaan lingkungan pada hakikatnya adalah rantai aktifitas yang berkaitan dengan upaya perbaikan kualitas lingkungan terencana, sistematis dan rasional. Proses itu meliputi berbagai aktifitas yang bisa diklasifikasikan dalam tujuh kelompok kegiatan pokok, yaitu : 1. Analisis lingkungan 2. Penetapan dan penyusunan urutan prioritas masalah lingkungan 3. Penyusunan alternatif pemecahan masalah lingkungan 4. Pemilihan alternatif dan penentuan rencana perbaikan lingkungan 5. Pelaksanaan rencana dan program perbaikan lingkungan 8
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
6. 7.
Pengawasan dalam pelaksanaan Evaluasi pelaksanaan Ketujuh kelompok aktifitas perencanaan lingkungan diatas merupakan suatu aktifitas yang senantiasa ada dan dilaksanakan dalam upaya-upaya perbaikan lingkungan.
PUSTAKA Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.
9
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
4
PENDEKATAN SISTEM KESEHATAN LINGKUNGAN
4.1 Pengertian Pendekatan Sistem Kesehatan Lingkungan Dalam cakupan pengertian sistem termuat adanya berbagai komponen (unsur), berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen), adanya saling hubungan serta ketergantungan antar komponen, adanya keterpaduan (kesatuan organis = integrasi) antar komponen, adanya keluasan sistem (ada kawasan di dalam sistem dan di luar sistem), dan gerak dinamis semua fungsi dari semua komponen tersebut mengarah (berorientasi = berkiblat) ke pencapaian tujuan sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu. Bertolak dari identifikasi sistem tersebut, akan disajikan beberapa batasan sistem untuk diarifi seperlunya, batasan sistem tersebut, adalah: 1. Sistem adalah komposisi (susunan yang serasi) dari fungsi komponennya. 2. Sistem adalah rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke arah tercapainya tujuan sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu (Warijan, dkk., 1984: 1) 3. Sistem adalah pengkoordinasian (pengorganisasian) seluruh komponen serta kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu. 4. A system is an organized or complex whole; an assemblage or combination of things or parts forming a complex or unitary whole (Johnson, Kast, dan Rosenzweig, 1973: 4). Pengertian dan ciri-ciri sistem atau pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisis (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial relatif lebih rumit dibanding analisis sistem fisis dan sistem biotis; sistem sosial pada umumnya dan khususnya sistem pendidikan bersifat terbuka, yaitu suatu sistem yang mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar sistemnya (rentan terhadap pengaruh luar). Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Jadi dapat disimpulkan, suatu pendekatan sistem kesehatan lingkungan adalah suatu rangkaian hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan perlunya menganalisis komponennya baik fisiks, biotis dan sosial. 10
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
4.2 Ciri-Ciri Sistem Atau Pendekatan Sistem Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem, adalah: 1. Adanya tujuan. Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentukan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan komponen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem mengarah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu sistem. 2. Adanya komponen sistem (selain tujuan). Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di kampus sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terjadi di dalamnya adalah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponenkomponen sistem. 3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan kerja sistem. Tubuh kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhannya (semua fungsi komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan kehidupan kita sebagai manusia berjalan secara sehat dan semestinya. Penyelenggaraan pengajaran di kampus merupakan suatu sistem, maka setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung secara efektif dan efisien. 4. Adanya interaksi antar komponen. Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan. 4.3 Pendekatan dan Metodologi dalam Penerapan Prinsip dan Hubungan Ekologi Ekologi merupakan hubungan antara total antara organisme dengan lingkungannyayang bersifat organik maupun anorganik, menurut Ernst Haeckel (1869). Penerapan prinsip dan hubungan ekologi dalam kehidupan manusia dapat berupa pendekatan dan metodologi, yaitu: 1. Pendekatan Holistik Pendekatan seutuhnya berupa analitik dan reduksionistik (Odum dan Boyden). 2. Pendekatan Evolusioner Pendekatan yang mengkaji evolusi yang terjadi pada para pelaku dalam lingkungan hidup, baik secara individual, populasi maupun komunitas. 11
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pendekatan Interaktif Menurut Price, dkk (1983), suatu kehidupan harus dilihat dari hubunganhubungan interaktif antar komponen penyusun dan merupakan suatu pendekatan bottom up untuk mengenal ekosistem atau lingkungan hidup dengan lebih baik. Pendekatan Situsional Jarvie, Papper, dan Vayda, menganjurkan pendekatan ekologi dengan cara memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu permasalahan timbul. Pendekatan Sosiosistem dan Ekosistem Pendekatan ini berupaya memisahkan lingkungan hidup ke dalam sistem sosial dan sistem alami serta mempelajarinya berdasarkan aliran materi, energi dan informasi. Dari keduanya akan menghasilkan proses seleksi dan adaptasi. Pendekatan Peranan dan Perilaku Manusia Pendekatan ini berupaya mempelajari peranan manusia dalam program MAB (man and biosphere) atau pendekatan pemanfaatan oleh manusia (UNESCO, 1974). Pendekatan Kontektualisasi Progresif Pendekatan ini bersifat interdisipliner dan dapat ditelusuri secara progresif sehingga setiap permasalahan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik. Pendekatan Kualitas Lingkungan Pendekatan ini merupakan kelanjutan pendekatan kontektualisasi progresif yang kemudian dikembangkan dengan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
4.4 Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk menjadikan lingkungan itu sehat, seperti: 1. Pengawasan/pemeliharaan penyediaan sarana air bersih (SAB) dan sanitasi dasar; 2. Pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan misalnya sistem pembuangan air limbah (SPAL), jamban keluarga (JAGA); 3. Pengawasan dan pemeliharaan tempat-tempat umum (TTU) 4. Pengawasan dan pemeliharaan tempat pengelolaan makanan (TPM) 5. Pengawasan dan pemeliharaan tempat-tempat pestisida 6. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan; 7. Pengembangan wilayah sehat seperti pengawasan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah (TPS)
12
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
PUSTAKA Anonimous. 2008. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pendekatan Sistem. (Online), (http://blog.persimpangan.com/blog/20070806/pengertian-dan-ciri-ciripendekatan-sistem) Diakses 12 November 2008. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jauhari, N. 2008. Upaya Kesehatan Lingkungan. (Online), (http://puskesmasklk1.web.id/categoryprogram-wajib) Diakses 14 November 2008.
13
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
5
STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut. Hendrik L. Blum dalam Planning for Health, Development and Application of Social Change Theory secara jelas menyatakan bahwa determinan status kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi domain lingkungan, perilaku dan genetika serta bukan hasil pelayanan medis semata-mata. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas (lihat gambar Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan di bawah !) Keturunan
Lingkungan (fisik, sosbud, ekonomi),
Status Kesehatan
Pelayan Kesehatan
Perilaku Gambar 2. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan) disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal. Berdasarkan teori Blum, menunjukkan konsep status kesehatan seseorang bahkan suatu komunitas masyarakat, dipengaruhi oleh empat faktor terdiri kesehatan lingkungan 45%, perilaku 30% disusul jasa layanan kesehatan 20%, serta faktor genetik atau keturunan hanya berpengaruh 5%. Aspek fisik dari lingkungan dapat berupa panas, sinar, udara dan air, radiasi, atmosfir dan tekanan. Sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik, 14
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
kimia, biologi dan social, pendekatan lain yang dapat digunakan adalah model roda dan pendekatan segitiga epidemiologi. Kedua model tersebut menyebutkan bahwa lingkungan fisik, biologi dan sosial dapat menyebabkan penyakit. Host
Agent
Lingkungan Gambar 3. Segitiga Epidemiologi
Lingkungan biologi
Lingkungan Sosial
Manusia (host)
Genetic Core
Lingkungan fisik/ kimia Gambar 4. Whell Model of Man Environment Interaction Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap kesehatan masyarakat, penurunan kualitas lingkungan memiliki peran terhadap terjadinya penyakit seperti diare, ISPA, malaria, schistosomiasis dan penyakit vektor lainnya, CPOD (PPOM), CVD, penyakit infeksi pada anak. Karena itu, jika upaya peningkatan kesehatan masyarakat hanya memprioritaskan jasa layanan secara "kuratif", tanpa menitikberatkan pada perwujudan kesehatan lingkungan, maka fenomena tersebut diibaratkan menabur garam ditengah samudera, tidak akan membuahkan hasil yang optimal. Akibatnya, masyarakat sebatas menuai kesembuhan sementara, karena pada pasca pengobatan atau perawatan, faktor lingkungan yang tidak sehat kembali menggerogoti kondisi kesehatan masyarakat, karena akar permasalahannya berupa fenomena lingkungan yang "sakit", tidak secara tuntas dan menyeluruh disembuhkan. Meski pengobatan secara "kuratif" tetap diperlukan hingga kapanpun, akan tetapi jangan justru mengabaikan faktor lainnya, yang sebenarnya bisa mewujudkan kualitas derajat kesehatan masyarakat bermasa depan, sebab akar permasalahannya telah tercerabut ditengah komunitas mereka. 15
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Pembangunan kesehatan masyarakat khususnya pembangunan kesehatan lingkungan, juga harus sejalan dengan upaya peningkatan kualitas perilaku masyarakat agar mereka bisa memiliki gaya hidup yang mandiri, sekaligus bermotivasi tinggi untuk mewujudkan kualitas kesehatannya. Karena mustahil pembangunan kesehatan bisa ditanggulangi sendiri oleh pemerintah, menyusul selama inipun alokasi anggaran kesehatan di setiap Kabupaten setiap tahunnya masih dibawah standar yang disyaratkan organisasi kesehatan dunia (WHO), sebesar 15% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setempat.
PUSTAKA Hasyim, H. 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 11; Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis wilayah. (Online), (http://www.jmpk-online.net/files/03-4.APhamzah.pdf) Diakses 12 November 2008. Hidayat, J. 2005. Lingkungan Penentu Status Kesehatan. (Online), (http://www.garutkab.go.id/pub/article/plain/24-lingkungan-penentu-statuskesehatan-warga-garut.html) Diakses 12 November 2008. Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
16
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
6
SISTEM KESEHATAN LINGKUNGAN
6.1 Konsep dan Batasan Kesehatan Lingkungan Batasan kesehatan lingkungan sangatlah luas, sehingga kita terlebih dahulu harus paham akan pengertian kesehatan dan lingkungan itu sendiri. Pengertian Kesehatan 1. Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan. 2. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian Lingkungan 1. Menurut Encyclopaedia of Science and Technology (1960) disebutkan, lingkungan adalah sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme. 2. menurut Encyclopaedia Americana (1974), lingkungan adalah pengaruh yang ada di atas / sekeliling organisme. 3. Lingkungan menurut A. L. Slamet Riyadi (1976) merupakan tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. Pengertian kesehatan lingkungan 1. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. 2. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. 3. Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen), kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat. 17
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
6.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu : 1. Penyediaan air minum 2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan sampah padat 4. Pengendalian vektor 5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6. Higiene makanan, termasuk higiene susu 7. Pengendalian pencemaran udara 8. Pengendalian radiasi 9. Kesehatan kerja 10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman 12. Aspek kesling dan transportasi udara 13. Perencanaan daerah dan perkotaan 14. Pencegahan kecelakaan 15. Kesehatan lingkungan tempat rekreasi umum dan pariwisata 16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk 17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu : 1. Penyehatan air dan udara 2. Pengamanan limbah padat/sampah 3. Pengamanan limbah cair 4. Pengamanan limbah gas 5. Pengamanan radiasi 6. Pengamanan kebisingan 7. Pengamanan vektor penyakit 8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana 6.3 Sasaran Kesehatan Lingkungan Di dalam Pasal 22 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang menjadi sasaran kesehatan lingkungan sebagai berikut : 1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis 2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama / yang sejenis 3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri / yang sejenis. 4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum. 18
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
5.
Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
6.4 Perencanaan Program Kesehatan Lingkungan Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli. Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain : a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan baik. b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi. c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik. Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah "rencana" (plan). Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain : 1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana : a. Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10- 25 tahun. b. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara 5-7 tahun. c. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya hanya berlaku untuk 1 tahun. 2. Dilihat dari tingkatannya : a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas. b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program. c. Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat rutin. 3. Ditinjau dari ruang lingkupnya : 19
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini sulit untuk diubah. b. Rencana taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah. c. Rencana menyeluruh ialah rencana yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap. d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain diluar kesehatan. Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas namun prakteknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut. Misalnya berdasarkan tingkatannya suatu rencana termasuk rencana induk tetapi juga merupakan rencana strategis berdasarkan ruang lingkupnya dan rencana jangka panjang berdasarkan jangka waktunya. 6.5 Proses Perencanaan Kesehatan Lingkungan Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah baru kemudian dari masalahmasalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke siklus semula. Lihat bagan Proses Perencanaan dibawah ! Identifikasi masalah
Prioritas Masalah
Evaluasi
Pelaksanaan
Perencanaan Pemecahan Masalah Bagan 1. Proses Perencanaan
Proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yakni Problem Solving For Better Health. Problem Solving For Better Health membantu dalam melaksanakan upaya problem sloving skala kecil yang secara langsung dapat memberi manfaat bagi banyak orang. Falsafahnya adalah dapat menggunakan sumber daya yang ada 20
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
untuk mencapai dampak positif yang lebih besar dalam mengatasi masalah kesehatan setempat dibandingkan dengan dampak umum yang telah dicapai walaupun ketersediaan dana yang tidak memadai. Adapun yang menjadi proses dalam Problem Solving For Better Health adalah sebagai berikut : 1. Langkah pertama yaitu mendefinisikan masalah secara jelas. - Tentukan sifat, besar, sebab dan faktor-faktor penunjang timbulnya suatu masalah kesehatan. - Masalah yang didapat harus riil berdasarkan data primer yang didapatkan. - Prioritas masalah merupakan masalah kesehatan yang dapat diatasi sendiri. - Prinsip utamanya menggunakan sumber daya setempat yang sudah ada (tenaga, teknis, peralatan, logistik dan dana) untuk mengatasi masalah. 2. Langkah kedua yaitu menentukan bagian realistik dari masalah. - Prinsipnya mengatasi masalah bagian demi bagian. - Caranya dengan mengambil bagian yang kecil dari masalah, bagian yang realistik dan dapat dikelola 3. Langkah ketiga yaitu mendefinisikan suatu solusi. - 43eJenis-jenis solusi : pendidikan, biomedis, psikologis, ekonomi, usaha mikro, job training, lingkungan. - Buatlah pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang relevan, terdefinisi dengan baik dan dapat dijawab. Sebaiknya pertanyaan harus mencakup elemen-elemen seperti: - Dengan apa - Melakukan (kegiatan apa) - Dengan (siapa atau untuk siapa) - Dimana - Selama (untuk berapa lama) - Akan mencapai (tujuan yang diinginkan) 4. Langkah keempat yaitu menyusun Plan of Action - POA merupakan perangkat organisasi, langkah-langkah dan alat komunikasi - POA dapat menjabarkan rincian dari solusi yang diambil - POA harus dapat menjabarkan bagaimana anda akan mengevaluasi dampak dari upaya anda. Suatu POA seharusnya memiliki 5 komponen utama, yaitu: 1) Mengapa. Jabaran dari alasan mengapa anda memilih masalah yang akan anda pecahkan. 2) Apa. Jabaran dari masalah yang anda pilih dan ditulis dalam bentuk pertanyaan yang baik. 3) Bagaimana. Menjabarkan metodologi (siapa, apa kegiatannya, isi, frekuensi, lama, dimana) yang akan digunakan untuk mengatasi masalah. 21
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
5.
4) Evaluasi. Bagaimana caranya mengukur atau melakukan evaluasi dampak atau efektifitas upaya anda, Apa yang paling penting untuk dinilai Komponen dari kegiatan evaluasi adalah : apa yang akan dievaluasi, bagaimana cara melakukan evaluasi, berapa sering/ dan berapa lama dan siapa yang akan melakukan evaluasi. Perlu dibuat rencana anggaran yang diperlukan (termasuk yang telah tersedia ataupun yang belum tersedia) dan jadwal kegiatan. 5) Kesinambungan. Bagaimana caranya untuk mencegah agar masalah yang telah anda atasi tidak timbul kembali. Langkah terakhir yaitu kesinambungan. Langkah ini merupakan pendekatan untuk menjamin kesinambungan solusi : - Melibatkan pihak terkait dari awal masalah ataupun pada fase persiapan kegiatan - Apabila kegiatan tersebut berhasil mengatasi masalah perlu dilakukan melegalkan pola, model, pendekatan atau sistem yang berhasil tersebut sebagai kegiatan rutin masyarakat setempat - Penyebar luasandan penerapan pola, metode, model ketempat lain dengan masalah yang sama.
PUSTAKA Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. Setiyabudi, R. 2007. Dasar Kesehatan Lingkungan. (Online), (http://ajago.blogspot.com/200712/dasar-kesehatan-lingkungan.html) Diakses
22
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
7
MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN LINGKUNGAN
7.1 Model Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan Lingkungan terdiri dari semua kondisi, keadaan dan pengaruh eksternal yang mengelilingi dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme atau suatu komunitas organisme. Terdapat bahaya alam dan bahaya buatan manusia yang mengancam habitat, iklim, dam pada akhirnya kesehatan baik individu maupun komunitas mereka. Masalah lingkungan yang semakin tidak baik, membuat diperlukannya model pendidikan bagi tenaga kesehatan khususnya untuk masalah lingkungan. Disini tenaga kesehatan diberikan pendidikan berupa sosialisasi guna menyebarluaskan kesadaran terhadap masalah-masalah lingkungan yang semakin banyak. Sasaran pendekatan ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku mereka yang menghasilkan pencemaran/masalah, yang berarti akan mengurangi masalah langsung pada sumber. 7.2 Aspek Kesehatan Lingkungan Banyak aspek yang mempengaruhi kesehatan suatu komunitas. Akibatnya, status kesehatan setiap komunitas berlainan. Aspek tersebut dapat berupa aspek fisik, sosial dan atau budaya. Aspek tersebut juga mencakup kemampuan komunitas untuk mengorganisasi dan bekerja sama sebagai satu kesatuan dan juga perilaku individu yang ada dalam komunitas tersebut.
Aspek fisik
Aspek Sosial/ budaya
Kesehatan manusia Aspek organisasi komunitas 1.
Aspek perilaku individual
Aspek fisik Aspek fisik mencakup pengaruh demografi, lingkungan, besar komunitas dan perkembangan industri. Pengaruh demografi dipengaruhi secara langsung oleh ketinggian, letak dan iklim. Mutu lingkungan berkaitan dengan mutu kepedulian kita terhadapnya. Besarnya komunitas juga dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan komunitas. Kemampuan komunitas untuk merencanakan, mengorganisasi maupun mendayagunakan 23
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
2.
3.
4.
sumber daya secara efektif dapat menentukan apakah besarannya dapat dimanfaatkan atau tidak. Aspek sosial budaya Faktor yang muncul dari interaksi antara individu atau kelompok di dalam komunitas. Contohnya, masyarakat yang hidup di kota, dengan keadaan serba ada, memiliki angka kesakitan terkait stres yang lebih tinggi dibanding masyarakat yang hidup didesa. Budaya muncul dari petunjuk yang diwariskan kepada seseoranga sebagai bagian dari lingkungan tertentu. Mereka diarahkan bagaimana memandang dunia dan berperilaku di dalamnya berkaitan dengan orang lain, dengan kekuatan supranatural atau Tuhan, dan dengan lingkungan alamnya. Beberapa faktor yang menyebabkan adalah kepercayaa, tradisi, dan praduga; ekonomi, politik, agama, sosial, dan lain sebagainya. Apek organisasi komunitas Pengorganisasi masyarakat merupakan proses untuk membantu masyarakat dalam mengidentifikasikan masalah atau tujuan umum, memobilisasikan sumber daya, dan dengan cara lain membangun serta menerapkan startegi untuk mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan bersama. Aspek perilaku individual Imunitas kelompok merupakan kekebalan suatu populasi terhadap penyebaran suatu agens infeksius yang didasarkan pada imunitas sebagian besar penduduk.
PUSTAKA Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika. McKenzie, J. 2006. An Introduction To Community Health Terjemahan Kesehatan Masyarakat : Suatu Pengantar . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
24
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
8
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang adalah berkisar pada masalah sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (air kotor). Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan, antara lain : 1. Urbanisasi penduduk Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondongbondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-mana. 2. Tempat pembuangan sampah Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanaha dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular. 25
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
3.
Penyediaan sarana air bersih Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya 60% penduduk Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul dimana-mana. 4. Pencemaran udara Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas (NAB) normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan. 5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungau. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi. Untuk lebih jelas, akan dibahas masalah kesehatan lingkungan sebagai berikut : 8.1 Masalah Penyedian Air Bersih Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80 %. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60120 L/hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan air 30-60 L/ hari. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Untuk itu air harus mempunyai persyaratan khusus agar layak untuk diminum / digunakan. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1. Syarat Fisik : bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. 2. Syarat Bakteriologis : harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Bila pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. 26
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
3.
Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut : ----------------------------------------------------------------------Jenis Bahan Kadar yang dibenarkan (mg/L) ----------------------------------------------------------------------Fluor (F) 1-1,5 Chlor (Cl) 250 Arsen (As) 0,05 Tembaga (Cu) 1,0 Besi (Fe) 0,3 Zat organik 10 Ph (keasaman) 6,5-9,0 CO2 0 ----------------------------------------------------------------------Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut. Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini, sebagai berikut : 1. Air hujan, ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya. 2. Air sungai dan danau sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu. 3. Mata air. Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum. 4. Air sumur dangkal. Air ini keluar dari dalam tanah maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal, biasanya berkisar antara 5 - 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
27
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
5.
Air sumur dalam. Air ini berasal dari lapisan air kedua didalam tanah, kedalamannya biasanya diatas 15 meter. Air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan). Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak terlindung (protected) sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut : 1. Pengolahan secara alamiah (penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh) 2. Pengolahan air dengan menyaring (dengan kerikil, ijuk dan pasir). 3. Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia. Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas) dan yang berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air, misalnya chlor). 4. Pengolahan air dengan mengalirkan udara. Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air. 5. Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih. Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. 8.2 Masalah Pembuangan Air Limbah Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombiasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985). Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti indusri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik. Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut : 28
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik. 2. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industi, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. 3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga. Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain : 1. Pengenceran (Dilution). Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru dibuang ke badan-badan air. 2. Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds). Yaitu adanya pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. 3. Irigasi. Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. 1.
8.3 Masalah Kotoran Manusia Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia didalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). 29
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya. Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut. 2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya. 3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya. 4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatangbinatang lainnya. 5. Tidak menimbulkan bau. 6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance). 7. Sederhana desainnya. 8. Murah. 9. Dapat diterima oleh pemakainya. Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut : 1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya. 2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya. 3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya. 4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. 8.4 Masalah Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan 30
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waster) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah merupakan hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah misalnya benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon dihutan yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat. b. Adanya hubungan langsung / tidak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi. Sampah dapat bersumber dari : 1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes), yaitu hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti sisa-sisa makanan, baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus, baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman. 2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum (pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bis, stasiun kereta api, dan sebagainya). Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya. 3. Sampah yang berasal dari perkantoran (perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya). Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rabish). 4. Sampah yang berasal dari jalan raya, yaitu dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya. 5. Sampah yang berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri dan yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya. 6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan misalnya jerami, sisa sayurmayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya. 7. Sampah yang berasal dari pertambangan misalnya batu-batuan, tanah / cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya. 8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya. Kalau kita berbicara sampah, sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yakni sampah padat, sampah cair, dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Tetapi 31
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
seperti telah dibuatkan batasan diatas bahwa dalam konteks ini hanya akan dibahas sampah padat. Sampah cair yang berupa antara lain air limbah akan dibahas dibagian lain. Sedangkan sampah dalam bentuk gas yang menimbulkan polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik dan sebagainya tidak dibahas. Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja) dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni : 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi : a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam / besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya. b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar : a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya. b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya. 3. Berdasarkan karakteristik sampah : a. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya. b. Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya. c. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok. d. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya. e. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrikpabrik. f. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang. g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya. h. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi, beton, bambu, dan sebagainya. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampahsampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindah / penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu 32
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik bukan saja untuk kepentingan kesehatan tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut : 1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk. 2. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah Pemusnahan dan/atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain: a. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah. b. Dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaran (incenerator). c. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Apabila sampah dipisahkan antara yang organik dengan anorganik, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk tanaman, dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian masalah sampah akan berkurang. 8.5 Perumahan Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah antara lain sebagai berikut : 1. Faktor lingkungan 33
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Harus memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan, di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. 2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saat itu saja namun diperlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu dipertimbangkan. 3. Teknologi yang dimiliki masyarakat Teknologi modern membuat harga bahan itu sangat mahal bahkan kadangkadang tidak dimengerti oleh masyarakat. Rakyat pedesaan bagaimanapun sederhananya sudah mempunyai teknologi perumahan sendiri yang dipunyai turun temurun. Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna maka teknologi yang sudah dipunyai masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi dan mempertahankan segi-segi yang sudah positif. 4. Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem namun di kota sudah menjadi masalah yang besar. Rumah yang dikatakan sehat berarti telah memperhatikan persyaratan antara lain : 1. Bahan bangunan a. Lantai : syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit. b. Dinding/tembok adalah baik namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup maka lubanglubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi dan dapat menambah penerangan alamiah. c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Namun masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng maupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah. 34
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
2.
3.
d. Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Bahan-bahan ini tahan lama tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut. Apabila tidak pada ruas maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu. Ventilasi Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi seperti untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Fungsi lainnya adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terusmenerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap didalam kelembaban (humudity) yang optimum. Ada 2 macam ventilasi, yakni : 1) Ventilasi Alamiah Dimana aliran udara di dalam ruangan melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. 2) Ventilasi Buatan Yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara terebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara. Cahaya Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya terutama cahaya matahari menyebabkan kurang nyaman penghuninya, juga merupakan media/tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni : 1) Cahaya alamiah, yakni matahari 35
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
4.
5.
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya basil TBC. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok) agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca yang dapat dibuat secara sederhana, melubangi genteng biasa waktu pembuatannya dan menutupnya dengan pecahan kaca. 2) Cahaya buatan Yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Luas bangunan rumah Harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan disesuaikan dengan jumlah penghuninya, apabila tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini dapat menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, sehingga akan mudah menular kepada anggota keluarga. Luas bangunan yang optimum adalah dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga). Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut : a. Penyediaan air bersih yang cukup b. Pembuangan tinja c. Pembuangan air limbah (air bekas) d. Pembuangan sampah e. Fasilitas dapur f. Ruang berkumpul keluarga Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang). Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni : g. Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari rumah tempat tinggal tersebut atau bangunan tersendiri. h. Kandang ternak. Oleh karena ternak adalah merupakan bagian hidup para petani maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh didalam rumah. Namun sebaiknya, demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal atau dibikinkan kandang tersendiri.
36
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
PUSTAKA Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2 Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
37
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
9
PENYUSUNAN STRATEGI KESEHATAN LINGKUNGAN
9.1 Strategi Pencapaian Tujuan Strategi Pengelolaan Lingkungan disusun dengan mengacu pada kebijakan nasional, dikaitkan dengan kepedulian wilayah yang dimaksudkan untuk memberi arahan kebijakan umum kepada pemerintah daerah agar dapat menindak lanjutinya kedalam kerangka program pengelolaan lingkungan. Tujuan penyusunan strategi lingkungan adalah untuk menunjang perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan dengan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengendalikan tingkat pencemaran melalui pengkajian kembali penyiapan instrumen kebijakan, strategi dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan oleh masing-masing daerah dalam mengatasi masalah lingkungannya. Adapun proses penyusunannya adalah dengan melakukan identifikasi dan pengkajian ulang kondisi lingkungan regional dan lingkungan perkotaan terhadap permasalahan (issues I concerns) yang terjadi dalam konteks regional - lokal yang dilakukan bersama dengan stakeholders untuk kemudian merumuskan strategi penanganan lingkungan dan perolehan kesepakatan terhadap rencana tindak yang akan dilakukan mendatang. Isue lingkungan global, regional, dan nasional dijadikan titik tolak untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan. Berdasarkan permasalahan (issue) lingkungan, kemudian disebandingkan dengan kebijakan-kebijakan yang ada, baik pada tingkat nasional (Propenas, RTRW, Renstranas, Sarlita) maupun propinsi (Pola Dasar, Rencana Strategi Pembangunan, RTRWP, Propeda) sebagai rujukan, sehingga strategi yang disusun dapat berkesinambungan tanpa kesenjangan dengan kebijakan-kebijakan yang ada. Dengan strategi pengelolaan lingkungan diharapkan menjadi arahan kebijakan umum atau untuk dijadikan acuan umum (guidance) rencana kegiatan berbagai sektor, sehingga memungkinkan partisipasi berbagai pihak terkait baik di tingkat propinsi, maupun kabupaten/kota. Strategi pengelolaan lingkungan dapat dijadikan payung bagi penyusunan strategi lingkungan di tingkat kabupaten/kota serta dapat dijadikan acuan bagi para pihak berkepentingan (stakeholders) dalam menyusun rencana tidak lanjut dan program aksi. 1. Mempunyai kemampuan dalam sumber daya manusia secara profesional dalam bidang manajemen kesehatan lingkungan industri. 2. Mampu menyusun program intervensi dalam bidang kesehatan lingkungan. 3. Besifat terbuka dan tanggap terhadap perubahan dalam kemajuan ilmu dan teknologi maupun masalah yang dihadapi masyarakat khususnya berkaitan dengan bidang manajemen kesehatan lingkungan. 4. Mempunyai kemampuan dalam pengembangan ilmu sehingga mengikuti gerakan dan kesesuaian dengan paradigma baru kesehatan masyarakat. 38
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
5.
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
manajemen
dan
9.2 Syarat Menyusun Strategi Pencapaian Program 1. Sistematis Program yang disusun merupakan bagian dari konsep implementasi organisasi yang dirumuskan dalam bentuk susunan, metode, dan rincian yang mencerminkan pemikiran komprehensif dan berurutan. 2. Berkesinambungan Berbagai program mempunyai dimensi yang berkelanjutan (sustainibilily), sehingga dijalankan secara terus menerus dan saling berkaitan. 3. Dinamis Program yang akan dilaksanakan memiliki tingkat kepekaan yang tinggi akan perubahan internal dan eksternal, sehingga dapat dilaksanakan fleksibel, sesuai dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. 4. Akomodatif Perumusan dan pelaksanaan program merupakan hasil dari kristalisasi beragam aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan masyarakat pada umumnya. 5. Terpadu dan Terarah Perumusan dan pelaksanaan program merupakan kesatupaduan yang diarahkan demi terwujudnya tujuan. 6. Simpel dan Realistik Perumusan dan pelaksanaan program ditetapkan sesederhana mungkin dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi di mana program itu dijalankan, serta melihat kemampuan yang dimiliki. 9.3 Alternatif Strategi Perencanaan Lingkungan Dalam menghadapi masalah lingkungan, pada dasarnya ada dua pola strategi yang dapat digunakan yaitu strategi yang berorientasi pada masalah lingkungan yang timbul akibat pembangunan sektoral (problem oriented startegy), dan strategi yang menekankan pada pengaturan dan penataan lingkungan hidup secara menyeluruh (programe oriented strategy). Ciri-ciri problem oriented startegy, yaitu : 1. Pengelola lingkungan merupakan bagian integral dari sektor pembangunan yang ada. 2. Menekankan pada pengawasan sumber daya alam yang dianggap kritis dan analisis dampak lingkungan dari proyek sektoral (AMDAL). 3. Bersifat segmental, temporal, dan parsial (ruang lingkup yang sempit). 4. Relatif murah dan mudah. 5. Regionalisasi dalam wawasan nusantara akan tergantung pada sektor pembangunan tertentu dimana integrasi antar wilayah sering sulit ditemukan. Ciri-ciri programe oriented strategy, yaitu : 39
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
1.
2. 3. 4. 5.
Pengelola lingkungan memiliki tanggung jawab dan wewenang besar dalam menentukan pengawasan lingkungan hidup sebagai proses pembangunan yang dominan. Menekankan pada pengaturan dan penataan lingkungan wilayah negara menurut konsep kesatuan ekosistem. Bersifat menyeluruh, berkesinambungan dan meliputi kesatuan wilayah ekosistem secara utuh. Pada mulanya memerlukan anggaran cukup besar, namun selanjutnya akan berjalan secara mantap dengan biaya relatif murah. Regionalisasi dalam wawasan nusantara didasarkan pada konsep ekosistem dimana banyak sektor akan mudah terintegrasi.
PUSTAKA Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika. Joomla. 2008. Strategi Pengelolaan Lingkungan. (http://lempu.co.cc/index.php/Program-KerjaArah-dan-StrategiPencapaian.html) Diakses 12 November 2008.
40
(Online),
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
10
PENDEKATAN SISTEM KESEHATAN LINGKUNGAN
Menteri Kesehatan RI pada 1998 yang lalu telah mengeluarkan kebijakan tentang "Paradigma Sehat" sebagai acuan pembangunan kesehatan di Indonesia. Dengan Paragdima baru ini maka orientasi pembangunan kesehatan di Indonesia bergeser dari kuratif rehabilitatif ke promotif dan preventif. Hal ini berarti bahwa pembangunan kesehatan memprioritaskan pada upaya-upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif. Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari pencegahan, termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan pencegahan secara dini kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada penghambatan perkembangbiakan dan penularan serta kontak manusia dengan agent, vektor ataupun faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit (seperti kuman patogen, vektor, dan polutan). Misalnya, penyediaan jamban saniter sangat efektif memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan bakteri penyebab diare terhadap sumber air atau makanan. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun cukup efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri. Demikian pula klorinasi air minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti dicontohkan di atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko timbulnya beberapa penyakit rakyat. Beberapa studi yang dilakukan oleh Esrey dkk. (1985--1991) melaporkan bahwa intervensi air bersih dapat menurunkan insiden penyakit diare sekitar 17-27%. Sedangkan beberapa studi yang dilakukan Esrey dan Daniel (1990) tentang dampak penyediaan jamban terhadap penurunan prevalensi penyakit diare menghasilkan angka yang konsisten, yaitu 22--24%. Demikian pula kajian oleh Esrey dkk. (1985--1991) tentang intervensi kebiasaan mencuci tangan dapat menurunkan prevalensi penyakit diare sebesar 33%. Jika ketiga upaya tersebut dilakukan bersama-sama secara intensif, sangat mungkin sebagian besar penyakit diare yang disebabkan oleh mikroba dapat dicegah. Berdasarkan kajian tersebut di atas serta bila Departemen Kesehatan konsisten dengan kebijakan barunya, yakni paradigma sehat, maka seyogyanya kita merenungkan untuk kembali ke hal-hal yang sangat mendasar. Istilah lainnya "Back to basic" dengan memberikan penekanan dan porsi anggaran yang lebih besar untuk upaya-upaya promotif dan preventif. Karena, kalau orang sudah jatuh sakit sebagai akibat dari lingkungan yang rusak, sedikit sekali yang dapat dilakukan. Kalaupun ada, biayanya sangat besar. 41
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
PUSTAKA Rihadi, S. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan Melalui JPS-BK. (Online), (http://www.tempo.co.id/medikaarsip032001top1.htm), Diakses 1 Desember 2008.
42
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
11
SUMBER DAN SARANA PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemenelemen di alam tersebut (Sumirat’96). Kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu upaya pencegahan primer diprioritaskan pada kegiatan kesehatan lingkungan yang murah, yang memberikan dampak kesehatan yang besar, serta merupakan komitmen internasional, yaitu pencapaian "Universal access". Kebijakan strategis sangat erat kaitannya dengan sasaran strategis. Sasaran strategis sendiri merupakan turunan langsung dari tujuan strategis. Dalan tahapan berikutnya, untuk mencapai sasaran strategis ini kemudian harus ditetapkan kebijakan-kebijakan strategis yang menyertainya, untuk kemudian kebijakankebijakan strategis ini diintervensi melalui berbagai program strategis yang terdiri dari berbagai kegiatan strategis. Berkaitan dengan kebijakan, untuk mencapai sasaran strategis tersebut, secara khusus harus diambil kebijakan-kebijakan strategis yang berkaitan dengan sasaran. Prinsip dasar kebijakan pelestarian lingkungan hidup di indonesia, antara lain : 1. Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan; 2. Fungsi lingkungan hidup perlu dilestarikan demi kepentingan manusia dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang; 3. Pemanfaatan sumber daya alam tak terbarukan harus perhatikan untuk kebutuhan antar generasi, sedang pemanfaatan sumber daya alam terbarukan perlu pertahankan daya pulihnya; 4. Setiap warga negara berhak atas lingkungan yang baik dan sehat dan berkewajiban menjaganya, memiliki hak atas informasi yang benar, lengkap, dan mutakhir tentang lingkungan hidup; 5. Dalam pelestarian lingkungan hidup, usaha pencegahan lebih diutamakan daripada penanggulangan dan pemulihan; 6. Kualitas lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya, pencemaran dan perusakan dihindari, dan bila terjadi maka pemulihan harus dilakukan oleh pihak yang bertanggungjawab; 7. Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pelestarian melalui pendekatan manajemen yang layak dengan sistem pertanggungjawaban; 43
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
8.
Dalam rangka desentralisasi pengelolaan lingkungan, maka ego sektoral harus dikesampingkan. Sedangkan sasaran akhir program pembangunan lingkungan hidup di Indonesia antara lain adalah : 1. Membaiknya fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam yang mengarah pada pelaksanaan prinsip pembangunan berkelanjutan di seluruh sektor dan bidang pembangunan, dengan prioritas pada perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; 2. Menurunnya beban pencemaran lingkungan air, udara, atmosfer, laut, dan tanah; 3. Menurunnya laju kerusakan lingkungan meliputi sumber daya air, hutan dan lahan, keanekaragaman hayati, energi, atmosfir, serta ekosistem pesisir dan laut; 4. Peningkatan penerapan tata lingkungan, AMDAL dan Penegakan Hukum; 5. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan hidup; 6. Peningkatan kesadaran masyarakat. Berdasarkan kajian dan uraian-uraian tersebut di atas, beberapa menu kegiatan kesehatan lingkungan yang dapat dimasukkan dalam paket kegiatan program JPS-BK, antara lain: 1. Pemutusan rantai penularan penyakit berbasis lingkungan a. Tersedianya informasi yang murah dan mudah dimengerti tentang kesehatan lingkungan bagi keluarga/penderita dengan penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas/Klinik Sanitasi. b. Kegiatan out-reach proaktif. Kunjungan rumah dalam rangka inspeksi sanitasi pada keluarga penderita dengan penyakit berbasis lingkungan. Pengambil sampel air yang tercemar untuk pemeriksaan laboratorium. Pemberian kaporit pada sumber air yang tercemar. c. Pemberian stimulan untuk rehabilitasi fisik sarana kesehatan lingkungan (sarana air bersih, jamban, SPAL, genteng kaca, plesterisasi, ventilasi, dll). 2. Pemberdayaan masyarakat agar mampu ikut serta dalam kegiatan kesehatan lingkungan. a. Lokakarya mini di Puskesmas maupun di kecamatan dalam rangka membahas masalah kesehatan lingkungan/kegiatan Pekan Sanitasi. b. Temu karya di desa dalam rangka penyusunan "Rencana kerja masyarakat". c. Pemberian stimulan untuk pembuatan/rehabilitasi sarana kesehatan lingkungan permukiman.
44
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
PUSTAKA Rihadi, S. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan Melalui JPS-BK. (Online), (http://www.tempo.co.id/medikaarsip032001top1.htm), Diakses 1 Desember 2008.
45
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
12
PENYUSUNAN PROGRAM AKSI KESEHATAN LINGKUNGAN
Pengantar Program aksi adalah pelaksanaan dari serangkaian kegiatan yang terkoordinasi kan dan saling berhubungan yang dirancang untuk mencapai tujuan yang spesifik dengan alokasi dana yang jelas dan terinci dalam kurun waktu tertentu. Topik ini menjelaskan bagaimana merancang suatu program aksi kesehatan lingkungan. Terdapat 4 sub topik utama dan 2 sub topik pendukung untuk merancang program aksi, yaitu: 1. Menyusun Rasional dan Strategi Program 2. Menyusun Tujuan, Keluaran, Kegiatan dan Masukan 3. Menyusun Indikator, Asumsi dan Pra Kondisi 4. Menyusun Rancangan Monitoring dan Evaluasi 5. Menyusun dan Menghitung Biaya Program 6. Memeriksa dan Menilai Rancangan Program Aksi A. Merumuskan Rasional dan Strategi Program Dalam menyusun Rasional dan Strategi Program terdapat pertanyaanpertanyaan pokok yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Mengapa kita menanggapi masalah tersebut ? 2. Apa Pokok masalahnya dan siapa yang paling beresiko ? 3. Siapa Mitra Kerja Kita ? 4. Bagaimana kita merencanakan strategi yang efektif ? 5. Dimana kita harus memulai dan Kapan ? Dalam Rumusan Rasional harus tergambar cakupan dan inti masalahnya secara jelas, apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga diketahui masalah-masalah yang belum ditangani, sedangkan dalam merumuskan strategi lebih ditekankan pada apa yang harus dilakukan selanjutnya, untuk siapa hal tersebut harus dilakukan, dengan siapa dan bagaimana cara melakukannya. Dalam menyusun Rasional, selalu melihat dan memperhatikan hasil analisis masalah yang telah dibahas sebelumnya. Pertanyaan mendasar dalam merumuskan rasional yaitu Mengapa Program tersebut dirancang ? Karena itu alasannya berasal dari analisis masalah yang telah dilakukan. Dengan beberapa pertanyaan, yaitu: 1) Apa Masalah Sebenarnya? Siapa yang berapa pada kondisi riskan tersebut? 2) Mengapa perlu menanggapi secara khusus masalah tersebut ? Oleh karena itu dalam merumuskan Rasional harus berdasarkan informasi yang cukup tentang persoalan/masalah yang akan ditangani oleh program aksi. Perhatikan betul temuan-temuan yang terdapat dalam analisis masalah, apa rekomendasinya, pelajaran yang dapat dipetik dari program sebelumnya dan 46
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
lainnya, sedangkan dalam menyusun Strategi Program, hal-hal yang harus diperhatikan adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : 1) Apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya ? 2) Siapa yang akan menjadi kelompok sasasarannya (baik langsung maupun tidak langsung ? 3) Siapa Mitra kerja yang akan dilibatkan ? 4) Dimana dan kapan seharusnya memulai ? Jadi dalam menyusun Rasional dan strategi program harus didasarkan pada : besaran masalah yang ada dan tanggapan yang ada terhadap masalah tersebut. Dengan demikian strategi yang harus dirumuskan adalah untuk memecahkan sisa masalah dari besaran masalah dikurangi tanggapan yang ada. Strategi program adalah pernyataan yang jelas akan apa yang ining dilakukan dalam program, untuk siapa, dengan siapa dan bagaimana. Dalam merumuskan strategi, terdapat 2 pendekatan yang bisa dilakukan yaitu Program Langsung maupun Program Pengembangan Kelembagaan, dan bisa juga kedua-duanya tergantung hasil analisisnya. Dengan demikian yang harus tergambar dalam Rasional dan Strategi Program adalah: 1. Paparan besaran masalah yang ada: a. Gambaran situasi sosial ekonomi yang melingkupi, b. Gambaran masalah c. Gambaran masalah yang akan ditangani melalui program, 2. Para pihak yang akan menjadi sasaran program (langsung maupun tidak langsung): karakteristiknya, jumlahnya, 3. Gambaran bagaimana program tersebut dilaksanakan (langsung maupun tidak langsung) 4. Gambaran organisasi pelaksana maupun mitranya (kerjasama dengan berbagai pihak) B. Tujuan, Keluaran, Kegiatan Dan Masukan Setelah diketahui dan ditemukan permasalahan yang dipaparkan dalam Rasional, yang kemudian ditentukan strategi untuk mengatasi masalahnya, maka langkah selanjutnya ialah merumuskan Tujuan, Keluaran, Kegiatan dan menghitung masukan untuk merealisasikan kegiatan tersebut. Rumusan tujuan program dapat dibagi menjadi 2 yaitu Tujuan Pengembangan atau Tujuan Jangka Panjang dan Tujuan langsung atau tujuan jangka pendek. 1. Tujuan Pengembangan/Jangka Panjang menggambarkan tujuan akhir yang lebih luas dalam sebuah program. Kata kunci dari Tujuan Pengembangan adalah ” IKUT MENYUMBANG PADA” 2. Tujuan Langsung/Jangka Pendek adalah situasi yang diharapkan terjadi pada akhir pelaksanaan kegiatan Program. Dan tujuan ini mencerminkan perubahan yang diharapkan muncul dengan adanya kegiatan program tersebut. Kata kunci dalam rumusan tujuan langsung adalah ” MENCAPAI” Output atau Keluaran ialah produk yang dihasilkan atau hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan program. Perumusan keluaran ini merupakan penjabaran dari tujuan langsung. Kata kunci dalam rumusan keluaran adalah ” UNTUK MENGHASILKAN” 47
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Kegiatan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghasil kan keluaran yang diinginkan. Kata kunci dari rumusan kegiatan adalah ”MELAKUKAN”. Untuk menghasilkan 1 keluaran biasanya perlu dilakukan beberapa kegiatan atau serangkaian kegiatan. Masukan merupakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan. Kata kuncinya yaitu ”MENYEDIAKAN”. Untuk dapat menghitung apa saja dan berapa masukan yang diperlukan, rumusan kegiatannya harus jelas dan terinci. 1. Jelas, realistis dan rinci sesuai dengan kebutuhah kegiatan dalam program, dengan memperhatikan indikator masing-masing kegiatan 2. Jelas siapa yang bertanggungjawab dalam penyediaan input tersebut, 3. Jelas apa yang dimiliki oleh organisasi anda untuk merealisasikan kegiatan program tersebut dan apa yang anda mintakan kepada donor (harus kongkrit) Masukan-masukan tersebut bisa berupa SDM, Dana, Bahan, Peralatan, Keahlian dan lainnya yang diperlukan agar kegiatan dapat terlaksana.
48
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Bahan latihan : Buatlah urutan Logis dari elemen rancangan program menyegarkan Kuda Haus mulai dari: - Masalah, Masukan, kegiatan, Output/Keluaran, Tujuan Langsung dan Tujuan Pengembangan. Atau sebaliknya mulai dari: - Tujuan Pengembangan, Tujuan Langsung, Keluaran/Output, Kegiatan, Masukan untuk mengatasi masalah Kuda Haus KUDA HAUS
49
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
C. Merancang Program Aksi Pertanyaan untuk memahami Eleman Rancangan Program mulai dari: Masalah, Kelompok Sasaran, Kerangka Kerja Kelembagaan, Tujuang Pengembangan, Tujuan Langsung, Keluaran, Kegiatan dan Masukan. Latihan soal : Berikut ini merupakan elemen-elemen sebuah rancangan program. Golongkan pernyataan berikut mana yang termasuk: M = Masalah KS = Kelompok Sasaran KKK = Kerangka Kerja Kelembagaan TP = Tujuan Pengembangan TL = Tujuan Langsung K = Keluaran Keg = Kegiatan Msk = Masukan Dengan memberi tanda diatas kedalam kolom disamping pernyataan berikut: Menyumbang pada penghapusan pekerjaan terburuk anak di Jawa Timur Anak yang dilacurkan di Lokalisasi Dolly dan di Jalanan kota Surabaya,
Konsultan pendidikan anak-anak dalam situasi khusus,
Anak-anak korban trafficking bekerja pada dunia pelacuran yang rawan terhadap berbagai penyakit dan ekploitasi ekonomi serta seksual. Pada akhir proyek suatu program uji coba yang terdiri dari pengalihan, pemulihan dan pemberian ketrampilan hidup bagi anak-anak yang dilacurkan di Kota Surabaya. Mengadakan kunjungan ke lembaga-lembaga potensial yang telah teridentifikasi, untuk mengetahui peran dan kegiatan yang dapat dimainkan dalam menangani korban anak dilacurkan, LSM, Dinas Sosial Kota, Dinas Pendidikan, Kepolisian, dan PPT dengan pembagian peran yang jelas. Terbangunya system dan mekanisme Rujukan serta Selter untuk penanganan korban anak-anak yang dilacurkan, Mendesain program pendidikan ketrampilan yang cocok untuk anakanak yang dilacurkan,
50
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Merumuskan system dan mekanisme rujukan untuk pananganan korban anak yang dilacurkan,
Melakukan koordinasi antara Instansi yang berwenang dalam penarikan anak yang dilacurkan, 250 anak- anak laki-laki dan perempuan yang dilacurkan ditarik dari dunia pelacuran dan mendapatkan pendidikan ketrampilan hidup Tim Pelaksana program,
Melakukan pendekatan dan tindakan hukum Kepada pihak-pihak yang melacurkan anak, Alat dan bahan- bahan ketrampilan, serta kelengkapan selter
Melaksanakan program pendidikan ketrampilan untuk 250 anak-anak yang menjadi korban pelacuran. Gaji untuk tenaga full time dan tenaga paruh waktu / konsultan
Mengidentifikasi lembaga dan penanganan anak yang dilacurkan
Instansi
yang
potensial
dalam
Mengadakan lokakarya untuk mensepakati system dan mekanisme rujukan. Membentuk selter untuk penanganan korban anak yang dilacurkan
D. Indikator, Asumsi Dan Pra Kondisi Indikator Untuk memperjelas rumusan tujuan dalam rancangan program aksi biasanya juga dirumuskan indikator, yaitu: alat ukur untuk menghitung ketepatan atau menilai keberhasilan program dan membantu memperjelas tujuan program, seperti SITUASI SEBELUM PROGRAM YAITU…. DAN SETELAH PROGRAM YAITU…. Dengan demikian indikator program mengandung unsur-unsur sebagai berikut: a. Alat ukur yang digunakan untuk membantu menilai keberhasilan program b. Menambah tingkat ketepatan tujuan langsung c. Menyediakan bukti-bukti yang dapat di uji untuk mengukur kemajuan d. Dinyatakan dalam rumusan yang yang dapat diukur. 51
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Dalam merumuskan indikator perlu membedakan tipe-tipe intervensi programnya, apakah program langsung atau program pengembangan. Untuk program intenvensi langsung indikatornya harus menggambarkan perubahan kearah yang lebih baik kondisi kelompok sasaran. Sedang untuk program pengembangan institusi, indicator pencapaian tujuan langsungnya adalah: apakah yang mampu dilakukan oleh lembaga setelah pelaksanaan program. Contoh perumusan Indikator untuk Program Langsung, dari rumusan Tujuan dan Output sebagai berikut, indikatornya adalah: PROGRAM
TUJUAN LANGSUNG
KELUARAN
INDIKATOR
Langsung
Pada akhir program, 50 anak yang bekerja di perkebunan tembakau ditarik dan mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan di Pusat Rehabilitasi anak
- Sebanyak 25 Pekerja Anak yang ditarik kembali sekolah formal - Sebanyak 25 Pekerja Anak yang ditarik mengikuti pendidikan kesetaraan Paket A dan B - Sebanyak 50 pekerja anak yang ditarik mendapatkan layanan kesehatan dan tambahan gizi
Pengemban gan
Pada akhir program, Pemerintah Kota Manado Memiliki Kebijakan untuk Menjaga kelestarian Lingkungan
- Disahkannya Komite Pengawasan Lingkungan di Kota Manado - Tersusun dan disahkannya Rencana Aksi Pelestarian Lingkungan
- Dari 25 pekerja anak yang kembali ke sekolah formal 75% lulus - Dari 25 pekerja anak yang mendapatkan layanan pendidikan kesetaraan 70 % dapat mengikuti ujian persamaan dan lulus - Dari 50 pekerja anak yang ditarik pada awalnya kekurangan gizi kondisi kesehatan menjadi baik (Tidak pernah sakit dalam 1 bulan) - Dari 50 Pekerja anak tidak lagi mengalami sakitsakit - Anggota Komite Aksi berasal dari Multi Stake holders, - Pembentukan Komite Aksi dan Penyusunan Rencana Aksi dilakukan secara Partisipatif melalui workshop dan pertemuanpertmuan, - Terdapat Alokasi dana dari APBD untuk implementasi Rencana Aksi
Asumsi Faktor Ekternal adalah kondisi-kondisi, peristiwa atau keputusan yang berada diluar kendali program. Faktor ekternal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan, keberhasilan maupun kegagalan program. Faktor ekternal ini dapat berupa faktor ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan lainnya. Pada tahap menyusun Rancangan Program faktor ekternal tersebut juga perlu di identifikasi untuk mengetahui apakah akan mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan program. 52
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Dalam rancangan program, faktor ekternal tersebut biasanya disebut Asumsi, yaitu faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan program dan memiliki kemungkinan dapat diwujudkan. Contohnya yaitu ”Jika ...terjadi, program akan melakukan ..... ” Contoh Faktor Ekternal ialah: Setelah pergantian Gubernur Sulut, tahun 2010 ini, pengganti Gubernurnya mungkin tidak lagi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup. Asumsi untuk faktor ekternal tersebut: Gubernur baru Sulut tetap melanjutkan dukungan untuk pelestarian lingkungan. Jika Gubernur Sulut tidak melanjutkan dukungannya, maka program akan melakukan : ..... Advokasi, lobby-lobby dan lainnya. Pra Kondisi Pra Kondisi merupakan kegiatan persiapan, sebelum program di implementasikan. Dalam dokumen Rancangan Program. Pra-Kondisi ini bisa menjadi bagian dari masukan yang disediakan oleh lembaga pelaksana atau dibuat terpisah, yang merupakan kontribusi dari lembaga pelaksana. E. Monitoring Dan Evaluasi (MONEV) Dalam sebuah rancangan program, harus sudah dirumuskan alat untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan permasalahan dalam pelaksanaan program, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan serta alat untuk melihat kemajuan pelaksanaan program, bahkan dampak terhadap sasaran dari program yang diimplementasikan tersebut. Karena itu ketika merancang program aksi sudah harus dirumuskan Monitoring dan Evaluasinya. MONITORING merupakan melihat kembali atau memantau kegiatan program dalam waktu tertentu atau secara terus menerus untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. EVALUASI merupakan kegiatan untuk mengukur pencapaian tujuan program berdasarkan sasaran program yang telah ditetapkan dan dampak program bagi kelompok sasaran. Dengan demikian MONITORING melakukan pemantauan proses perjalanan program mulai dari masukan, kegiatan dan keluaran, Artinya: 1. Apakah masukan dalam program telah sesuai dengan yang direncanakan, 2. Apakah kegiatan yang berlangsung sesuai dengan rencana yang diharapkan dan jadual yang ditetapkan, 3. Apakah hasil yang dicapai sesuai dengan rencana dan jadual serta perubahanperubahan apa yang terjadi. EVALUASI lebih menekankan pada upaya-upaya untuk mengetahui: 1. Apakah hasil program sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, yaitu melihat efesiensi ? 2. Apakah tujuan program yang dicapai member dampak terhadap kelompok sasaran ? 3. Apakah setelah bantuan berakhir program masih terus berkelanjutan,
53
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Untuk monitoring biasanya dilakukan secara terus-menerus, sedangkan evaluasi dilakukan untuk waktu-waktu tertentu, seperti: pada pertengahan program yang sedang berlangusng, pada akhir program atau paska pelaksanaan program. Sedangkan caranya bisa dalam bentuk review terhadap laporan-laporan yang dibuat, bisa juga melakukan kunjungan lapangan dan wawancara kepada pihakpihak terkait atau dalam bentuk Lokakarya. Dinamika Evaluasi Menurut William A. Reinke (Ed.) (1994) evaluasi memiliki sifat dinamis dengan cara membedakan input program dengan proses, keluaran, dan indicatorindikator hasil. Pertama, penting bagi kita untuk mengembangkan personil dengan keahlian yang sesuai kebutuhan dan untuk menyediakan dukungan mereka. Hal tersebut menyangkut pencarian dan / atau pelatihan, pengembangan pengawasan yang mendukung, dan organisasi logistik dan mekanisme pendukung lainnya. Pengembangan komponen-komponen system individual tidak menjamin koordinasi fungsi mereka dalam praktek. Aspek proses evaluasi dapat diikutsertakan sebagai input sumber daya, atau dapat dipandang sebagai potensi keluaran. Identifikasi secara terpisah dianjurkan, untuk membedakan kapasitas tindakan dari penggunaan nyata kapasitas tersebut. Keluaran dibedakan dari hasil, yaitu dalam hal keluaran suatu system perawatan kesehatan adalah pelayanan, yang dapat member dampak yang berbeda-beda terhadap status kesehatan hasil. Keluaran umumnya lebih mudah diukur daripada hasil dan seringkali harus bertindak sebagai wakil dari hasil. Prinsip-prinsip Evaluasi Menurut William A. Reinke (Ed.) (1994) prinsip-prinsip evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Sebagai kunci pengambilan keputusan yang lebih baik, evaluasi harus melihat ke depan dan berorientasi pada tindakan. 2. Evaluasi bersifat menyeluruh dan dinamis, menaruh perhatian pada kebijakan pengujian dan alternatif-alternatif rencana, mengawasi kemajuan dalam proses penerapan dan memberi penilaian sumatif kepada hasil akhir. 3. Evaluasi dilandasi prinsip manajemen berdasar tujuan (MBO) dan mulai dengan pertanyaan yang jelas mengenai pengaruh-pengaruh yang harus dicapai pada populasi mana dan dalam jangka waktu kapan. 4. Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harus diperiksa ketepatan dan kesesuaiannya. 5. Menyesuaikan diri dengan prinsip manajemen berdasar pengecualian (MBE), rencana-rencana evaluasi harus menyediakan suatu ruang lingkup informasi yang luas yang akan memberitahu kita segera masalah-masalah yang timbul. Walau sistem informasi rutin yang menunjukkan masalah, tidak dapat diharapkan untuk menyediakan pemecahan yang segera, evaluasi harus dibarengi dengan analisa khusus dan penelitian sistem kesehatan. Dalam kaitannya dengan ketepatan waktu dan sangat sedikitnya pengumpulan data, sorotan evaluasi akan beralih dari input melalui proses menjadi output dan hasil dalam rangka penerapan program. Ketepatan waktu dan tempat laporan-laporan evaluatif harus disesuaikan dengan kebutuhan akan keputusan yang tepat waktu. Sering tidaknya pelaporan sangat banyak bergantung kepada laju 54
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
perubahan keadaan-keadaan yang menuntut tindakan. Karena evaluasi bersifat memperbandingkan, evaluasi bergantung pada indikator-indikator yang menggambarkan tingkat dan rasio yang tepat, daripada tingkat-tingkat penyelesaian yang tepat. Penilaian-penilaian harus membedakan antara hasil yang merupakan pusat perhatian pengendalian keputusan dan keluaran yang timbul sebagai akibat ketidakpastian dan kesempatan. F. Menghitung Biaya Program Biaya/dana merupakan salah satu bentuk masukan dalam sebuah rancangan program aksi. Menghitung biaya program harus didasarkan pada harga yang ada pada wilayah program. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum menyusun anggaran program aksi adalah: 1. Memastikan bahwa aktivitas program telah dirumuskan dengan jelas agar dapat mencapai output yang diharapkan, 2. Menentukan jenis biaya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas program, 3. Menghitung biaya sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan program, artinya jelas, detail/terinci, akurat dan realistis. Realitis adalah aspek penting dalam menyusun rancangan biaya program. 4. Mengelompokkan biaya berdasarakan pada pos-pos biaya, seperti: Administrasi, Gaji, pelaksanaan kegiatan program berdasarkan output, monitoring evaluasi dan lainnya. Namun tidak semua lembaga dana komponen anggarannya sama, begitu juga jika programnya berbeda kemungkinan komponennya juga berbeda. Untuk membantu memudahkan dalam menghitung biaya dan memperjelas urutan pembiayaan dapat dibuat dalam bentuk kolom, bahkan dalam kolom tersebut dapat juga digambarkan pihak-pihak yang mendanai, jika tidak hanya 1 lembaga pendukung, bahkan termasuk kontribusi lembaga pelaksana juga dapat digambarkan dalam kolom tersebut. Contoh komponen dan kolom-kolom untuk menghitung anggaran program sebagai berikut: NO
MATA ANGGARAN
A.
Personil
B.
Administrasi
C.
Kegiatan Program
Satuan
Volue
HARGA/ SATUAN
55
TOTAL
Kontribusi Pelaksana
Kontribusi Donatur
Kategori
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado
Contoh bentuk lain: NO URAIAN A. Personil B.
Biaya Invenstasi
C.
Biaya Program
SATUAN
VOLUME
HARGA/SATUAN
JUMLAH
Kepustakaan Anonimous. 2009. Desain, Manajemen dan Evaluasi Program Penghapusan Pekerja Anak. Modul Pelatihan. Jarak. Jakarta Reinke, W.E. 1994. Perencanaan Kesehatan dalam Peningkatan Efektivitas Program Kesehatan
56