PRELIMINARY REPORT OF THE BRINCC EXPEDITION JANUARY 2012 Versi Bahasa Indonesia
2
CONTENTS Ringkasan - biodiversiti
3
Ringkasan - sosial
4
Tentang ekspedisi ini
5
Tujuan proyek
6
Anggkota tim ekspedisi
7
Lokasi penelitian
8
Owa-owa
9
Amphibi
13
Entomologi
18
Mamalia besar
24
Mamalia kecil
27
Burung
33
Botani
48
Sosial
67
Terimakasih
74
Bila menggunakan data dari laporan ini silakan gunakan kutipan berikut Cheyne SM, Zrust M, Hoeing A, Houlihan PR, Rowland D, Rahmania M, Breslin K (2012). Barito River Initiative for Nature Conservation and Communities (BRINCC) Preliminary Report. In BRINCC Expedition Reports; 74 pages. Palangka Raya, Indonesia: BRINCC Expedition.
2
3
RINGKASAN Ekspedisi ini telah mengkaji keanekaragaman hayati di tiga lokasi dan melaksanakan kajian sosial ekologi di dua desa di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Ringkasan hasil survey keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut: Amfibi Secara keseluruhan di-identifikasi 452 individu dari 37 jenis dari 4 keluarga; Bufonidae (9), Megorphrydae (5), Ranidae (17), Rhacophoridae (6). Burung 223 jenis di-identifikasi termasuk 16 jenis endemik Kalimantan, 3 jenis terdaftar di IUCN Red List sebagai ‘Terancam Punah‘ (terancam punah) dan 7 jenis tercatat di IUCN Red List ‘Rentan‘ (rentan). Entomologi Lebih dari 100 jenis kupu-kupu ditemukan Mamalia besar 11 jenis terekam di camera traps: 10 mamalia dan satu burung. Enam jenis lain direkam berdasarkan tanda atau pengamatan termasuk macan dahan (Neofelis diardi) Primata 8 jenis ditemukan dan perkiraan kepadatan untuk owa-owa adalah 1.59-3.04 kelompok/km2. Mamalia kecil Sepuluh jenis di-identifikasi termasuk Chestnut-Bellied Rat (Maxomys ochraceiventer) yang termasuk di IUCN Red List, dengan catatan Data kekurangan (Kekurangan data) Hasil ini menunjukkan bahwa daerah ini punya nilai konservasi keanekaragaman hayati tinggi.
Photo M. Zrust
3
4
RINGKASAN
Ringkasan hasil survey sosial adalah sebagai berikut: Pemetaan sumberdaya alam menggambarkan lokasi sumberdaya tradisional dan modern yang penting untuk masyarakat Informasi pemetaan dikumpulkan melalui pemetaan partisipatif sebagai masukan untuk memperoleh pengakuan resmi untuk hutan desa Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di kedua desa hampir 100% tergantung pada hutan dan sumberdaya alam di sekitarnya. Di kedua desa warga merasa bahwa jumlah binatang dan tumbuhan telah berkurang dalam lima tahun terakhir. Pola penghidupan yang sebelumnya berkesinambungan telah berubah menjadi gaya hidup yang lebih berorientasi dan tergantung pada pasar. Komoditi termasuk daging, bagian binatang, ikan, burung (jarang), kayu, emas dan batu permata. Ada pergeseran dari operasi penebangan kayu komersil dan sekarang sedang dilakukan eksplorasi batu bara. Telah ditemukan batu bara Pemerintah punya beberapa program untuk membantu masyarakat.
4
5
TENTANG EKSPEDISI INI
Ekosistem hutan tropis terancam secara global oleh kegiatan manusia dan perubahan iklim. Ini terutama berlaku bagi hutan tropis di Kalimantan, di mana penebangan kayu, legal maupun ilegal, pertambangan batu bara dan konversi ke lahan pertanian (kelapa sawit dan perkebunan akasia), maupun kebakaran hutan skala luas yang semakin sering terjadi, mengancam salah satu daerah keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Pada saat pelestarian hutan di pedalaman Kalimantan tidak tentu, lebih banyak informasi dibutuhkan tentang kondisi ekosistem hutan di daerah ini, khusunya tentang keragaman alamiah yang tergantung padanya, guna meningkatkan pengetahuan tentang daerah ini serta menjadi landasan untuk perencanaan konservasinya. Untuk
mengumpulkan
informasi
tentang keanekaragaman binatang dan tumbuhan serta informasi hidrologis, kami telah survey beberapa lokasi di sepanjang Sungai Murung di bagian utara Kalimantan Tengah, Indonesia. Daerah ini, yang terbentang antara Pegunungan Müller di utara sampai muara Sungai Murung dengan Sungai Barito di bagian selatan, baru dua kali Photo M. Zrust
disurvey ilmiah secara singkat. Survey mamalia besar dan kecil, burung, serangga, amfibi dan reptil telah dilaksanakan di tiga lokasi sepanjang Sungai Murung, dengan ambil contoh di hutan desa, hutan rimba dan wilayah dengan tingkat gangguan tinggi di dekat Desa Kelasin. Kepadatan primate dihitung untuk owa-owa (Hylobates muelleri x Hylobates albibarbis) sebagai bagian dari proyek lebih luas di lokasi berbeda-beda terpencar di Kalimantan. Bersama-sama informasi ini meningkat pengetahuan ilmiah daerah ini, melengkapi penelitian mendalam yang dilakukan oleh LSM lain di bagian hilir di DAS lain. Diharapkan ini akan meningkatkan profil daerah ini dan kesadaran tentang ancaman yang dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Selain itu akan membantu meningkatkan kemampuan di teknik konservasi dan kegiatan ekspedisi, baik untuk anggota dari Indonesia maupun dari luar negeri.
5
6
TUJUAN PROYEK
Proyek ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut: 1. Jenis binatang dan tumbuhan apa yang terdapat di sepanjang Sungai Murung? 2. Apakah distribusi dan kelimpahan berbeda antara hutan dengan tingkat gangguan yang berbeda? 3. Apakah kepadatan populasi owa-owa terpengaruh oleh ciri vegetasi di daerah ini? 4. Apa tingkat gangguan manusi di daerah ini dan bagaimana pemetaan SDA dan teknik sosial lain dapat digunakan untk mengidentifikasi kebutuhan lokal di sepanjang Sungai Murung?
Photo M. Zrust
6
7
ANGKOTA TIM EKSPEDISI
DAFTAR PESERTA EKSPEDISI: Dominic Rowland (UK) – Pemimpin Ekspedisi dan Tenaga Medis Dr Susan Cheyne (UK) – Direktor Ilmiah dan Tenaga Medis Andrea Hoeing (Germany) – Wakil Pemimpin Ekspedisi (Masyarakat: Sosial Ekologi) Laura D'Arcy (UK) – Penasehat Ilmiah Michal Zrust (Czech Republic) – Wakil Pemimpin Ekspedisi (Keanekaragaman hayati) Mila Rahmania (Indonesia) – Pimpinan proyek Herpetologi (amfibi dan reptil) Iis Sabahudin (Indonesia)- Pimpinan proyek: Ilmu sosial (Antropologi) Erisa Maranata Muray (Indonesia) – Anggota tim: ilmu Sosial (Antropologi) Andhi Suncoko (Indonesia) – Anggota tim: Ilmu Sosial (Sosial Politik) Peter Houlihan (USA) - Pimpinan proyek: Entomologi Juli Setiawan (Indonesia) – Anggota tim: Burung Katherine Breslin (UK) - Pimpinan proyek: Burung Deni Doang (Indonesia) – Anggota Tim: Ilmu Sosial (Ekonomi) Edwin Hermawan (Indonesia) – Anggota tim: Keanekaragaman Hayati M. Yunnus Adrian Saputra (Indonesia) – Anggota tim: Mamalia kecil Kursani (Indonesia) – Pimpinan Botani Suparjan T Uring (Indonesia) – Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Murung Raya Junaidi Shalat (Indonesia) - Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Murung Raya Leni (Indonesia) – Administrasi SDA, Pemerintah Kabupaten Murung Raya Jaya (Indonesia) – Asisten Peneliti dari Desa Tumbang Tujang Pak Bahni (Indonesia) – Asisten Peneliti dari Desa Tumbang Tujang
7
8
LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Murung Raya
Kalimantan Tengah
Borneo
8
9
OWA-OWA - Dr Susan Cheyne Pendahuluan Owa-owa adalah primata kecil arboreal (hidup di pohon), dengan 17 jenis tersebar di hutan di Asia Tenggara, Cina Selatan dan India. Di Kalimantan terdapat dua jenis owa-owa, Hylobates albibarbis, dan owa-owa Kalaweit, Hylobates muelleri. Kedua jenis ini terancam, terutama oleh perusakan habitat atau konversi menjadi lahan pertanian dan terdaftar sebagai terancam punah ‘Terancam Punah‘ di IUCN Red List of Threatened species 2008 (www.iucnredlist.org). Semua jenis punya wilayah dengan kelompok terdiri dari sepasang owa-owa dengan anak-anaknya. Menggunakan kebiasaan ‘nyanyi’ merupakan metoda praktis dan efisien waktu untuk memperkirakan
kepadatannya,
karena
kelompok-
Owa-owa betina dewasa (H. mulleri x albibarbis) - © Susan M. Cheyne
kelompok owa-owa dapat dihitung dengan mendengar duet di pagi hari pada waktu yang relatif singkat. Penelitian di seluruh dunia telah menemukan bahwa kepadatan primata dipengaruhi oleh mutu habitatnya. Ditemukan bahwa kebakaran hutan dan penebangan kayu berdampak negatif kelimpahan primata dan mengakibatkan kepadatan owa-owa lebih rendah, terutama karena turunnya ketersediaan pakan. Walaupun demikian, temuan menggambarkan bahwa owa-owa bisa bertahan di hutan terganggu karena dapat menyesuaikan pakannya, namun potensi reproduksi turun oleh perubahan pola makan ke makan dedaunan. Sepain itu ada kecenderungan kurang kelimpahan primata di pinggir hutan. Di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat ditemukan kepadatan Southern Bornean gibbon (Hylobates albibarbis) berhubungan negatif dengan ketinggian, yang berhubungan dengan berkurangnya pohon besar dan turunnya ketersediaan pakan owa-owa, sedangkan untuk Müllers gibbon (Hylobates muelleri) tidak ada informasi. semua jenis owa-owa sekarang terdaftar sebagai minimal terancam punah ‘Terancam Punah‘ di IUCN Red list, termasuk jenis yang diteliti kami, owa-owa endemik. Tujuan utama program ini adalah memantau besarnya populasi owa-owa, kepadatan dan distribusi. Lebih luas, kami juga meneliti dampak gangguan manusia dan tindakan konservasi terhadap populasi owa-owa. Selain itu survey kepadatan owa-owa dilaksanakan di sejumlah lokasi untuk tujuan pemantauan. 9
10
OWA-OWA Metoda
Kepadatan owa-owa diperkirakan dengan menggunakan hitungan titik tetap, seperti diuraikan oleh Brockelman dan Ali (1987), di tiga lokasi survey tertentu di dalam wilayah penelitian. Metoda ini direkomendasi untuk survey owa-owa dengan alasan sebagai berikut: pertama, karena perilaku owa-owa yang sulit dilihat dan kebiasaan tinggal di tajuk pohon membuat penggunaan jalur transek untuk survey tidak berhasil *Brockelman dan Ali 1987; Brockelman dan Srikosamatara 1993b; O'Brien dkk. 2004; Nijman dan Menken 2005; Cheyne dkk. 2007; Hamard dkk. 2010+. Keduanya, karena perilaku wilayah memungkinkan pemetaan secara efisien dari titik triangulasi (Sutherland, 2000). Suara nyaring owa-owa, yang terdengar sampai jarak cukup jauh memungkinkan perekaman jarak lebih jauh daripada pengataman visual *Davies 2002+.
Terakhir,
hitungan
titik
tetap
memungkinkan survey cepat dan efisien waktu
Photo M. Zrust
dengan hasil yang lebih pasti daripada jalur transek dalam waktu yang sama (Nijman dan Menken, 2005). Perkiraan kepadatan diperoleh dengan rumus berikut, dikembangkan oleh Brockelman dan Ali (1987): D = n / *p(m) x E+ Di mana jumlah kelompok terdengar di suatu daerah ditentukan dengan memetakan , p(m) adalah perkiraan persentase kelompok yang diperkirakan bernyanyi selama waktu sampel m hari, dan E adalah wilayah kedengaran efektif *Brockelman dan Ali 1987; Nijman dan Menken 2005; Cheyne dkk. 2007+. Faktor koreksi p(m) ditentukan di tiap lokasi dengan rumus: p(m) = 1 – *1- p(1)+m dengan p(1) adalah peluang nyanyi di hari tertentu, dan m adalah jumlah hari survey. Wilayah kedengaran efektif dihitung untuk setiap lokasi menggunakan radius tetap 1 km dari tiap titik pengamatan dan ditentukan dengan wilayah di mana minimal dua titik pengamatan bisa mendengar owa-owa nyanyi. 10
11
OWA-OWA Hasil Hutan produksi di Kelasin dan Hutan desa di Tumbang Tujang punya kepadatan yang sama, yaitu 2 kelompok owa-owa /km2, sedangkan di daerah perladangan Tumbang Tujang (Daerah pertanian terfragmentasi) punya kepadatan terendah dengan 1.55 kelompok owa-owa /km2. Lokasi hutan rimba di Sungai Borah memiliki kepadatan tertinggi dengan 2.6-3kelompok owa-owa/km2. Tabel di bawah ini memperlihatkan hasil setiap lokasi penelitian.
Hylobates muelleri muelleri betina (foto dari Programme Kalaweit © Susan M. Cheyne)
Tabel kelompok/km2 dan individu/km2 Nomor Letak Jenis lokasi
Betina deawsa H. mulleri x albibarbis © Susan M. Cheyne
Kelompok /km2 2.05
Individu/ km2
Jumlah owaowa / km2
20
Owa-owa belum kawin/km2 1
1
Kalasin S. Jalo
Mulleri dan Hybrid
21
2
Kalasin Ladang
Mulleri
2.04
20
1
21
3
Tumbang Tujang (Selatan) Ladang
Mulleri dan Hybrid
1.59
16
0.8
16.8
4
Tumbang Tujang Utara (Camp)
Mulleri
2.00
32
1.6
33.6
5
Sungai Mur-ing x Borah Selatan
Mulleri dan Hybrid
3.04
36
1.8
37.8
6
Sungai Borah Pondok (Utara)
Mulleri
2.67
32
1.6
33.6 11
12
OWA-OWA
Daftar jenis (semua primata)
Jenis
Nama Bhs. Inggris
Nama Bhs. Indonesia
IUCN Status
Hylobates muelleri
Müllers Gibbon
Owa-owa (Kalaweit)
Terancam punah
Nasalis larvatus
Proboscis monkey
Bekantan
Terancam punah
Presbytis frontata
White-fronted langur
Lutung dahi putih
Rentan
Tarsius bancanus ssp. Borneanus
Western/Horsfield‘s tarsier
Binatang hantu/ inkir
Rentan
Nycticebus menagensis
Bornean Slow loris
Kukang
Rentan
Macaca nemestrina
Pig-tailed macaque
Beruk
Rentan
Presbytis rubicunda
Maroon langur
Luting merah/ kelasi
Setidaknya Kekhawatiran
Macaca fascicularis
Long-tailed macaque
Kera
Setidaknya Kekhawatiran
Hylobates muelleri x H. albibarbis
Hybrid gibbon
Owa-owa (Kalaweit)
Tidak terdaftar
12
13
AMFIBI—Mila Rahmania
Pendahuluan Selain sebagai komponen penting dalam rantai makanan di ekosistem hutan tropis, amfibi terutama dari orde Anura sangat peka terhadapa perubahan lingkungan dan oleh karenanya bisa menjadi indikator biologis degradasi lingkungan. Pada saat ini tidak ada informasi tentang keragaman amfibi di Kabupaten Murung Raya di informasi umum, sehingga Leptobrachium abbotti
penelitian
ini
menjadi
yang
paling
komprehensif untuk wilayah ini.
Amfibi memerankan peranan penting dalam rantai makanan. Amfibi adalah binatang malam yang hidup di habitat air dan tanah. Katak, khususnya dari orde Anura, sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Penurunan populasi Anura bisa disebabkan oleh pencemaran, perubahan iklim dan kehilangan habitat dan lahan basah.
Kabupaten Murung Raya terletak di utara Kalimantan Tengah dari kaki Pegunungan Müller
di
utara
hingga
Sungai
Busang.
Keragaman biota, terutama amfibi di lokasi ini belum pernah diamati dan diteliti. Sehingga diperlukan
kajian
keanekaragaman
hayati
khusus tentang amfibi untuk mengetahui prioritas konservasi yang diperlukan di lokasi ini. Penelitian tentang keragaman amfibi di
Megophrys nasuta
beberapa lokasi di Kabupaten Murung Raya dilakukan untuk mengetahui keragaman dan ciri tipe habitat.
13
14
AMPHIBIANS Metoda Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2011 di lokasi di Kecamatan Uut Murung; yaitu Desa Tumbang Tujang, Hutan di Sungai Bora, dan Desa
Kelasin.Informasi
yang
dikumpulkan
termasuk (i)nama jenis, jumlah individu dan jumlah jenis, SVL (snout-vent length/ panjang badan dari hidung hingga tunggir),kegiatan kalau ada dan posisi di lingkungannya, (ii) data habitat termasuk nama lokasi, waktu pengamatan, cuaca, substrat,d an vegetasi. Metoda pengamatan adalah Visual Encounter Survey (VES) berdasarkan Heyer dkk. (1994) yang dilakukan dua jam pada malam hari. Perhitungan keragaman jenis menggunakan Shannon-Wiener index (Brower & Zar, 1977), indeks pemerataan jenis (species evenness index) dihitung nilai kesamaan (evenness value) (Brower & Zar, 1977), kepadatan populasi, peluang penemuan, index kemiripan jenis (species similarity index) antar lokasi (Brower &Zar, 1977), frekuensi relatif dan informasi habitat dianalisa secara deskriptif.
Survey
dilakukan
dengan
metoda
Visual
Encounter Survey, secara standard untuk upaya survey per wkatu di dua lokasi Sungai Bora dan sekitar Desa Kalasin. Survey juga dilakukan di Hutan desa Tumbang Tujang. Survey dilakukan menelesuri anak sungai dan sekitar sumber air serta di jalur transek di hutan. Informasi dianalisa dengan beberapa cara, termasuk keragaman jenis (species diversity) menurut
Photo M. Zrust
indeks Shannon-Wiener, indeks pemerataan jenis (species evenness index) dengan menghitung nilai kesamaan (evenness value), kepadatan populasi, peluang temu, index kemiripan jenis (species similarity index) antar lokasi frekuensi relatif dan informasi habitat dianalisa secara deskriptif. 14
15
AMPHIBIANS Hasil Secara keseluruhan 452 individu dari 37 jenis di-identifikasi dari 4 keluarga; Bufonidae (9), Megorphrydae (5), Ranidae (17), Rhacophoridae (6). Satu jenis lain, ditemukan di 2 lokasi di Sungai Borah belum dapat di-identifikasi dan dibawa ke Museum Zoologi Bogoriense untuk
di-identifikasi.
Curva
akumulasi jenis mengindikasikan bahwa
upaya
survey
sudah
cukup, namun belum mencapai bagian
datar/puncak
menggambarkan
yang sudah
komprehensif. Dari 37 jenis, 25 (67.6%) terdaftar di IUCN redlist sebagai jenis terancam punah, 4 di antaranya diklasifikasi sebagai endemik Kalimantan. Dari ke- 25 jenis ini, 15 terdaftar sebagai ‘Setidaknya Kekhawatiran’, 8 hampir terancam, 1 rentan dan 1 kurang data (lihat lampiran untuk daftar jenis). Satu jenis yang tercatat di programZSL Evolutionarily Distinct and Globally Terancam Punah (EDGE).
Dari 452 individu dari 37 jenis amfibi, keluarga Ranidae punya jumlah individu tertinggi (45.95%), kemudian keluarga Bufonidae (24.32%), keluarga Rhacophoridae (16.22%), dan keluarga Megorphryidae (13.51%), sedangkan jenis dengan jumlah individu tertinggi adalah Limnonectes leporina (28.10%) dan Limnonectes kuhlii (10.84%). Jenis amfibi dengan jumlah individu terendah adalah Ansonia minuta, Pedostibes hosii, Pedostibes rugosusu, Leptobrachium abbotti, Leptobrachium nigrops, Leptolalax dringi, Limnonectes blythi, Limnonectes palavanensis, Polypedates colleti, Rhacophorus gadingensis, Rhacophorus pictus mencapai 0.22%.
15
16
AMPHIBIANS SPECIES LIST Family
Species
Bufonidae
Ansonia albomacula- Inger, 1960 ta
Whitebelly Stream Toad, White-lipped Slender Toad
Ansonia leptopus
Gunther, 1872
Brown Slender Toad, Matang Stream Toad
Tidak terdaftar
Ansonia longidgita
Inger, 1960
Long-fingered Stream Toad
Hampir terancam
Endemik dan sebelumnya hanya terekam di Malaysian Borneo
Ansonia minuta
Inger, 1960
Tiny Stream Toad, Dwarf Slender Toad
Hampir terancam
Endemik Kalimantan
Ansonia spinulifer
Mocquard, 1890 Spiny Slender Toad, Kinabalu Stream Toad
Hampir terancam
Endemik Kalimantan
Pedostibes hosii
Boulenger, 1892 Tree Toad, Boulenger's Asian Tree Toad
Setidaknya Kekhawatiran
Pedostibes rugosus
Inger, 1958
Green Tree Toad, Hampir terancam Inger's Asian Tree Toad
Phrynoidis aspera (Bufo asper)
Gravenhorst, 1829
River Toad, Malayan Giant Toad
Limnonectes blythi
Boulenger, 1920 Giant Asian River Frog, NA Blyth's River Frog
Limnonectes finchi
Inger, 1966
Rough Guardian Frog, Finch's Wart Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Limnonectes ibanorum
Inger, 1964
Tributary Wart Frog, Rough-backed River Frog
Hampir terancam
Endemik Kalimantan
Limnonectes ingeri
Kiew, 1978
Greater Swamp Frog, Inger's Wart Frog
Hampir terancam
Endemik Kalimantan
Limnonectes kuhlii
Tschudi, 1838
Large-headed Frog, Kuhl's Creek Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Limnonectes laticeps
Boulenger, 1882 Corrugated Frog, Rivulet Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Limnonectes leporinus
Andersson, 1923
NA
Limnonectes palavanensis
Boulenger, 1894 Smooth Guardian Frog
Dicroglossidae
Author
Limnonectes parama- Inger, 1966 crodon
Other Names
Giant River Frog
Lesser Swamp Frog
IUCN Status
Hampir terancam
Notes
Endemik Kalimantan
Endemik Kalimantan
Setidaknya Kekhawatiran
Setidaknya Kekhawatiran Hampir terancam
16
17
AMPHIBIANS SPECIES LIST Family
Species
Author
Other Names
IUCN Status
Cochran, 1926
Lowland Litter Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Leptobrachium nigrops
Berry & Hendrickson, 1963
Black-eyed Litter Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Leptolalax dringi
Dubois, 1987
Dring's Slender Litter Frog Hampir terancam Endemik Kalimantan
Leptolalax hamidi
Matsui, 1997
White-bellied Slender Litter Frog, Asian Toad
Rentan
Megophrys nasuta
Schlegel, 1837
Long-nosed Horned Frog, Bornean Horned Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Hydrophylax chalconotus (Rana chalconata)
Schlegel, 1837
White-lipped Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Hylarana picturata (Rana picturata)
Boulenger, 1920
Spotted Stream Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Hylarana raniceps (Rana raniceps)
Peters, 1871
Peters' Malaysian Frog, White-lipped Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Hylarana signata (Rana signata)
Gunther, 1872
Striped Stream Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Meristogenys macrophthalmus
Matsui, 1986
Odorrana hosii (Rana hosii)
Boulenger, 1891
Hose's Rock Frog, Poisonous Rock Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Staurois natator
Gunther, 1858
Rock Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Peters, 1871
White-spotted Tree Frog, Painted Indonesian Treefrog
Hampir terancam
Polypedates colletti
Boulenger, 1890
Black-spotted Tree Frog, Collett's Whipping Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Polypedates macrotis
Boulenger, 1891
Dark-eared Tree Frog, Setidaknya Bongao Tree Frog, Brown- Kekhawatiran striped Tree Frog
Rhacophorus pardalis
Gunther, 1858
Gliding Tree Frog
Setidaknya Kekhawatiran
Rhacophorus gadingensis
Das & Haas, 2005
Gading Tree Frog
Data kekurangan
Megophryidae Leptobrachium abbotti
Ranidae
Rhacophoridae Nyctixalus pictus (Rhacophorus pictus)
Notes
Endemik Kalimantan
Data kekurangan Endemik dan sebelumnya hanya terekam di Malaysian Borneo
17
18
ENTOMOLOGI—Peter Houlihan Pendahuluan Di ekosistem yang terancam mengidentifikasi daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi dan memahami proses ekologis lebih luas yang melandasi keanekaragaman ini esensial untuk memastikan ada harapan pelestarian. Untuk tujuan ini perlu dilakukan kajian cepat tentang keanekaragaman hayati dan kesehatan hutan. Serangga, khususnya kupu-kupu, merupakan indikator kuat keanekaragaman hayati, yang sering punya hubungan dengan kesehatan hutan secara keseluruhan. Sejarah hidup yang beragam dan kompleks serta plastisitas fenotipik luas dari banyak serangga membuat mereka taksa model ideal untuk memantau perubahan baru di ekosistem hutan dan memahami perbedaan ekologis antara tipe hutan, geografi (seperti ketinggian dan hidrologi) dan dampak perubahan pemanfaatan lahan dan fragmentasi hutan. Walaupun pada saat ini tidak ada publikasi tentang penelitian entomologi di Kabupaten Murung Raya BRINCC bertujuan agar penelitian seperti ini berkontribusi pada perkiraan kekayaan jenis sepanjang Sungai Barito. Dengan demikian perkiraan keragaman komunitas serangga dapat digunakan sebagai indikator untuk daerah yang menopang tingkat keragaman yang tinggi taksa yang lain. Kepentingan konservasi tinggi daerah-daerah ini akan menarik perhatian dan memprediksi daerah yang punya risiko kehilangan hutan lebih besar. Amathuxidia amythaon (Jantan)
Tujuan:
Dokumentasi jenis serangga yang menghuni hutan yang tidak dilindungi dan hampir tidak diteliti di bagian hulu Sungai Barito.
Membuat urutan DNA spesimen-spesimen yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman keragaman melalui DNA barcoding
Mengevaluasi variasi fenotip dan genotip jenis pada ketinggian berbeda
Mengidentifikasi jenis, sub-jenis dan fenotip yang sebelumnya belum diketahui ilmu pengetahuan
18
19
ENTOMOLOGI Tujuan
Memperkirakan kekayaan jenis secara keseluruhan komunitas serangga di Sungai Barito dengan menggunakan kurva akumulasi dan indeks keragaman.
Menggunakan serangga sebagai indikator keanekaragaman hayati untuk mengkaji daerah mana punya risiko kehilangan hutan lebih tinggi dan demikian punya prioritas konservasi lebih tinggi.
Mempublikasi hasil dalam majalah ilmiah, literatur ilmu populer dan media lokal.
Melatih mahasiswa dan pekerja konservasi lokal dalam beberapa metoda survey populasi serangga agar merangsang pemantauan secara rutin di daerah Sungai Barito dan daerah Kalimantan lain yang memerlukan dokumentasi dan konservasi jenis.
Metoda Penelitan entomolgi BRINCC 2011 terfokus pada ekologi dan keragaman kupu-kupu.
Perangkap dengan umpan
buah dan penjaringan tangan digunakan untuk survey komunitas kupu-kupu di tiap lokasi. Perangkap dipasang satu meter dari pemukaan tanah di pinggir anak sungai dan pematang gunung dengan menggunakan umpan pisang yang difermantasi dengan gula. Metoda pengumpulan informasi lain termasuk penggunaan malaise trap, pitfall traps,dan penangkapan malam jenis serangga malam untuk
Foto: Penangkapan malam dengan menggunakan peralatan dari BioQuip Products
megnembangkan metoda survey untuk pemantauan dan upaya inventarisasi jumlah taksa serangga yang lebih besar di masa mendatang. Duapuluh tiga hari penangkapan dilakukan di Hutan Desa Tumabng Tujang dan 15 hari penangkapan di hutan rimba di lokasi Sungai Borah. DNA dari contoh spesimen-spesimen akan diurutkan untuk memberi pemahaman lebih mendalam tentang biogeografi jenis pegunungan Kalimantan yang kurang dipelajari dan keragaman fenotip yang didapat diseluruh nusantara. Mayoritas jenis kupu-kupu di pulau Kalimantan berasal dari populasi utara dan selatan. Namun banyak jenis yang terekam di penelitian ini terlihat unik dari distribusi geografis ini, mengindikasi kehadiran hidrida atau jenis baru.
19
20
ENTOMOLOGI HASIL Hasil Walaupun analisa data belum selesai, semua hasil akan dijabarkan dalam seri tulisan di majalah ilmiah serta di dalam laporan lengkap Ekspedisi BRINCC yang akan terbit 2012. Secara keseluruhan lebih 100 jenis kupu-kupu dicatat dan akan dijadikan buku panduan tentang jenis kupu-kupu di Hulu Barito. Teridentifikasi variasi morfologi dan mungkin sub-species baru (menunggu konfirmasi)
Penelitian
ini
komprehensif
adalah pertama
penelitian tentang
kupu-kupu di Kabupaten Murung Raya
region,
berkontribusi
titik
informasi penting untuk mengisi ‘titik kosong’ di pulau Kalimantan. Penelitian entomologi BRINCC akan memberi pemahaman lebih besar tentang
distribusi
kupu-kupu
Kalimantan, khususnya berkaitan dengan
ketinggian.Informasi
ini
menjawab pertanyaan dasar ekologi dan evolusi, bertujuan untuk lebih memahami keragaman jenis secara spasial dan dalam waktu. Pada waktu bersamaan hasil ini akan menunjukkan daerah yang punya potensi sebagai titik penting keanekaragaman hayati multi-taksa, mendukung upaya konservasi yang diperlukan untuk hutan rentan dan terancam ini. Data genetis untuk serangga di Asia Tenggara masih terbatas dan penelitian ini menjadi landasan penting untuk penelitian di masa mendatang. DNA barcoding merupakan bagian dari penelitian memastikan ada yang terdepan di penelitian entomologi dan bahwa data ini tetap bisa diakses umum guna memajukan ilmu pengetahuan global.
20
21
ENTOMOLOGI Daftar jenis (sementara) Daftar di bawah ini sementara dan tambahan / revisi akan dilakukan setelah specimen dari keluarga Lycaenidae, Hesperidae, dan Pieridae telah di-identifikasi. Sebagian individu yang telah di-identifiaksi hingga tingkat genus, tapi belum sampai jenis tidak dimasukkan dalam daftar ini. Jenis terekam dengna penangkapan di perangkap dengna umpan atau jaring tangan dan pengamatan. Terima kasih pada Dr. Rosichon Ubaidillah dan Dr. Djunijanti Peggie di LIPI untuk membantu ekspor sejumlah jenis untuk idnetifikasi. Spesimen akan ditinggalkan di Museum Zoologi Bogor setelah analisa selesai. Family
Subfamily
Species
Author
Papilionidae
Papilioninae
Graphium agamemnon
Linnaeus, 1758
Graphium antiphates
Cramer, 1775
Graphium bathycles
Zinnken, 1831
Graphium doson
Felder & Felder, 1864
Graphium evemon
Boisduval, 1836
Graphium sarpedon
Linnaeus, 1758
Papilio demolion
Cramer, 1776
Trogonoptera brookiana brookiana
Wallace, 1855
Troides sp.
Hübner, 1819
Agatasa calydonia
Hewitson, 1854
Charaxes bernardus
Fabricius, 1793
Charaxes borneensis borneensis
Butler, 1869
Charaxes distanti
Honrath, 1885
Charaxes durnfordi
Distant, 1884
Charaxes fervens
Butler, 1896
Charaxes solon
Fabricius, 1793
Polyura athamas
Drury, 1773
Polyura delphis
Doubleday, 1843
Polyura hebe
Butler, 1866
Prothoe franck
Godart, 1824
Euploea mulciber
Cramer, 1777
Euploea radamanthus
Fabricius, 1793
Idea stolli
Moore, 1883
Ideopsis vulgaris
Butler, 1874
Terinos clarissa
Boisduval, 1836
Terinos terpander
Hewitson, 1862
Amathuxidia amythaon
Doubleday, 1847
Faunis kirata
de Nicéville, 1891
Faunis phaon
Erichson, 1834
Faunis stomphax
Westwood, 1858
Thaumantis noureddin
Westwood, 1851
IUCN: Setidaknya Kekhawatiran
Thauria aliris aliris
Frühstorfer, 1902
Bornean Subspecies
Nymphalidae
Charaxinae
Danainae
Heliconiinae Morphinae
Notes
CITES Appendix II IUCN: Setidaknya Kekhawatiran Bornean Subspecies
IUCN: Setidaknya Kekhawatiran
21
22
ENTOMOLOGI Family
Subfamily
Species
Nymphalidae
Zeuxidia amethystus
(continued)
Zeuxidia aurelius Nymphalinae
Notes Butler, 1865 Cramer, 1777
Zeuxidia doubledayi
Westwood, 1851
Amnosia decora
Doubleday, 1849
Athyma asura
Moore, 1858
Athyma pravara pravara
Moore, 1857
Athyma reta
Moore, 1858
Bassarona dunya
Butler, 1869
Cupha arias
Felder, 1867
Euripus nyctelius
Stoll, 1790 Doubleday, 1845
Euthalia sp.
Hübner, 1819
Kallima buxtoni
Moore, 1879
Kallima spiridiva Lexias dirtea
Grose-Smith, 1885 Fabricius, 1793
Lexias pardalis
Moore, 1878
Moduza procris
Cramer, 1777
Neptis magadha
Felder & Felder, 1867
Pandita sinope
Moore, 1858
Rhinopalpa polynice
Cramer, 1779
Tanaecia clathrata clathrata Dichorragia nesimachus Coelites epiminthia Coelites euptychioides euptychioides
Vollenhoeven, 1862
Felder & Felder, 1867 Hübner, 1818
Lethe sp.
Hübner, 1819 Druce, 1873
Mycalesis anapita
Moore, 1858
Mycalesis maianeas
Hewitson, 1864
Mycalesis mnasicles mnasicles
Hewitson, 1864
Mycalesis oroatis
Hewitson, 1864
Mycalesis patiana
Frühstorfer
Endemik Kalimantan
Bornean Subspecies
Eliot, 1969
Mycalesis thyateira
Frühstorfer, 1909
Neorina lowii
Doubleday, 1849
Ragadia makuta Ypthima sp.
Bornean Subspecies
Linnaeus, 1758
Mycalesis amoena
Mycalesis orseis borneensis
Bornean Subspecies
Doyere, 1840 Westwood, 1851
Elymnias sp. Melanitis leda
Bornean Subspecies
Doubleday, 1848
Cirrochroa satellita Dophla evelina
Pseudergolinae Satyrinae
Author
Horsfield, 1829 Hübner, 1818
22
23
ENTOMOLOGI
Family
Subfamily
Species
Author
Lycaenidae
Lycaeninae
Amblypodia narada Arhopala sp.
Horsfield, 1828 Boisduval, 1832
Caleta elna
Hewitson, 1876
Drupadia ravindra
Horsfield, 1828
Eooxylides tharis
Geyer, 1837
Notes
Hesperidae
Hesperiinae
Koruthaialos sp.
Watson, 1893
Pieridae
Coliadinae
Eurema tominia
Vollenhoven, 1865
Pierinae
Appias lyncida
Cramer, 1777
Cepora iudith
Fabricius, 1787
Pareronia valeria
Cramer, 1776
Prioneris cornelia
Vollenhoeven, 1865
Endemik Kalimantan
Paralaxita orphna
Boisduval, 1836
IUCN: Setidaknya Kekhawatiran
Paralaxita telesia Taxila haquinus
Hewitson, 1861 Fabricius, 1793
Riodinidae
Riodininae
Butterfly trap baited with fermenting bananas
IUCN: Setidaknya Kekhawatiran
23
24
MAMALIA BESAR—Dr Susan Cheyne Pendahuluan Di hutan tropis Kalimantan terdapat 5 jenis kucing: Macan dahan / Sunda clouded leopard (Neofelis diardi), bay cat (Pardofelis badia), marbled cat (Pardofelis marmorata), flat-headed cat (Prionailurus planiceps), dan leopard cat (Prionailurus bengalensis). Dua terancam punah, dua terancam dan yang diperkirakan
habitat
utamanya
cepat menghilang atau berubah. Ekologi perilaku dari semua jenis tidak diketahui dengan baik dan dampak kerusakan dan pengelolaan hutan pada setiap jenis tidak jelas . Perkiraan kucing manusia
penurunan
dituduh biasa:
oleh
populasi gangguan
degradasi
dan
fragmentasi habitat, dan perburuan (langsung dan tidak langsung). Jenis kucing diburu secara luas untuk Landak
kulitnya, yang sering jadi barang bergengsi. Taring mereka bernilai tinggi dan tulang dan
organ kadang-kadang digunakan sebagai obat tradisional. Ditambah dengan beberapa restoran yang menghidangkan macan dahan, konon untuk turis Asia yang kaya. Macan dahan juga dibunuh sebagai hasil sampingan perburuan babi, ruda dan monyet.
Rusa 24
25
MAMALIA BESAR Metoda dan Hasil 10 camera traps dipasang di dua lokasi penelitian: Sungai Borah dan Tumbang Tujang. Sebelas jenis tertangkap oleh camera traps: 10 mamalia dan 1 burung Species Babi berjenggot Bornean Muntjac Landak biasa Kuau raja Greater mouse deer Kancil Beruk Kelasi Rusa Luwak ekor pendek Tupai
Walaupun waktu pemasangan kamera di Sungai Borah (hutan rimba), lebih singkatpersentase binatang tertangkap lebih tinggi dan lebih beragam (7 jenis vs. 5). Di bawah ini ringkasan hasil kamera tiap lokasi.
Lokasi
Jumlah kamera
Jumlah malam kamera
Jumlah foto
Jumlah foto individu binatang
% penagkapan binatang
Jumlah jenis
8
Rasio Penangkapan (fotos/ malam penangkapan ) 0.33
Tumbang Tujang
10
24
465
1.72
5
Sungai Borah
10
16
124
9
0.56
7.26
7
25
26
MAMALIA BESAR Informs jenis dari camera trap SPESIES Squirrel unknown Pig-tailed macaque
Nama Latin NA Macaca nemestrina
Nama Bahasa Indoneisa Tupai Beruk
IUCN Status NA Rentan
Bearded pig
Sus barbatus
Babi hutan
Rentan
Sambar deer Bornean Muntjac
Rusa unicolor Muntiacus atherodes
Rusa besar Kijang
Short-tailed Mongoose
Herpestes brachyurus
Luwak
Mouse deer
Tragulus kanchil
Kancil
Red langur
Presbytis rubicunda
Kelasi
Greater mouse deer
Tragulus napu
Kancil
Common porcupine
Hystrix brachyura
Landak
Great Argus Pheasant
Argusianus argus
Kuau
Rentan Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran
Informs jenis dari metoda lain Jenis
Nama Latin
IUCN Status
Metoda konfirmasi
Nama Bhs Indonesia
Clouded Leopard
Neofelis diardi
Rentan
Pengamatan
Macan dahan
Marbled cat
Pardofelis marmorata
Rentan
Jejak kaki
Kucing batu
Banded palm Civet
Hemigalus derbyanus
Rentan
Pengamatan
Musang
Sun bear
Helarctos malayanus
Rentan
Bekas cakar
Beruang madu
Leopard cat
Prionailurus bengalensis
Setidaknya Kekhawatiran
Pengamatan
Kucing liar
Smalltoothed palm civet Otter
Arctogalidia trivirgata
Setidaknya Kekhawatiran
Pengamatan
Musang akar
NA
NA
Jejak kaki
Berang-berang 26
27
MAMALIA KECIL—Michal Zrust Pendahuluan Mamalia kecil punya peranan kunci di ekosistem hutan; mereka menyebarkan biji, menyebarkan jamur mycorrhizal dab mangsa serangga dan benih. Informs tentang keragaman dan kelimpahan mamalia kecil penting untuk memahami proses-proses ekologis; termasuk dinamika populasi, demografi populasi, susunan komunitas, dan fungsi hutan. Informs ini dapat kemudian membantu mengidentifikasi daerah dengna keanekaragaman hayati tinggi, membuat prioritas konservasi dan membantu kita untuk memahami dampak penebangan kayu dan fragmentasi habitat. Selain itu jenis mamalia kecil yang berbeda-beda memiliki toleransi berbeda-beda terhadap perubahan habitat dan susunan vegetasi tergantung sejarah kehidupan dan pemanfaatan habitat.
Informs
umum
tentnag
mamalia kecil di Murung raya sangat
terbatas.
Maka
penelitian mamalia kecil oleh BRINCC memungkinkan kami untu kmenambah informasi kunci
untuk
penyebaran
mengetahui jenis
lintas
Kalimantan, mengembangkan perkiraan penting
Photo M. Zrust
perubahan
di masa mendatang
dasar untuk
populasi memantau
danmeingkatkan pemahaman jenis mana paling peka terhadap
kehilangan habitat dan perubahan penggunaan lahan. Pemantauan peragaman mamalia kecil merupakan cara cepat dan murah sebagai indikasi fungsi ekosistem yang sehat atau tidak sehat. Pemahaman dinamika ini memungkinkan ahli konservasi untuk mengusulkan metoda praktis untuk mengurangi dampak perubahan habitat kalau terjadi.
27
28
MAMALIA KECIL Metoda
Penelitian sistem
ini
menggunakan
penangkapan
jalur
dengan 128 perangkap kawat yan dibuat lokal, terbagi dalam 8 jalur dengan 16 perangkap masing-masing.
Dua
lokasi
digunakan dalam penelitian ini: Hutan Desa dan hutan rimba Sungai Borah. Di tiap lokasi penangkapan dilakukan 18 hari berturut-turut
Photo M. Zrust
menghasilkan
2304 malam penangkapan di tiap lokasi. Di Hutan Desa umpan di jalur dilakukan selang-seling dengan kelapa segar dan ikan asin. Namun hasil dengan umpan ikan asin sangat rendah, sehingga semua perangkap di Sungai Borah menggunakan kelapa segar. Setelah ditangkap semua individu dibius dengan eter, ditimbang, diukur dan diperiksa kelamin dan pengembangan seksual. Lokasi penangkapan dicatat dan setiap individu ditanda secara unik dengan Monel ear tags
untuk
tujuan
penangkapan ulang. Parasit luar dikumpulkan dari setiap jenis baru dan disimpan dalam alkohol untuk di-identifkasi oleh ahli nanti.
Photo M. Zrust
28
29
MAMALIA KECIL Hasil
Analisa data beluma selesai dan akan dicantumkam dalam laporan ilimiah lengkap ekspedisi BRINCC. Namun, hasil awal dan pengamatan memungkinkan untuk mengambil beberapa kesimpulan awal.
Jumlah jenis antar lokasi kurang lebih sama (lihat kotak) , namun jumlah individu kurang di hutan rimba (56) dibandingkan dengan Hutan Desa (127). Hutan rimba menghasilkan lebih banyak LongTailed Giant Rats, Whitehead‘s Rat, dan Brown Spiny Rats, kedua terakhir terdaftar sebagai rentan di IUCN Red List.
Analisa akan menghitung luas teritori rata-rata dan jangkauan dan distribusi luas teritori, indeks keragaman, dan perbandingan habitat dan tipe hutan dan analisa ekologis lain.
Analisa metodologi akan berkontribusi pada diskusi tentang dampak beberapa jenis umpan, mencuci perangkap, pembiusan dengan eter, dan dampak luas teritori pada rancangan jalur. Kemungkinan bahwa karena hasil penelitian ini rancangan penangkapan yang digunakan secara luas harus diubah, setidaknya untuk skenario ekspedisi.
Photo M. Zrust
29
30
MAMALIA KECIL
Umpan Efektivitas perangkap ditentukan oleh efektivitas umpan. Ini dibuktikan dengan jelas pada kegiatan menangkapan di Hutan Desa Tumbang Tujang. Ikan asin sering disebut sebagai umpan yang cocok (dan bahkan yang dianjurkan) untuk menangkap mamalia kecil. Namun, kami menemukan bahwa tidak satu individu ditangkap sehingga tidak cocok sebagai umpan pada penelitian ini. Alasan mengapa tidak diketahui, namun punya implikasi penting bagi ekspedisi selanjutnya. Pada kondisi ekspedisi umpan harus ringan, padat, tahan lama dan relatif murah dan yang paling penting mudah didapatkan di daerah terpencil. Ikan asin memenuhi semua kriteria ini dan oleh karenanya seharusnya menjadi umpan andalan. Sayangnya pada penelitian ini kami menemukan umpan ini tidak menarik mamalia kecil. Kelapa sebagian memenuhi kriteria ini, tetapi punya volume besar dan berat, ketahanannya di rimba sekitar satu bulan. Luas teritori Bagian penelitian ini masih perlu analisa lebih lanjut. Salah satu penemuan menarik adalah bahwa sebagian besar tikus ditangkap dalam wilayah yang kecil dan bila tertangkap ulang biasanya di beberapa perangkap saja, namun beberapa individu di Borah pindah antara jalur. Satu ekor Brown Spiny Rat muda ditangkap ulang sekitar 160 meter dari titik penangkapan pertama dalam perangkap yang secara acak dipasang
di
perbedaaan
kema. ketinggian
Juga
ada
sekitar
60
meter antara kedua lokasi ini. Walaupun pada penelitian ini hanya ditemukan tiga kasus seperti ini, ini menunjukkan
bahwa
rancangan
penangkapan di masa mendatang harus
diubah
mempertimbangkan mungkin Photo M. Zrust
lebih
dengan bahwa luas
teritori daripada
diperkirakan sebelumnya. Dampak bauh
Apakah sebaiknya perangkap dicuci atau tidak setelah penangkapan seringkali diperdebatkan. Kami menggunakan kesempatan kegagalan umpan ikan asin untuk melakukan eksperimen di lokasi kedua. Ditemukan perbedaan yang cukup penting antara penangkapan di perangkap yang sebelumnya sudah pernah dimasuki binatang dengan perangkap yang belum pernah dimasuki. 30
31
SMALL MAMMALS Meskipun akan memerlukan analisa lebih komplek untuk memahami lebih mendalam, jelasnya perangkap yang pernah dimasuki oleh binatang lain (berarti ada bauh tikus lain) menangkap lebih banyak binatang sejak awal. Pada kenyataan baru pada hari kedelapan jumlah penangkapan antara kedua perlakuan kurang lebih sama. Ini juga aspek penting yang perlu dipertimbangkan kalau merencanakan penelitian penangkapan. Hasil lain Ada masih banyak hasil menarik dari penelitian ini yang akan membantu meningkatkan pengetahuan praktis tentang bagaimana melakukan survey mamalia kecil pada ekspedisi. Misalnya kami menemukan bahwa Chestnut-Bellied Rats lebih peka terhadap pembiusan dengan eter daripada jenis tikus lain. Perangkap buatan lokal dari kawat ayam hanya bertahan selama kurang lebih satu bulan di hutan rimba karena kawat berkaratan dan dengan muda tikus melarikan diri; Dark-Tailed Rats jauh lebih ganas daripada jenis lain dan tidak mau dimasukkan dalam kantong. Ini merupakan beberapa contoh dari pengetahuan bahwa ekspedisi seperti ini bisa menghasilkan sebagai masukan untuk kegiatan di masa mendatang. Kami akan menerbitkan hasil-hasil ini dalam laporan akhir ekspedisi yang akan disebarkan luas.
Kesimpulan dan tindak lanjut Penelitian
menghasilkan
beberapa
temuan yang penting dan menarik dan analisa lengkap kemungkinan besar akan mengungkap detil-detil menarik lain. Informasi ini akan disebarkan ke IUCN, ZSL, dan penerbit buku Mamalia Kalimantan untuk menyebarkan hasil kami. Kami harap informasi ini akan Photo M. Zrust
membantu manajer konservasi akan bekerja lebih efektif di daerah ini, menciptakan penelitian yang lebih
tepat sasaran dan memberi pemerintah dan LSM lokal pengetahuan lebih besar untuk memahami potensi dampak lingkungan akibat kegiatan perusahaan yang ingin mengeksploitasi sumberdaya alam di daerah ini. 31
32
MAMALIA KECIL Daftar jenis
Brown Spiny Rat (Maxomys rajah), Hutan Desa (HD), Bora (B), Rentan Red Spiny Rat (Maxomys surifer) HD, B, Setidaknya Kekhawatiran Whitehead’s Rat (Maxomys whiteheadi) HD, B, Rentan Long-Tailed Giant Rat (Leopoldamys sabanus) HD, B, Setidaknya Kekhawatiran Chestnut-Bellied Rat (Maxomys ochraceiventer) HD, B, Data kekurangan Grey Tree Rat (Lenothrix canus) HD, Setidaknya Kekhawatiran Dark-Tailed Tree Rat (Niviventer cremoriventer) HD, Rentan Muller’s Rat (Sundamys muelleri) HD, B, Setidaknya Kekhawatiran Whitehead’s Rat subspecies (Maxomys whiteheadi piratae) B, No data on Redlist Large Treeshrew (Tupaia tana) B, Setidaknya Kekhawatiran
Photo M. Zrust
32
33
BURUNG—Katherine Breslin Pendahuluan
Walaupun secara umum terdapat dengan kepadatan rendah, peran burung sebagai indikator keanekaragaman hayati telah terbukti, terutama karena dokumentasi taksonomi yang baik dan kemudahan identifikasi di lapangan. Burung punya beberapa peran ekologis di dalam ekosistem hutan: penyerbukan, penyebaran dan pemangsaan biji, dan oleh karenanya meneliti kumpulan komunitas burung memberi indikasi tentang proses ekologis lebih luas.
Di Kalimantan ada beberapa studi burung dilakukan di Sungai Barito oleh proyek Barito Ulu. Namun penelitian ini dilakukan bertahun-tahun yang laludengan hanya sedikit waktu di daerah hulu. Penyebaran jenis banyak diperkirakan dari distribusi di Semenanjung Malaysia, namun barusan diketahui dsitribusi ini tidak akurat.
Photo Peter Houlihan
Megalaima rafflesii (Red-crowned Barbet) 33
34
BURUNG Metode
Penelitian metoda
ini
menggunakan
hitungan
titik
independen dan transek di ketiga lokasi pada ketinggian berbeda. Hitungan titik sering digunakan di seluruh dunia untuk menghitung kelimphan relatif dan kepadatan. Di kedua lokasi hitungan
penelitian titik
pertama independen Photo M. Zrust
dilakukan dari jam 5 – 8 pagi. Jarak antar titik-titik hitung minimal 150 meter satu dari yang lain, 38 titik diselesaikan untuk setiap lokasi. Di tiap titik hitung ada jeda 5 menit sebelum perekaman guna memberi kesempatan pada burung kembali. Di tiap titik burung direkam selama 10 menit dengan memperkirakan jarak ke burung. Di lokasi ketiga dan pada sisa hari di lokasi lain jalur transek dilakukan untuk membuat inventarisasi jenis di daerah ini. Transek dilakukan dengan jalan pelan pada jam berbeda dengan mencacat jenis berdasarkan suara dan pengamatan untuk memperoleh jumlah jenis maksimal. Informasi tentang vegetasi dikumpulkan di kedua lokasi pertama dengan membuat plot 100m x 4m, mengukur dan mengidentifikasi semua pohon dengan diameter lebih 10 cemtimeter tinggi dada. Hasil A) Perjumpaan jenis Secara keseluruhan 222 jenis burung di-identifikasi dari pengamatan di ketiga lokasi. Di Hutan Desa Tumbang Tujang ditemukan 157 jenis berbeda, di Sungai Bora 153 jenis dan hanya 98 jenis di Kelasin. Jumlah jenis yang ditemukan di tiap lokasi dan tidak ditemukan di kedua lokasi lain adalah masing-masing 51, 42 dan 23. Walaupun di Tumbang Tujang dan Sungai Bora jumlah jenis hampir sama ada 45 jenis di Sungai Borah yang tidak ditemukan di Tumbang Tujang. Ada 19 jenis di Kalasin yang tidak direkam di Tunbang Tujang maupunSungai Bora. 34
35
BURUNG Hasil B) Jenis endemik
Ada 50 lebih jenis burung endemik Kalimantan, 16 di antaranya di-identifikasi selama penelitian ini, dengan 8 pengamatan di Sungai Borah, kemudian 6 di Hutan Desa Tumbang Tujang dan 3 di Kelasin.
C) Burung yang dijual
Jenis burung dari Kalimantan yang punya nilai jual merupakan burung berkicau yang sering digunakan di perlombaan, hingga burung tiung dan nuri yang popular sebagai burung peliharaan karena bisa meniru. Tim sosial sedang menganalisa dampak perdagangan burung berkicau pada populasi burung berkicau di daerah ini.
D) Jenis terancam
Dari 223 jenis burung ada 154 jenis yang ‘Setidaknya Kekhawatiran’, 2 jenis sedang di-evaluasi dan 3 yang belum di-evaluasi oleh IUCN Red List. Ada 55 jenis yang hampir terancam, termasuk yang sering dijumpa seperti rangkong badak. Jenis hampir terancam termasuk Tokhtor Sunda (Bornean Ground Pheasant) yang tercacat di ketiga lokasi dan sering dijumpa di Sungai Borah. Ada 7 jenis yang diklasifikasi sebagai rentan, termasuk Cucak Rawa, yang perdagangannya sedang diselidiki. Dua jenis yang tercatat sebagai terancam punah di-identifikasi, Kuau Kerdil Kalimantan dan Bangau Storm, keduanya hanya ditemukan di lokasi hutan rimba di Sungai Borah.
35
36
BURUNG Hasil
Sebuah grafik yang menunjukkan kurva akumulasi spesies dari Tumbang Tujang, Bora Sungai dan Kalasin.
JUMLAH JENIS
222
Jenis Endemik
16
IUCN Jenis terancam
3
IUCN Jenis Rentan
7
36
37
BURUNG Daftar spesies
English Name
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Blekok sawah
Ardeola speciosa
Bangau Storm
Ciconia stormi
Jerdon's Baza
Baza jerdon
Aviceda jerdoni
Brahminy Kite
Elang bondol
Haliastur indus
Grey-headed Fish-eagle
Elang-ikan kepala kelabu
Ichthyophaga ichthyaetus
Crested Serpent-eagle
Elang-ular bido
Spilornis cheela
Changeable Hawk-eagle
Elang brontok
Spizaetus cirrhatus
Long-billed Partridge
Puyuh siul-selanting
Rhizothera longirostris
Blue-breasted Quail
Puyuh batu
Coturnix chinensis
Crested Partridge
Puyuh sengayan
Rollulus rouloul
Crestless Fireback
Sempidan merah
Lophura erythrophthalma
Bulwer's Pheasant
Sempidan Kalimantan
Lophura bulweri
Rentan
Bornean Peacock-pheasant
Kuau-kerdil Kalimantan
Polyplectron schleiermacheri
Terancam Punah Y
Great Argus
Kuau raja
Argusianus argus
Cerek-kalung kecil
Charadrius dubius
Pink-necked Green Pigeon
Punai gading
Treron vernans
Mountain Imperial Pigeon
Pergam gunung
Ducula badia
Ruddy Cuckoo-dove
Uncal buau
Macropygia emiliana
Little Cuckoo-dove
Uncal kouran
Macropygia ruficeps
Blue-rumped Parrot
Nuri tanau
Psittinus cyanurus
Blue-crowned Hanging-parrot
Serindit Melayu
Loriculus galgulus
Ardeidae Javan Pond-heron Ciconiidae Storm's Stork
Terancam Punah
Accipitridae
Phasianidae
Y
Charadriidae Little Ringed Plover Columbidae
Psittacidae
37
38
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Moustached Hawk-cuckoo
Kangkok kumis
Cuculus vagans
Malaysian Hawk-cuckoo
Kangkok Melayu
Cuculus fugax
Indian Cuckoo
Kangkok India
Cuculus micropterus
Oriental cuckoo
?
Cuculus optatus
Banded Bay Cuckoo
Wiwik lurik
Cacomantis sonneratii
Plaintive Cuckoo
Wiwik kelabu
Cacomantis merulinus
Rusty-breasted Cuckoo
Wiwiwk uncuing
Cacomantis sepulcralis
Violet Cuckoo
Kedasi ungu
Chrysococcyx xanthorhynchus
Drongo Cuckoo
Kedasi hitam
Surniculus lugubris
Asian Koel
Tuwur Asia
Eudynamys scolopaceus
Black-bellied Malkoha
Kadalan beruang
Rhopodytes diardi
Chestnut-bellied Malkoha
Kadalan saweh
Rhopodytes sumatranus
Raffles's Malkoha
Kadalan selaya
Rhinortha chlorophaea
Red-billed Malkoha
Kadalan kembang
Zanclostomus javanicus
Chestnut-breasted Malkoha
Kadalan birah
Rhamphococcyx curvirostris
Bornean Ground-cuckoo
Tokhtor Sunda
Carpococcyx radiatus
Hampir terancam
Y
Short-toed Coucal
Bubut teragop
Centropus rectunguis
Rentan
Greater Coucal
Bubut besar
Centropus sinensis
Lesser Coucal
Bubut alang-alang
Centropus bengalensis
Cuculidae
38
39
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
Reddish Scopsowl
Celepuk merah
Otus rufescens
Collared Scopsowl
Celepuk reban
Otus lempiji
Barred Eagle-owl
Beluk jampuk
Bubo sumatranus
Brown Boobook
Punggok coklat
Ninox scutulata
Brown Wood-owl
Kukuk beluk
Strix leptogrammica
Sunda frogmouth
Paruh-kodok tanduk
Batrachostomus cornatus
Javan Frogmouth
Paruh-kodok Jawa
Batrachostomus javensis
Malaysian Eared Nightjar
Taktarau Melayu
Eurostopodus temminckii
Large-tailed Nightjar
Taktarau besar
Caprimulgus macrurus
Savanna Nightjar
Cabak kota
Caprimulgus affinis
Glossy Swiftlet
Walet sapi
Collocalia esculenta
Silver-rumped Swift
Kapinis-jarum kecil
Rhaphidura leucopygialis
Little Swift
Kapinis rumah
Apus affinis
Grey-rumped Tree-swift
Tepekong jambul
Hemiprocne longipennis
Whiskered Tree-swift
Tepekong rangkang
Hemiprocne comata
Srigunting jambul-rambut
Dicrurus hottentottus
IUCN status
Endemic
Strigidae
Podargidae
Caprimulgidae
Apodidae
Hemiprocnidae
Dicruridae Hair-crested Drongo
Greater Raquet-tailed Drongo Srigunting batu
Dicrurus paradiseus 39
40
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
Red-naped Trogon
Luntur kasumba
Harpactes kasumba
Diard's Trogon
Luntur diard
Harpactes diardi
IUCN status
Endemic
Trogonidae
Cinnamon-rumped Trogon Luntur tunggir-coklat
Harpactes orrhophaeus
Scarlet-rumped Trogon
Luntur putri
Harpactes duvaucelii
Orange-breasted Trogon
Luntur harimau
Harpactes oreskios
Blue-eared Kingfisher
Raja-udang meninting
Alcedo meninting
Blue-banded Kingfisher
Raja-udang kalung-biru
Alcedo euryzona
Stork-billed Kingfisher
Pekaka emas
Pelargopsis capensis
Banded Kingfisher
Cekakak batu
Lacedo pulchella
Collared Kingfisher
Cekakak sungai
Halcyon chloris
Rufous-backed kingfisher
Udang punggung-merah
Ceyx rufidorsa
Rufous-collared kingfisher
Cekakak-hutan Melayu
Actenoides concretus
Cirik-cirik kumbang
Nyctyornis amictus
White-crowned Hornbill
Enggang jambul
Berenicornis comatus
Bushy-crested Hornbill
Enggang klihingan
Anorrhinus galeritus
Wrinkled Hornbill
Julang jambul-hitam
Rhyticeros corrugatus
Wreathed Hornbill
Julang emas
Rhyticeros undulatus
Black Hornbill
Kangkareng hitam
Anthracoceros malayanus
Asian Pied Hornbill
Kangkareng perut-putih
Anthracoceros albirostris
Rhinoceros Hornbill
Rangkong badak
Buceros rhinoceros
Helmeted Hornbill
Rangkong gading
Rhinoplax vigil
Alcedinidae
Rentan
Meropidae Red-bearded Bee-eater Bucerotidae
40
41
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
Gold-whiskered Barbet
Takur gedang
Megalaima chrysopogon
Red-crowned Barbet
Takur tutut
Megalaima rafflesii
Red-throated Barbet
Takur warna-warni
Megalaima mystacophanos
Mountain Barbet
Takur gunung
Megalaima monticola
Yellow-crowned Barbet
Takur topi-emas
Megalaima henricii
Golden-naped Barbet
Takur tengkuk-emas
Megalaima pulcherrima
Blue-eared Barbet
Takur tenggerat
Megalaima australis
Black-throated Barbet
Takur leher hitam
Megalaima eximia
Brown Barbet
Takur ampis
Calorhamphus fuliginosus
Rufous Piculet
Tukik tikus
Sasia abnormis
Rufous Woodpecker
Pelatuk kijang
Celeus brachyurus
Crimson-winged Yellownape
Pelatuk sayap-merah
Picus puniceus
Banded Woodpecker
Pelatuk merah
Picus miniaceus
Common Goldenback
Pelatuk besi
Dinopium javanense
Olive-backed Woodpecker
Pelatuk Raffles
Dinopium rafflesii
Buff-necked Woodpecker
Caladi badok
Meiglyptes tukki
Great Slaty Woodpecker
Pelatuk kelabu-besar
Mulleripicus pulverulentus
White-bellied Woodpecker
Pelatuk ayam
Dryocopus javensis
Grey-capped Woodpecker
Caladi belacan
Dendrocopos canicapillus
Grey-and-buff Woodpecker
Caladi tikotok
Hemicircus concretus
Maroon Woodpecker
Pelatuk pangkas
Blythipicus rubiginosus
Orange-backed Woodpecker Pelatuk kundang
Reinwardtipicus validus
IUCN status
Endemic
Setidaknya Kekhawatiran
Y
Setidaknya Kekhawatiran
Y
Capitonidae
Picidae
41
42
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
Dusky Broadbill
Madi kelam
Corydon sumatranus
Black-and-red Broadbill
sempur-hujan sungai
Cymbirhynchus macrorhynchos
Banded Broadbill
Sempur-hujan rimba
Eurylaimus javanicus
Black-and-yellow Broadbill
Sempur-hujan darat
Eurylaimus ochromalus
Green Broadbill
Madi-hijau kecil
Calyptomena viridis
Banded Pitta
Paok pancawarna
Pitta guajana
Garnet Pitta
Paok delima
Pitta granatina
Blue-headed Pitta
Paok kepala-biru
Pitta baudii
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
Bar-bellied Cuckoo-shrike
Kepudang-sungu Sumatera
Coracina striata
Bar-winged Hemipus
Jingjing bukit
Hemipus picatus
Green Iora
Cipoh jantung
Aegithina viridissima
Greater Green Leafbird
Cica-daun besar
Chloropsis sonnerati
Lesser Green Leafbird
Cica-daun kecil
Chloropsis cyanopogon
Blue-winged Leafbird
Cica-daun sayap-biru
Chloropsis cochinchinensis
Asian Fairy Bluebird
Kacembang gadung
Irena puella
Tiong emas
Gracula religiosa
IUCN status
Endemic
Rentan
Y
Eurylaimidae
Pittidae
Hirundinidae Pacific Swallow Campephagidae
Irenidae
Sturnidae Hill Myna
42
43
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Straw-headed Bulbul
Cucak rawa
Pycnonotus zeylanicus
Rentan
Black-and-white Bulbul
Cucak sakit-tubuh
Pycnonotus melanoleucos
Black-headed Bulbul
Cucak kuricang
Pycnonotus atriceps
Bornean Bulbul
Cucak kuning
Pycnonotus montis
Grey-bellied Bulbul
Cucak kelabu
Pycnonotus cyaniventris
Puff-backed Bulbul
Cucak rumbai-tungging
Pycnonotus eutilotus
Yellow-vented Bulbul
Merbah cerukcuk
Pycnonotus goiavier
Olive-winged Bulbul
Merbah belukar
Pycnonotus plumosus
Cream-vented Bulbul
Merbah corok-corok
Pycnonotus simplex
Red-eyed Bulbul
Merbah mata-merah
Pycnonotus brunneus
Spectacled Bulbul
Merbah kacamata
Pycnonotus erythropthalmos
Finsch's Bulbul
Empuloh leher-kuning
Criniger finschii
Ochraceous Bulbul
Empuloh ragum
Criniger ochraceus
Grey-cheeked Bulbul
Empuloh janggut
Criniger bres
Yellow-bellied Bulbul
Empuloh irang
Criniger phaeocephalus
Hook-billed Bulbul
Empuloh paruk-kait
Setornis criniger
Buff-vented Bulbul
?
Hypsipetes charlottae
Hairy-backed Bulbul
Brinji rambut-tunggir
Hypsipetes criniger
Common Streaked Bulbul
Brinji bergaris
Hypsipetes malaccensis
Cinereous bulbul
Brinji kelabu
Hemixos cinereus
Chestnut-capped thrush
Anis kembang
Zoothera interpres
Oriental Magpie-robin
Kucica kampung
Copsychus saularis
White-rumped Shama
Kucica hutan
Copsychus malabaricus
Chestnut-naped Forktail
Meninting cegar
Enicurus ruficapillus
Bornean forktail
?
Enicurus borneoensis
Endemic
Pycnonotidae
Setidaknya Y Kekhawatiran
Rentan
Terancam Punah
Y
Not Listed
Y
Turdidae
43
44
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
White-browed Shrike babbler
Ciu besar
Pteruthius flavicapis
Black-capped Babbler
Pelanduk topi-hitam
Pellorneum capistratum
Short-tailed Babbler
Pelanduk ekor-pendek
Trichastoma malaccense
White-chested Babbler
Pelanduk dada-putih
Trichastoma rostratum
Ferruginous Babbler
Pelanduk merah
Trichastoma bicolor
Horsfield's Babbler
Pelanduk semak
Trichastoma sepiarium
Abbott's Babbler
Pelanduk Asia
Trichastoma abbotti
IUCN status
Endemic
Hampir terancam
Y
Setidaknya Kekhawatiran
Y
Timaliidae
Chestnut-capped Laughing-thrush Poksai genting
Garrulax mitratus
Moustached Babbler
Asi kumis
Malacopteron magnirostre
Sooty-capped Babbler
Asi topi-jelaga
Malacopteron affine
Scaly-crowned Babbler
Asi topi-sisik
Malacopteron cinereum
Rufous-crowned Babbler
Asi besar
Malacopteron magnum
Grey-breasted Babbler
Asi dada-kelabu
Malacopteron albogulare
Chestnut-backed Scimitar-babbler Cica-kopi Melayu
Pomatorhinus montanus
Mountain Wren-babbler
Berencet gunung
Napothera crassa
Eye-browed Wren-babbler
Berencet berkening
Napothera epilepidota
Rufous-fronted Babbler
Tepus dahi-merah
Stachyris rufifrons
Grey-throated Babbler
Tepus kepala-hitam
Stachyris nigriceps
Grey-headed Babbler
Tepus kepala-kelabu
Stachyris poliocephala
Chestnut-rumped Babbler
Tepus tunggir-merah
Stachyris maculata
White-necked Babbler
Tepus telinga-putih
Stachyris leucotis
Black-throated Babbler
Tepus kaban
Stachyris nigricollis
Chestnut-winged Babbler
Tepus merbah-sampah
Stachyris erythroptera
Striped Tit-babbler
Ciung-air coreng
Macronous gularis
Fluffy-backed Tit-babbler
Ciung-air pongpong
Macronous ptilosus
44
45
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Oriental Reed Warbler
Kerakbasi besar
Acrocephalus orientalis
Mountain tailorbird
Cinenen gunung
Orthotomus cuculatus
Dark-necked Tailorbird
Cinenen belukar
Orthotomus atrogularis
Rufous-tailed Tailorbird
Cinenen merah
Orthotomus sericeus
Ashy Tailorbird
Cinenen kelabu
Orthotomus ruficeps
Yellow-bellied Warbler
Cikrak bambu
Abroscopus superciliaris
Grey-chested Rhinomyias
Sikatan-rimba dada-kelabu
Rhinomyias umbratilis
Verditer Flycatcher
Sikatan hijau-laut
Eumyias thalassina
Indigo flycatcher
Sikatan ninon
Eumyias indigo
Little pied flycatcher
Sikatan belang
Ficedula westermanni
Rufous-chested Flycatcher
Sikatan dada-merah
Ficedula dumetoria
Dark Blue Flycatcher
Sikatan besar
Cyornis concretus
Hill Blue Flycatcher
Sikatan cacing
Cyornis banyumas
Bornean Blue Flycatcher
Sikatan Kalimantan
Cyornis superbus
Setidaknya Kekhawatiran
Y
Sunda Blue Flycatcher
Sikatan biru-langit
Cyornis caerulatus
Rentan
Malaysian Blue Flycatcher
Sikatan Melayu
Cyornis turcosus
Pygmy Blue Flycatcher
Sikatan kerdil
Muscicapella hodgsoni
Grey-headed Flycatcher
Sikatan kepala-abu
Culicicapa ceylonensis
Remetuk laut
Gerygone sulphurea
Sylviidae
Muscicapidae
Acanthizidae Flyeater
45
46
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
Rufous-winged Philentoma
Philentoma sayap-merah
Philentoma pyrhopterum
Black-naped Monarch
Kehicap ranting
Hypothymis azurea
Asian Paradise-flycatcher
Seriwang Asia
Terpsiphone paradisi
White-throated Fantail
Kipasan gunung
Rhipidura albicollis
Pied Fantail
Kipasan belang
Rhipidura javanica
Spotted Fantail
Kipasan mutiara
Rhipidura perlata
Munguk beledu
Sitta frontalis
IUCN status
Endemic
Monarchidae
Sittidae Velvet-fronted Nuthatch Dicaeidae Yellow-breasted Flowerpecker Pentis raja
Prionochilus maculatus
Crimson-breasted Flowerpecker
Pentis pelangi
Prionochilus percussus
Yellow-rumped Flowerpecker
Pentis Kalimantan
Prionochilus xanthopygius
Scarlet-breasted Flowerpecke Pentis kumbang
Prionochilus thoracicus
Yellow-vented Flowerpecker
Cabai rimba
Dicaeum chrysorrheum
Orange-bellied Flowerpecker
Cabai bunga-api
Dicaeum trigonostigma
Scarlet-backed Flowerpecker
Cabai merah
Dicaeum cruentatum
Kacamata belukar
Zosterops everetti
Dusky Munia
Bondol Kalimantan
Lonchura fuscans
Scaly-breasted Munia
Bondol Peking
Lonchura punctulata
Chestnut Munia
Bondol Rawa
Lonchura malacca
Setidaknya Y Kekhawatiran
Zosteropidae Everett's White-eye Estrildidae
46
47
BURUNG
English Name
Indonesian name
Species Name
Plain Sunbird
Burung-madu polos
Anthreptes simplex
Brown-throated Sunbird
Burung-madu kelapa
Anthreptes malacensis
Red-throated Sunbird
Burung-madu leher-merah
Anthreptes rhodolaema
Ruby-cheeked Sunbird
Burung-madu belukar
Anthreptes singalensis
Purple-naped Sunbird
Burung-madu rimba
Hypogramma hypogrammicum
Olive-backed Sunbird
Burung-madu sriganti
Nectarinia jugularis
Crimson Sunbird
Burung-madu sepah-raja
Aethopyga siparaja
Scarlet Sunbird
Burung-madu ekor-merah
Aethopyga temminckii
Little Spiderhunter
Pijantung kecil
Arachnothera longirostra
Thick-billed Spiderhunter
Pijantung kampung
Arachnothera crassirostris
Long-billed Spiderhunter
Pijantung besar
Arachnothera robusta
IUCN status
Endemic
Nectariniidae
Streaky-breasted Spiderhunter Pijantung gunung
Arachnothera affinis
Corvidae Common Green Magpie
Ekek layongan
Cissa thalassina
Crested Jay
Tangkar ongklet
Platylophus galericulatus
Black Magpie
Tangkar kambing
Platysmurus leucopterus
Bornean treepie
Tangkar-uli Kalimantan
Dendrocitta radiceus
Slender-billed Crow
Gagak hutan
Corvus enca
Large-billed crow
Gagak kampung
Corvus macrorhynchos
Hampir terancam Y
47
48
BOTANI
TIM Kursani, Dr Susan Cheyne, Dominic Rowland
Survey mengukur semua pohon dengan diameter di atas 10 sentimeter tinggi dada dilaksanakan di 2 dari 3 lokasi, yaitu di Hutan Desa Tumbang Tujang dan Sungai Bora. Survey sistematis semua pohon dilaksanakan oleh anggota tim yang sudah berpengalaman dan Measuring dbh
semua identifikasi jenis dilakukan oleh pak Kursani.
Nama lokal dicatat, bila ada. Hutan disurvey di tiga habitat: pematang, lembah dan bantaran sungai. Semua plot berukuran 100x10m dan minimal 2 plot disurvey untuk setiap habitat.
Ringkasan data dari Tumbang Tujang SITE
Jumlah spesies
Jumlah famili
Ketinggian rata-rata (m)
Kisaran tinggi (m)
Rata-rata dbh
Kisaran dbh
Hutan Desa Ridge
68
35
15.39
6-40
20.21
10.06 84.07
Hutan Desa Valley
53
25
19.12
6-35
24.20
10.38 64.07
Hutan Desa Riparian
66
15
16.3
6-40
27.97
10.44 100.82
Tujang Ladang Side
55
21
16.8
6-40
25.25
9.84 119.84
Mammal Plot 1
26
21
12.71
6-25
15.25
10.19 40.76
Mammal Plot 2
14
14
13.44
6-26
19.37
8.56 - 52.8
Mammal Plot 3
11
10
14.33
6-28
16.05
8.73 - 32.1
48
49
BOTANI
Family
Species
Achariaceae
Hydnocarpus sp 1
Local Name
IUCN
Hydnocarpus woodii Anacardiaceae
Gluta malayana
Rangsan
Gluta motleyana
Rangsan
Gluta sp
Rangsan
Koordersiodendron pinnatum Mangifera pajang
Anjem Kelau
Parishia maingayi Pentaspadon motleyi Annonaceae
Apocynaceae
Bombacaceae
Palajau
Cyanthocalyx sp
Sangat Terancam Punah
Mezzetia havilandii
Kayu sampun
Polyalthia glauca
Lobi
Polyalthia sumatrana
Lobi
Xylopia malayana
Malajujut
Alstonia sp
Masubak
Dyera costulata
Pantung
Gymnacranthera contracta
Kumpang
Durio sp
Durian
Sangat Terancam Punah
Kostermansia sp.
49
50
BOTANI
Family
Species
Local Name
IUCN
Burseraceae
Canarium littorale
Mahusum
Setidaknya Kekhawatiran
Canarium sp Dacryodes rostrata Santiria laevigata Santiria rubiginosa Santiria tomentosa Calophyllaceae
Calophyllum sp. Calophyllum sp. 1
Pinaga
Cannabaceae
Gironniera nervosa
Nahum
Celastraceae
Kokoona sp. 1
Centroplacaceae
Bhesa paniculata
Chrysobalanaceae
Maranthes corymbosa
Clusiaceae
Parinari sp. 1
Kayu batu
Garcinia havilandii
Manggis
Garcinia mangostana
Manggis
Garcinia sp.
Mundar
Garcinia dulcis
Gandis
Garcinia grandifolia Crypteroniaceae
Crypteronia griffithii
Dilleniaceae
Dillenia bornensis
Jamehing
Dillenia sumatrana
Tampuru
Sangat Terancam Punah
50
51
BOTANI
Family
Species
Local Name
IUCN
Dipterocarpaceae
Dipterocarpus cornutus
Bajan
Setidaknya Kekhawatiran
Dipterocarpus fagineus
Bajan
Dipterocarpus pachyphyllus
Bajan
Dipterocarpus palembanicus
Bajan
Dipterocarpus sublamellatus
Bajan
Dryobalanops aromatica
Salompeng
Dryobalanops oblongifolia
Salompeng
Hopea mengerawan
Bangkirai
Terancam Punah
Hopea nutans Hopea semicuneata
Bangkinang
Hopea sp 1
Rasak
Hopea sp 1
Rasak
Rentan
Hopea sp 2
Bangkirai
Setidaknya Kekhawatiran varieties
Hopea sumatrana
Bangkirai
51
52
BOTANI
Family
Species
Local Name
Shorea agamii
Parupuk
Shorea atrinervosa
Kayu batu
Shorea beccariana
Kakawang
Shorea crassa
Kayu batu
Shorea hemsleyana
Lampung
Shorea kunstleri
Kayu batu
Shorea laevis
Kayu batu
Shorea leprosula
Nyaru Bolu
Shorea macroptera
Kayu batu
Shorea maxwelliana
IUCN
Setidaknya Kekhawatiran
Shorea multiflora
Malcut
Shorea parvifolia
Kayu batu
Shorea pauciflora
Tahan Konot
Shorea platyclados
Tuntung Saluang
Shorea sagitatta
Tahan Lutup
Shorea scrobiculata
Kayu batu
Shorea seminis
Palepek
Shorea sp
Mangkabang
Shorea sp 1
Kayu batu
Shorea sp 1
Kayu batu
Data kekurangan
Shorea stenoptera Vatica bella
Rasak
Vatica micrantha
Rasak
Vatica oblongifolia
Rasak
Vatica sp 1 Vatica umbonata
Rasak
52
53
BOTANI
Family
Species
Local Name
IUCN
Ebenaceae
Diospyros argentea
Merung
Diospyros confertiflora
Menong
Diospyros sp
Menong
Elaeocarpaceae
Elaeocarpus griffithii
Bangkinang
Euphorbiaceae
Blumeodendrom sp
Setidaknya Kekhawatiran
Blumeodendrom tokbrai
Data kekurangan
Macaranga beccariana
Sangat Terancam Punah
Terancam Punah
Macaranga hosei Macaranga hypoleuca
Mahang baputi
Macaranga triloba
Mahang
Mallotus leucodermis
Balanti
Mallotus muticus
Balanti
Meuallotus echinanthus Moultonianthus sp Moultonianthus sp 2 Merrah Neoscortechinia sp Fagaceae
Castanopsis megacarpa
Kayu Ampit
Castanopsis sp 1
Takolok Ampit
Castanopsis sp 2
Tabalien Ampit
Lithocarpus sp1
Pampaning
Setidaknya Kekhawatiran
53
54
BOTANI
Family
Species
Gentianaceae
Fagraea racemosa
Hypericaceae
Cratoxylum arborescens
Lauraceae
Beilschmiedia palembanica
Local Name
IUCN
Erat
Beilschmiedia sp. Cryptocarya benangensis Cryptocarya crassinervia
Bahunei Daun Besar
Cryptocarya sp. 1 Dehaasia incrassata
Penguan
Dehassia sp.
Pangwan
Eusideroxylon zwageri
Tabalien (Ulin)
Sangat Terancam Punah (endemic to Malaysia)
Phoebe grandis Lecythidaceae
Barringtonia lanceolata
Prutap Gunung
Planchonia grandis Leguminosae
Dialium indum
Kurangi
Dialium patens
Kurangi
Koompassia malaccensis
Ompas
Millettia albiflora
Tampung
Rentan
Petai
Terancam Punah
Ormosia sp Parkia speciosa Parkia sp.
Terancam Punah
Sindora beccariana
Marijang
Sindora coriacea
Merijang 54
55
BOTANI
Family
Species
Lythraceae
Lagerstroemia sp
Malvaceae
Sterculia sp
Kayu Gadang
Melastomataceae
Astronia masubak
Masubak
Memecylon sp
Tameas Putih
Memecylon sp
Tameas Putih
Memecylon sp
Tameas Putih
Memecylon sp
Tameas Putih
Memecylon sp (daun besar merah)
tamias
Memecylon sp1
Tameas
Memecylon sp1
Tameas
Memecylon sp1
Tameas
Pternandra coerulescens
Brunsolan
Pternandra sp
Jambu Burung
Aglaia ganggo
Katatiwar Hutan
Meliaceae
Local Name
IUCN
Rentan
Sandoricum beccariana Moraceae
Artocarpus anisophyllus
Papuan
Artocarpus elasticus
Tarap
Artocarpus integer
Tiwadak
Artocarpus kemando
Tiwadak Banyo
Artocarpus nitidus
Tumpang
Artocarpus odoratissimus
Bintorong
Parartocarpus bracteatus
Bintorong
Terancam Punah
55
56
BOTANI
Family
Species
Local Name
Myristicaceae
Horsfieldia sp.
Kumpang
Knema hookerana
Kumpang
Knema laurina
Kumpang
Myristica lowiana
Kampang
Myristica villosa
Kumpang
Rhodamnia cinerea
Barun Sulan
Syzygium bankense
Jambu
Syzygium polyanthum
Mundu
Syzygium sp. 1
Jambu Burung
Syzygium sp. 2 Merrah
Jambu burung
Syzygium sp. 2 Merrah
Kangkuhis Hutan
Syzygium sp. 3
Jambu
Syzygium sp. 4
Jambu
Myrtaceae
Olacaceae
Strombosia sp.
Oxaridaceae
Santiria griffithii
Pentaphylacaceae
Ternstroemia javanica
Pentaphylacaceae
Ternstroemia wallichiana
IUCN
Rentan
56
57
BOTANI
Family
Species
Local Name
Phyllanthaceae
Aporosa lunata
Mulok
Aporosa sp 1
Molok
Aporosa sp 2
Molok Sungai
IUCN
Sangat Terancam Punah
Baccaurea bracteata Baccaurea macrocarpa
Puwak/Mawi
Baccaurea reticulata
Kalibun
Baccaurea sp Glochidion superbum Polygalaceae
Xanthophyllum affine Xanthophyllum amoenum Xanthophyllum obscurum Xanthophyllum palembanica Xanthophyllum rufum Xanthophyllum stipitatum
Proteaceae
Heliciopsis sp1
Putranjivaceae
Drypetes pendula
Rosaceae
Prunus javanica
Rubiaceae
Canthium glabrum
Mallalin
Setidaknya Kekhawatiran
Kori Kopian
Gardenia tubifera Neolamarckia cadamba
Benkel Hutan
Porterandia anisophylla Pternandra anisophylla
57
58
BOTANI
Family
Species
Sapindaceae
Arytera sp
Local Name
Nephelium cuspidatum
Mariti Hutan (Rambutan)
Nephelium sp
Tangkuis
IUCN
Xerospermum noronhianum Sapotaceae
Madhuca magnifolia
Puntik
Madhuca kingiana
Setidaknya Kekhawatiran
Madhuca motleyana
Puntik
Palaquium maingayi
Puntik
Palaquium sp
Puntik
Payena lucida
Puntik
Setidaknya Kekhawatiran
Sangat Terancam Punah
Pouteria sp Theaceae
Adinandra dumosa
Thymelaeaceae
Gonystylus sp
Ramin
Tiliaceae
Microcos sp
Jirak Danum
Pentace borneensis Pentace glauca
Senek
Pentace kingiana
Sengek
58
59
BOTANI
SUMMARY FROM BORA RIVER SITE SITE
Number of species
Number of families
Average height (m)
Height range (m)
average dbh
dbh range
Bora Gibbon Site (opposite)
68
11
15.035
6-45
24.4586
10.19-91.08
Bora Ridge Plot
22
21
17.785
6-50
28.92675
9.55-152.86
Bora S.M. Plot 1
48
12
14.725
8-38
19.48726
10.31-58.59
Bora S.M. Plot 2
12
7
13.27
6-32
18.83758
9.87-46.49
Bora S.M. Plot 3
12
8
12.905
6-25
14.82166
10.5-20.95
Bora S.M. Plot 4
4
3
18.375
8-30
29.85669
11.14-64.64
Bora Sungai Satai
62
15
14.725
3-38
28.40446
10.19-116.24
Bora Valley Plot
25
15
17.88
8-37
24.34395
10.44-85.98
Murung gibbon site
30
13
18.065
6-45
23.28025
5.98-81.4
59
60
BOTANI SPECIES FROM BORA RIVER SITE Family
Species
Local Name
Anacardiaceae
Buchaniania sp.
Bakah Garih biowau
Campnosperma auriculata
Tarangtang
IUCN
Pentaspadon motleyi Spondias cythera
Bajan
Spondias sp. Annonaceae
Apocynaceae
Mezzetia havilandii Polyalthia glauca
Lobui
Gymnacranthera contracta
Kumpang
Gymnacranthera euginifolia
Kumpang
Gymnacranthera sp.
Kumpang
Tabernaemontana macrocarpa Arecaceae
Bombacaceae
Oncosperma horridum
handiung
Pholidocarpus majadum
Sirang
Durio kutejensis
Papakin
Durio oxleyanus
Karatungen
Rentan
Kostermansia malayana Burseraceae
Canarium sp. Dacryodes rostrata Dacryodes rugosa
Calophyllaceae
Mesua sp. 1
Cannabaceae
Gironniera nervosa
Celastraceae
Kokoona sp.
Centroplacaceae
Bhesa sp.
Chrysobalanaceae
Licania sp. Parinari oblongifolia
Kayu abu
60
61
BOTANI SPECIES FROM BORA RIVER SITE Family
Species
Local Name
Cluseaceae
Garcinia mangostana
Mangis
IUCN
Garcinia sp. 1 Garcinia dolcis Dipterocarpaceae
Gandis
Dipterocarpus conaserum Dipterocarpus elaeocarpus Dipterocarpus elongatus Dipterocarpus fagineus
Bajan Ohit
Dipterocarpus grandiflorus
Bajan
Dipterocarpus lowii Dipterocarpus oblongifolius
Kacuhui
Dipterocarpus pachyphyllus
Bajan
Dipterocarpus sublamellatus
Bajan
Hopea mengerawan
Sangat Terancam Punah
Hopea sp. 1 Shorea angustifolia Shorea antrinervosa
Kayu Batu
Shorea atrinervosa Shorea beccariana
Kakawang Gambir
Shorea crassa
Kayu Batu
Shorea kunstleri
Jangaan
Shorea macroptera
Kakawang
Shorea palembanica
Sangat Terancam Punah
Sangat Terancam Punah - Light Red Meranti
61
62
BOTANI SPECIES FROM BORA RIVER SITE Family
Species
Local Name
IUCN
Dipterocarpaceae
Shorea parvifolia
Lampung behas
Terancam Punah
Shorea scrobiculata
Kayu batu
Shorea sp.
Mangkabang
Shorea sp.
Mangkabang
Shorea sp.1
Kayu batu
Shorea sp.2 Merrah
Kalapeh
Shorea stenoptera Shorea uliginosa
Sangat Terancam Punah Lampung
Shorea xanthophyla Vatica cinerea
Sangat Terancam Punah Rassak
Vatica mangachapoi
Ebenaceae
Elaeocarpaceae
Rentan
Terancam Punah
Vatica micrantha
Rasak
Vatica oblongifolia
Rasak
Vatica sumatrana
Rassk
Vatica umbellata
Rasak
Setidaknya Kekhawatiran
Diospyros merung Diospyros siamang
Merung
Elaeocarpus griffithii
Bangkinang
Elaeocarpus sp.1
Bangkinang
62
63
BOTANI SPECIES FROM BORA RIVER SITE Family
Species
Euphorbiaceae
Macaranga conifera
Local Name
Macaranga hosei
Mahang bahangdang
Macaranga hosei
Mahang bahangdang
IUCN
Macaranga hypoleuca Mallotus echinanthus
Kalumpai pohing
Mallotus leucodermis
Balanti
Mallotus sp.
Balanti
Moultonianthus esinatus Moultonianthus sp Neoscortechinia forbesii Blumeodendrom sp. 1 Fagaceae
Castanopsis inermis Lithocarpus sp.
Lamiaceae
Teijsmanniodendron sp.
Lauraceae
Ctenophyllum sp.
Lecythidaceae
Pampaning
Dehaasia firma
Panguwan
Dehassia incrassata
Pangwang
Abdulmajidia chaniana
Rentan
Barringtonia lanceolata Planchonia grandis Planchonia sp.
63
64
BOTANI SPECIES FROM BORA RIVER SITE Family
Species
Local Name
Leguminosae
Dialium indum
Kurangi
Dialium keranji
Kurangi
Dialium patens
Kurangi
IUCN
Dialium sp. Koompassia malaccensis
Ompas
Millettia albiflora
Tampang
Sindora beccariana
marijang
Lythraceae
Duabanga sp.
Binuang
Malvaceae
Heritiera simplicifolia
Lambing
Setidaknya Kekhawatiran
Data kekurangan
Sterculia rubiginosa Melastomataceae
Memecylon laurinium Pternandra barunsulan Pternandra sp. 1
Barun Sulan
Pternandra sp. 2
Salompeng
Astronia sp. Meliaceae
Meszetia sp. 1 Sandoricum beccariana
Moraceae
Artocarpus elasticus Artocarpus kemando
Tiwadak Banyo
Artocarpus nitidus
Tampang
Artocarpus sp. Parartocarpus aurophilus
64
65
BOTANI SPECIES FROM BORA RIVER SITE Family
Species
Myristicaceae
Horsfieldia irya
Local Name
IUCN Setidaknya Kekhawatiran
Knema hookerana
Kumpang
Rentan
Knema latifolia
Kumpang
Setidaknya Kekhawatiran
Myristica eliptica
Kumpang
Setidaknya Kekhawatiran
Myristica sp
Kumpang
Myristica villosa
Kumpang daraya
Knema percourisa
Myrtaceae
Myristica gigantea
Kumpang
Eugenia griffithii
jambu burung
Eugenia polyantha
Mundu
Eugenia polyantha
Mundu
Syzygium sp 1 Putih
Jambu Burung
Syzygium sp 2
Jambu Burung
Syzygium sp daun kecil
Jambu burung
Syzygium sp2 Merrah
Jambu Burung
Tristaniopsis merguensis
Palawan
Pentaphylacaceae
Ternstroemia sp
Phyllanthaceae
Aporosa sp
Mollok
Baccaurea bracteata
Rambui hutan
Baccaurea macrocarpa
Maui
Hampir terancam
65
66
BOTANI SPECIES FROM BORA RIVER SITE Family
Species
Polygalaceae
Xanthophyllum vitellinum
Local Name
IUCN
Xanthophyllum apinea Xanthophyllum bullatum Xanthophyllum griffithii Xanthophyllum obscurum Xanthophyllum palembanica Xanthophyllum rufum Xanthophyllum stipitatum Proteaceae
Helica robusta Helica sp 1
Rubiaceae
Canthium peralabum
Sapotaceae
Planchonella obovata
Puntik
Pouteria sp
Puntik
Palaquium sp1
Hangkang
Symplocaceae
Symplocos ramosissima
Jirak bangkai
Thymelaeaceae
Amyxa pluricornis
66
67
SOSIAL Andrea Hoeing
Iis Sabahudin, Erisa Maranata Muray, Andhi Suncoko, Deni Doang and Andrea Hoeing
Pendahuluan Penelitian oleh tim sosial ekspedisi BRINCC dilaksanakan di dua desa di sepanjang Sungai Murung: Tumbang Tujang dan Kelasin, yang terletak di Kabuapten Murung Raya, kecamatan Uut Murung, Kalimantan Tengah, Indonesia.
Tim sosial tinggal di Tumbang Tujang dari tanggal 10 Juli hingga 17 Agustus dan dari tanggal 18 Agustus hingga 22 September 2011 di Kelasin. Tim terdiri dari 5 anggora: empat mahasiswa dari Indonesia , 2 dari Universitas Indonesia (UI), Jakarta dan 2 dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor dan satu mahasiswa Jerman dari Georg-August Universität, Göttingen. Tujuan kegiatan tim sosial adalah untuk lebih memahami kehidupan di kedua desa, belajar tentang sejarah desa, mata pencaharian, persepsi lokal pentingnya alam; kegiatan juga meliputi pemetaan para pemangku kepentingan, dan mempelajari program yang sudah berjalan. Kebutuhan dan ancaman potensial terhadap masyarakat dan lingkungannya dikaji. Selain itu tim mendampingi warga untuk membuat peta sketsa wilayah di mana mereka menggambarkan tempat-tempat penting untuk kehidupan mereka dan melatih beberapa orang di desa bagaimana menggunakan GPS yang dipinjamkan kepada masyarakat untuk sekitar satu tahun agar mereka berpeluang menghasilkan peta yang lebih terinci termasuk semua informasi yang warga ingin tampilkan di dalam peta yang akan dikembalikan ke desa untuk di-cek apakah semua informasi benar. Kalau peta akhir sudah dikonfirmasi oleh masyarakat, peta ini dapat dimanfaatkan unutk mendukung proses perencanaan penataan ruang atau permohonan pengakuan hutan desa
Semua data dari diskusi kelompok terfokus ditinggalkan di desa, di rumah ketua BPD di Tumbang Tujang dan sekretaris desa di Kelasin.
67
68
SOSIAL Tambahan informasi dikumpulkan oleh mahasiswa dari Indonesia terfokus pada ketertarikan masingmasing, termasuk adat dan budaya oleh Erisa Maranata Muray dan Iis Sabahudin, tentang sosial politik oleh by Andhi Sucoko dan tentang sosial ekonomi oleh Deni Doang .
Metoda Setelah memperkenalkan seluruh tim dan minta persetujuan untuk melaksanakan penelitian dan membahas tujuan dan perspektif ekspedisi, tim keanekaragaman hayati berangkat dan tim sosial mulai kegiatannya.
Pada hari-hari pertama tugas utama adalah berbaur dengan warga dan mengumpulkan informasi umum tentang hidup di desa. Guna ini dilakukan diskusi informal. Pada waktu bersamaan dilaksanakan pertemuan perkenalan tim sosial dengan mengundang warga. Pertemuan ini termasuk: Perkenalan tim, apa rencana kami dalam beberapa minggu dan alasan datang, diskusi tentang peta (jenis peta yang di-inginkan warga dan wilayah penting yang akan dipetakan) Pembuatan alur sejarah desa Pembagian kelompok-kelompok (berdasarkan jenis pekerjaan) untuk melanjutkan diskusi kelompok fokus pada hari dan minggu mendatang.
Kelompok Diskusi Fokus Kami membagi jenis pekerjaan menjadi 4 kategori utama, yang diundang untuk diskusi kelompok terfokus yang kami dampingi (kami berupaya untuk se-sedikit mungkin terlibat, kami menjelaskan kegiatan dan membantu bila ada pertanyaan, tetapi kegiatan dilaksanakan oleh warga). Ada 3 kegiatan:
Mata Pencaharian – Dalam kegiatan ini kelompok mulai mengisi tabel: jenis-jenis pekerjaan berbeda, komoditi, langkah pekerjaan, peralatan dan bahan yang digunakan dan keterlibatan aktor yang berbeda (warga, pedagang, LSM dan pemerintah) Kalender Musim – kalender musim menunjukkan bulan-bulan ketika warga melaksanakan pekerjaan, bulan yang disuka , masalah yang ada dan hal lain yang berpengaruh pada pekerjaan yang ditulis di tabel 68
69
SOSIAL Metoda
Peta sketsa –Peta sketsa dimulai dengan kertas kosong di mana kelompok diskusi pertama menggambarkan unsur dasar seperti sungai, danau, gunung, pemukiman, jalan dsb. Informasi ini dapat diperbaiki kapan saja dan oleh siapa saja. Setelah menggambarkan informasi dasar kelompok mulai menggambar daerah-daerah di mana mereka bekerja dan ditambah
dengan
wilayah
penting
lain,
misalnya tempat keramat, sumber air atau apa saja yang belum dimasukkan. Pada akhirnya kami
Foto 1: Salah satu kelompok diskusi di Kelasin.
bertanya kepada semua peserta apakah mereka setuju dengan peta yang dihasilkan dan memberitahu bahwa peta ini dinamis yang dapat diubah apabila warga mengingat tempat yang belum dimasukkan.
Kuesioner Bagian lain penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan pendapat pribadi tentang beberapa topik: tingkat penghidupan, persepsi tentang alam, persepsi tentang kedatangan orang dari luar desa dsb. Kami minimal mewawancarai lima orang dari setiap kelompok, yaitu kelompok ibu dan bapak (umur (20-39 tahun, di atas 40 tahun) ditambah satu kelompok tokoh masyarakat.
Metoda distribusi Batu Kegiatan lain di mana kami kumpulkan kelompok campuran (bapak dan ibu, muda dan tua) dalam sebuah pertemuan informal pada sore atau malam hari di pinggir jalan atau serambi. Kami mengevaluasi tingkat penting relatif dari tipe habitat yang berbeda berkaitan dengan pemenuhan bermcam-macam kebutuhan. Untuk mengumpulkan informasi ini kami menggunakan metoda distribusi batu.
69
70
SOSIAL
Pelatihan GPS Kami melatih warga yang tertarik mempelajari penggunaan alat GPS dan satu orang di setiap desa untuk menyimpan data. Kemudian kami melakukan beberapa perjalanan untuk mengambil titik koordinat dengan GPS sebagai referensi peta sketsa untuk memungkinkan menghasilkan peta dengan GIS.
Anak-anak dan BRINCC Tugas lain tim sosial adalah ikut mengajar di sekolah, terutama Sekolah Dasar yang ada di kedua desa, termasuk pelajar SMP yang sedang pulang kampung selama liburan. Kami mengajar Bahasa Inggris dan permainan seperti mainan owa-owa dari buku BRINCC untuk melibatkan anakSalah satu pelatihan GPS pada sore hari dengan warga di Kelasin.
anak dalam pendidikan lingkungan. Tugas ini di Kelasin, di
mana tim sosial hanya terdiri dari dua orang, terutama dilakukan oleh tim keanekaragaman hayati. Belajar dari dan mengajar anak-anak, khususnya di Tumbang Tujang di mana kami punya waktu lebih banyak dan tim lebih besar, juga termasuk mengajar bikin gelang dan belajar dari anak-anak yang membawa kami ke hutan tentang pengetahuan mereka tentang tumbuhan, binatang, perburuan dan metoda pertanian.
Mengajar Bahasa Inggris pada pelajar di Tumbang Tujang (kiri) dan Kelasin (kanan)
70
71
SOSIAL Hasil Pemetaan dn hutan desa Pada pertemua pertama kami membahas apa topic yang menarik bagi warga. Di Tumbang Tujang kami menemukan bahwa warga sudah menetapkan suatu wilayah yang mereka sebut dengan hutan desa, yang dikelola secara lestari terutama untuk melindungi mata air yang digunakan untuk memperoleh air bersih. Sekarang warga perlu membuat peta batas wilayah ini untuk mendapatkan pengakuan resmi untuk hutan desa. Di Kelasin warga tidak yakin tentang batas hutan desa, karena mereka berpendapat bahwa seluruh hutan yang ada di wilayah desa adalah hutan desa dan milik mereka. Kami membahas jenis peta apa mereka ingin buat pertama dan memetakan sumber air di seberang pemukiman yang sangat penting untuk penyediaan air bersih.
Masalah air Di kedua desa air Sungai Barito tidak layak dikonsumsi. Warga mengeluh bahwa mereka kena sakit perut kalau minim air Barito. Untuk pergi ke sumber air bersih di kedua desa warga harus menggunakan perahu. Di Kelasin warga hanya perlu menyeberang ke anak sungai di seberang pemukiman. Di Tumbang Tujang warga harus menggunakan ces (perahu dengan motor) selama 15 menit menuju ke hilir untuk mengambil air dari anak sungai di hutan desa. Ada beberapa mata air kecil di dekat pemukiman Tumbang Tujang, yang tidak cukup untuk kebutuhan seluruh desa, sehingga sering dialokasi pada beberapa keluarga. Sebagian warga tidak mampu menggunakan ces (karena benzin mahal) sehingga terpaksa mengkonsumsi air Barito dan menjadi sakit. Di Tumbang Tujang sudah ada rencana pemerintah untuk membangun fasilitas air bersih dari sumber air di hutan desa ke pemukiman untuk penyediaan air bersih yang lebih baik.
Alam dan Masyarakat Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga dari kedua desa hampir 100 persen tergantung pada hutan di sekitarnya. Untuk ketersediaan air bersih, seperti diceritakan di atas, untuk berburu, untuk mengumpulkan kayu api, kayu untuk bangun rumah, mencari obat tradisional, mencari ikan di muaramura anak sungai dan Sungai Barito dan untuk pertanian untuk kebutuhan beras dan sayur. 71
72
SOSIAL Di kedua desa warga merasa bahwa jumlah binatang daan tumbuhan telah menurun dalam 5 tahun terakhir. Jarang ada orang yang merasa jumlah jenis meningkat. Di Kelasin warga sudah mengalami perubahan di alam dan mengalami masalah dengan hama di ladang sejak 2006. Sehingga sebagian besar warga sadar pentingnya pelestarian alam.
Dampak Pasar Kedua desa sudah masuk ke pasar nasional dan internasional. Pengaruh dari orang luar telah mengubah
interaksi
alam-manusia.
Ketika
sebelumnya pola penghidupan berkesinambungan sekarang gaya hidup berubah menjadi lebih berorientasi pada dan tergantung pada pasar. Komoditi termasuk daging, bagian binatang, ikan, burung (jarang), kayu, emas dan batu permata. Di
Tumbang Tujang sumber pendapatan utama adalah emas, batu permata dan gaharu (lihat foto 4). Di Kelasin sumber utama adalah ulin, meranti dan gaharu. Pada masa lampau terutama perusahaan kayu yang beroperasi di daerah ini. Sekarang survey untuk pertambangan batu bara dimulai, dan kami dengar masih ada perusahaan pertambangan lain yang tertarik pada daerah ini. Salah satu pengalaman jelek di masa lalu di kedua desa adalah perusahaan yang tidak peduli pada aturan adat dan menebang pohon adat tanpa permisi. Pemerintah punya beberapa program untuk membantu masyarakat, misalnya semua anak sekolah dibebaskan dari biaya pendidikan. 72
73
SOSIAL
Beberapa hasil potensial dari kegiatan tim sosial Setelah menyelesaikan semua analisa kami harap ada gambaran lebih jelas tentang kebutuhan dan ancaman bagi masyarakat dan alam. Selain itu akan ada peta menunjukkan semua wilayah yang punya kepentingan sosial serta akan digabungkan dengan hasil tim keanekaragaman hayati tentang nilai konservasi tinggi dari segi kelimpahan jenis. Hasil lain dari penelitian ini adalah peningkatan sumberdaya manusia dan pelatihan bagi warga dalam penggunaan alat GPS, pada kesempatan ini masih terbatas, namun diharapkan di masa mendatang akan lebih banyak.
Diharapkan peta yang dibuat oleh BRINCC akan membantu masyarakat untuk mendapat pengakuan terhadap hutan desa, agar penyediaan air bersih
terjamin
mendatang.
di
masa
Salah
satu
peluang bagi Kelasin adalah untuk mengukur batas hutan adat, walaupun pada saat ini belum
dapat
dilindungi
secara
formal
(misalnya
M. Zrust
sudah ada areal perusahaan kayu. Perusahaan yang sudah beroperasi bisa diminta untuk menghormati adat dan menghindari daerah yang sudah punya batas yang jelas.
Setelah mengkaji kebutuhan dan ancaman utama terhadap masyarakat dan alam, kami harap melalui penyebaran informasi dan kerjasama dengan pemerintah dan LSM mengembangkan program konservasi di daerah ini.
73
74
UCAPAN TERIMA KASIH Barito Initiative for Nature Conservation and Communities ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang dan organisasi berikut (disebut tidak dalam urutan tertentu), karena tanpa dukungan mereka ekspedisi ini tidak dapat dilaksanakan: AZA Ape Tag, WildCRU (Professor David McDonald), Clouded Leopard Project, Lewin Education, Fauna &Flora International (Godwin Limberg and Darmawan Liswanto and Ratu), The Zoological Society of London (Laura D’Arcy), Centre for the International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatlands (Dr Suwido and Yunsiska Ermiasi , Bupati Murung Raya, OuTrop (Simon Husson), BioQuip (Celia Whitman), LIPI (Dr Rosichon Ubaidillah and Dr Djunijanti Peggie), The Maryland Entomological Society (Fred Paras, Phil Kean and Eugene Scarpulla), German Academic Exchange Service (DAAD), Dr Matthias Waltert, Laura D'Arcy, Dr Irendra Radjawali and Emeline, Indonesian Ministry of Science and Technology and the Indonesian Department of Forestry, Jaringan Kerja Permetaan Partisipatif (JKPP Palangkaraya), Yayasan Tambuhak Sinta (Horma), Institute Pertanian Bogor (Pak Sadiwibowo), Pak Bani, Ibu Bani, Ibu Rita, Ibu Yetti, Pak Hadi, Marie Hammard, Nick Brickle, WWF Palangkaraya (Pak Ambang), Waldhofschule in Templin, Pak Sion, Pak Jaya, Pak Cali, Royal Geographical Society (Shane Winser), Steve Oliver, Dr David Chivers, Rupert Ridgeway, Stephen Edwards, Dr Gregory Ball, Lindy Thompson, Dr Konstans Wells, Dr Erik Meijaard, Professor Shukor Md. Nor, Andy Royle, Dr Jay Malcolm, Dr Robert Anthony, Dr Robert Parmenter, and Dr Eric Rexstad, Professor Dankmar Bӧhning, Dr Murray Efford, Dr David Borchers, Professor Steve Buckland, and Dr Paul M. Lukacs. Of course we would like to thank those who joined our research: Leni Mentari Dewi, Suparjan, Junaidi Shalat, Andhi Suncoko, Iis Sabahudin, Deny Doang, Erisa Maranata Murray, Laurio Leonald, Edwin Hermawan, Mila Rahmania, Muhammad Saputra (Yunus), Juli Setiawan, Kursani. Kami berutang budi dan sangat berterima kasih kepada masyarakat desa Tumbang Tujang dan Kalasin karena tanpa dukungan mereka penelitian ini tidak mungkin dilaksanakan. Anda membuat kami merasa seperti di rumah sendiri dan menjadi kami bagi dari keluarga dan kerabat Anda.
Sponsor kami:
M. Zrust
"BioQuip Products bergembira telah menjadi bagain dari ekspedisi BRINCC dengan memberi dukungan peralatan untuk koleksi dan buku-buku. Sebagai salah satu pembuat peralatan entomologi terkemuka BioQuip bertekad untuk memajukan studi serangga dengan menyediakan produk, buku dan pelayanan pelanggan yang bermutu selama 64 tahun " “LED Lenser berbangga telah mendukung ekspedisi penting ini ke dataran tinggi di Kalimantan. Ekspedisi yang berat seperti ini berhak mendapatkan peralatan tercanggi dan oleh karenanya LED Lenser torches akan ikut dalam perjalanan ini. LED Lenser –teknologi terbaik di dunia di dunia senter terbaik” “Heightec’s rope access equipment sangat penting dalam pekerjaan survey mamalia kecil oleh ekspedisi BRINCC. Peralatan mutakhir akan memungkinkan tim biologi untuk menjangkau tajuk-tajuk pohon dengan peralatan yang aman, dapat dipercaya dan bertahan di hutan rimba”
74
75
THANK YOU!
CONTACT US
[email protected] OUR BLOG
ON TWITTER
http://brinccexpedition.blogspot.com http://twitter.com/BRINCCexped
ON FACEBOOK Search “BRINCC Expedition”
OUR SUPPORTERS AND SPONSORS
www.brinccexpedition.org 75