PRE PLANING PENYULUHAN HIPERTENSI DAN TERAPI HUMOR PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI RW XIV PUSKESMAS NANGGALO – PADANG
A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup yang ditandai dengan banyaknya lanjut usia (lansia) yang hidup di tahun 2000 sebanyak 9,99 % dari 22.277.700 jiwa penduduk Indonesia dan diperkirakannya umur harapan hidup tersebut akan meningkat pada tahun 2020 bagi kelompok umur 65 – 70 tahun menjadi 11,09 % dari 29.120.000 jiwa penduduk Indonesia. Sesuai dengan program pemerintah yang menetapkan umur harapan hidup yaitu 65 tahun diharapkan lansia dapat tetap mempertahankan kesehatannya agar tetap produktif dalam kehidupannya. Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif ) (Nugroho, 2000). Menurut (Applegate, 2002) terapi yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan pada penderita hipertensi yang berusia lanjut adalah terapi nonfarmakologis, yaitu dengan mengadopsi gaya hidup sehat, salah satunya yaitu dengan aerobik. Namun karena keterbatasan fisik yang dimiliki, kebanyakan lansia mengatasi tingginya tekanan darah dengan terapi farmakologis dan dengan banyak beristirahat saja. Padahal terapi farmakologis tidak dianjurkan bagi lansia karena efek polifarmasi, sementara dari penelitian ini dengan beristirahat saja ternyata tidak mampu merubah tekanan darah lansia. Di zaman modern ini, biaya pengobatan menjadi sangat mahal, apalagi untuk penyakit yang berhubungan dengan stress, seperti penyakit jantung dan hipertensi. Sebuah pengobatan yang direkomendasikan untuk lansia, yang mudah Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
1
serta dapat menghemat pengelaran biaya medis dan memperkuat sistem kekebalan, serta yang memainkan peranan penting dalam pencegahan sejumlah besar penyakit adalah dengan tertawa (Kataria, 2004). Dari Pengkajian terhadap lansia yang ada di RW XIV Puskesmas Nanggalo terdapat
kurang lebih 50% diantaranya mempunyai penyakit
hipertensi. Sehubungan dengan permasalahan diatas maka kami kelompok P Praktek Profesi Keperawatan Gerontik PSIK FK UNAND tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang hipertensi dan terapi humor yang berguna untuk menambah pengetahuan lansia tentang manfaat dan pelaksanaan terapi humor terhadap penurunan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mengetahui perawatan hipertensi. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan lansia mampu:
Menyebutkan pengertian penyakit hipertensi.
Mampu menyebutkan klasifikasi hipertensi.
Menyebutkan penyebab dari hipertensi.
Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi.
Menyebutkan akibat lanjut hipertensi
Menyebutkan cara perawatan hipertensi (terapi humor)
Menyebutkan pengertian terapi humor
Menyebutkan kelebihan terapi
Menyebutkan manfaat dari terapi humor (tertawa)
Mampu menyebutkan bagaimana tertawa menjadi sebuah terapi
Menyebutkan kontraindikasi dari terapi humor
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
2
B. Pelaksanaan Kegiatan 1. Topik Perawatan lansia dengan hipertensi. 2. Sasaran dan Target Sasaran
: Seluruh lansia yang ada di RW XIV Puskesmas Nanggalo Padang
3. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
4. Media dan alat
LCD atau Flip chart
Leaflet
5. Waktu dan Tempat Hari/tanggal
: Jum’at / 11 Maret 2011
Waktu
: 09.00 WIB s.d
Tempat
:
6. Pengorganisasian 1.
Penanggung Jawab
: Kelompok P
2.
Moderator
: Rifqa Sopia, S.Kep
3.
Pemateri
: Irma Pidora, S.Kep
4. Observer
: Muryati, S.Kep, Friska Wulandari, S. Kep, Teguh Kurniawan,S. Kep
5.
Fasilitator
:Dewi,S. Kep, Lila Prima Setia,S. Kep, Liska Putri Yendra,S. Kep, Replindawati,S. Kep, Deko Handoko,S. Kep, Andria Eko Putra,S. Kep, Pitri Yanti,
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
3
S. Kep, Suwarni,S. Kep, Yeni Fitria,S. Kep, Baihaki,S. Kep
7. Setting Tempat
Keterangan : : Pembimbing : Pemateri : Moderator : Peserta : Fasilitator dan observer
C. Kegiatan Penyuluhan No. Waktu 1.
2.
Kegiatan Penyuluhan
5 menit Pembukaan - Perkenalan mahasiswa - Perkenalan dengan Dosen / CI - Menjelaskan tujuan - Menjelaskan kontrak waktu 30 menit Pelaksanaan - Menggali kepada peserta tentang pengertian hipertensi - Memberikan reinforcement positif atas jawaban peserta
Kegiatan Peserta - Memperhatikan - Memperhatikan - Memperhatikan - Memperhatikan - Memberikan tanggapan - Mendengarkan
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
4
- Menjelaskan tentang pengertian hipertensi. - Memotivasi untuk mengulang kembali - Memberi reinforcement positif - Menggali pengetahuan peserta tentang klasifikasi hipertensi - Memberi reinforcement positif - Menjelaskan tentang klasifikasi hipertensi - Memotivasi peserta untuk mengulang kembali - Memberi reinforcement positif - Menggali pengetahuan peserta tentang penyebab hipertensi - Memberikan reinforcement positif atas jawaban peserta - Menjelaskan penyebab hipertensi. - Memotivasi peserta untuk mengulang kembali - Memberi reinforcement positif - Menggali pengetahuan peserta tentang tanda dan gejala hipertensi - Memberikan reinforcement positif atas jawaban peserta - Menjelaskan tanda / gejala hipertensi - Memotivasi peserta untuk mengulang kembali - Memberi reinforcement positif - Menggali pengetahuan peserta tentang akibat lanjut hipertensi - Memberi reinforcement positif - Menjelaskan tentang akibat lanjut dari hipertensi. - Memotivasi peserta untuk mengulang kembali - Memberi reinforcement positif - Menggali pengetahuan peserta tentang cara perawatan lansia dengan hipertensi - Memberikan reinforcement positif atas jawaban peserta - Menjelaskan lebih lanjut tentang
- Memperhatikan - Memperhatikan - Mendengarkan - Memberikan tanggapan - Mendengarkan - Memperhatikan - Memberikan tanggapan - Mendengarkan - Memberikan tanggapan - Mendengarkan - Memperhatikan - Memberikan tanggapan -Mendengarkan - memberikan tanggapan -Mendengarkan - Memperhatikan - Memberikan tanggapan - Mendengarkan -Memberikan tanggapan -Mendengarkan -Memperhatikan -Memberikan tanggapan - Mendengarkan - Memberikan tanggapan
-Mendengarkan -Memperhatikan
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
5
3.
cara perawatan lansia dengan hipertensi. - Memotivasi peserta untuk mengulang kembali - Memberi reinforcement positif - Menggali pengetahuan peserta tentang terapi humor - Memberi reinforcement positif - Menjelaskan tentang terapi humor dan manfaatnya - Motivasi peserta untuk mengulangi kembali - Beri reinforcement positif atas jawaban peserta - Menggali pengetahuan peserta tentang kelebihan terapi humor - Memberi reinforcement positif - Menjelaskan kepada peserta tentang kelebihan dari terapi humor dan yang tidak boleh dianjurkan ikut terapi humor - Motivasi peserta untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan - Beri reinforcement positif atas jawaban peserta - Memperlihatkan salah satu contoh atau video terapi humor 5 menit Penutup - Menyimpulkan diskusi - Melakukan evaluasi - Mengucapkan salam
-Memberikan tanggapan -Mendengarkan -Memberikan tanggapan -Mendengarkan -Memperhatikan -Memberikan tanggapan -Mendengarkan -Memberikan tanggapan -Mendengarkan -Memperhatikan
-Memberikan tanggapan
-Mendengarkan -Memperhatikan
- Berpartisipasi - Menjawab pertanyaan - Menjawab salam
D. Uraian Tugas 1. Penanggung Jawab Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan. 2. Moderator Membuka acara Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing Menjelaskan tujuan dan topik Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
6
Menjelaskan kontrak waktu Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri Mengarahkan alur diskusi Memimpin jalannya diskusi Menutup acara 3. Pemateri Mempresentasikan materi untuk penyuluhan. 4. Fasilitator
Memotivasi lansia untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari lansia.
5. Observer Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
E. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi Struktur
Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan.
100 % peserta menghadiri penyuluhan.
Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
70 % peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan hipertensi.
85 % peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Menyebutkan pengertian penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri.
Mampu menyebutkan klasifikasi hipertensi.
Menyebutkan 5 dari 8 penyebab dari hipertensi.
Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala hipertensi.
Menyebutkan 2 dari 3 akibat lanjut hipertensi
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
7
Menyebutkan 4 dari 7 cara perawatan lansia dengan hipertensi
Menyebutkan 3 dari 5 manfaat terapi humor
Menyebutkan 3dari 5 kelebihan dari terapi humor
Menyebutkan 6 dari 9 yang tidak dianjurkan ikut terapi humor
.
Padang, 03 Maret 2011
Mengetahui, Pembimbing Akademik
(Gusti Sumarsih, S.Kp)
Ketua Kelompok
(Teguh
Kurniawan,
S.Kep)
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
8
Materi Penyuluhan
HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau sering dikenal dengan ” Silent Killer” adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari normal. Dimana tekanan darah normal antara 140/90 mmHg Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal. 2. Klasifikasi - Hipertensi ringan Sistole 140-160, diastole 90-95 mmHg - Hipertensi Sedang Sistole 160-179, diastole 100-109 mmHg - Hipertensi Berat Sistole , ≥180, diastole ≥110 mmHg
3. Penyebab Penyebab hipertensi 90% tidak diketahui dengan pasti, tetapi biasanya dipengaruhi oleh:
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
9
1. Keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. orang tuanya menderita tekanan darah tinggi akan beresiko dua kali lipat menderita penyakit yang sama. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Seseorang dengan orangtua penderita hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga denga riwayat hipertensi. 2. Kegemukan Umumnya akan berdampak pada hiperinsulinemia sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Berat Badan yang berlebihan akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas, jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan badan berlebihan dari tubuh tersebut, karena itu obesitas termasuk salah satu faktor yang meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi 3. Kebiasaan merokok Zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat merusak sel endotel pembuluh darah sehingga terjadi jejas dalam pembuluh darah, yang akan meningkatkan tahanan perifer dan menyebabkan Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
10
naiknya tekanan darah. Hipertensi juga dapat terjadi karena adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah. 4. Memakan makanan yang banyak mengandung tinggi garam, kolesterol dan lemak Makanan tinggi lemak jenuh, garam dan kolesterol sangat beresiko tinggi terjadinya aterosklerosis yang merupakan pemicu meningkatnya tekanan darah. Garam berhubungan berat dengan terjadinya tekanan darah tinggi (hipertensi). Menurut Graham Mc.Gregor dari Cash dalam Wiryowidagdo (2008) menyatakan bahwa tingginya kadar garam di dalam cairan tubuh akan mempengaruhi fungsi organ tubuh yang lain atau otak, kadar garam yang berlebihan menyebabkan
melebarnya
pembuluh
darah
sehingga
dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan terjadilah stroke dan hipertensi serta Penyakit Jantung Koroner (PJK) . Selain garam, lemak dan kolesterol apabila dikonsumsi secara berlebihan juga dapat menyebabkan hipertensi karena dapat terjadi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
11
Contoh makanan tinggi lemak : jeroan (hati, otak, ginjal), selai, makanan tinggi garam ( ikan asin, telur asin, mentega atau margarin) 5. Stress Stres adalah respon seseorang terhadap sesuatu hal yang menyebabkan stres (stresor) yang melibatkan semua sistem tubuh, termasuk sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah. 6. Sakit gula/kencing manis 7. Sakit ginjal
4. Tanda dan Gejala Sebagian besar (lebih 60%) penderita hipertensi tidak mengeluh namun tanda dan gejala umum yang sering ditemukan, yaitu: 1. Sakit kepala 2. Rasa berat di tengkuk 3. Mudah emosi/marah 4. Jantung berdebar-debar 5. Sesak napas 6. Keletihan 7. Mata berkunang-kunang 8. Sukar tidur
5. PATOFISIOLOGI Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
12
1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll 2. Produksi
berlebihan
hormon
yang
menahan
natrium
dan
vasokonstriktor 3. Asupan natrium (garam) berlebihan 4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium 5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron 6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik 7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal 8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal 9. Diabetes mellitus 10. Resistensi insulin 11. Obesitas 12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors 13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular 14. Berubahnya transpor ion dalam sel
6. Akibat Lanjut 1. Payah Jantung Sesak nafas setelah bekerja atau melakukan kegiatan, lekas lelah, kaki bengkak, lama kelamaan akan menyebabkan penurunan curah jantung 2. Stroke Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
13
Gangguan peredaran darah di otak 3. Penyakit Ginjal Gangguan saluran kencing dan lain-lain
7. Cara Perawatan Lansia dengan Hipertensi 1. Pengaturan makanan a. Mengurangi makanan yang bergaram tinggi seperti ikan asin, makanan kaleng, keju dan lain-lain b. Mengurangi makanan yang berlemak seperti gajeboh, usus, hati, jantung, otak, serta makanan yang bersantan 2. Olahraga ringan Dengan olahraga teratur dapat meningkatkan kebugaran tubuh, seperti jalan kaki, bersepeda santai dan lain-lain 3. Berhenti merokok 4. Istirahat yang cukup 5. Menghindari minuman beralkohol 6. Mengendalikan berat badan 7. Periksakan kesehatan secara teratur ke pelayanan kesehatan
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
14
TERAPI HUMOR (TERTAWA)
1. Defenisi Terapi Humor (Tertawa) Tertawa
merupakan
aksi
tubuh
secara
ritmis,
bersuara,
ekspiratoris, dan involunter sebagai respon fisiologis terhadap krisis (humor) (Rikara, 2007). Tertawa terdiri atas dua bagian: pertama adalah serangkaian gerak, dan kedua adalah pengeluaran suara. Pada saat tertawa, otak secara simultan akan memerintahkan untuk melakukan kedua aktivitas tersebut (Korantempo, 2005) Terapi humor (tertawa) Terapi humor adalah metode terapi dengan menggunakan humor dan tawa dalam rangka membantu individu dalam menyelesaikan masalahnya baik dalam bentuk gangguan fisik maupun mental (Wells, K.R, 2005) Pemberian stimulus humor dalam pelaksanaan terapi diperlukan karena beberapa individu mengalami kesulitan untuk memulai tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Stimulus humor yang dimaksud dapat diberikan melalui berbagai bentuk media, seperti VCD, notes, badut dan komik (Wells, K.R, 2005) Apabila humor diberikan sebagai satu-satunya stimulus untuk menghasilkan tawa, dalam setting terapi akan disebut sebagai terapi humor, namun jika dikombinasikan dengan hal-hal dalam rangka untuk menciptakan tawa alami (misalnya dengan yoga atau meditasi) maka akan disebut sebagai terapi tertawa (hartanti, 2002). Karena itu untuk dapat menerapkan terapi tertawa maka diperlukan seorang terapis yang telah mempunyai pemahaman yang tepat dan mendapatkan pelatihan dari klub tawa internasional (Kataria, 2004). Sedangkan terapi humor tidak membutuhkan hal tersebut.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
15
Ada cukup banyak data dari penelitian medis yang menunjukan bahwa kendati seseorang hanya berpura-pura tertawa atau bersikap gembira, tubuh telah menghasilkan zat-zat kebahagiaan. Menurut prinsip Neurolinguistic Programming apapun yang terkait dengan usaha memunculkan tawa, baik itu tertawa spontan karena lelucon maupun merangsang tawa dengan sukarela, hal tersebut tetap merupakan suatu bentuk latihan. Tubuh kita tidak mengetahui perbedaan antara berfikir mengenai melakukan sesuatu dengan benar-benar melakukannya. Maka apapun sumbernya, tertawa menimbulkan serangkaian perubahan fisiologis yang sama di dalam tubuh kita (Kataria, 2004)
2. Kelebihan terapi humor (Atika, 2005) 1. Terapi humor merupakan terapi yang tidak membutuhkan banyak peralatan. Terapi ini dapat dilakukan dengan menggunakan media VCD, majalah, televisi, atau tidak menggunakan peralatan sama sekali, yaitu dengan saling berbagi cerita lucu dengan orang lain. 2. Terapi humor tidak memiliki batasan ruang dan waktu dalam pelaksanaanya. Ini dapat diterapkan di kamar, kelas maupun di ruang terbuka. 3. Terapi humor tidak menuntut kehadiran seorang terapis professional dan dapat diterapkan secara mandiri oleh individu atau kelompok yang menginginkanya. 4. Terapi humor dapat dilakukan dalam kelompok maupun individual. Namun untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak, biasanya cenderung dilakukan dalam kelompok kecil. 5. Tidak ada ketentuan dalam materi yang digunakan sebagai stimulus humor. Masing-masing individu bebas memilih jenis humor sesuai dengan minat dan keinginannya.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
16
3 . Apa yang terjadi pada tubuh saat tertawa Pada saat tertawa terjadi kontraksi 15 otot wajah dan terjadi stimulasi otot zygomatikus mayor. Apabila tertawa lebih keras, beberapa bagian tubuh seperti otot-otot lengan , tungkai dan penyangga tubuh akan ikut terlibat (Rikara, 2007). Apabila tertawa merupakan harmonisasi 15 otot wajah yang dapat ikut menghambat proses pengerutan wajah pada usia lanjut, tertawa juga memberikan latihan ringan bagi tubuh, karena otot dilatih berdenyut di atas rata-rata, khususnya otot-otot wajah sebagai pelaku utama tertawa. 4. Manfaat tertawa Tawa mempunyai sebuah mekanisme bawaan yang mendorong dua langkah stimulasi dan relaksasi karena pelepasan zat-zat adrenalin dan noradrenalin. Hal ini menciptakan perasaan sejahtera dengan menghilangkan stress dan ketegangan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Tawa mengurangi kecemasan, ketegangan dan depresi. Dengan demikian, tawa membantu meringankan berbagai penyakit serius, seperti tekanan darah tinggi, sakit jantung, diabetes, dan sebagainya, di mana kecemasan dan ketegangan sebagai pemicunya (kataria, 2004) Tawa juga memicu pelepasan catecholamine, yang merupakan zat yang dapat melancarkan aliran darah, mengurangi infeksi, mempercepat proses penyembuhan, dan meningkatkan keaktifan seluruh tubuh. Dengan demikian tawa akan membantu mengurangi radang sendi, radang tulang belakang, radang jaringan ikat, dan penyakit infeksi lainnya ( Kataria, 2004) Selain itu, tawa juga melepaskan dua neuropeptide yaitu Endorphin dan Enkephalin. Keduanya zat penenang yang merupakan agen penghilang rasa sakit yang secara alami dihasilkan oleh tubuh. Kemampuan tawa meredakan ketegangan otot dan menenangkan sistim saraf sympathetic, juga membantu mengendalikan rasa sakit seperti Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
17
halnya peningkatan sirkulasi. Dengan demikian tawa berdampak ganda sebagai penghilang rasa sakit dalam kondisi radang sendi, radang tulang belakang, dan sebagainya ( Kataria, 2004) 5. Bagaimana tertawa bisa menurunkan hipertensi?? Tawa adalah kombinasi tarikan dan hembusan nafas panjang, yang memberikan pertukaran udara yang bagus. Pergantian ini akan memperkaya darah dengan oksigen serta membersihkan organ respirasi. Dengan demikian tawa meningkatkan kapasitas vital dan oksidari paru (kataria, 2004). Nafas kuat juga ikut melatih otot jantung dan memperbaiki sirkualsi darah serta mempercepat aliran oksigen dan nutrisi. Artinya dengan bernafas kuat, kontraksi otot jantung akan lebih terlatih dalam hal irama ritmik otomatisnya, sehingga aliran darah menjadi lebih baik. Darah dalam pembuluh akan lebih cepat mengangkut oksigen dan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya ke seluruh tubuh serta memperbaiki fungsi nutrisi sirkulasi tubuh (Wells, K.R, 2005) 6. Cara menjadikan tertawa menjadi sebuah terapi Stimulus humor yang dimaksud dapat diberikan melalui berbagai bentuk media, seperti VCD atau video lucu, notes, badut dan komik (Wells, K.R, 2005). Terserah dilakukan dan distimulus dengan cara apa, 30 menit tertawa akan menimbulkan efek terapi bagi tubuh anda. 7. Kontraindikasi Terapi humor tidak dapat diterapkan pada individu dengan beberapa gangguan kesehatan, seperti hernia, wasir parah, penyakit jantung dengan sesak nafas, pasca operasi, peranakan turun, kehamilan, serangan flu, TBC, dan komplikasi mata (Kataria, 2004). Hal ini dikarenakan
produksi tawa dikhawatirkan akan mengganggu proses
penyembuhan serta dapat menularkan beberapa penyakit tertentu bila dilakukan dalam kelompok. Namun, kekurangan ini dapat dikendalikan jika individu yang bergabung dapat menguasai dirinya sendiri, sehingga Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
18
tidak melakukan aktivitas tertawa yang berlebihan selama sesi terapi berlangsung.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sjaifoellah Noer. (1996). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: FKUI
Wahyudi Nugroho. (2000). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Dianloka. Yogyakarta. Beevers,DG. Prof. 2002. Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah . Dian Rakyat. Jakarta. Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. EGC. Jakarta. Dalimarta, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar plus. Jakarta. Eharmayaku. 2008. Penatalaksanaan Hipertensi Terkini. Http://www. Blogspot. Com.
Dewi, Lila, Liska, Rifqa, Rep, Irma, Friska, Muryati, Pitri, Yeni, Arny, Deko, Andria, Teguh, Baihaki.
20