Praktek Komunikasi Antar Budaya Para... Rusdi Muchtar
PRAKTEK KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PARA PERANTAU MINANGKABAU DI JAKARTA (KAJIAN BUKU) PRACTICES OF INTERCULTURAL COMMUNICATION AMONG MINANGKABAU MIGRANTS IN JAKARTA (BOOK STUDIES) Rusdi Muchtar Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK), LIPI, Jakarta Gd. Widya Graha Lt. VI & IX, Jalan Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta; Hp. 085883380344 Email:
[email protected] ABSTRACT
Minangkabau people are well known as one of imigrants ethnics in Indonesia. They migrate to all over the country and also to overseas such as to Malaysia. This discussion is on how Minangkabau people make decision why they leave their country for migrating to other region in as well as out of the nation. This paper will stress on th process of migration and the communicatioon strategy makes by the migrants in order to adjust and live with other ethnics/cultures where they stay. Minangkabau is sociable people, they can communicate with other people from other cultures easily. Keywords : Minangkabau, Migration process, Communication strategy. ABSTRAK
Orang Minangkabau terkenal sebagai salah satu suku bangsa yang suka bermigrasi dari dulu. Mereka merantau ke seluruh wilayah Nusantara dan juga ke luar negeri seperti ke Malaysia. Makalah ini membahas tentang bagaimana orang Minangkabau mengambil keputusan kenapa mereka meninggalkan daerah asalnya untuk bermigrasi keluar daerah mereka. Pembahasan dalam tulisan ini akan menekankan proses migrasi dan strategi komunikasi antar budaya di tempat tujuan dalam rangka mereka menyesuaikan diri dengan orang orang dari suku bangsa/budaya di tempat mereka tinggal. Orang Minangkabau adalah penduduk yang mudah bergaul dan mereka bisa berkomunikasi dengan orang dari suku bangsa lain secara mudah Kata Kunci : Minangkabau, Proses migrasi, Strategi komunikasi
I.
PENDAHULUAN
Pada zaman penjajahan Belanda banyak
Minangkabau tidak bisa dilepaskan dari tradisi
pemuda Minang yang melakukan migrasi /
merantau (migrasi). Sejak zaman dulu orang
bepergian ke luar daerah, terutama ke pusat-pusat
Minang sudah terbiasa bepergian keluar daerahnya.
pendidikan di pulau Jawa. Itu menunjukkan bahwa
Sebutan wilayah
rantau dalam tambo Minang,
bepergian ke wilayah luar mempunyai arti untuk
mempunyai konotasi bahwa secara berakar, mereka
memajukan kehidupan melalui bidang pendidikan.
sudah memiliki wilayah luar untuk didatangi,
Kita masih ingat bahwa yang memonopoli
sementara ataupun selamanya. Adanya belahan
penulisan
orang Minang di wilayah luar Minangkabau, seperti
sastra di awal abad ke 20, yang terkenal dengan
di Riau, Jambi, Kepulauan Riau sampai ke
sebutan angkatan Balai Pustaka, adalah penulis-
Malaysia,
penulis
menunjukkan
dinamika
merantau
yang
kebanyakan
berasal
dari
Minangkabau. Disamping itu banyak pula tokoh
memang sudah terjadi dari dulu.
pergrakan 251
kemerdekaan
yang
berasal
dari
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 251-259
Minangkabau dan masih menjadi mahasiswa di
yang didatanginya. Komunikasi antar budaya
berbagai perguruan tinggi di berbagai kota di
adalah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
Indonesia maupun di Negeri Belanda.
orang-orang
Banyak
pemuda
Minangkabau
yang
berbeda
latar
belakang
yang
budaya/tradisi, adat istiadat. Dalam berhubungan
pusat
dengan orang yang berbeda budaya, maka pasti
pendidikan seperti ke Jakarta, Yogyakarta. Bahkan
akan terjadi berbagai salah pengertian, salah tafsir
banyak juga yang melanjutkan pendidikan ke
maupun stereotyping. Cuma posisi perantau dalam
Belanda, yang waktu itu masih merupakan satu
berhadapan dengan penduduk yang didatangi itu
kesatuan administrasi pemerintahan, walaupun
berada dalam kondisi yang tergantung. Sehingga
tempat negara itu jauh di Eropa. Tokoh tokoh
upaya untuk meoleh para perantau nyesuaikan diri
Minangkabau yang terkenal (disemua lapangan)
secara aktif harus dilakukan.
melanjutkan pendidikan ke berbagai
dari dulu sejak Moh Hatta, H Agus Salim, Muh
Tulisan ini terbagi dalam tiga bagian, sesuai
Yamin, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Nur St Iskandar,
dengan analisis proses migrasi/merantau, yang
sampai Chairul Saleh, Emil Salim, Hasyim Ning,
terbagi
Arwin Rasyid dll adalah perantau Minang.
tahap migrasi fisik dan tahap immigrasi. Tahap
Tradisi
merantau
mereka
emigrasi adalah proses awal penyebab orang untuk
tinggal di
meninggalkan temmpat asal menuju ke daerah
lingkunggan masyarakat yang bukan Minangkabau.
perantauan. Pada tahap ini ada dua hal yg biasa
Karena itu para perantau Minang itu harus
penyebab orang meninggalkan daerah asal, yaitu
melakukan strategi komunikasi antar budaya
faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor
dengan masyarakat yang didatangi. Ungkapan:
faktor penarik (pull factors). Tahap migrasi fisik
“Kalau buyuang pai marantau, ibu cari dunsanak
adalah suatu proses ketika orang orang melakukan
cari, induak samang cari dahulu”. Ini mempunyai
perjalanan dari daerah asal ke daerah tujuan
konotasi bahwa si perantau harus berusaha
migrasi/rantau . Sedangkan tahapan ketiga disebut
melakukan pendekatan dengan penduduk yang
proses imigrasi, yaitu
didatangi. Mereka itu bisa dijadikan orangtua
perantau tinggal di daerah tujuan migrasi, dan
angkat, maupun sebagai orang yang bisa dijadikan
melakukan proses penyesuaian diri atau adjustment,
tempat bekerja atau dijadikan semacam ‘bos’, yang
pengenalan, dan sosialisasi dan enkulturasi dengan
bisa memberikan pengetahuan berdagang atau
penduduk yang didatangi. Strategi komunikasi antar
sebagai orang yang bisa mngayomi mereka.
budaya akan diberlakukan oleh para perantau dalam
perantau mau
menyebabkan
dalam tiga tahap, yaitu tahap emigrasi,
tidak mau
harus
Dalam rangka melihat bagaimana perantau
ketiga tahapan proses tersebut
Minang menyesuaikan diri dengan lingkungan,
II. PROSES EMIGRASI (ALASAN UNTUK BERANGKAT MERANTAU)
maka tulisan ini mencoba menggunakan konsep komunikasi
antar
budaya
suatu tahapan dimana
(intercultural
communication), yang dipakai oleh perantau
Mengapa sesorang itu membuat
Minang dalam berhadapan dengan orang orang
untuk
252
meninggalkan
tempat
keputusan
asal
untuk
Praktek Komunikasi Antar Budaya Para... Rusdi Muchtar
bermigrasi/merantau ke luar kampungnya. Ada
Adanya himbauan yang terkandung dalam
berbagai faktor yang membuat untuk meninggalkan
pantun ini menyebabkan upaya meninggalkan
tempat
dan
kampuang menjadi suatu keharusan, ditambah lagi
kependudukan ada dua faktor yang menyebabkan
dengan faktor lain , seperti terbatasnya sumberdaya
orang pergi merantau. Faktor pertama adalah yang
alam, pertambahan penduduk. Faktor Perang Paderi
disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi di dalam
pada abad ke 19 dan PRRI pada abad ke 20, juga
kampuangnya. Ini dikenal sebagai faktor pendorong
merupakan faktor pendorong banyak penduduk
(push factors). Sedangkan penyebab lain orang
meninggalkan darah asalnya. Peristiwa G30S juga
meninggalkan kampungnya adalah juga karena ada
mendorong banyak pemuda Minang meninggalkan
berbagai faktor dari luar yang merupakan penarik
tempat asal mereka.
asalnya.
Dalam
ilmu
sosiologi
(full factors).
Sementara itu dengan meningkatnya kemauan
Minangkabau
sebagai
masyarakat
untuk menambah pendidikan dan pengetahuan,
matrilineal, dimana posisi kaum perrempuan
banyak penduduk mempunyai keinginan untuk
merupakan pusat kehidupan bermasyarakat. Dalam
pergi ke tempat ada lembaga pendidikan, baik
tradisi
kepada
dalam negeri (kota kota besar, di Jawa dan
sebagai
Sumatera, Malaysia, bahkan ke negeri Arab).
Minagkabau
ibu/perempuann,
yang
kaum
suatu
mengacu
lelaki
hanya
pelengkap. Ada beberapa faktor pendorong (push factors)
kenapa
banyak
ada berbagai macam, antara lain bayangan tentang
merantau. Faktor itu antara lain faktor budaya,
kehidupan kota yang gemerlapan, adanya lembaga
faktor ekonomi, dan faktor perang. Sedangkan
pendidikan di berbagai kota besar seperti Jakarta,
faktor yang menarik (pull factors) antara lain
Yogyakarta, Bandung, Medan dan lainnya. Ada
migran
berbagai
juga yang punya kerabat dan saudara yang selalu
kehidupan di luar daerah, dampak pulang basamo,
memberikan berbagai cerita tentang kehidupan
media massa dan media sosial.
kota.
yang
penduduk
lama,
cerita
Minang
Faktor yang menarik (push factors) yang ini
tentang
Kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi di
Bayangan tentang kehidupan kota kota dengan
daerah asal, sangat penting kenapa banyak orang
berbagai sisi fisik maupun penduduk kota adalah
laki-laki
kampung
daya tarik yang sudah klasik dalam studi migrasi,
dimana
Kota dengan berbagai fasilitas kota, mempunyai
perempuann lebih dominan dalam kehidupan sosial
daya tarik khusus bagi para migran. Lampu lampu
ekonomi dan budaya menyebabkan banyak laki2
kota yang terang benderang di malam hari
harus meninggalkan daerahnya. Secara tradisi,
merupakan daya tarik sendiri. Fasilitas kota seperti
adanya semacam kewajiban bagi laki2 untuk
jalan jalan yang beraspal, gedung dan toko-toko,
merantau terekam dalam pantun Minang yang
bangunan-bangunan dan tempat rekreasi juga
terkenal: “Karatau madang diulu, babuah babungo
memiliki daya tarik bagi penduduk desa. Gambaran
balun, marantau bujang dahulu, dirumah paguno
tentang kota juga terlukis dalam media massa,
balun”.
terutama dewasa ini adalah televisi, koran dan lain-
Minang
halamannya.
meninggalkan
Tradisi
matrilineal
253
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 251-259
lain. Disamping itu dewasa ini dengan makin
kampung halaman menuju wilayah rantau, mereka
majunya teknologi informasi, maka penggunaan
pasti akan berada dalam budaya dan suasana yang
media sosial juga mempermudah orang untuk
sangat berbeda dengan yang biasa mereka alami di
mengenal kondisi fisik dan masyarakat daerah lain
kampung.
bagi penduduk yang tinggal di desa. Media sosial
III. PROSES MIGRASI FISIK
sebagai aplikasi dari internet, seperti website, facebook,
twitter
dan
lain-lain,
Proses kedua dalam melakukan tindakan
telah
migrasi/merantau addalah proses migrasi fisik,
menyumbangkan informasi kehidupan nurbban
yaitu perjalanan yang dilakukan dari kampung
pada masyarakat pedesaan, di Minangkabau.
menuju daerah tujuan rantau. Jalan menuju ke
Banyaknya kerabat mereka yang merantau di
perantauan ada berbagai cara, ada yang pergi
berbagai kota/daerah lain, selalu mengsupplai
langsung
informasi tentang berbagai informasi kota kepada saudara-saudaranya
di
kampung
mengetahui
dengan
tujuan,
sudah ataupun
umumnya hanya mempunyai modal nekad dengan
(SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi). Media
dasar keinginan untuk meninggalkan kampung
sosial bisa menjelajahi tidak hanya lingkungan
mengadu nasib di negeri orang. Dengan modal
dalam negeri, tapi sampai ke mancanegara. Suatu
budaya yang mempunyai konotasi komunikasi antar
fenomena lain yang juga menjadi penarik warga
budaya, “ibu cari, dunsanak cari, induk semang cari
Minanng untuk merantau adalah melihat orang yang
dahulu”, maka mereka umumnya bertekad untuk
pulang berombongan (pulang basamo), atau pulang
bepergian dan nanti di daerah tujuan akan berusaha
sendiri pada waktu lebaran. Mereka datang dengan
mencari tempatan yang belum tentu juga orang
memperlihatkan keberhasilan usaha di perantauan,
sekampung, tetapi juga bisa dari etnis lain. Prinsip
antara lain tentunya dengan membawa kendaraan
dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, maka
sendiri, barang eksklusif, dll.
proses komunikasi antar budaya pada perantau
Adanya kekuatan pendorong (push factors)
minang diwaktu perjalanan menuju wilayah rantau
ditambah dengan kekuatan yang menarik (pull
berjalan tanpa hambatan psikologis.
factors) menyebabkan timbulnya keputusan untuk dan
daerah
karena
atau kenalan lain. Zaman dulu para calon perantau
lapisan masyarakat terutama mereka usia sekolah
asal
kondisi
tujuan,
di daerah tujuan, seperti kerabat, orang sekampuang
Media sosial sekarang sangat populer diseluruh
darah
daerah
mungkin sudah ada orang yang dikenal yang tinggal
menggunakan media sosial ini.
meninggalkan
ke
Perantau
melakukan
yang
mempunyai
cita-cita
melanjutkan pendidikan, biasanya sudah tahu
migrasi/merantau keluar kota.
tempat/kota tujuan yang akan didatangi. Sebagai
Komunikasi antar budaya yang terjadi dalam
contoh, penulis sendiri, waktu dulu setamat SMA di
proses awal sebelum berangkat meninggalkan
Payakumbuh tahun 1967, penulis sudah tahu tempat
kampuang (emograsi) ini terjadi dalam diri masing
untuk melanjutkan pendidikan dikota yang akan
masing calon perantau. Apa yang mereka rasakan
didatangi, yaitu Jakarta. (UI atau universitas lain),
ada;ah bahwa jika nanti akan meninggalkann
ditambah lagi dikota Jakarta sudah ada kerabat 254
Praktek Komunikasi Antar Budaya Para... Rusdi Muchtar
dekat yang tinggal untuk didatangi pertama. Maka
terjadi dalam perjalanan itu. Hubungan sosial
tompangan pertama tentu saja adalah kerabat itu.
dengan teman yang bukan berasal dari kampung
Sedangkan
yang sama akan tebentuk.
bagi
yang
tidak
punya
kerabat
tompangan yang mungkin bisa adalah teman2 atau
Data penduduk asal Minangkabau yang
orang sekampuang yang sudah lebih dahulu
tersebar di seluruh Indonesia seperti yang ada di
merantau.
dalam Wikipedia cukup besar.
Keberangkatan
ke
daerah
tujuan
rantau
sensus
2010,
jumlah
seluruh
Berdasarkan penduduk
dilakukan dengan berbagai moda angkutan. Dewasa
Minangkabau ada sekitar 8 juta, dimana 4 juta lebih
ini sudah banyak macam transportasi yang bisa
tinggal di Sumatera barat, sedangkan sisanya
digunakan untuk bepergian. Semua itu tersedia
berada diwilayah lain, seperti di propinsi-propinsi:
dalam berbagai tarif/ongkos. Dari yang paling
Riau (624 ribu);
murah naik bus umum, atau kendaraan sewa, kapal
Jakarta (305 ribu); Jawa Barat (202ribu); Jambi
laut sampai pesawat terbang para perantau bisa
(169ribu); Kep Riau (157ribu); Banten (86ribu);
bepergian. Dana untuk bepergian umumnya minim,
Bengkulu (74ribu); Sumatra Selatan (70ribu);
karena rata-rata modal nekad. Dengan ongkos yang
Lampung (69ribu)
paspasan itu, para perantau akan berusaha hidup
Dengan jumlah 300 ribu lebih orang Minangkabau
hemat selama diperjalanan.
di kota Jakarta, itu menunjukkan bahwa secara
Sumatera Utara (345ribbu); DKI
serta di Malaysia (548ribu).
Dewasa ini banyak juga perantau awal yang
demografi prosentasi Minangkabau di kota Jakarta
datang ke daerah tujuan tidak langsung menuju
cukup besar. Sedangkan dalam jumlah yang lebih
wilayah
dulu
sedikit tersebar di seluruh Indonesia. Secara teoritis
kekota/daerah, mungkin yang dekat-dekat dulu.
dan stereotypis, indikator keberadaan orang Minang
Tetapi dari sana mereka pindah ke daerah lain.
di suatu kota atau daerah tertentu di daerah lain
Penyebab hal itu terjadi, antara lain karena ingin
adalah adanya rumah makan Padang. Walaupun
melakukan pengalaman awal dulu, atau mungkin
rumah makan Padang itu dewasa ini tidak hanya
karena ada tempatan seperti kerabat atau teman di
dimiliki oleh orang Minang saja, tapi mayoritas
tempat kedatanga pertama. Setelah merasa diri
rumah makan padang dengan sistim manajemen
sudah cukup baik, maka mereka baru melanjutkan
yang khas itu pasti dimiliki oleh orang Minang. Ada
perjalanan ke kota/tempat tujuan yang mungkin
beberapa pendapat tentang rumah makan/restoran
sduah dicita citakan dari semula.
ini. Jika nama suatu restoran disebut Rumah makan
tujuan.
Tapi
mereka
pergi
Dengan siapa para perantau itu berangkat?
Minang, maka pemilik restoran itu umumnya adalah
Biasanya berangkat ke daerah tujuan migrasi
asli orang Minang. Tetapi bila ditulis dipapan nama
dengan teman/orang lain. Teman perjalanan juga
Rumah Makan Padang, maka restoran itu umumnya
bisa diperoleh pada waktu sudah berangkat. Jika
tidak milik orang Minang, tetapi orang dari etnis
berjalan dengan teman yang sama-sama ingin
lain, tapi masakan yang dijual adalah makan dengan
berangkat menuju ke daerah rantau, maka rasa aman
bumbu Minang.
akan semakin kuat. Komunikasi antar budaya akan
255
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 251-259
Proses imigrasi adalah suatu proses
para
pertama.Dalam hal ini kalau dirumah mereka
perantau tinggal dan menyesuaikan diri dengann
berbahasa Minang, keluarga terbentuk juga dengan
lingkungan setempat dimana dia datangi. Proses itu
pasangan orang Minang juga.
butuh waktu yang lama dan upaya yang harus serius. Dalam proses
Ungkapan ‘ibu cari sanak pun cari, induk
imigrasi, perantau harus
semang cari dahulu’, adalah suatu tradisi bahwa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial,
setiap perantau harus menncari tempatan dan kalau
lingkungan budaya dan lingkungan fisik, ditempat
bisa belajar untuk hidup dengan tempatan itu.
menetap.
Secara
Lingkungan sosial dan budaya tentu
logika
ini
proses
penyesuaian
dan
sudah pasti berbeda dengan kondisi didaerah asal.
pembelajaran (sosialisasi dan enkulturasi). Dan ini
Di kota besar seperti Jakarta, dan kota kota besar
biasa dilakukan oleh perantau pertama/generasi
lainnya seperti Medan, Bandung, Surabaya dan
pertama.
lain-lain, penduduknya sudah jelas dalam bentuk
Ciri
kedua
adalah
hubungan
melebur
multi budaya/etnis, dan multi profesi. Tingkah laku
(integratif)
dengan budaya setempat. Upaya ini
orang dalam bergaul sudah pasti berbeda pula.
antara lain dilakukan umpama kawin dengan
Sesuatu yang memudahkan orang Minang bergaul
perempuan lokal dan dirumah mereka sudah jarang
dengan orang-orang dari budaya lain adalah
menggunakan bahasa Minang, biasanya berbahasa
penggunaan bahasa dalam pergaulan sehari. Bahasa
Indonesia. Hal seperti ini dilakukan oleh perantau
Minang adalah merupakan dialek dalam bahasa
Minang generasi kedua dan seterusnya. Peleburan
Indonesia/Melayu. Bahasa Indonesia orang Minang
itu bisa terjadi karena mereka sudah menganggap
rmemudahkan mereka melakukan komunikasi
tempat yang mereka tinggali itu sudah mejadi
dengan warga dari etnis/budaya lain.
daerah asal juga. Generasi kedua dan seterusnya
Bahasa Indonesia yang diucapkan dengan lidah
biasanya sudah jarang berkontak dengan kampung
Minang itu bisa dimengerti oleh warga lain yang
asal. Apalagi kalau kerabat di kampung sudah tidak
bukan Minang. Interaksi yang terjalin di antara
lagi. Istilah merantau cino, mungkin cocok untuk
pendatang Minang dengan warga lain berjalan
hal seperti ini.
sangat mulus. Hal itu disebabkan orang Minang
Warga lain dalam brhubungan dengan orang
mudah bergaul dan mudah menyesuaikan diri
Minang biasanya memberikan stereotype tertentu
dengan warga lain.
dengan ethnic slur,
terhadap orang Minang,
Dalam proses immigrasi itu, ada dua hal yang
umpamanya orang Minang itu “pelit”; atau atau
mungkin bisa terwujud, pertama adalah bahwa
“padang bengkok”. Biasanya orang Minang dalam
dalam bergaul orang Minang hanya bersifat
menanggapi hal ini sebagai suatu lelucon saja.
akomodatif saja. Ini berarti warga Minang itu hanya
Sehingga mereka tidak sakit hati. Sebaliknya
menumpang hidup di daerah dimana mereka
pandangan orang Minang terhadap orng etnis lain
tinggal, sedangkan secara budaya mereka masi h
jarang dalam bentuk stereotype negatif. Hal itu bisa
dominan berbudaya Minang. Biasanya kondisi ini
dipahami karena mereka berada di wilayah yang
terjadi
bukan kampungnya. Sikap tahu diri, mudah bergaul,
pada
warga
Minang
yang
angkatan
256
Praktek Komunikasi Antar Budaya Para... Rusdi Muchtar
bisa menyesuaikan diri dengan cepat, menyebabkan
Data penduduk asal Minangkabau yang
komunikasi yng terjalin antara orang Minang
tersebar
di
seluruh
Indonesia
cukup
besar.
dengan penduduk lokal maupun pendatang lain
Berdasarkan
berjalan mulus.
penduduk Minangkabau ada sekitar 8 juta, dimana
BPS sensus 2010, jumlah seluruh
Apakah pernah ada konflik antara perantau
4 juta lebih tinggal di Sumatera barat, sedangkan
Minag dengan warga dari etnis lain. Mungkin juga
sisanya berada diwilayah lain, seperti di propinsi-
ada, karena bisa saja karena masalah dagang atau
propinsi:
pekerjaan. Tapi konflik yg sering terjadi justru
(345ribbu); DKI Jakarta (305 ribu); Jawa Barat
antara petrantau Minang yang mungkin terjadi
(202ribu); Jambi (169ribu); Kep Riau (157ribu);
karena kompetisi dalam berusaha atau pekerjaan.
Banten
Strategi komunikasi yang dijalankan perantau
Riau (624 ribu);
Sumatera Utara
(86ribu); Bengkulu (74ribu); Sumatra
Selatan (70ribu); Lampung (69ribu)
serta di
Minang, cukup memberikan suatu hubungan yang
Malaysia (548ribu). Dengan jumlah 300 ribu lebih
baik diantara mereka dengan penduduk etnis
orang
setempat atau pendatang lain. Penyesuain diri
menunjukkan bahwa secara demografi prosentasi
dengan budaya dan masyarakat setempat bisa saja
Minangkabau
dalam bentuk bumbu masakan padang. Masakan
Sedangkan dalam jumlah yang lebih sedikit tersebar
Minang yang asli rata rata berasa pedas karena
di seluruh Indonesia. Secara teoritis dan stereotype
mengunakan cabe merah.
Ada kecenderungan
indikator keberadaan orang Minang di suatu kota
masakan minang di daerah tertentu sudah sangat
atau daerah tertentu di daerah lain adalah adanya
menyesuaikan dengan rasa setempat.
rumah makan Padang. Walaupun rumah makan
Minangkabau di
kota
di
kota
Jakarta
Jakarta, cukup
itu besar.
Hubungan perantau dengan kampung halaman
Padang itu dewasa ini tidak hanya dimiliki oleh
sebagian besar masih tetap terjalin. Acara pulang
orang Minang saja, tapi mayoritas rumah makan
basamo, setiap lebaran adalah menunjukan bahwa
padang dengan sistim manajmen yg khas itu pasti
ikatan kampung halaman masih kuat. Sumbangan
dimiliki oleh orang Minang. Ada beberapa pendapat
dana kepada sanak keluarga di kampung bagi
tentang rumah makan/restoran ini. Jika nama suatu
mereka yang sukses,juga merupakan indikator
restoran disebu Rumah makan Minang, maka
ikatan hubungan dengan
kampuang halaman.
pemilik restoran itu umumnya adalah asli orang
Hubungan emosional itu terjadi terutama bagi
Minang. Tetapi bila ditulis dipapan nama Rumah
petrantau generasi pertama. Sedangkan perantau
Makan Padang, maka restoran itu umumnya tidak
generasi kedua dan seterusnya, mugkin saja hubgn
milik orang Minang, tetapi orang dari etnis lain, tapi
tidak secara emosional tetapi hanya mengiungatkan
masakan yang dijual adalah makan dengan bumbu
bahwa orangtua atau neneknya berasal dari Minang.
Minang. Proses imigrasi adalah suatu proses para
IV. PROSES IMIGRASI (PENYESUAIAN DIRI DI DAERAH PERANTAUAN)
perantau tinggal dan menyesuaikan diri dengann lingkungan setempat dimana dia datangi. Proses itu butuh waktu yang lama dan upaya yang harus
257
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 251-259
serius. Dalam proses immigrasi, perantau harus
Ungkapan “ibu cari sanak pun cari, induk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial,
semang cari dahulu”, adalah suatu tradisi bahwa
lingkungan budaya dan lingkungan fisik, ditempat
setiap perantau harus mencari tempatan dan kalau
menetap.
bisa belajar untuk hidup dengan tempatan itu.
Lingkungan sosial dan budaya tentu
sudah pasti berbeda dengan kondisi didaerah asal.
Secara
logika
Di kota besar seperti Jakarta, dan kota kota besar
pembelajaran (sosialisasi dan enkulturasi). Dan ini
lainnya seperti Medan, Bandung, Surabaya dan
biasa dilakukan oleh perantau pertama/generasi
lain-lain, penduduknya sudah jelas dalam bentuk
pertama.
multi budaya/etnis, dan multi profesi. Tingkah laku
Ciri
kedua
ini
proses
adalah
penyesuaian
hubungan
dan
melebur
orang dalam bergaul sudah pasti berbeda pula.
(integratif) dengan budaya setempat. Upaya ini
Sesuatu yang memudahkan orang Minang bergaul
antara lain dilakukan umpama kawin dengan
dengan orang-orang dari budaya lain adalah
perempuan lokal dan dirumah mereka sudah jarang
penggunaan bahasa dalam pergaulan sehari. Bahasa
menggunakan bahasa Minang, biasanya berbahasa
Minang adalah merupakan dialek dalam bahasa
Indonesia. Hal seperti ini dilakukan oleh perantau
Indonesia/Melayu. Bahasa Indonesia orang Minang
Minang generasi kedua dan seterusnya. Peleburan
rmemudahkan mereka melakukan komunikasi
itu bisa terjadi karena mereka sudah menganggap
dengan warga dari etnis/budaya lain.
tempat yang mereka tinggali itu sudah mejadi
Bahasa Indonesia yang diucapkan dengan lidah
daerah asal juga. Generasi kedua dan seterusnya
Minang itu bisa dimengerti oleh warga lain yang
biasanya sudah jarang berkontak dengan kampung
bukan Minang. Interaksi yang terjalin di antara
asal. Apalagi kalau kerabat di kampung sudah tidak
pendatang Minang dengan warga lain berjalan
lagi. Istilah merantau cino, mungkin cocok untuk
sangat mulus. Hal itu disebabkan orang Minang
hal seperti ini.
mudah bergaul dan mudah menyesuaikan diri
Warga lain dalam berhubungan dengan orang
dengan warga lain.
Minang biasanya memberikan stereotype tertentu
Dalam proses immigrasi itu, ada dua hal yang
dengan ethnic slur,
terhadap orang Minang,
mungkin bisa terwujud, pertama adalah bahwa
umpamanya orang Minang itu ‘pelit’; atau atau
dalam bergaul orang Minang hanya bersifat
‘padang bengkok’. Biasanya orang Minang dalam
akomodatif saja. Ini berarti warga Minang itu hanya
menanggapi hal ini sebagai suatu lelucon saja.
menumpang hidup di daerah dimana mereka
Sehingga mereka tidak sakit hati. Sebaliknya
tinggal, sedangkan secara budaya mereka masih
pandangan orang Minang terhadap orang etnis lain
dominan berbudaya Minang. Biasanya kondisi ini
jarang dalam bentuk stereotype negatif. Hal itu bisa
terjadi pada warga Minang yang angkatan pertama.
dipahami karena mereka berada di wilayah yang
Dalam hal ini kalau dirumah mereka berbahasa
bukan kampungnya. Sikap tahu diri, mudah bergaul,
Minang, keluarga terbentuk juga dengan pasangan
bisa menyesuaikan diri dengan cepat, menyebabkan
orang Minang juga.
komunikasi yng terjalin antara orang Minang
258
Praktek Komunikasi Antar Budaya Para... Rusdi Muchtar
dengan penduduk lokal maupun pendatang lain
komunikasi antar budaya perantau Minang. Strategi
berjalan mulus
komunikasi antar budaya itu membuat mereka
Apakah pernah ada konflik antara perantau
selalu
berusaha
menyesuaikan
diri
dengan
Minang dengan warga dari etnis lain. Mungkin juga
lingkungan sosial budaya setempat. Perantau
ada, karena bisa saja karena masalah dagang atau
Minang umumnya pekerja ulet dan pantang
pekerjaan. Tapi konflik yang sering terjadi justru
menyerah dalam kondisi apapun. Banyak diantara
antara petrantau Minang yang mungkin terjadi
mereka yan sukses baik secara format kecil atau
karena kompetisi dalam berusaha atau pekerjaan.
sedang, maupun yang menjadi pedagang atau elite
Strategi komunikasi yang dijalankan perantau
yang tinggi. Para
perantau Minang ada dalam
Minang, cukup memberikan suatu hubungan yang
berbagai lapisan dan diferensi sosial, ada perantau
baik diantara mereka dengan penduduk etnis
dengan tujuan hanya untuk alasan ekonomi, tapi
setempat atau pendatang lain. Penyesuain diri
adapula
dengan budaya dan masyarakat setempat bisa saja
kegiatan lain dalam rangka tujuan pengembangan
dalam bentuk bumbu masakan padang. Masakan
diri, seperti pendidikan (guru atau dosen), politisi,
Minang yang asli rata rata berasa pedas karena
profesi (dokter, pengacara, dan lainnya).
mengunakan cabe merah.
Ada kecenderungan
masakan minang di daerah tertentu sudah sangat menyesuaikan dengan rasa setempat. Hubungan perantau dengan kampung halaman sebagian besar masih tetap terjalin. Acara pulang basamo, setiap lebaran adalah menunjukan bahwa ikatan kampung halaman masih kuat. Sumbangan dana kepada sanak keluarga di kampung bagi mereka yang sukses,juga merupakan indikator ikatan hubungan dengan
kampuang halaman.
Hubungan emosional itu terjadi terutama bagi petrantau generasi pertama. Sedangkan perantau generasi kedua dan seterusnya, mugkin saja hubgn tidak secara emosional tetapi hanya mengiungatkan bahwa orangtua atau nenek nya berasal dari Minang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Perantau Minang adalah contoh migran yang mudah bergaul dengan penduduk dimana mereka tinggal. Konsep dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,
menjadi
sangat
penting
dalam 259
perantau
yang
melakukan
berbagai