PPERBEDAAN TEKANAN DARAH KARYAWAN YANG TERPAPAPAR PANAS DI ATAS NAB DAN DI BAWAH NAB DI PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI KEB AKKRAMAT KARANGANYAR S KRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar S arjana S ains Terapan
Oleh : Nino Dwi Bernyoman NIM. R0206078
PROGRAM DIPLOMA IV KES EHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERS ITAS S EBELAS MARET S URAKARTA 2010
PENGES AHAN S KRIPSI
Skripsi dengan judul : “Perbedaan Tekanan Darah Karyawan yang Terpapar Panas di Atas NAB dan di Bawah NAB Di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.”
Nino Dwi Bernyoman, R0206078, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program D.I V Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas M aret Surakarta
Pada hari :
, Tanggal :
, Tahun 2010
Pembimbing Utama Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M. Pd, Ked. NIP. 19750311 200212 2 002
…………………….
Pembimbing Pendamping Live Sety aningsih, SKM .
…………………….
Penguji Sumardiyono, SKM , M. Kes. NIP. 19650706 198803 1 002
…………………….
Tim S kripsi
Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, S KM, M. Kes.
dr. Putu S uriyasa, MS , PKK, Sp.Ok.
NIP. 19650706 198803 1 002.
NIP. 19481105 198111 1 001
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2010
Nama : Nino Dwi Bernyoman NIM : R0206078
iii
ABS TRAK
NINO DWI BERNYOM AN, 2010. “PERBEDAAN TEKANAN DARAH KARYAWAN YANG TERPAPAR PAN AS DI ATAS NAB DAN DI BAWAH NAB DI PT INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR”. Program Diploma IV Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah karyawan di Unit Boiler Batu bara di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. M etode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko (tekanan panas melebihi NAB) dan efek (tekanan darah meningkat). Subjek penelitian adalah karyawan yang bekerja di unit Boiler Batubara dengan jumlah 20 sampel. Untuk menguji tingkat kemaknaan digunakan uji statistik T-Test. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata tekanan panas sebesar 32,32°C disimpulkan bahwa melebihi NAB ISBB yaitu 32,2°C. Hasil tekanan darah arteri rata-rata yaitu 10,7 dengan standar deviasi 7,4. Selanjutny a dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,106, p > 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara tekanan panas dengan tekanan darah karyawan di unit boiler batubara. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah karyawan di unit Boiler Batubara di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Saran untuk perusahaan, perlu adanya rotasi karyawan di tempat kerja yang lain agar tidak menimbulkan efek yang buruk bagi karyawan Kata Kunci Daftar Pustaka
: Tekanan Panas, Tekanan Darah : 24, 1985-2008
iv
ABS TRACT
NINO DWI BERNYOM AN, 2010. "DIFFERENCES IN BLOOD PRES S URE OF EMPLOYEES WHO ARE EXPOS ED TO HEAT ABOVE AND BELOW NAB IN PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGAN YAR". Diploma IV in Occupational Health Program, Faculty of M edicine. The purpose of this study is to determine the relationship between heat stress with blood pressure of employees in Unit Coal Boiler in PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. The method used is analytical observation, using an approach that is studying the dynamics of cross sectional correlation between risk factors (heat stress exceeds the NAV) and effects (increased blood pressure). Subjects were employees who worked in the coal boiler units with a total 20 samples. To test the statistical significance level used T-Test. The results were obtained an average heat stress at 32,32°C concluded that exceed the TLV WBGT of 32,2°C. Results of arterial blood pressure an average of 10,7 with a standard deviation of 7,4. Furthermore, the results obtained by statistical test p value = 0,106, p > 0,05 means nothing significant different between heat pressure with blood pressure employees in unit coal boiler. This conclusion is there a connection between heat stress by changes in blood pressure of employees in the unit of Coal Boiler in PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Suggestion for the company, need rotation employees in another place so that nothing bad effects for employees. Keywords Bibliography
: Heat Pressure, Blood Pressure : 24, 1985-2008
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang M aha Esa atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan laporan khusus dengan judul “Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Perubahan Tekanan Darah Karyawan Di Unit Boiler Batubara di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.” Penulisan laporan khusus ini dalam rangka tugas akhir serta sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas M aret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai p ihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr., M S, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas M aret Surakarta. 2. Bapak Putu Suriyasa, dr., M S, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas M aret Surakarta . 3. Ibu Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd.Ked., selaku Dosen Pembimbing I. 4. Ibu Live Sety aningsih, SKM ., selaku Dosen Pembimbing II 5. Bapak Sumardiyono, SKM . M .Kes., selaku Dosen Penguji. 6. Pimpinan Perusahaan PT. Indo Acidatama. Tbk. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). 7. Bapak Ir. Edy Darmawan, M M ., selaku Vice Executif Officer to Coorporate yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). 8. Bapak Sety o Budi, selaku Safety Inspector yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
vi
9. Semua karyawan PT. Indo Acidatama. Tbk. atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. 10. Papa Djoko, M ama Ida, M as Yoda, De Hani dan Paulus Bagus yang saya sayangi dan cintai, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar. 11. Anik, Astrid, Alin dan Nita yang selalu bersama dan kompak atas dukungan dan doan-doanya. 12. Teman-teman angkatan 2006 yang saya sayangi atas kerjasama dan dukungannya. 13. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, y ang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan khusus ini. Tetapi besar harapan penulis agar laporan ini dapat
bermanfaat
mengharapkan
sebagaimana
masukan,
kritik
mestinya, dan
saran
serta yang
penyusun
senantiasa
membangun
dalam
penyempurnaan laporan ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juli 2010 Penulis,
Nino Dwi Bernyoman
vii
DAFTAR IS I
HALAM AN JUDUL..........................................................................................
i
HALAM AN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................
ii
HALAM AN PERNYATAAN ...........................................................................
iii
ABSTRAK .........................................................................................................
iv
ABSTRACT ......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR........................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ..............................................................................................
x
DAFTAR GAM BAR .........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang M asalah .............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
4
D. M anfaat Penelitian......................................................................
5
LANDASAN TEORI .......................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
7
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................
23
C. Hipotesis.....................................................................................
24
M ETODOLOGI PENELITIAN .......................................................
25
A. Jenis Penelitian ...........................................................................
25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................
25
C. Subjek Penelitian .......................................................................
25
D. Teknik Sampling ........................................................................
26
E. Variabel Penelitian .....................................................................
27
F. Definisi Op erasional Variabel Penelitian ...................................
27
G. Sumber Data ..............................................................................
30
H. Desain Penelitian .......................................................................
31
viii
BAB IV
BAB V
BAB V
I. Instrumen Penelitian ..................................................................
31
J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
34
K. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................
35
HASIL PENELITIAN .....................................................................
36
A. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................
36
B. Hasil Pengukuran dan Analisis data Karakteristik Subjek .........
37
C. Hasil Pengukuran dan Analisis Data Lingkungan Kerja ...........
38
D. Gambaran Tekanan Darah .........................................................
41
E. Uji Hubungan ............................................................................
42
PEMBAHASAN .............................................................................
43
A. Karakteristik Resp onden ...........................................................
42
B. Hasil Uji Univariat ....................................................................
44
C. Hubungan Antara Tekan Panas dengan Tekanan Darah ...........
47
PENUTUP........................................................................................
50
A. Kesimpulan.................................................................................
50
B. Saran ...........................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap M anusia ...................................
10
Tabel 2. Standar Iklim Kerja ............................................................................
13
Tabel 3. Nilai Tekanan Darah Normal ..............................................................
14
Tabel 4. Data Distribusi Usia di Boiler Batubara dan Control Room ................
38
Tabel 5. Data Distribusi M asa Kerja di Boiler Batubara dan Control Room .....
38
Tabel 6. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Rata-rata ................................
39
Tabel 7. Hasil Pengukuran Getaran Mekanis ....................................................
39
Tabel 8. Hasil Pengukuran Rata-rata Penerangan .............................................
39
Tabel 9. Hasil data Pengukuran Tekanan Panas di Boiler Batubara ..................
40
Tabel 10. Hasil Data Pengukuran Tekanan Panas di Control Room .................
40
Tabel 11. Hasil Pengukuran Tekanan Darah arteri Rata-rata di Unit Boiler Batubara dan Control Room ...............................................................
41
Tabel 12. Hasil Group Statistics ........................................................................
42
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Area Heat Stress Monitor Questtemp ..............................................
32
Gambar 2. Tensimeter Digital Hartmann ..........................................................
33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2.
Hasil SPSS T-Test
Lampiran 3.
Hasil Frekuensi Umur Boiler Batubara
Lampiran 4.
Hasil Frekuensi Umur Control Room
Lampiran 5.
Hasil Frekuensi M asa Kerja Boiler Batubara
Lampiran 6.
Hasil Frekuensi M asa Kerja Boiler Batubara
Lampiran 7.
Permohonan Persetujuan Subjek Penelitian
Lampiran 8.
Kuesioner
Lampiran 9.
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Karyawan di Unit Boiler Batubara dan Control Room
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan
ketenagakerjaan
dilaksanakan
dalam
rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 guna mewujudkan manusia dan masy arakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun sp iritual.
Pembangunan ketenagakerjaan
ditujukan untuk
peningkatan,
pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja (Sugeng Budiono, 2003) Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral bangsa. Perlindungan tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajad kesehatan para pekerja (Suma’mur P.K., 1996). Dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari kimiawi, fisik, biologis, dan psikis. Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas memegang peranan yang penting, oleh sebab itu lingkungan kerja
2
harus diciptakan senyaman mungkin sup aya didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produktivitas (Santoso, 1985). Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan harus dikerjakan dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi sy arat kesehatan. Lingkungan dan cara yang dimaksudkan meliputi tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, keserasian manusia dan mesin, pengekonomisan upaya. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam lingkungan nikmat kerja. Pengaturan temperatur atau suhu y ang nyaman dilakukan untuk menunjang tercapainya produktivitas kerja. Temperatur yang terlalu panas menjadikan perasaan cepat lelah dan mengantuk, sebaliknya temperatur yang terlalu dingin mengurangi daya atensi dan ketidaktenangan yang berpengaruh negatif terutama pada kerja mental. Dengan demikian penyimpangan dari batas kenyamanan suhu baik di atas maupun di bawah nyaman akan berdampak buruk pada produktivitas kerja. Suhu kerja nikmat atau temperatur yang sesuai dengan orang Indonesia yaitu sekitar 24-26 °C. Suhu dingin mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot (Suma’mur P.K., 1996). M enurut ketetentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan temperatur tempat kerja, yaitu Keputusan M enteri Tenaga Kerja No. KEP-51/M EN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja yang di dalamnya mengatur tentang Nilai Ambang Batas untuk iklim kerja panas, ditetapkan : Nilai Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah
3
situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu. Iklim kerja panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat (Santoso, 1985). Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan (Arison Hull.1986). Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi, dan stres dan turun dalam tidur (Huwon dkk, 2002). Semakin tinggi tekanan darah akan semakin besar resikonya dan jika tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg akan memiliki faktor resiko penyakit jantung. PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan alkohol dimana terdapat banyak mesin yang dapat menimbulkan panas, seperti di boiler batubara. Berdasarkan survei pendahuluan diperoleh hasil pengukuran suhu ISBB 32,32°C dengan kriteria 25% bekerja dan 75% istirahat dengan
4
beban kerja ringan, didapatkan keluhan suby ektif dari 26 tenaga kerja di unit boiler batubara bahwa 15 orang responden merasakan panas p ada saat bekerja, 16 orang responden merasakan cepat merasa haus saat bekerja, dan 14 orang responden merasakan gangguan konsentrasi menurun pada saat bekerja. Lingkungan panas berasal dari atap dan mesin boiler, dengan kondisi seperti ini sangat membahayakan kesehatan tenaga kerja. Keadaaan tempat kerja dengan suhu yang tinggi seperti di Unit Boiler batubara PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar diperkirakan mempengaruhi perubahan tekanan darah pada karyawan. Untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah maka perlu melakukan penelitian pada tenaga kerja di Unit Boiler batubara PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
B. Rumusan Masalah ”Adakah Perbedaan Tekanan Darah Karyawan yang Terpapar Panas di Atas NAB dan Di Bawah NAB di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Secara Umum : Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah karyawan yang terpapar panas di atas NAB dan di bawah NAB di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
5
2. Secara Khusus : a. Untuk mengetahui karakteristik responden karyawan di unit boiler batubara di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. b. Untuk mengetahui dan menganalisa tekanan panas di unit boiler batubara di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. c. Untuk mengetahui tekanan darah karyawan di unit boiler batubara di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi M ahasiswa a. Diharapkan sebagai pengkajian teori bahwa tekanan panas dapat menyebabkan perubahan tekanan darah pada karyawan yang terpapar. b. M ampu melakukan suatu pengukuran tekanan panas di tempat kerja dan pengukuran tekanan darah karyawan di tempat kerja. 2. Bagi Perusahaan a. M emberikan masukan bagi perusahaan tentang hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah tenaga kerja. b. M emberikan informasi mengenai akibat y ang ditimbulkan dari tekanan panas yang melebihi NAB jika terpapar secara langsung dan terusmenerus.
6
c. M emberikan masukan bagi perusahaan agar dapat mencegah dan mengendalikan tekanan panas y ang melebihi NAB di tempat kerja. d. Diharapkan karyawan disiplin menggunakan alat pelindung diri dari bahaya tekanan panas. e. Diharapkan pimpinan perusahaan disiplin untuk menyediakan alat pelindung diri yang standar untuk dipakai karyawan yang terpapar tekanan panas. 3. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja Dapat menambah kepustakaan yang diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar dan pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik.
7
BAB II LANDAS AN TEORI
A. TINJAUAN PUS TAKA 1. Tekanan Panas Tekanan panas di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai aktifitas dari seseorang. Tekanan panas merupakan perpaduan dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh (Siswanto, 1987). Tekanan panas (Heat stress) merupakan suatu mikro meteorologi dari lingkungan kerja (Santoso, 1985). Tekanan panas adalah kombinasi antara iklim kerja dan proses metabolisme. Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja dengan suhu nyaman ditempat kerja adalah 24º-26ºC suhu basah. Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi (Suma’mur, 1996). Sedangkan lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain (Sritomo Wignjosoebroto, 2003)
8
Faktor yang M empengaruhi Tekanan Panas terhadap tekanan darah : a. “Indoor Climate” M enurut Grandjean (1986) adalah suatu kondisi fisik sekeliling dimana kita melakukan sesuatu aktifitas tertentu yang meliputi hal- hal sebagai berikut:
temperatur
udara,
temperatur
permukaan
sekeliling,
kelembaban udara dan aliran perpindahan udara (Eko Nurmianto, 1996). b. Aklimatisasi M enurut WHO (1969) memberikan definisi aklimatisasi sebagai berikut: aklimatisasi panas adalah istilah yang diberikan pada suatu keadaan penyesuaian fisiologik yang terjadi pada seseorang yang biasanya hidup di iklim dingin, kemudian berada di iklim p anas. Allan J. Ryan (1994) berpendapat bahwa aklimatisasi dapat dipertahankan selama dua minggu, kemudian menghilang secara perlahan dalam beberapa bulan, tergantun g pada tiap individu. Tubuh dengan kondisi fisik yang baik dapat mempertahankan periode aklimatisasi lebih lama (Depkes, 2003). Faktor yang mempengaruhi Pertukaran Panas : a. Konduksi Konduksi adalah pertukaran panas diantara tubuh dan benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda di sekitar lebih dingin suhuny a,
9
dan menambah panas kepada tubuh, manakala benda-benda sekitar lebih panas dari badan manusia. b. Konveksi Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang baik tetapi dengan kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas dengan tubuh tergantun g dari suhu udara dan kecepatan angin. c. Radiasi Radiasi memainkan peranan dalam pertukaran panas. Radiasi dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh manusia. d. Penguapan M anusia dapat berkeringat dengan penguapan di permukaan kulit atau melalui paru-paru tubuh kehilangan panas untuk penguapan. 2. Suhu Tubuh M anusia M anusia adalah mahkluk yang hemotermal, dimana tubuh manusia mempertahankan suhu tubuh walaupun suhu di sekitar berubah-ubah. Suhu tubuh normal rata-rata pada umumnya 37o C bila diukur peroral. Suhu optimal untuk mempertahankan fungsi tubuh adalah 36,50 C-390 C, di samping itu suhu tubuh dipertahankan hampir menetap oleh sistem pengaturan suhu di mana suhu menetap ini merupakan keseimbangan antara panas yang dibentuk oleh tubuh dan lingkungan sekitarnya. Pusat pengaturan suhu tubuh terletak pada hipotalamus mengatur suhu agar tetap
10
berkisar 370 C. Keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas menentukan besarnya suhu tubuh pada suhu lingkungan lebih panas dari suhu netral maka metabolisme naik, akan tetapi kenaikan tersebut merupakan beban bagi keseimbangan panas tubuh. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengaktifan mekanisme pengaturan suhu seperti frekuensi pernapasan pada kenaikan suhu tubuh proses metabolisme lebih intensif. 3. Efek Panas Pada M anusia Bagi tubuh panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan efek negatif. M enurut I Nyoman Pradnyana Sucipta Putra, 2004, efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat kemampuan fisik dan mental (tabel 1). Tabel 1. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap M anusia No. Tingkat Temperatur (°C) Efek terhadap tubuh 1.
± 49 °C
Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental.
2.
± 30 °C
Aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan.
3.
± 24 °C
Kondisi optimum.
4.
± 10 °C
Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Sumber:(I Pradnyana Sucipta Putra, 2004)
11
Suhu yang tinggi menyebabkan heat cramps, heat exhaustion dan heat stroke. a. Heat Cramps Heat cramps terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium di dalam tubuh. Gejalanya antara lain: kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit. b. Heat Exhaustion Heat exhaustion biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat p anas, terutama mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas. Penderita biasanya berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu badan normal. Tekanan darah menurun dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya. Si penderita akan merasa lemah dan mungkin pingsan. c. Heat Stroke Karena pengaruh suhu panas y ang sangat hebat, penderita kebanyakan adalah laki-laki yang pekerjaannya berat dan bukan beraklimatisasi. Gejala-gejala yang menonjol adalah suhu badan naik dan kulit kering dan panas (Suma’mur, 1994). 4. Indikator Tekanan Panas Indikator tekanan panas yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh panas lingkungan pada tubuh, para ahli telah berusaha untuk mencari metode pengukuran sederhana yang dinyatakan dalam bentuk indeks (Depkes RI, 2003)
12
Indikator tekanan panas dalam industri dimaksudkan sebagai cara pengukuran dengan menyatukan efek sebagai faktor yang mempengaruhi pertukaran panas manusia dan lingkungannya dalam satu indeks tunggal. Ada empat indikator tekanan panas yaitu: a. Suhu Efektif Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat p anas y ang dialami oleh seseorang tanpa baju, kerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara (Suma’mur P.K., 1996). Kelemahan penggunaan suhu efektif adalah tidak memperhitungkan panas metabolisme tubuh sendiri. M aka untuk penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi, dibuatlah
skala
Suhu
Efektif
Dikoreksi
(Corected
Effective
Temperature Scale). b. Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam (Predicted-4 Hour Sweetrate) Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam (Predicted-4 Hour Sweetrate) yaitu keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan udara serta radiasi, dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan (Suma’mur P.K., 1996) c. Indeks Belding-Heatch (Heat Stress Index) Dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dari orang standar yaitu seseorang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond dalam
13
keadaan sehat dan memiliki kesehatan jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas (Suma’mur P.K., 1996) d. ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) M erupakan cara pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak membutuhkan keterampilan, cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat (Suma’mur P.K., 1996) Indeks ini digunakan sebagai cara penilaian terhadap tekanan panas dengan rumus: 1) ISBB Outdoor = (0,7 suhu basah alami) + (0,2 suhu radiasi) + (0,1 suhu kering). 2) ISBB Indoor = (0,7 suhu basah alami) + (0,3 suhu radiasi). (Suma’mur P.K., 1996) Standar iklim kerja di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan M enteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 yaitu : Tabel 2. Standar Iklim Kerja Pengukuran waktu kerja setiap jam
Indeks Suhu Basah&Bola (ISBB)0C Beban Kerja Sedang
Waktu kerja
Waktu Istirahat
Beban kerja terus menerus (8jam/hari)
-
30,0
26,7
25,0
75%
25% istirahat
28,0
28,0
25,9
50%
50% istirahat
29,4
29,4
27,9
25%
75% istirahat
32,2
31,1
30,0
Ringan
Berat
14
5. Tekanan Darah Darah termasuk golongan jaringan ikat dan merupakan media komunikasi antar sel berbagi bagian tubuh dan dengan dunia luar (Jan Tambayong, 1999). Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan (Arison Hull, 1986). Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghilang. Perbedaan tekanan antara sistole dengan diástole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg. Tabel dibawah ini merupakan nilai tekanan darah normal (dalam mmHg) Tabel 3. Nilai Tekanan Darah Normal No. Kriteria Usia 1. Pada masa bayi 2. Pada masa anak 3. Pada masa remaja 4. Pada masa dewasa muda 5. Pada umur lebih tua (Pearce, 1999)
Diastole 50 60 60 60-70 80-90
Sistole 70-90 80-100 90-100 110-125 130-150
Faktor yang M empengaruhi Tekanan Darah a. M enurut Vita Health (2004) Tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantun g pada:
15
1) Aktivitas fisik Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah. Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin meningkat. 2) Emosi Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat. 3) Stres Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu mengalami pengukuran. 4) Usia Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan umur (Lindsaylaff, 2008). b. M enurut Parsudi dala skripsi Edi Subagio (2007) faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah: 1) Olah raga terutama yang menggunakan otot lengan. 2) Latihan kerja yang lama akan menurunkan tekanan sistolik yang progresif sehingga mudah lelah. 3) Umur. Semakin tua tekanan sistolik semakin tinggi biasanya di hubungkan dengan timbulnya arteiosklerosis kira-kira sepersepuluh dan orang tua meningkat di atas 200 mmHg.
16
4) Seks. Pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya tinggi. 5) Anemia berat akan menyebabkan viskositas darah turun 1-2,5 kali viskositas normalnya 3 kali sehingga menyebabkan meningkatkan beban kerja jantung yang akan menaikkan tekanan arteri. 6) Emosi, takut, cemas biasanya tekanan darahnya akan naik. 7) Penyakit ginjal, penyakit hipertensi akan menyebabkan suplai vaskuler berkurang atau berkurangnya filtrasi glomerolus yang akan menyebabkan hipertensi. 8) Pemakaian garam pada makanan. Respon individu terhadap pemakaian garam sangat bervariasi, pembatasan garam sangat membantu dalam mengontrol tekanan darah. 9) M erokok. M eskipun tidak terdapat hubungan merokok dalam hipertensi namun merokok merupakan faktor risiko mayor terhadap penyakit kardiovaskuler. 10)M inum alkohol. M engkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap otot anti hipertensi. 11)Kafein dapat meningkatkan tekanan darah secara akut namun secara cepat ditoleransi oleh procesor effect.
17
12)Pemakaian
obat-obatan
tertentu
seperti
kontrasepsi
oral
dekongestan hidung, obat anti flu dan lain-lain karena jenis obat ini dapat meningkatkan tekanan darah. 13)Faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap tekanan darah seperti suhu ruangan dan kebisingan karena dapat mempengaruhi gangguan tidur dan efek syaraf otonom. 14) Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak pertumbuhan
digunakan dan
untuk
fungsi
mempertahankan
normal
dari
kehidupan,
organ-organ,
serta
menghasilkan energi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001). Seseorang yang status gizinya jelek akan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap tekanan panas, hal ini disebabkan karena sistem kardiovaskuler yang tidak stabil (Siswanto, 1991). c. Faktor Luar yang M empengaruhi Tekanan Panas terhadap Tekanan darah 1) Kebisingan Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan dalam kerja fisik.
18
2) Penerangan Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja (Suma’mur P.K., 1996). 3) Getaran mekanis M erupakan salah satu faktor bahaya di tempat kerja yang disebabkan oleh mesin atau peralatan yang dioperasikan. Dalam menjalankan proses produksi, tidak lepas dari mesin atau alat mekanis lainnya yang dijalankan oleh motor penggerak. Sebagian dari kekuatan mekanis ini disalurkan kepada tubuh pekerja atau lainnya dalam bentuk getaran mekanis. Efek yang dapat ditimbulkan dari getaran mekanis antara lain gangguan kenikmatan kerja dan timbulnya kelelahan kerja. d. Penghitun gan tekanan darah arteri rata-rata dengan menggunakan rumus TR=TD+1/3 (TS-TD). Dimana: TR: Tekanan darah arteri rata-rata satuan mmHg TD: Tekanan diastolik satuan mmHg TS : Tekanan sistolik satuan mmHg 6. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Tekanan Darah Pengaruh tekanan panas (Edi Subagio, 2007) dapat dibagi tiga yaitu:
19
a. Fisik Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian segala arah. b. Kimia Kecepatan
reaksi kimia akan
meningkat
dengan
peningkatan
temperatur. Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi akan meningkat dengan peningkatan suhu. Ini sesuai dengan hukum Van Hoff yang menyatakan bahwa permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu. Pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. c. Biologis Pengaruh panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh
darah
yang
mengakibatkan
peningkatan
sirkulasi
(peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan Ph darah akan mengalami penurunan (Gabriel, 1988). 7. Pencegahan dan Pengendalian Panas a. Pencegahan Panas Pencegahan terhadap gangguan panas meliputi : air minum, garam, makanan, istirahat, tidur dan pakaian (Depkes RI, 2003).
20
1) Air minum Merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas. Air diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran urin. 2) Garam (NaCl) Pada keluaran keringat yang banyak, perlu menambah pemberian garam, akan tetapi tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan haus dan mual. 3) Makanan Sesudah makan, sebagian besar darah mengalir kedaerah usus untuk menyerap hasil pencernaan. 4) Istirahat Cara ini bermanfaat untuk menghindari teerjadinya efek kelelahan komulatif. 5) Tidur Untuk menghindari efek kelelahan setelah aktivitas fisik yang berat yang dilakukan pada lingkungan kerja yang panas, tubuh memerlukan istirahat yang cukup dan tidur sekitar 7 jam sehari. 6) Pakaian Pakaian melindungi permukaan tubuh terhadap radiasi sinar matahari, tetapi juga merupakan penghambat terjadinya konveksi antara kulit dengan aliran udara. Untuk mendapatkan efek yang menguntungkan, baju yang pakai harus cukup longgar terutama bagian leher, ujung lengan, ujung celana, dan sebagainya.
21
b. Pengendalian Panas Pengendalian terhadap tekanan panas meliputi : isolasi terhadap sumber panas, tirai radiasi, ventilasi setempat, pendinginan lokal, ventilasi umum dan pengaturan lama kerja. 1) Isolasi terhadap sumber panas Isolasi terhadap benda-benda yang panas akan mencegah keluarnya panas ke lingkungan. Ini dapat dilakukan misalnya dengan membalut pipa-pipa yang panas, menutupi tangki-tangki yang berisi air panas sehingga dapat mengurangi aliran panas yang timbul. Cara ini adalah paling praktis untuk membatasi pemaparan seseorang terhadap panas dan merupakan cara pengendalian yang dianjurkan bila ditempat kerja terdapat sumber panas yang sangat tinggi. 2) Tirai Radiasi Tirai yang terbuat dari lembaran aluminium, baja anti karat atau dari bahan metal yang permukaannya mengkilap. 3) Ventilasi Setempat Ventilasi ini bertujuan untuk mengendalikan panas konveksi yaitu dengan menghisap keluar udara yang panas. 4) Pendinginan Lokal Dilakukan dengan cara mengalirkan udara yang sejuk kesekitar pekerja dengan tujuan menggantikan udara yang panas dengan udara yang sejuk dan dialirkan pada kecepatan tinggi.
22
5) Ventilasi Umum Cara ini sering digunakan untuk mengendaliakan suhu dan kelembaban
udara yang tinggi tetapi tidak dapat menanggulangi
panas radiasi yang tinggi. 6) Pengaturan lama kerja Untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat terpapar suhu udara yang tinggi, lamanya kerja dan istirahat harus disesuaikan dengan tingkat tekanan panas y ang dihadapi oleh pekerja (Siswanto, 1991). 8. Hubungan antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat dan tekanan darah juga meningkat (Santoso, 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ada 2, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi usia, masa kerja, status kesehatan dan lama kerja. Untuk yang faktor esktern meliputi kebisingan, getaran mekanis dan penerangan.
23
B. KERANGKA PEMIKIRAN Tekanan Panas
Beban tambahan sirkulasi darah
M embawa O2 ke bagian otot yang sedang bekerja
Panas kulit
ke
permukaan
Beban tambahan jantung memompa darah lebih banyak
Frekuensi denyut jantung meningkat
Curah meningkat
jantung
Faktor intern -
Usia M asa kerja Status kesehatan Lama kerja
Faktor ekstern Tekanan darah meningkat
-
Kebisingan Getaran mekanis Penerangan
24
C. HIPOT ES IS Ada Perbedaan Tekanan Darah Karyawan yang Terpapar Panas di Atas NAB dan Di Bawah NAB di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989). Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, pada bulan Ap ril 2010.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah tenaga kerja bagian control room dan tenaga kerja bagian boiler batubara. Pop ulasi penelitian adalah jumlah tenaga kerja di bagian control room ada 30 tenaga kerja, sedangkan di bagian boiler batubara ada 26 tenaga kerja. Tenaga kerja yang memenuhi kriteria subjek
26
penelitian sebanyak 20 tenaga kerja bagian control room dan 20 tenaga kerja bagian boiler batubara. Dengan kriteria inklusi : a. Usia 30-50 tahun. b. Tidak mempunyai riwayat penyakit sebelum bekerja. Seperti: hipertensi, jantung, diabetes, ginjal dan stroke. c. M asa kerja di unit boiler batubara dan di unit control room lebih dari 10 tahun. d. Tidak sedang sakit waktu penelitian e. Lama kerja 8 jam sehari.
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut y ang erat dengan ciri-ciri atau sifatsifat p opulasi (Sutrisno Hadi, 2004). Dalam p enelitian ini, peneliti mengambil 20 tenaga kerja dari kelompok terpapar tekanan panas di unit boiler batubara dan 20 tenaga kerja dari kelompok tidak terpapar tekanan panas di unit Control Room.
27
E. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah. 3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu : a. Variabel pengganggu terkendali : masa kerja, usia, lama kerja dan status kesehatan. b. Variabel pengganggu tidak terkendali : kebisingan, penerangan, dan getaran mekanis.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Tekanan Panas Tekanan panas adalah Perpaduan dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh. Dalam penelitian ini yang diukur adalah ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) di Unit Boiler Batubara dan di Unit Control Room di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Alat ukur
: Area Heat Stress Monitor
M erk
: Questtemp 10°
28
o
Satuan
: C
Hasil
: di bawah NAB dan di atas NAB
Hasil pengukuran tekanan panas dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu terpapar panas diatas NAB dan terpapar panas di bawah NAB. Skala pengukuran
: Ordinal
2. Tekanan Darah Daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantun g dan pembuluh darah. Alat ukur
: Tensi meter Digital
M erk
: Hartmann
Satuan
: mmHg
Hasil pengukuran tekanan darah berupa selisih antara rata-rata jumlah tekanan darah sebelum bekerja dengan setelah bekerja. Skala Pengukuran : Rasio 3. Umur Umur adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga saat p enelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang diperoleh dengan cara pengisian angket, atau menanyakan langsun g kepada tenaga kerja. Skala pengukurannya adalah rasio. 4. M asa Kerja M asa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama mulai bekerja hingga saat p enelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data
29
yang diperoleh dengan cara menanyakan langsun g kepada karyawan. Skala pengukurannya adalah interval. 5. Lama kerja Lama kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan pertama karyawan masuk kerja hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam jam. Data yang diperoleh dengan cara menyebar angket atau menanyakan langsung kepada karyawan. Skala pengukurannya adalah interval. 6. Status Kesehatan Status kesehatan adalah kondisi fisik karyawan pada saat bekerja, yang dihitung dalam keadaan sehat atau sakit. Data yang diperoleh dengan cara menyebar angket atau menanyakan langsung kepada karyawan. Skala pengukurannya adalah nominal. 7. Penerangan Penerangan yang dimaksud disini adalah pencahayaan atau Illumination yang pengukurannya dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan Lux Meter. Pengendalian penerangan di kedua ruang tersebut adalah dengan memberi penerangan buatan. Skala pengukurannya adalah interval. 8. Kebisingan Bising adalah suara yang tidak dikehendaki dan bersifat mengganggu. (Suma’mur, 1996). Pengukurannya dengan Sound Level Meter RION NA20 yang hasilnya dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas yang telah ditetapkan. Skala pengukurannya adalah rasio.
30
G. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsun g dari objek yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung yaitu: a. Pengamatan terhadap proses produksi, keadaan lingkungan tempat kerja, dan keadaan tenaga kerja. b. Pengukuran dengan alat, seperti pengukuran kadar debu dan pengukuran ventilasi dan kapasitas p aru-paru. c. Wawancara langsun g dan pengukuran kelelahan kepada tenaga kerja untuk mengukur tingkat kelelahan kerja. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumendokumen perusahaan ataupun referensi yang relevan terhadap objek yang sedang diteliti. Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi: a. Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti. b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan objek yang diteliti. c. Dokumen Perusahaan.
31
H. Desain Penelitian Pop ulasi Purposive sampling Subjek
15) panas Terpapar diatas NAB
Terpapar panas dibawah NAB
Selisih antara jumlah rata-rata 16)sebelum dan tekanan darah sesudah bekerja 17)
Selisih antara jumlah rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja
T-Test
I. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Area Heat Stress Monitor Questtemp Area Heat Stress Monitor adalah suatu termometer yang dilengkapi batterai dan alat ini di gunakan untuk mengukur kelembaban nisbi, panas, radiasi dan mengetahui lama pendinginan karena dalam satu alat ini
32
terdapat alat ukur psychrometer, globe termometer dan kata termometer sekaligus hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan diukur. M erk alat
: Questemp 10°
Satuan
: °C
Cara penggunaan alat p ada waktu pengukuran: a. M enyiapkan alat dan merangkai alat p ada statif. b. M emberi air pada Wet Sensor Bar, lalu menekan tombol On dan membiarkannya ± 10 menit untuk kalibrasi. c. M enekan tombol dan memilih ˚C atau ˚F. d. M enekan tombol WBGT In/Out (sesuai dengan tempat yang akan diukur) e. M enekan tombol yang akan diukur lalu memperhatikan angka pada display, kemudian mencatat hasilnya. f. Jika sudah selesai mematikan alat dengan menekan Off.
Gambar 1. Area Heat Stress Monitor
33
2. Tensi meter Digital Hartmann Sphygmomanometer/Tensimeter digital, yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. M erek alat
: Hartmann
Satuan
: mmHg
Cara pengukuran : a. M enyiapkan peralatan dan tenaga kerja yang akan diukur dalam posisi duduk dan tangan diatas meja. b. Lengan
atas
digembungkan,
dibalut yang
dengan
selembar
dibungkus
dalam
kantong
yang dapat
sebuah
manset
dan
dihubungkan dengan sebuah pompa dan manometer digital. c. Tekan tombol “Start” dan tunggu sampai angka hasil pengukuran muncul pada display. d. Catat hasil pengukuran.
Gambar 2. Tensimeter Digital Hartmann
34
3. Lembar isian data. 4. Kuesioner digunakan untuk mengetahui identitas responden.
J. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan langsun g terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data penelitian. 2. Wawancara (interview) Suatu aktivitas atau interaksi tanya jawab terhadap pihak-pihak tertentu dalam suatu departemen yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti. 3. Dokumentasi Suatu kegiatan mengumpulkan dan mempelajari dokumendokumen dari perusahaan yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti. 4. Kuesioner Serangkaian pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden terkait dengan permasalahan yang diteliti guna mendapatkan jawaban dari responden terhadap masalah tersebut.
35
K. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik t-test. dengan menggunakan program komputer SPSS versi 10.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut : 1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. 2. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan. (Handoko Riwidikdo, 2008).
36
BAB IV HAS IL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar terletak + 15 km ke arah timur laut dari Surakarta atau 110 Km sebelah selatan ibu kota Jawa Tengah Semarang tepatnya di Kebakkramat. Dari segi ekonomi, lokasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar cukup mudah mendapatkan bahan baku yang berupa tetes tebu (molasses) yang diperoleh dari pabrik gula di sekitarnya. Untuk transportasinya juga mudah karena dekat dengan Jl. Raya Solo–Sragen. Sedangkan dari segi sosial, PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda dari tingkat p endidikan SD sampai dengan Sarjana. PT. Indo Acidatama. Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar mulai beroperasi tahun 1989 dengan peralatan yang serba modern dan canggih, sehingga mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik gula menjadi produk-produk kimia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Produk utama yang dihasilkan di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar antara lain Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%, dan Ethyl Acetate 100%. Kadar tersebut merupakan kadar minimal yang diproduksi, sedangkan produk yang keluar kadarnya disesuaikan dengan
37
permintaan konsumen. Tetapi pada bulan Februari 2010 hanya memproduksi Ethanol dan akan memulai kembali produksi Acetic Acid jika diperlukan konsumen. Selain didalam negeri Ethanol juga telah dieksp or ke negara tetangga yaitu Jepang, Pakistan, dan Thailand. Sedangkan Acetic Acid dan Ethyl Acetate dibutuhkan di Industri tekstil, rokok, cat di dalam negeri.
B. Hasil Pengukuran dan Analisa Data Karakteristik Subjek Karakteristik tenaga kerja dilihat dari umur, lama kerja dan masa kerja. Umur yang lebih tua, lama kerja dan masa kerja menjadi salah satu penyebab peningkatan tekanan darah pada tenaga kerja. Jumlah responden dalam penelitian ini di Boiler Batubara adalah 20 responden dan di Control Room adalah 20 responden. Lama kerja karyawan di Boiler Batubara adalah 1-2 jam yang terpapar panas langsun g, sedangkan di Control Room 8 jam kerja dengan waktu istirahat 1 jam. Jenis kelamin responden yang ada dalam penelitian ini adalah semua laki-laki, karena tenaga kerja yang bekerja di bagian Boiler di PT. Indo Acidatama. Tbk. adalah laki-laki dan tidak terdapat tenaga kerja wanita. M asa kerja karyawan di Boiler Batubara dan Control Room lebih dari 10 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di bagian Boiler Batubara, PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Tabel 4 berikut ini adalah tabel mengenai karakteristik subjek berdasarkan usia.
38
Tabel 4. Data Distribusi Usia di Boiler Batubara dan Control Room Boiler Batubara Control Room Umur (Tah un) Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase (%) (%) 30-35 36-40 41-45 46-50 Jumlah
6 7 7 20
30 35 35 100
2 10 7 1 20
10 50 35 5 100
Sumber : Data primer, tanggal 13 Juni 2010 Tabel 5 berikut ini adalah tabel distribusi subjek penelitian berdasarkan masa kerja. Tabel 5. Data Distribusi M asa Kerja di Boiler Batubara dan Control Room Boiler Batubara Control Room Masa kerja Prosentase Prosentase Frekuensi Frekuensi (Tahun) (%) (%) 11-15 16-20 21-25 Jumlah
12 8 20
60 40 100
8 12 20
40 60 100
Sumber : Data primer, tanggal 13 Juni 2010
C. Hasil Pengukuran dan Analisa Data Lingkungan Kerja Penilaian terhadap lingkungan kerja dilakukan dengan pengukuran yaitu pengukuran kebisingan, getaran mekanis, p enerangan dan tekanan panas. 1.
Kebisingan Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di bagian Boiler Batubara (Alstom dan Basuki) dan di Control Room. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter.
39
Tabel 6. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan rata-rata. Intensitas Kebisingan No. Lokasi Pengukuran Rata-rata (dB) 1. Boiler Batubara 87,25 2. Control Room 62,75 Sumber : Data primer, 15 April 2010 2.
Getaran mekanis Pengukuran getaran mekanis dilakukan di bagian Boiler Batubara (Alstom dan Basuki) dan Control Room. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Vibrio Meter, model Riovibro VM -63, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Hasil Pengukuran Getaran Mekanis Boiler Control Batubara Room Titik No. Pengukuran Percepatan Percepatan mm/det mm/det 1. 2.
Titik I Titik II
1,3 1,4
0,4 0,6
Sumber : Data primer, 16 April 2010 3.
Penerangan Pengukuran penerangan dilakukan di bagian Boiler Batubara dan Control Room. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Lux Meter ANA-999, hasil pengukuran dapat dilihat p ada tabel berikut. Tabel 8. Hasil Pengukuran Rata-rata Penerangan Hasil Rata-rata No. Tempat Pengukuran 1. 2.
Boiler Batubara Control Room
Sumber : Data Primer, 16 Ap ril 2010
87,11 Lux 114,22 Lux
40
4.
Tekanan Panas Pengukuran tekanan panas dilakukan di bagian Boiler Batubara (Alstom dan Basuki) dan Control Room. Pengukuran pada masing-masing bagian dilakukan selama 1 hari dengan mengambil 7 titik pengukuran, dengan menggunakan alat Heat Stress Area Questtemp. Tabel 9 berikut menyajikan hasil pengukuran tekanan panas dengan Indeks Suhu Basah dan Bola rata-rata di bagian tersebut. Tabel 9. Hasil Data Pengukuran Tekanan Panas Di Bagian Boiler Batubara Bagian Boiler Batubara No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lokasi Pengukuran Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V Titik VI Titik VII
IS BB (ºC) 32,3 30,67 30,54 32,86 30,77 39,17 29,93
32,32 Rata-rata Sumber : Data primer, tanggal 20 April 2010 Tabel 10. Hasil Data Pengukuran Tekanan Panas di Bagian Control Room Bagian Control Room No. Lokasi Pengukuran
IS BB (ºC)
Titik I Titik II Titik III Titik IV Rata-rata Sumber : Data primer, 20 April 2010
23,73 22,98 21,3 23,77 22,94
1. 2. 3. 4.
41
D. Gambaran Tekanan Darah Untuk mengetahui tekanan darah digunakan alat pengukur tensi meter. Pengukuran tekanan darah dilakukan dua kali, sebelum bekerja dan setelah bekerja. Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa subjek penelitian dalam keadaan fit atau bugar, kemudian pengukuran tekanan darah dilakukan sesaat setelah subjek penelitian diwawancarai. Tabel 11 berikut menyajikan hasil tekanan darah rata-rata tenaga kerja di bagian Boiler Batubara dan di bagian Control Room. Tabel 11. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Arteri Rata-Rata di Bagian Boiler Batubara dan di bagian Control Room No. Control Room Boiler Batubara S ampel 11,67 10 1 14 10,33 2 13 21,33 3 5,67 4,67 4 0,33 -4 5 1 3,67 6 7 7,33 7 11 2,33 8 30 19 9 10 11,67 3,33 29,33 2,67 11 10,67 2,67 12 9,66 13,33 13 4 9,34 14 11 -24,33 15 13 10,33 16 5,33 17 8,33 2 18 9 18,66 19 8 20 7,33 7,33 Sumber : Data primer, tanggal 20 April 2010
42
E. Uji Perbedaan Tekanan Darah Karyawan yang Terpapar Panas di Atas NAB dan di Bawah NAB di PT. In do Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar Tabel 12. Hasil Group Statistics Tekanan Darah
N
> NAB
20
S td. Deviation 7,457
< NAB 20 9,655 Sumber : Data primer, 30 April 2010
Mean
Sig.
10,783
0,106
6,266
0,106
Dari hasil pengujian statistik untuk Perbedaan Tekanan Darah Karyawan yang Terpapar Panas di Atas NAB dan di Bawah NAB PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar didapatkan hasil tidak signifikan dengan nilai signifikasi 0,106 berarti p value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak.
43
BAB V PEMBAHAS AN
A. Karakteristik Responden Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa faktor internal tenaga kerja yang meliputi: a.
Usia Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata umur responden berada pada usia produktif dengan umur termuda 25 tahun dan umur tertua adalah 49 tahun. Semakin tua tekanan sistolik semakin tinggi biasanya di hubungkan dengan timbulnya arteiosklerosis kira-kira sepersepuluh dan orang tua meningkat di atas 200 mmH g. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar keringatny a dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Semakin tua semakin sulit merespon panas karena penurunan efisiensi cardiovascular (jantung). Semakin tua semakin sulit berkeringat sehingga memperkecil kemampuan untuk menurunkan suhu inti. Pada pekerjaan yang sama, tenaga kerja yang berusia tua mempunyai suhu inti yang lebih tinggi daripada tenaga kerja yang berusia lebih muda. Untuk itu p emulihan kondisi tubuh selama istirahat membutuhkan waktu lebih lama (Heru, Haryono, 2007).
b.
M asa Kerja Tenaga kerja pada penelitian ini memiliki masa kerja termuda di bagian Boiler Batubara 18 tahun dan terlama 23 tahun, sedangkan di
44
bagian Control Room yang termuda 12 tahun dan terlama 20 tahun. M asa kerja dapat mempengaruhi tubuh dalam menerima panas lingkungan kerja karena semakin lama pekerja terpapar tekanan panas di lingkungan tempat kerja maka tubuh sudah beradaptasi terhadap panas (aklimatisasi). M asa kerja juga dapat mempengaruhi tekanan darah, karena semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin sering terpapar panas, sehingga telah terbiasa dengan paparan panas yang tinggi.
B. Hasil Uji Univariat 1. Kebisingan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kebisingan rata-rata di bagian boiler batubara yaitu 87,25 dBA, sedangkan di bagian control room yaitu 62,75 dBA. M enurut Keputusan M enteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999 pasal 3 tentang NAB faktor fisika di tempat kerja, yang dimaksud NAB adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan seharihari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB untuk kebisingan 85 dB(A). Jadi, kebisingan di bagian Boiler Batubara dapat dikatakan melebihi NAB, sedangkan di bagian Control Room masih di bawah NAB.
45
2. Getaran M ekanis Dari hasil penelitian didapatkan bahwa getaran mekanis di bagian boiler batubara yaitu 1,35 mm/det2 dan di bagian Control room yaitu 0,4 mm/det 2. Batas aman untuk getaran mekanik menurut Keputusan M enteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/M EN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, yang didalamnya termasuk juga masalah getaran mekanik yang tertulis dalam Lampiran Keputusan M enteri Tenaga Kerja untuk bekerja kurang dari 1 jam adalah 12 mm/det2. Rata-rata getaran mekanik jauh dibawah NAB, sehingga variabel pengganggu masih dapat dikendalikan. 3.
Penerangan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penerangan di bagian boiler batubara sebesar 87,11 Lux dan di bagian Control Room yaitu 114,22 Lux. Intensitas penerangan standar berdasarkan Peraturan M enteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penerangan kurang dari NAB untuk pekerjaan teliti yaitu 350-700 Lux. Dengan hasil penerangan tersebut, ruangan kerja masih perlu penambahan lampu agar tidak menyebabkan penyakit akibat kerja.
4.
Tekanan Panas Tingkat tekanan panas dalam hal ini digunakan parameter ISBB atau WBGT diperoleh bahwa di bagian Boiler Batubara memiliki nilai
46
0
ISBB rata-rata 32,32 C, sedangkan di bagian Control Room memiliki nilai ISBB rata-rata 22,940C. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa bagian boiler batubara termasuk d alam beban kerja ringan dengan jam kerja 1 jam kerja, sehingga dapat dikatakan karyawan bekerja 25% dan istirahat 75%, kemudian untuk bagian control room bekerja 8 jam terdapat waktu istirahat ± 1 jam (60 menit), sehingga bagian tersebut bekerja 75% dan istirahat 25% dengan beban kerja ringan. M enurut Keputusan M enteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999, Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan untuk kerja 25 % istirahat 75% dengan beban kerja ringan adalah 32,2°C, hal ini berarti di bagian Boiler Batubara terpapar panas lebih dari Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, sedangkan di bagian Control Room bekerja 75% istirahat 25% dengan beban kerja ringan adalah 30,00C, berarti terpapar panas kurang dari Nilai Ambang Batas y ang diperkenankan. Keadaan panas lingkungan kerja tersebut disebabkan karena tempat tenaga kerja bagian Boiler Batubara berhubungan langsun g dengan mesin Boiler, misal seperti mengisi bahan bakar ke dalam mesin Boiler, membersihkan debu-debu di sekitar tempat kerja. M akin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi p ertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini
47
seimbang dan serasi, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. Tekanan panas yang berlebihan akan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan dipehitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan, dapat
menyebabkan beban
fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi bertambah (Depkes RI, 2003). Tekanan panas y ang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatny a jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja (Eko Nurmianto, 1996).
C. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Berdasarkan hasil wawancara dari subjek penelitian terhadap tekanan darah sebelum kerja belum ditemukan jawaban adanya perubahan tekanan darah. Dengan demikian kondisi fisik yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah pada hari-hari sebelumnya dapat diabaikan. Dari hasil pengukuran tekanan darah di tempat yang kerja tekanan panasny a melebihi NAB didapatkan rata-rata 10,783, sedangkan di tempat kerja yang tekanan panasnya tidak melebihi NAB didapatkan rata-rata 6,266. Perbedaan rata-rata kedua bagian tersebut adalah 4,517, dengan ketentuan di tempat kerja yang tekanan panasny a melebihi NAB lebih besar daripada di tempat kerja yang tekanan panasny a kurang dari NAB. Oleh karena itu, karyawan di tempat kerja yang tekanan panasny a melebihi NAB tekanan darahnya lebih
48
tinggi daripada karyawan di tempat kerja yang tekanan panasnya kurang dari NAB. Dari hasil analisa statistik didapatkan nilai tidak signifikan p = 0,106 jadi p > 0,05. Hasil yang tidak signifikan dikarenakan oleh faktor-faktor di luar penelitian yang tidak dikendalikan, seperti aklimatisasi, aktivitas fisik di luar perusahaan, tingkat emosi dan pemakaian garam pada makanan. Pada saat dilakukan penelitian, mayoritas karyawan sudah beraklimatisasi dengan suhu di tempat kerja. Aktivitas yang dilakukan karyawan tidak hanya di perusahaan, biasanya sebelum bekerja mereka sudah beraktivitas di rumah. Ketika pengambilan data sebelum bekerja di tempat kerja data yang diperoleh lebih tinggi dari setelah bekerja, karena aktivitas sebelum bekerja lebih berat daripada di tempat kerja, oleh sebab itu tekanan darah karyawan sudah meningkat sebelum mereka bekerja. Sedangkan untuk faktor tingkat emosi dan pemakaian garam pada makanan masing-masing karyawan berbeda-beda. Oleh karena itu, pada saat p engambilan data sebelum bekerja lebih tinggi dari setelah bekerja. Sehingga didapatkan hasil yang tidak signifikan karena tekanan darah rata-rata sebelum bekerja lebih tinggi dari setelah bekerja. Untuk mengendalikan lingkungan kerja panas dapat dilakukan beberapa hal yaitu dengan mengurangi faktor beban kerja, mengurangi beban panas radian, dibuat atap agar terlindung dari sengatan panas matahari, pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dan mengatur waktu kerjaistirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB.
49
Adapun penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi dan dapat dibandingkan dengan penelitian ini adalah : 1. M uflichatun, 2006. Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi, dan Produktivitas Kerja pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang dengan menggunakan uji statistik Korelasi Pearson, yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi. 2. Edi Subagiyo, 2007. Perbedaan Tekanan Darah sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada Pekerja Bagian M oulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Match Pair Test, yang menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistole dan tekanan darah arteri rata-rata pada pekerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas. 3. Ani Utamayati, 2008. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum, Saat dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas Pada Tenaga Kerja Bagian Boiler Batubara Di Industri Tekstil Salatiga dengan menggunakan uji statistik ttest, yang menunjukkan bahwa ada ada perbedaan antara tekanan darah sebelum, saat dan sesudah terpapar tekanan panas pada tenaga kerja bagian boiler batu bara di Industri Tekstil Salatiga.
50
BAB V PEN UTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah karyawan yang terpapar panas di atas NAB dan di bawah NAB di PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar (p = 0,106).
B. S aran 1. Bagi Perusahaan Dari hasil pengukuran tekanan panas di lingkungan kerja diperoleh hasil yang melebihi NAB yaitu 32,32ºC, jadi sebaiknya perlu adanya rotasi karyawan di tempat kerja yang lain agar tidak menimbulkan efek yang buruk bagi karyawan 2. Bagi M ahasiswa a. Sebaiknya penelitian berikutnya dapat mengendalikan faktor-faktor pengganggu di luar penelitian. b. Dapat melakukan penelitian dengan lebih teliti dengan sampel penelitian lebih banyak dan dengan metode yang berbeda.
51
DAFTAR PUSTAKA
Arison H, 1986. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Depnaker, 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta: Depnaker. Depkes RI, 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia, Jakarta:Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan M asyarakat. Depnakertrans, 1999. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta:Depnakertrans. Edi Subagio, 2007. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas Pada Pekerja Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang. Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan M asyarakat UNNES. Eko Nurmianto, 1996. Ergonomi, Surabaya:Guna Widya. Pearce, E. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Utama. Handoko Riwidikdo, 2008. Statistik Kesehatan. Jo gjakarta: Mitra Cendikia. Hastono, 2001. Analisis Data. Jakarta: FKM UI. Haryuti, Siswanto A., Setijoso W. 1987. Tekanan Panas. Surabaya: Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur. Huwon, dkk. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia Utama. I Dewa Nyoman Supariasi, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC. I Nyoman Pradnyana Sucipta Putra, 2004. Seminar Nasional Ergonomi 2. Jogjakarta: Universitas Gajah M ada. Gabriel, J.F.1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Laurelee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
52
M uflichatun, 2006. Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang. Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan M asyarakat UNNES. Santoso, 1985. Higiene Perusahaan Panas. Solo: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas M aret. Siswanto, 1991. Tekanan Panas. Surabaya: Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur. Soekidjo Notoatmojo, 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV. Rineka Cipta. Soekidjo Notoatmodjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sritomo Wignjosoebroto, 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknis Analisi Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Wijaya. Sugeng Budiono, 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Higiene Perusahaan Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro. Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta.