Katalog BPS : 5106006.21
POTRET USAHA PERTANIAN KEPULAUAN RIAU (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013)
1 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
2
Seuntai Kata
S
ensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat UndangUndang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari FAO yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006–2015”.
Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada bulan Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada bulan November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada bulan Juni–Juli 2014. Diseminasi hasil ST2013 dilakukan secara bertahap dimulai dengan diseminasi angka sementara, angka tetap dan populasi menurut subsektor. Buku ini memuat potret usaha pertanian di Kepulauan Riau hasil ST2013 menurut subsektor yang terdiri dari Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Perikanan serta Kehutanan. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada website http://st2013.bps.go.id. Publikasi ini merupakan persembahan ketiga dari berbagai publikasi yang akan diterbitkan BPS terkait dengan pelaksanaan ST2013. Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas bantuan semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah ikut berpartispiasi dalam menyukseskan Sensus Pertanian 2013.
Tanjungpinang, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau
3 Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si.
4
Daftar Isi - Gambaran Umum
17
- Subsektor Tanaman Pangan
43
- Subsektor Hortikultura
53
- Subsektor Perkebunan
69
- Subsektor Peternakan
87
- Subsektor Perikanan
95
- Subsektor Kehutanan
115
- Hasil Survei Pendapatan Usaha Rumah Tangga Pertanian 2013
125
5
Publikasi ini merupakan persembahan ketiga dari seri publikasi yang diterbitkan BPS terkait dengan pelaksanaan
ST2013.
6
7
8
9
1973
1963 Sensus pertanian yang pertama. Cakupan wilayah: daerah perdesaan di seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya (Papua). Satuan wilayah sensus terkecil adalah lingkungan. Tujuan utama: mendapatkan data statistik di sektor pertanian yang dapat menggambarkan struktur pertanian di Indonesia. Data yang dikumpulkan: penggunaan lahan, irigasi, penggunaan pupuk, ternak, rumah tangga pertanian, tenaga kerja pertanian, fasilitas transportasi untuk menjual hasil pertanian, alat-alat pertanian. Hasil sensus belum sempurna, disebabkan antara lain presisi sampling design rendah, response rate belum optimal, dan adanya Landreform yang dilancarkan pemerintah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang berpengaruh terhadap jawaban responden.
Sensus Pertanian yang kedua. Cakupan wilayah: daerah perdesaan dan perkotaan di seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Pengumpulan data pada pertanian rakyat, perkebunan rakyat dan perkebunan besar, perikanan laut dan perikanan tambak dilakukan secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda. Pencacahan perkebunan besar dilakukan secara lengkap, sedangkan untuk perikanan laut dan tambak hanya dilakukan pada blok sensus terpilih di Sumatera, Jawa, dan Bali. Data yang dikumpulkan: (a) struktur pertanian rakyat yang meliputi data penguasaan dan penggunaan lahan pertanian; struktur tanaman musiman dan tahunan; peternakan; perikanan laut dan darat; peralatan pertanian; pengairan; pemupukan; dsb. (b) Potensi pertanian masingmasing desa yang meliputi luas dan penggunaan lahan; keadaan pengairan dan potensi pengairan; fasilitas pengolahan; pemasaran; pengangkutan dan penggudangan; mekanisme pertanian; perikanan; koperasi; dsb. (c) Data perkebunan besar seperti struktur perkebunan; jenis tanaman; luas dan produksi; pengolahan hasil perkebunan dan pemasarannya; dsb. (d) Data perikanan laut yang meliputi rumah tangga perikanan; alatalat penangkap ikan; perahu/kapal perikanan; penanaman modal; dan jumlah nelayan.
1983
10
Sensus pertanian yang ketiga. Cakupan: semua kegiatan di sektor pertanian (kecuali kehutanan dan perburuan) di seluruh Indonesia, termasuk Irian Jaya dan Timor Timur, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Data yang dikumpulkan: sama dengan Sensus Pertanian 1973. Konsep pertanian 1983 rumah tangga pertanian mencakup: - Rumah tangga pertanian pengguna lahan: Tanaman padi/palawija, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/sawah, dan budidaya ikan/biota lain di tambak air payau. - Rumah tangga pertanian yang tidak menggunakan lahan: Budidaya ikan/biota lain di laut, budidaya ikan/biota lain di perairan umum, penangkapan ikan/biota lain di laut, dan penangkapan ikan/biota lain di perairan umum. Pengumpulan data pokok di sektor pertanian, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, dilakukan melalui pendaftaran rumah tangga pertanian pada blok sensus terpilih. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu pencacahan lengkap untuk perusahaan pertanian, KUD, Podes dan pencacahan sampel untuk rumah tangga pertanian.
1993 Sensus pertanian yang keempat. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan di seluruh Indonesia, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Pencacahan sampel untuk rumah tangga pertanian hanya dilakukan di wilayah kabupaten daerah perdesaan. Satuan wilayah sensus terkecil adalah wilayah pencacahan (wilcah). Sebagai persiapan pencacahan, setahun sebelumnya dilakukan pemutakhiran wilcah. Konsep rumah tangga pertanian mengalami perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha budidaya kayu-kayuan kehutanan, dan setiap komoditas yang diusahakan harus memenuhi Batas Minimal Usaha (BMU) sedangkan untuk rumah tangga pertanian tidak menggunakan lahan ditambah dengan usaha pemungutan hasil hutan dan atau penangkapan satwa liar serta usaha di bidang jasa pertanian.
2003 Sensus pertanian yang kelima. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga, baik di daerah perdesaan dan perkotaan, dilakukan di seluruh Indonesia pada Agustus 2003, kecuali di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dilaksanakan pada Mei 2004. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan secara lengkap di daerah perdesaan dan perkotaaan kecuali daerah perkotaan bukan pantai dan nonkonsentrasi pertanian dilakukan secara sampel. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan di seluruh Indonesia pada Agustus 2003, kecuali Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dilaksanakan pada Mei 2004. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Setahun sebelumnya dilakukan pemutakhiran blok sensus sebagai persiapan pencacahan. Beberapa perubahan mendasar dibanding Sensus Pertanian 1993: (a) perusahaan pertanian dan KUD tidak dicacah yang dilakukan dalam Sensus Pertanian hanya updating direktori perusahaan pertanian, (b) kegiatan listing dilakukan secara lengkap di daerah perdesaan dan sampel di daerah perkotaan, (c) penarikan sampel untuk subsektor palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dilakukan per komoditas sedangkan perikanan menurut jenis budidaya atau sarana penangkapan, (d) jumlah komoditas yang dicakup diperluas. Konsep rumah tangga pertanian sama dengan 1993. Pengolahan data dilakukan dengan scanner.
2013
Sensus Pertanian yang keenam. Pelaksanaan di seluruh wilayah Indonesia pada Mei 2013. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Dalam pelaksanaan pencacahan lengkap, dilakukan dua kali kunjungan yaitu pertama melakukan pemutakhiran rumah tangga dan identifikasi rumah tangga pertanian. Kunjungan kedua melakukan pencacahan lengkap usaha pertanian. Dalam pelaksanaan pemutakhiran wilayah administrasi dikelompokkan berdasarkan konsentrasi pertaniannya. Untuk daerah konsentrasi usaha pertanian, dilakukan secara door to door, dan untuk daerah nonkonsentrasi secara snowball. Cakupan: usaha pertanian rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum, dan usaha pertanian lainnya yang dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum. Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan, pemeliharaan, pengembangbiakan, pembesaran/penggemukan komoditas pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dan termasuk jasa pertanian. Pengolahan data dilakukan dengan scanner.
11
Konsep dan Definisi Sensus Pertanian 2013 Sensus Pertanian adalah pencacahan secara lengkap terhadap seluruh usaha pertanian yang berada di wilayah Indonesia. Sensus Pertanian dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali pada tahun yang berakhiran angka 3. Pada bulan Mei 2013 dilaksanakan sensus pertanian yang keenam, yang pertama dilakukan tahun 1963. Dalam sensus pertanian dikumpulkan data dari enam subsektor pertanian, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan termasuk jasa pertanian. Cakupan unit usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian, perusahaan pertanian berbadan hukum, dan usaha pertanian lainnya. Dalam pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 dilakukan pemutakhiran data jumlah sapi dan kerbau yang berada di seluruh wilayah Indonesia. Pada kegiatan ST2013, pencacahan rumah tangga usaha pertanian dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam ST2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST2013. Konsep dan definisi dari usaha pertanian dijelaskan di bawah ini.
Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha.
Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.
12
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda.
Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian.
Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Penghitungan jumlah rumah tangga petani gurem berdasarkan jumlah luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga baik lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Rumah tangga pertanian yang hanya melakukan kegiatan budidaya ikan di laut, budidaya ikan di perairan umum, penangkapan ikan di laut, penangkapan ikan di perairan umum, pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar, dan jasa pertanian dikategorikan rumah tangga pertanian bukan pengguna lahan.
Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian.
Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian.
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar.
Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian.
Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara oleh rumah tangga, perusahaan, dan lainnya pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha (konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/ lainnya).
13
Perbedaan ST2003-ST2013 Rincian (1)
14
ST2003 (2)
ST2013 (3)
1. Cakupan
Kotamadya perkotaan bukan pantai non konsentrasi dengan sampel
Desa non konsentrasi pertanian di daerah urban dalam kabupaten dan blok sensus non konsentrasi pertanian di kota dicacah dengan snowballing/getok tular, wilayah desa dan blok sensus lain dicacah lengkap.
2. Unit Pencacahan
Seluruh rumah tangga yang ada kegiatan pertanian (padi, palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan). Hanya mencakup rumah tangga biasa
Hanya rumah tangga yang melakukan kegiatan pertanian dengan tujuan untuk usaha (dijual/ditukar). Mencakup rumah tangga biasa, perusahaan, dan lainnya (yayasan, pesantren, dan sebagainya)
3. Petugas
Pencacahan tidak menggunakan tim
Pencacahan dilakukan secara tim
4. Konsep Rumah Tangga Rumah tangga yang melakukan kegiatan pertanian dengan tujuan untuk dijual Pertanian dan memenuhi Batas Minimal Usaha (BMU) yang telah ditetapkan
Rumah tangga pertanian tidak menggunakan Batas Minimal Usaha
5.Populasi Komoditi Pertanian
Seluruh populasi dari rumah tangga pertanian baik diusahakan maupun tidak
Hanya mencakup populasi rumah tangga usaha pertanian (sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar)
6. Daftar Preprinted
Tidak ada informasi awal keberadaan rumah tangga untuk melakukan pencacahan
Digunakan Daftar Preprinted yang memuat informasi daftar rumah tangga hasil Sensus Penduduk 2010
Catatan: 1. Dalam publikasi hasil Sensus Pertanian 2003 yang diterbitkan BPS, metode pencacahannya adalah sebagai berikut: Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. 2. Dalam tabel-tabel di buku ini, data rumah tangga pertanian 2003 dihitung dengan menggunakan konsep ST2013 dan master wilayah ST2013.
15
16
Gambaran Umum
H
asil ST2013 menunjukkan bahwa usaha pertanian di Provinsi Kepulauan Riau didominasi oleh jenis usaha rumah tangga. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau jenis usaha pertanian lainnya, yaitu selain rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Kepulauan Riau hasil ST2013 tercatat sebanyak 69.991 rumah tangga, menurun sebesar 5,67 persen dari hasil Sensus Pertanian 2003 (ST2003) yang tercatat sebanyak 74.195 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum hasil ST2013 tercatat sebanyak 36 perusahaan dan jenis usaha pertanian lainnya sebanyak 10 unit. Berdasarkan hasil ST2013, Kabupaten Karimun tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu sebanyak 16.779 rumah tangga. Sedangkan pada periode yang sama, Kota Batam tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak. Untuk Kabupaten Natuna, Lingga dan Kepulauan Anambas tercatat sebagai kabupaten yang tidak mempunyai perusahaan pertanian berbadan hokum maupun usaha pertanian lainnya. Peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kepulauan Anambas, dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar 9,14 persen. Sedangkan penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kota Batam sebesar 14,81 persen.
Gambar 1 Jumlah Rumah Tangga Pertanian dan Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum di Kepulauan Riau, ST2003 dan ST2013
Jumlah Usaha Pertanian
80
70 60
50 40 30 20 10 0 ST2003
ST2013
Rumah Tangga (ribu)
ST2003
ST2013
Perusahaan
17
Tabel 1 Jumlah Usaha Pertanian Menurut Provinsi dan Jenis Usaha, ST2003 dan ST2013
Rumah Tangga Usaha Pertanian (Rumah Tangga) No
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan)
Kabupaten/Kota Perubahan
(1)
18
(2)
ST2003
ST2013
(3)
Perubahan ST2003
ST2013
Absolut
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Absolut
%
(9)
(10)
Usaha Pertanian Lainnya ST2013 (Unit)
(11)
1
Karimun
18.357
16.779
-1.578
-8,60
0
3
2
Bintan
10.813
9.856
-957
-8,85
3
6
3
100
3
3
Natuna
10.011
9.958
-53
-0,53
0
4
Lingga
12.744
13.063
319
2,50
0
5
Kepulauan Anambas
5.197
5.672
475
9,14
0
6
Batam
14.242
12.133
-2.109
-14,81
3
27
24
800
3
7
Tanjungpinang
2.831
2.530
-301
-10,63
0
Kepulauan Riau
74.195
69.991
-4.204
-5,67 6
6
3
1 36
30
500
10
Gambar 2 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian, ST2013
19
Subsektor Tanaman Pangan terlihat mendominasi usaha pertanian di Kepulauan Riau. ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Kepulauan Riau adalah di Subsektor Perkebunan dan Subsektor Perikanan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan adalah sebanyak 34.310 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perikanan adalah sebanyak 32.155 rumah tangga dengan kegiatan Penangkapan Ikan terbanyak 29.335 rumah tangga. Subsektor Tanaman Pangan, merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian paling sedikit dari hasil ST2013. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan kegiatan Padi sebanyak 506 rumah tangga, dan kegiatan Palawija sebanyak 8.482 rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar hasil ST2013 dibandingkan ST2003 terjadi di Subsektor Tanaman Pangan, yang mencapai 11,43 persen (1.140 rumah tangga). Sedangkan pada periode yang sama, Subsektor Kehutanan mengalami peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian paling tinggi, yaitu tercatat 126,13 persen (2.935 rumah tangga).
Gambar 3 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kepulauan Riau Menurut Subsektor ST2003 dan
ST2013
20
*) Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sektor Pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor
Usaha pertanian ditinjau dari banyaknya perusahaan pertanian berbadan hukum, terlihat didominasi oleh perusahaan di Subsektor Holtikultura dan Perikanan. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Holtikultura hasil ST2013 adalah sebanyak 17 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Perikanan tercatat sebanyak 9 perusahaan, dengan perusahaan Budidaya Ikan sebanyak 2 perusahaan dan Perusahaan Penangkapan Ikan sebanyak 7 perusahaan. Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Jasa Pertanian ternyata merupakan subsektor yang tidak memilki jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum hasil ST2013 paling sedikit terdapat pada Subsektor Peternakan yakni tercatat sebanyak 2 perusahaan. Perusahaan pertanian berbadan hukum hasil ST2013 dibandingkan hasil ST2003 mengalami pertumbuhan sebesar 500 persen. Pertumbuhan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tertinggi terjadi di Subsektor Peternakan, yang tumbuh sebesar 100 persen (2 perusahaan) walaupun secara kuantitas, jumlah perusahaannya di Subsektor Peternakan paling sedikit dibandingkan subsektor lainnya yang memiliki perusahaan berbadan hukum.
Gambar 4 Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum di Kepulauan Riau Menurut Subsektor ST2003 dan ST2013
21
Tabel 2 Jumlah Usaha Pertanian Menurut Subsektor dan Jenis Usaha, ST2003 dan ST2013 No
Sektor/Subsektor
(1)
(2)
Sektor Pertanian*)
Rumah Tangga Usaha Pertanian (Rumah Tangga) Perubahan ST2003 ST2013 Absolut % (3) (4) (5) (6)
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Perubahan ST2003 ST2013 Absolut % (7) (8) (9) (10)
30
Usaha Pertanian Lainnya ST2013 (Unit) (11)
74.195
69.991
-4.204
-5,67
6
36
500,00
10
9.978
8.838
-1.140
-11,43
0
0
0
Subsektor 1.
Tanaman Pangan Padi
486
506
20
4,12
0
0
0
Palawija
9.659
8.482
-1.177
-12,19
0
0
0
2.
Hortikultura
29.630
28.757
-873
-2,95
0
17
5
3.
Perkebunan
31.959
34.310
2.351
7,36
3
5
2
66,67
2
4.
Peternakan
23.979
21.680
-2.299
-9,59
1
2
1
100,00
6
5.
Perikanan
34.055
32.155
-1.900
-5,58
0
9
5
4.348
6.520
2.172
49,95
0
2
5
Budidaya Ikan Penangkapan Ikan
32.510
29.335
-3.175
-9,77
0
7
6.
Kehutanan
2.327
5.262
2.935
126,13
2
3
7.
Jasa Pertanian
2.843
2.281
-562
-19,77
0
0
0 1
50,00
1 0
*) Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sektor Pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor
Dari hasil ST2013, usaha pertanian lainnya di Subsektor Peternakan memiliki jumlah usaha pertanian terbanyak, yaitu sebanyak 6 usaha, diikuti oleh Subsektor Hortikultura dan Subsektor Perikanan yang masing-masing memiliki jumlah usaha pertanian sebanyak 5 usaha. Sedangkan Subsektor Tanaman Pangan pada ST2013 merupakan subsektor yang tidak mempunyai jumlah usaha pertanian lainnya.
22
Apabila diklasifikasikan menurut golongan luas lahan, dari hasil ST2003 terlihat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 0,10 hektar (1.000 m2) mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Kepulauan Riau. Kondisi yang hampir serupa terjadi pada hasil ST2013. Tercatat bahwa pada ST2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan yang dikuasai kurang dari 0,10 hektar (1.000 m2) adalah sebesar 29.550 rumah tangga, mengalami penurunan sebesar 14,57 persen dibandingkan hasil ST2003, yang tercatat sebanyak 34.590 rumah tangga. Rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan yang dikuasai antara 0,10– 0,19 hektar (1.000–1.999 m2) pada ST2013 adalah sebanyak 3.655 rumah tangga, menurun sebesar 19,67 persen bila dibandingkan dengan ST2003 yang tercatat 4.550 rumah tangga. Golongan luas lahan 0,20–0,49 hektar (2.000–4.999 m2) tercatat mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 6.612 rumah tangga pada ST2013, naik sebanyak 102 rumah tangga jika dibandingkan tahun 2003. Sedangkan untuk golongan luas lahan yang dikuasai lebih dari 0,50 hektar (5.000 m2), jumlah usaha rumah tangga pertanian hasil ST2013 jauh meningkat dibandingkan dengan hasil ST2003.
Gambar 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai ST2003 dan ST2013
23
Tabel 3 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai ST2003 dan ST2013 Perubahan Absolut
No.
Golongan Luas Lahan (m2)
ST2003
ST2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
<1 000
34.590
29.550
-5.040
-14,57
2
1 000–1 999
4.550
3.655
-895
-19,67
3
2 000–4 999
6.510
6.612
102
1,57
4
5 000–9 999
7.268
8.234
966
13,29
5
10 000–19 999
9.230
10.929
1.699
18,41
6
20 000–29 999
5.696
5.429
-267
-4,69
7
≥30 000
6.351
5.582
-769
-12,11
74.195
69.991
-4.204
-5,67
JUMLAH
% (6)
Tabel 3 dari hasil ST2013 tercatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan dengan luas antara 0,50–0,99 hektar dan 1,0-1,99 hektar, naik signifikan dibandingkan dengan hasil ST2003. Untuk rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan lebih dari 0,50 hektar hasil ST2003 adalah sebanyak 7.268 rumah tangga, meningkat (13,29 persen) pada ST2013 menjadi sebanyak 8.234 rumah tangga. Berkebalikan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan dengan luas kurang dari 0,10 hektar dan 0,1-0,19 hektar, yang mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil ST2003. Hal yang menarik yang perlu dicermati adalah masih terdapat rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 0,10 hektar pada ST2013, meskipun jumlahnya menurun tajam dibanding ST2003.
24
Gambar 6 Perbandingan Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan dan Petani Gurem, ST2013
Rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan ternyata mendominasi rumah tangga usaha pertanian di Propinsi Kepulauan Riau. Dari sebanyak 69.991 rumah tangga usaha pertanian di Kepulauan Riau, sebesar 71,77 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (50.230 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan sebesar 28,23 persen, atau sebanyak 19.761 rumah tangga. Rumah tangga pertanian pengguna lahan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,50 hektar) dan rumah tangga bukan petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan 0,50 hektar atau lebih). Hasil ST2013 menunjukkan bahwa dari 71,77 persen rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan, sebesar 56,49 persennya (28.379 rumah tangga) merupakan rumah tangga petani gurem, sedangkan rumah tangga bukan petani gurem sebesar 43,51 persen (21.851 rumah tangga).
25
Tabel 4 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan dan Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kabupaten/Kota , ST2003 dan ST2013
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan No
Kabupaten/Kota
Perubahan ST2003
(1)
26
(2)
1
Karimun
2
Rumah Tangga Petani Gurem
(3)
Perubahan
ST2013
(4)
ST2003
ST2013
Absolut
%
(5)
(6)
(7)
(8)
Absolut
%
(9)
(10)
14.998
14.437
-561
-3,74
7.261
6.979
-282
-3,88
Bintan
7.694
6.920
-774
-10,06
3.560
2.871
-689
-19,35
3
Natuna
8.865
8.940
75
0,85
2.324
2.857
533
22,93
4
Lingga
8.842
8.007
-835
-9,44
5.054
2.530
-2.524
-49,94
5
Kepulauan Anambas
4.250
4.199
-51
-1,20
1.668
823
-845
-50,66
6
Batam
9.120
6.101
-3.019
-33,10
6.829
3.297
-3.532
-51,72
7
Tanjungpinang
2.317
1.626
-691
-29,82
1.683
1.188
-495
-29,41
Kepulauan Riau
56.086
50.230
-5.856
-10,44
28.379
20.545
-7.834
-27,60
Gambar 7 Peta Sebaran Rumah Tangga Petani Gurem, ST2013
27
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa dari sebanyak 82.028 orang petani di Provinsi Kepulauan Riau, petani masih didominasi oleh petani laki-laki, yaitu sebanyak 67.523 orang (82,32 persen). Sedangkan jumlah petani perempuan hanya sebanyak 14.505 orang atau sebesar 17,68 persen. Dominasi petani laki-laki di Sektor Pertanian juga terjadi di seluruh Subsektor Pertanian. Persentase jumlah petani laki-laki terbesar berada di Subsektor Perikanan kegiatan Penangkapan Ikan yang mencapai 97,89 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di Subsektor Peternakan sebanyak 67,48 persen.
Gambar 8 Persentase Jumlah Petani Menurut Jenis Kelamin, ST2013
28
Tabel 5 Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin, ST2013 Laki-Laki No
Sektor/Subsektor
(1)
(2)
Sektor Pertanian*)
Perempuan
Jumlah
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
67.523
82,32
14.505
17,68
82.028
100,00
8.187
80,43
1.992
19,57
10.179
100,00
Subsektor 1.
Tanaman Pangan
2.
Hortikultura
25.647
78,74
6.923
21,26
32.570
100,00
3.
Perkebunan
30.785
81,68
6.906
18,32
37.691
100,00
4.
Peternakan
16.105
67,48
7.762
32,52
23.867
100,00
5.
Perikanan 6.604
94,60
377
5,40
6.981
100,00
29.805
97,89
642
2,11
30.447
100,00
4.988
91,89
440
8,11
5.428
100,00
Budidaya Ikan Penangkapan Ikan 6.
Kehutanan
*) Satu orang petani dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah petani secara keseluruhan di Sektor Pertanian bukan merupakan penjumlahan petani dari masing-masing subsektor.
29
Tabel 6 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama ST2013 No
Kelompok Umur Petani Utama
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
1
<15
2
100,00
0
0,00
2
100,00
2
15–24
967
95,55
45
4,45
1.012
100,00
3
25–34
11.249
96,52
406
3,48
11.655
100,00
4
35–44
19.891
95,23
996
4,77
20.887
100,00
5
45–54
16.277
91,65
1.483
8,35
17.760
100,00
6
55–64
10.297
86,61
1.592
13,39
11.889
100,00
7
≥65
5.644
83,17
1.142
16,83
6.786
100,00
JUMLAH
64.327
91,91
5.664
8,09
69.991
100,00
*) Petani utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian
Dari sebanyak 69.991 rumah tangga usaha pertanian hasil ST2013, sebanyak 64.327 rumah tangga usaha pertanian memiliki petani utama berjenis kelamin laki-laki dan 5.664 rumah tangga memiliki petani utama berjenis kelamin perempuan. Kecenderungan bahwa petani utama laki-laki lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan, terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur 35-44 tahun dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 19.891 rumah tangga, lebih tinggi daripada petani utama perempuan yang tercatat sebesar 996 rumah tangga. Sama halnya bila dirinci menurut kelompok umur petani utama, kelompok usia produktif (kelompok umur petani utama 15–64 tahun) terlihat mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian. Tercatat sebanyak 63.203 rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya antara 15–64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama kurang dari 15 tahun sebanyak 2 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama di atas 64 tahun adalah sebanyak 6.786 rumah tangga.
30
Gambar 9 Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Jenis Kelamin
31
Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 tercatat sebanyak 17.488 ekor, terdiri dari 17.471 ekor sapi potong, 5 ekor sapi perah, dan 12 ekor kerbau. Jumlah sapi dan kerbau betina lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi dan kerbau jantan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi dan kerbau betina adalah sebanyak 11.789 ekor dan jumlah sapi dan kerbau jantan sebanyak 5.699 ekor. Kabupaten dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kabupaten Natuna, yaitu sebanyak 8.591 ekor. Sedangkan Kota Tanjungpinang adalah kota dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (329 ekor). Jumlah sapi dan kerbau di Provinsi Kepulauan Riaui didominasi oleh sapi potong dengan jumlah terbanyak terdapat di Kabupaten Natuna, yaitu sebanyak 8.586 ekor. Sapi perah hanya terdapat di Kota Tanjungpinang yaitu sebanyak 5 ekor..
Tabel 7 Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
No
(1)
(2)
Sapi Perah
Kerbau
Jantan
Betina
Jumlah
Jantan
Betina
Jumlah
Jantan
Betina
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Jumlah Sapi dan Kerbau (12)
1
Karimun
636
1.036
1.672
0
0
0
3
3
6
1.678
2
Bintan
328
476
804
0
0
0
0
0
0
804
3
Natuna
2.489
6.097
8.586
0
0
0
2
3
5
8.591
4
Lingga
549
1.312
1.861
0
0
0
0
0
0
1.861
5
Kepulauan Anambas
1.069
2.495
3.564
0
0
0
0
0
0
3.564
6
Batam
417
244
661
0
0
0
0
0
0
661
7
Tanjungpinang
204
119
323
1
4
5
1
0
1
329
11.779 17.471
1
4
5
6
6
12
17.488
Kepulauan Riau
32
Sapi Potong
Kabupaten/Kota
5.692
Gambar 10 Peta Sebaran Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Jenis Kelamin
33
Lahan pertanian merupakan salah satu modal dalam usaha di bidang pertanian. Berdasarkan hasil ST2013, rata-rata luas lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga usaha pertanian mengalami peningkatan dibandingkan hasil ST2003. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi pertanian semakin meningkat. Hal yang berbeda terjadi pada lahan bukan pertanian, dibandingkan dengan hasil ST2003, rata-rata luas lahan bukan pertanian yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian mengalami penurunan (kecuali Kota Tanjungpinang. Hal ini dapat disebabkan penggunaan lahan kosong masih dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Untuk Provinsi Kepulauan Riau, hasil ST2013 menunjukkan peningkatan penguasaaan lahan bukan sawah lebih tinggi dibandingkan dengan lahan sawah, peningkatan penguasaan lahan bukan sawah tertinggi terjadi pada Kota Batam. Hal ini menandakan bahwa di Kota Batam potensi pertanian seluruhnya ditanam di lahan bukan sawah. Berkebalikan dengan Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun yang mengalami peningkatan penguasaan lahan sawah dibanding hasil ST2003. Ini mengindikasikan bahwa kedua kabupaten tersebut masih berpotensi untuk menanam tanaman pertanian dilahan sawah.
Gambar 11 Rata-Rata Luas Lahan yang Dikuasai Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Wilayah dan Jenis Lahan ST2003 dan ST2013 (m2)
34
Tabel 8 Rata-Rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian (m2) Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Lahan, ST2003 dan ST2013 Jenis Lahan No
Kabupaten/Kota
Lahan Bukan Pertanian
Lahan yang dikuasai
Lahan Pertanian Lahan Sawah ST2003 ST2013 (5) (6)
Lahan Bukan Sawah ST2003 ST2013 (7) (8)
Jumlah ST2003 ST2013 (9) (10)
ST2003
ST2013
(3)
(4)
773.60
497.85
42.71
73.42
4,011.07
8,560.52
4,053.78
8,633.94
4,827.38
9,131.80
2 Bintan
1,473.03
933.44
707.07
17.29
2,524.03
9,615.75
3,231.10
9,633.04
4,704.13
10,566.48
3 Natuna
3,450.05 3,278.71
156.60
135.31
9,498.04 10,758.84
9,654.64 10,894.15
13,104.69
14,172.86
4 Lingga
1,973.55
940.32
199.88
0.77
2,756.16
2,956.04
8,084.22
4,929.60
9,024.54
5 Kepulauan Anambas
281.58
137.61
278.44
162.43
7,119.72 12,148.34
7,401.30
12,285.94
6 Batam
193.65
119.44
0.47
0.00
334.31
4,519.71
334.78
4,519.71
528.43
4,639.15
7 Tanjungpinang
306.46
549.95
0.33
9.88
328.48
3,237.51
328.81
3,247.40
635.26
3,797.35
657.67
944.51
95.28
52.95
1,748.82
8,317.54
1,844.10
8,370.49
2,501.76
9,315.00
(1)
(2)
1 Karimun
Kepulauan Riau
8,083.46
6,841.29 11,985.91
ST2003
ST2013
(11)
(12)
35
Gambar 12 Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Subsektor, ST2013
Subsektor Perkebunan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak. Hasil ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga jasa pertanian Subsektor Perkebunan adalah sebesar 839 rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga jasa pertanian paling sedikit tercatat pada Subsektor Peternakan, yaitu sebanyak 136 rumah tangga. Subsektor Kehutanan tercatat memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian sebanyak 806 rumah tangga, sedangkan Subsektor Hortikultura, Tanaman Pangan, dan Perikanan memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian masing-masing sebanyak 422, 195, dan 192 rumah tangga. Apabila dilihat menuru kabupaten/kota, terlihat bahwa Kabupaten Lingga merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak (635 rumah tangga), sedangkan Kota Tanjungpinang merupakan kota dengan jumlah rumah tangga jasa pertanian paling sedikit (41 rumah tangga).
36
Tabel 9 Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor, ST2013
No
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian (3)
Subsektor Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Karimun
301
30
92
203
37
19
14
2
Bintan
524
56
101
72
29
55
234
3
Natuna
160
29
22
101
10
7
19
4
Lingga
635
24
68
307
1
7
249
5
Kepulauan Anambas
409
19
74
135
27
51
202
6
Batam
211
34
47
15
25
46
84
7
Tanjungpinang
41
3
18
6
7
7
4
2.281
195
422
839
136
192
806
Kepulauan Riau
37
Gambar 13 Peta Sebaran Usaha Pertanian Rumah Tangga Jasa Pertanian, ST2013
38
Gambar 14 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Subsektor, ST2013
Subsektor Perkebunan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian terbanyak. Jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian pada Subsektor Perkebunan tercatat sebesar 6.823 rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian paling sedikit tercatat pada Subsektor Peternakan, yaitu sebanyak 283 rumah tangga. Subsektor Tanaman Pangan tercatat memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian sebanyak 655 rumah tangga, sedangkan Subsektor Hortikultura, Perikanan, dan Kehutanan memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian masing-masing sebanyak 1.242, 2.443, dan 1.428 rumah tangga.
39
Tabel 10 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Kabupaten Kota dan Subsektor, ST2013
No
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
1
Karimun
2
(3)
Subsektor Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
761
56
109
162
91
295
98
Bintan
1.020
135
86
309
22
433
91
3
Natuna
4.795
189
486
4.233
39
264
361
4
Lingga
3.098
95
181
1.822
30
585
599
5
Kepulauan Anambas
665
68
202
157
9
292
43
6
Batam
942
83
159
134
86
528
234
7
Tanjungpinang
99
29
19
6
6
46
2
11.380
655
1.242
6.823
283
2.443
1.428
Kepulauan Riau
40
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian
Gambar 15 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian, ST2013
41
42
Subsektor Tanaman Pangan
U
saha Subsektor Tanaman Pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija. Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Kepulauan Riau didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman palawija. Dari keseluruhan rumah tangga yang mengelola tanaman pangan sebanyak 8.838, 95,97 persen (8.482 rumah tangga) diantaranya mengelola tanaman palawija, sedangkan rumah tangga yang mengelola tanaman padi adalah sebanyak 5,73 persen (506 rumah tangga) dari seluruh rumah tangga tanaman pangan. Selain itu, terdapat 1,70 persen (150 rumah tangga) dari seluruh rumah tangga tanaman pangan di Kepulauan Riau yang mengelola komoditas padi dan palawija sekaligus.
Gambar 16 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman, ST2013
43
Jenis tanaman padi di Kepulauan Riau terdiri dari padi sawah dan padi ladang. Jenis padi sawah lebih banyak diusahakan oleh rumah tangga bila dibandingkan dengan padi ladang. Menurut data ST 2013 dari 506 rumah tangga tanaman padi di Kepulauan Riau, sekitar 97,23 persen (492 ruta) mengelola tanaman padi sawah, sedangkan padi ladang hanya dikelola oleh sekitar 3,16 persen (16) rumah tangga tanaman padi. Selain jumlah rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan, ST2013 juga memberikan informasi mengenai luas tanam dari masing-masing komoditas tanaman pangan. Luas tanam untuk tanaman padi secara keseluruhan berjumlah 49,76 hektar yang terdiri dari luas tanam tanaman padi sawah seluas 48,73 hektar dan padi ladang seluas 1,03 hektar. Jika dilihat rata-rata luas tanaman padi per rumah tangga usaha dapat dilihat bahwa rata-rata luas tanam per rumah tangga tanaman padi sawah lebih besar dibandingkan tanaman padi ladang. Satu rumah tangga usaha tanaman padi sawah memiliki luas tanam sekitar 0,99 hektar, sedangkan luas tanam yang dimiliki oleh rumah tangga tanaman padi ladang hanya sekitar 0,64 hektar. Tanaman palawija meliputi kelompok biji-bijian, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Dari 11 komoditas utama palawija, ubi kayu merupakan komoditas yang paling banyak ditanam oleh rumah tangga palawija di Kepulauan Riau diikuti oleh komoditas jagung dan ubi jalar. Persentase jumlah rumah tangga pada tiga komoditas utama ini terhadap jumlah rumah tangga palawija masing-masing adalah 81,52 persen (6.915 ruta), 11,61 persen (985 ruta), dan 10,57 persen (897 ruta). Sedangkan komoditas palawija yang paling sedikit ditanam adalah gayong, kedelai, dan kacang hijau yang masing-masing hanya dikelola oleh 3 rumah tangga, 44 rumah tangga, dan 47 rumah tangga. Jika dilihat dari besaran luas tanam per komoditas, ubi kayu merupakan komoditas tanaman palawija yang memiliki luas tanam terbesar. Dari 296,32 hektar luas tanam palawija, sekitar 64,32 persen (191 hektar) merupakan luas tanam untuk komoditas ubi kayu. Sementara itu, luas tanam terkecil adalah komoditas ganyong yang hanya seluas 0.16 hektar. Rata-rata luas tanam usaha tanaman palawija lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman padi, yaitu hanya sekitar 0,35 hektar. Menurut komoditasnya, tanaman palawija yang memiliki rata-rata luas tanam terbesar adalah jagung yaitu seluas 0,31 hektar per satu rumah tangga usaha tanaman jagung, sedangkan rata-rata luas tanam terkecil adalah ganyong yang rata-rata hanya ditanam seluas 0,05 hektar per rumah tangga tanaman ganyong.
44
Tabel 11 Jumlah Rumah Tangga, Luas Tanam, dan Rata-Rata Luas Tanam Usaha Tanaman Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman
Rumah Tangga
(1)
(2)
Tanaman Pangan* Padi** Padi Sawah Padi Ladang Palawija** Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sorgum Gandum Talas Ganyong Garut Lainnya *)
Luas Tanam (m2)
Rata-Rata Luas Tanam (m2)
(3)
(4)
8.838
34.608.433
3.915
506
4.976.424
9.834
492
4.873.975
9.906
16
102.449
6.403
8.482
29.632.009
3.493
985
3.132.845
3.180
44
109.210
2.482
512
868.483
1.696
47
84.759
1.803
6.915
19.058.046
2.756
897
1.243.540
1.386
0
0
0
0
0
0
171
244.736
1.431
3
1.600
533
0
0
0
1.259
4.888.790
3.883
Satu rumah tangga usaha tanaman pangan dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas, sehingga jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha padi dengan rumah tangga palawija. **) Satu rumah tangga usaha padi atau palawija dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas padi atau palawija, sehingga jumlah rumah tangga usaha padi atau palawija bukan merupakan penjumlahan rumah tangga komoditasnya.
45
Berbeda dengan subsektor lainnya, pada subsektor tanaman pangan, rumah tangga yang mengelola tanaman pangan dengan tujuan seluruh hasilnya digunakan untuk dikonsumsi sendiri (tidak dijual) juga tergolong sebagai rumah tangga usaha pertanian. Berdasarkan hasil ST2013, terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga tanaman pangan melakukan usaha tanaman pangannya dengan tujuan hasil panennya sebagian untuk dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi untuk dijual. Dari 506 rumah tangga usaha tanaman padi, sekitar 47,03 persen rumah tangga bertujuan menjual sebagian hasil panennya. Sementara itu, rumah tangga yang menjual seluruh hasil panennya hanya sekitar 7,5 persen (38 rumah tangga), yang mengkonsumsi sendiri seluruh hasil panennya ada sekitar 45,85 persen (232 rumah tangga).
Tabel 12 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman dan Keterangan Penjualan Hasil Usaha, ST2013 Keterangan Penjualan Hasil Usaha
Jenis Tanaman (1)
Jumlah
Dijual Seluruhnya
Dijual Sebagian
Tidak Dijual
(2)
(3)
(4)
(5)
37
232
223
492
1
6
9
16
573
386
26
985
23
20
1
44
273
222
17
512
22
19
6
47
2.555
3.488
872
6.915
349
471
77
897
0
0
0
0
0
0
0
0
68
88
15
171
1
2
0
3
0
0
0
0
Padi Padi Sawah Padi Ladang Palawija Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sorgum Gandum Talas
46
Ganyong Garut
Berbeda dengan rumah tangga padi, sebagian besar rumah tangga palawija (46,81 persen) menjual seluruh hasil panennya. Sementara itu, rumah tangga yang menjual sebagian hasil panen palawijanya ada sekitar 32,37 persen (3,03 juta rumah tangga), sedangkan jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi sendiri seluruh hasil panen palawijanya adalah sebesar 20,82 persen. Karakteristik penjualan hasil panen ini juga berlaku pada semua komoditas palawija kecuali kacang tanah, ubi jalar, talas, dan ganyong yang mayoritas rumah tangga yang menanam komoditaskomoditas ini hanya menjual sebagian hasil panennya. Bahkan khusus untuk sorgum, kebanyakan rumah tangga yang menanamnya memiliki tujuan bahwa hasil panen sorgumnya nanti seluruhnya akan digunakan untuk dikonsumsi sendiri dan tidak ada yang dijual. Sistem pemanenan utama yang dipakai oleh sebagian besar rumah tangga usaha tanaman padi pada periode Mei 2012–April 2013 adalah dipanen sendiri. Jumlah rumah tangga tanaman padi yang memanen sendiri hasil panennya mencapai 92 persen. Meskipun tidak terlalu banyak, beberapa rumah tangga ada yang mengijonkan atau menebaskan padinya. ST2013 mencatat sebanyak 708 ribu rumah tangga menebaskan padinya, sedangkan rumah tangga yang mengijonkan tanaman padinya hanya sekitar 36 ribu rumah tangga atau 0,25 persen dari rumah tangga padi keseluruhan. Jumlah rumah tangga tanaman padi yang usahanya tidak/belum panen selama periode Mei 2012–April 2013 ada sebanyak 0,4 juta rumah tangga baik yang baru tanam maupun yang mengalami puso (hasil panen kurang dari 11 persen dari keadaan normal). Komoditas tanaman padi yang paling banyak tidak/belum panen adalah padi sawah.
Tabel 13 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Padi Menurut Jenis Tanaman dan Sistem Pemanenan Utama, ST2013 Sistem Pemanenan Utama Jenis Tanaman
Dipanen Sendiri
Ditebaskan
Diijonkan
Tidak/Belum Panen
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
Padi Padi Sawah Padi Ladang
432
7
2
51
492
10
0
1
5
16
47
Seperti halnya padi, sistem pemanenan utama yang dipakai oleh sebagian besar rumah tangga usaha tanaman palawija pada periode yang sama adalah dipanen sendiri. Jumlah rumah tangga tanaman palawija yang memanen sendiri panennya mencapai 77,22 persen. Meskipun tidak terlalu banyak, beberapa rumah tangga ada yang mengijonkan atau menebaskan tanaman palawijanya. ST2013 mencatat bahwa sebesar 8,29 persen rumah tangga menebaskan tanamannya, sedangkan yang mengijonkan tanaman palawijanya hanya sekitar 0,27 persen. Rumah tangga usaha tanaman palawija yang pada periode Mei 2012–April 2013 mengalami puso juga dianggap tidak panen seperti halnya pada tanaman padi. Jumlah rumah tangga tanaman palawija yang tidak/belum panen ada sebanyak 929 rumah tangga. Jenis tanaman palawija yang paling banyak tidak/belum panen adalah ubi kayu. Sebanyak 7,19 persen (680) rumah tangga yang menanam ubi kayu belum panen pada periode Mei 2012–April 2013. Tabel 14 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman dan Sistem Pemanenan Utama, ST2013 Jenis Tanaman
Dipanen Muda
Dipanen Bentuk Lain
(1)
(2)
(3)
Sistem Pemanenan Utama Dipanen Sendiri
Ditebaskan
Diijonkan
Tidak/Belum Panen
Jumlah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Palawija Jagung Kedelai Kacang Tanah
292
611
3
2
71
985
36
0
0
5
44
456
1
0
51
512
43
0
0
4
47
185
5985
52
13
680
6.915
8
798
5
1
85
897
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
137
0
0
32
171
2
0
0
1
3
0
0
0
0
0
6
3 4
Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sorgum Gandum Talas Ganyong
48
Garut
2
Rumah tangga tanaman padi paling banyak berlokasi di Natuna (47,23 persen), Karimun (30,63 persen), dan Kepulauan Anambas (16,20 persen). Karimun dan Natuna, selain sebagai sentra utama padi, kedua kabupaten ini juga merupakan sentra komoditas jagung. Namun untuk rumah tangga usaha tanaman palawija secara keseluruhan, kabupaten Bintan dan Kota Batam memiliki jumlah yang lebih banyak,yakni masing-masing 23,75 persen (2.015) dan 22,40 persen (1.900) rumah tangga. Tidak seperti tanaman padi yang hanya terdapat dibeberapa kabupaten, rumah tangga usaha jagung dapat ditemui di semua kabupaten/kota, dimana sentra utamanya ditemui di Karimun sebesar 31,17 persen dari total rumah tangga jagung sedangkan terbanyak kedua didapatkan di Bintan sebesar 25,99 persen. Sentra ketiga untuk komoditas jagung adalah Kota Batam yang menyumbang sebesar 11,88 persen dari total rumah tangga jagung Kepulauan Riau sebanyak 985 rumah tangga. Sementara itu, untuk komoditas kedelai, hanya lima kabupaten dari tujuh kabupaten/kota di provinsi kepulauan Riau yang menanam komoditas tersebut. Kabupaten Bintan, Natuna dan Kota Batam yang menjadi sentra produksi. Persentase rumah tangga kedelai di masing-masing kabupaten ini terhadap total rumah tangga kedelai Kepulauan Riau adalah 34,09 persen (15 rumah tangga), 31,82 persen (14 rumah tangga), dan 20,45 persen (9 rumah tangga) dari total petani kedelai Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 44 rumah tangga.
49
Tabel 15 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, ST2013 No
Kabupaten/Kota
Tanaman Pangan
Padi
Padi Sawah
Padi Ladang
Palawija
Jagung
Kedelai
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1 Karimun
1416
155
144
11
1.285
307
5
2 Bintan
2031
27
25
2
2.015
256
15
3 Natuna
1645
239
239
0
1.469
100
14
4 Lingga
803
1
1
0
803
76
1
5 Kepulauan Anambas
599
82
81
3
566
44
0
6 Batam
1900
0
0
0
1.900
117
9
7 Tanjungpinang
444
2
2
0
444
85
0
8838
506
492
16
8.482
985
44
Kepulauan Riau *)
Satu rumah tangga usaha tanaman pangan dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas, sehingga jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha padi dengan rumah tangga palawija. **) Satu rumah tangga usaha padi atau palawija dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas padi atau palawija, sehingga jumlah rumah tangga usaha padi atau palawija bukan merupakan penjumlahan rumah tangga komoditasnya.
50
Gambar 17 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan, ST2013
51
52
Subsektor Hortikultura
B
erdasarkan jenis tanaman, tanaman hortikultura dibedakan menjadi tanaman tahunan dan semusim. Tanaman hortikultura tahunan adalah tanaman hortikultura yang umur tanamannya lebih dari satu tahun sedangkan tanaman yang umurnya kurang dari satu tahun digolongkan menjadi tanaman hortikultura semusim. Tanaman hortikultura (tahunan dan semusim) meliputi buah-buahan, sayuran, obat-obatan, dan tanaman hias.
Berdasarkan hasil ST2013, dari 50 jenis tanaman hortikultura semusim utama di Provinsi Kepulauan Riau, cabai rawit merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura (3.168 rumah tangga). Selain cabai rawit, kacang panjang dan kangkung juga tergolong jenis tanaman hortikultura semusim yang paling banyak dikelola rumah tangga usaha hortikultura. Jika dilihat menurut kelompok tanaman, maka tanaman buah-buahan semusim yang paling banyak dikelola oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah semangka diikuti dengan tanaman melon yang memang blum banyak diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk tanaman sayuran semusim, cabai rawit merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura, diikuti dengan berbagai macam jenis sayuran hijau lainnya. Jenis tanaman obat-obatan semusim yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah lengkuas, diikuti kunyit dan jahe, sedangkan rumput peking tercatat sebagai jenis tanaman hias semusim yang paling banyak dikelola oleh rumah tangga usaha hortikultura. Pada tanaman hortikultura semusim, potensi dan besaran produksi suatu tanaman dapat dilihat dari luas tanamnya. Dalam keadaan normal, semakin besar luas tanam maka produksi yang dihasilkan akan semakin banyak. Ditinjau dari besaran jumlah pohon/rumpun/luas tanam, tanaman hortikultura semusim yang memiliki luas tanam terbesar adalah kacang panjang, sedangkan yang terkecil adalah tanaman pohon dollar. Hal ini berarti potensi terbesar dari tanaman hortikultura semusim di Kepulauan Riau terletak pada jenis tanaman cabai rawit. Selanjutnya, dilihat dari besaran rata-rata luas tanam yang dikelola per rumah tangga maka tanaman bawang daun adalah tanaman hortikultura semusim yang paling luas diusahakan per rumah tangga usaha hortikultura dan yang terkecil adalah pohon dollar.
53
Tabel 16 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Luas Tanam, dan Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Semusim, ST2013 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim (1)
Melon Semangka Bawang Daun/Prei Bayam Buncis Cabai Besar Cabai Rawit Jamur Kacang Panjang Kailan Kangkung Labu Siam Ketimun Oyong/Gambas Pak Choi
54
Paria/Pare Petsai/Sawi Putih
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
8
Luas Tanam
(m2)
(3)
Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga (4)
8
15.580
1.947
532
1.533.150
894
87
37.493
2.881
1.222
1.138.861
430
143
337.562
931
892
2.042.075
2.360
3.168
2.183.820
2.286
20
35.626
689
2.317
2.742.252
1.781
11
4.920
286
1.886
1.354.178
1.183
92
41.004
445
1.253
1.297.832
1.035
348
297.720
855
4
4.400
1.100
297
557.237
1.876
18
17.726
984
Sawi Seledri Slada Terung Tomat Brotowali Jahe Kemangi Kencur Kunyit Kumis Kucing Lempuyang Lengkuas Lidah Buaya
996
876.165
879
128
42.803
334
25
20.745
829
489
525.849
1.075
75
96.808
1.290
5
3.107
621
170
62.068
365
70
48.652
695
54
2.148
39
420
81.213
193
11
144
13
32
578
18
572
232.034
405
6
72
12
55
Tabel 16 (lanjutan) Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Luas Tanam, dan Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Semusim, ST2013 Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(2)
(3)
(4)
63
2.104
33
5
71
14
26
2.113
81
15
1.079
71
19
1.664
87
42
1.915
45
30
1.923
64
35
2.379
67
7
6.630
947
76
49.630
653
14
1.399
99
5
29
5
5
3.082
616
14
400
28
82
82.445
1.005
6
246
41
19
1.025
53
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
(1)
Selasih Temu Kunci Temulawak Anggrek Aglaoenema Kamboja Jepang/Adenium Mawar Melati Nanas-Nanasan/Bromelia Palm Pisang-Pisangan/Heliconia Pohon Dollar Pakis-Pakisan PedangPedangan/Sansevieria Rumput Peking Sirih-Sirihan Talas-Talasan
56
Luas Tanam (m2)
Jenis Tanaman Hortikultura Semusim
Menurut hasil ST2013 di Provinsi Kepulauan Riau, pisang merupakan jenis tanaman hortikultura tahunan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura (10.773 rumah tangga). Selain itu, terdapat juga sekitar 9.963 rumah tangga usaha hortikultura yang mengelola tanaman durian, diikuti tanaman mangga dan rambutan yakni masing-masing sebanyak 9.336 dan 9.330 rumah tangga. Dari 50 jenis tanaman hortikultura tahunan utama, tanaman hias merupakan jenis tanaman yang paling sedikit diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura. ST2013 memberikan informasi mengenai jumlah tanaman hortikultura tahunan yang sudah berproduksi. Dari tabel 17, terlihat bahwa jenis tanaman hortikultura tahunan yang memiliki persentase jumlah pohon/rumpun/luas tanam sudah berproduksi terbesar adalah nenas dan yang terkecil adalah tanaman hias seperti anturium bunga dan euphorbia. Jika dilihat menurut kelompok tanaman, maka tanaman buah-buahan tahunan yang sudah berproduksi paling banyak adalah tanaman nenas diikuti dengan tanaman pisang dan durian. Untuk tanaman sayuran tahunan, petai merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga hortikultura. Jenis tanaman obat-obatan tahunan yang paling banyak memilki pohon/rumpun yang sudah berproduksi adalah tanaman sereh, sedangkan soka/ixora tercatat sebagai jenis tanaman hias tahunan yang paling banyak memiliki luas tanam yang sudah berproduksi paling besar. Ditinjau dari besaran jumlah pohon/rumpun/luas tanam, tanaman hortikultura tahunan yang memiliki luas tanam yang diusahakan/dikelola terbesar adalah nenas sedangkan yang terkecil adalah tanaman euphorbia. Ditinjau dari besaran rata-rata luas tanam yang diusahakan/dikelola per rumah tangga, tanaman yang memiliki jumlah pohon/rumpun/luas tanam terluas per rumah tangga adalah nenas, sedangkan yang terkecil adalah tanaman jambu bol.
57
Tabel 17 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam, dan Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan, ST2013 Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan (1) Alpukat
(2) 316
Belimbing
107
Buah Naga
151
Buah Nona/Srikaya
10
Cempedak
3.853
Duku/Langsat
1.253
Durian
9.963
Duwet/Juwet
6
Jambu Air
1.142
Jambu Biji
352
Jambu Bol
221
Jeruk Siam/Keprok
58
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
1.547
Jeruk Besar
96
Kedondong
292
Kesemek
2
Lengkeng
177
Mangga
9.336
Manggis
946
Markisa
30
Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam Satuan (3) pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon
Diusahakan/Dikelo la
Yang Sudah Berproduksi
Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga (6) 18
(4) 5.779
(5) 3.166
1.631
514
15
236.067
72.121
1.563
57
51
5
78.273
44.960
20
31.781
22.953
25
365.743
150.908
36
59
55
9
10.862
3.501
9
8.689
2.143
24
538
444
2
328.202
140.618
212
1.061
454
11
3.791
977
12
54
4
27
4.860
3.289
27
148.396
66.416
15
15.886
6.440
16
733
150
24
Tabel 17 (lanjutan) Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam, dan Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan, ST2013 Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
(1)
(2)
Matoa Buah Nangka Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Sirsak Sukun Terong Brastagi Blimbing Wuluh Jengkol Kluwih Melinjo Petai Daun Ungu
Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam Satuan
Diusahakan/Dike lola
Yang Sudah Berproduksi
Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga (6) 26
(3) pohon
(4) 1.742
(5)
65 3.688
pohon
249.043
127.339
67
1.422
pohon
3.516.880
1.944.672
2.473
1.321
pohon
127.814
69.025
96
10.773
rumpun
1.829.869
871.085
169
9.330
pohon
213.763
147.001
22
258
rumpun
111.998
35.978
434
694
pohon
5.658
4.403
8
307
rumpun
13.434
4.671
43
692
pohon
2.832
1.848
4
5
pohon
363
250
72
15
pohon
117
111
7
2.791
pohon
62.271
20.923
22
14
pohon
108
48
7
992
pohon
10.550
9.307
10
3.466
pohon
77.804
34.463
22
2
pohon
52
2
26
444
59
Mahkota Dewa Mengkudu/Pace Salam Sereh Sirih Anthurium Bunga Anthurium Daun Bambu Hias Bougenvillea Spp Caladium Euphorbia Kaktus Soka/Ixora Tabulampot
60
11
pohon
294
108
26
10
m2
47
31
4
22
m2
1.651
1.625
75
615
m2
275.680
83.584
448
12
m2
80
31
6
8
m2
1.102
0
137
28
m2
2.031
762
72
20
m2
2.003
222
100
43
m2
5.872
2.170
136
2
m2
300
0
150
2
m2
21
0
10
9
m2
311
13
34
31
m2
13.924
9.121
449
10
m2
2.797
580
279
Pada Mei 2013, jumlah rumah tangga usaha hortikultura di Kepulauan Riau adalah sebesar 28.757 rumah tangga. Rumah tangga usaha hortikultura ini tersebar diseluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau, dengan rumah tangga usaha hortikultura paling banyak dijumpai di Kabupaten Karimun (9.104 rumah tangga). Dilihat dari persentase rumah tangga usaha hortikultura paling banyak selain Kabupaten karimun, Kabupaten Bintan memilki jumlah rumah tangga terbesar kedua dengan persentase sebesar 16,75 persen sedangkan yang terkecil berada di Kota Tanjungpinang dengan persentase sebesar 3,44persen. Menurut hasil ST2013, kelompok tanaman hortikultura yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah kelompok tanaman buah-buahan 92,07 persen (26.477 rumah tangga) dan yang paling sedikit diusahakan adalah kelompok tanaman hias sebanyak 1,32 persen (381 rumah tangga). Jika melihat perbandingan antara jumlah rumah tangga usaha tanaman hortikultura tahunan dan semusim dapat dilihat bahwa untuk kelompok tanaman buah-buahan, jenis tanaman tahunan lebih banyak diusahakan dibandingkan dengan tanaman semusim. Hal yang berbeda terjadi pada tiga kelompok tanaman hortikultura lainnya karena dibandingkan dengan tanaman tahunan, tanaman semusim lebih banyak diusahakan pada kelompok tanaman sayuran, tanaman hias, dan obatobatan ST2013 mencatat bahwa dari keempat kelompok tanaman hortikultura tahunan, kelompok tanaman buah-buahan merupakan kelompok tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura dengan persentase sebesar 75,29 (21.651 rumah tangga). Potensi usaha kelompok tanaman buah-buahan tahunan terdapat di Kabupaten Karimun. Hal ini terlihat dari jumlah rumah tangga usaha tanaman buah-buahan di kabupaten tersebut yang mencapai 8.376 rumah tangga. Untuk kelompok tanaman sayuran tahunan, Kabupaten Karimun juga tercatat memiliki jumlah rumah tangga usaha tanaman sayuran tahunan terbanyak yaitu sebesar 2.054 rumah tangga. Rumah tangga usaha tanaman obat-obatan tahunan dan tanaman hias tahunan paling banyak dijumpai di Kota Batam yakni masing-masing 275 rumah tangga usaha tanaman obat-obatan dan 69 rumah tangga usaha tanaman hias. Berbeda dengan kelompok tanaman hortikultura tahunan, kelompok tanaman hortikultura semusim yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah kelompok tanaman sayuran. Dari 28.757 rumah tangga usaha hortikultura, sebanyak 4.435 rumah tangga mengusahakan kelompok tanaman sayuran semusim. Kelompok tanaman buah-buahan semusim diusahakan oleh sebanyak 416 rumah tangga, sedangkan kelompok tanaman hias semusim diusahakan oleh 141 rumah tangga. Tanaman obat-obatan semusim merupakan kelompok tanaman hortikultura semusim yang paling sedikit diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura di Provinsi Kepulauan Riau dengan 116 rumah tangga. Dilihat dari distribusi per kabupaten/kota, Kabupaten Natuna merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha tanaman buah-buahan semusim terbesar (380 rumah tangga). Rumah tangga usaha tanaman sayuran semusim paling banyak ditemui di Kabupaten Bintan (1.282 rumah tangga). Kota Batam merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha tanaman obat-obatan semusim dan usaha tanaman hias semusim terbanyak yakni masing-maing 2775 rumah tangga dan 109 rumah tangga.
61
Gambar 18 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Menurut Jenis Tanaman Hortikultura, ST2013
62
Tabel 18 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Tahunan dan Semusim menurut Kelompok Tanaman dan Kabupaten/Kota, ST2013 Kelompok Tanaman Hortikultura
Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
Rumah Tangga Usaha Hortikultura
(2)
Buah-buahan
Sayuran
Tanaman Obat-obatan
Tanaman Hias
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
9104
8376
25
2054
1242
49
58
11
32
4818
4336
108
1070
1282
197
234
33
74
3695
2969
380
534
989
36
91
2
3
4255
3991
26
660
924
37
184
4
5
1625
1481
30
85
429
29
48
3
2
4270
3782
50
914
1250
217
275
69
109
990
908
15
201
154
100
101
13
21
28757
25843
634
5518
6270
665
991
135
246
63
Berdasarkan hasil ST2013, dari kedelapan jenis tanaman hortikultura strategis, pisang, mangga, dan cabai merupakan jenis tanaman dengan jumlah rumah tangga usaha hortikultura terbanyak yang diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu masing-masing sebesar 10.773; 9.336; dan 3.868 rumah tangga. Ditinjau menurut penyebaran pada tiap-tiap kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, jenis tanaman pisang, jeruk, mangga, cabai dan kunyit tersebar diseluruh kabupaten/kota di Provinsi kepulauan Riau, sedangkan untuk usaha tanaman bawang merah dan anggrek hanya beberapa kabupaten/kota saja yang mengusahakannya, bahkan untuk jenis tanaman kentang tidak ada rumah tangga yang mengusahakannya di Provinsi Kepulauan Riau. Menurut jenis tanamannya, pisang, jeruk dan cabai terbanyak diusahakan di Kabupaten Bintan dengan jumlah rumah tangga usaha terbesar masing-masing 2.496; 521; dan 815 rumah tangga. Rumah tangga usaha tanaman mangga paling banyak berada di Kabupaten Karimun dan Kota Batam. Dari 9.336 rumah tangga usaha tanaman mangga, 31,53 persen berada di Kabupaten Karimun, 19,43 persen di Kota Batam, dan sisanya menyebar di kabupaten/kota lainnya. Rumah tangga usaha tanaman cabai relatif banyak dan menyebar merata antar kabupaten/kota, kecuali Kota Tanjungpinang hanya 2,64 persen (102 rumah tangga) saja. Hal ini mengingat tanaman cabai sering digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan sehari-hari. Di Tahun 2013 rumah tangga usaha jenis bawang merah di Povinsi Kepulauan Riau masih tergolong baru, hanya Kabupaten Bintan dan Kota Batam yang mencoba mengusahakan jenis tanaman tersebut. Selain itui tanaman kentang di Provinsi Kepulauan Riau juga tidak ada rumah tangga yang mengusahakan, padalah kedua jenis tanaman tersebut merupakan komoditas strategis yang selalu digunakan oleh rumah tangga pada umumnya. Jenis tanaman kunyit tersebar merata di seluruh kabupaten/kota diProvinsi Kepulauan Riau dengan jumlah rumah tangga usaha terbesar di Kabupaten Lingga yakni 34,05 persen (143). Sedangkan untuk jenis tanaman anggrek, hanya beberapa kabupaten/kota saja yang terdapat rumah tangga usahanya dengan jumlah terbanyak di Kota Batam sekitar 60 persen (9 rumah tangga).
64
Tabel 19 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman Hortikultura Strategis yang Diusahakan, ST2013
Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
Rumah Tangga UsahaHortik ultura
(2)
Jumlah Rumah Tangga Per Jenis Tanaman Hortikultura Strategis
Pisang
Jeruk
Mangga
Cabai
Bawang Merah
Kentang
Kunyit
Anggrek
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
9104
2478
130
2944
554
0
0
33
2
4818
2496
521
1096
815
1
0
90
0
3695
1278
123
1085
733
0
0
61
0
4255
1249
196
1553
720
0
0
143
1
1625
740
127
505
363
0
0
33
0
4270
2097
383
1814
581
1
0
38
9
990
435
67
339
102
0
0
22
3
28757
10773
1547
9336
3868
2
0
420
15
65
Jumlah pohon/rumpun/luas tanam yang ada di suatu daerah secara normal dapat mengindikasikan besaran produksi tanaman pada daerah tersebut. Pada periode ST2013, dari jenis tanaman hortikultura strategis semusim, cabai dan kunyit merupakan jenis tanaman dengan luas tanaman hortikultura terbanyak yang diusahakan, yaitu masing-masing sebesar 422,59 hektar dan 8,12 hektar. Jumlah/luas tanaman hortikultura di Provinsi kepulauan Riau berdasarkan hasil ST2013 tidak semua menyebar secara merata, terlihat bahwa usaha tanaman pisang terpusat di Kota Batam dengan jumlah tanaman terbesar 60,52 persen (1,1 juta tanaman). Tanaman jeruk paling banyak diusahakan di Kabupaten Bintan dan Kota Batam dengan jumlah tanaman masing-masing 35,15 persen dan 33,11 persen. Tanaman mangga paling banyak diusahakan di Kabupaten Karimun dan Kota Batam. Dari 148.396 pohon mangga, 27,95 persennya berada di Kabupaten Karimun , 28,66 persen di Kota Batam, dan sisanya menyebar di kabupaten/kota lainnya. Tanaman bawang merah relatif kecil luas tanamnya dan hanya terdapat di dua kabupaten/kota saja, padahal bawang merah sering digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan sehari-hari. Sentra tanaman bawang merah terdapat di Kota Batam dengan luas tanam dua kali dari luas tanam di Kabupaten Bintan. Hal ini perlu dicermati oleh kabupaten/kota lainnya, selain itu untuk jenis tanaman kentang juga belum pernah ada rumah tangga yang mencoba mengusahakannya di Provinsi kepulauan Riau. Jenis tanaman anggrek paling banyak diusahakan di Kota Batam dengan luas tanam 89,43 persen, sisanya tersebar di Kabupaten Karimun, Lingga dan Kota Tanjungpinang.
66
Tabel 20 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura dan Jumlah/Luas Tanam Hortikultura Strategis Menurut Kabupaten/Kota, ST2013 Jumlah Tanaman Per Jenis Tanaman Hortikultura Strategis
Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
Rumah Tangga UsahaHortikultura
Luas Tanam (m2)
Jumlah Pohon (pohon)
Pisang
Jeruk
Mangga
Cabai
Bawang Merah
Kentang
Kunyit
Anggrek
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
9104 107224
7798
41476
765393
0
0
883
70
4818 302229
82760
11668
915268
30
0
47190
0
3695
91211 115360
17084
463557
0
0
9407
0
4255
45661
4769
19992
220124
0
0
1925
10
1625 148155
3403
12712
456051
0
0
11932
0
110737 4270 8 108672
42525
1318746
60
0
8041
965
5440
2939
86756
0
0
1835
34
182986 28757 9 328202
14839 6
4225895
90
0
81213
1079
(2)
990
28011
67
Gambar 19 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Hortikultura, ST2013
68
Subsektor Perkebunan
H
asil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 34.310 rumah tangga. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman tahunan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim. Sebanyak 34.152 rumah tangga mengusahakan tanaman tahunan, sementara jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim sebanyak 286. Rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan terbanyak di Provinsi Kepulauan Riau berada di Kabupaten Karimun, yaitu 11.176 rumah tangga. Kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan terbanyak kedua dan ketiga berturut-turut adalah Natuna (7.728 rumah tangga) dan Lingga (5.298 rumah tangga). Rumah tangga yang paling banyak mengusahakan tanaman tahunan berada di Kabupaten Karimun (11.125 rumah tangga), sementara untuk tanaman semusim paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kota Batam (118 rumah tangga).
Gambar 20 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Tanaman, ST2013
69
Tabel 21 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, ST2013 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
70
Total
Tanaman Tahunan
Tanaman Semusim
(2)
(3)
(4)
11.176
11.125
83
3.919
3.905
36
7.728
7.726
5
5.298
5.295
27
3.839
3.839
0
1.977
1.897
118
373
365
17
34.310
34.152
286
Secara umum, enam tanaman tahunan berdasarkan banyaknya rumah tangga yang mengusahakan di Kepulauan Riau berturut-turut adalah karet (17.119 rumah tangga), kelapa (16.895 rumah tangga), cengkeh (8.862 rumah tangga), kelapa sawit (345 rumah tangga), pinang/jambe (593 rumah tangga), dan sagu (580 rumah tangga).
Selain enam jenis tanaman tahunan tersebut, di Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat rumah tangga yang mengusahakan tanaman lada, kopi dan kakao, masing-masing sebanyak 214; 137; dan 114 rumah tangga. Kabupaten dengan rumah tangga yang paling banyak mengusahakan karet adalah Karimun (48,99 persen), diikuti Lingga ( 3.545 rumah tangga). Kelapa paling banyak diusahakan juga oleh rumah tangga di Kabupaten Karimun (0,51 juta rumah tangga), diikuti Kabupaten Natuna (3.755 rumah tangga). Cengkeh paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Natuna (5.023 rumah tangga), diikuti kabupaten pecahannya Kepulauan Anambas (3.303 rumah tangga). Pinang/jambe terbanyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Karimun 87,35 peren (518 rumah tangga) sisanya tersebar di kabupaten/kota lainnya kecuali Kota Tanjungpinang. Sagu terpusat di dua kabupaten yakni Kabupaten Lingga 50,00 persen (290 rumah tangga) dan Kabupaten Karimun 48,28 persen (280 juta rumah tangga). Kelapa sawit paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Karimun 44,64 persen (154 rumah tangga) sisanya tersebar diseluruh kabupaten/kota dengan jumlah rumah tangga terkecil di Kota Tanjungpinang (4 rumah tangga).
71
Tabel 21.a Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Tanaman Tahunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, ST2013
Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
72
Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola
Rumah Tangga Usaha Tanaman Tahunan
Cengkeh
Pinang/Jambe
Karet
Kelapa
Sagu
Kelapa Sawit
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
11.125
59
518
8.386
5.101
280
154
3.905
286
6
1.766
2.415
1
34
7.726
5.023
1
2.177
3.755
6
91
5.295
163
43
3.545
1.838
290
25
3.839
3.303
3
934
1.715
0
15
1.897
21
22
259
1.748
3
22
365
7
0
52
323
0
4
34.152
8.862
593
17.119
16.895
580
345
Empat tanaman semusim yang paling banyak diusahakan di Kepulauan Riau berturut-turut adalah tebu (206 rumah tangga), sereh wangi (76 rumah tangga), rosela (3 rumah tangga) dan nilam (2 rumah tangga). Usaha perkebunan tanaman semusim banyak didominasi oleh rumah tangga yang berada di Kota Batam, walaupun untuk jenis tanaman tebu tersebar diseluruh kabupaten/kota kecuali Kepulauan Anambas. Kabupaten dengan rumah tangga yang paling banyak mengusahakan tanaman tebu adalah Karimun (80 rumah tangga), diikuti Kota Batam (63 rumah tangga). Sereh wangi paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kota Batam (54 rumah tangga), diikuti Kabupaten Bintan (15 rumah tangga). Nilam hanya terdapat di Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna dengan jumlah masing-masing 1 rumah tangga usaha. Rosela juga hanya terdapat di dua kabupaten saja yakni Kabupaten Bintan dan Kota Batam yaitu masing-masing 1 rumah tangga dan 2 rumah tangga usaha.
73
Tabel 21.b Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Tanaman Semusim Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
74
Rumah Tangga Usaha Tanaman Semusim Nilam
Sereh Wangi
Tebu
Rosela
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
83
1
3
80
0
36
0
15
20
1
5
1
0
4
0
27
0
2
24
0
0
0
0
0
0
118
0
54
63
2
17
0
2
15
0
286
2
76
206
3
Jika dilihat dari jumlah tanamannya, populasi tanaman tahunan terbesar yang diusahakan oleh rumah tangga adalah karet, yakni sebanyak 12,36 juta pohon di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah pohon terbanyak berada di Kabupaten Karimun (6,56 juta pohon) dan Kabupaten Lingga (2,75 juta pohon). Populasi terbesar kedua adalah tanaman kelapa, yaitu sebanyak 634,8 ribu pohon diusahakan di Kabupaten Karimun diikuti Kabupaten Natuna. Tanaman cengkeh menempati posisi ketiga terbesar yang paling banyak diusahakan rumah tangga, yaitu sebanyak 602,2 ribu pohon di Kabupaten Natuna dan 316,95 ribu pohon di Kepulauan Anambas. Tanaman Sagu dan Kelapa Sawit memiliki jumlah pohon yang hampir sama. Sentra sagu terdapat di Kabupaten Lingga (73,12 persen), sedangkan kelapa sawit paling banyak berada di Kabupaten Karimun dan Bintan. Selain tanaman karet, kelapa, cengkeh, sagu dan kelapa sawit, potensi subsektor perkebunan juga pada komoditas pinang/jambe (30.936 pohon). Kabupaten dengan rumah tangga yang paling banyak mengusahakan pinang/jambe adalah Kabupaten Karimun 89,95 persen (127.517 pohon), diikuti Kabupaten Lingga (2.605 pohon). Di Provinsi Kepuluaun Riau juga terdapat jenis tanaman lada, kakao dan Kopi yang jumlah tanamannya juga cukup banyak walaupun jumlah rumah tangga yang mengusahakan ketiga jenis tanaman tersebut lebih sedikit dibanding keenam jenis tanaman pada Tabel 22. Jumlah tanaman lada, kakao dan kopi berturut-turut sebanyak 91.816; 38.979; dan 18,857 pohon.
75
Tabel 22 Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Tanaman Tahunan yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, ST2013
Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
76
Cengkeh
Pinang/Jambe
Karet
Kelapa
Sagu
Kelapa Sawit
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.051
27.517
6.560.271
634.800
78.675
135.260
19.558
263
1.334.726
340.490
100
109.368
602.227
6
1.194.885
543.226
1.104
22.997
8.884
2.605
2.755.690
93.413
217.829
4.659
316.955
25
306.779
214.353
0
1.603
551
520
135.446
140.063
212
6.030
104
0
74.780
18.176
0
350
949.330
30.936
12.362.577
1.984.521
297.920
280.267
Tabel 22.a Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Tanaman Tahunan yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan yang Belum Berproduksi, ST2013
Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
Cengkeh
Pinang/Jambe
Karet
Kelapa
Sagu
Kelapa Sawit
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
339
3.369
1.559.958
97.126
43.224
62.113
5.079
10
342.882
35.299
100
51.213
66.877
5
573.728
39.923
343
4.581
2.510
1.622
1.551.690
18.796
157.086
2.419
37.417
0
76.400
14.477
0
167
114
149
64.654
27.686
0
4.734
7
0
8.580
1.778
0
280
112.343
5.155
4.177.892
235.085
200.753
125.507
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa tanaman perkebunan yang diusahakan sebagian besar sudah berproduksi. Hasil Sensus Pertanian 2013 memperlihatkan proporsi tanaman karet yang belum berproduksi sebesar 33,79 persen dari total tanaman yang diusahakan/dikelola, proporsi tanaman kelapa yang belum berproduksi sebesar 11,85 persen, dan proporsi tanaman cengkeh yang belum berproduksi adalah sebesar 11,83 persen. Angka proporsi yang relatif cukup besar pada tanaman sagu, menggambarkan banyaknya penanaman baru ataupun perluasan.
77
Jumlah pohon karet yang belum berproduksi di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 4,177 juta pohon, dan paling banyak ditemukan di Kabupaten Karimun dan Lingga yakni masing-masing sebanyak 1,551 juta dan 1,559 juta pohon. Jumlah tanaman pinang/jambe yang belum berproduksi juga paling banyak ditemukan di kedua kabupaten tersebut. Jumlah pohon kelapa yang belum berproduksi di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 235.085 pohon, dan paling banyak ditemui di Kabupaten Karimun yakni sebanyak 25,95 juta pohon. Selain karet dan kelapa, pohon sagu juga banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha perkebunan di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah pohon sagu yang diusahakan/dikelola rumah tangga usaha perkebunan adalah sebanyak 297.920 pohon. Dari sejumlah pohon sagu yang diusahakan tersebut, sebanyak 200.753 pohon masih belum berproduksi (67,38 persen). Kabupaten lingga merupakan kabupaten yang memiliki jumlah pohon sagu yang belum berproduksi paling banyak (157.086 pohon) karena Lingga memang sentra perkebunan sagu di Provinsi Kepulauan Riau, walaupun secara persentase (100 persen) tanaman sagu di Kabupaten Bintan seluruhnya belum berproduksi. Tidak ada pohon sagu yang diusahakan/dikelola rumah tangga usaha perkebunan di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kota Tanjungpinang. Tanaman cengkeh yang beum berproduksi paling banyak di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas sebagai sentra tanaman cengkeh di Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan tanaman kelapa sawit yang belum berproduksi paling banyak ditemukan di Kabupaten Karimun dan Bintan, yakni masing-masing sebanyak 62.113 dan 51.213 pohon.
78
Tabel 22.b Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Tanaman Tahunan yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan yang Sudah Berproduksi, ST2013
Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
Cengkeh
Pinang/Jambe
Karet
Kelapa
Sagu
Kelapa Sawit
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
642
19.447
4.173.405
406.060
28.635
59.623
13.225
153
891.460
196.499
0
57.645
358.082
1
329.642
340.468
461
12.741
4.946
979
946.641
63.671
43.873
2.240
158.663
23
215.255
177.817
0
976
237
361
61.715
69.239
212
1.272
92
0
65.200
13.325
0
60
535.887
20.964
6.683.318
1.267.079
73.181
134.557
79
Serupa dengan kondisi tanaman perkebunan yang belum berproduksi, tanaman perkebunan yang sudah berproduksi paling banyak pada komoditas karet dan kelapa. Jumlah pohon karet yang sudah berproduksi di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 6,683 juta pohon dan paling banyak ditemui di Kabupaten Karimun, yaitu sebanyak 4,173 juta pohon. Sedangkan jumlah pohon karet yang sudah berproduksi paling sedikit ditemui di Kota Batam, yaitu sebanyak 61.715 pohon. Jumlah pohon kelapa yang sudah berproduksi di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 1,267 juta pohon, dan terbanyak ditemui di Kabupaten Karimun dan Natuna yaitu masing-masing sebanyak 406.060 dan 340.468 pohon. Sedangkan jumlah pohon kopi yang sudah berproduksi paling sedikit di Kota Tanjungpinang dengan jumlah 13.325 pohon. Selain karet dan kelapa, pohon cengkeh juga merupakan tanaman perkebunan yang memiliki tanaman yang sudah berproduksi terbanyak ketiga. Jumlah pohon cengkeh yang sudah berproduksi di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 535.887 pohon dan terbanyak ditemui di Kabupaten Natuna, yaitu sebanyak 358.082 pohon. Sedangkan jumlah pohon cengkeh yang sudah berproduksi paling sedikit di KotaTanjungpinang, dengan jumlah yang sudah berproduksi sebanyak 92 pohon. Selain terlihat dari jumlah pohon/lajar/rumpun, potensi tanaman perkebunan juga dapat dilihat dari luas tanaman perkebunan. Total luas tanaman paling besar di Provinsi Kepulauan Riau (tanaman tahunan) yang digunakan rumah tangga untuk usaha perkebunan adalah luas tanaman karet, yaitu 2.580 hektar. Sementara, jika dilihat rata-rata luas tanaman per rumah tangga, maka tanaman kelapa sawit mempunyai rata-rata luas tanaman per rumah tangga paling besar, yaitu sekitar 2,11 hektar per rumah tangga. Meskipun rumah tangga di Kepulauan Riau paling banyak mengusahakan keenam jenis tanaman tersebut, namun demikian luas tanaman secara keseluruhan jika diurut dari yang terluas adalah karet. cengkwh, kelapa, sagu, kelapa sawit, lada, kakao, pinang dan kopi.
80
Tabel 23.a Luas Tanam Tanaman Tahunan (m2) yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
Cengkeh
Pinang/Jambe
Karet
Kelapa
Sagu
Kelapa Sawit
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
125.012
215.214
107.275.954
23.373.795
4.207.529 3.672.065
4.509.376
85.930
26.271.085
14.859.364
100 2.000.598
54.752.538
0
45.985.234
35.428.931
32.752 1.140.085
2.044.162
39.010
66.299.627
7.171.194
5.899.769
218.435
46.025.364
1.049
8.416.546
15.187.430
0
79.121
219.602
89.850
3.268.020
7.171.573
2.000
150.375
56.800
0
521.140
1.088.843
0
13.550
107.732.854
431.053
258.037.606
104.281.130 10.142.150 7.274.229
81
Tabel 23.b Luas Tanaman Semusim (m2) yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, ST2013
Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kabupaten/Kota
(1) Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
82
Nilam
Sereh Wangi
Tebu
Rosela
(2)
(3)
(4)
(5)
15.000
120
119.919
0
0
5.850
36.694
1.275
10.000
0
6.555
0
0
23
20.310
0
0
0
0
0
0
43.533
15.225
26.000
0
70
25.445
0
25.000
49.596
224.148
27.275
Tabel 24.a Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan dan Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Menurut Kondisi Tanaman di Kepulauan Riau, ST2013 Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Jenis Tanaman Jumlah rumah tangga Yang Diusahakan/ Dikelola Yang Belum Berproduksi Yang Sudah Berproduksi (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Aren/Enau
10
253
215
28
Asam Jawa
9
73
14
59
8.862
949.330
112.343
535.887
Gambir
16
99.300
30.100
69.200
Jambu Mete
86
26.148
2.040
23.905
Kakao
114
38.979
14.521
19.311
Kapok
28
165
95
68
17.119
12.362.577
4.177.892
6.683.318
6
515
403
112
345
280.267
125.507
134.557
Kelapa
16.895
1.984.521
235.085
1.267.079
Kemiri
14
785
435
252
3
55
30
25
Kenanga
137
18.457
5.333
12.725
Kopi
214
91.816
52.620
32.207
Lada
1
9
9
0
Panili/Vanili
4
54
22
32
29
3.874
0
1.323
Pandan Anyaman
593
30.936
5.155
20.964
Pinang/Jambe
580
297.920
200.753
73.181
10
253
215
28
Cengkeh
Karet Kayu Manis Kelapa Sawit
Kemiri Sunan
Pala
Sagu
83
Tabel 24.b Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan dan Luas Tanaman/Luas Tanam Menurut Jenis Tanaman di Kepulauan Riau, ST2013 Jenis Tanaman
Jumlah Rumah Tangga
(1)
(2)
Aren/Enau Asam Jawa Cengkeh Gambir Jambu Mete Kakao Kapok Karet Kayu Manis Kelapa Sawit Kelapa Kemiri Kemiri Sunan Kenanga Kopi Lada Panili/Vanili Pala Pandan Anyaman Pinang/Jambe Sagu Nilam Rosela Sereh Wangi Tebu
84
10 9 8.862 16 86 114 28 17.119 6 345 16.895 14 3 137 214 1 4 29 593 580 2 3 76 206 10
Luas Tanaman/Luas Tanam (m2) (3)
18.510 2.107 107.732.854 345.085 437.948 943.617 10.039 258.037.606 16.160 7.274.229 104.281.130 5.663 5.011 327.624 1.172.550 500 5.000 6.875 431.053 10.142.150 25.000 27.275 49.596 224.148 18.510
Rata-Rata Luas Tanaman/Luas Tanam per Rumah Tangga (m2) (4)
1.851,00 234,11 12.156,72 21.567,81 5.092,42 8.277,34 358,54 15.073,17 2.693,33 21.084,72 6.172,31 404,50 1.670,33 2.391,42 5.479,21 500,00 1.250,00 237,07 726,90 17.486,47 12.500,00 9.091,67 652,58 1.088,10 1.851,00
Gambar 21 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Perkebunan, ST2013
85
86
Subsektor Peternakan erdasarkan hasil ST2013, rumah tangga usaha pertanian Subsektor Peternakan di Provinsi Kepulauan Riau dalam 10 tahun terakhir mengalami penurunan. Ternak yang diusahakan/dipelihara oleh rumah tangga pertanian dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu ternak besar/kecil dan ternak lain. Ternak besar/kecil terdiri atas sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, dan babi, sedangkan ternak lain terdiri atas ayam lokal (ayam kampung dan ayam lokal lainnya), ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, itik manila, angsa, kalkun, burung merpati, burung puyuh, dan kelinci.
B
Gambar 22 Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Jenis Ternak, ST2013 14 000 Rumah Tangga
12 000 10 000 8 000 6 000 4 000 2 000 0
Jenis Ternak
87
Tabel 25 Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak, ST2013
Provinsi
Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kuda
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
88
Kambing
Domba
(7)
(8)
6.678
396
0
2
0
1.281
0
3.256
149
0
0
0
134
0
3.672
2.287
0
1
0
120
0
3.425
703
0
0
0
152
0
1.000
736
0
0
0
54
0
2.762
124
0
0
0
325
0
887
48
0
1
0
52
0
21.680
4.443
0
4
0
2.118
0
Tabel 25 (lanjutan) Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak, ST2013
Kabupaten/Kota
Babi
Ayam Lokal
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
Itik Manila
Lainnya
(1)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
86
5.658
16
126
161
2
58
26
3.026
15
57
114
3
59
0
2.116
0
34
114
22
28
9
2.849
3
20
156
0
12
0
324
0
2
22
0
6
92
2.363
8
90
244
24
82
1
793
6
8
58
5
45
214
17.129
48
337
869
56
290
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
89
Tabel 26 Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kabupaten/Kota dan Jumlah Jenis Usaha Peternakan, ST2013 Jumlah Jenis Usaha Peternakan
Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
90
1
2
3
4
5
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
5.647
956
67
7
1
2.960
265
27
4
0
2.710
867
89
6
0
2.980
410
34
1
0
867
123
8
2
0
2.253
427
68
10
4
768
101
17
1
0
18.185
3.149
310
31
5
Tabel 27 Populasi Ternak yang Diusahakan oleh Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak, ST2013 Kabupaten/Kota
Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
1.630
6
0
9.299
0
1.053
786
0
0
1.140
0
691
8.567
5
0
627
0
0
1.843
0
0
1.252
0
76
3.546
0
0
365
0
0
659
0
0
4.541
0
4.657
316
1
0
482
0
40
17.347
12
0
17.706
0
6.517
91
Tabel 27 (lanjutan) Populasi Ternak yang Diusahakan oleh Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak, ST2013
Kabupaten/Kota
Ayam Lokal
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
Itik Manila
(1)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
92
112.522
43.666
561.735
4.455
33
109.642
189.100
1.618.080
3.606
40
47.598
0
280.079
2.423
174
41.190
3.650
30.555
2.029
0
7.639
0
7.800
276
0
97.007
164.141
6.538.526
51.506
486
22.256
239
124.640
1.480
25
437.854
400.796
9.161.415
65.775
758
Jika dilihat dari rumah tangga pertanian yang memelihara ternak, hasil ST2013 menunjukkan bahwa jenis ternak besar yang banyak dipelihara oleh rumah tangga di Provinsi Kepulauan Riau adalah sapi potong, tercatat sebanyak 4.443 rumah tangga memelihara sapi potong. Ternak kecil yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga pemelihara ternak adalah kambing, sebanyak 2.118 rumah tangga tercatat mengusahakan jenis ternak ini. Untuk ayam lokal yang merupakan gabungan dari ayam kampung dan ayam lokal lainnya, hasil ST2013 menunjukkan bahwa sebanyak 17.129 rumah tangga mengusahakan jenis ternak ini. Ayam lokal merupakan jenis unggas yang paling banyak diusahakan rumah tangga.
Jika dilihat dari jumlah ternak yang dipelihara oleh rumah tangga pertanian di Provinsi Kepulauan Riau, sapi potong paling banyak terdapat di Kabupaten Natuna 49,39 persen, sisanya tersebar di seluruh kabupaten/kota lainnya. Populasi kambing paling banyak terdapat di Kota Karimun dan Batam yaitu masing-masing 52, 51 persen dan 24,64 persen. Ternak jenis unggas di Provinsi Kepulauan Riau paling banyak jenis ayam ras pedaging sebanyak 9,161 juta ekor dengan sentranya di Kota Batam.
Gambar 23 Populasi Ternak yang Diusahakan oleh Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Jenis Ternak, ST2013 1 400 000
Populasi Ternak
1 200 000 1 000 000 800 000 600 000 400 000
200 000 0
Jenis Ternak
93
Gambar 24 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Peternakan, ST2013
94
Subsektor Perikanan egiatan usaha pertanian di Subsektor Perikanan terdiri dari kegiatan Budidaya Ikan dan kegiatan Penangkapan Ikan. Dari kedua kegiatan tersebut, hasil ST2013 mencatat bahwa sektor perikanan merupakan sektor unggulan kedua setelah perkebunan. Terdapat 32.155 rumah tangga yang berusaha di Subsektor Perikanan. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan terlihat mendominasi usaha rumah tangga Subsektor Perikanan. Berdasarkan hasil ST2013, terdapat sebanyak 29.335 rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan dan jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Bubidaya Ikan adalah sebanyak 6.520 rumah tangga. Sebanyak 3.700 rumah tangga pertanian di Subsektor Perikanan mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan sekaligus Penangkapan Ikan.
K
Jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan, dapat di rinci ke dalam dua komoditas utama, yaitu Bukan Ikan Hias dan Ikan Hias. Untuk kelompok Bukan Ikan Hias, Budidaya Ikan Air Laut dengan jenis ikan utama adalah Karapu Sunu terlihat mendominasi kegiatan Budidaya Ikan. Hal ini tercermin dari banyaknya jumlah rumah tangga yang mengusahakan Kerapu Sunu sebagai ikan utama, yaitu sebanyak 2.595 rumah tangga. Selain Kerapu Sunu, Ikan Nila merupakan jenis ikan utama pada kegiatan Budidaya ikan di Tambak/Air Payau yang memiliki jumlah rumah tangga terbanyak, yaitu sebanyak 20 rumah tangga. Sedangkan untuk kegiatan budidaya di Air Tawar, Ikan Lele merupakan jenis ikan utama yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga, yaitu sebanyak 1.148 rumah tangga. Untuk kelompok Ikan Hias, jenis ikan utama yang banyak diusahakan oleh rumah tangga adalah Ikan Koi, Arowana, Cupang, dan Mas Koki. Hasil ST2013 mencatat bahwa banyaknya rumah tangga yang mengusahakan Ikan Koi, Gapi, dan Mas Koki sebagai ikan utama adalah masing-masing sebanyak 12 rumah tangga; 9 rumah tangga; dan 8 rumah tangga.
95
Tabel 28 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Jenis Ikan Utama yang Diusahakan, ST2013 Bukan Ikan Hias Air Laut Jenis Ikan Utama (1)
Kerapu Sunu
96
Jumlah Rumah Tangga
Jenis Ikan Utama
Jumlah Rumah Tangga
Jenis Ikan Utama
(2)
(3)
(4)
(5)
2.595
Ikan Hias
Air Tawar
Air Payau
Jumlah Rumah Tangga
Jenis Ikan Utama
Jumlah Rumah Tangga
(6)
(7)
(8)
Nila
20
Lele
1.148
Koi
12
Kerapu Karang
313
Bandeng
18
Nila
429
Gapi
9
Kerapu Lumpur
308
Mujair
15
Mujair
176
Mas Koki
8
Rumput Laut
247
Kerapu Lumpur
7
Gurami
138
Moli
4
Kerapu Bebek
49
Kepiting
4
Mas
61
Manvis
2
Kerapu Balong
37
Kerapu Sunu
3
Bawal Air Tawar
36
Ikan Hias Laut
2
Kakap Merah
36
Rumput laut
3
Gabus
15
Diskus
2
Kakap Putih
32
Kerapu Bebek
2
Patin
8
Betta Laga
2
Udang Windu Jumbo
28
Udang Windu
2
5
Betta Hias
2
Kepiting
27
Kerapu Karang
1
5
Black Gost
1
Bandeng Air Tawar Tawes
Apabila ditinjau menurut kabupaten, hasil ST2013 menunjukkan bahwa Kota Batam merupakan kabupaten/kota yang memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan terbanyak (1.713 rumah tangga), diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna yang tercatat masing-masing memiliki sebanyak 1.394 rumah tangga; dan 1.342 rumah tangga usaha budidaya ikan. Kabupaten/kota yang memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan paling sedikit adalah Kota Tanjungpinang, yaitu sebanyak 292 rumah tangga. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa untuk usaha Budidaya Bukan Ikan Hias di Provinsi Kepulauan Riau, paling banyak rumah tangga mengusahakan ikan di Laut dan di Kolam. Tercatat sebanyak 4.449 rumah tangga di Kepulauan Riau mengusahakan Budidaya Ikan di Laut, dan sebanyak 1.914 rumah tangga di Kepulauan Riau mengusahakan Budidaya Ikan di Kolam. Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan kabupaten yang memiliki rumah tangga terbanyak yang mengusahakan budidaya bukan ikan hias di Laut, yaitu sebanyak 1.379 rumah tangga. Sedangkan Kota Batam paling banyak mengusahakan budidaya bukan ikan hias di kolam, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 937 rumah tangga. Hasil ST2013 juga mencatat bahwa terdapat sebanyak 53 rumah tangga usaha Budidaya Ikan Hias. Usaha Budidaya Ikan Hias di Provinsi Kepulauan Riau paling banyak diusahakan di Kota Batam, yaitu sebanyak 21 rumah tangga (39,62 persen). Selain Kota Batam, Kota Tanjungpinang merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga yang mengusahakan budidaya ikan hias kedua terbanyak, yaitu 11 rumah tangga (20,75 persen). Sedangkan kabupaten yang tidak terdapat rumah tangga mengusahakan budidaya ikan hias adalah kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas.
97
Tabel 29 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Budidaya Ikan, ST2013 Bukan Ikan Hias Kabupaten/Kota
Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
98
Ikan Hias Di Laut
Di Tambak
Di Kolam
Di Sawah
Di Perairan Umum
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(2)
(8)
536
286
12
229
0
5
9
649
239
11
402
0
4
6
594
525
2
67
0
0
0
1342
1247
11
82
0
0
6
1394
1379
0
15
0
0
0
1713
671
37
937
0
125
21
292
102
7
182
0
0
11
6520
4449
80
1914
0
134
53
Gambar 25 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Jenis Budidaya, ST2013 1400
Jumlah Rumah Tangga
1200
1000 800 600
400 200
0 Rumah Tangga Perikanan
Di Kolam/Air Tawar
Di Tambak/Air Payau Bukan Ikan Hias
Di Laut
Di Perairan Umum Ikan Hias
Jenis Budidaya Ikan
99
Tabel 30 Rata-Rata Luas Baku Budidaya Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Budidaya Ikan (m2/rumah tangga, ST2013 Bukan Ikan Hias Ikan Hias
Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
100
Di Laut
Di Tambak/Air Payau
Di Kolam/Air Tawar
Di Sawah
Di Perairan Umum
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
939,09
1.257,58
412,65
0,00
160,00
187,00
535,50
5.675,09
1.009,97
0,00
292,00
194,83
74,74
5.040,00
625,22
0,00
0,00
0,00
19,01
8.366,18
176,95
0,00
0,00
91,67
29,96
0,00
58,80
0,00
0,00
0,00
62,29
1.948,08
786,74
0,00
765,63
128,95
220,25
68.273,14
1.715,64
0,00
0,00
18,27
127,01
9.120,20
839,71
0,00
728,90
119,08
Luas baku budidaya ikan menunjukkan luas baku wadah (areal) yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya ikan. Rata-rata luas baku budidaya ikan terbesar adalah untuk jenis budidaya bukan ikan hias di tambak/air payau, yaitu sebesar 9,12 ribu m2/rumah tangga, sedangkan rata-rata luas baku paling kecil adalah untuk budidaya bukan ikan hias di laut, dengan rata-rata luas baku sebesar 127,01 m2/rumah tangga. Sedangkan untuk rata-rata luas baku budidaya ikan hias yaitu sebesar 119,08 m2/rumah tangga. Jenis ikan yang dikembangkan dan masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebanyak 11 jenis yaitu: Nila, Lele, Ikan Mas, Bandeng, Kakap, Rumput Laut, Udang Windu, Udang Vaname, Gurame, Patin, dan Kerapu. Mengacu pada jenis ikan yang dikembangkan dalam Renstra KKP, rumah tangga usaha Budidaya Ikan dapat dirinci menurut jenis ikan utama yang diusahakan. Terlihat bahwa di Provinsi Kepulauan Riau, jenis ikan utama yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha Budidaya Ikan adalah Kerapu, kemudian diikuti oleh Ikan Lele, Ikan Nila, dan Rumput Laut. Sedangkan Udang Windu, merupakan komoditas utama Budidaya Ikan yang paling sedikit diusahakan oleh rumah tangga. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha Budidaya Ikan Kerapu, Ikan Lele, Ikan Nila, dan Rumput Laut adalah masing-masing sebanyak 3.315 rumah tangga; 1.148 rumah tangga; 449 rumah tangga; dan 250 rumah tangga. Untuk komoditas Ikan Nila yang merupakan komoditas unggulan nasional (memiliki jumlah rumah tangga usaha Budidaya Ikan terbanyak). Di Provinsi Kepilauan Riau tercatat Budidaya Ikan Nila sebagai komodita kedua setelah Kerapu dengan jumlah rumah tangga usaha Budidaya Ikan Nila terbanyak di Kota Batam , yaitu sebanyak 202 rumah tangga. Komoditas Ikan Kerapu paling banyak ditemui di Provinsi Kepul;auan Riau dengan Kabupaten Lingga dan Kepulauan Anambas sebagai sentranya yaitu sebanyak 1.230 rumah tangga dan 892 rumah tangga. Rumah tangga usaha Budidaya Ikan Lele, Ikan Gurame, Ikan Kakap dan Ikan Mas paling banyak ditemui di Kota Batam yaitu masingmasing sebanyak 526 rumah tangga; 138 rumah tangga; 40 rumah tangga; dan 52 rumah tangga. Untuk rumah tangga usaha Budidaya Rumput laut dan Ikan Patin banyak diusahakan di Kabupaten karimun masing-masing sebanyak 158 rumah tangga dan 4 rumah tangga, sedangkan Budidaya Ikan Bandeng terbanyak di Kabupaten Lingga 9 rumah tangga usaha.
101
Tabel 31 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Bukan Ikan Hias Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ikan Utama, ST2013 Jenis Ikan Utama Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
102
Nila
Lele
Mas
Gurame
Bandeng
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Patin
Kakap
Kerapu
Udang Windu
Udang Vaname
Rumput Laut
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
41
148
1
19
8
4
9
23
1
0
158
129
237
4
18
5
0
2
204
0
0
0
20
41
3
0
1
0
4
412
0
0
2
23
51
0
0
9
1
1
1230
0
0
0
1
6
0
5
0
0
1
892
0
0
0
202
526
52
89
0
3
40
476
1
0
90
33
139
1
7
0
0
11
78
0
0
0
449
1.148
61
138
23
8
68
3315
2
0
250
Dilihat dari jumlah rumah tangga yang mengusahakan ikan hias, terdapat empat jenis ikan hias yang paling banyak diusahakan ikan koi, mas koki, cupang dan arowana. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jenis ikan hias utama yang diusahakan oleh rumah tangga usaha perikanan adalah ikan koi, yaitu sebanyak 12 rumah tangga. Kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah rumah tangga yang mengusahakan ikan koi sebagai komoditas utama adalah Kabupaten Karimun, yaitu sebanyak 5 rumah tangga. Selain ikan koi, ikan mas koki merupakan ikan hias yang banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha budidaya ikan di Provinsi Kepulauan Riau. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 rumah tangga yang mengusahakan budidaya ikan hias jenis Mas Koki sebagai jenis ikan utama. Apabila ditinjau potensi masing-masing kabupaten, terlihat bahwa Kabupaten Karimun merupakan kabupaten yang memiliki potensi pada kegiatan budidaya ikan hias jenis ikan koi dan mas koki. Hal ini tercermin dari jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan hias jenis koi di Kabupaten Karimun yang mencapai 41,66 persen (5 rumah tangga). Diikuti Kota Batam dengan Ikan hias koi dan ikan mas koki masingmasing 25 persen (3 rumah tangga dan 2 rumah tangga). Ikan hias lainnya yang cukup banyak diusahakan rumah tangga usaha perikanan adalah ikan cupang, yaitu sebanyak 75 persen di Kota batam (3 rumah tangga).
103
Tabel 32 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Hias Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ikan Hias Utama, ST2013 Jenis Ikan Hias Utama Kabupaten/Kota
(1)
104
Arowana
Koi
Mas Koki
Cupang
(2)
(3)
(4)
(5)
Karimun
0
5
1
0
Bintan
0
1
1
0
Natuna
0
0
0
0
Lingga
0
2
1
0
Kepulauan Anambas
0
0
0
0
Batam
0
3
2
3
Tanjungpinang
1
1
3
1
Kepulauan Riau
1
12
8
4
Gambar 26 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan, ST2013
105
Selain kegiatan Budidaya Ikan, terdapat kegiatan Penangkapan Ikan di Subsektor Perikanan. Kegiatan Penangkapan Ikan terdiri dari dua jenis, yaitu kegiatan Penangkapan Ikan di Laut dan Kegiatan Penangkapan Ikan di Perairan Umum. Dari sebanyak 29.335 rumah tangga usaha Penangkapan Ikan di Provinsi Kepulauan Riau, terdapat sebanyak 29.120 rumah tangga usaha Penangkapan Ikan di Laut dan sebanyak 242 rumah tangga mengusahakan Penangkapan Ikan di Perairan Umum. Sedangkan sebanyak 27 rumah tangga mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan baik di Laut maupun di Perairan Umum. Kondisi ini terjadi karena dalam satu rumah tangga dapat terdiri lebih dari 1 (satu) usaha penangkapan ikan dengan pengelolaan terpisah (unit usaha) yang dilakukan oleh anggota rumah tangga yang berbeda. Jadi dalam satu rumah tangga dapat terdiri lebih dari 1 (satu) unit usaha penangkapan ikan. Bila ditinjau per masing-masing kabupaten/kota, Kota Batam merupakan kabupaten dengan rumah tangga usaha Penangkapan Ikan terbanyak, yaitu sebanyak 7.575 rumah tangga, diikuti Kabupaten Lingga 7.455 rumah tangga. Sedangkan Kota Tanjungpinang merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha Penangkapan Ikan paling sedikit, yaitu sebanyak 1.102 rumah tangga. Jika dirinci menurut jenis usaha penangkapan ikan, terlihat bahwa Kabupaten Lingga merupakan kabupaten yang memiliki potensi usaha Penangkapan Ikan di Laut dan di Perairan Umum karena memiliki jumlah rumah tangga usaha cukup banyak dibanding enam kabupaten/kota lainnya, khususnya untuk kegiatan Penangkapan Ikan di Perairan Umum paling banyak yaitu 132 rumah tangga (54,54 persen).
106
Tabel 33 Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Penangkapan Ikan, ST2013 Jenis Penangkapan Ikan Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kabupaten/Kota
Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Di Laut
Di Perairan Umum
(2)
(3)
(4)
4.173
4.138
38
4.005
3.994
11
2.393
2.386
7
7.569
7.455
132
2.470
2.470
0
7.608
7.575
35
1.117
1.102
19
29.335
29.120
242
107
Rumah Tangga
Gambar 27 Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Menurut Jenis Penangkapan, ST2013
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Usaha Penangkapan Ikan
Di Laut
Jenis Penangkapan Ikan
108
Di Perairan Umum
Unit usaha penangkapan ikan adalah suatu kesatuan usaha penangkapan ikan yang dilakukan anggota rumah tangga dengan pengelolaan tersendiri dan menanggung resiko usaha. Dalam satu rumah tangga dapat terdiri lebih dari satu unit usaha. Karakteristik unit usaha penangkapan ikan di Subsektor Perikanan dapat dibedakan juga menurut jenis kapal/perahu utama yang digunakan. Kapal/perahu utama yang digunakan dapat berupa kapal motor, perahu motor tempel, perahu tanpa motor, dan tanpa perahu. Hasil ST2013 di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa kapal motor merupakan jenis kapal/perahu yang paling banyak digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, yaitu digunakan oleh sebanyak 14.094 unit usaha. Unit usaha penangkapan ikan di laut yang tanpa menggunakan kapal/perahu menunjukkan jumlah yang paling sedikit di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu hanya sebanyak 1.150 unit usaha. Kabupaten Lingga merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di laut dengan kapal motor sebagai jenis kapal/perahu utama yang digunakan, yaitu sebanyak 4.034 unit usaha. Lain halnya kondisi yang ditemui pada kegiatan penangkapan ikan di perairan umum. Unit usaha yang menggunakan perahu tanpa motor merupakan yang terbanyak dilakukan oleh unit usaha penangkapan ikan di perairan umum. Sebanyak 177 unit usaha penangkapan ikan di perairan umum menggunakan perahu tanpa motor dalam melakukan kegiatan usaha di bidang penangkapan ikan di perairan umum. Sedangkan unit usaha yang menggunakan perahu motor temple merupakan jenis yang paling sedikit ditemui di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu hanya sebanyak 4 unit usaha. Kabupaten Lingga juga merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di perairan umum dengan menggunakan perahu tanpa motor, yaitu sebanyak 177 unit usaha.
109
Tabel 34 Jumlah Unit Usaha Penangkapan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kapal/ Perahu Utama yang Digunakan, ST2013 Di Laut
Di Perairan Umum
Kabupaten/Kota Kapal Motor
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
110
(2)
Perahu Motor Perahu Tempel Tanpa Motor
Tanpa Perahu
Kapal Motor
(5)
(6)
(3)
(4)
1726
1067
1294
148
4
4
2667
353
851
218
0
1798
116
424
71
4034
155
3325
108
2068
22
430
1590
2762
187 14070
Perahu Motor Perahu Tanpa Tanpa Tempel Motor Perahu
(7)
(8)
(9)
3
19
13
0
0
8
3
3
3
0
4
0
13
0
115
7
42
1 3 0
0
0
0
0
3272
388
4
4
1
20
11
318
448
175
0
0
0
11
8
4793
10044
1150
2 4
24
4
177
42
Selain dibedakan menurut jenis kapal/perahu yang digunakan, karakteristik unit usaha penangkapan ikan dapat dibedakan menurut jenis alat tangkap utama yang digunakan. Jenis alat tangkap utama yang digunakan antara lain pukat, jaring, pancing, perangkap serta lainnya. Untuk kegiatan penangkapan ikan di laut, alat tangkap utama yang digunakan oleh rumah tangga usaha penangkapan ikan di Kepulauan Riau adalah jenis jaring dan diikuti jenis pancing. Sebanyak 10.416 unit usaha menggunakan jaring dan 9.770 unit usaha menggunakan pancing sebagai alat tangkap utama yang digunakan dalam mendukung usaha kegiatan penangkapan ikan di laut. Sedangkan rumah tangga usaha penangkapan ikan di laut yang menggunakan alat tangkap pukat paling sedikit ditemui di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu hanya sebanyak 1.670 unit usaha. Kabupaten Karimun merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di laut yang menggunakan jaring sebagai alat tangkap utama yang digunakan, yaitu sebanyak 3.042 unit usaha. Berbeda dengan kegiatan penangkapan ikan di laut, alat tangkap utama yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga usaha penangkapan ikan di perairan umum adalah jenis perangkap. Sebanyak 102 unit usaha penangkapan ikan di perairan umum menggunakan perangkap sebagai alat tangkap utama yang digunakan dalam mendukung usaha kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan rumah tangga usaha penangkapan ikan di perairan umum yang menggunakan pukat paling sedikit ditemui di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu hanya sebanyak 5 unit usaha. Kabupaten Lingga merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di perairan umum yang menggunakan perangkap, jaring dan alat tangkap lainnya/tidak menggunakn alat tangkap sebagai alat tangkap utama yang digunakan, yaitu masing-masing sebanyak 57 unit; 31 unit dan 44 unit usaha.
111
Tabel 35 Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Alat Tangkap Utama yang Digunakan, ST2013 Di Laut
Di Perairan Umum
Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
112
Pukat
Jaring
(2)
(3)
Pancing Perangkap Lainnya
(4)
(5)
(6)
Pukat
Jaring
(7)
(8)
Pancing Perangkap Lainnya
(9)
(10)
(11)
221
3.042
538
236
198 1
1
5
0
24
9
271
1.427
1.328
736
327 0
0
1
1
8
1
84
177
1.638
358
152 1
1
0
0
6
0
403
2.704
2.322
1.974
219 1
1
31
2
57
44
136
167
1.927
302
30 0
0
0
0
0
0
472
2.392
1.924
2.238
986 2
2
17
3
5
9
83
507
93
137
308 0
0
3
1
2
13
1.670
10.416
9.770
5.981
2.22 0
5
57
7
102
76
Gambar 28 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan, ST2013
113
114
Subsektor Kehutanan
R
umah tangga usaha pertanian Subsektor Kehutanan mencakup ke dalam 4 (empat) jenis kegiatan, yaitu kegiatan Budidaya Tanaman Kehutanan, Menangkar Satwa/Tumbuhan Liar, Menangkap Satwa Liar dan Memungut Hasil Hutan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 5.262 rumah tangga pertanian Subsektor Kehutanan di Provinsi Kepulauan Riau. Dari sejumlah rumah tangga usaha Subsektor Kehutanan, sebanyak 4.625 rumah tangga mengusahakan kegiatan memungut hasil hutan. Jenis kegiatan Pemungutan Hasil Hutan tercatat sebagai kegiatan yang memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan paling banyak.
Gambar 29 Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Jenis Kegiatan, ST2013 7 000 Rumah Tangga
6 000 5 000 4 000 3 000 2 000 1 000 0 Subsektor Kehutanan
Budidaya Tanaman Kehutanan
Penangkaran Satwa/Tumbuhan Liar
Jenis Budi Daya
Penangkapan Satwa Liar
Pemungutan Hasil Hutan
115
Tabel 36 Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, ST2013
Jenis Kegiatan Kabupaten/Kota
(1)
Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
116
Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan
(2)
Budidaya Tanaman Kehutanan
Menangkar Satwa/Tumbuhan Liar
Menangkap Satwa Liar
Memungut Hasil Hutan
(3)
(4)
(5)
(6)
753
74
0
42
653
449
124
1
8
344
760
15
4
55
702
1.692
102
0
54
1.573
312
24
3
38
260
1.258
190
18
22
1.079
38
14
10
0
14
5.262
543
36
219
4.625
Jika dirinci menurut kabupaten/kota, jumlah rumah tangga usaha kehutanan, paling banyak ditemui di Kabupaten Lingga, yaitu sebanyak 1.692 rumah tangga. Kabupaten/kota yang memiliki rumah tangga usaha kehutanan kedua terbanyak yaitu Kota Batam dengan jumlah rumah tangga usaha kehutanan hasil ST2013 adalah sebanyak 1.258 rumah tangga. Kedua kabupaten/kota tersebut memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan yang cukup banyak karena kondisi alam/geografisnya yang masih memungkinkan untuk melakukan usaha tanaman kehutanan. Berbeda
halnya dengan Kota Tanjungpinang yang tercatat sebagai kota dengan jumlah rumah tangga usaha kehutanan paling sedikit, yaitu sebanyak 38 rumah tangga. Hal ini dapat dimaklumi karena kepadatan penduduk dan lahan pertanian khususnya lahan kehutanan yang sudah semakin sedikit di wilayah ini. Selain Kota Tanjungpinang, Kabupaten Kepulauan Anambas juga merupakan kabupaten kedua yang memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan paling sedikit, yaitu sebanyak 312 rumah tangga. Seperti telah diuraikan sebelumnya, memungut hasil hutan merupakan jenis kegiatan di Subsektor Kehutanan yang memiliki rumah tangga usaha terbanyak (4.625 rumah tangga). Selain Memungut hasil hutan, kegiatan budidaya tanaman kehutanan juga paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan di Provinsi Kepulauan Riau. Sebanyak 543 rumah tangga tercatat mengusahakan kegiatan budidaya tanaman kehutanan, dimana Kota Batam merupakan kota yang paling banyak memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya tanaman kehutanan paling banyak, yaitu sebanyak 190 rumah tangga. Kegiatan menangkap satwa liar menempati posisi ketiga dalam urutan banyaknya jumlah rumah tangga usaha kehutanan hasil ST2013. Tercatat sebanyak 219 rumah tangga yang mengusahakan kegiatan penangkapan satwa liar di Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Natuna merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan kegiatan penangkapan satwa liar yaitu sebanyak 55 rumah tangga. Kegiatan lainnya di subsektor kehutanan adalah kegiatan menangkar satwa/tumbuhan liar. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa sebanyak 36 rumah tangga usaha kehutanan di Provinsi Kepulauan Riau mengusahakan kegiatan menangkar satwa/tumbuhan liar. Kota Batam tercatat sebagai kota yang mendominasi jumlah rumah tangga usaha kehutanan kegiatan menangkar satwa/tumbuhan liar terbanyak, yaitu sebanyak 18 rumah tangga.
117
Tabel 37 Jumlah Rumah Tangga, Populasi Tanaman, dan Rata-Rata Populasi per Rumah Tangga Budidaya Tanaman Kehutanan, ST2013 Budidaya Tanaman Kehutanan Komoditas
(1)
Jumlah Populasi
Rata-Rata Tanaman yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(2) 80
(3) 27.633
Angsana
6
2.655
442
Asoka
1
50
50
Bakau
10
50.900
5.090
Bambu
93
8.140
87
Beringin
2
725
362
13
44.800
3.446
Cemara Kayu
7
8.615
1.230
Cempaga
2
1.007
503
Cendana
1
100
100
Gaharu
94
45.014
478
Jabon
78
131.234
1.682
Jati
89
45.864
515
Jelutung
6
36
6
Kayu Putih
3
227
75
Ketapang
3
4.105
1.368
Kruing
1
13
13
Akasia
Bintangur
118
Jumlah Rumah Tangga
(4) 345
Mahoni
59
14.774
250
Matoa Kayu
1
20
20
Medang
1
15
15
Melapi
1
30
30
Meranti
2
12
6
Merbau
1
10
10
Nyatoh
2
590
295
Resak
7
803
114
Rimba Campuran
1
10
10
Rotan
1
90
90
68
46.352
681
Sungkai
2
430
215
Suren
1
100
100
Tanjung
1
30
30
Trembesi
2
8
4
Sengon/Jeunjing/Albazia
119
Tabel 38 Jumlah Rumah Tangga, Populasi Tanaman, dan Rata-Rata Populasi per Rumah Tangga Usaha Pembibitan Tanaman Kehutanan Menurut Komoditas, ST2013 Budidaya Tanaman Kehutanan Komoditas Jumlah Rumah Tangga (1)
(3) 5.928
Angsana
3
2.100
700
Asoka
1
50
50
Bakau
6
47.100
7.850
Bambu
29
2.054
70
Beringin
2
410
205
Bintangur
1
300
300
Cemara Kayu
5
8.505
1.701
Cendana
1
100
100
Gaharu
37
43.018
1.162
Jabon
39
103.212
2.646
Jati
43
17.619
409
Jelutung
1
10
10
Kayu Putih
2
120
60
Ketapang
2
4.100
2.050
Mahoni
29
30.150
1.039
Medang
1
45
45
Meranti
2
12
6
Nyatoh
1
2.000
2.000
33
74.415
2.255
1
10.000
10.000
Sengon/Jeunjing/Albazia
120
Rata-Rata Tanaman yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
23
Akasia
Suren
(2)
Jumlah Populasi
(4) 257
Tabel 39 Jumlah Tanaman Kehutanan yang Diusahakan Menurut Propinsi dan Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman Provinsi
(1)
Akasia
Bambu
Jati
Mahoni
Sengon
Jabon
Waru
Jati Putih
Suren
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Karimun
5.649
80
25.746
163
2.000
1.020
0
0
0
Bintan
4.797
615
7.944
10.779
28.609
5.666
0
0
0
Natuna
2
21
95
20
0
2.500
0
0
0
Lingga
0
32
725
20
6.100
15.950
0
0
0
300
11
645
975
0
0
0
0
100
16.685
7.381
8.399
2.317
8.469 100.598
0
0
0
200
0
2.310
500
1.174
5.500
0
0
0
27.633
8.140
45.864
14.774
46.352 131.234
0
0
100
Kepulauan Anambas Batam Tanjungpinang Kepulauan Riau
Tanaman kehutanan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan adalah tanaman jabon. Tanaman jabon yang saat ini merupakan tanaman yang mulai banyak diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau, dan biasanya digunakan untuk bahan baku utama industri kayu olahan tercatat sebanyak 131,2 ribu tanaman. Kota Batam merupakan kota yang paling banyak mengusahakan tanaman jabon. Sebanyak 100,5 ribu tanaman jabon (76,65 persen) diusahakan di Kota Batam. Sebaliknya, Kabupaten Kepulauan Anambas sama sekali tidak memiliki tanaman jabon.
121
Tanaman sengon juga merupakan tanaman yang sangat baik digunakan untuk tiang bangunan rumah atau kayu kaso dan kayu papan. Sebanyak 46,3 ribu tanaman sengon diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan di Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Bintan merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahakan tanaman sengon sebanyak 28,6 ribu tanaman sengon (61,72 persen). Sebaliknya, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas tidak memiliki tanaman sengon. Tanaman jati yang merupakan tanaman yang sangat baik untuk mebel dan furnitur tercatat diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 45,8 ribu tanaman. Kabupaten Karimun merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahakan tanaman jati. Sebanyak 25,74 ribu tanaman jati (56,13 persen) diusahakan di kabupaten tersebut. Sebaliknya, Kabupaten Natuna memiliki jumlah tanaman jati paling sedikit, yaitu sebanyak 95 tanaman (0,2 persen). Tanaman akasia yang juga merupakan salah satu tanaman komoditas utama tercatat diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 27,63 ribu tanaman. Kota Batam merupakan kota yang paling banyak mengusahakan tanaman akasia. Sebanyak 16,68 ribu tanaman akasia (60,38 persen) diusahakan di Kota Batam. Sebaliknya, Kabupaten Lingga tidak memiliki tanaman akasia. Tanaman mahoni juga merupakan tanaman yang sangat baik untuk mebel dan furnitur selain tanaman jati. Tanaman mahoni yang diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 14,77 ribu tanaman. Kabupaten Bintan merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahakan tanaman mahoni. Sebanyak 10,77 ribu tanaman mahoni (72,95 persen) diusahakan di Kabupaten Bintan. Sebaliknya, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga memiliki jumlah tanaman mahoni paling sedikit, yaitu masing-masing sebanyak 20 tanaman (0,13 persen). Tanaman Bambu yang merupakan tanaman yang sangat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia tercatat diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 8140 tanaman. Seperti halnya tanaman akasia, Kota Batam juga merupakan kota yang paling banyak mengusahakan tanaman bambu. Sebanyak 7381 tanaman bambu (90,67 persen) diusahakan di kota tersebut. Sebaliknya, Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki jumlah tanaman bambu paling sedikit, yaitu sebanyak 11 tanaman (0,13 persen).
122
Tanaman Suren yang diusahakan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebanyak 100 tanaman. Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan satu-satunya kabupaten yang mengusahakan tanaman suren. Sebanyak 100 tanaman suren (100 persen) diusahakan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Sebaliknya, beberapa kabupaten/kota yang sama sekali tidak memiliki tanaman suren adalah Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kota Batam, dan Kota Tanjungpinang.
Tanaman Suren yang diusahakan di Indonesia tercatat sebanyak 6,09 juta tanaman. Provinsi Jawa Barat juga merupakan provinsi yang paling banyak mengusahakan tanaman suren. Sebanyak 2,13 juta tanaman suren (35,03 persen) diusahakan di Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya, beberapa Provinsi yang sama sekali tidak memiliki tanaman suren adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
123
Gambar 30 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Kehutanan, ST2013
124
Hasil Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 Jumlah Rumah Tangga Pertanian Menurut Kabupaten dan Sumber Pendapatan Utama dari Usaha di Sektor Pertanian Sebagian besar (52,70 persen) rumah tangga pertanian di Provinsi Kepulauan Riau mempunyai sumber pendapatan utama dari usaha penangkapan ikan di laut. Sementara itu, sebanyak 25,89 persen rumah tangga pertanian mempunyai pendapatan utama dari usaha tanaman perkebunan. Usaha pertanian lain yang banyak menjadi sumber pendapatan utama rumah tangga pertanian adalah usaha tanaman hortikultura dan usaha pemungutan hasil hutan yakni masing-masing sebanyak 9,87 persen dan 4,18 persen rumah tangga pertanian. Tabel 40 Jumlah Rumah Tangga Pertanian Menurut Provinsi dan Sumber Pendapatan Utama dari Usaha di Sektor Pertanian Sumber Pendapatan Utama (1) Tanaman Padi dan Palawija Tanaman Hortikultura Tanaman Perkebunan Peternakan Budidaya ikan di laut Budidaya ikan di tambak/air payau Budidaya ikan di kolam air tawar
Jumlah Rumah Tangga Pertanian (2) 1.274
Persentase (%) (3) 2,59
4.859
9,87
12.744
25,89
1.139
2,31
455
0,92
28
0,06
238
0,48
125
Budidaya ikan di sawah Budidaya ikan di perairan umum Budidaya ikan hias Penangkapan ikan di laut Penangkapan ikan di perairan umum Tanaman Kehutanan Penangkaran Satwa/ Tumbuhan Liar Pemungutan hasil hutan/ Penang-kapan satwa liar Jasa Pertanian dan pembibitan tanaman Jumlah
0
0,00
133
0,27
0
0,00
25.940
52,70
105
0,21
0
0,00
0
0,00
2.057
4,18
250
0,51
49.222
100,00
Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Utama dan Sumber Pendapatan/Penerimaan Selama Setahun yang Lalu
126
Di Provinsi Kepulauan Riau, rata-rata pendapatan rumah tangga usaha pertanian berdasarkan hasil ST2013SPP adalah sebesar Rp. 35,84 juta per rumah tangga atau Rp. 2,9 juta per bulan, lebih tinggi dari rata-rata pendapatan rumah tangga usaha pertanian nasional Rp 26,56 juta per rumah tangga per tahun atau Rp 2,21 juta per rumah tangga per bulan. Pendapatan dari kegiatan usaha dikelompokkan menjadi dua yaitu usaha di sektor pertanian dan usaha di luar sektor pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan dari usaha di sektor pertanian lebih tinggi jika dibanding rata-rata pendapatan/penerimaan dari usaha di luar sektor pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari usaha di sektor pertanian sebesar Rp 18,77 juta per rumah tangga per tahun (52,36%). Sedangkan Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari usaha di luar sektor pertanian sebesar Rp 3,99 juta per rumah tangga per tahun (11,14%).
Tabel 41 Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan/Penerimaan Selama Setahun yang Lalu (000 Rp) No (1) 1 2 3 4 5
Sumber Pendapatan/Penerimaan (2) Usaha di Sektor Pertanian Usaha di Luar Sektor Pertanian Pendapatan/Penerimaan Lain dan Transfer Buruh Pertanian Buruh di Luar Pertanian Jumlah
Rata-Rata Pendapatan (3) 18.770,81 3.993,56 3.895,32 963,77 8.222,97 35.846,43
Persentase (%) (4) 52,36 11,14 10,87 2,69 22,94 100,00
Pendapatan/penerimaan dari rumah tangga pertanian yang bersumber dari salah satu anggota rumah tangga yang menjadi buruh juga dikelompokkan menjadi dua yaitu buruh pertanian dan buruh di luar pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan dari buruh pertanian lebih rendah jika dibanding rata-rata pendapatan/penerimaan dari buruh di luar pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari buruh pertanian sebesar Rp 963.770 per rumah tangga per tahun (2,69%). Sedangkan Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari buruh di luar pertanian sebesar Rp 8,22 juta per rumah tangga per tahun (22,94%). Disamping itu, ada rumah tangga yang mempunyai pendapatan/penerimaan dari bukan usaha dan bukan buruh yaitu dari pendapatan/penerimaan lain dan transfer. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari lainnya dan transfer sebesar Rp 3,89 juta per rumah tangga per tahun (10,87%).
127
GAMBAR 31 Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Utama Selama Setahun yang Lalu (000 Rp)
128
Dilihat berdasarkan sumber pendapatan utama rumah tangga pertanian di Provinsi Kepulauan Riau, ratarata pendapatan rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya dari kegiatan usaha di sektor pertanian adalah peternakan sebesar Rp 61,73 juta per rumah tangga per tahun. Selanjutnya pada urutan kedua adalah sumber pendapatan utamanya berasal dari usaha lain di luar sektor pertanian yaitu keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 61,37 juta per rumah tangga per tahun. Dan urutan ketiga juga berasal dari usaha lain di luar sektor pertanian, yakni dari sumber pendapatan utama lainnya sebesar Rp 50,05 juta per rumah tangga per tahun. Sedangkan rata-rata pendapatan yang paling kecil adalah rata-rata pendapatan dari rumah tangga dengan sumber pendapatan utama dari usaha bubidaya ikan di perairan umum yakni sebesar Rp 14,51 juta per rumah tangga per tahun.
Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Usaha di Sektor Pertanian Selama Setahun yang Lalu Rata-rata pendapatan per rumah tangga pertanian yang berasal dari pendapatan usaha di sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 18,77 juta rupiah setahun. Dari besarnya pendapatan tersebut, jika dilihat dari jenis usaha di sektor pertaniannya, rata-rata pendapatan terbesar diperoleh dari usaha Penangkapan Ikan di Laut, yaitu sebesar 10,95 juta rupiah setahun atau sekitar 58,34 persen. Setelah itu diikuti oleh usaha Tanaman Perkebunan sebesar 3,23 juta rupiah (17,22 %), Hortikultura sebesar 1,51 juta rupiah (8,09 %), Ternak/Unggas sebesar 1,38 juta rupiah (7,38 %). Sementara sektor pertanian lainnya, rata-rata pendapatan usahanya relatif kecil (dibawah satu juta rupiah per tahun) atau kurang dari tiga persen dibanding sektor pertanian lainnya. Tabel 42 Rata-rata Pendapatan per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Usaha di Sektor Pertanian Selama Setahun yang Lalu (000 Rp) No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sumber Pendapatan Usaha di Sektor Pertanian (2) Tanaman Padi Tanaman Palawija Tanaman Hortikultura Tanaman Perkebunan Ternak/ Unggas Budidaya ikan di laut Budidaya ikan di tambak/ air Budidaya ikan di kolam air tawar Budidaya ikan di sawah Budidaya ikan di perairan umum Budidaya ikan hias Penangkapan ikan di laut Penangkapan ikan di perairan Tanaman Kehutanan Penangkaran Tumbuhan Liar Penangkaran Satwa Liar Pemungutan hasil hutan/Penangkapan satwa liar Jasa Pertanian dan Pembibitan tanaman Jumlah
Rata-Rata Pendapatan Setahun (3) 83,28 384,68 1.518,99 3.232,86 1.385,31 295,93 7,39 178,38 0,00 22,73 0,27 10.951,37 18,14 -0,08 0,00 0,00 588,27 103,28 18.770,81
Persentase (%) (4) 0,44 2,05 8,09 17,22 7,38 1,58 0,04 0,95 0,00 0,12 0,00 58,34 0,10 0,00 0,00 0,00 3,13 0,55 100,00
129
Berdasarkan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa secara makro subsektor perikanan tangkap di laut dan perkebunan nampaknya merupakan sub sektor andalan di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya dilihat dari kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga dari usaha di sektor pertanian.
130
131
Ucapan Terima Kasih Seluruh jajaran Badan Pusat Statistik mengucapkan ribuan terima kasih atas bantuan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam rangka menyukseskan seluruh rangkaian kegiatan Sensus Pertanian 2013. Dalam kesempatan ini secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada: • Gubernur Provinsi Kepulauan Riau • Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau • Para Bupati/Wali Kota seluruh Provinsi Kepulauan Riau • Para Anggota DPRD seluruh Provinsi Kepulauan Riau • Kepala BPS kabupaten/kota seluruh Provinsi Kepulauan Riau • Para Camat/Lurah/Kepala Desa seluruh Provinsi Kepulauan Riau • Lembaga/Instansi yang terkait • Para Petugas Lapangan Sensus Pertanian 2013 • Seluruh Masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang telah membantu menyukseskan Sensus Pertanian 2013
132
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Jl. Kijang Lama A8 Tanjungpinang 29100, Telp.:(0771)4571131 Fax.:(0771)4571132 Homepage : http://kepri.bps.go.id E-mail :
[email protected]
133