BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.40/07/34/Th.XVI,1 Juli 2014
HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013 DARI USAHA PERTANIAN SEBESAR 7,41 JUTA RUPIAH SETAHUN ATAU 617,78 RIBU RUPIAH PER BULAN
Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013), jumlah rumah tangga usaha tanaman padi sebanyak 329,59 ribu rumah tangga, mengalami penurunan sebesar 1,16 persen atau sekitar 3,88 ribu rumah tangga dibandingkan ST2003.
Jumlah rumah tangga usaha tanaman cabai merah tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 8,61 ribu rumah tangga atau turun 30,19 persen dibandingkan tahun 2003.
Jumlah rumah tangga usaha kelapa dalam kurun waktu 2003 - 2013 turun 26,01 ribu rumah tangga
atau turun sebesar 1,09 persen tiap tahun.
Jumlah rumah tangga usaha ayam lokal/kampung tahun 2013 sebanyak 287,69 ribu rumah tangga atau turun 33,30 persen dari tahun 2003. Dengan rata-rata penguasaan ayam lokal per rumah tangga naik dari 10 ekor per rumah tangga menjadi 11 ekor per rumah tangga.
Ikan lele, gurami, dan nila merupakan jenis ikan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga yaitu masing-masing sebanyak 12,71 ribu rumah tangga; 10,27 ribu rumah tangga; dan 9,30 ribu rumah tangga.
Jumlah tanaman jati yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 11,38 juta pohon, meningkat 60,75 persen dibandingkan dengan tahun 2003.
Rata-rata pendapatan rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 dari usaha pertanian mencapai 7,41 juta rupiah per tahun atau 617,78 ribu rupiah per bulan. Kontribusi pendapatan dari usaha di sektor pertanian sebesar 28,55 persen terhadap pendapatan rumah tangga pertanian.
1. PENDAHULUAN Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) menyelenggarakan Sensus Pertanian setiap 10 tahun sekali. Kegiatan ST2013 merupakan kegiatan sensus yang keenam yang diselenggarakan oleh BPS. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, dimulai dari Pemutakhiran Direktori Perusahaan Pertanian tahun 2012, Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian pada Mei 2013, dan dilanjutkan Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP2013) pada November 2013, serta Survei Rumah Tangga Usaha Subsektor Pertanian tahun 2014. Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
1
Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian 2013 bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang populasi usaha pertanian, jumlah pohon/ternak dan juga distribusi pengusahaan lahan. Hasil pencacahan lengkap ST2013 telah digunakan untuk kerangka sampel dan angka patokan (benchmark) survei-survei di sektor pertanian. Sementara itu, kegiatan SPP2013 bertujuan untuk mendapatkan data mengenai pendapatan/penerimaan rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor serta mendapatkan data mengenai penguasaan, penggunaan, dan alih fungsi lahan dari rumah tangga pertanian. Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, informasi yang disajikan merupakan hasil ST2013 menurut subsektor dan hasil SPP2013.
2.
KEGIATAN USAHA PERTANIAN
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian di Indonesia didominasi oleh kegiatan usaha pertanian rumah tangga. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di D.I. Yogykarta hasil ST2013 tercatat sebanyak 495,78 ribu rumah tangga, menurun sebesar 13,77 persen dari hasil ST2003 yang sebanyak 574,92 ribu rumah tangga. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum sebanyak 21 perusahaan dan usaha pertanian lainnya sebanyak 92 unit. Tabel 1. Jumlah Usaha Pertanian Menurut Jenis Usaha ST2003 dan ST2013
No.
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
1 Kulonprogo
Rumah Tangga Usaha Pertanian (000 rumah tangga) Perubahan ST2003 ST2013 Absolut % (3)
(4)
(5)
(6)
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Perubahan ST2003 ST2013 Absolut % (7)
(8)
(9)
(10)
Usaha Pertanian lainnya ST2013 (unit) (11)
94,86
88,68
-6,18
-6,52
4
3
-1 -25,00
8
2 Bantul
154,29
127,89
-26,39
-17,11
7
3
-4 -57,14
52
3 Gunungkidul
174,19
166,33
-7,86
-4,51
7
10
4 Sleman
144,70
110,40
-34,30
-23,70
23
6,88
2,48
-4,41
-64,02
574,92
495,78
-79,14
-13,77
5 Yogyakarta DIY
3
42,86
6
4
-19 -82,61
21
3
1
-2 -66,67
5
44
21
-23 -52,27
92
Kabupaten Gunungkidul tercatat sebagai wilayah dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar, yaitu sebanyak 174,19 ribu rumah tangga. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, jumlah rumah tangga usaha pertanian di DIY turun sebanyak 79,14 ribu rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kabupaten Sleman sebanyak 34,30 ribu rumah tangga. Hasil ST2013 juga menunjukkan bahwa jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tercatat sebanyak 21 perusahaan dan sebagian besar berada di Kabupaten Sleman (19 perusahaan). Jika dibandingkan dengan hasil ST2003, jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 52,27 persen. Penurunan jumlah perusahaan pertanian ini terbesar terjadi di Kabupaten Sleman sebesar 82,61 persen atau berkurang sebanyak 19 perusahaan dalam kurun waktu 10 tahun. Sementara itu, dari hasil ST2013 juga diketahui bahwa terdapat 92 unit usaha pertanian lainnya di luar kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan.
2
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th. XVI, 1 Juli 2014
3.
RUMAH TANGGA USAHA TANAMAN PANGAN
Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga tanaman padi sebanyak 329,59 ribu rumah tangga. Sebagian besar rumah tangga usaha tanaman padi berada di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 137,56 ribu rumah tangga dan sekitar 77,07 ribu rumah tangga berada di Kabupaten Bantul. Jika dibandingkan hasil ST2003, jumlah rumah tangga usaha tanaman padi pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 1,16 persen atau 3,88 ribu rumah tangga. Namun demikian di Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo jumlah rumah tangga yang mengusahakan komoditas ini mengalami peningkatan.
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (ribu) Padi No
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
ST2003
ST2013
(%)
ST2003
ST2013
(%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
2 Bantul
79,58 134,03
5 Yogyakarta DIY
Perubahan
(%)
45,24
4 Sleman
Kedelai
Perubahan
ST2013
1 Kulonprogo
3 Gunungkidul
Jagung
Perubahan
ST2003
73,74
3,00
26,82
77,07
-3,15
27,91
20,51
-26,53
25,38
137,56
2,64
142,39
105,88
-25,64
50,38
36,28
-27,97
-7,63
17,57
-14,25
1,68
0,73
-56,40
0,02
-86,33
0,20
0,01
-97,37
159,73
-25,65
90,57
56,51
-37,61
46,60
68,11
0,88
0,24
-72,79
0,14
333,47
329,59
-1,16
214,84
18,24
15,07
-31,97
12,94
10,80
-16,54
8,68
-65,79
Kondisi yang sama terjadi pada jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung dan kedelai. Jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu, terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang cukup besar pada kedua komoditas tanaman pangan tersebut. Jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung berkurang hingga 25,65 persen atau sebanyak 55,11 ribu rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung terbesar terjadi di Kabupaten Gunungkidul sebesar 25,64 persen, dan terendah terjadi di Kabupatyen Sleman sebanyak 14,25 persen. Demikian pula dengan tanaman kedelai, penurunan jumlah rumah tangga usaha terjadi di semua wilayah. Penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bantul (65,79 persen) dan diikuti Kabupaten Sleman (56,40 persen). Gambar 1. Rata-Rata Luas Tanam dalam Setahun yang Diusahakan Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (ha)
0,30
0,27
0,28
ST 2003
ST 2013
0,21
0,25
0,18
0,20
0,17 0,13
0,15 0,10 0,05 0,00 Padi
Jagung
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
Kedelai
3
Sementara itu, rata-rata luas tanam yang diusahakan oleh rumah tangga tanaman padi pada periode Mei 2012 - April 2013 mencapai 0.28 ha, sedikit mengalami meningkat dibanding tahun 2003 seluas 0.27 ha per rumah tangga. Kondisi sebaliknya terjadi pada kegiatan budidaya tanaman jagung dan kedelai, rata-rata luas tanam tanaman jagung meningkat dari 0.21 ha menjadi 0.18 ha; dan rata-rata luas tanam kedelai per rumah tangga mengalami penurunan dari 0.17 ha pada tahun 2003 menjadi 0.13 ha pada tahun 2013.
4.
RUMAH TANGGA USAHA HORTIKULTURA
Kegiatan usaha budidaya hortikultura khususnya komoditas bawang merah mengalami penurunan jumlah rumah tangga selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga yang mengusahakan komoditas bawang merah mengalami penurunan sebanyak 9,25 ribu rumah tangga atau turun sebesar 64,02 persen dibandingkan tahun 2003. Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 5,29 ribu rumah tangga. Sebaliknya untuk tanaman jeruk, selama kurun waktu 2003-2013 jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman jeruk mengalami kenaikan sebanyak 1,07 ribu rumah tangga atau naik sebesar 9,44 persen. Kenaikan terbesar terjadi di Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 0,40 ribu rumah tangga atau naik sebesar 34,48 persen. Sebaliknya, jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman cabai pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 10,92 ribu rumah tangga atau sebesar 28,53 persen dibanding tahun 2003. Secara absolut, peningkatan terbesar terjadi di Kabupaten Gununngkidul sebesar 6,95 ribu rumah tangga. Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Hortikultura Menurut Jenis Tanaman, ST2003 dan ST2013 (ribu) Bawang Merah No.
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
(3)
(4)
(5)
Cabai* ST2003 (6)
1 Kulonprogo
4,25
2 Bantul
8,15
2,86
-64,91
9,42
3 Gunungkidul
1,91
0,96
-49,69
12,26
4 Sleman
0,14
5 Yogyakarta DIY
1,34
0,03
-
0.00
14,45
5,20
-68,35
-77,70
-64,02
10,08
6,48
Jeruk**
ST2013
Perubahan (%)
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
20,72
3,59
3,90
8,51
7,60
-19,32
1,91
2,29
19,86
19,21
56,71
4,66
4,65
-0,21
56,82
1,16
1,56
34,48
0,03
-15,63
12,43
9,44
12,16
10,17
0,02
0,04
58,33
0,03
38,26
49,18
28,53
11,36
*) Cabai Merah, Cabai Hijau dan Cabai Rawit **) Jeruk Siam/Jeruk Keprok
Kelompok tanaman buah-buahan tahunan merupakan tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura yaitu sebanyak 285,03 ribu rumah tangga. Kelompok tanaman sayuran tahunan dan kelompok tanaman sayuran semusim menempati urutan kedua dan ketiga terbesar yang diusahakan rumah tangga usaha hortikultura. Jumlah rumah tangga usaha tanaman sayuran tahunan sebanyak 84,11 ribu dan jumlah rumah tangga usaha tanaman sayuran semusim sebanyak 63,02 ribu. Jumlah rumah tangga kelompok tanaman obat-obatan semusim sebanyak 26,91 dan kelompok obatobatan tahunan sebanyak 6,70 ribu rumah tangga. Untuk tanaman lainnya seperti buah-buahan semusim, dan tanaman hias baik tahunan maupun semusim diusahakan oleh kurang dari 5 ribu rumah tangga.
4
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th. XVI, 1 Juli 2014
Gambar 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Menurut Kelompok Tanaman, ST2013 (ribu) 285,3 Tahunan
300,0
Semusim
250,0 200,0 150,0
84,1
100,0 50,0
63,0 6,7 26,9
3,3
0,4
0,7
0,0 Buah-Buahan
5.
Sayuran
Tan. ObatObatan
Tan. Hias
RUMAH TANGGA USAHA PERKEBUNAN
Pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha kelapa dalam kurun waktu 2003-2013 mengalami penurunan sebanyak 26,01 ribu rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga usaha budidaya kelapa ini terjadi di semua Kabupaten di DIY. Jumlah rumah tangga usaha kakao bertambah 17,94 persen dibanding tahun 2003 atau bertambah 3,92 ribu rumah tangga. Secara absolut, peningkatan jumlah rumah tangga usaha kakao terbesar terjadi di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 1,98 ribu rumah tangga. Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (ribu) Kelapa No.
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
Kakao
Cengkeh
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1 Kulonprogo
67,25
66,87
-0,57
15,78
17,10
8,36
17,05
15,87
-6,90
2 Bantul
67,08
47,87
-28,63
0,30
0,40
34,78
0,87
0,43
-50,87
3 Gunungkidul
66,37
66,07
-0,45
5,49
7,46
35,99
3,23
1,26
-60,82
4 Sleman
36,57
30,86
-15,60
0,28
0,80
185,05
1,92
1,05
-45,15
0,44
0,02
-96,12
0,02
0,00
-91,67
237,70
211,69
-10,94
21,85
25,77
17,94
23,08
18,61
-19,35
5 Yogyakarta DIY
0,00
Peningkatan jumlah rumah tangga usaha perkebunan diikuti dengan perkembangan jumlah pohon yang diusahakan. Pada tahun 2003 jumlah pohon kakao yang diusahakan sebanyak 608,69 ribu pohon, selanjutnya tahun 2013 meningkat menjadi 675,80 ribu pohon atau terjadi peningkatan sebesar 11,02 persen.
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
5
Gambar 3. Jumlah Tanaman yang Diusahakan Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (ribu pohon)
367,7 Cengkeh 429,6
675,8 Kakao 608,7
2154,1 Kelapa 2545,7 0,0
6.
500,0
1000,0
1500,0
2000,0
2500,0
3000,0
RUMAH TANGGA USAHA PETERNAKAN
Jumlah rumah tangga usaha ayam lokal tahun 2013 sebanyak 287,69 ribu rumah tangga turun sebesar 23,15 persen dari tahun 2003. Jumlah rumah tangga usaha ayam ras pedaging tahun 2013 sebanyak 2,02 ribu rumah tangga turun 52,64 persen dari tahun 2003. Penurunan juga terjadi pada jumlah rumah tangga usaha ayam ras petelur yang semula 1,77 ribu rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 0,82 ribu rumah tangga pada tahun 2013 atau turun 53,70 persen. Penurunan jumlah rumah tangga usaha ayam lokal terjadi di semua Kabupaten/Kota. Penurunan jumlah rumah tangga usaha ayam ras pedaging dan petelur terbesar di Kabupaten Sleman. Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 Ayam Lokal*) No
(1) (2) 1 Kulonprogo 2 Bantul 3 Gunungkidul
Ayam Ras Pedaging
Ayam Ras Petelur
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
ST2003
ST2013
Perubahan (%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Kabupaten/Kota
70.55 98.88 126.78 4 Sleman 75.61 5 Yogyakarta 2.55 DIY 374.37 *) Ayam Kampung dan Ayam Lokal Lainnya
62.17 65.97 117.17 40.81 1.57 287.69
-11.88 -33.28 -7.58 -46.02 -38.60 -23.15
0.88 1.15 1.33 0.90 4.26
0.56 0.51 0.59 0.35 0.01 2.02
-36.89 -55.34 -55.32 -61.44 -52.64
0.51 0.55 0.17 0.49 0.05 1.77
0.32 0.26 0.08 0.15 0.01 0.82
-37.28 -52.98 -54.02 -68.51 -84.78 -53,70
Rata-rata ayam lokal yang diusahakan oleh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2003 sebanyak 12 ekor sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 11 ekor atau turun 4,56 persen. Berbeda dengan ayam lokal, walaupun jumlah rumah tangga usaha ayam ras pedaging dan ayam ras petelur mengalami penurunan tetapi rata-rata unggas yang diusahakan oleh rumah tangga mengalami kenaikan. Rata-rata ayam ras pedaging yang diusahakan pada tahun 2003 sebanyak 1.943 ekor dan pada tahun 2013 sebanyak 17.504 ekor atau naik 801,04 persen. Rata-rata ayam ras petelur yang diusahakan oleh rumah tangga usaha pertanian tahun 2003 sebanyak 1.053 ekor sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 1.916 ekor atau naik 82,00 persen. 6
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th. XVI, 1 Juli 2014
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Ternak yang Diusahakan Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Jenis Komoditas ST2003 dan ST2013*) Ayam Lokal No
Perubahan (%)
Kabupaten/Kota
(1) (2) 1 Kulonprogo 2 Bantul 3 Gunungkidul 4 Sleman 5 Yogyakarta DIY
ST2003
ST2013
(3)
(4) 12 11 11 15 36 12
11 12 10 15 20 11
Ayam Ras Pedaging ST2003
(5) -10,27 4,17 -1,61 2,34 -44,88 -4,56
ST2013
(6) 2.463 2.416 1.137 2.012
(7) 15.786 9.746 21.573 24.924 11.617 17.504
1.943
Perubaha n (%) (8) 540,90 303,40 1797,13 1138,59 801,04
Ayam Ras Petelur
Perubahan (%)
ST2003 ST2013 (9) 1.016 945 131 1.639 25 1.053
(10) 2.222 1.417 836 2.561 4.729 1.916
(11) 118,80 49,98 536,08 56,29 19185,51 82,00
*) Ayam lokal dan ayam ras petelur dihitung berdasarkan kondisi 1 Mei 2013, sedangkan ayam ras pedaging pada kondisi siklus terakhir.
7.
RUMAH TANGGA USAHA PERIKANAN
Kegiatan usaha perikanan mencakup kegiatan budidaya ikan (bukan ikan hias maupun ikan hias) dan penangkapan ikan. Pada kegiatan budidaya bukan ikan hias terdiri dari budidaya ikan di laut, di tambak, di kolam, di sawah dan di perairan umum. Sementara untuk kegiatan penangkapan ikan dibedakan menjadi penangkapan ikan di laut dan di perairan umum. Jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan di kolam pada tahun 2013 sebanyak 36,69 ribu rumah tangga, sementara kegiatan budidaya ikan di sawah pada tahun 2013 sebanyak 0,39 ribu rumah tangga.
Gambar 5. Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Menurut Jenis Kegiatan, ST2013 (ribu)
2013
0
Budidaya di laut
0,06
Budidaya di tambak
36,69
Budidaya di kolam Budidaya di sawah
0,39
Budidaya di perairan umum
0,17
Budidaya ikan hias
0,31 1,35
Penangkapan di laut
0,76
Penangkapan di perairan umum
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jenis ikan utama yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha budidaya ikan adalah ikan lele, gurami, dan nila masing-masing sebanyak 12,71 ribu rumah tangga; 10,27 ribu rumah tangga; dan 9,30 ribu rumah tangga yang sebagian besar dibudidayakan di Kabupaten Sleman.
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
7
Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Bukan Ikan Hias Menurut Jenis Ikan Utama, ST2013 (ribu) No (1) 1 2 3 4 5
Kabupaten/Kota (2) Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY
Nila
Lele
Mas
(3)
(4)
(5)
0.64 1.11 1.00 6.50 0.05 9.30 *) Udang Vaname dan Udang Windu
8.
2.53 3.50 3.26 3.31 0.12 12.71
Gurame 0.00 0.01 0.01 0.04 0.00 0.06
(6) 2.01 3.00 0.11 5.08 0.07 10.27
Patin (7) 0.01 0.09 0.01 0.12 0.01 0.24
Udang* (8) 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04
Rumput Laut (9) 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01
RUMAH TANGGA USAHA KEHUTANAN Pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha tanaman jati sebanyak 222,49 ribu rumah tangga
atau meningkat sebanyak 40,84 ribu rumah tangga dibanding tahun 2003. Jumlah pohon jati yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 11,38 juta pohon meningkat 4,30 juta pohon atau 60,75 persen dibanding tahun 2003. Sementara itu, jumlah rumah tangga usaha tanaman mahoni meningkat sebanyak 45,85 ribu rumah tangga atau sebesar 50,82 persen. Jumlah pohon mahoni yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 3,27 juta pohon meningkat 0,96 juta pohon atau 41,68 persen dibanding tahun 2003. Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga usaha tanaman bambu sebanyak 107,63 ribu rumah tangga dengan jumlah rumpun sebanyak 262,30 ribu rumpun pohon.
Gambar 4. Jumlah Rumah Tangga Kehutanan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (ribu) 222,49
Jati
181,66 136,08
Mahoni
107,63
Bambu
91,79 0,00
8
ST2013 ST2003
90,23
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th. XVI, 1 Juli 2014
Tabel 7. Jumlah Tanaman Kehutanan yang Diusahakan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (juta pohon/rumpun) Jati No. (1) 1 2 3 4 5
9.
Kabupaten/Kota (2) Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY
ST2003 (3) 587.02 761.85 5,590.41 127.48 14.80 7,081.56
ST2013 (4) 1,030.68 1,226.99 8,670.18 452.62 2.80 11,383.26
Perubah an (%) (5) 75.58 61.05 55.09 255.05 -81.10 60.75
Mahoni ST2003
ST2013
(6) (7) 530.03 824.57 444.00 508.14 1,205.64 1,767.06 98.09 167.62 28.66 0.25 2,306.42 3,267.63
Perubah Bambu Perubahan an (%) ST2003* ST2013 (%) (8) (9) (10) (11) 55.57 184.80 75.40 -59.20 14.44 124.99 25.12 -79.90 46.57 333.31 121.74 -63.48 70.88 244.57 39.94 -83.67 -99.12 4.50 0.06 -98.71 41.68 892.17 262.27 -70.60
PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN Rata-rata pendapatan rumah tangga pertanian dari usaha pertanian di DIY tahun 2013 sebesar
7,41 juta rupiah per tahun atau 617,78 ribu rupiah per bulan yang berkontribusi sebesar 28,55 persen terhadap total pendapatan rumah tangga pertanian. Sedangkan pada tahun 2004 rata-rata pendapatan rumah tangga pertanian dari usaha pertanian sebesar 7,09 juta rupiah per tahun atau sebesar 591,10 ribu rupiah per bulan, yang berkontribusi sebesar 27,69 persen terhadap total pendapatan rumah tangga pertanian. Hal yang menarik dari struktur pendapatan rumah tangga pertanian baik tahun 2004 maupun 2013 adalah besarnya porsi pendapatan yang berasal dari buruh di luar sektor pertanian yakni sebesar 36,36 persen pada tahun 2013 sedangkan tahun 2004 sebesar 37,13 persen. Demikian juga usaha di luar sektor pertanian sebesar 15,86 persen pada tahun 2013 dan 16,25 persen pada tahun 2004. Gambar 5. Perbandingan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan/Penerimaan Selama Setahun yang Lalu SPP 2004 dan SPP 2013 SPP 2004
Buruh di luar Pertanian; 9513,57
Buruh Pertanian; Pendapatan/ 650,44 Penerimaan lain; 4199,82
SPP 2013
Usaha di sektor pertanian; 7093,23
Usaha di luar sektor pertanian; 4163,12
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
Buruh di luar Pertanian; 9441,28
Buruh Pertanian; 638,44
Usaha di sektor pertanian; 7413,3
Pendapatan/ Penerimaan lain; 4352,94
Usaha di luar sektor pertanian; 4117,4
9
Pada tahun 2013, subsektor peternakan/unggas paling banyak memberikan kontribusi pada pendapatan rumah tangga pertanian sebesar 31,11 persen dari total pendapatan yang berasal dari kegiatan usaha pertanian, sedangkan tahun 2004 sebesar 30,37 persen. Subsektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar pada pendapatan rumah tangga pertanian pada tahun 2013 adalah subsektor tanaman padi dan hortikultura yang masing-masing sebesar 27,45 persen dan 13,74 persen. Tahun 2004, subsektor tanaman padi memberikan kontribusi sebesar 25,92 persen dan subsektor ketiga yaitu hortikultura sebesar 14,81 persen. Rumah tangga dengan pendapatan utama dari jasa pertanian dan tanaman kehutanan mempunyai rata-rata pendapatan yang paling tinggi masing-masing sebesar 26,97 juta rupiah per tahun dan 22,02 juta rupiah per tahun. Sebaliknya, rumah tangga dengan pendapatan utama dari budidaya ikan di tambak/air payau dan penangkapan ikan di laut mempunyai rata-rata pendapatan yang paling rendah masing-masing sebesar 0,40 juta rupiah per tahun dan 3,42 juta rupiah per tahun. TABEL 8.
Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Pertanian per Tahun Menurut Sumber Pendapatan Utama di Sektor Pertanian (000 Rp) No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Sumber Pendapatan Utama (2) Tanaman Padi dan Palawija Tanaman Hortikultura Tanaman Perkebunan Ternak/ Unggas Budidaya ikan di tambak/ air Budidaya ikan di kolam air tawar Penangkapan ikan di laut Tanaman Kehutanan Jasa Pertanian dan Pembibitan tanaman
Rata-Rata Pendapatan per Tahun (000 Rp) (3) 8.768,00 16.431,26 7.041,19 14.046,30 405,00 21.470,39 3.419,84 22.016,10 26.972,39
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th. XVI, 1 Juli 2014
11.
KONSEP DAN DEFINISI Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana
setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam ST2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST2013. Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.
Lahan Sawah adalahlahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan) dan atau saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
11
dimana diperoleh/status lahan tersebut, termasuk juga lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi maupun palawija. Lahan Pertanian adalah lahan yang terdiri dari lahan yang diusahakan dan sementara tidak diusahakan (lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (selama 1 sampai 2 tahun tidak dikelola/diusahakan) untuk pertanian. Lahan Pertanian Bukan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami tanaman semusim atau tanaman tahunan, lahan untuk kolam atau untuk kegiatan usaha pertanian lainnya.Lahan yang berstatus lahan sawah yang sudah tidak berfungsi sebagai lahan sawah lagi, dimasukkan dalam lahan pertanian bukan sawah. Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari : huma, lading, tegalan/kebun, kolam/tebat/empang, tambak air payau, lahan perkebunan, lahan hutan Negara, lahan untuk pengembalaan/padang rumput dan lainnya (kandang atau untuk tanaman hias). Lahan Bukan Pertanian adalah semua lahan selain lahan sawah dan lahan bukan sawah yang meliputi lahan rumah dan pekarangan, lahan untuk bangunan dan lainnya (saluran air, lapangan olahraga, lahan tandus dan juga lahan pertanian yang sudah tidak digunakan lebih dari 2 tahun). Alih Fungsi Lahan adalah perubahan mengenai penggunaan lahan (konversi) menurut kenyataan pada periode waktu tertentu.
12
Berita Resmi Statistik No.40/07/34/Th. XVI, 1 Juli 2014