1 Juli 2014
HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013 DARI USAHA PERTANIAN SEBESAR 9.314,50 RIBU RUPIAH SETAHUN ATAU 776,21 RIBU RUPIAH PER BULAN
Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013), jumlah rumah tangga usaha tanaman padi sebanyak 46.519 rumah tangga, mengalami penurunan sebesar 7,21 persen atau sekitar 3.617 rumah tangga dibandingkan ST2003.
Jumlah rumah tangga usaha tanaman mangga tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 24.927 rumah tangga atau turun 56,91 persen dibandingkan tahun 2003.
Jumlah rumah tangga usaha kelapa dalam kurun waktu 2003 – 2013 turun 4.893 rumah tangga atau turun sebesar 76,83 persen.
Jumlah rumah tangga usaha ayam lokal tahun 2013 sebanyak 30.595 rumah tangga atau turun 64,69 persen dari tahun 2003. Meskipun demikian, rata-rata penguasaan ayam lokal per rumah tangga naik dari 11,60 ekor per rumah tangga menjadi 13,58 ekor per rumah tangga.
Ikan lele merupakan jenis ikan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga yaitu sebanyak 1.506 rumah tangga.
Jumlah tanaman jati yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 697.500 pohon, meningkat 65,91 persen dibandingkan dengan tahun 2003.
Rata-rata pendapatan rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 dari usaha pertanian mencapai 9.314,50 ribu rupiah per tahun atau 776,21 ribu rupiah per bulan. Kontribusi pendapatan dari usaha di sektor pertanian sebesar 35,15 persen terhadap pendapatan rumah tangga pertanian.
1. PENDAHULUAN Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) menyelenggarakan Sensus Pertanian setiap 10 tahun sekali. Kegiatan ST2013 merupakan kegiatan sensus yang keenam yang diselenggarakan oleh BPS. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, dimulai dari Pemutakhiran Direktori Perusahaan Pertanian tahun 2012, Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian pada Mei 2013, dan dilanjutkan Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP2013) pada November 2013, serta Survei Rumah Tangga Usaha Subsektor Pertanian tahun 2014.
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
1
Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian 2013 bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang populasi usaha pertanian, jumlah pohon/ternak dan juga distribusi pengusahaan lahan. Hasil pencacahan lengkap ST2013 telah digunakan untuk kerangka sampel dan angka patokan (benchmark) survei-survei di sektor pertanian. Sementara itu, kegiatan SPP2013 bertujuan untuk mendapatkan data mengenai pendapatan/penerimaan rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor serta mendapatkan data mengenai penguasaan, penggunaan. Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, informasi yang disajikan merupakan hasil ST2013 menurut subsektor dan hasil SPP2013.
2.
KEGIATAN USAHA PERTANIAN
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian di Kabupaten Sukoharjo didominasi oleh kegiatan usaha pertanian rumah tangga. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sukoharjo hasil ST2013 tercatat sebanyak 68.170 rumah tangga, menurun sebesar 43,76 persen dari hasil ST2003 yang sebanyak 121.214 rumah tangga. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum sebanyak 3 perusahaan dan usaha pertanian lainnya sebanyak 17 unit.
Tabel 1. Jumlah Usaha Pertanian Menurut Jenis Usaha ST2003 dan ST2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian No.
Kecamatan
Perubahan ST2003
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(2) Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura Sukoharjo
(3) 13.235 9.766 10.811 13.010 11.230 10.470 15.745 10.558 6.843 6.247 6.869 6.430 121.214
ST2013 (4) 9.907 5.618 8.528 6.093 7.122 7.584 9.736 5.045 2.457 2.230 2.413 1.437 68.170
Absolut (5) -3.328 -4.148 -2.283 -6.917 -4.108 -2.886 -6.009 -5.513 -4.386 -4.017 -4.456 -4.993 -53.044
% (6) -25,15 -42,47 -21,12 -53,17 -36,58 -27,56 -38,16 -52,22 -64,09 -64,30 -64,87 -77,65 -43,76
Kecamatan Weru tercatat sebagai wilayah dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar, yaitu sebanyak 9.907 rumah tangga. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sukoharjo turun sebanyak 53.044 rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di kecamatan Sukoharjo sebanyak 6.917 rumah tangga atau sebesar 53,17 persen. Hasil ST2013 juga menunjukkan bahwa jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tercatat sebanyak 3 perusahaan Sementara itu, dari hasil ST2013 juga diketahui bahwa terdapat 17 unit usaha pertanian lainnya di luar kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan.
2
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
3.
RUMAH TANGGA USAHA TANAMAN PANGAN
Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman padi sebanyak 46.519 rumah tangga. Jumlah rumah tangga usaha tanaman padi terbesar berada di kecamatan Weru sebanyak 7.269 rumah tangga, sedangkan kecamatan Kartasura memiliki jumlah rumah tangga usaha tanaman padi terendah sebanyak 750 rumah tangga. Jika dibandingkan hasil ST2003, jumlah rumah tangga usaha tanaman padi pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 7,21 persen atau 3.617 rumah tangga. Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 No
Kecamatan
(1) (2) 1 Weru 2 Bulu 3 Tawangsari 4 Sukoharjo 5 Nguter 6 Bendosari 7 Polokarto 8 Mojolaban 9 Grogol 10 Baki 11 Gatak 12 Kartasura ST2013 ST2003
Padi (3) 7.269 3.144 4.343 4.448 5.163 5.807 6.729 3.639 1.536 1.642 2.049 750 46.519 50.136
Jagung (4) 254 137 149 130 450 383 530 9 107 253 392 55 2.849 6.192
Kedelai (5) 3,276 43 495 34 75 112 39 3 2 5 4.084 6.605
Kondisi yang sama terjadi pada jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung dan kedelai. Jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu, terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang cukup besar pada kedua komoditas tanaman pangan tersebut. Jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung berkurang hingga 53,99 persen atau sebanyak 3.343 rumah tangga. Jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung terbesar terdapat di kecamatan Polokarto sebanyak 530 rumah tangga dan terendah terdapat di kecamatan Mojolaban sebanyak 9 rumah tangga. Demikian pula dengan tanaman kedelai, mengalami penurunan jumlah rumah tangga usaha dibandingkan hasil ST2003 sebesar 38,17 persen atau 2.521 rumah tangga. Untuk tanaman kedelai, jumlah rumah tangga terbesar terdapat di kecamatan Weru sebanyak 3.276 rumah tangga, sedangkan kecamatan Mojolaban dan kecamatan Grogol merupakan kecamatan yang tidak memiliki rumah tangga yang mengusahakan tanaman kedelai.
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
3
Gambar 1. Rata-Rata Luas Tanam dalam Setahun yang Diusahakan Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan ST2013 Menurut Jenis Komoditas (ha)
0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
0,84 0,74
Padi
0,19 0,21
0,23 0,20
Jagung
Kedelai
ST2003
ST2013
Sementara itu, rata-rata luas tanam yang diusahakan oleh rumah tangga tanaman padi pada periode Mei 2012 - April 2013 mencapai 0,84 ha, meningkat dibanding tahun 2003 yang hanya 0,74 ha per rumah tangga.. Kondisi yang serupa juga terjadi pada kegiatan budidaya tanaman jagung, rata-rata luas tanam meningkat dari 0,19 ha menjadi 0,21 ha. Sebaliknya, rata-rata luas tanam kedelai per rumah tangga mengalami penurunan dari 0,23 ha pada tahun 2003 menjadi 0,20 ha pada tahun 2013.
4.
RUMAH TANGGA USAHA HORTIKULTURA
Kegiatan usaha budidaya hortikultura khususnya komoditas mangga dan pisang mengalami penurunan jumlah rumah tangga selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha hortikultura terbesar terdapat pada tanaman hortikultura tahunan yaitu komoditas mangga dan pisang. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan komoditas mangga mengalami penurunan sebanyak 24.927 rumah tangga atau turun 56,91 persen dibandingkan tahun 2003. Demikian pula untuk tanaman pisang, selama kurun waktu 2003-2013 jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman pisang mengalami penurunan sebanyak 23.145 rumah tangga atau turun sebesar 63,61 persen. Sebaliknya, jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman cabai pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 124 rumah tangga atau meningkat sebesar 40,39 persen dibanding tahun 2003.
4
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Hortikultura Menurut Jenis Tanaman, ST2003 dan ST2013 No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kecamatan
Pisang
Mangga
Cabai*
(2) Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura ST2013
(3) 3.592 1.984 3.891 545 786 764 405 151 289 471 168 193 13.239
(4) 3.173 2.600 3.646 636 3.149 3.054 1.234 365 366 330 154 166 18.873
(5) 3 42 64 93 46 35 51 16 8 23 48 2 431
ST2003
36.384
43.800
307
*) Cabai Merah, Cabai Hijau dan Cabai Rawit
Kelompok tanaman buah-buahan tahunan merupakan tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura yaitu sebanyak 25.286 rumah tangga. Kelompok tanaman sayuran tahunan dan kelompok tanaman sayuran semusim menempati urutan kedua dan ketiga terbesar yang diusahakan rumah tangga usaha hortikultura. Jumlah rumah tangga usaha tanaman sayuran tahunan sebanyak 1.963 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha tanaman sayuran semusim sebanyak 1.104 rumah tangga. Jumlah rumah tangga kelompok tanaman obat-obatan semusim sebanyak 905 rumah tangga dan kelompok tanaman lainnya seperti buah-buahan semusim, tanaman obat-obatan tahunan, dan tanaman hias baik tahunan maupun semusim sebanyak 301 rumah tangga. Gambar 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura ST2013 Menurut Kelompok Tanaman 30,000
25.286
25,000 20,000 15,000
10,000 5,000
216
1.963 1.104
22 905
39 24
0 Buah-buahan
Sayuran
Tahunan
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
Tanaman Obat- Tanaman Hias obatan Semusim
5
5.
RUMAH TANGGA USAHA PERKEBUNAN
Pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan dalam kurun waktu 20032013 mengalami penurunan 11.226 rumah tangga atau rata-rata turun sebesar 85,28 persen. Penyumbang terbesar terhadap penurunan jumlah rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan adalah komoditas kelapa dan kapok. Jumlah rumah tangga usaha kelapa pada tahun 2013 mengalami penurunan 4.893 rumah tangga atau rata-rata turun sebesar 76,83 persen dibanding tahun 2013. Dan jumlah rumah tangga usaha kapok berkurang 96,90 persen dibanding tahun 2003 atau berkurang 2.405 rumah tangga. Sejalan dengan penurunan rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan, hasil ST2013 menunjukkan rumah tangga usaha perkebunan tanaman musiman juga mengalami penurunan. Pada tahun 2013, tanaman tembakau mengalami penurunan 213 rumah tangga atau rata-rata turun sebesar 38,17 persen, sebaliknya tanaman tebu meningkat 77,96 persen atau 145 rumah tangga. Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Tanaman (2) A. Tanaman Tahunan Kelapa Jambu Mete Kapok Asam Jawa Kenanga Cengkeh Kakao Kopi Lainnya
ST2003
ST2013
No.
(3) 13.164 6.369 2.424 2.482 380 35 91 26 18 73
(4) 1.938 1.476 711 77 49 19 13 10 4 10
(1) 1 2 3 4
Jenis Tanaman (2) B. Tanaman Semusim Tembakau Tebu Sereh Wangi Lainnya
ST2003
ST2013
(3) 763 558 186 15 4
(4) 687 345 331 3 9
Penurunan jumlah rumah tangga usaha perkebunan diikuti dengan penurunan jumlah pohon yang diusahakan. Jumlah pohon kelapa yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 5.280 pohon berkurang sebanyak 29.148 pohon atau sebesar 84,66 persen dibandingkan dengan tahun 2003. Pada tahun 2003 jumlah pohon jambu mete yang diusahakan sebanyak 20.492 pohon, selanjutnya tahun 2013 turun menjadi 5.898 pohon atau terjadi penurnan sebesar 71,22 persen. Gambar 3. Jumlah Tanaman yang Diusahakan Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (pohon) Lainnya
4.253 41
Kopi
6.435
6.089
368 133 60 478 41 160 95 893 423
Kakao Cengkeh Kenanga Asam Jawa Kapok
10.073 5.898
Jambu Mete
20.492
5.280
Kelapa 0
5.000
10.000
34.428
15.000 ST2013
6
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
ST2003
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
6.
RUMAH TANGGA USAHA PETERNAKAN
Jumlah rumah tangga usaha ayam lokal tahun 2013 sebanyak 30.595 rumah tangga turun sebesar 64,69 persen dari tahun 2003. Jumlah rumah tangga usaha sapi potong tahun 2013 sebanyak 13.544 rumah tangga turun 10,58 persen dari tahun 2003. Penurunan juga terjadi pada jumlah rumah tangga usaha kambing yang semula 15.610 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 12.095 rumah tangga pada tahun 2013 atau turun 22,52 persen. Jika dilihat penyebaran rumah tangga usaha ayam lokal, terlihat bahwa jumlah rumah tangga usaha ayam lokal terbesar terdapat pada kecamatan Weru sebanyak 6.240 rumah tangga, diikuti kecamatan Tawangsari sebanyak 5.341 rumah tangga dan kecamatan Nguter sebanyak 3.729 rumah tangga. Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan ST2013 Menurut Jenis Komoditas No
Wilayah
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura ST2013 ST2003
*)
Ayam Lokal*) (3)
6.240 2.849 5.341 2.296 3.729 3.385 2.814 1.152 1.015 807 501 466 30.595 86.640
Sapi Potong (4)
2.741 1.207 1.376 746 1.182 1.200 3.358 1.047 280 162 134 111 13.544 15.146
Kambing (5)
2.686 1.255 1.419 800 1.655 1.173 1.492 534 394 190 234 263 12.095 15.610
Ayam Kampung dan Ayam Lokal Lainnya
Rata-rata ayam lokal yang diusahakan oleh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2003 sebanyak 11,60 ekor sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 13,58 ekor atau meningkat 17,01 persen. Sejalan dengan ayam lokal, jumlah rumah tangga usaha sapi potong dan kambing juga mengalami peningkatan. Rata-rata sapi potong yang diusahakan pada tahun 2003 sebanyak 1,69 ekor dan pada tahun 2013 sebanyak 1,92 ekor atau naik 13,61 persen. Rata-rata kambing yang diusahakan oleh rumah tangga usaha pertanian tahun 2003 sebanyak 3,97 ekor sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 4,41 ekor atau naik 11,08 persen.
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
7
Gambar 4. Rata-rata Jumlah Ternak yang Diusahakan Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 4,41 3,97
Kambing
1,92 1,69
Sapi Potong
13,58
Ayam Lokal
11,60 0,00
2,00
4,00
6,00 ST2013
7.
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
ST2003
RUMAH TANGGA USAHA PERIKANAN
Kegiatan usaha perikanan mencakup kegiatan budidaya ikan (bukan ikan hias maupun ikan hias) dan penangkapan ikan. Pada kegiatan budidaya bukan ikan hias terdiri dari budidaya ikan di laut, di tambak, di kolam, di sawah dan di perairan umum. Sementara untuk kegiatan penangkapan ikan dibedakan menjadi penangkapan ikan di laut dan di perairan umum. Jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan di kolam pada tahun 2013 sebanyak 1.751 rumah tangga, sementara jumlah rumah tangga usaha kegiatan penangkapan ikan di perairan umum pada tahun 2013 sebesar 191 rumah tangga,
Gambar 5. Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan ST2013 Menurut Jenis Kegiatan
191
Penangkapan di perairan umum 7
Budidaya ikan hias
38
Budidaya di perairan umum 6
Budidaya di sawah
1.751
Budidaya di kolam 0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
Jenis ikan utama yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha budidaya ikan adalah lele dan ikan lainnya (mas, gurame, patin dan nila) masing-masing sebanyak 1.506 rumah tangga dan 256 rumah tangga. Ikan lele banyak dibudidayakan di kecamatan Sukoharjo sebanyak 208 rumah tangga, sedangkan budidaya ikan lainnya banyak diusahakan di kecamatan Nguter sebesar 30 rumah tangga.
8
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Bukan Ikan Hias ST2013 Menurut Jenis Ikan Utama Jenis Ikan Utama No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8.
Kecamatan (2) Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura Sukoharjo
Lele
Lainnya
(3) 175 139 143 208 195 112 179 112 55 57 37 94 1.506
(4) 9 20 7 29 30 28 46 28 9 27 4 19 256
RUMAH TANGGA USAHA KEHUTANAN Pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha tanaman jati sebanyak 13.435 rumah tangga atau
berkurang sebanyak 2.736 rumah tangga dibanding tahun 2003. Jumlah pohon jati yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 697.500 pohon meningkat 277.093 pohon atau 65,91 persen dibanding tahun 2003. Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga usaha tanaman mahoni sebanyak 4.469 rumah tangga dengan jumlah pohon sebanyak 63.907 pohon. Sementara itu, jumlah rumah tangga usaha tanaman bambu mengalami penurunan sebanyak 6.596 rumah tangga atau sebesar 60,09 persen. Jumlah pohon bambu yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 12.314 pohon, turun 64.289 pohon atau 83,92 persen dibanding tahun 2003.
Gambar 6. Jumlah Rumah Tangga Kehutanan Menurut Jenis Komoditas,
ST2003 dan ST2013
1.404 1.573
Sengon
4.469 4.276
Mahoni
13.435
Jati
16.171
4.381
Bambu
10.977
1.504 1.864
Akasia 0
2.000
4.000
6.000
8.000 ST2013
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
ST2003
9
Tabel 7. Jumlah Tanaman Kehutanan yang Diusahakan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (pohon) No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
9.
Kecamatan (2) Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura ST2013 ST2003
Akasia (3) 6.935 14.871 1.539 12 4.365 85 43 0 0 0 0 0 27.850 42.970
Bambu (4) 2.898 1.993 1.618 81 1.180 2.249 1.503 257 113 190 43 189 12.314 76.603
Jati
Mahoni
(5) 94.695 174.116 66.343 5.417 156.225 92.871 87.861 5.171 3.211 5.044 5.319 1.227 697.500 420.407
(6) 18.880 18.791 4.347 146 9.114 6.090 5.480 120 9 294 451 185 63.907 103.816
Sengon (7) 5.003 1.328 215 86 5.450 5.355 11.190 433 20 1.643 604 159 31.486 38.437
PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN Rata-rata pendapatan rumah tangga pertanian dari usaha pertanian di kabupaten Sukoharjo tahun
2013 sebesar 9.314,50 ribu rupiah per tahun atau 776,21 ribu rupiah per bulan yang berkontribusi sebesar 35,15 persen terhadap total pendapatan rumah tangga pertanian. Hal yang menarik dari struktur pendapatan rumah tangga pertanian tahun 2013 adalah besarnya porsi pendapatan yang berasal dari buruh di luar sektor pertanian yakni sebesar 36,23 persen pada tahun 2013 atau sebesar 9.559,35 ribu rupiah. Gambar 7. Perbandingan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan/Penerimaan Selama Setahun yang Lalu SPP 2013 Buruh di Luar Pertanian 36,23%
Buruh Pertanian 6,02%
Usaha di Sektor Pertanian 35,15%
Pendapatan/ Penerimaan Lainnya 6,50%
Usaha di Luar Sektor Pertanian 16,11%
Pada tahun 2013, subsektor padi paling banyak memberikan kontribusi pada pendapatan rumah tangga pertanian sebesar 68,74 persen dari total pendapatan yang berasal dari kegiatan usaha pertanian. Subsektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar pada pendapatan rumah tangga pertanian pada tahun 2013 adalah subsektor peternakan dan subsektor palawija yang masing-masing sebesar 16,50 persen dan 4,77 persen.
10
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
Gambar 8. Perbandingan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian Dari Kegiatan Usaha Pertanian Menurut Subsektor SPP2013 Palawija 4,77%
Hortikultura 2,61%
Perkebunan 0,52% Peternakan 16,50%
Padi 68,74%
Budidaya ikan 1,17%
Penangkapan ikan 0,11% Jasa Pertanian dan Pembibitan 3,91%
Kehutanan 1,68%
Rumah tangga dengan pendapatan utama dari tanaman padi dan peternakan mempunyai rata-rata pendapatan yang paling tinggi masing-masing sebesar 6.402,70 ribu rupiah per tahun dan 1.536,81 ribu rupiah per tahun. Sebaliknya, rumah tangga dengan pendapatan utama dari penangkapan ikan di perairan umum mempunyai rata-rata pendapatan yang paling rendah sebesar 10,54 ribu rupiah per tahun. Tabel 8. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Pertanian per Tahun Menurut Sumber Pendapatan Utama di Sektor Pertanian (000 Rp) No
Sumber Pendapatan Utama
(1)
10.
(2)
Rata-Rata Pendapatan per Tahun (000 Rp) (3)
1
Tanaman Padi
6.402,70
2
Tanaman Palawija
444,73
3
Tanaman Hortikultura
242,69
4
Tanaman Perkebunan
5
Peternakan
6
Budidaya Ikan/Biota Lain di Kolam Air Tawar
7
Penangkapan Ikan di Perairan Umum
8
Tanaman Kehutanan
156,37
9
Jasa Pertanian
363,89
48,16 1.536,81 108,61 10,54
KONSEP DAN DEFINISI Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana
setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
11
sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam ST2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST2013. Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda. Usaha Pertanian Lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian. Lahan Sawah adalahlahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan) dan atau saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dimana diperoleh/status lahan tersebut, termasuk juga lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi maupun palawija. Lahan Pertanian adalah lahan yang terdiri dari lahan yang diusahakan dan sementara tidak diusahakan (lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (selama 1 sampai 2 tahun tidak dikelola/diusahakan) untuk pertanian. Lahan Pertanian Bukan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami tanaman semusim atau tanaman tahunan, lahan untuk kolam atau untuk kegiatan usaha pertanian lainnya.Lahan yang berstatus lahan sawah yang sudah tidak berfungsi sebagai lahan sawah lagi, 12
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
dimasukkan dalam lahan pertanian bukan sawah. Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari : huma, lading, tegalan/kebun, kolam/tebat/empang, tambak air payau, lahan perkebunan, lahan hutan Negara, lahan untuk pengembalaan/padang rumput dan lainnya (kandang atau untuk tanaman hias). Lahan Bukan Pertanian adalah semua lahan selain lahan sawah dan lahan bukan sawah yang meliputi lahan rumah dan pekarangan, lahan untuk bangunan dan lainnya (saluran air, lapangan olahraga, lahan tandus dan juga lahan pertanian yang sudah tidak digunakan lebih dari 2 tahun).
Berita Resmi Statistik, 1 Juli 2014
13