No. 33/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014
HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI BANTEN TAHUN 2013 DARI USAHA PERTANIAN SEBESAR 9,58 JUTA RUPIAH SETAHUN ATAU 798,50 RIBU RUPIAH PER BULAN
Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013), jumlah rumah tangga usaha tanaman padi sebanyak 592,84 ribu rumah tangga, mengalami penurunan sebesar 33,98 persen atau sekitar 305,18 ribu rumah tangga dibandingkan ST2003.
Jumlah rumah tangga usaha tanaman padi tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 37,48 ribu rumah tangga atau turun 7,44 persen dibandingkan tahun 2003.
Jumlah rumah tangga usaha karet dalam kurun waktu 2003 - 2013 meningkat 22,29 ribu rumah tangga atau naik sebesar 7,28 persen tiap tahun.
Jumlah rumah tangga usaha ternak besar tahun 2013 adalah ternak kerbau diusahakan oleh 39,06 ribu. Ternak kecil paling banyak diusahakan rumah tangga adalah ternak kambing oleh 45,12 ribu rumah tangga. Ternak unggas terbanyak diusahakan rumah tangga adalah ternak ayam kampug/lokal lainnya.
Ikan lele, mas, nila, dan bandeng merupakan jenis ikan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga yaitu masing-masing sebanyak 4,82 ribu rumah tangga; 2,93 ribu rumah tangga; 2,50 ribu rumah tangga; dan 2,26 ribu rumah tangga.
Jumlah tanaman sengon yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 32,38 juta pohon, rata-rata tumbuh 74,50 persen tiap tahun selama kurun 2003-2013.
Rata-rata pendapatan rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 dari usaha pertanian mencapai 9,58 juta rupiah per tahun atau 798,50 ribu rupiah per bulan. Kontribusi pendapatan dari usaha di sektor pertanian sebesar 36,38 persen terhadap pendapatan rumah tangga pertanian.
1. PENDAHULUAN Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) menyelenggarakan Sensus Pertanian setiap 10 tahun sekali. Kegiatan ST2013 merupakan kegiatan sensus yang keenam yang diselenggarakan oleh BPS. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, dimulai dari Pemutakhiran Direktori Perusahaan Pertanian tahun 2012, Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian pada Mei 2013, dan dilanjutkan Survei Pendapatan
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
1
Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP2013) pada November 2013, serta Survei Rumah Tangga Usaha Subsektor Pertanian tahun 2014. Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian 2013 bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang populasi usaha pertanian, jumlah pohon/ternak dan juga distribusi pengusahaan lahan. Hasil pencacahan lengkap ST2013 telah digunakan untuk kerangka sampel dan angka patokan ( benchmark) survei-survei di sektor pertanian. Sementara itu, kegiatan SPP2013 bertujuan untuk mendapatkan data mengenai pendapatan/penerimaan rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor serta mendapatkan data mengenai penguasaan, penggunaan, dan alih fungsi lahan dari rumah tangga pertanian. Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, informasi yang disajikan merupakan hasil ST2013 menurut subsektor dan hasil SPP2013.
2. KEGIATAN USAHA PERTANIAN Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian di Banten didominasi oleh kegiatan usaha pertanian rumah tangga. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Banten hasil ST2013 tercatat sebanyak 592,84 ribu rumah tangga, menurun sebesar 33,98 persen dari hasil ST2003 yang sebanyak 898,02 ribu rumah tangga. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum sebanyak 97 perusahaan dan usaha pertanian lainnya sebanyak 75 unit. Tabel 1 Jumlah Usaha Pertanian Menurut Jenis Usaha ST2003 dan ST2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan)
(rumah tangga) No.
Kabupaten/Kota
Perubahan ST2003
(1)
(2)
(3)
ST2013
(4)
Perubahan ST2003
Absolut
%
(5)
(6)
Usaha Pertanian lainnya ST2013
(7)
ST2013
(8)
Absolut
%
(9)
(10)
(unit)
(11)
1
Kabupaten Pandeglang
188.631
151.599
-37.032
-19,63
16
10
-6
-37,50
4
2
Kabupaten Lebak
203.397
187.455
-15.942
-7,84
10
22
12
120,00
37
3
Kabupaten Tangerang
226.042
85.870
-140.172
-62,01
19
39
20
105,26
3
4
Kabupaten Serang
191.551
127.432
-64.119
-33,47
29
15
-14
-48,28
3
5
Kota Tangerang
19.579
8.091
-11.488
-58,68
4
3
-1
-25,00
7
6
Kota Cilegon
16.565
7.788
-8.777
-52,99
-
-
-
-
4
7
Kota Serang
30.702
19.645
-11.057
-36,01
-
5
-
-
5
8
Kota Tangerang Selatan
21.554
4.961
-16.593
-76,98
-
3
-
-
12
898.021
592.841
-305.180
-33,98
78
97
19
24,36
75
Banten
Kabupaten Lebak tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu sebanyak 187,45 ribu rumah tangga atau 31,62 persen diikuti oleh Kabupaten Pandeglang sebanyak 151,60 ribu rumah tangga atau 25,57 persen dan Kabupaten Serang sebanyak 127,42 ribu usaha rumah tangga atau 21,50 persen . Sedangkan Kabupaten Tangerang tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak yaitu sebanyak 39 unit dan Kabupaten Lebak tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah usaha pertanian lainnya terbanyak. 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kota Tangerang Selatan, dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar minus 76,98 persen.
3. RUMAH TANGGA USAHA TANAMAN PANGAN Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga tanaman padi di Banten ada sebanyak 466,27 ribu rumah tangga, menurun sebesar 7,44 persen bila dibandingkan hasil ST2003 yang sebanyak 503,75 ribu rumah tangga. Kabupaten Lebak merupakan kabupaten yang memiliki rumah tangga usaha tanaman padi terbanyak di Banten yaitu sebanyak 166,28 ribu rumah tangga atau 35,66 persen dari total rumah tangga usaha tanaman padi di Banten. Jika dibandingkan hasil ST2003, jumlah rumah tangga usaha tanaman padi di kabupaten/kota di Banten pada tahun 2013 mengalami penurunan kecuali di Kabupaten Lebak, jumlah rumah tangga yang mengusahakan komoditas tanaman padi mengalami peningkatan sebesar 4,06 persen. Tabel 2 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 Perubaha n
Padi No
(1)
Kabupaten/Kota
(2)
Jagung
Perubaha n
Kedelai
Perubahan
ST2003
ST2013
(%)
ST2003
ST2013
(%)
ST2003
ST2013
(%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1 Kabupaten Pandeglang 121.497
118.335
-2,60
11.440
2.930
-74,39
3.631
2.446
-32,64
2 Kabupaten Lebak
159.801
166.284
4,06
16.337
6.417
-60,72
1.814
407
-77,56
83.955
65.793
-21,63
5.238
1.519
-71,00
159
22
-86,16
112.878
95.001
-15,84
8.847
2.249
-74,58
515
43
-91,65
5 Kota Tangerang
1.496
1.368
-8,56
217
149
-31,34
94
6
-93,62
6 Kota Cilegon
6.498
4.251
-34,58
686
595
-13,27
23
23
0,00
7 Kota Serang
16.981
14.960
-11,90
2.966
425
-85,67
85
21
-75,29
642
279
-56,54
586
524
-10,58
26
26
0,00
503.748
466.271
-7,44
46.317
14.808
-68,03
6.347
2.994
-52,83
3 Kabupaten Tangerang 4 Kabupaten Serang
8
Kota Tangerang Selatan Banten
Kondisi yang sama terjadi pada jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung dan kedelai. Jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu, terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang cukup besar pada kedua komoditas tanaman pangan tersebut. Jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung berkurang hingga 68,03 persen atau sebanyak 31,51 ribu rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga usaha tanaman jagung terbesar terjadi di Kota Serang sebesar 85,67 persen dan terendah terjadi di Kota Tangerang Selatan sebesar 10,58 persen. Demikian pula dengan tanaman kedelai, penurunan jumlah rumah tangga usaha merata di semua wilayah.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
3
Gambar 1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan di Banten Menurut Jenis Tanaman, ST2013
4. RUMAH TANGGA USAHA HORTIKULTURA Pada Mei 2013, jumlah rumah tangga usaha hortikultura di Banten adalah sebesar 220,66 ribu rumah tangga. Dilihat dari pola penyebaran, rumah tangga usaha hortikultura paling banyak dijumpai di Kabupaten Lebak yaitu sebesar 32,67 persen (72,09 ribu rumah tangga), diikuti Kabupaten Pandeglang dengan persentase sebesar 30,12 persen (66,47 ribu rumah tangga) dan Kabupaten Serang dengan persentase sebesar 22,48 persen (49,60 ribu rumah tangga) sedangkan yang terkecil berada di Kota Cilegon dengan persentase sebesar 1,33 persen (2,93 ribu rumah tangga). Tabel 3 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Tahunan dan Semusim menurut Kelompok Tanaman dan Kabupaten/Kota, ST2013 Kelompok Tanaman Hortikultura
Rumah Kabupaten/Kota
(1)
Tangga Usaha Hortikultu ra (2)
Buah-buahan
Tanaman Obatobatan
Sayuran
Tanaman Hias
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Kabupaten Pandeglang
66.474
48.536
1.622
43.301
7.219
176
1.514
16
58
Kabupaten Lebak
72.090
62.543
565
27.313
6.466
910
3.403
7
41
Kabupaten Tangerang
14.745
7.958
1.218
809
6.382
362
1.015
52
128
Kabupaten Serang
49.599
33.950
1.286
35.283
6.111
426
1.440
15
92
Kota Tangerang
3.933
1.616
607
170
1.717
242
149
604
636
Kota Cilegon
2.934
1.711
119
1.545
922
69
202
10
14
Kota Serang
7.415
6.002
206
4.495
1.025
55
172
7
25
Kota Tangerang Selatan
3.470
2.492
541
291
937
168
155
145
532
220.660
164.808
6.164
113.207
30.779
2.408
8.050
856
1.526
Banten
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
Menurut hasil ST2013, kelompok tanaman hortikultura yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah kelompok tanaman buah-buahan 52,16 persen (170,97 ribu rumah tangga) dan yang paling sedikit diusahakan adalah kelompok tanaman hias sebesar 0,73 persen (2,38 ribu rumah tangga). Jika melihat perbandingan antara jumlah rumah tangga usaha tanaman hortikultura tahunan dan semusim dapat dilihat bahwa untuk kelompok tanaman buah-buahan dan sayuran, jenis tanaman tahunan lebih banyak diusahakan dibandingkan dengan tanaman semusim. Hal yang berbeda terjadi pada dua kelompok tanaman hortikultura lainnya karena dibandingkan dengan tanaman tahunan, tanaman semusim lebih banyak diusahakan pada kelompok tanaman hias dan obat-obatan ST2013 mencatat bahwa dari keempat kelompok tanaman hortikultura tahunan, kelompok tanaman buah-buahan merupakan kelompok tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura dengan persentase sebesar 58,59 persen (164,81 ribu rumah tangga). Potensi usaha kelompok tanaman buah-buahan tahunan terdapat di Kabupaten Lebak. Hal ini terlihat dari jumlah rumah tangga usaha tanaman buah-buahan di kabupaten tersebut yang mencapai 62,54 ribu rumah tangga. Untuk kelompok tanaman sayuran tahunan, Kabupaten Pandeglang tercatat memiliki jumlah rumah tangga usaha tanaman sayuran tahunan terbanyak yaitu sebesar 43,30 ribu rumah tangga. Rumah tangga usaha tanaman hias tahunan paling banyak dijumpai di Kota Tangerang sebesar 0,60 ribu rumah tangga sedangkan rumah tangga usaha tanaman obat-obatan tahunan paling banyak terdapat di Kabupaten Lebak (0,91 ribu rumah tangga). Berbeda dengan kelompok tanaman hortikultura tahunan, kelompok tanaman hortikultura semusim yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah kelompok tanaman sayuran. Dari 220,66 ribu rumah tangga usaha hortikultura, sebanyak 30,78 ribu rumah tangga mengusahakan kelompok tanaman sayuran semusim. Kelompok tanaman buah-buahan semusim diusahakan oleh sebanyak 6,16 ribu rumah tangga, sedangkan kelompok tanaman obatobatan semusim diusahakan oleh 8,05 ribu rumah tangga. Tanaman hias merupakan kelompok tanaman hortikultura semusim yang paling sedikit diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura di Banten dengan 1,53 ribu rumah tangga Gambar 2 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Menurut Kelompok Tanaman, ST2013 (ribu)
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
5
5. RUMAH TANGGA USAHA PERKEBUNAN Pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha kelapa sawit dalam kurun waktu 2003-2013 meningkat 1,30 ribu rumah tangga atau rata-rata tumbuh sebesar 3,72 persen per tahun. Perkembangan kegiatan usaha budidaya kelapa sawit ini terjadi di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak sedangkan, di kabupaten/kota lainnya mengalami penurunan. Jumlah rumah tangga usaha karet bertambah 72,79 persen dibanding tahun 2003 atau bertambah 22,30 ribu rumah tangga. Peningkatan jumlah rumah tangga usaha karet terbesar di Kabupaten Lebak sebanyak 19,5 ribu rumah tangga. Pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha tanaman kakao selama kurun waktu 2003-2013 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu meningkat 17,33 ribu rumah tangga atau ratarata tumbuh sebesar 52,35 persen per tahun. Peningkatan jumlah rumah tangga usaha kakao terbesar di Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Berbeda dengan komoditas yang disebutkan diatas, jumlah rumah tangga usaha cengkeh selama kurun waktu 2003-2013 mengalami penurunan sebesar 21,86 persen dari 91,35 ribu rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 71,38 ribu rumah tangga. Tabel 4 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 Kelapa Sawit No.
Peruba han
Kabupaten/Kota
Cengkeh
Karet
Perubahan
Perubahan
(%)
ST2003
ST2013
(%)
(8)
(9)
(10)
(11)
ST2003
ST2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
909
2.391
163,04
28.694
26.142
-8,89
2.124
5.020
136,35
972
7.985
721,50
2.167
2.284
5,40
45.268
38.220
-15,57
28.278
47.773
68,94
2.210
6.702
203,26
3 Kabupaten Tangerang
160
32
-80,00
107
7
-93,46
91
25
-72,53
14
7
-50,00
4 Kabupaten Serang
191
90
-52,88
15.985
6.744
-57,81
108
93
-13,89
107
5.804
5324,30
5 Kota Tangerang
10
2
-80,00
5
3
-40,00
10
1
-90,00
-
2
-
6 Kota Cilegon
35
3
-91,43
442
184
-58,37
5
1
-80,00
3
29
866,67
7 Kota Serang
28
12
-57,14
791
76
-90,39
9
6
-33,33
3
106
3433,33
10
0
-100,00
60
2
-96,67
6
7
16,67
1
4
300,00
3.510
4.814
37,15
91.352
71.378
-21,86
30.631
52.926
72,79
3.310
20.639
523,53
(1)
(2)
1 Kabupaten Pandeglang 2 Kabupaten Lebak
8
Kota Tangerang Selatan Banten
(%)
ST2003 ST2013
Kakao Perubahan ST2003 ST2013
(12)
(13)
(%) (14)
Peningkatan jumlah rumah tangga usaha perkebunan diikuti dengan perkembangan jumlah pohon yang diusahakan. Jumlah pohon karet yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 15,83 juta pohon meningkat sebanyak 6,82 juta pohon atau sebesar 75,72 persen dibandingkan dengan tahun 2003. Pada tahun 2003 jumlah pohon kelapa sawit yang diusahakan sebanyak 602,68 ribu pohon, selanjutnya tahun 2013 meningkat menjadi 1,06 juta pohon atau terjadi peningkatan sebesar 75,49 persen. Serupa dengan komoditas karet dan kelapa sawit, jumlah pohon kakao yang diusahakan pada kurun waktu sepuluh tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 235,57 ribu pohon pada tahun 2003 menjadi 1,88 juta pohon pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 70 persen. Sedangkan untuk jumlah tanaman cengkeh mengalami penurunan sebesar 3,84 persen dari 2,24 juta pohon pada tahun 2003 menjadi 2,16 juta pohon pada tahun 2013.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
Gambar 3 Jumlah Tanaman yang Diusahakan Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (ribu pohon)
6. RUMAH TANGGA USAHA PETERNAKAN Berdasarkan hasil ST2013, rumah tangga usaha pertanian Subsektor Peternakan memiliki jumlah rumah tangga usaha terbanyak kedua yaitu sebanyak 171,08 ribu rumah tangga setelah Subsektor Tanaman Pangan. Ternak yang diusahakan/dipelihara oleh rumah tangga pertanian dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu ternak besar/kecil dan ternak lain. Ternak besar/kecil terdiri atas sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, dan babi, sedangkan ternak lain terdiri atas ayam lokal (ayam kampung dan ayam lokal lainnya), ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, itik manila, angsa, kalkun, burung merpati, burung puyuh, dan kelinci. Jumlah rumah tangga pertanian yang memelihara ternak, hasil ST2013 menunjukkan bahwa jenis ternak besar yang banyak dipelihara oleh rumah tangga adalah kerbau, tercatat sebanyak 39,06 ribu rumah tangga memelihara kerbau. Ternak kecil yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga pemelihara ternak adalah kambing, sebanyak 45,12 ribu rumah tangga tercatat mengusahakan jenis ternak ini. Untuk ayam lokal yang merupakan gabungan dari ayam kampung dan ayam lokal lainnya, hasil ST2013 menunjukkan bahwa sebanyak 85,96 ribu rumah tangga mengusahakan jenis ternak ini. Ayam lokal merupakan jenis unggas yang paling banyak diusahakan rumah tangga. Tabel 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak, ST2013 Kabupaten/Kota (1)
Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan (2)
Sapi Potong
Sapi Perah
(3)
(4)
Kerbau
Kuda
(5)
(6)
Kambing
Domba
(7)
(8)
Kabupaten Pandeglang
37.497
158
0
9.674
4
7.529
3.150
Kabupaten Lebak
44.844
205
0
9.320
1
11.159
4.142
Kabupaten Tangerang
31.666
3.011
0
4.385
2
9.191
804
Kabupaten Serang
38.702
194
0
12.299
2
11.171
934
Kota Tangerang
4.867
104
0
48
3
1.095
29
Kota Cilegon
3.495
108
1
839
2
1.498
16
Kota Serang
7.618
28
1
2.440
2
2.601
128
Kota Tangerang Selatan
2.394
167
0
63
5
875
25
171.083
3.975
2
39.068
21
45.119
9.228
Banten
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
7
Tabel 5 (lanjutan) Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak, ST2013 Kabupaten/Kota
Babi
Ayam Lokal
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
Itik Manila
Lainnya
(1)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
Kabupaten Pandeglang
0
18.663
1
297
4.643
1.208
129
Kabupaten Lebak
0
23.542
18
406
4.612
705
99
121
15.987
126
988
7.535
1.388
430
0
17.179
30
595
7.975
1.882
270
11
3.858
4
69
926
633
365
Kota Cilegon
0
1.764
0
19
381
41
56
Kota Serang
0
3.551
1
78
1.240
171
87
Kota Tangerang Selatan
5
1.418
27
145
243
134
108
137
85.962
207
2.597
27.555
6.162
1.544
Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang Kota Tangerang
Banten
Jika dilihat dari jumlah ternak yang dipelihara oleh rumah tangga pertanian di Banten, kerbau merupakan ternak besar yang paling banyak dipelihara di Banten, tercatat sebanyak 96,07 ribu ekor kerbau dipelihara, dimana Kabupaten Lebak merupakan kabupaten/kota yang paling banyak memelihara kerbau, yaitu sebanyak 31,06 ribu ekor. Sedangkan ternak kecil yang paling banyak dipelihara di Banten adalah kambing, yaitu sebanyak 354,73 ribu ekor, Kabupaten Tangerang merupakan kabupaten/kota yang banyak memelihara kambing yaitu sebanyak 121,21 ribu ekor. Ayam ras pedaging merupakan jenis unggas yang paling banyak jumlahnya di Banten, yaitu sebanyak 57,97 juta ekor, dan Kabupaten Tangerang merupakan kabupaten/kota yang paling memelihara ayam ras pedaging, yaitu sebanyak 18,12 juta ekor Gambar 4 Populasi Ternak yang Diusahakan oleh Rumah Tangga Usaha Peternakan di Banten Menurut Jenis Ternak, ST2013
Populasi Ternak (ribu ekor)
60 000 50 000 40 000
30 000 20 000 10 000 0
Jenis Ternak
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
7. RUMAH TANGGA USAHA PERIKANAN Kegiatan usaha perikanan mencakup kegiatan budidaya ikan (bukan ikan hias maupun ikan hias) dan penangkapan ikan. Dari kedua kegiatan tersebut, hasil ST2013 mencatat bahwa terdapat 26,86 ribu rumah tangga yang berusaha di Subsektor Perikanan. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan terlihat mendominasi usaha rumah tangga Subsektor Perikanan. Berdasarkan hasil ST2013, terdapat sebanyak 15,10 ribu rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan dan jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan adalah sebanyak 11,76 ribu rumah tangga. Pada kegiatan budidaya bukan ikan hias terdiri dari budidaya ikan di laut, di tambak, di kolam, di sawah dan di perairan umum. Sementara untuk kegiatan penangkapan ikan dibedakan menjadi penangkapan ikan di laut dan di perairan umum. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa untuk usaha Budidaya Bukan Ikan Hias di Banten, paling banyak rumah tangga mengusahakan ikan di Kolam dan di Tambak. Tercatat sebanyak 9,87 ribu rumah tangga di Provinsi Banten mengusahakan Budidaya Ikan di Kolam, sedangkan sebanyak 2,58 ribu rumah tangga di Provinsi Banten mengusahakan Budidaya Ikan di Tambak. Kabupaten Lebak merupakan Kabupaten/Kota yang memiliki rumah tangga terbanyak yang mengusahakan budidaya bukan ikan hias di Kolam, yaitu sebanyak 2,45 ribu rumah tangga. Sedangkan Kabupaten Tangerang paling banyak mengusahakan budidaya bukan ikan hias di tambak, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1,12 ribu rumah tangga
Jumlah Rumah Tangga (ribu)
Gambar 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Jenis Budidaya, ST2013 (ribu) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Rumah Di Kolam/Air Di Tangga Tawar Tambak/Air Budidaya Payau Ikan
Di Laut
Di Sawah
Di Perairan Umum
Jenis ikan utama yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha budidaya ikan adalah lele, mas, nila, dan bandeng masing-masing sebanyak 4,82 ribu rumah tangga; 2,93 ribu rumah tangga; 2,50 ribu rumah tangga; dan 2,26 ribu rumah tangga yang sebagian besar dibudidayakan di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Serang. Budidaya ikan patin tersebar hampir merata di kabupaten/kota di Banten, budidaya udang banyak diusahakan di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang, sedangkan budidaya rumput laut paling banyak diusahakan di Kabupaten Serang.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
9
Tabel 6 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Bukan Ikan Hias Menurut Jenis Ikan Utama, ST2013 Jenis Ikan Utama No. Kabupaten/Kota
(1)
Nila
Lele
Mas
Gurame
Bandeng
Patin
Kakap
Kerapu
Udang *
Rumput Laut
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(2) Kabupaten Pandeglang
901
629
1.704
26
78
30
0
8
2
1
1.021
449
1.044
6
13
5
0
0
0
0
Kabupaten Tangerang
141
1.769
41
35
990
12
0
2
20
1
4 Kabupaten Serang
291
902
83
14
957
6
0
9
36
620
47
415
20
38
1
7
0
0
1
1
6 Kota Cilegon
4
154
1
2
2
2
0
0
0
0
7 Kota Serang
18
276
1
1
219
3
0
0
0
4
75
231
39
91
0
17
0
0
0
0
2.498
4.825
2.933
213
2.260
82
0
19
59
627
1
2 Kabupaten Lebak 3
5 Kota Tangerang
8
Kota Tangerang Selatan Banten
*) Udang Vaname dan Udang Windu
8. RUMAH TANGGA USAHA KEHUTANAN Pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha tanaman sengon sebanyak 167,11 rumah tangga atau meningkat sebanyak 103,38 ribu rumah tangga dibanding tahun 2003. Jumlah pohon sengon yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 32,38 juta pohon meningkat 25,55 juta pohon bila dibandingkan tahun 2003 atau rata-rata tumbuh sebesar 74,50 persen per tahun. Sementara itu, jumlah rumah tangga usaha tanaman jati meningkat sebanyak 4,19 ribu rumah tangga atau sebesar 26,57 persen. Jumlah pohon jati yang diusahakan pada tahun 2013 sebanyak 1,47 juta pohon meningkat 567,49 ribu pohon atau 63,15 persen dibanding tahun 2003. Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga usaha tanaman jabon sebanyak 7,37 ribu rumah tangga dengan jumlah pohon sebanyak 1,66 juta pohon. Gambar 6 Jumlah Rumah Tangga Kehutanan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (ribu) 167.11 Sengon 63.73 19.97
ST2013
Jati 15.78 7.37 Jabon
0
10
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
ST2003
Tabel 7 Jumlah Tanaman Kehutanan yang Diusahakan Menurut Jenis Komoditas, ST2003 dan ST2013 (pohon) Sengon No.
(1)
Perubaha n
Kabupaten/Kota
(2)
Jati
Jabon
Perubahan
Perubahan
ST2003
ST2013
(%)
ST2003
ST2013
(%)
ST2003*
ST2013
(%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1 Kabupaten Pandeglang
1.180.264
10.796.076
814,72
661.632
781.456
18,11
-
768.171
-
2 Kabupaten Lebak
2.437.870
13.853.089
468,25
213.665
328.738
53,86
-
505.540
-
11.039
282.338
2457,64
2.663
66.265
2388,36
-
22.461
-
198.011
6.493.996
3179,61
16.938
222.413
1213,10
-
273.881
-
5 Kota Tangerang
610
23.984
3831,80
663
5.983
802,41
-
610
-
6 Kota Cilegon
669
79.087
11721,67
1.703
13.900
716,21
-
1.200
-
2.931
829.880
28213,89
1.155
45.176
3811,34
-
92.261
-
656
21.450
3169,82
248
2.228
798,39
-
970
-
3.832.050 32.379.900
744,98
898.667
1.466.159
63,15
- 1.665.094
-
3 Kabupaten Tangerang 4 Kabupaten Serang
7 Kota Serang 8
Kota Tangerang Selatan Banten
*) Pengumpulan data tanaman Jabon pada ST2003 belum tersedia
9. PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN Rata-rata pendapatan rumah tangga usaha pertanian Provinsi Banten berdasarkan hasil ST2013SPP adalah sebesar Rp 26,34 juta per rumah tangga per tahun atau Rp 2,19 juta per rumah tangga per bulan. Pendapatan dari kegiatan usaha dikelompokkan menjadi dua yaitu usaha di sektor pertanian dan usaha di luar sektor pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan dari usaha di sektor pertanian lebih tinggi jika dibanding rata-rata pendapatan/penerimaan dari usaha di luar sektor pertanian. Ratarata pendapatan/rumah tangga dari usaha di sektor pertanian sebesar Rp 9,58 juta per rumah tangga per tahun (36,38%). Sedangkan Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari usaha di luar sektor pertanian sebesar Rp 3,60 juta per rumah tangga per tahun (13,69%). Pendapatan/penerimaan dari rumah tangga pertanian yang bersumber dari salah satu anggota rumah tangga yang menjadi buruh juga dikelompokkan menjadi dua yaitu buruh pertanian dan buruh di luar pertanian.Rata-rata pendapatan/penerimaan dari buruh pertanian lebih rendah jika dibanding rata-rata pendapatan/penerimaan dari buruh di luar pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari buruh pertanian sebesar Rp 1,19 juta per rumah tangga per tahun (4,54%). Sedangkan Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari buruh di luar pertanian sebesar Rp 8,16 juta per rumah tangga per tahun (30,98%). Disamping itu, ada rumah tangga yang mempunyai pendapatan/penerimaan dari bukan usaha dan bukan buruh yaitu dari pendapatan/penerimaan lain dan transfer. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari lainnya dan transfer sebesar Rp 3,79 juta per rumah tangga per tahun (14,42%).
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
11
Tabel 8 Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan/Penerimaan Selama Setahun yang Lalu (000 Rp) No
Sumber Pendapatan/Penerimaan
Rata-Rata Pendapatan (000 Rp)
Persentase (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Usaha di Sektor Pertanian
9 581,99
36,38
2
Usaha di Luar Sektor Pertanian
3 605,91
13,69
3
Pendapatan/Penerimaan Lain dan Transfer
3 797,23
14,42
4
Buruh Pertanian
1 195,95
4,54
5
Buruh di Luar Pertanian
8 160,47
30,98
26 341,55
100,00
Jumlah
Rata-rata pendapatan per rumah tangga pertanian yang berasal dari usaha di sektor pertanian di Provinsi Banten sebesar 9,58 juta rupiah setahun. Dari besarnya pendapatan tersebut, jika dilihat dari jenis usaha di sektor pertanian, rata-rata pendapatan terbesar diperoleh dari usaha Tanaman Padi, yaitu sebesar 4,78 juta rupiah setahun atau sekitar 49,95 persen. Setelah itu diikuti oleh usaha Penangkapan ikan di laut sebesar 1,26 juta rupiah (13,16 %), Tanaman Perkebunan sebesar 951,28 ribu rupiah (9,93 %), Ternak/Unggas sebesar 882,98 ribu rupiah (9,21 %), Tanaman Hortikultura sebesar 784,67 ribu rupiah (8,19 %), Tanaman Kehutanan sebesar 512,04 ribu rupiah (5,34 %), Tanaman Palawija sebesar 127,65 ribu rupiah (1,33 %), dan Jasa Pertanian/Pembibitan Tanaman sebesar 105,45 ribu rupiah (1,10 %). Sedangkan usaha yang menghasilkan rata-rata pendapatan relatif kecil (kurang dari 1 %) terdiri dari usaha Budidaya Ikan di Laut, di Tambak/Air Payau, di Kolam Air Tawar, di Sawah, di Perairan Umum, Budidaya Ikan Hias, Penangkapan Ikan di Perairan Umum, Penangkaran Tumbuhan Liar, Penangkaran Satwa Liar, dan Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar. Berdasarkan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa secara makro subsektor tanaman pangan dan penangkapan ikan di laut nampaknya merupakan sub sektor andalan di Provinsi Banten, khususnya dilihat dari kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga dari usaha di sektor pertanian.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
Tabel 9 Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Pertanian Per Tahun Menurut Sumber Pendapatan Utama Di Sektor Pertanian No
Sumber Pendapatan Utama
(1)
(2)
Rata-Rata Pendapatan per Tahun (000 Rp) (3)
1
Tanaman Padi
4 785,84
2
Tanaman Palawija
127,65
3
Tanaman Hortikultura
784,67
4
Tanaman Perkebunan
951,28
5
Ternak/ Unggas
882,98
6
Budidaya ikan di laut
28,65
7
Budidaya ikan di tambak/ air
82,25
8
Budidaya ikan di kolam air tawar
33,52
9
Budidaya ikan di sawah
4,19
10
Budidaya ikan di perairan umum
1,45
11
Penangkapan ikan di laut
12
Penangkapan ikan di perairan umum
13
Tanaman Kehutanan
14
Penangkaran Satwa/Tumbuhan Liar
0,16
15
Pemungutan hasil hutan/ Penangkapan satwa liar
7,92
16
Jasa Pertanian dan Pembibitan tanaman
1 260,72 13,22 512,04
Jumlah
105,45 9 581,99
11. KONSEP DAN DEFINISI Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam ST2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
13
mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST2013. Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda. Usaha Pertanian Lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian. Lahan Sawah adalahlahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan) dan atau saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dimana diperoleh/status lahan tersebut, termasuk juga lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi maupun palawija. Lahan Pertanian adalah lahan yang terdiri dari lahan yang diusahakan dan sementara tidak diusahakan (lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (selama 1 sampai 2 tahun tidak dikelola/diusahakan) untuk pertanian. Lahan Pertanian Bukan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami tanaman semusim atau tanaman tahunan, lahan untuk kolam atau untuk kegiatan usaha pertanian lainnya.Lahan yang berstatus lahan sawah yang sudah tidak berfungsi sebagai lahan sawah lagi, dimasukkan dalam lahan pertanian bukan sawah. Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari : huma, lading, tegalan/kebun, kolam/tebat/empang, tambak air payau, lahan perkebunan, lahan hutan Negara, lahan untuk pengembalaan/padang rumput dan lainnya (kandang atau untuk tanaman hias). Lahan Bukan Pertanian adalah semua lahan selain lahan sawah dan lahan bukan sawah yang meliputi lahan rumah dan pekarangan, lahan untuk bangunan dan lainnya (saluran air, lapangan olahraga, lahan tandus dan juga lahan pertanian yang sudah tidak digunakan lebih dari 2 tahun).
14
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014
15
BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Dr. Syech Suhaimi, SE.,M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail :
[email protected] Website : banten.bps.go.id
16
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/07/36/Th.VIII, 1 Juli 2014