i
POTENSI PRODUKSI DAUN TANAMAN LAMPENI (Ardisia humilis VAHL.) DENGAN PEMBERIAN JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK BERBEDA
ESKA AYU WARDANI A24120146
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INTSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
ii
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Produksi Daun Tanaman Lampeni (Ardisia humilis Vahl.) dengan Pemberian Jenis dan Dosis Pupuk Organik Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017
Eska Ayu Wardani NIM A24120146
ii
iii
ABSTRAK ESKA AYU WARDANI. Potensi Produksi Daun Tanaman Lampeni (Ardisia humilis Vahl.) dengan Pemberian Jenis dan Dosis Pupuk Organik Berbeda. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ. Indonesia memiliki biodiversitas tumbuhan yang tinggi dan sebagian dari tumbuhan tersebut telah diidentifikasi memiliki kandungan bioaktif yang dapat memiliki kegunaan medis. Lampeni (Ardisia humilis Vahl.) adalah salah satu flora di Asia Tenggara yang dikenal sebagai gulma namun memiliki kandungan senyawa bioaktif pada daunnya yang dapat diidentifikasi melalui pigmen warna daun. Penelitian mengenai metode budi daya lampeni diperlukan untuk mendukung peningkatan pemanfaatan tumbuhan ini di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di unit percobaan IPB, Cikarawang Dramaga, Bogor, dari Desember hingga Juni 2016. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu split plot. Petak utama yaitu jenis pupuk dan anak petak yaitu dosis pupuk. Penelitian ini menguji respon tanaman terhadap pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi dengan taraf pemupukan 0, 5, 10, dan 15 t ha-1. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan vegetatif lampeni meningkat dengan perlakuan pemupukan. Pertambahan jumlah cabang, jumlah daun, potensi bobot kering, dan bobot basah daun nyata lebih tinggi didapatkan akibat pemberian pupuk kandang ayam dosis 15 t ha-1 atau pupuk kandang sapi 5 t ha-1. Hasil analisis pigmen daun menunjukkan respon negatif terhadap peningkatan dosis, sementara hasil terbaik terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang.
Kata kunci: Budi daya, pemupukan, pigmen daun, pupuk kandang ABSTRACT ESKA AYU WARDANI. Lampeni (Ardisia humilis Vahl.) Leaf Production Potency with Different Organic Fertilizer Type and Dosage. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ. Indonesia has high flora biodiversity and some of them have been explored and identified contains bioactive compound which has medicinal use. Lampeni is one of wild flora in Southeast Asia known as weed in some country but has antioxidant content in its leaf pigment. Cultivation research of lampeni is needed to support the increasing its usage in Indonesia. This experiment was carried out at IPB Experimental Station, Cikarawang Dramaga, Bogor, from December to June 2016. Design of the experiment was split plot. The main plots were two manure types (chicken and cow manure) and the subplots were four dosages( 0, 5, 10, and 15 t ha-1). The result of the experiment showed that vegetative growth increased with manure application. Branch number increasing, wet, and dry leaf weight potency were higher with 15 t ha-1 chicken manure or 5 t ha-1 cow manure application. Result of leaf analysis showed that pigment concentration respond negatively to increasing rate of manure and highest pigment concentration is on the plant with no manure added.
Keyword: Cultivation, fertilization, leaf pigment, manure
iv
v
POTENSI PRODUKSI DAUN TANAMAN LAMPENI (Ardisia humilis VAHL.) DENGAN PEMBERIAN JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK BERBEDA
ESKA AYU WARDANI A24120146
Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INTSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
vi
viii
ix
PRAKATA
“Menulislah karena menulis itu mengikat ilmu” (Anonim) Alhamdulillahirabbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah–Nya sehingga skripsi dengan judul “Potensi Produksi Daun Tanaman Lampeni (Ardisia humilis Vahl.) dengan Pemberian Jenis dan Dosis Pupuk Organik Berbeda” ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu tercinta, Ibunda Darsih yang doanya tiada putus untuk putrinya ini, serta Bapak tercinta, Bapak Wardoyo dengan ketulusannya memberi dukungan moral serta materil dalam penyelesaian studi saya selama ini. Dengan ini tunailah satu mimpi yang sejak lama mereka bangun, memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya. Serta adik-adik yang penulis sayangi, Dwi Satrio Wardyanto dan Tri Kusuma Wardana, yang telah menyemangati harihari studi penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. selaku pembimbing skripsi serta guru hidup yang dengannya penulis mendapatkan banyak pengajaran pada bidang yang ditekuni juga pengajaran tentang kebaikan-kebaikan dalam proses menimba ilmu. 3. Dr. Ir. Dewi Sukma selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan nasehat selama proses belajar di Departemen AGH, IPB. 4. Segenap dosen yang telah memberi ilmunya dalam kuliah di AGH IPB. Segenap tokoh yang membantu selama penelitian saya, Ibu Dr. Ir. Maya Melati, M.Sm, M.Sc., Bapak Dr. Iskandar Lubis (sebagai penguji dalam ujian skripsi), Segenap dosen pengajar di AGH yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, Bapak Sarta dan banyak pegawai Kebun Percobaan University Farm, serta Ibu Ismi dari Laboratorium Pascapanen Departemen AGH IPB. 5. Segenap teman-teman dalam pemberian dukungan, semangat, doa, dan waktunya. Rima Osiana, Istichomah, Prisca Yoko yang membantu dalam penelitian penulis. Teman-teman dari Lotus AGH 49 khususnya Mogi B.D., Husna F.E., dan Catur F.U. dari kelurahan, Suryani H., Tri Restu W., Rina A. dan Lia N. atas semangatnya. Tyas A. dan Ratih L. dari atas kebersamaan visi dan misi selama studi di IPB. Forces IPB khususnya Forces angkatan 10, serta sahabat mentoring IPB angkatan 49.
Bogor, Januari 2017 Eska Ayu Wardani
x
xi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 Tujuan ............................................................................................................... 2 Hipotesis ........................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 2 Botani Lampeni ................................................................................................ 2 Ekologi .............................................................................................................. 3 Senyawa Fitokimia Lampeni ............................................................................ 4 Klorofil ............................................................................................................. 4 Antosianin ......................................................................................................... 5 Karotenoid ........................................................................................................ 5 Senyawa Alkaloid, Steroid, dan Tanin ............................................................. 6 Pemupukan Organik ......................................................................................... 6 Pupuk Kandang Ayam ...................................................................................... 7 Pupuk Kandang Sapi......................................................................................... 7 METODE ................................................................................................................... 7 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................... 7 Bahan dan Alat ................................................................................................. 8 Perancangan Percobaan .................................................................................... 8 Prosedur Percobaan .......................................................................................... 8 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 11 Kondisi Umum Percobaaan ............................................................................ 11 Pengamatan Fase Pertumbuhan ...................................................................... 12 Komponen Potensi Produksi Daun ................................................................. 14 Potensi Bobot basah dan bobot kering daun........................................................ 14 Kadar N, P, dan K daun ................................................................................. 15 Hubungan Pertumbuhan dengan Potensi Produksi Daun ............................... 15 Kadar Pigmen Daun ........................................................................................ 17 KESIMPULAN ........................................................................................................ 19 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19 LAMPIRAN ............................................................................................................. 23
xii
xiii DAFTAR TABEL 1 Kadar hara beberapa bahan dasar pupuk organik .................................................. 7 2 Interaksi antara jenis dan dosis pupuk terhadap pertambahan tinggi tanaman dan tinggi tanaman 24 MSP. ............................................................................... 12 3 Interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah cabang, pertambahan jumlah cabang, dan jumlah cabang 24 MSP. ................................. 13 4 Interaksi dosis dan jenis pupuk terhadap diameter batang dan pertambahan diameter batang. .................................................................................................. 13 5 Interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang terhadap pertambahan jumlah daun dan jumlah daun 24 MSP............................................................................ 14 6 Interaksi jenis dan dosis pupuk terhadap potensi bobot daun lampeni 26 MSP .. 14 7 Kadar N, P, dan K pada daun. ............................................................................. 15 8 Pengaruh perlakuan dosis dan jenis pupuk kandang pada kadar pigmen daun lampeni. ............................................................................................................... 18
DAFTAR GAMBAR 1 (a) Tajuk pohon lampeni (b) Struktur percabangan lampeni (c) Daun dan perbungaan (d) Buah muda lampeni 3 2 Skema pemangkasan batang lampeni..................................................................... 9 3 Daun lampeni yang dipanen ................................................................................. 10 4 Interaksi antara pengaruh dosis pupuk terhadap pertambahan jumlah daun tanaman pada 24 MSP ......................................................................................... 16 5 Interaksi antara pengaruh dosis pupuk terhadap jumlah cabang tanaman pada 24 MSP ..................................................................................................................... 16 6 Interaksi antara pengaruh dosis pupuk terhadap potensi bobot basah daun pada 26 MSP ................................................................................................................ 17 7 Interaksi antara pengaruh dosis pupuk terhadap potensi bobot kering daun pada 26 MSP ................................................................................................................ 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data klimatologi Dramaga BMKG 2016 …………. 23 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter pertumbuhan ....................................... 23 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter komponen produksi daun ................... 24 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengujian pigmen daun ....................................... 25
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Lampeni dengan nama ilmiah Ardisia humilis Vahl. dari famili Myrsinaceae merupakan salah satu jenis tumbuhan liar yang umumnya ditemukan di daerah pantai, hutan, atau perdesaan, dan hidup hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl). Bentuk tajuk tanaman ini bertipe semak dengan tinggi 5-10 m, tipe daun bulat telur (6,5-16,5 cm × 2,5-7,5 cm), perbungaannya tipe umbellata, panjang mahkota bunga rata-rata 1 cm. Buah lampeni berwarna ungu kemerahan berdiameter 0,6-0,8 cm (PROSEA, 2003). Pemanfaatan jenis tanaman ini di berbagai negara di dunia diantaranya sebagai tanaman ornamental, bahan bakar (kayu), makanan (buah), dan memiliki manfaat sebagai tanaman obat tradisional (CABI, 2013). Anggota famili Myrsinaceae ini dimanfaatkan bagian daun maupun buah sebagai tanaman obat tradisional. Daun lampeni di Jawa Barat digunakan untuk mengobati penyakit kulit dan buahnya digunakan sebagai obat cacing dan tonik bagi jantung (PROSEA, 2003). Selain itu diidentifikasi bahwa daun dan buah tanaman ini dapat mengobati penyakit tuberkulosis, paru-paru, hepatitis, bronkitis kronis, dan ketidakteraturan menstruasi pada wanita (Kobayashi dan Mejia, 2005). Pemaparan yang dilakukan oleh Lim (2012) pada bahasan mengenai tanaman ini, menunjukkan terdapat aktivitas kandungan fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan manusia diantaranya aktivitas antikanker, aktivitas antiviral, aktivitas antiplatelet, aktivitas antibakteri, dan aktivitas antiplasmodial. Ditinjau dari banyaknya fungsi farmakologis yang dimiliki, besar peluang lampeni dikembangkan sebagai tanaman obat budi daya. Sebagian jenis tanaman obat di Indonesia didapatkan dengan cara mengambil di habitat alaminya seperti hutan. Jenis-jenis tanaman hutan yang berfungsi sebagai obat tradisional harus dibudidayakan, sehingga pengambilannya lebih mudah didapatkan (Hamzari, 2008). Pemanfaatan daun lampeni dapat menjadi nilai tambah dunia farmasi Indonesia apabila dikembangkan ke dalam suatu proses budi daya tanaman. Lampeni sebagai tanaman obat yang dipanen daunnya membutuhkan penelitian dari aspek budi daya karena informasi teknik budi daya mengenai pemupukan untuk tanaman ini belum diketahui. Sementara pemupukan bagi tanaman merupakan salah satu aspek budi daya yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Budi daya organik menjadi penting bagi tanaman obat termasuk lampeni karena menurut Kemendag (2014), ada persyaratan umum dan khusus bagi penjualan produk obat-obatan herbal, salah satunya yaitu konsumen menghendaki produk yang diproduksi secara organik. Menurut Ibrahim et al. (2013), telah diobservasi bahwa penggunaan pupuk organik bagi budi daya tanaman obat menunjukkan peningkatan produksi metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan jika dibandingkan dengan pupuk NPK 15:15:15. Hal tersebut menyebabkan pentingnya penelitian untuk mengetahui jenis dan dosis pupuk organik bagi tanaman lampeni dalam budi daya secara organik. Pupuk kandang merupakan salah satu jenis pupuk organik yang umum digunakan dalam proses pertanian karena manfaatnya dalam mendukung perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk kandang ayam banyak
2
digunakan karena memiliki kandungan hara yang tinggi yaitu 2,16% N, 1,12% P, dan 1,64% K pada pukan ayam segar (Khalil et al., 2005). Pupuk kandang sapi memiliki nilai karbon yang tinggi digunakan sebagai pembenah tanah yang menambah bahan organik tanah dan memperkaya mikroflora tanah. Pupuk kandang sapi memiliki kandungan hara di pukan sapi yaitu 2,1% N, 0,41% P, dan 0,57 K (Pettygrove et al., 2010). Oleh karena itu penggunaan kedua jenis pupuk ini diharapkan dapat memberikan produksi daun terbaik bagi pertumbuhan lampeni. Penentuan dosis pupuk dimaksudkan untuk mendapatkan takaran yang tepat terhadap produksi daun lampeni yang tinggi dari segi kualitas dan kuantitasnya. Pemberian pupuk kandang sapi, kambing dan ayam dengan dosis yang semakin meningkat hingga 75 g tanaman-1 memberikan jumlah cabang primer dan berat kering tajuk tanaman sambiloto terbaik diantara semua perlakuan (Pujiasmanto et al., 2009). Menurut Susanti et al. (2008), kandungan bioaktif pada daun kolesom dapat menurun dengan peningkatan dosis pupuk organik. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa jenis pupuk organik dengan taraf dosis yang berbeda terhadap produksi daun lampeni. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan hasil produksi daun tanaman lampeni dengan pemberian jenis pupuk berbeda. 2. Terdapat perbedaan hasil produksi daun tanaman lampeni dengan pemberian dosis pupuk berbeda. 3. Terdapat perbedaan hasil produksi daun tanaman lampeni dengan pemberian kombinasi jenis pupuk dan dosis pupuk berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Lampeni Lampeni (Ardisia humilis Vahl.) merupakan salah satu anggota dari famili Myrsinaceae dari ordo Primulales dan kelas Magnoliopsida (USDA, 2015). Tajuk lampeni bertipe semak (Gambar 1.a) memiliki batang bercabang yang dapat tumbuh hingga tinggi 5 meter. Cabangnya berbentuk segitiga datar pada pangkalnya (Gambar 1.b). Filotaksi daun pada batangnya bertipe alternate. Daun tunggal dengan helai daunnya berbentuk bulat telur atau oval, memiliki lebar 5-7 cm dan panjang 15-18 cm. Bunga ditopang pada cabang perbungaan berukuran 3-8 cm yang tumbuh dari batang di tajuk bagian atas (Gambar 1.c). Dasar tangkai berupa pertemuan tangkai-tangkai bunga yang membentuk kerumunan bunga. Tangkai bunga tersebut memiliki panjang 1-2 cm. Struktur bunga berukuran 6-13 mm memiliki lima kelopak dan lima mahkota bunga. Warna mahkota bunganya yaitu merah
3
muda pucat, keunguan atau keputih-putihan. Bunga memiliki lima struktur benang sari dan putik yang berwarna kuning. Buah lampeni berbentuk bulat dengan ukuran 9-13 mm dengan struktur berdaging. Warna buahnya hijau ketika muda (Gambar 1.d) dan berubah menjadi merah hingga ungu atau kehitaman saat masak. Setiap satuan buah masak terdapat sebuah biji yang keras berukuran 5 mm yang dibalut dengan daging buah yang berwarna putih bertekstur gabus.
(a)
(b)
(c)
(d) Gambar 1. (a) Tajuk pohon lampeni (b) Struktur percabangan lampeni (c) Daun dan perbungaan (d) Buah muda lampeni Ekologi
Habitat lampeni yaitu daerah dengan suhu hangat dan kelembaban sedang hingga tinggi yang ditemui di daerah hutan dataran rendah namun beberapa dapat tumbuh hingga ketinggian 2.500 m dpl (PROSEA, 2003). Toleran pada naungan dan sensitif terhadap suhu rendah sehingga tumbuh baik pada area hutan hujan, hutan moonson, dan sebagainya (Lim, 2012). Tanah yang dibutuhkan untuk tumbuh diantaranya pH asam-netral dengan tekstur tanah yang berat, ringan, dan medium. Tumbuhan ini memiliki toleransi pada keadaan tanah salin. Lampeni dapat mulai berbunga dan memproduksi buah pada usia 1-2 tahun di kondisi optimal dan 2-4 tahun pada kondisi lain. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang selalu menghasilkan daun hijau yang tumbuh dengan
4
cepat. Masa juvenil dapat bertahan hingga beberapa tahun pada pencahayaan rendah seperti di dalam hutan. Tumbuhan ini telah lama diintroduksi pada daerah tropis di Asia Tenggara. Burung dan beberapa jenis mamalia membentu penyebaran tumbuhan ini ke berbagai tempat melalui konsumsi dari buahnya. Kelompok tanaman Lampeni ini masuk ke dalam kategori tumbuhan invasif di beberapa negara karena pertumbuhannya yang cepat, namun di Indonesia tumbuhan ini tidak invasif (CABI, 2013). Senyawa Fitokimia Lampeni Senyawa fitokimia secara alami dapat ditemukan di tumbuhan, senyawa ini memiliki berbagai manfaat bagi perbaikan kesehatan manusia. Manfaat senyawa fitokimia bagi tanaman sendiri diantaranya melindungi dirinya dari penyakit dan kerusakan akibat lingkungan. Selain itu, senyawa fitokimia pada tumbuhan juga memiliki andil pada pembentukan warna, aroma, dan rasa pada tumbuhan tersebut. Sebagian senyawa fitokimia terakumulasi dalam beberapa bagian tumbuhan yang berbeda seperti akar, batang, daun, bunga, buah, maupun bijinya. Banyak dari senyawa fitokimia, seperti yang berbentuk molekul pigmen, terkonsentrasi pada lapisan luar jaringan tanaman. Senyawa ini juga disebut sebagai metabolit sekunder yang memiliki fungsi biologi seperti antioksidan, antimikroba, penguat sistem imun, hingga aktivitas antikanker. Hal tersebut yang menjadikan arah penelitian mengenai fitokimia juga mengeksplorasi manfaat fitokimia bagi manusia dalam melawan berbagai penyakit (Saxena, et al., 2013). Tanaman lampeni memiliki kemampuan untuk mengobati beberapa jenis penyakit karena adanya senyawa fitokimia yang terkandung dalam tanaman tersebut. Senyawa fitokimia berupa metabolit sekunder terbentuk pada saat tidak ada pertumbuhan sel karena keterbatasan nutrien zat gizi dalam media tanam sehingga merangsang dihasilkannya enzim-enzim yang berperan dalam pembentukan metabolit sekunder dengan memanfaatkan metabolit primer untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Istiani, 2010). Pemaparan yang dilakukan oleh Lim (2012) mengenai Ardisia elliptica menunjukkan adanya aktivitas kandungan fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan manusia diantaranya aktivitas antikanker, aktivitas antiviral, aktivitas antiplatelet, aktivitas antibakteri, dan aktivitas antiplasmodial. Hasil pengujian screening kandungan fitokimia yang dilakukan oleh Khatun et al. (2013) menunjukkan kandungan senyawa fitokimia yang dimiliki oleh A. humilis yaitu alkaloid, karbohidrat, steroid, dan tanin. Penelitian yang dilakukan oleh Ma et al. (2009) berhasil mengekstrak ardicrenin dari jenis lampeni yaitu Ardisia crispa berupa produk akhir serbuk putih dengan kemurnian 98% dan produksinya sebanyak 1,6% dari bobot sampel yang diuji. Ardicrenin adalah sejenis senyawa golongan saponin. Penelitian yang dilakukan oleh Jindal dan Mohamed (2012) menghasilkan informasi bahwa spesies lain dari lampeni yaitu Ardisia crispa memiliki kandungan antioksidan tinggi pada daun dan buahnya. Klorofil Klorofil adalah zat yang terkandung dalam tanaman hijau yang berfungsi sebagai substrat untuk fotosintesis pada tanaman. Tanaman hijau memiliki
5
sebagian besar klorofilnya dalam dua bentuk yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a bersifat kurang polar dan berwarna biru hijau, sedangkan klorofil b bersifat polar dan berwarna kuning hijau. Klorofil berwarna hijau karena menyerap secara kuat daerah merah dan biru dari spektrum cahaya tampak (SEAFAST center, 2012a). Peran klorofil dalam fotosintesis tanaman yaitu klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Sementara itu pusat reaksi disusun oleh klorofil a. Kandungan klorofil a dan b tidak sama antartanaman hal itu disebabkan oleh perbedaan umur tanaman, umur daun, dan faktor genetik tanaman (Setiari dan Nurchayati, 2009). Klorofil itu sendiri merupakan bagian dari unsur fitokimia utama pada tanaman setara dengan gula, asam amino, purin, dan pirimidin. Sementara itu unsur fitokimia sekunder diantaranya alkaloid, terpena, flavonoid, lignan, steroid tumbuhan, kurkumin, fenol, dan glukosida. (Saxena et al., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin et al. (2012) menunjukkan hasil uji fitokimia bubuk ekstrak Cu-turunan klorofil daun cincau (Premna oblongifolia Merr.) menunjukkan bahwa bubuk ekstrak Cu-turunan klorofil mengandung 5 zat fitokimia utama yang berguna untuk peningkatan kesehatan antara lain: alkaloid, saponin, tanin, steroid, dan glikosida. Penelitian yang dilakukan oleh Ernaini et al. (2012) pada uji kualitatif senyawa fitokimia daun kiambang menunjukkan hasil daun tersebut mengandung senyawa alkaloid, fenol, dan saponin. Keberadaan steroid, triterpenoid, dan tanin tidak terdeteksi pada penelitian tersebut. Antosianin Antosianin merupakan senyawa berwarna yang berperan pada kebanyakan warna merah, biru, dan ungu di buah, sayuran, dan tanaman hias. Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid (SEAFAST Center, 2012b). Peran antosianin dalam tanaman yaitu sebagai tabir dari gelombang ultraviolet B. Spesifik lagi fungsi antosianin yaitu untuk menahan intensitas cahaya terlalu tinggi pada kloroplas tanaman. Proses metabolisme tanaman membutuhkan antosianin untuk sarana transport monosakarida dan pengatur osmotik tanaman selama masa kekeringan dan suhu rendah (Pebrianti et al., 2015). Karotenoid Karotenoid merupakan salah satu pigmen yang dapat ditemukan di tumbuhan maupun hewan. Pigmen karotenoid pada tumbuhan berwarna jingga, kuning, atau merah. Pigmen tersebut seringkali tidak terlihat karena tertutupi oleh warna hijau klorofil yang lebih dominan. Letak pigmen karotenoid berikatan dengan lemak yang terdapat pada dinding sel tanaman. Karotenoid dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan keberadaan oksigen di struktur molekulnya. Karotenoid yang tidak memiliki atom oksigen atau hanya berupa hidrokarbon disebut karoten, sedangkan karotenoid yang memiliki sekurang-kurangnya satu atom oksigen disebut xantofil (SEAFAST Center, 2012c). Kandungan karotenoid pada tanaman khususnya sayuran daun ditentukan oleh beberapa faktor yaitu spesies, varietas, kultivar, metode produksi tanaman,
6
tingkat kematangan, juga ditentukan oleh pengaruh luar lingkungan seperti intensitas pencahayaan, temperatur, dan hara pada tanah (Znidarcic et al., 2011) Senyawa Alkaloid, Steroid, dan Tanin Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Alkaloid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol dan sering digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Senyawa tersebut dapat melindungi tubuh dari radikal bebas melalui mekanisme antioksidan (Irawati, 2015). Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanoperhidrofenantrena, yang memiliki empat cincin terpadu (biasa ditandai cincin A, B, C dan D). Senyawa golongan ini mempunyai efek fisiologis tertentu, beberapa diantaranya yang sangat umum dikenal adalah kolesterol (Tukiran et al., 2014). Menurut pemaparan Jayanegara dan Sofyan (2008), tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin tergolong dalam senyawa polifenol dengan karakteristiknya yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbonkarbon. Pemupukan Organik Pemupukan adalah proses untuk memberikan hara pada tanaman melalui pemberian masukan bahan penyubur ke tanah. Perlakuan pupuk bertujuan untuk mengetahui faktor pembatas pertumbuhan dan produksi bagian tertentu pada tanaman (Mualim et al., 2009). Pemberian bahan organik ke dalam tanah merupakan fungsi amelioran pada tanah yaitu memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah. Penggunaan pupuk organik berdasarkan bentuk fisiknya terdiri atas dua macam, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Sementara dari segi penggunaannya jenis pupuk dasar dan pupuk lanjutan (Soleman dan Rahayu, 2013). Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Penggunaan kompos/pupuk organik pada tanah memberikan manfaat, antara lain: (1) Menambah kesuburan tanah; (2) Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur; (3) Memperbaiki sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman; (4) Memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil; (5) Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh air; (6) Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah (Litbangtan Bengkulu, 2010).
7
Kandungan hara yang terkandung di dalam pupuk kandang beragam sesuai dengan spesies ternak, jenis pakan, cara pemrosesan, dan lamanya penyimpanan. Kandungan nutrien yang tersedia bagi tanaman pada pupuk kandang tidak dapat diprediksi secara akurat. Hal tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan temperatur pada lahan. Tabel berikut ini menjelaskan tentang perbedaan kandungan hara pada beberapa jenis pupuk organik yaitu pupuk kandang ayam, sapi, dan kambing. Kandungan hara N tertinggi terdapat pada kotoran sapi, kandungan P tertinggi pada kotoran ayam, dan kandungan K tertinggi pada kotoran kambing. Tabel 1. Kadar hara beberapa bahan dasar pupuk organik Jenis bahan Kadar hara (g 100 g-1) N P K Kotoran sapi 1,53 0,67 0,70 Kotoran ayam 1,50 1,97 0,68 Kotoran kambing 1,41 0,54 0,75 Sumber: Hartatik dan Widowati (2010)
Pupuk Kandang Ayam Pupuk kandang umum digunakan oleh petani dalam memberikan hara bagi lahan pertanian. Pupuk kandang merupakan pupuk organik alami yang didapat dari limbah hewan peternakan. Pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi diperoleh dari peternakan dan digunakan untuk menyuburkan tanah pertanian. Penggunaan pupuk kandang ayam telah dilaporkan dapat meningkatkan hasil pada produksi beberapa tanaman diantaranya tomat (Olaniyi dan Ajibola, 2008), tanaman kedelai (Melati et al., 2008), jagung manis (Mayadewi, 2007), dan pada tanaman lidah buaya (Syawal, 2009). Pupuk Kandang Sapi Pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40 (Hartatik dan Widowati, 2010). Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan kandungan selulosa tersebut dalam memperbaiki agregat tanah di samping penyedia hara bagi tanaman. Sementara itu tingginya produksi pupuk kandang sapi pun menjadi sebuah peluang dimanfaatkannya pupuk kandang sapi sebagai sumber hara secara luas.
METODE Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Organik Cikarawang, Institut Pertanian Bogor. Lokasi tersebut berada di lintang 106048‟
8
BT dan 6026‟ LS. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah latosol dengan ketinggian 230 meter di atas permukaan laut (UF, 2015). Pengujian kandungan pigmen daun dilakukan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Juni 2016. Bahan dan Alat Bahan penelitian yang digunakan adalah bibit Lampeni berumur 1 tahun, pupuk kandang ayam petelur, pupuk kandang sapi, air. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat pengolah tanah, penggaris, jangka sorong, neraca timbang, label, kamera, ATK, neraca timbang, dan polybag . Perancangan Percobaan Percobaan ini menggunakan rancangan Split Plot (rancangan petak terbagi) dengan adanya petak utama dan petak anakan (Gomez dan Gomez, 1995). Petak utama yaitu jenis pupuk organik yaitu pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam. Anak petak adalah taraf pupuk organik terdiri dari 0, 5, 10, dan 15 ton ha-1 atau setara dengan 0, 2, 4, 6 kg per tanaman. Dari kedua faktor diperoleh 8 kombinasi dengan pengulangan 4 kali sehingga didapat 32 satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri atas satu tanaman. Analisis data rancangan penelitian yang dilakukan mengikuti rancangan sebagai berikut: Yijk = μ + i + δik+ βj + (β)ij + εijk Keterangan: Yijk = nilai pengamatan pada faktor jenis pupuk taraf ke-i faktor dosis pupuk taraf ke-j dan ulangan ke k. μ = komponen aditif rataan umum. i = pengaruh perlakuan jenis pupuk; dimana i = 1,2 βj = pengaruh perlakuan dosis pupuk; dimana j = 1,2,3,4 (β)ij = Pengaruh interaksi perlakuan jenis pupuk ke-i dan dosis pupuk ke-j. ik = komponen acak dari petak utama yang menyebar normal (0, 2) ijk = merupakan pengaruh acak dari anak petak juga menyebar normal (0, 2). Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F dengan taraf 5%. Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel respon, dilakukan perbandingan data menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Kegiatan analisis data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SAS 9.1.3. Prosedur Percobaan Persiapan lahan Pengolahan lahan percobaan akan diawali dengan sanitasi lahan dari gulma dan serasah yang menghambat pekerjaan pengolahan tanah. Tanah yang menjadi media tanam dilakukan penggemburan menggunakan alat pengolah lahan. Lubang
9
tanam yang digunakan yaitu persegi berukuran 2mx2m. Selain lubang tanam untuk tanaman plot disediakan juga lahan untuk lahan penyulaman tanaman sehingga lahan percobaan memerlukan luasan sebesar 180 m2. Lubang yang dibuat sebesar 30cmx30cmx30 cm. Pemberian Pupuk Kandang Pemberian pupuk kandang sapi atau ayam pada masing-masing lubang tanam satu kali pada 2 minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk dengan cara diletakkan di dalam lubang tanam. Dosis yang digunakan pada masing-masing jenis pupuk adalah 0, 5, 10, dan 15 ton ha-1. Pemeliharaan Tanaman Penyulaman tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah pindah tanam (HSP) di lahan terhadap dua tanaman yang mati di lapang. Penyulaman dilakukan dengan mengambil tanaman sisipan yang ditanam di area di luar plot percobaan. Kegiatan sanitasi lahan yang dilakukan adalah mencabut gulma yang dilakukan secara manual. Pengendalian hama dilakukan secara mekanik dengan mengambil langsung hama dari lapang untuk dikeluarkan dari area pertanaman. Pemangkasan
Tinggi terendah dalam satu ulangan
Pemangkasan tanaman dilakukan karena adanya serangan hama ternak kambing pada 8 minggu setelah pindah tanam (MSP) yang merusak tajuk sebagian tanaman. Pemangkasan dilakukan pada 8 MSP untuk menghindari kesalahan pengukuran pada penelitian. Pemangkasan dilakukan pada seluruh tanaman dengan metode memangkas batang dan cabang hingga tinggi tanaman sama dengan tinggi dari tanaman terendah di dalam satu ulangan (Gambar 2).
Gambar 2. Skema pemangkasan batang lampeni Pemanenan daun Pemanenan daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang diambil adalah daun yang berukuran 10-15 cm dari bagian daun berusia sedang hingga tua untuk uji kandungan NPK dan daun berusia muda, sedang, dan tua untuk pengujian
10
kandungan pigmen. Daun yang dipanen adalah daun sehat yang tidak mengalami serangan cendawan di permukaannya (Gambar 3).
Gambar 3 Daun lampeni yang dipanen Pengamatan Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi daun Lampeni. Pengamatan pertumbuhan dilakukan mulai umur 2 minggu setelah pindah tanam dengan jadwal pengamatan 2 minggu sekali selama 24 minggu. Pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman dilakukan pada seluruh individu tanaman dari tiap petak. Tinggi tanaman, tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah hingga 1. pucuk tertinggi batang utama. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan alat ukur meteran. 2. Jumlah cabang, jumlah cabang diamati keseluruhan jumlah cabang tanaman pada setiap satuan percobaan. Diameter batang, diameter batang diamati pada titik di 5 cm dari permukaan 3. tanah yang ditandai pada awal pengamatan. Pengukuran diameter batang menggunakan alat ukur jangka sorong. 4. Jumlah daun, daun yang dihitung adalah keseluruhan daun yang telah membuka sempurna pada setiap tanaman. 5. Potensi bobot basah rata-rata daun (g tanaman-1) Potensi bobot basah daun diukur pada minggu ke-26 MSP. Daun diambil sebanyak 45 buah secara komposit dari semua ulangan. Daun segar ditimbang menggunakan timbangan analitik. Hasil pembacaan bobot daun segar dirata-rata untuk mendapat bobot basah rata-rata satu daun lampeni. Potensi bobot kering rata-rata daun (g tanaman-1) 6. Potensi bobot basah daun diukur pada minggu ke-26 MSP. Daun diambil sebanyak 45 buah secara komposit dari semua ulangan. Daun dioven pada suhu 70 °C selama 48 jam. Daun ditimbang menggunakan timbangan analitik. Hasil pembacaan bobot daun segar dirata-rata untuk mendapat bobot basah rata-rata satu daun lampeni.
11
Uji kadar pigmen daun (mg g-1) Pengamatan produksi daun ditinjau melalui analisis pigmen. Analisis kandungan bioaktif melalui pengujian pigmen daun antosianin, klorofil a, klorofil b, dan karotenoid menggunakan metode Sims dan Gamon (2002). Pengujian tersebut menggunakan alat Spektrofotometer UV Vis. Pengambilan daun (25 MSP) yang menjadi sampel merupakan daun yang diambil dari seluruh tanaman pada tiga petak ulangan. Daun yang diambil berasal dari cabang ketiga terbawah pada masing-masing tanaman. Daun dipisahkan menjadi kategori daun muda, daun medium, dan daun tua sebanyak 1-3 helai daun. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 72 sampel. Pembuatan ekstrak didlakukan dengan penghalusan daun segar, ditambahkan dengan asetris (2 ml), dan disentrifus (14000 rpm, 10 menit). Selanjutnya sepernatan (1 ml) ditambahkan dengan asetris (3 ml) dan dicampur rata. Ekstraksi tersebut dimasukkan dalam kuvet untuk dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer. Absorbansi campuran diukur pada panjang gelombang 633, 647, 470, dan 537 nm. Metode penghitungan untuk mendapatkan nilai antosianin, klorofil a, klorofil b, dan karotenoid sebagai berikut: a. Antosianin = 0,08173A537 – 0,00697A647 – 0,002228A663 b. Klorofil a (Chla) = 0,01373A663 – 0,000897A537 – 0,003046A647 c. Klorofil b (Chlb) = 0,02405A647 – 0,004305A537 – 0,005507A663 d. Karotenoid = [A470 – (17,1 x (Chla + Chlb) – 9,479 x Antosianin)]/ 119,26 Keterangan: Ax adalah nilai absorbansi ekstrak dalam panjang gelombang x. Seluruh hasil pengujian dalam satuan (mg g-1). Uji kadar hara N, P, dan K pada daun (%) Pengujian kadar hara dilakukan dengan pembuatan sampel menggunakan daun berusia 26 MSP. Daun segar dari lapang ditimbang bobot basahnya. Setelah ditimbang, sampel akan dipanaskan dalam oven pengering pada suhu 70 °C selama 48 jam, setelah itu dilakuakan penimbangan. Sampel daun kering dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang dengan bobot 7 g masing-masing perlakuan. Sampel kemudian diuji kandungan haranya di laboratorium pengujian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaaan Habitat tumbuh lampeni yaitu tempat beriklim tropis dengan kelembaban tinggi, tidak tahan genangan, serta memungkinkan untuk ternaungi (CABI, 2013). Cuaca selama penelitian berlangsung di tempat pertanaman memasuki musim penghujan yaitu Januari hingga Juni dengan intensitas curah hujan rata-rata 415,0, 610,0, 644,0, 558,2, 329,7, dan 373,0 mm bulan-1 (Lampiran 1). Kondisi bibit ketika dipindah ke lapang mengalami kelayuan dan gugur daun. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh proses fisiologi tumbuhan yang beradaptasi dari
12
lingkungan serta kerusakan akar akibat pemindahan bibit, namun hanya berlangsung selama beberapa hari sebelum tanaman segar kembali. Serangan hama yang menyerang pertanaman diantaranya dari jenis serangga. Selain itu gangguan mamalia ternak pada 6 MSP telah mengurangi jumlah daun dan tinggi tanaman sehingga dilakukan pemangkasan. Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan pengendalian fisik. Modifikasi lingkungan juga dilakukan melalui pemasangan pagar di sekeliling lahan. Penyakit yang menyerang pertanaman diantaranya serangan cendawan yang terjadi pada bulan keempat karena intensitas curah hujan rata-rata yang tinggi. Gulma yang tumbuh memiliki karakter berbeda pada ulangan tertentu akibat adanya perbedaan mikroekosistem pada ulangan-ulangan tersebut yaitu dari golongan gulma berdaun lebar dan golongan teki. Pengamatan Fase Pertumbuhan Tinggi tanaman Pemberian dua jenis pupuk dan berbagai taraf dosis menurut analisis statistik tidak memiliki pengaruh nyata (Lampiran 2). Hal tersebut diduga akibat pemangkasan yang dilakukan pada 10 MSP sehingga pengaruh nyata pemupukan belum dapat terlihat terhadap masing-masing tanaman. Rata-rata tertinggi pertambahan tinggi tanaman terdapat pada perlakuan pupuk kandang sapi 15 t ha-1 (Tabel 2). Tabel 2. Interaksi antara jenis dan dosis pupuk terhadap pertambahan tinggi tanaman dan tinggi tanaman 24 MSP. Minggu keDosis pupuk Jenis Pupuk -1 (t ha ) 2–8 10 – 24 24 ...........................cm............................... Pukan ayam 0 0,60 7,57 54,95 5 0,63 8,75 56,13 10 1,20 15,17 62,55 15 0,93 13,88 61,25 Pukan sapi 0 0,40 5,88 53,25 5 1,25 5,35 52,73 10 0,85 5,13 52,50 15 4,10 16,08 63,45 Jumlah cabang Interaksi jenis dan dosis pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang hanya pada umur 16 MSP (Tabel 3). Kondisi lingkungan diduga mendukung penambahan jumlah cabang pada umur tersebut akibat adanya pemangkasan yang dilakukan pada 10 MSP. Menurut Cholid et al. (2007) penelitian pada tanaman jarak menunjukkan jumlah cabang lebih tinggi pada tanaman yang mengalami pemangkasan memiliki cabang lebih banyak dibanding yang tidak dipangkas, karena fungsi pemangkasan adalah untuk merangsang tumbuhnya tunas baru. Hasil yang diperoleh, pemberian pukan ayam 10 dan 15 t ha-1 pada tanaman berhasil meningkatkan jumlah cabang tanaman sebesar 175%
13
dan 162% dibandingkan tanpa pukan ayam. Pemberian pukan sapi 10 t ha-1 meningkatkan 62,9% jumlah cabang dibandingkan tanpa pukan sapi. Pertambahan jumlah cabang tertinggi terdapat pada pemberian pukan ayam 15 t ha-1. Tabel 3. Interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah cabang, pertambahan jumlah cabang, dan jumlah cabang 24 MSP. Minggu keDosis pupuk Jenis pupuk -1 (t ha ) 16 2–8 10 – 24 24 Pukan ayam 0 4,0 b 0,5 8,0 11,0 5 6,3 ab 1,0 11,0 9,5 10 11,0 a 1,5 14,8 14,5 15 10,5 a 5,5 17,8 22,0 Pukan sapi 0 6,3 ab 1,5 5,8 21,0 5 11,0 a 4,5 17,0 12,8 10 6,3 ab 1,0 11,5 25,0 15 7,0 ab 2,3 11,8 14,0 Ket: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Diameter batang Interaksi antara jenis pupuk dan dosis pupuk terhadap diameter batang berbeda nyata pada 22 dan 24 MSP dari lama waktu pengamatan 24 MSP (Tabel 4). Hasil uji lanjut menunjukkan diameter batang tanaman tidak berbeda nyata antar perlakuan kecuali pada perlakuan pemberian pukan ayam 5 t ha-1. Diameter batang terbesar terdapat pada pemberian pukan sapi 5 t ha-1. Pemberian pukan sapi 5 t ha-1 meningkatkan diameter tanaman sebesar 57% dibanding perlakuan tanpa pukan sapi pada umur tanaman 24 MSP. Pertambahan diameter batang tertinggi terdapat pada pemberian perlakuan pukan sapi 5 t ha-1. Tabel 4.
Interaksi dosis dan jenis pupuk terhadap diameter batang dan pertambahan diameter batang. Minggu keDosis pupuk Jenis Pupuk -1 (t ha ) 22 24 2 – 24 ....................mm................... Pukan ayam 0 1,09 ab 1,22 ab 0,33 5 0,92 b0 0,98 b0 0,26 10 1,42 ab 1,42 ab 0,61 15 1,56 ab 1,56 ab 0,62 Pukan sapi 0 0,93 ab 1,01 ab 0,21 5 1,39 a0 1,59 a0 0,66 10 1,02 ab 1,07 ab 0,28 15 0,98 ab 1,05 ab 0,21
Ket: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
14
Jumlah daun Pemberian dua jenis pupuk dan berbagai taraf dosis menurut analisis statistik tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan daun (Tabel 5). Hal tersebut diduga akibat pemangkasan yang dilakukan pada 10 MSP sehingga pengaruh nyata pemupukan belum dapat terlihat terhadap masing-masing tanaman. Pertambahan daun tertinggi sebelum pemangkasan terdapat pada tanaman dengan pemberian pukan sapi 5 t ha-1. Pertambahan daun tertinggi setelah pemangkasan terdapat pada pemberian pukan ayam 15 t ha-1. Tabel 5. Interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang terhadap pertambahan jumlah daun dan jumlah daun 24 MSP. Dosis pupuk Minggu keJenis Pupuk (t ha-1) 2–8 10 – 24 24 .....................................cm............................. Pukan ayam 0 37,0 102,0 130,3 5 47,0 128,0 128,0 10 42,8 207,3 149,5 15 49,5 270,8 291,3 Pukan sapi 0 30,8 94,3 263,8 5 59,3 257,0 197,0 10 40,5 166,3 334,8 15 40,0 100,8 117,0 Komponen Potensi Produksi Daun Potensi bobot basah dan bobot kering daun . Bobot basah daun per tanaman (Tabel 6) dengan perlakukan pemberian pukan ayam 15 t ha-1 memberikan hasil 153% lebih tinggi dibanding tanpa pukan ayam dan pukan sapi 5 t ha-1 180% lebih tinggi dibanding tanpa pukan sapi. Bobot kering daun per tanaman dengan perlakukan pemberian pukan ayam 15 t ha-1 memberikan hasil 145% lebih tinggi dibanding tanpa pukan ayam dan pukan sapi 5 t ha-1 163% lebih tinggi dibanding tanpa pukan sapi. Tabel 6. Interaksi jenis dan dosis pupuk terhadap potensi bobot daun lampeni 26 MSP Bobot daun (g tanaman-1) Dosis Pupuk Jenis Pupuk (t ha-1) BB BK Pukan ayam 0 138,96 c 36,67 c 5 165,12 c 42,33 c 10 0311,28 ab 083,35 ab 15 352,09 a 89,86 a Pukan sapi 0 134,14 c 37,92 c 5 376,88 a 99,67 a 10 0213,55 bc 054,37 bc 15 123,92 c 31,72 c Ket: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BB: bobot basah; BK: bobot kering;
15
Kadar N, P, dan K Daun Kadar N, P, dan K daun lampeni (Tabel 7) menunjukkan tingginya penyerapan hara oleh tanaman yang dideteksi melalui struktur daun. Kadar N Total tertinggi terdapat pada pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 5 ton ha-1. Kadar P tertinggi terdapat pada pemberian pupuk kandang sapi 0 ton ha-1. Kadar K tertinggi terdapat pada pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 15 ton ha-1. Menurut Munawar (2011), kadar hara N daun yang terdapat pada tanaman yang diberi perlakuan pukan sapi 5 t ha-1 dan pukan ayam 15 t ha-1 lebih rendah dibanding rata-rata kandungan N optimum jaringan tanaman yang berkisar 2 – 4% bobot kering. Kadar hara P optimum di daun yang terdapat pada tanaman yang diberi perlakuan pukan sapi 5 t ha-1 dan pukan ayam 15 t ha-1 berada pada kisaran cukup menurut rata-rata kandungan P jaringan tanaman sekitar 0,15 – 1% bobot kering. Kadar hara K optimum di jaringan tanaman sekitar 2 – 3%, hal tersebut menunjukkan kecukupan hara K pada tanaman yang diberi perlakuan pukan ayam 15 t ha-1 dan pemberian pukan sapi 5 t ha-1 memberikan hasil kandungan K yang lebih rendah dibanding rata-rata kandungan K optimum daun.
Jenis pupuk Pukan ayam
Pukan sapi
Tabel 7. Kadar N, P, dan K pada daun. Dosis pupuk Jumlah kadar mineral (%) (t ha-1) N Total P K 0 1,71 0,14 2,21 5 1,74 0,12 3,39 10 1,57 0,12 3,36 15 1,68 0,15 3,80 0 1,78 0,20 1,33 5 1,83 0,14 1,52 10 1,65 0,13 2,20 15 1,69 0,15 3,41
Hubungan Pertumbuhan dengan Potensi Produksi Daun Pertambahan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada pemberian pupuk kandang sapi 15 t ha-1, meskipun pemberian semua pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 2). Faktor yang mempengaruhi potensi produksi daun lain yaitu jumlah cabang dan jumlah daun yang berperan langsung dalam mempengaruhi potensi bobot basah dan bobot kering daun. Bobot basah dan bobot kering daun lampeni dipengaruhi oleh jumlah daun lampeni dan berpengaruh nyata (Lampiran 3). Berdasarkan hasil yang telah diperoleh melalui penelitian ini bobot kering dan bobot basah menunjukkan hasil tertinggi pada pemberian pukan ayam 15 t ha-1. Pertambahan jumlah daun memberikan hasil tertinggi pada pemberian pukan ayam 5 t ha-1. Hal tersebut juga didukung oleh adanya jumlah cabang yang menunjukkan jumlah tertinggi pada pemberian pukan ayam 10 dan 15 t ha-1, serta pupuk kandang sapi 5 t ha-1. Jumlah cabang itu didukung dengan pertambahan cabang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pukan ayam 15 t ha-1. Menurut Widyati (2015), pemberian
16
Rata-rata pertambahan jumlah daun
100 80 pukan ayam
60 40
pukan sapi
20 0 0
5
10
15
Dosis pukan (t ha-1) Pukan sapi y = -1,1725x2 + 16,213x + 21,188 R² = 0,8502 Pukan ayam y = 0,2825x2 - 1,2825x + 27,963 R² = 0,9777
Rata-rata jumlah cabang
pupuk organik dapat memberikan peningkatan pertumbuhan cabang baru pada tanaman kilemo, karena pupuk organik selain dapat meningkatkan hara di tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman juga mengandung berbagai mikroba penambat N, P, dan K serta hormon-hormon pertumbuhan tanaman. Pengaruh penambahan dosis pupuk pada parameter pertambahan jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah dan bobot kering daun menunjukkan pola grafik yang serupa. Parameter tersebut menunjukkan indeks produksi daun lampeni. Gambar berikut ini menunjukkan pola pengaruh penambahan dosis pukan terhadap beberapa parameter yang diamati. Pemberian pukan sapi menunjukkan pola kuadratik, nilai parameter menurun setelah pemberian dosis pukan sapi sebesar 5 t ha-1. Pemberian pukan ayam menunjukkan pola linier yaitu pada dosis tertinggi (15 t ha-1) yang diberikan belum terdapat penurunan nilai. 12 10 8 6 4 2 0
pukan ayam pukan sapi
0
5 10 Dosis pukan (t ha-1)
15
pukan sapi y = -0,04x2 + 0,53x + 7,4 R² = 0,3531 pukan ayam y = -0,0275x2 + 0,8975x + 3,6125 R² = 0,9124
Gambar 4. Interaksi antara pengaruh Gambar 5. Interaksi antara pengaruh dosis pupuk terhadap jumlah cabang dosis pupuk terhadap tanaman pada 24 MSP pertambahan jumlah daun tanaman pada 24 MSP
pukan ayam
400 350 300 250 200 150 100 50 0
pukan sapi
0
5 10 Dosis pukan (t ha-1)
pukan sapi y = -3,3237x2 + 45,976x + 158,13 R² = 0,7193 pukan ayam y = 0,1465x2 + 13,513x + 127,69 R² = 0,9241
15
120 100 80 60 40 20 0
BK daun (g tanaman-1)
BB daun (g tanaman-1)
17
pukan ayam pukan sapi
0
5 10 Dosis pukan (t ha-1)
15
pukan sapi y = -0,844x2 + 11,382x + 44,405 R² = 0,7024 Pukan ayam y = 0,0085x2 + 3,8843x + 33,177 R² = 0,8918
Gambar 6. Interaksi antara pengaruh Gambar 7. Interaksi antara pengaruh dosis pupuk terhadap dosis pupuk terhadap potensi bobot basah daun potensi bobot kering daun pada 26 MSP pada 26 MSP Kadar Pigmen Daun Pengamatan kadar pigmen daun dilakukan terhadap pigmen klorofil a, klorofil b, total klorofil, antosianin, dan karotenoid pada pengamatan akhir di 25 MSP (Lampiran 4). Hasil pengujian menunjukkan perbedaan respon antarpeubah yang diamati. Hasil tertinggi kadar klorofil a, klorofil b, total klorofil, karotenoid menunjukkan dosis pupuk yang tertinggi terdapat pada jenis daun tua dan tanpa pupuk (Tabel 8). Hasil tertinggi untuk parameter antosianin terdapat pada jenis daun sedang dengan perlakuan dosis pupuk kandang 10 t ha-1. Respon terbaik berupa kadar pigmen tertinggi pada daun di tanaman lampeni menunjukkan tanaman tanpa pemberian pupuk atau pemberian pupuk kandang minimal akan membuat kadar pigmen tinggi lebih tinggi dibanding perlakuan pemupukan dengan dosis tinggi pada perlakuan. Kadar pigmen klorofil a pada tanaman tanpa pemupukan 87% lebih tinggi dibanding perlakuan pemupukan dengan dosis 10 t ha-1. Kadar pigmen klorofil b pada tanaman tanpa pemupukan 113% lebih tinggi dibanding perlakuan pemupukan dengan dosis 10 t ha-1. Kadar pigmen total klorofil pada tanaman tanpa pemupukan 94% lebih tinggi dibanding perlakuan pemupukan dengan dosis 10 t ha-1. Menurut Kumari, et al (2012), pemberian pupuk pada tanaman obat akan menunjang pertumbuhan tanaman namun dalam waktu bersamaan akan menurunkan kadar senyawa bioaktif dari tanaman tersebut. Menurut Istiani (2010), senyawa bioaktif adalah substansi organik yang diproduksi tanaman dalam jumlah besar namun tidak tampak fungsinya dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
18
Tabel 8. Pengaruh perlakuan dosis dan jenis pupuk kandang pada kadar pigmen daun lampeni. Jenis Pukan Ayam Sapi Dosis pupuk (t ha-1) 0 5 10 15 Ayam Sapi Dosis pupuk (t ha-1) 0 5 10 15 Ayam Sapi Dosis pupuk (t ha-1) 0 5 10 15 Ayam Sapi Dosis pupuk (t ha-1) 0 5 10 15 Ayam Sapi Dosis pupuk (t ha-1) 0 5 10 15
Kadar pigmen daun (mg g-1) Daun muda Daun sedang Daun tua ...............................Klorofil a............................. 0,5736 1,0708 1,4537 0,4446 1,3491 1,3957 0,6543 a 1,3916 1,5087 0,4706 ab 1,2189 1,4713 0,3482 b 1,0981 1,4102 0,5632 ab 1,1311 1,4102 ..............................Klorofil b................................ 0,15520 0,44714 0,61678 0,22192 0,56053 0,61342 0,26224 a 0,57365 0,64490 0,17383 ab 0,52469 0,63948 0,12306 b 0,47812 0,55938 0,20624 ab 0,45779 0,63948 ...............................Total klorofil........................... 0,6020 1,60762 b 2,18139 a 0,7988 1,82938 a 1,89797 b 0,8660 a 2,0231 2,0250 0,6916 ab 1,5558 1,9276 0,4459 b 1,5337 1,9659 0,7982 ab 1,7614 2,2402 ..............................Antosianin............................... 0,8516 1,17203 1,10787 1,0241 1,14399 1,23768 1,0922 1,0298 1,16070 0,9417 1,1921 1,14024 0,7890 1,2555 1,24135 0,9513 1,1500 1,17043 .........................Karotenoid................................. 0,4698 0,94814 1,17145 0,5821 1,07699 1,15448 0,63785 0,51310 0,41681 0,55466
1,1160 1,0352 0,9642 0,9564
1,1949 1,1896 1,1650 1,0995
Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
19
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan vegetatif lampeni meningkat dengan perlakuan pemberian pupuk kandang. Jumlah cabang, potensi bobot kering, dan bobot basah daun nyata lebih tinggi didapatkan akibat pemberian pupuk kandang ayam dosis 15 t ha-1 atau pupuk kandang sapi 5 t ha-1. Hasil analisis pigmen daun menunjukkan respon negatif terhadap peningkatan dosis, sementara hasil terbaik terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang.
DAFTAR PUSTAKA Agus C., Faridah E., Wulandari D., dan Purwanto B.H. 2014. Peran mikroba starter dalam dekomposisi kotoran ternak dan perbaikan kualitas pupuk kandang. J. Manusia dan Lingkungan. 21(2): 179-187. Cahyono A., Faridah E. , Wulandari D., dan Purwanto B.H. 2014. Peran mikroba starter dalam dekomposisi kotoran ternak dan perbaikan kualitas pupuk kandang. J. Manusia dan Lingkungan. 21(2): 179-187. [CABI] CABI Invasive Species Compendium. 2013. Ardisia elliptica (Shoebutton Ardisia). http://www.cabi.org/isc/datasheet/108066 [25 April 2015] Cholid M., Sudiarto K., dan Winarno D. 2007. Pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi jarak pagar (Jatropha curcas L.). Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Bogor, 29 November 2006. [Dept. Farmasi Univ. Indonesia] Departemen Farmasi Universitas Indonesia. 2015. Basis Data Tanaman Obat Indonesia. http://herbaldb.farmasi.ui.ac.id /v3/index .php?v=spesies [26 April 2015] Emaini Y., Supriadi A, dan Rinto. 2012. Pengaruh jenis pelarut terhadap klorofil dan senyawa fitokimia daun kiambang (Salvinia molesta Mitchell) dari perairan rawa. Fishtech. 1(1): 1-13. Gomez K.A. dan Gomez A.A. 1995. Prosedur statistika untuk penelitian pertanian. Ed ke-2. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta : UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat-obatan yang dimanfaatkan Masyarakat sekitar Hutan Tabo-Tabo. Jurnal Hutan Dan Masyarakat. 3(2) : 111-234. Hartatik W. dan Widowati L.R. 2010. Pupuk kandang. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/04pupuk%20kandang.pdf. [21 Desember 2015] Ibrahim M.H. 2013. Impact of organic and inorganic fertilizers application on the phytochemical and antioxidant activity of Kacip Fatimah (Labisia pumila Benth). Molecules . vol. 18. Irawati N.A.V. 2015. Antihypertensive effects of avocado leaf extract (Persea americana mill.). J.Majority. 4(1) : 44-48. Istiani Y. 2010. Karakterisasi senyawa bioaktif isoflavon dan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol tempe berbahan baku Koro Pedang (Canavalia ensiformis). Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
20
Jayanegara A. dan Sofyan A. 2008. Penentuan aktivitas biologis Tanin beberapa hijauan secara in vitro menggunakan „Hohenheim Gas Test‟ dengan polietilen Glokol sebagai determinan. Media Peternakan. hlm. 44-52. [Kemendag] Kementrian Perdagangan RI. 2014. Buyer requirement untuk produk herbal di Uni Eropa. http://djpen.kemendag.go.id [8 Desember 2015]. Kastono D. 2005. Tanggapan pertumbuhan dan hasil kedelai hitam hetrhadap penggunaan pupuk organik dan biopestisida gulma siam (Chromolaena odorata). J. Ilmu Pertanian 12(2) : 103-116. Khatun, A., Rahman M., Kabir S., Akter M.N., and Chowdhury S.A. 2013. Phytochemical and pharmacological properties of methanolic extract of Ardisia humilis VAHL. (Myrsinaceae). IJRAP. 4(1): 38-41. Kobayashi H. and Mejia E.D. 2005. The genus Ardisia: a novel source of healthpromoting compunds and phytopharmaceuticals. Journal of Ethnopharmacology. 96(3) : 347-354. Kumari S.P.K., Vani Y.S., Sridevi V., and Lakshmi M.V.V.C. 2012. Separation and observation of plant pigments in fertilizers effected medicinal plants using paper chromatography. IJESAT. 2(2): 317-326. Lagreid M., Bockman O.C., and Kaarstad O. 1999. Agriculture Fertilizers and Environment. CABI publ. Wellingford, UK. Liferdi L. 2010. Efek nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman manggis ( Garcinia mangostana L.). Seminar Nasional Program dan Strategi Pengembangan Buah Nusantara. Solok, 10 November 2010. Lim T.K. 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants Volume 4, Fruits. Springer eBook. USA. [Litbangtan Bengkulu] Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian Bengkulu. 2010. Teknologi pembuatan kompos (pupuk organik). www.bengkulu.litbang.pertanian.go.id [16 Maret 2015]. Ma Y., Pu S, Cheng Q, and Ma M. 2009. Isolation and characterization of ardicrenin from Ardisia crenata Sims. Plant Soil Environ. 55(7):305-310. Maulid R.R. dan Laily A.N. 2015. Kadar total pigmen klorofil dan senyawa antosianin ekstrak kastuba (Euphorbia pulcherrima) berdasarkan umur daun. Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam; Surakarta, 13 Januari 2015. Mayadewi N.N.A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Agritrop 26:153-159 Melati M., Asiah A, dan Rianawati D. 2008. Aplikasi pupuk organik dan residunya untuk produksi kedelai panen muda. J. Agron. Indonesia 36:204-213. Mualim L., Aziz S.A., dan Melati M. 2009. Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam pada produksi antosianin daun kolesom. J. Agron. Indonesia 37(1) : 55-61. Munawar A. 2011. Kesuburan tanah da nutrisi tanaman.IPB Press. Bogor. Nurdin C., Kusharto M., Tanziha I., dan Januwati M. 2009. Kandungan klorofil berbagai jenis daun tanaman dan Cu-turunan klorofil serta karakteristik fisiko-kimianya. Jurnal Gizi dan Pangan. 4(1): 13-19. Pebrianti C., Ainurrasyid R.B., dan Purnamaningsih S.L. 2012. Uji kadar antosianin dan hasil enam varietas tanaman bayam merah (Alternanthera amoena Voss) pada musim hujan. Jurnal Produksi Tanaman. 3(1): 27-33.
21
Pettygrove G.S., Heinrich A.L., and Eagle A.J. 2010. Dairy manure nutrient content and forms. University of California [PROSEA] Plant Resourches of South-East Asia. 2003. Medicinal and Poisonous Plants 3. Prosea Foundation. Bogor. Pujiasmanto B., Sunu P., Toeranto, dan Imron A. 2009. Pengaruh macam dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan tanaman sambiloto. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 6(2) : 81-90. Saxena M., Saxena J., Nema R., Singh D., and Gupta A. 2013. Pytochemistry of medicinal plant. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol. 1(6): 168-182. [SEAFAST Center] South East Asia Food and Agricultural Science Technology Center. 2012a. Hijau klorofil. https://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wpcontent/uploads/2013/03/09-hijau-klorofil.pdf. [14 April 2016]. [SEAFAST Center] South East Asia Food and Agricultural Science Technology Center. 2012b. Merah-ungu antosianin. https://seafast.ipb.ac.id/tpcproject/wp-content/uploads/2013/03/06-merah-ungu-antosianin.pdf. [14 April 2016]. [SEAFAST Center] South East Asia Food and Agricultural Science Technology Center. 2012c. Kuning-merah karotenoid. https://seafast.ipb.ac.id/tpcproject/wp-content/uploads/2013/03/10-kuning-merah-karotenoid.pdf. [14 April 2016]. Setiari N. dan Nurchayati Y. 2009. Eksplorasi kandungan klorofil pada beberapa sayuran hijau sebagai alternatif bahan dasar food supplement. BIOMA. 11(1): 6-10. Sims D.A. and Gamon J.A. 2002. Relationships between leaf pigment content and spectral reflectance across a wide range of species, leaf structures and developmental stages. Remote Sensing Environment. 81(337-354). Soleman S. dan Rahayu D. 2013. Halaman Organik. Agromedia Pustaka, Jakarta. Susanti H., Aziz S.A., dan Melati M. 2008. Produksi biomassa dan bahan bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild) dari berbagai asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam. Bul. Agron. 36(1): 48-55. Sumarna Y. 2008. Pengaruh jenis media dan pupuk nitrogen, posfor, dan kalium (NPK) terhadap pertumbuhan bibit pohon penghasil gaharu jenis karas (aquilaria malaccensis lamk). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 5(2): 193-199. Syawal Y. 2009. Efek berbagai pupuk organik terhadap pertumbuhan gulma dan tanaman lidah buaya. J. Agrivigor 8(3):265-271 Tukiran, Suyatno, dan Hidayati N. 2014. Skrining fitokimia pada beberapa ekstrak dari tumbuhan Bugenvil (Bougainvilllea glabra), Bunga Sepatu (Hibiscuc rosa-sinensis L.), dan Daun Ungu (Graptophylum pictum Griff.). Prosiding Seminar Nasional Kimia. Surabaya. 20 September 2014. [UF] University Farm IPB. 2015. Profil unit lapang Cikarawang A+B. [internet] http://web.ipb.ac.id/~uf/index.php/ cikarawang-ab.html [26 Oktober 2015] [USDA] United States Department of Agriculture. 2015. Ardisia humilis Vahl. [internet] http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=ARHU8 [26 Oktober 2015].
22
Widyati E. 2015. Efektivitas pemupukan terhadap pertumbuhan terubusan kilemo (Litsea cubeba L. Persoon) yang dipangkas. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 12(1) : 11-22.91 Znidarcic D., Ban D., and Sircelj H. 2011. Carotenoid and chlorophyll composition of commonly consumed leafy vegetables in Mediterranean countries. Food Chemistry. 129: 1164-1168.
29
LAMPIRAN
23
LAMPIRAN Lampiran 1 Data klimatologi Dramaga BMKG 2016 Temperatur Kelembaban (0C) udara (%)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni
26,4 25,7 26,5 26,5 27,1 26.2
86 89 86 85 84 84
Curah Hujan (mm)
Intesitas Cahaya (cd m-2)
Penyinaran matahari (jam)
415,0 610,0 644,0 558,2 329,7 373,0
316 250 325 337 295 297
6,8 3,7 6,6 7,5 5,9 5,6
Sumber: Stasiun Klimatologi Klas 1 Darmaga Bogor.
Lampiran 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter pertumbuhan Koefisien Keragaman (%) ...........................................................Tinggi......................................................... 2 tn tn tn 18,52 4 tn tn tn 21,65 6 tn tn tn 18,67 8 tn tn tn 19,06 10 tn tn tn 00,00 12 tn tn tn 0,43 14 tn tn tn 2,89 16 tn tn tn 4,99 18 tn tn tn 9,49 20 tn tn tn 13,34 22 tn tn tn 13,91 24 tn tn tn 17,01 ..................................................Jumlah cabang..................................................... 2 tn tn tn 29,35 tr 4 tn tn tn 31,35 tr 6 tn tn tn 26,04 tr 8 tn tn tn 27,93 tr 10 tn tn tn 33,57 tr 12 tn tn tn 27,07 tr 14 tn tn tn 25,49 tr 16 tn tn * 23,78 tr 18 tn tn tn 23,28 tr 20 tn tn tn 24,79 tr 22 tn tn tn 27,44 tr 24 tn tn tn 26,68 tr Umur (MSP)
Jenis (J)
Dosis (D)
Interaksi (J)*(D)
24
Lampiran 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter pertumbuhan (lanjutan) Koefisien Umur Jenis Dosis Interaksi Keragaman (MSP) (J) (D) (J)*(D) (%) ....................................................Diameter batang........................................... 2 tn tn tn 23,42 4 tn tn tn 21,65 6 tn tn tn 21,03 8 tn tn tn 24,12 10 tn tn tn 24,67 12 tn tn tn 25,05 14 tn tn tn 25,04 16 tn tn tn 24,73 18 tn tn tn 25,15 20 tn tn tn 26,45 22 tn tn * 25,01 24 tn tn * 28,83 ......................................Pertambahan daun........................................ 2 tn tn tn 37,33 tr 4 tn tn tn 38,98 tr 6 tn tn tn 34,82 tr 8 tn tn tn 39,24 tr 10 tn tn tn 37,73 tr 12 * tn tn 37,57 tr 14 tn tn tn 39,15 tr 16 tn tn tn 35,02 tr 18 tn tn tn 39,40 tr 20 tn tn tn 37,68 tr 22 tn tn tn 39,81 tr 24 tn tn tn 39,92 tr Ket : tn = tidak berpengaruh nyata, (*) = berpengaruh nyata pada taraf 5%, (**) = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tr adalah hasil transformasi √(x+0,5) pada 2, 6, 14, 16, 18 MSP; √(x+1,5) pada 4, 8, 12, 22 MSP; √(x+3,5) pada 10 dan 16 MSP; √(x+6,5) 10 MSP; √(x+7,5) pada 24 MSP.
Lampiran 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter komponen produksi daun Jenis Dosis Interaksi Koefisien Parameter (J) (D) (J)*(D) Keragaman (%) BBD tn * ** 38,20 BKD tn * ** 38,07 Ket: (*): Berpengaruh nyata pada taraf 5%; (**): Berpengaruh nyata pada taraf 1%; (tn): Tidak nyata; BBD: bobot basah daun (g tanaman-1); BKD: bobot kering daun (g tanaman-1).
25
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengujian pigmen daun Koefisien Ulangan Jenis Dosis Interaksi Posisi daun Keragaman (U) (J) (D) (J)*(D) (%) ............................................Klorofil a............................................... Muda tn tn tn tn 37,40 Sedang tn tn tn tn 26,12 Tua tn tn tn tn 23,08 .................................................Klorofil b.................................................... Muda tn tn * tn 38,68 Sedang tn tn tn tn 32,58 Tua tn tn tn tn 23,23 ..............................................Total Klorofil.... .......................................... Muda tn tn tn tn 11,54tr Sedang * * tn tn 30,53 Tua * * tn tn 25,31 ................................................Antosianin..................................................... Muda tn tn tn * 19,95 Sedang tn tn tn tn 19,65 Tua tn tn tn tn 14,45 ..............................................Karotenoid................................................. Muda tn tn tn tn 23,72 Sedang tn tn tn tn 23,38 Tua tn tn tn tn 17,72 Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata, (*) = berpengaruh nyata pada taraf 5%, (**) = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tr adalah hasil transformasi √(x+0,5).
26
27
RIWAYAT HIDUP Eska Ayu Wardani lahir di Sleman, 2 Februari 1994, putri pertama dari tiga bersaudara. Orang tua penulis bernama Wardoyo dan Darsih yang berasal dari Kab. Magelang dan Sleman, Yogyakarta. Penulis merupakan lulusan dari SMAN 14 Jakarta angkatan 2012 dan menjadi Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura IPB di tahun yang sama. Kegiatan penulis selama menjadi mahasiswi IPB yaitu aktif di organisasi keilmiahan di UKM Forum for scientific studies (Forces) IPB selama tiga tahun, selain itu juga aktif di himpunan mahasiswa Agronomi (Himagron), serta Rohis Kelas. Kegiatan akademik penulis juga diisi oleh kegiatan asisten praktikum mata kuliah diantaranya sebagai asisten mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi (2015), mata kuliah Manajemen Air dan Hara Tanaman (2016), Tanaman Penyegar dan Aromatik (2016), dan Pendidikan Agama Islam (2014-2015). Penulis menyukai dunia tulis menulis ilmiah yang dibuktikan lewat beberapa prestasi dalam bidang karya tulis. Prestasi yang pernah diraih penulis diantaranya mendapat Hibah PKM bidang Karsa Cipta untuk pembuatan Artificial Ripening Box bagi buah pepaya, Juara 1 LKTI Indonesia Student Summit di Universitas Brawijaya, Malang (2015), Juara 3 Lomba Esai Poster di Politeknik Negeri Jember (2016), serta penulis juga merupakan peserta program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian dari Kementan (2016).
28