POTENSI LUASAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI WILAYAH LEBAK BANTEN
DEDI SUGIANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA β° Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Potensi Luasan Daerah Rendaman Tsunami di Wilayah Lebak Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2017
Dedi Sugianto NRP C551150241
RINGKASAN DEDI SUGIANTO. Potensi Luasan Daerah Rendaman Tsunami di Wilayah Lebak Banten. Dibimbing oleh I WAYAN NURJAYA, NYOMAN METTA N. NATIH dan WAHYU WIDODO PANDOE. Studi ini mengkaji tentang potensi bahaya tsunami yang terjadi di pesisir pantai Lebak Banten. Zona subduksi di selatan Jawa merupakan wilayah yang menarik untuk dipelajari, karena di dalam zona ini berpotensi terjadi gempabumi yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Wilayah Kabupaten Lebak Banten terletak di bagian selatan Jawa Barat dan berhadapan dengan sumber tsunami di Samudra Hindia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis run- up yang dapat terjadi akibat tsunami dari gempabumi di celah kegempaan (seismic gap) sekitar Palung Jawa, menghitung waktu tempuh yang diperlukan oleh tsunami tersebut hingga mencapai wilayah pesisir Lebak Banten dan mengetahui potensi rendaman di wilayah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi simulasi skenario tsunami dari gempabumi dengan kekuatan 8.7 ππ€ dengan menggunakan model TUNAMI-N2 dan analisis hasil keluaran model. Potensi run-up yang terjadi akibat tsunami dari gempabumi di celah kegempaan sekitar Palung Jawa umumnya mengikuti pola topografi ketinggian wilayah. Waktu tempuh yang diperlukan oleh gelombang tsunami pertama hingga mencapai wilayah pesisir Lebak berkisar antara 15 hingga 17 menit. Potensi rendaman tsunami wilayah pesisir Lebak jika terjadi gempabumi di celah kegempaan sekitar Palung Jawa pada umumnya terdapat pada kategori sangat berbahaya mengingat tinggi run-up dapat mencapai lebih dari 3 meter dari permukaan dan jarak maksimum rendaman mencapai 1.7 km dari garis pantai dengan total luasan rendaman 1271.34 ha yang memiliki panjang pantai 21 km. Kata kunci: zona subduksi, TUNAMI-N2, run-up, rendaman, seismic gap
SUMMARY DEDI SUGIANTO. The Potential Area of Tsunami Inundation Around Lebak Banten. Supervised by I WAYAN NURJAYA, NYOMAN METTA N. NATIH and WAHYU WIDODO PANDOE. This study examines the potential of tsunami hazards that could occur in coastal areas of Lebak Banten. The subduction zone in the south of Java is an interesting area to be studied, because this is a zone of earthquake which may potentially cause a tsunami. Lebak Banten region is located in southern part of West Java and dealing with the source of tsunami in Indian Ocean. The purpose of this study was to determine run-up of tsunami wave that may occur as a result of earthquakes in seismic gap around Java Trench, to calculate traveling time required by the tsunami to reach coastal areas of Lebak , to know potential inundation of coastal areas in Lebak Banten. The method used in this study include field surveys, tsunami scenarios for earthquake the magnitudo 8.7 Mw simulation using TUNAMI-N2 models and results analysis from model output. Potential run-up that occur as result of tsunami caused by earthquakes in seismic gap of the Java Trench generally follow the pattern of topographic elevations. Travel time required by first tsunami wave to reach coastal areas of Lebak ranged from 15 to 17 minutes. Inundation over coastal areas of Lebak generally are in very dangerous category considering the maximum tsunami height can reach more than 3 meters above sea level and The maximum distance inundation to 1.7 km of coastline with total inundation in 1271.34 ha areas has 20 km long beach. Keywords: subduction zone, TUNAMI-N2, run-up, inundation, seismic gap
Β© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
POTENSI LUASAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI WILAYAH LEBAK BANTEN
DEDI SUGIANTO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Daryono, S.Si., M.Si
iv
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul βPotensi Luasan Daerah Rendaman Tsunami Di Wilayah Lebak Bantenβ dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc, Dr Ir Nyoman Metta N. Natih, MSi dan Dr Ir Wahyu Widodo Pandoe, MSc selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan dan segala bentuk kemudahan selama penyusunan tesis dan Bapak Dr Daryono, S.Si., M.Si selaku penguji pada ujian tesis yang telah memberikan kritik dan masukan yang bermanfaat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri tercinta Resty Herdiani Rahayu, S.ST, anak : Ratu Adliya Syahira dan Fatih Ariban Niskala serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, motivasi serta inspirasi bagi penulis agar tetap sabar dalam mencapai kesuksesan, keluarga besar program studi Ilmu Kelautan dan pusat gempabumi dan tsunami BMKG atas segala doa dan dukungannya. Harapan besar bagi saya, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan masyarakat serta bangsa pada umumnya.
Bogor, Maret 2017 Dedi Sugianto
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis Ruang Lingkup
1 4 5 5 5 5
2 TINJAUAN PUSTAKA Tsunami Klasifikasi Tsunami Tsunami Lokal Tsunami Jarak Jauh Sumber Pembangkit Tsunami Pemodelan Numerik Penjalaran Tsunami Persamaan Kontinuitas Persamaan Momentum Persamaan Gesekan Dasar Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Tektonik Regional Lebak Banten Rendaman, Run Up dan Flow Depth
7 9 9 9 9 11 12 12 12 13 14 17
3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Data TUNAMI-N2
18 18 19
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Seismisitas Wilayah Lebak Banten Validasi Keluaran TUNAMI-N2 Keluaran Model TUNAMI-N2 Simulasi Pola Ketinggian Tsunami di Laut dan Darat ( Run-up ) Simulasi Potensi Rendaman Gelombang Tsunami
20 22 24 25 29
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
32 32
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
57
vi
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Nilai koefisien gesekan dasar (Sumber: Linsley dan Franzini, 1979 dalam Imamura 2006 Skenario gempabumi yang digunakan dalam penelitian (Sumber: Historis gempabumi BMKG, Utsu (1970) dan Tatehata (1997) Perbandingan hasil observasi terhadap hasil simulasi tsunami Pangandaran keluaran model TUNAMI-N2 (Rahmawan, 2012) Luas rendaman masing-masing kelas
13 19 24 30
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Daerah rawan tsunami Indonesia (BNPB 2011) Pergerakan lempeng-lempeng utama wilayah Indonesia (Bock et al. 2004) Penampang tegak pertemuan lempeng (USGS 2012) Kerangka pikir penelitian Hubungan antara kecepatan dan panjang gelombang tsunami terhadap kedalaman laut (IOC 2006) 6 (a) Pergerakan deformasi kerak samudra di dasar laut diikuti pergerakan permukaan air laut berdasarkan teori elastisitas Okada (JMA 2007) (b) Bentuk pergerakan sumber tsunami di dasar laut mengikuti deformasi bidang sesar (Satake 2006) 7 Parameter-parameter sesar (Imamura 2006) 8 Komponen struktur regional Sumatera-Jawa Barat (Malod et al. 1995) 9 Struktur sesar Pulau Jawa (Martidjojo dan Pulunggeno 1994) 10 Tektonik Pulau Jawa (Barber 1996) 11 Ilustrasi pengertian profil rendaman (IOC 2006) 12 Lokasi penelitian 13 Tata letak posisi sesar dalam penelitian (Sumber : Pengolahan data historis gempabumi TEWS BMKG) 14 Peta seismisitas kabupaten Lebak 15 Peta kemiringan lereng wilayah Lebak Banten 16 (a) Pola tinggi maksimum tsunami Pangandaran (Rahmawan 2012) (b) Hasil keluaran pola tinggi maksimum tsunami Lebak Banten 17 Perbandingan tinggi gelombang tsunami hasil survei dan keluaran model (Rahmawan 2012) 18 Setting pembagian wilayah yang digunakan dalam perhitungan model TUNAMI-N2 19 Pola ketinggian gelombang tsunami sesaat (menit ke 0) setelah terjadi gempabumi pembangkit tsunami 20 Gambaran sesaat pola ketinggian gelombang tsunami pada menit ke 15 setelah terjadi gempabumi pembangkit tsunami 21 Hasil simulasi penjalaran gelombang tsunami menit ke 12 hingga 17 pada wilayah 3
2 3 4 7 8 10 10 11 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 28
22 Hasil simulasi penjalaran gelombang tsunami menit ke 12 hingga 17 (Pantai Bagedur dan pesisir Malingping Lebak Banten) 23 Peta rendaman dan ketinggian gelombang maksimum di wilayah pesisir Lebak Banten 24 Peta tingkat kerawanan gelombang tsunami di wilayah pesisir Lebak Banten
29 30 31
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data gempabumi wilayah Lebak Banten periode tahun 1991 s/d 2016 2. Hasil klasifikasi rawan tsunami wilayah Lebak Banten 3. Run up gelombang tsunami Lebak Banten
38 52 53
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tsunami merupakan gelombang besar dan memiliki kecepatan tinggi yang biasanya dibangkitkan oleh gangguan di dasar laut seperti gempa tektonik, longsoran bawah laut dan erupsi vulkanik. Bencana alam tsunami relatif sering terjadi di Indonesia dengan berbagai skala kerusakan dan kerugian, baik nyawa, materi yang dapat dihitung, maupun materi yang tidak dapat dihitung. Kejadian tsunami pada periode tahun 2000 hingga 2014 bahkan tercatat telah terjadi sebanyak 20 kali. Berdasarkan berbagai sumber penyebab kejadian tsunami tersebut, hampir 90% kejadiannya disebabkan oleh gempabumi di laut, 9% diakibatkan oleh letusan gunung api dan 1% karena tanah longsor bawah laut (Latief et al. 2006). Gempabumi yang dapat memicu tsunami memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Gempabumi tektonik terjadi di bawah laut 2. Kedalaman (hiposenter) gempabumi kurang dari 100 km 3. Kekuatan 7 Skala Richter (SR) atau lebih 4. Pergerakan lempeng tektonik terjadi secara vertikal, mengakibatkan dasar laut naik/ turun, dan mengangkat/menurunkan kolom air di atasnya. Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama daerah-daerah pantai yang berhadapan langsung dengan pertemuan Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik, antara lain bagian barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, Nusa Tenggara, bagian utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta bagian timur Pulau Kalimantan. Potensi daerah rawan tsunami menurut sejarah terjadinya tsunami di wilayah Indonesia ditunjukkan pada Gambar 1 (BNPB 2011). Tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 menelan sekitar seperempat juta korban jiwa di sekitar kawasan Samudera Hindia. Riwayat bencana tsunami dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir menunjukkan sedikitnya 10 bencana tsunami terjadi di wilayah Indonesia. Sembilan tsunami di antaranya merupakan tsunami yang merusak dan menimbulkan korban jiwa serta material, yaitu tsunami di Flores pada tanggal 12 Desember 1992 yang menelan lebih dari 2000 korban jiwa, tsunami di Banyuwangi, Jawa Timur (1994), Biak (1996), Maluku (1998), Banggai, Sulawesi Utara (2000), Ransiki, Papua Barat (2002), tsunami besar di Aceh (Desember 2004), tsunami di Nias (2005), Jawa Barat (2006), Bengkulu (2007), dan Mentawai (2010). Penyebab utama tsunami adalah aktivitas seismik. Lebih dari dua milenium terakhir, gempabumi telah menghasilkan 82.3% dari seluruh tsunami di Samudra Pasifik. Pergeseran kerak bumi beberapa meter selama gempabumi dapat mencakup puluhan ribu kilometer persegi dan membawa energi potensial yang sangat besar pada air diatasnya. Pecahan disepanjang garis sesar aktif, tempat dua potongan kerak bumi bergerak saling berlawanan menyebabkan gempabumi tsunamigenik. Hanya tiga jenis sesar yang dapat menimbulkan tsunami: gempabumi sesar geser (strike-slip) pada sesar cacak (vertikal), gempabumi dip slip pada sesar cacak, dan gempabumi sesar naik (thrust-dip) pada bidang menurun.
Gambar 1 Daerah rawan tsunami Indonesia ( BNPB, 2011)
2
3 Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik utama dunia yang bergerak relatif saling mendesak satu dengan lainnya. Ketiga lempeng tersebut adalah Lempeng Samudera India - Australia di sebelah selatan, Lempeng Samudera Pasifik di sebelah timur, Lempeng Eurasia di sebelah utara (dimana sebagian besar wilayah Indonesia berada), dan ditambah Lempeng Laut Philipina. Gambar 2 menunjukkan arah pergerakan setiap lempeng tersebut. Lempeng Samudera India-Australia bergerak ke arah utara dan bertumbukan dengan Lempeng Eurasia. Lempeng Pasifik bergerak ke arah barat sedangkan Lempeng Eurasia relatif diam. Pergerakan relatif keempat lempeng tektonik tersebut mengakibatkan terjadinya penumpukan tekanan mekanis di daerah-daerah pertemuannya. Saat elastisitas batuan tidak lagi mampu menahan tekanan ini, batuan akan pecah dan melenting menuju kondisi seimbang mendekati kondisi awal sebelum terkena tekanan. Pelentingan ini menimbulkan gelombang seismik yang kuat dan dirambatkan ke segala arah dalam lempeng bumi. Peristiwa ini disebut dengan gempabumi tektonik. Gempabumi tektonik telah terjadi jutaan kali sejak jutaan tahun yang lalu dalam skala waktu geologi. Bukti-bukti kejadian gempabumi tektonik di masa lalu terekam dalam gejala-gejala geologi di alam (paleo seismologi). Saat ini gempabumi tektonik dapat direkam menggunakan jaringan seismometer yang selanjutnya datanya dikumpulkan dan diolah untuk menentukan lokasi sumber gempabumi serta kekuatannya.
Gambar 2 Pergerakan lempeng-lempeng utama wilayah Indonesia (Bock et al. 2004) Di wilayah Indonesia dapat dideteksi sekitar 4000 gempabumi pertahun, sedangkan gempabumi berkekuatan di atas 5.5 SR dan gempabumi yang bisa dirasakan oleh manusia, terjadi rata-rata sekitar 70β100 kali per tahun, dan gempabumi tektonik yang menimbulkan kerusakan terjadi antara 1β2 kali per tahun. Sejak tahun 1991 sampai dengan 2011 tercatat telah terjadi 186 kali gempabumi tektonik yang merusak.
4
Gambar 3 Penampang tegak pertemuan lempeng (USGS 2012) . Gambar 3 menunjukkan penampang tegak pertemuan dua lempeng samudera dan lempeng benua yang mana lempeng samudera akan menyusup ke bagian bawah lempeng benua karena perbedaan berat jenis dari massa batuan. Gempabumi tektonik akan terjadi saat lempeng tiba-tiba bergerak di daerah yang stabil. Gempabumi dengan magnitudo besar (7 SR atau lebih) dengan kedalaman yang dangkal di bawah laut, bisa menimbulkan tsunami karena adanya perubahan ketinggian kolom air dalam waktu singkat. Potensi rendaman tsunami akan sangat bermanfaat jika dapat diaplikasikan dalam upaya penanggulangan bencana. Salah satu bentuk pemanfaatan tersebut berupa penentuan metode evakuasi dan pembuatan jalur evakuasi bencana, dari wilayah yang memiliki tingkat potensi rendaman yang tinggi ke wilayah yang memiliki tingkat potensi rendaman yang lebih rendah dan aman. Selain itu, jalur evakuasi harus aman dari berbagai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tsunami (Sutikno et al. 2010). Beberapa hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai potensi rendaman tsunami di pesisir Lebak Banten akibat gempabumi tersebut. Perumusan Masalah Celah kegempaan yang sangat panjang di sekitar Selat Sunda menyebabkan terdapat potensi terjadinya gempabumi pembangkit tsunami di wilayah pesisir Lebak Banten. Pemodelan numerik tsunami umumnya diaplikasikan untuk menghitung ketinggian dan waktu tempuh gelombang tsunami. Meskipun demikian, pemodelan numerik ini belum diaplikasikan secara khusus untuk mengetahui potensi penggenangan di Pesisir Banten. Potensi penggenangan ini selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan
5 metode evakuasi yang efektif ketika terjadi tsunami. Berdasarkan beberapa hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana ketinggian gelombang tsunami maksimum di darat (run-up) akibat tsunami yang terjadi dari gempabumi di celah kegempaan sekitar Palung Jawa dan berapa waktu tempuh yang diperlukan oleh tsunami tersebut hingga mencapai wilayah pesisir Lebak Banten? 2. Bagaimana potensi rendaman wilayah pesisir Lebak Banten jika terjadi tsunami akibat gempabumi di celah kegempaan sekitar Palung Jawa? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian gelombang tsunami maksimum di daratan (run-up), berapa waktu tempuh yang diperlukan untuk gelombang tsunami hingga mencapai pesisir dan berapa luasan area rendaman dari dampak gelombang tsunami di pesisir Lebak Banten. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menentukan potensi dampak tsunami. Selain itu, dapat pula dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk membuat langkah persiapan strategis dan antisipasi yang diperlukan jika tsunami benar-benar terjadi di waktu yang akan datang. Hipotesis Potensi gempabumi dan tsunami cukup berpeluang di wilayah pesisir Selat Sunda Provinsi Banten karena letaknya berada pada pertemuan tiga lempeng / kerak bumi aktif. Ketiga lempeng aktif tersebut adalah lempeng Indo-Australia dibagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara dan lempeng Pasifik di bagian timur. Dengan kondisi tersebut terdapat jalur megathrust dikawasan Selat Sunda yang suatu saat akan melepaskan energi gempabumi yang menimbulkan tsunami. Untuk itu pesisir selatan Provinsi Banten berpotensi gempabumi dan tsunami mulai pesisir pantai Merak, Cigading, Anyer, Carita, Panimbang, Sumur, Binuangeun, Malingping, Bayah hingga perbatasan dengan Sukabumi. Sehingga dapat mengetahui run-up, waktu tempuh dan luas rendaman. Ruang Lingkup Penelitian gempabumi pembangkit tsunami berupa data parameter gempabumi tersebut diolah menggunakan perangkat lunak TUNAMI-N2 yang telah dimodifikasi untuk menghasilkan simulasi tinggi gelombang tsunami dan waktu gelombang datang di pantai menggunakan metode deterministik. Parameter skenario gempabumi pembangkit tsunami selanjutnya diolah menggunakan perangkat lunak TUNAMI-N2. Perangkat lunak TUNAMI-N2 dibuat oleh Fumihiko Imamura dari Universitas Tohoku Jepang pada tahun 1995. TUNAMI-N2 merupakan model simulasi numerik tsunami yang menggunakan skema numerik leap-frog dalam menyelesaikan persamaan-persamaan dasar perambatan gelombang. TUNAMI-N2 sendiri merupakan singkatan dari Tohoku
6 Universityβs Numerical Analysis Model for Investigation of Near-field Tsunami, No-2. TUNAMI-N2 menggunakan teori gelombang linear di laut dalam dan menggunakan teori gelombang perairan dangkal di laut dangkal untuk mensimulasikan tsunami dan run-up. Tsunami umumnya dibangkitkan oleh gangguan impulsif pada medium laut yang berasal dari dasar laut seperti gempabumi tektonik, longsoran bawah laut, erupsi vulkanik dan yang lainnya. Meskipun demikian, gempabumi tektonik merupakan penyebab dominan terjadinya tsunami. Tidak semua gempa tektonik yang terletak di laut berpotensi menimbulkan tsunami. Beberapa persyaratan umum agar suatu gempabumi di laut berpotensi menghasilkan tsunami di antaranya memiliki energi yang besar, kedalaman relatif dangkal, dan terjadi pergerakan vertikal dasar laut. Pergerakan vertikal dasar laut yang mengganggu seluruh massa badan air yang terletak di atasnya turut andil dalam menghasilkan tsunami. Semakin besar dan luas perubahan posisi vertikal dasar laut akan menghasilkan tinggi gelombang tsunami yang semakin besar. Energi gempabumi tersebut selanjutnya didistribusikan dalam bentuk gelombang seismik dengan kecepatan tinggi ke segala arah dan gangguan impulsif medium laut yang terdapat di atasnya. Pemodelan numerik digunakan untuk mengetahui bagaimana energi tersebut didistribusikan ke wilayah sekitarnya dalam bentuk kecepatan dan amplitudo gelombang tsunami. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas pada fluida tidak termampatkan, memperhitungkan hukum kekekalan momentum, persamaan gesekan dasar dan syarat kestabilan pada pergerakan gelombang panjang, maka dapat diperoleh gambaran yang lebih sederhana terhadap perambatan gelombang tsunami dari laut hingga mencapai pantai. Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan tersebut adalah TUNAMI-N2. Panjang gelombang yang besar dan kecepatan gelombang tsunami yang tinggi saat berlangsung di laut dalam, kemudian dikonversikan ke dalam bentuk pertambahan ketinggian gelombang (amplitudo) setelah mencapai perairan dangkal dan pantai. Hal ini dapat terjadi sebagai konsekuensi hukum kekekalan energi akibat berkurangnya kecepatan gelombang karena pengaruh gaya gesek dasar laut. Berbeda dengan gelombang karena angin yang hanya mendapat gangguan di sebagian badan air dekat permukaan laut, sehingga menghantam pantai dalam bentuk gulungan ombak, tsunami mencapai pantai dalam bentuk tembok air yang membanjiri pantai dan masuk hingga mencapai wilayah daratan dalam bentuk run-up. Ketinggian gelombang tsunami saat di laut sangat dipengaruhi oleh batimetri. Run-up sangat dipengaruhi oleh topografi pantai. Oleh karena itu, penggunaan data batimetri dan topografi menjadi penting dalam memperhitungkan potensi rendaaman akibat run-up gelombang tsunami yang dapat disajikan dalam diagram alir kerangka penelitian berikut (Gambar 4 ).
7
Parameter Gempabumi
Gempabumi Tektonik di laut
seismik
Penyaluran Energi Gempabumi
Gangguan impulsif medium laut
Topografi
Wilayah pantai dan pesisir
Kecepatan Berkurang dan Amplitudo Bertambah
Perairan Dangkal
Batimetri
Potensi Rendaman Tsunami
Tsunami
Perairan Dalam
Penjalaran Gelombang Kecepatan Tinggi Amplitudo Rendah
Gambar 4 Kerangka pikir penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA Tsunami Gempabumi besar yang terjadi di dasar samudera dapat membangkitkan gelombang laut yang sangat berbahaya. Gelombang ini disebut gelombang pasang atau lebih dikenal dengan nama tsunami yang dalam bahasa Jepang berarti gelombang di pelabuhan. Menurut Lay dan Wallace (1995), tsunami adalah gelombang laut berperiode panjang. Secara fisis tsunami hampir sama dengan ombak yang digerakkan oleh angin, akan tetapi perbedaannya adalah periode gelombangnya yang lebih panjang (200-2000 detik) dan panjang tiap gelombangnya mencapai puluhan kilometer. Tsunami terbentuk oleh pergeseran (displacement) air laut dalam skala besar yang disebabkan oleh longsoran dasar laut, letusan gunung berapi, atau yang paling sering terjadi yaitu deformasi patahan dasar laut akibat gempabumi. Ketinggian gelombang tsunami di laut yang dalam berkisar antara beberapa centimeter hingga 5-10 m, tetapi run-up gelombang periode panjang ini pada garis pantai dapat menyebabkan kerusakan yang dahsyat, melimpahi penghalang gelombang pasang badai (sea-wall) standar yang dirancang untuk ombak dengan periode yang lebih pendek. Tsunami besar yang sangat merusak relatif jarang terjadi, yaitu sekitar satu kejadian dalam satu dekade.
8 Tsunami bergerak keluar dari daerah pembangkitannya dalam bentuk serangkaian gelombang perairan dangkal (shallow water wave) dengan panjang gelombang dapat mencapai ratusan kilometer dengan amplitudo gelombang relatif kecil (Β± 1 meter) ketika terbentuk di perairan dalam. Gelombang ini memiliki kecepatan (wave speed) yang dipengaruhi oleh kedalaman laut (depth) dan percepatan gravitasi bumi. Ketika gelombang tsunami terbentuk di perairan dalam dan diasumsikan sebagai gelombang sinusoidal linier, maka hubungan antara kecepatan gelombang tsunami dan kedalaman laut dapat ditunjukkan oleh persamaan (1) berikut (Bryant 2008): π£ = (ππ)0.5
(1)
Dimana: π£ = kecepatan gelombang (wave speed) tsunami (m/detik) π = percepatan gravitasi (9.81 m/detik2) π = kedalaman laut (m) Kecepatan gelombang tsunami akan mengalami perlambatan dan amplitudonya akan mengalami peningkatan secara dramatis ketika memasuki perairan dangkal dekat pantai (Gambar 5). Hal ini disebabkan adanya prinsip kekekalan energi gelombang yang dipengaruhi oleh kecepatan dan ketinggian gelombang. Tinggi gelombang di perairan dalam yang sebelumnya hanya Β± 1 meter, akan bertambah tinggi hingga dapat mencapai Β± 30 meter di perairan dangkal dan pesisir pantai.
Gambar 5 Hubungan antara kecepatan dan panjang gelombang tsunami terhadap kedalaman laut (IOC 2006)
9 Klasifikasi Tsunami Tsunami dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab (Sutowijoyo 2005) dan jarak sumber pemicunya (Puspito 2007). Berdasarkan penyebabnya, tsunami dapat diklasifikasikan sebagai tsunami seismik jika disebabkan oleh gempa tektonik bawah laut (ocean bottom landslide) dan tsunami non-seismik jika disebabkan oleh tanah longsor bawah laut (submarine landslide), letusan gunung berapi, jatuhnya meteor, dan penyebab lainnya (Sutowijoyo 2005). Jika diklasifikasikan berdasarkan jaraknya, maka tsunami dapat digolongkan menjadi tsunami lokal (near field/ local field tsunami) dan tsunami jarak jauh (far field tsunami) (Puspito 2007). Tsunami Lokal (Near Field/ Local Field Tsunami) Tsunami lokal merupakan tsunami yang terjadi akibat gempabumi tektonik di laut yang memiliki pusat gempa dengan jarak kurang dari 100 km dari daerah bencana tsunami (IOC 2006). Tsunami lokal ini terjadi dalam kurun waktu 5 sampai dengan 40 menit setelah gempa utama (Puspito 2007). Umumnya, tsunami yang terjadi di Indonesia merupakan tsunami lokal. Karena sistem informasi yang ada di Indonesia masih belum cukup memadai, maka gelombang tsunami biasanya telah menyapu pantai sebelum informasi kejadian tsunami sampai ke masyarakat. Hal ini menyebabkan Indonesia belum dapat memaksimalkan sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning System) (Puspito 2007). Tsunami Jarak Jauh (Far Field Tsunami) Tsunami jarak jauh (far field tsunami) tsunami yang terjadi akibat gempabumi tektonik di laut yang memiliki pusat gempa dengan jarak lebih kurang ratusan hingga ribuan kilometer dari pantai (IOC 2006). Waktu datang gelombang tsunami ini berada dalam kurun waktu beberapa jam sampai dengan 24 jam setelah gempa utama. Klasifikasi tsunami ini sangat bergantung pada acuan wilayah yang digunakan. Misalnya kejadian tsunami Aceh yang terjadi tahun 2004 yang lalu dapat diklasifikasikan sebagai tsunami lokal untuk wilayah Aceh, dan dapat pula diklasifikasikan sebagai tsunami jarak jauh bagi wilayah Afrika. Hal ini disebabkan oleh gelombang tsunami tersebut merambat menyeberangi Samudra Hindia sampai ke pantai Afrika Selatan. Sumber Pembangkit Tsunami Area sumber tsunami dianggap mengikuti bidang deformasi sesar (fault) di dasar laut berdasarkan teori elastisitas Okada. Dalam penampang rekaan sumber tsunami, perubahan awal muka air laut mengikuti pola gerakan bidang sesar (fault) karena panjang gelombang dasar samudra lebih besar daripada kedalaman diatasnya (Gambar 6). Prinsip ini diberikan pada model numerik tsunami sebagai nilai rekaan dari perambatan gelombang tsunami
10
Gambar 6 (a) Pergerakan deformasi kerak samudra di dasar laut diikuti pergerakan . permukaan air laut berdasarkan teori elastisitas Okada (JMA 2007). (b) Bentuk pergerakan sumber tsunami di dasar laut mengikuti deformasi bidang sesar (Satake 2006) Deformasi dasar laut yang dapat membangkitkan tsunami adalah deformasi arah vertikal (sesar naik atau sesar turun). Deformasi seperti ini dimanifestasikan oleh komponen dip-slip. Deformasi vertikal dasar laut naik atau turun dengan cepat akan menaikkan dan menurunkan air laut dalam skala besar, mulai dari lantai samudra sampai ke permukaan. Karakteristik gempa tektonik yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami, dapat dipenuhi oleh jenis gempabumi tektonik di zona subduksi. Gempabumi harus mempunyai momen seismik yang besar dengan posisi hiposenter dangkal sebagai syarat untuk dapat menghasilkan deformasi di dasar laut. Momen seismik digunakan untuk menghitung jumlah energi yang dilepaskan oleh gempa dengan memperhitungkan perpindahan yang terjadi dalam slip di sepanjang sesar (fault). Hubungan antara momen seismik dan deformasi dirumuskan sebagai berikut (Kanamori 1979). M o ο½ ο ο Aο D
(2)
Dimana: Mo = momen seismik (N m) ΞΌ = rigiditas (tingkat kekakuan benda, semain keras bendanya maka energi yang diperlukan untuk menggerakannya semakin besar, artinya momen 10 2 seismiknya semakin besar ( 3 x 10 N/m ) A = luas bidang sesar (m2) D = deformasi atau dislokasi (m) Terdapat hubungan antara momen seismik dan momen magnitude. Hubungan tersebut dirumuskan sebagai berikut (Kanamori 1979): ππ€ =
πΏππ ππ β16.5 1.5
(3)
11 Dimana: Mw = momen magnitude (N m) Mo = momen seismik (N m) Parameter sesar (fault) yang berhubungan dengan deformasi bawah permukaan. Dalam pemodelan tsunami perlu adanya penentuan parameter patahannya. Parameter-parameter sesar seperti panjang (L) dan lebar sesar (W), energi dan magnitude, kedalaman pusat gempa (H), slip (D) dan mekanisme fokus (strike (ο±), dip (ο€)ο¬ο dan sudut slip (ο¬)) adalah parameter-parameter yang utama dari sumber gempa (Gambar 7), yang berfungsi untuk pembentukan awal tsunami sebelum tsunami itu menyebar.
Gambar 7 Parameter β parameter Sesar (Imamura 2006)
Pemodelan Numerik Penjalaran Tsunami Simulasi tsunami umumnya digunakan untuk penilaian potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Estimasi dampak perambatan tsunami dapat dikuantifikasi menggunakan pemodelan numerik. Asumsi yang digunakan dalam pemodelan numerik ini adalah gelombang tsunami menjalar dalam bentuk gelombang panjang (ketinggian gelombang jauh lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombang), partikel air tidak memiliki percepatan vertikal dan tekanan air sama dengan tekanan akibat gaya gravitasi. Beberapa persamaan dasar dan pendekatan yang digunakan untuk memodelkan tsunami, antara lain sebagai berikut ini (Goto et al. 1997).
12 Persamaan Kontinuitas (Continuity Equation) Persamaan ini didasarkan pada prinsip hukum kekekalan massa yang diterapkan pada fluida tak termampatkan. Persamaan ini secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut : ππ ππ ππ + + =0 ππ‘ ππ₯ ππ¦
(4)
Dimana: π
M = β«ββ π’ππ§ = π’Μ
(β + π) Merupakan persamaan perubahan air (water discharge/flux) dalam arah x merupakan π N= β«ββ π£ππ§ = π£Μ
(β + π) Merupakan persamaan perubahan air (water discharge/flux) dalam arah y Persamaan Momentum Arah π₯ βΆ Arah π¦ βΆ
ππ ππ‘ ππ ππ‘
π
π2
π
ππ
+ ππ₯ ( π· )+ππ¦ ( π
+ ππ₯ (
ππ π·
π
π·
ππ
) + ππ· ππ₯ +
π2
ππ
)+ππ¦ ( π· ) + ππ· ππ¦ +
ππ2
7 πβπ π· β3
ππ2
7 πβπ π· β3
2
2
+ π2 = 0
(5)
+ π2 = 0
(6)
Dimana : π·(β + π) merupakan total kedalaman air dari dasar sampai ke permukaan air sesaat (m) Type β = kedalaman air dari dasar laut ke equation mean sea here. level (m) π = ketinggian air dari permukaan atau elevasi sesaat (m) π= = percepatan gravitasi πβπππ‘ππ 2 π = koefisien kekasaran ( Manning roughness ) π‘ = waktu (detik)
Persamaan Gesekan Dasar Arah π₯ :
ππ₯ ππ2 = πβπ2 + π 2 π π·7β3
(7)
ππ¦ ππ2 (8) = 7 πβπ2 + π 2 β3 π π· Hubungan antara koefisien gesekan f dan koefisien kekasaran (Manningβs roughness) n dinyatakan sebagai berikut: Arah π¦ βΆ
13 1 ππ· β3
π=β
(9)
2π
Nilai koefisien gesekan dasar (n) dipilih berdasarkan kondisi dasar perairan seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Nilai koefisien gesekan dasar (n) Material Dasar
n
Neat cement, smooth metal 0.010 Rubble masonry 0.017 Smooth earth 0.018 Natural channels in good condition 0.025 Natural channels with stones and weeds 0.035 Very poor natural channels 0.060 Sumber : Linsley dan Franzini, 1979 dalam Imamura 2006 Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Persamaan penjalaran gelombang tsunami diselesaikan menggunakan metode beda hingga (finite different) berdasarkan ekspansi deret Taylor. Skema numerik yang diaplikasikan pada persamaan dasar penjalaran gelombang tsunami memerlukan kondisi kestabilan agar dapat diperoleh solusinya. Penggunaan skema numerik yang stabil dapat mencegah perkembangan kesalahan dari berbagai penyebab (seperti pembulatan, pemotongan jumlah digit angka) seiring dengan berjalannya tahapan proses perhitungan (Imamura 2006). Kondisi kestabilan ini dapat dicapai dengan memperhatikan persyaratan sesuai dengan perumusan berikut.
βt <
βx
(10)
β2ghmax
Dimana: βπ‘ = langkah waktu (detik) βπ₯ = ukuran grid dalam arah x (m) g = percepatan gravitasi ( 9.8 m/πππ‘ππ 2 ) βπππ₯ = kedalaman maksimum batimetri (m) Konsistensi merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam memodelkan tsunami secara numerik. Solusi numerik dikatakan konvergen jika pendekatan yang digunakan stabil dan konsisten. Konsistensi ini berkaitan dengan sejauh mana persamaan beda hingga (finite different) yang digunakan menghasilkan solusi yang mendekati persamaan diferensial parsialnya (Partial Differential Equation). Pendekatan beda hingga yang digunakan dikatakan konsisten jika kesalahan akibat pemotongan jumlah digit angka dapat dihilangkan melalui peningkatan resolusi grid (Imamura 2006).
14 Tektonik Regional Lebak Banten
Gambar 8
Komponen struktur regional Sumatra β Jawa Barat (Malod et al.,1995)
Salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terjadi tsunami adalah pesisir Lebak Banten yang berhadapan dengan Samudra Hindia. Daerah ini secara tektonik selain dipengaruhi oleh sistem zona penunjaman di baratdaya Selat Sunda, juga berkembang sesar mendatar Semangko dan sesar mendatar Mentawai dengan pergerakan ke arah kanan (dextral) yang menerus hingga ke perairan Selat Sunda seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 8.
Masing-masing elemen tektonik tersebut memberikan kontribusi pada deformasi di daerah Selat Sunda dan membentuk topografi darat dan dasar laut yang bergelombang hingga curam di daerah ini (Malod et al. 1995). Lempeng
15 Paparan Sunda dibatasi oleh kerak Samudra di selatan dan pusat pemekaran kerak Samudra di timur. Bagian barat dibatasi oleh kerak benua dan di bagian selatan dibatasi oleh batas pertemuan kerak Samudra dan benua berumur Kapur (ditandai adanya Kompleks Melange Ciletuh) dan telah tersingkap sejak umur Tersier. Sejak awal Tersier (Oligosen akhir), kerak samudra secara umum telah miring ke arah utara dan tersubduksi di bawah Dataran Sunda (Hamilton 1979). Tektonik kompresi dan ekstensi dihasilkan oleh gaya tekan pergerakan Lempeng IndoAustralia dan putaran Kalimantan ke utara, membentuk rift dan half-graben sepanjang batas selatan Lempeng Paparan Sunda pada Eosen-Oligosen (Hall 1995). Sesar normal umum terjadi dengan arah bervariasi seperti yang ditunjukkan oleh gambar 9.
Gambar 9 Struktur Sesar Pulau Jawa. (Martidjojo dan Pulunggeno 1994) Terdapat tiga struktur regional di Jawa Barat yang memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, dan Sesar Lembang. Ketiga sesar tersebut untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen (1949) dan diduga ketiganya masih aktif hingga sekarang. Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang sepanjang kurang lebih 30 km dengan arah barattimur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok bagian utara relatif turun membentuk morfologi dataran (Dataran Lembang). van Bemmelen (1949), mengaitkan pembentukan Sesar Lembang dengan aktivitas Gunung Sunda (Gunungapi Tangkuban Perahu merupakan sisa-sisa dari Gunung Sunda), dengan demikian struktur sesar ini berumur relatif muda yaitu Pleistosen. Berdasarkan keadaan tektonik regional Lebak Banten (Gambar 10) tersebut dapat diketahui bahwa Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, dan Sesar Lembang tidak memiliki pengaruh signifikan dalam pembangkitan gelombang tsunami ketika gempabumi terjadi di darat. Paparan Sunda yang merupakan bagian tenggara dari Lempeng Eurasia mengalami konvergensi dengan Lempeng Pasifik dan saling
16
Gambar 10 Tektonik Pulau Jawa (Barber 1996)
bertumbukan sehingga mengakibatkan Lempeng Samudra menunjam di bawah Lempeng Benua. Zona tumbukan (subduction zone) membentuk suatu system palung busur yang aktif (arc trench system). Banyaknya sedimen di palung dapat menyebabkan gempabumi lebih lambat, tetapi memiliki dislokasi yang besar, sehingga tsunami yang dihasilkan oleh gempabumi tersebut juga besar.
17 Rendaman (Inundation), Run-up dan Flow Depth Rendaman (inundation) didefinisikan sebagai βmaximum horizontal penetration of the tsunami from the shorelineβ, sehingga dapat diartikan sebagai jarak horizontal antara tempat yang tertutup air sebagai akibat penjalaran gelombang tsunami di sepanjang daratan terhadap titik acuan tertentu yang umumnya berupa garis pantai. Penggenangan maksimum umumnya diukur dari jarak horizontal penetrasi maksimum gelombang tsunami ke wilayah daratan hingga masing-masing garis pantai yang dilanda tsunami (IOC 2006).
Gambar 11 Ilustrasi pengertian profil rendaman (inundation) (IOC 2006) Istilah lain yang berkaitan dengan kejadian tsunami adalah run-up. Run- up ini didefinisikan oleh IOC sebagai βDifference between the elevation of maximum tsunami penetration (inundation line) and the sea level at the time of the tsunami; Elevation reached by seawater measured relative to some stated datum such as mean sea level, mean low water, sea level at the time of the tsunami attack, etc., and measured ideally at a point that is a local maximum of the horizontal inundation.β Jika diterjemahkan secara bebas, maka run-up ini dapat diartikan sebagai perbedaan ketinggian antara tsunami maksimum dan tinggi muka laut (sea level). Pada prakteknya, run-up hanya dihitung ketika terdapat bukti yang jelas bahwa tsunami telah mencapai tempat tersebut. Run-up juga dapat diartikan sebagai ketinggian yang dicapai oleh air laut, diukur relatif terhadap titik acuan tertentu seperti tinggi permukaan laut rata-rata (mean sea level), rata-rata surut air laut (mean low water) atau tinggi muka laut saat terjadi tsunami dan idealnya diukur pada titik penggenangan horizontal maksimum. Flow depth memiliki pengertian yang relatif sama dengan run-up, kecuali dasar
18 penentuan nilainya yang dihitung dari titik acuan ketinggian tempat di darat (IOC 2006). Beberapa pengertian tersebut dapat diilustrasikan seperti Gambar 11.
3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli hingga November 2016. Wilayah yang menjadi objek penelitian adalah wilayah pesisir Lebak Banten. Proses pengolahan serta analisis dari data yang telah tersedia dilaksanakan di Ruang InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) BMKG Jakarta.
Pantai Bagedur
Gambar 12 Lokasi penelitian rendaman tsunami Pesisir Lebak Banten Data Data historis kejadian gempabumi yang terjadi di sekitar wilayah Selat Sunda antara Pulau Sumatra dan Jawa yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sejarah kejadian gempabumi ini memegang peranan penting dalam penyusunan skenario gempabumi tektonik yang akan disimulasikan. Data parameter sesar gempabumi di wilayah selatan Jawa diperoleh dari Global CMT Harvard (http://www.globalcmt.org). Parameter sesar dari historis kejadian gempabumi digunakan sebagai salah satu acuan dalam penyusunan skenario kasus terburuk kejadian gempabumi pembangkit tsunami. Data batimetri selatan Jawa yang digunakan dalam penelitian ini berupa General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) yang diperoleh melalui British
19 Oceanographic Data Centre (BODC). Data topografi di wilayah sekitar selatan Jawa menggunakan peta topografi digital dari BIG.
Gambar 13 Tata letak posisi sesar yang digunakan dalam penelitian (Sumber : Pengolahan Data Historis Gempabumi TEWS BMKG) Skenario gempabumi sebagai sumber tsunami yang terdapat di zona subduksi di selatan Jawa (Java trench) yang berpotensi menciptakan gempa yang dapat menyebabkan tsunami. Skenario gempabumi yang digunakan dalam penelitian ini selengkapnya dapat diketahui dari Tabel 2. Tabel 2 Skenario gempabumi yang digunakan dalam penelitian Sesar Panjang Lebar (km) Fault1 128
Lokasi Sumber Mag Strike Dip Rake Slip Depth o o (km) Lintang ( LS) Bujur ( BT) (Mw) ( o) ( o) ( o) (m) (km) 100 8.73 105.83 8,7 315 10 89 20 10
Fault2
115
100
8.05
104.87
8,7
281
10 100 20
Fault3
215
100
7.83
103.82
8,7
300
10 114 20 10
10
Sumber : Historis gempabumi BMKG, Utsu (1970) dan Tatehata (1997) TUNAMI β N2 Modifikasi terhadap TUNAMI-N2 dilakukan dengan pengaplikasian metode grid bersarang (nested grid) pada sistem koordinat bola. Proses nesting terdiri dari dua tahapan perhitungan parameter gempabumi dan sesar untuk setiap skenario. Tahap pertama proses nesting dilakukan terhadap wilayah sekitar sesar tempat terjadinya gempabumi pembangkit tsunami di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa. Tahap nesting selanjutnya difokuskan pada wilayah di sekitar pesisir Lebak Banten dengan resolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahap pertama. Gelombang yang dihasilkan ini kemudian dimodelkan penggenangannya sesuai
20 dengan batimetri dan topografi wilayah yang dilewati secara kuantitatif. Hasilnya perhitungan yang diperoleh selanjutnya dipetakan menggunakan perangkat lunak GIS dan dilakukan pembagian kategori rendaman (kualitatif). Proses simulasi pemodelan gelombang tsunami akibat gempabumi di Palung Jawa dilakukan dengan menggunakan empat wilayah pemodelan atau yang biasa dikenal sebagai nested model. Interval grid pada nested model dihitung dari syarat kestabilan dan konsistensi dalam memperoleh solusi metode numerik di TUNAMI-N2, sehingga masing-masing wilayah memiliki resolusi yang berbeda. Interval grid yang digunakan untuk masing β masing wilayah adalah 1.850 meter untuk wilayah 1, interval grid 616 meter untuk wilayah 2, interval grid 205 meter untuk wilayah 3 dan interval grid 68 meter untuk wilayah 4. Pemodelan gelombang tsunami dijalankan selama 2 jam (7.200 detik) dengan interval waktu gambaran sesaat (snapshoot) setiap 1 menit.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Seismisitas di Kabupaten Lebak Banten Berdasarkan data seismisitas yang sudah di relokasi dari BMKG tahun 1991β2016 untuk wilayah Kabupaten Lebak dan sekitarnya diperoleh gambaran bahwa tingkat frekuensi gempabumi dengan kekuatan lebih dari 4 Skala Richter sangat tinggi dan sumber nya menyebar hampir merata baik di darat maupun di laut (Gambar 14). Pada Gambar 14 juga dapat dilihat bahwa Kabupaten Lebak yang terletak pada bagian tepi selatan Sunda arc yang merupakan daerah patahan lempeng. Daerah-daerah tersebut sebagai zona seismik aktif yang merupakan sumber gempabumi dan tsunami. Berdasarkan analisis seismisitas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Lebak merupakan daerah yang berpotensi sangat tinggi dilanda gempa bumi dan tsunami sehingga upaya penanggulangan (mitigasi) sangat diperlukan. Salah satu langkah mitigasi untuk mengurangi dampak negatif.
Gambar 14 Peta Seismisitas Kabupaten Lebak
21
Gambar 15 Peta kemiringan lereng daerah Lebak Banten.
Analisis kemiringan lereng (slope) dilakukan untuk mengetahui karakteristik kemiringan wilayah pesisir Lebak Banten seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 15. Wilayah pesisir ini umumnya memiliki kemiringan datar sampai dengan hampir datar ( slope 0 β 2%) dan landai ( slope 2 β 8%). Meskipun demikian, terdapat wilayah dengan kemiringan agak curam ( slope 8 β 14%) dan curam ( slope 14 β 20 %) di bagian bawah sebagai representasi permukiman dan pesisir pantai yang langsung berbatasan dengan laut. Wilayah lainnya didominasi landai ( slope 2 β 8%) dan sebagian kecil lainnya memiliki kemiringan agak curam ( slope 8 - 14%). Kondisi ini mengakibatkan potensi rendaman tsunami di pesisir Lebak Banten. Potensi rendaman wilayah pesisir Lebak telah berhasil disimulasikan menggunakan TUNAMI-N2
22 Validasi Keluaran TUNAMI-N2 Sebelum dilakukan simulasi terhadap skenario gempabumi pembangkit tsunami di wilayah Lebak Banten dan sekitarnya, TUNAMI-N2 digunakan untuk mensimulasikan proses terjadinya tsunami yang melanda Pangandaran. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran validitas hasil simulasi jika dibandingkan dengan kejadian sebenarnya. Validasi dilakukan dengan menggunakan parameter gempa yang pernah terjadi sebelumnya. Tinggi tsunami Pangandaran digunakan untuk mengecek apakah hasil keluaran model ini sama dengan hasil pengamatan di lapangan. Simulasi dilakukan menggunakan parameter gempa yang menyebabkan tsunami pangandaran pada tanggal 17 Juli 2006 dengan pusat gempa bumi terletak di 10.28o LS dan 107.78o BT. Hasil keluaran model TUNAMI-N2 yang dihasilkan memiliki kesamaan dengan hasil yang pernah dilakukan sebelumnya oleh penelitian sebelumnya (Rahmawan 2012), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16.
aut Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
SAMUDRA HINDIA
(a)
(b)
Gambar 16 (a) Pola tinggi maksimum tsunami Pangandaran (Rahmawan 2012) (b) Hasil keluaran pola tinggi maksimum tsunami Lebak Banten Hasil keluaran TUNAMI-N2 tersebut selanjutnya dibandingkan dengan hasil survei ketinggian gelombang tsunami maksimum yang dilakukan oleh tim survei BMKG tahun 2006 di sepanjang pantai selatan Jawa. Perbandingan hasil tersebut dapat diketahui melalui Gambar 17. Hasil observasi tinggi gelombang tsunami maksimum yang dihasilkan oleh gempabumi pembangkit tsunami di wilayah Pangandaran berkisar antara 2 hingga 5 meter. Keluaran hasil model TUNAMI-N2 di titik yang sama menunjukkan nilai tinggi tsunami maksimum antara 2 hingga 4 meter. Selisih antara hasil keluaran model dan hasil survei dapat diketahui melalui Tabel 3.
Gambar 17 Perbandingan tinggi gelombang tsunami hasil survei dan keluaran model TUNAMI-N2 (Rahmawan 2012)
23
Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa umumnya keluaran model menunjukkan nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan hasil survei. Nilai selisih antara hasil keluaran model dan observasi berkisar antara β 0.13 meter di Pantai Pandan Simo hingga 1.7 meter di Pantai Kuwaru. Rata-rata tingkat kesalahan dalam verifikasi model ini relatif kecil dengan nilai kurang lebih 0.98 meter. Berdasarkan hasil validasi tingkat kesalahan yang relatif kecil tersebut, maka keluaran model TUNAMI-N2 ini secara umum dapat diterapkan untuk merepresentasikan kasus kejadian tsunami di wilayah Lebak Banten. .
24 Tabel 3 Perbandingan hasil observasi terhadap hasil simulasi tsunami Pangandaran keluaran model TUNAMI-N2 (Rahmawan 2012) No
1 2 3 4 5 6 7
Lokasi
Lintang o ( LS)
Karang Tirta 7.40 Bunton 7.70 Pantai Ayah 7.72 Pantai Parangtritis 8.03 Pantai Pandan Sari 8.00 Pantai Kuwaru 7.99 Pantai Pandan Simo 7.99
Bujur
o ( BT)
Hmax Obs (m)
Hmax Model
Selisih
(m)
(m)
108.35 109.14 109.39 110.33 110.25 110.22 110.21
3.11 3.5 3.67 2.2 3.66 4.2 3.37
3.24 4.66 5.12 2.57 5.18 5.9 3.24
0.13 1.16 1.45 0.37 1.52 1.7 -0.13
8 Pantai Trisik 9 Pantai Bugel
7.97 7.95
110.19 110.15
4.26 4.02
4.4 5.05
0.14 1.03
10 Pantai Congot 11 Pantai Puring
7.90 7.76
110.03 109.52
3.39 2.83
5.2 4.43 Rata-Rata
1.81 1.6 0.98
Keluaran Model TUNAMI-N2 Model TUNAMI-N2 dijalankan melalui proses nesting menjadi empat wilayah dalam menganalisis potensi rendaman tsunami. Pembagian wilayah dimaksudkan untuk optimalisasi perhitungan dan memperoleh hasil simulasi dengan resolusi yang lebih tinggi pada wilayah yang menjadi fokus penelitian. Tata letak wilayah tersebut secara umum dapat diketahui dari Gambar 18.
Pantai Bagedur
Gambar 18 Setting pembagian wilayah yang digunakan dalam perhitungan model TUNAMI-N2
25 Simulasi Pola Ketinggian Tsunami di Laut dan Darat (Run-up) Wilayah pertama untuk simulasi ketinggian tsunami (Run-up) meliputi wilayah Sumatra bagian selatan, Lampung dan Jawa bagian barat; wilayah kedua meliputi wilayah Lampung, Banten dan Jawa Barat; wilayah ketiga meliputi wilayah Lebak Banten dan Jawa Barat, sedangkan untuk wilayah keempat lebih fokus ke wilayah pesisir pantai Lebak yaitu pantai Bagedur dan sekitarnya. Gambaran umum tinggi gelombang tsunami sesaat (menit ke-0) setelah gempabumi pembangkit tsunami terjadi sesuai skenario yang digunakan dapat diketahui dari Gambar 19.
Pantai Bagedur
Gambar 19 Pola ketinggian gelombang tsunami sesaat (menit ke 0) setelah terjadi gempabumi pembangkit tsunami Berdasarkan hasil simulasi penjalaran gelombang tsunami pada Gambar 19 tersebut dapat diketahui bahwa skenario parameter gempabumi pembangkit tsunami menghasilkan fase ketinggian yang berbeda antara wilayah di sebelah baratdaya dan timurlaut pusat gempabumi. Perairan di bagian timurlaut pusat gempabumi mengalami penurunan ketinggian dan di bagian baratdaya pusat gempabumi mangalami kenaikan permukaan air laut sesaat setelah terjadi
26 gempabumi. Meskipun demikian, penurunan tinggi permukaan air laut ini masih belum sampai teramati di wilayah pesisir Lebak Banten maupun pesisir Sumatera.
Pantai Bagedur
Gambar 20 Gambaran sesaat pola ketinggian gelombang tsunami pada menit ke 15 setelah terjadi gempa bumi pembangkit tsunami. Gambaran sesaat (snapshoot) pola simulasi perambatan gelombang tsunami pada menit ke-15 dapat diketahui pada Gambar 20. Pada selang waktu ini, indikasi gelombang tsunami berupa permukaan air laut yang rendah (surut) mulai mencapai wilayah pantai di sebelah Utara Taman Nasional Ujung Kulon dan Pesisir Pantai Lebak, diikuti dengan naiknya permukaan air laut. Bahkan gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai 5 hingga 10 meter telah ada yang mencapai di beberapa wilayah sebelah selatan Sumatera dan Pesisir Teluk Ujung Genteng dan sekitarnya. Meskipun demikian, kondisi permukaan air laut rendah (surut) secara tiba-tiba masih terjadi di wilayah Pesisir Pantai Bagedur. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai salah satu tanda awal (precursor) akan terjadinya
27 gelombang tsunami. Pola gelombang tsunami yang terbentuk pertama kali setelah simulasi dilakukan umumnya mengikuti bentuk skenario parameter sesar yang diberikan. Proses perambatan gelombang tsunami berikutnya di wilayah Samudra Hindia selatan Jawa didominasi pola perambatan ke arah timur laut dan barat daya menjauhi pusat gempabumi. Simulasi penjalaran gelombang tsunami dilakukan untuk lebih fokus mengamati pergerakan gelombang tsunami dari laut menuju pantai. Pengeplotan tinggi gelombang tsunami mulai menit ke β 12 hingga menit ke β 17 setelah terjadi skenario gempabumi pembangkit tsunami (Gambar 21). Pengeplotan tinggi gelombang tsunami dilakukan pula pada menit ke β 12 hingga menit ke β 17 setelah terjadi skenario gempabumi pembangkit tsunami (Gambar 22) fokus ke daerah penelitian. Pemilihan rentang waktu ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pergerakan tinggi gelombang tsunami dari Samudra Hindia Selatan Jawa hingga yang pertama kali sampai di wilayah pesisir Lebak Banten dan sekitarnya.
28
Gambar 21 Hasil simulasi penjalaran gelombang tsunami dari menit ke β 12 hingga menit ke β 17 setelah terjadi skenario gempabumi pembangkit tsunami.
Pantai Bagedur
Pantai Bagedur
29
Pantai Bagedur
Pantai Bagedur
Pantai Bagedur
Pantai Bagedur
Gambar 22 Hasil simulasi penjalaran gelombang tsunami (Pantai Bagedur dan pesisir Malingping Lebak Banten) dari menit ke β 12 hingga menit ke β 17 setelah terjadi skenario gempabumi pembangkit tsunami.
Simulasi Potensi Rendaman Gelombang Tsunami Hasil simulasi ketinggian gelombang tsunami maksimum wilayah pesisir Pantai Bagedur Lebak dan sekitarnya memiliki ketinggian kisaran 16 hingga 20 meter dapat dilihat pada Gambar 23. Ketinggian gelombang tsunami ini berpotensi menimbulkan genangan jika didukung oleh bentuk pantai yang landai. Simulasi waktu tempuh yang diperlukan oleh gelombang tsunami pertama hingga mencapai wilayah pesisir Lebak dilakukan untuk mengetahui seberapa
30 lama waktu yang dimiliki oleh masyarakat untuk melakukan antisipasi menghadapi tsunami.
Pantai Bagedur
Gambar 23 Peta rendaman dan ketinggian gelombang tsunami maksimum di sekitar wilayah pesisir Lebak Banten Peta tingkat kerawanan memberikan informasi tentang wilayah mana saja yang rawan akibat tsunami. Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa sebaran rendaman terdapat hampir di semua jenis kelas dengan luasan sebaran genangan yang berbeda-beda. Luas sebaran rendaman tiap kelas disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Luas rendaman dari masing-masing kelas Kelas tingkat kerawanan Aman Cukup rawan Rawan Sangat rawan
Luas sebaran rendaman (ha) 3956.25 15.01 163.44 1092.89
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas aman mempunyai sebaran yang sangat luas, yaitu berada pada jarak 180 m dari garis pantai Muarabinuangeun, karena posisi nya berhadapan dengan Pulau Tinjil dan Pulau Deli. Kelas aman untuk wilayah pesisir pantai Bagedur dan sekitarnya berada pada jarak 730 m dari garis pantai. Tingkat kerawanan sangat rawan terletak di sepanjang pesisir bagian barat sampai ke arah timur. Hal ini dipengaruhi oleh: ketinggian kontur, bentuk lahan dan jarak dari garis pantai. Peta tingkat kerawanan dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24 Peta tingkat kerawanan gelombang tsunami 31
32
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Potensi ketinggian gelombang tsunami di darat (run-up) akibat tsunami yang terjadi dari gempabumi di Wilayah Lebak umumnya berkisar antara 15 hingga 20 meter dengan sebaran mengikuti pola topografi ketinggian wilayah. Waktu tempuh yang diperlukan oleh gelombang tsunami pertama hingga mencapai wilayah pesisir Lebak berkisar antara 15 hingga 17 menit. Potensi rendaman wilayah pesisir Lebak pada umumnya termasuk pada kategori sangat berbahaya mengingat tinggi maksimum dapat mencapai lebih dari 3 meter dari permukaan laut dan jarak maksimum rendaman mencapai 1.7 km dari garis pantai dengan total luas rendaman 1271.34 ha yang memiliki panjang pantai 21 km. Saran Hasil penelitian ini berupa pemodelan yang menghasilkan prediksi ketinggian tsunami (tsunami height) dan waktu tiba gelombang (arrival time) pada lokasi pesisir Lebak Banten untuk kepentingan pemberian keputusan peringatan dini tsunami guna mendukung pembuatan keputusan dalam pemberian peringatan dini tsunami kepada masyarakat sekitar sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk membuat langkah persiapan strategis dan antisipasi yang diperlukan jika tsunami benar-benar terjadi di waktu yang akan datang. Tsunami yang terjadi di Lebak dapat direduksi dengan menanam sabuk hijau (green belt) berupa mangrove. Kapasitas sabuk hijau dalam mereduksi tsunami tidak efektif untuk tsunami dengan ketinggian lebih dari 5 m (Shuto, 1987). Salah satu upaya agar sabuk pantai dapat berperan dalam mereduksi tsunami, maka diperlukan ketebalan yang cukup agar dapat bekerja secara efektif. Sesuai dengan Pasal 21 UU No. 27/2007 dan Pasal 56 ayat 1 PP No. 26/2008 tentang kawasan setback atau sempadan pantai, bahwa sempadan pantai harus berjarak paling pendek 100 (seratus) meter dari garis pantai. Dengan simulasi tinggi gelombang datang (run up) 20 m, maka ekosistem mangrove tidak cukup untuk meredam sebaran rendaman, perlu pula diperkuat dengan vegetasi pantai lainnya dan struktur bangunan pantai yang kokoh untuk mereduksi rendaman. Upaya lain untuk mitigasi dapat berupa pemetaan kawasan rawan tsunami dengan skala yang cukup memadai, pembuatan jalur dan tempat evakuasi sampai dengan sistem peringatan dini bencana tsunami.
DAFTAR PUSTAKA Athanasius C. 2009. Pengaruh Geomorfologi Pantai Terhadap Gelombang Tsunami. Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 3, Desember 2009 : 39-51. Aydan O. 2008. Seismic and Tsunami Hazard Potentials in Indonesia with special emphasis on Sumatra Island. J of The Sch of Mar Sci and Tech. Tokai University, Vol.6, No.3, pp.19-38
33 Bock Y, Prawirodirdjo L, Genrich JF, Stevens CW, McCaffrey R, Subarya C, Pontodewo SO, Calais E. 2004. Crustal motion in Indonesia from Global Positioning System measurements, J Geophys Res. 108, No. B8, 2367,doi:10.1029/2001JB000324. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2008. Tingkat Ancaman Tsunami, Saran dan Arahan untuk Pemda. SOP Peringatan Dini Tsunami BMKG. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Daerah rawan Tsunami Indonesia: BNPB Pr. Bryant E. 2008. Tsunami The Underrated Hazard (Second Edition). Springerβ Praxis Books In Geophysical Sciences. ISBN 978-3-540- 74273-9 Springer Berlin Heidelberg New York. [CMT] Centroid Momen Tensor. 2012. Global CMT Catalog Search. Dao MH, Tkalich P. 2007. Tsunami Propagation Modeling β A Sensitivity Study. Nat Hazards Earth Syst Sci. 7, 741β754. Dao MH, Tkalich P, Chan ES, Megawati K. 2008. Tsunami propagation scenarios in the South China Sea. J of Asian Earth Sci. 36 (2009) 67-73, doi: 10.1016/j.jseaes.2008.09.009. Diposaptono S, Budiman. 2006. Tsunami. Buku Ilmiah Populer, Jakarta. Goto C, Ogawa Y, Shuto N, Imamura F. 1997. Numerical Method Of Tsunami Simulation with the Leap-Frog Scheme (IUGG/IOC Time Project). IOC Manual. UNESCO, No. 35. Gutscher MA, Westbrook G. 2007. Great Earthquakes in Slow Subduction Zones, dipresentasikan pada pertemuan Geohazard-IODP, 26-30 Agustus 2007, Portland - Oregon, Amerika Serikat. Hall R. 1995. Plate Tectonic Recontructions of The Indonesian Region. Procc. Indon.Petroleoum Asocc., Twenty Fourth Annual Convention, Oct. 1995. Jakarta Hamilton W. 1979. Tectonics of the Indonesian Region. U.S. Geological Survey, Professional Paper, 1078, 345 pp. Imamura F, Yalciner, Ahmet C, Ozyurt, Gulizar. April 2006 Revision, Tsunami Modelling Manual, DCRC (Disaster Control Research Center), Tohoku University, Japan. Imamura F. 2006. Tsunami Modelling Manual, Disaster Control Reasearch Center, Tohoku University, Sendai, Japan [InaTEWS] Indonesia Tsunami Early Warning System. 2012. Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami Tahun 2012. Jakarta (ID): InaTEWS Pr. [IOC] Intergovernmental Oceanographic Commission. 2006. Tsunami Glossary. Paris, UNESCO. IOC Technical Series, 85 [JMA] Japan Meteorological Agency. March 2007 Edition, Draft of Manual on Operation Systems for Tsunami Warning Service. Kanamori H. 1979. Mechanism of tsunami earthquake. Phy of the Earth and Plan Int. 6:246-259. Kumar TS, Patanjali K, Shailesh N. 2010. Performance Of The Indian Tsunami Early Warning System. International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Science, Volume XXXVIII, Part 8, Kyoto Japan 2010.
34 Laghi M, Cavalletti A, Polo P. 2006. Coastal Risk Analysis of Tsunamis and Environmental Remediation. Asian Disaster Preparedness Center, Klong Luang, Thailand, 98 pp. Latief H. 2000. Tsunami Modelling, Risk Assesment, and Mitigation, Pusat Penelitian Kelautan, Institut Teknologi Bandung. Latief H, Yuhsananta P, Riawan E. 2006. Pemodelan dan Pemetaan Rendaman Tsunami Serta Kajian Risiko Bencana Tsunami Kota Padang, PPKPL, ITB. Lay, Wallace. 1995. Modern Global Seismology. Volume ke-58. Academic Press. Lekkas E, Andreadakis E, Kostaki I, Kapourani E. 2011. Critical Factors for Runup and Impact of the Tohoku Earthquake Tsunami. International Journal of Geosciences, 2011, 2, 310-317. Lovholt FG, Kaiser S, Glimsdal LS, Harbitz CB, Pedersen G. 2012. Modeling Propagation and Inundation of the 11 March 2011 Tohoku Tsunami. Nat Hazards Earth Syst Sci. 12, 1017β1028, 2012. Malod J.A, Karta K, Beslier MO, Zen MT. 1995. From Normal to Oblique Subduction: Tectonic Relationships Between Java and Sumatra. J of Southeast Asian Earth Sci. 12 (1-2), h.85- 93. MΓΌck M. 2008. Tsunami Evacuation Modelling, Development and Application of a Spatial Information System Supporting Tsunami Evacuation Planning in South-West Bali. Diploma Degree Thesis, University of Regensburg, Bavaria, Germany. Mulyana B. 2006. Extension Tektonik Selat Sunda. Bull of Sci Contrib. Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 137-145. Murjaya J. 2001. Daerah Rawan Tsunami Indonesia. J Meteo Geof. BMG Jakarta . Nicolsky DJ, EN Suleimani, RA Hansen. 2011. Validation and Verification of a Numerical Model for Tsunami Propagation and Run-up. Pure Appl. Geophys. 168 (2011), 1199β1222. DOI 10.1007/s00024-010-0231-9. Nurashid NII. 2013. Tsunami Inundation Modeling Along The East Coast Of Sabah, Malaysia For Potential Earthquakes in Sulu Sea. Bull of IISEE,47,127-132. Oktariadi O. 2009. Penentuan Peringkat Bahaya Tsunami dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi kasus: Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi). J Geol Indo. Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 103-116. Paramesti CA. 2011. Kesiapsiagaan Masyarakat Kawasan Teluk Pelabuhan Ratu Terhadap Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. J Perenc Wil Kota, Vol. 22 No. 2, Agustus 2011, hlm.113 β 128. Pemerintah Republik Indonesia Undang Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. [PKSPL] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. 2000. Kajian Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan Provinsi Jawa Barat. Laporan Akhir. Kerjasama antara badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Philip LF, Harr Y, Costas S. 2008. Advanced Numerical Models for Simulating Tsunami Waves and Run Up, World scientific.
35 Pulunggono A, Martodjojo S. 1994. Perubahan Tektonik Paleogen dan neogen merupakan peristiwa tektonik terpenting di Jawa. Proceedings geologi dan geotektonik Pulau Jawa sejak akhir Mesozoik hingga Kuarter. H. 37-50. Purbani D. 2012. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Mengetahui Pola Sebaran Genangan Tsunami dan Tingkat Kerentanan Studi Kasus: Pulau Weh. J Segara. Vol. 8 No. 1 Agustus 2012: 35-44 Puspito N. 2007. Indonesia memang Rawan Tsunami. www.bppt.go.id. Riancho PG, Aguirre A, Aniel Q, Abad MG, Larreynaga F, Gavidi OQG, Γlvarez G, Medina. 2013. Tsunami Evacuation Modelling as a Tool for Risk Reduction: Application to the Coastal Area of El Salvador. Nat. Hazards Earth Syst. Sci., 13, 3249β3270,doi:10.5194/nhess-13-3249- 2013 Rahmawan SH. 2012. Studi Potensi Bahaya Tsunami Di Selatan Jawa. Tugas Akhir S1 Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian. ITB. Bandung. Rudyanto A. 2010. Pemodelan Tsunami Sebagai Bahan Mitigasi Bencana Studi Kasus Sumenep dan Kepulauannya. J Neutrino. Vol.2, No 2 April 2010. Santiago F, Tanaka H, Spiske M. 2016. Tsunamis and Earthquakes in Coastal Environments, coastal library, Japan. Satake K, Tanioka Y. 1999. Source of Tsunami and Tsunamigenic Earthquake in Subduction Zones, Pure and Applied Geophysics. 154: 467-483. Satake, Kenji. 2006. Tsunami and Earthquake, Geological Survey of Japan, National Institut of Advance Industrial Science and Technology, IISEE (International Institute of Seismology and Earthquake Enginering), Tsukuba. Shuto N. 1987. The Effectiveness and Limit of Tsunami Control Forests. Coast. Eng. Japan 30 (1): 143β153 Simandjuntak TO, Barber AJ. 1996. Contrasing tectonic style in the neogene orogenic belts of Indonesia in tectonic evolution of Southeast Asia, eds. Hall & Blundell. Geological Soc Spec. Publ. No. 106:185-201. Sunarto. 2008. Hakikat Bencana Kepesisiran dalam Perspektif Geomorfologi dan Upaya Pengurangan Risikonya. J Kebenc Indo. Vol.1 No.4, Mei 2008. ISSN 1978-3450. Sutowijoyo. 2005. Tsunami, Karakteristik dan Penyebabnya. Website http://io.ppi-jepang.org. Trimulyani L. 2014. Potensi Penggenangan Tsunami akibat Gempa bumi di wilayah Palung Jawa (Kasus Pantai dan Pesisir Pelabuhan Ratu). Tugas Akhir S2 Geografi. UGM. Yogyakarta. [USGS] United State Geological Survey. 2012. Subduction Zones . Utsu T. 1970. Aftershocks and earthquake statistics (II) - Further investigation of aftershocks and other earthquake sequences based on a new classification of earthquake sequences. J Fac Sci. Hokkaido Univ. Ser. VII, 3, 197-266.
36
37
LAMPIRAN
38 Lampiran 1 Data gempabumi wilayah Lebak Banten periode tahun 1991 s/d tahun 2016 No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1991 1991 1992 1992 1992 1992 1992 1992 1993 1993 1993 1993 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1996 1996 1997 1997 1997 1997 1997 1998 1998 1998 1999 1999 1999 1999 1999 1999 2000 2000 2000 2000
Lintang Selatan -6.696 -7.018 -7.074 -7.093 -7.763 -6.769 -7.347 -6.923 -7.804 -8.323 -7.707 -7.055 -8.135 -8.684 -6.769 -7.207 -6.932 -6.889 -7.248 -6.789 -7.503 -6.761 -6.774 -6.856 -7.04 -7.352 -7.314 -6.786 -8.535 -7.315 -6.663 -8.65 -6.775 -6.806 -6.808 -6.8 -6.838 -6.715
Bujur Timur 105.413 105.298 105.417 105.455 106.203 105.558 106.06 104.42 105.16 106.485 104.477 106.033 105.6 105.934 106.162 106.044 106.18 106.269 106.395 105.577 106.488 105.306 105.295 105.879 106.415 106.48 106.434 104.677 106.351 105.908 105.998 106.148 105.384 105.517 105.523 105.146 105.322 105.53
Kedalaman Magnitudo (km) (SR) 79.7 5.2 30 5.2 24.6 5.0 25 4.9 55 4.9 64.6 5.7 54.7 5.2 32.9 4.9 25 5.5 50 4.8 20 4.7 59 5.3 28.2 5.0 15 4.9 65 4.1 55 4.3 63.3 5.0 65 4.6 75 4.4 150 4.4 35 4.3 35 5.8 35 4.6 61.5 4.7 100 4.3 69 4.6 55 4.6 30 4.5 51.7 4.5 45 4.7 93 5.1 35 4.6 35 4.4 42 6.2 59.3 5.2 65.8 4.5 38.9 5.0 38 6.4
39
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
2000 2000 2001 2001 2001 2001 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2004 2004 2004 2005 2005 2005 2005 2005 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -6.743 105.379 -6.708 105.497 -6.869 106.163 -7.236 105.984 -7.765 104.5 -7.07 106.367 -6.935 106.17 -8.178 105.743 -6.77 105.845 -6.791 105.561 -7.032 105.369 -8.682 106.24 -6.837 105.354 -7.19 106.487 -7.326 105.893 -7.448 106.15 -7.823 105.901 -7.566 106.11 -6.986 106.128 -8.547 105.907 -7.046 106.129 -6.82 105.588 -7.033 106.066 -7.443 106.164 -8.398 105.64 -6.877 106.17 -6.705 105.818 -6.866 105.487 -6.986 105.485 -6.908 105.419 -8.697 105.906 -8.676 105.976 -7.477 106.035 -7.496 106.069 -8.624 105.949 -7.121 105.516 -7.583 106.068 -6.869 106.032 -6.962 106.108 -6.754 106.424 -6.776 105.577
50 40 62.6 44.7 18 30 75.1 25 105 65.6 70 15 35 35 45 55 32.5 36.4 31.9 21.5 75 64.1 63.3 53.7 20 30 60 25 22.6 50 15 15 32.4 43.5 23.5 32.4 25 30 30 135 70.6
4.4 4.5 4.8 5.5 4.5 4.2 4.7 4.6 4.9 5.7 4.2 4.5 4.7 4.5 4.9 4.7 4.7 5.1 5.2 5.1 4.8 4.9 5.3 4.9 4.3 4.7 4.8 4.5 4.4 5.1 5.2 5.3 4.4 4.6 4.9 4.6 4.1 4.6 4.1 4.3 5.3
40
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
2007 2007 2007 2007 2007 2007 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -6.935 105.463 30 -7.98 104.92 15 -8.692 106.316 20 -7.071 106.032 30 -7.448 105.835 41.1 -7.126 105.922 72 -6.916 105.933 104.1 -7.197528 105.59729 150.699 -6.826129 105.144051 10.544 -7.048465 105.909569 111.05 -7.307055 105.876755 30.217 -7.415494 106.077293 31.013 -6.664475 104.420647 12.629 -6.786924 104.991615 4.815 -7.142416 105.316048 11.165 -7.913396 106.259872 72.395 -7.449723 106.461975 42.149 -7.080024 106.487244 1.479 -6.741467 105.185539 54.339 -6.795402 105.112541 27.242 -6.888443 105.099625 20.315 -7.192852 105.311081 24.411 -6.997803 104.398979 0.179 -7.589406 105.862297 11.725 -6.793087 105.174774 41.025 -7.036057 105.123466 8.302 -7.023924 105.948929 97.795 -7.329245 105.98423 40.104 -7.400799 104.602188 54.546 -7.129593 104.878853 6.289 -7.123948 104.899414 11.185 -6.6924 105.387146 50.361 -7.106521 105.410774 9.149 -7.202159 106.021233 70.014 -7.37218 106.030609 19.173 -7.759143 106.432373 6.904 -7.818399 106.085831 16.653 -7.066341 106.401268 16.159 -7.678334 105.892433 13.316 -7.343351 106.089645 25.863 -7.24098 105.167313 17.185
4.4 4.6 4.6 4.7 4.7 5.3 4.7 3.5 3.3 3.6 2.8 4.5 3.9 3.8 4.3 3.7 5.1 3.0 4.0 4.9 6.5 3.3 4.5 4.1 4.2 4.5 4.9 3.5 4.5 4.7 5.1 4.4 4.2 4.5 5.2 4.8 3.8 3.3 4.4 4.0 4.1
41
121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161
2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -7.050431 104.621788 -7.954574 106.087555 -7.885105 106.213158 -7.155801 105.257439 -8.313822 105.857185 -8.266857 105.28669 -6.998977 105.403831 -7.848762 106.131325 -7.787131 106.021919 -8.101434 106.508705 -7.20198 105.763321 -7.795805 105.722649 -7.087846 105.583626 -6.809299 104.998131 -7.226161 106.139885 -8.244119 105.335655 -7.767825 104.790596 -7.358731 106.460899 -7.109605 105.617378 -6.826396 106.250763 -7.142526 105.578888 -7.717886 106.166862 -7.023279 106.129005 -7.484862 105.966675 -7.457774 105.985481 -6.828542 104.516624 -7.594235 106.329178 -6.844109 104.90123 -6.739062 104.952072 -7.540627 106.015968 -7.355407 106.381119 -6.74367 106.258148 -6.719141 105.846306 -7.040806 105.716339 -6.677581 104.700241 -7.665377 106.433258 -6.821554 105.954185 -6.932234 106.354851 -8.617087 105.57653 -8.306959 105.661034 -7.021445 106.337349
17.904 3.819 3.148 17.418 1.957 11.668 23.341 8.043 44.233 40.428 3.079 93.465 9.494 8.35 53.127 37.689 6.493 31.566 44.603 74.76 40.152 61.785 68.282 29.857 28.317 54.7 45.592 30.715 11.833 15.723 74.535 116.636 65.711 13.294 41.713 44.686 104.119 99.986 9.151 64.194 107.998
5.4 4.3 4.6 4.2 3.9 4.8 3.8 3.7 3.7 3.6 3.7 4.1 4.3 3.2 4.8 4.1 5.0 3.7 4.2 3.6 3.7 3.9 3.5 4.4 3.9 4.6 3.6 4.9 5.2 3.3 3.7 4.4 4.0 3.7 4.1 3.3 3.9 3.1 4.8 4.3 3.5
42
162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -7.086792 105.546867 -7.603827 105.866127 -6.768167 105.637367 -8.09577 105.087242 -7.059885 106.474022 -7.016416 106.513977 -6.837131 104.596733 -7.980199 105.662529 -7.613336 106.046806 -7.772095 106.027039 -6.980152 106.314751 -7.043219 106.304161 -6.895759 105.026176 -7.097573 106.437836 -7.633036 106.025925 -7.211233 105.188606 -6.917594 105.14016 -6.804247 105.204437 -6.932547 105.114822 -7.206567 105.478172 -7.217864 105.491234 -7.849545 106.471748 -6.714084 104.837883 -6.91842 105.134789 -7.230845 105.480415 -7.197263 105.471085 -7.280655 106.45842 -7.501414 106.051552 -7.229379 106.109138 -6.989837 106.173874 -7.602408 106.05336 -7.591316 105.972252 -7.488234 105.995941 -7.064758 105.690773 -7.23265 106.104858 -8.169724 105.691689 -6.714875 106.491394 -7.087808 105.591393 -7.101889 105.95713 -7.047805 106.163437 -6.73544 105.71978
20.916 29.331 62.913 11.389 18.927 17.365 32.571 74.976 25.844 4.561 96.317 73.485 14.811 74.325 47.652 33.513 36.946 40.186 36.094 10.186 13.19 33.589 35.572 19.633 38.825 41.189 57.9 45.246 45.248 40.008 62.255 13.396 15.502 26.988 45.201 69.487 7.474 13.605 94.468 38.576 12.486
3.7 5.0 3.4 4.0 3.6 3.6 5.3 3.9 3.2 4.1 3.3 2.8 3.6 2.8 3.3 3.9 4.2 3.2 3.9 4.2 4.5 3.8 3.5 5.2 3.8 3.9 2.6 3.9 4.0 2.7 3.3 3.8 3.4 3.3 4.3 3.4 3.0 3.2 3.6 4.0 3.9
43
203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -6.805258 104.977348 -7.868819 106.508347 -8.191759 105.840942 -7.456564 104.658524 -7.636286 106.467964 -6.879642 106.259201 -7.560245 105.925377 -7.23479 106.509209 -7.130641 104.485603 -7.704405 105.881622 -7.541172 106.005653 -8.039282 106.078636 -7.159205 105.456154 -8.012948 105.741432 -7.091239 105.625198 -7.121889 105.623863 -7.700575 106.512436 -7.14092 105.394531 -7.049451 106.445923 -8.506653 104.728981 -7.687463 106.356148 -7.048508 105.255386 -6.924857 105.202713 -7.090053 105.211708 -6.727558 105.480904 -6.99741 105.464149 -6.930436 104.509262 -6.758495 105.067963 -7.485081 105.986176 -7.024318 105.767014 -7.536692 105.952103 -7.875422 105.831497 -7.624497 104.725006 -7.744621 105.911194 -6.771616 106.215111 -6.777357 104.956474 -7.069592 105.409966 -7.775522 105.942871 -7.238699 105.339989 -7.751198 106.010483 -7.387524 106.057045
44.561 0.401 39.087 39.083 71.779 19.212 22.255 33.84 3.629 89.132 28.42 18.918 23.857 42.972 23.915 42.039 71.056 12.127 15.964 3.827 37.92 7.932 12.023 42.974 43.258 40.82 15.786 40.583 41.747 56.956 14.26 51.826 42.699 11.577 134.169 37.25 12.721 44.57 13.496 5.815 34.056
4.0 3.1 3.5 5.3 3.0 3.6 5.0 3.4 3.2 3.5 3.1 3.3 4.0 3.0 4.2 3.6 3.6 4.7 3.6 4.2 3.3 5.3 4.6 4.0 3.3 3.7 4.2 3.7 4.0 4.3 3.6 3.7 3.6 4.0 3.3 3.8 3.4 3.5 4.4 4.6 4.1
44
244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -7.158438 105.433395 -7.181424 105.55896 -7.673732 106.412064 -6.938494 105.75573 -7.346664 105.925507 -7.741417 105.938339 -7.501562 106.136383 -7.216147 105.91745 -6.828416 105.044312 -7.701722 106.42556 -7.439594 106.065102 -7.655073 105.857712 -7.378231 106.04007 -6.669693 105.546585 -7.807238 105.92157 -7.077486 106.171402 -6.948416 105.774292 -6.763781 106.290131 -6.770816 105.749802 -7.117518 105.458694 -7.466707 106.092888 -8.558398 105.671799 -6.868666 106.317169 -6.907953 106.324432 -6.939248 106.399635 -6.96067 106.291328 -6.94264 106.327263 -6.909742 106.368118 -6.917279 105.969078 -6.933243 106.348495 -7.770424 105.946037 -7.314745 106.47718 -6.771782 104.825562 -7.767703 104.419487 -6.760743 104.419167 -7.183585 106.269012 -8.315404 105.445335 -6.940825 106.004807 -7.3621 105.407959 -6.908334 104.958992 -7.00006 104.975456
23.114 16.031 10.504 89.218 115.653 11.323 11.747 58.12 38.798 37.99 25.518 16.923 32.218 32.02 11.187 46.897 59.887 155.26 63.46 31.277 35.072 5.35 12.628 13.439 12.063 14.553 15.34 8.293 51.93 15.781 10.643 52.145 35.751 19.771 7.033 10.885 27.363 104.84 6.827 38.663 22.261
4.2 3.4 4.1 4.6 4.0 3.9 4.2 3.6 3.9 3.8 3.7 4.5 5.1 3.5 4.2 3.3 3.0 3.8 3.6 4.1 3.3 4.4 2.9 3.4 4.0 4.3 4.9 3.1 3.2 3.4 3.7 2.8 4.1 4.7 3.2 3.0 4.2 3.4 3.6 2.9 4.2
45
285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -6.772188 105.061127 -7.068955 104.964539 -7.237618 105.423256 -6.973972 105.529991 -6.825977 105.073326 -7.826269 106.148224 -8.402623 105.33609 -7.724979 105.145744 -7.978642 104.938927 -7.648367 105.896683 -7.560955 105.992889 -7.65859 105.937843 -7.810238 106.480301 -7.605453 105.968384 -7.774561 106.032509 -7.678574 106.098236 -8.325666 105.329765 -7.356774 105.998413 -6.986982 106.280754 -7.801499 106.494743 -7.756104 106.030853 -6.920687 106.080429 -7.116528 105.595581 -7.704321 105.848648 -7.157283 106.288879 -6.944957 106.311554 -7.756964 105.882942 -6.666195 104.684578 -6.743523 105.214264 -6.870218 105.060829 -7.70912 106.410378 -7.149942 105.519638 -6.895119 106.178284 -6.729665 106.29985 -7.848916 106.133377 -6.802705 105.804565 -7.148575 106.089508 -6.83645 106.223808 -7.449969 106.467751 -6.91604 105.069984 -6.929641 105.06752
43.195 26.704 30.67 45.659 26.927 37.267 48.769 58.424 29.301 52.784 19.942 18.491 23.278 19.924 4.733 17.721 6.121 51.791 157.262 11.763 15.417 40.707 45.348 10.032 71.418 10.036 25.865 40.602 45.609 16.441 37.951 15.532 133.057 179.355 27.259 70.078 88.709 8.501 53.014 34.232 13.001
4.7 3.0 3.5 3.9 3.0 2.7 4.2 3.8 4.7 3.1 3.4 3.9 4.2 3.2 4.3 3.0 4.7 3.5 3.8 3.5 3.4 4.3 3.2 3.4 5.2 3.4 4.0 4.0 3.8 3.9 4.8 3.4 3.7 4.1 4.6 3.7 4.0 3.0 3.2 3.5 3.7
46
326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -7.908583 106.430038 -6.901096 105.383438 -7.533275 106.516388 -6.807099 105.242157 -7.074164 105.446213 -8.260211 105.43129 -7.507266 106.365196 -7.196642 105.317421 -7.087783 105.314217 -7.111162 105.324036 -7.099934 105.376785 -7.13445 105.349197 -7.123239 105.322853 -7.14963 105.333588 -6.911963 105.916077 -7.391136 106.378227 -6.982842 105.351631 -7.140005 105.49968 -6.982879 105.880669 -7.209249 106.115479 -7.216 105.483391 -7.909065 106.219627 -7.068614 105.365944 -7.416232 105.91832 -6.724972 105.221497 -7.911807 106.239052 -7.024819 105.34359 -6.839061 106.039314 -7.811666 106.457672 -6.928843 105.199699 -6.863132 105.806496 -7.098995 105.038193 -6.831092 105.321999 -6.846778 105.234764 -6.681563 105.27845 -7.601749 105.842606 -6.780273 106.404846 -7.423024 105.940971 -7.254282 106.112694 -7.664935 106.173462 -6.699384 106.409744
24.865 49.113 47.502 36.356 42.979 32.711 18.031 38.364 31.672 8.197 43.836 16.905 17.295 41.279 99.662 70.143 27.629 32.255 76.376 86.243 46.451 68.58 8.916 37.855 30.527 52.863 38.366 29.753 36.642 35.626 94.995 16.753 40.536 28.549 46.717 20.484 10.747 38.912 38.119 48.96 112.028
3.7 3.5 4.5 3.5 3.1 4.9 4.6 3.7 3.9 4.0 4.6 4.6 5.4 5.8 4.6 3.5 4.3 3.7 4.5 4.0 3.8 4.2 4.5 4.7 4.8 5.7 3.3 3.1 3.8 4.7 4.6 3.5 4.1 4.4 3.9 4.4 3.4 4.2 4.2 4.6 3.6
47
367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -7.453325 105.67424 -6.733516 105.102722 -7.227197 106.490311 -7.148673 106.00843 -7.795781 106.496902 -7.807333 106.502052 -7.12957 105.317131 -7.636917 105.837959 -7.699887 105.782806 -7.800651 106.480026 -6.907098 105.390923 -7.229381 105.254005 -7.265638 106.129082 -6.889172 105.397697 -7.03857 105.358543 -6.854637 104.931641 -7.907567 106.328293 -7.597753 106.394852 -6.984073 105.30278 -7.459041 105.514404 -7.146713 105.414146 -6.721969 106.137962 -7.078475 105.358849 -6.758369 104.983757 -7.685433 106.223373 -7.425839 105.916016 -6.945778 105.49292 -6.883056 105.392357 -6.661767 105.802246 -6.932659 105.171051 -7.121613 106.104408 -6.679345 104.404579 -6.87949 106.010925 -7.042484 105.502159 -7.72386 105.522598 -8.699333 106.164032 -7.216008 106.112984 -7.056596 105.358665 -6.993684 105.534439 -6.712031 105.980759 -7.593793 106.235947
40.015 40.709 65.443 37.221 36.223 23.682 17.655 39.845 23.378 24.276 38.511 29.524 46.482 68.204 12.841 37.806 7.387 29.741 39.497 11.07 6.406 132.055 40.515 11.105 39.018 38.271 52.912 18.74 130.957 40.422 57.607 18.968 181.286 6.838 39.788 4.211 10.281 40.113 14.329 62.268 48.174
3.8 3.3 3.8 3.2 4.2 5.3 4.8 4.7 4.9 3.7 3.3 3.5 4.0 4.3 4.5 3.3 3.9 3.5 4.7 3.7 5.3 4.6 3.7 4.6 4.0 5.2 3.9 4.3 3.6 4.1 3.0 5.0 3.4 4.2 4.1 4.7 4.3 4.3 3.8 3.0 3.3
48
408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -7.324733 106.346985 93.796 -7.664778 105.812935 17.951 -7.278173 106.366814 92.965 -7.378459 106.068573 33.439 -7.339707 105.98027 40.056 -7.618793 105.752373 6.096 -7.660752 105.765175 8.148 -7.125376 105.246887 21.883 -7.446271 106.32267 58.516 -7.654497 106.131821 9.36 -7.398957 106.294373 80.84 -7.358694 105.233406 15.834 -6.940932 105.075714 31.444 -8.567866 105.649094 14.012 -7.375431 105.88398 87.344 -6.697239 104.715034 29.273 -6.912181 105.183884 35.728 -7.591177 105.927574 9.416 -7.737095 106.01123 6.002 -7.79516 106.478439 11.308 -7.07311 105.897316 55.014 -7.480299 106.179497 39.339 -7.365504 106.049614 30.242 -7.232272 106.202965 90.496 -7.701666 105.99398 7.384 -7.68685 105.999741 7.036 -6.871971 105.311768 14.901 -8.157384 104.82135 30.529 -7.144499 105.317764 12.284 -7.689116 106.379982 8.555 -7.260063 106.353828 0.814 -7.766381 105.951653 14.948 -7.799043 105.948845 13.13 -6.8257 105.119675 4.926 -7.104709 106.158348 105.835 -7.782817 105.938339 9.104 -6.824668 106.419678 13.003 -6.9802 105.678589 60.948 -6.849452 106.447311 3.396 -6.844752 106.404037 4.722 -7.095206 105.680611 74.455
3.5 4.0 4.7 3.8 4.1 3.4 4.5 3.5 3.0 3.4 4.1 4.1 3.7 4.1 3.3 2.8 3.5 4.2 4.5 4.3 3.5 2.8 4.9 3.6 4.8 3.5 3.3 4.3 4.7 3.2 3.1 3.8 3.8 3.4 2.9 3.8 3.1 3.4 4.0 3.6 4.2
49
449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489
2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -7.336421 105.98452 28.887 -6.764848 104.388237 7.197 -7.697196 106.452057 20.792 -7.781272 105.997398 3.82 -7.193105 106.191414 91.058 -7.537671 106.038307 17.577 -7.498042 105.940498 19.194 -6.985913 106.219673 11.943 -7.168063 106.00116 37.121 -6.792013 104.991402 15.932 -7.43525 106.196053 49.087 -7.984093 104.816948 3.328 -7.516889 105.952003 8.698 -7.36313 106.062096 36.421 -7.86187 104.432213 3.003 -7.367544 106.065025 26.34 -7.21744 105.370003 12.51 -7.100014 106.396057 85.736 -7.03302 105.605202 18.752 -7.875601 106.028122 5.483 -7.162183 105.419434 32.277 -7.365994 106.034081 29.559 -7.458129 105.921898 42.77 -7.735117 105.878746 3.896 -7.760286 105.903839 6.928 -7.635629 105.804146 2.398 -7.739667 105.912331 12.818 -6.97014 105.238632 8.118 -7.328207 106.44722 60.612 -7.865469 106.049255 31.32 -7.745305 106.046021 9.581 -7.760909 106.416519 9.35 -7.774699 105.992836 11.124 -7.231513 106.33609 63.965 -7.310604 104.389702 14.223 -7.411774 106.44841 38.471 -6.73868 105.833908 87.608 -6.72406 106.267853 135.914 -6.994698 105.107491 41.177 -7.139558 105.358109 7.288 -6.867874 104.916557 14.792
3.1 3.6 4.0 3.7 3.1 3.3 3.5 3.3 4.0 5.1 3.1 5.0 3.9 4.9 4.8 3.9 3.6 4.8 3.4 3.7 3.6 4.4 3.5 3.6 3.1 3.3 3.1 4.8 3.2 3.6 4.4 3.2 4.3 4.1 4.0 3.6 3.7 4.0 4.2 5.4 4.0
50
490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530
2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -6.787196 105.031982 32.708 -8.518675 105.60817 18.914 -7.05459 104.579193 50.48 -7.124715 106.333374 26.116 -6.689935 105.076515 19.609 -6.873502 105.094231 4.407 -7.490343 106.329384 36.707 -6.95246 105.279488 14.793 -6.794334 104.636185 16.908 -7.137364 105.412613 8.224 -6.706334 106.511154 4.556 -6.864947 105.095299 13.692 -7.055865 106.255142 104.981 -7.858805 106.519928 6.112 -6.967113 106.250343 112.653 -7.105788 105.405312 31.15 -6.707625 104.49752 1.983 -7.249484 105.919014 15.228 -6.687752 104.398262 26.921 -7.052673 105.233788 18.688 -7.013784 105.194328 35.439 -6.855407 105.148201 23.047 -6.745265 106.464638 51.415 -7.296186 105.164017 29.642 -7.675522 105.8881 66.887 -7.252489 105.747536 4.467 -7.472427 106.286919 4.544 -8.379481 105.731155 4.833 -7.193411 105.3675 51.623 -7.790455 106.174591 12.021 -7.352509 106.057915 35.54 -6.853059 105.701485 35.442 -8.634114 105.910851 7.726 -6.730401 105.014198 24.583 -7.110246 106.027687 89.56 -6.663572 104.665916 43.344 -7.749353 106.424095 24.916 -7.663592 106.001968 17.214 -7.059773 105.567955 7.705 -7.150381 105.290993 11.918 -6.726563 105.066605 14.299
4.5 4.6 3.9 3.1 3.4 4.3 4.6 3.8 4.2 4.3 2.8 3.2 3.8 3.3 4.0 4.2 3.5 3.8 5.1 4.2 4.8 3.4 2.7 4.7 3.3 3.4 3.3 4.5 3.5 3.2 3.9 3.7 3.7 3.3 3.9 3.5 4.8 3.1 3.9 3.8 3.9
51
531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571
2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Lampiran 1 ( Lanjutan ) -6.755497 104.412575 -7.531568 105.740211 -6.987504 106.374084 -7.482251 106.298546 -7.104936 105.212822 -7.467125 106.49041 -7.76253 106.057281 -7.271109 105.884811 -6.813514 105.117271 -7.849796 106.08342 -7.865101 106.065689 -7.237044 105.76078 -7.358686 105.496391 -6.961351 105.757919 -7.287635 105.548927 -6.955967 105.464592 -7.421131 105.512138 -7.195414 105.543839 -7.158212 105.603325 -7.131329 105.436867 -6.784594 105.033913 -8.525459 105.623291 -7.339949 106.29335 -8.699432 105.230072 -7.178222 105.21759 -6.802472 104.573196 -7.438552 105.967964 -7.494822 104.764023 -7.562896 105.950508 -7.792943 105.883446 -7.188705 105.413307 -6.709418 104.669815 -8.412807 105.582451 -7.721256 106.376724 -6.824979 106.152596 -7.893 106.478027 -7.77104 106.006439 -7.685803 106.066208 -7.133954 105.373764 -7.775587 106.420357 -7.660368 105.950821
5.132 4.195 88.999 29.286 26.595 38.269 13.025 56.028 7.051 7.439 4.616 14.583 52.107 31.02 34.222 15.496 3.817 22.822 32.127 31.834 14.222 19.66 57.363 3.07 10.828 47.27 24.475 9.566 7.262 16.782 43.179 12.249 3.533 3.931 125.333 4.939 9.229 10.208 41.733 13.557 12.374
3.7 3.8 3.7 3.4 4.2 4.7 3.9 5.2 4.4 4.1 4.4 3.5 3.4 3.5 3.2 3.9 3.8 4.4 4.6 3.5 5.0 4.3 3.2 4.4 4.4 3.9 3.5 4.0 4.1 3.3 3.5 2.9 4.2 3.1 4.2 4.3 3.3 3.6 4.0 3.7 4.2
52 Lampiran 2 Hasil klasifikasi rawan tsunami wilayah Lebak Banten No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kabupaten Provinsi Luas (π2 ) Lebak Banten 3861.3727 Lebak Banten 7990.3337 Lebak Banten 7722.7273 Lebak Banten 25524.0932 Lebak Banten 183012.3481 Lebak Banten 3861.4388 Lebak Banten 5128.3578 Lebak Banten 13514.8989 Lebak Banten 22738.1092 Lebak Banten 11820.0253 Lebak Banten 82423.1810 Lebak Banten 10571.1323 Lebak Banten 3861.3153 Lebak Banten 17353.6592 Lebak Banten 5791.9973 Lebak Banten 3861.3184 Lebak Banten 28363.7998 Lebak Banten 3861.2976 Lebak Banten 81893.6778 Lebak Banten 11979.0388 Lebak Banten 9060.6928 Lebak Banten 8054.3805 Lebak Banten 3861.2599 Lebak Banten 7722.5263 Lebak Banten 497171.2050 Lebak Banten 5128.2469 Lebak Banten 6394.6309 Lebak Banten 37878.5241 Lebak Banten 70126.3609 Lebak Banten 45238.1900 Lebak Banten 39540021.3072 Lebak Banten 148935.9236 Lebak Banten 80272787.3361 Pandeglang Banten 11979.0388 Pandeglang Banten 5791.8969 Pandeglang Banten 9060.6928 Pandeglang Banten 497171.2050 Pandeglang Banten 13513.9093 Pandeglang Banten 72017.3757 Pandeglang Banten 94257.0526
Klasifikasi Cukup Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Rawan Rawan Rawan Cukup Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Rawan Cukup Rawan Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan Cukup Rawan Aman Rawan Sangat Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Cukup Rawan Rawan Rawan Rawan Rawan
Luas (ha) 0.3861 0.7990 0.7723 2.7455 18.8110 0.3861 0.5128 1.5446 2.2738 1.1820 8.4354 1.0571 0.3861 1.7354 0.5792 0.3861 2.8364 0.3861 8.1894 1.1945 0.7987 0.8054 0.3861 0.7723 50.0436 0.5128 0.6395 3.7879 7.3293 3.3384 2507.3065 9.7614 917.6065 0.0034 0.5792 0.1074 3.0793 1.5444 7.5726 9.8118
53
41 42 43 44 45 46
Pandeglang Pandeglang Pandeglang Pandeglang Pandeglang Pandeglang
Banten Banten Banten Banten Banten Banten
Lampiran 2 ( Lanjutan ) 45238.1900 Cukup Rawan 144261.3450 Rawan 39540021.3072 Aman 5791.6502 Cukup Rawan 148935.9236 Rawan 80272787.3361 Sangat Rawan
1.1854 16.0942 1448.9466 0.5792 5.1321 175.2872
Lampiran 3 Run up gelombang tsunami Lebak Banten No Lintang Selatan 1 105.85 2 105.85 3 105.85 4 105.85 5 105.85 6 105.85 7 105.85 8 105.85 9 105.85 10 105.85 11 105.85 12 105.85 13 105.85 14 105.85 15 105.85 16 105.85 17 105.85 18 105.85 19 105.85 20 105.85 21 105.85 22 105.85 23 105.85 24 105.85 25 105.85 26 105.85 27 105.85 28 105.85 29 105.85 30 105.85 31 105.85 32 105.85
Bujur Timur -6.78 -6.78 -6.78 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80
Z Max (m) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
No 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Lintang Selatan 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85
Bujur Timur -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82
Z Max (m) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
54 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107
105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85
-6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.83 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.83 -6.83 -6.83 -6.83 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85
0 0 0 0 0 0 0 0 10.597 12.313 0 11.542 11.665 11.795 11.349 11.182 11.137 11.046 10.928 10.804 10.678 10.551 10.43 10.301 10.157 10.002 9.868 9.791 9.689 9.572 9.454 9.33 9.199 9.061 8.914 9.454 9.33 9.199 9.061 8.914 8.754 8.581 8.395
108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85
-6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.83 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.88 -6.88 -6.88
8.199 7.991 7.769 7.539 7.304 7.062 13.295 12.497 6.429 6.311 6.175 5.677 5.485 5.278 5.055 4.925 4.827 4.728 4.638 4.551 4.46 4.408 4.363 4.311 4.272 4.228 4.172 4.126 4.075 4.075 4.137 4.209 4.29 4.355 4.392 4.418 4.457 4.472 4.48 4.485 4.48 4.485 4.513
55 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85
-6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.78 -6.78 -6.78 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.79 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80
4.504 4.453 6.429 4.381 4.29 4.172 4.036 4.245 4.901 5.421 5.735 6.19 11.092 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 . . .
105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85 105.85
-6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.80 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.81 -6.810 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.82 -6.83 -6.83 -6.83 -6.83 -6.83 -6.83
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11.753 12.624
56 26165 26166 26167 26168 26169 26170 26171 26172 26173 26174 26175 26176 26177 26178 26179 26180 26181 26182 26183 26184 26185 26186 26187 26188 26189 26190 26191 26192 26193 26194 26195 26196 26197 26198 26199 26200 26201 26202 26203 26204
105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95 105.95
-6.83 -6.83 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.84 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.85 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86
Lampiran 3 ( Lanjutan ) 9.489 26205 105.95 9.64 26206 105.95 9.796 26207 105.95 9.958 26208 105.95 10.12 26209 105.95 10.276 26210 105.95 10.446 26211 105.95 10.607 26212 105.95 10.751 26213 105.95 10.915 26214 105.95 11.076 26215 105.95 11.227 26216 105.95 11.392 26217 105.95 11.563 26218 105.95 11.732 26219 105.95 11.906 26220 105.95 12.087 26221 105.95 12.269 26222 105.95 12.452 26223 105.95 12.631 26224 105.95 12.793 26225 105.95 12.941 26226 105.95 13.075 26227 105.95 13.191 26228 105.95 13.292 26229 105.95 13.386 26230 105.95 13.47 26231 105.95 13.543 26232 105.95 13.614 26233 105.95 13.679 26234 105.95 13.74 26235 105.95 13.801 26236 105.95 13.855 26237 105.95 13.909 26238 105.95 13.955 26239 105.95 13.982 26240 105.95 14 26241 105.95 14.007 26242 105.95 14.002 26243 105.95 13.99 26244 105.95
-6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.86 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.87 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88 -6.88
13.973 13.95 13.923 13.891 13.854 13.815 13.774 13.729 13.682 13.633 13.579 13.523 13.466 13.406 13.344 13.28 13.214 13.146 13.077 13.006 12.934 12.86 12.787 12.71 12.633 12.556 12.477 12.397 12.319 12.236 12.154 12.076 11.992 11.907 11.83 11.73 11.617 11.477 11.385 12.71
57
RIWAYAT HIDUP Dedi Sugianto, lahir di Kuningan pada tanggal 30 Desember 1982, anak Pertama dari pasangan Bapak Sadmah dan Ibu Isah. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Leuwimunding Majalengka tahun 2001. Penulis melanjutkan studi ikatan dinas program diploma III di Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG) Jakarta pada tahun 2003 dan berhasil lulus pada tahun 2006. Setelah lulus dari AMG penulis ditugaskan pada instansi BMKG Stasiun Geofisika Kepahiang Bengkulu, Selama di Bengkulu penulis mendapat kesempatan ijin belajar melanjutkan ke jenjang strata 1 (S1) di program studi Fisika FMIPA Universitas Bengkulu (UNIB) tahun 2008 dan berhasil lulus pada tahun 2010. Penulis dapat kesempatan pindah dinas pada tahun 2011 ke Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Jakarta. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan ijin belajar ke jenjang strata 2 (S2) di Program Studi Ilmu Kelautan dengan bidang konsentrasi Oseanografi Fisika Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian tesis ini dikirim ke Jurnal Kelautan Nasional dengan status In Riview.
58