GEOLOGI DAN POTENSI BATUAN ANDESIT DAERAH SIPAYUNG DAN SEKITARNYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN Oleh : Surya Indra Rais dan Akhmad Syafuan Abstrak Penelitian dan pemetaan geologi dilakukan di daerah Sipayung dan sekitarnya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dengan luas daerah penelitian 7 km x 8 km atau sekitar 56 km2. Secara geografis terletak pada 106⁰ 21' 40.0" BT -106⁰ 25' 28.6" BT dan 6⁰ 35' 12.4" LS - 6⁰ 30' 52.6" LS. Geomorfologi daerah penelitian berdasarkan genetika pembentukannya dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan Geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Satuan Geomofologi Bukit-bukit Intrusi, Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Sungai. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran sub denritik dan pola aliran rektangular dengan stadia sungai berada pada tahapan muda dan dewasa. Tatanan batuan (stratigrafi) yang terdapat di daerah penelitian dari tua ke muda adalah: satuan batulempung sisipan batupasir tufan dan batugamping pasiran (Formasi Bojongmanik) berumur Mioesen Tengah (N11-N13), diendapkan pada lingkungan laut dangkal yaitu litoral, neritik tepi sampai neritik tengah (10-180m). Secara selaras diatas satuan ini diendapkan satuan batupasir sisipan batupasir tufaan dan konglomerat tufan (Formasi Bojongmanik) pada kala Miosen tengah (N13-N14) pada lingkungan transisi sampai neritik tengah (3-80m). Kemudian diintrusi oleh satuan batuan andesit (Tma), berumur lebih muda dari N14, pada kala Plistosen (N20) diendapkan satuan batuan Tuff dan Tuff breksian (Qpv) secara tidak selaras diatas satuan- satuan batuan yang lebih tua di bawahnya, pada lingkungan darat vulkaniklastik medial sampai proksimal, dan satuan yang termuda adalah endapan aluvial sungai yang berumur Holosen, tersusun dari material lepas ukuran lempung– bongkah dijumpai menutupi satuan-satuan yang lebih tua dengan kontak bidang erosi. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah struktur kekar, lipatan dan sesar. Struktur kekar yang teramati adalah kekar-kekar shear dan tension, sedangkan struktur yang dijumpai adalah sinklin Bintang sari dan sinklin Banjar irigasi,struktur antiklin adalah antiklin Banjar irigasi, antiklin Bintang sari dan antiklin Giri harja. Struktur sesar naik yang berkembang adalah sesar naik Giri harja, struktur sesar mendatar adalah sesar mendatar Giri harja, sesar mendatar Ciberang dan sesar mendatar Cipanas, semuanya berarah dekstral. Keseluruhan struktur geologi di daerah penelitian terjadi pada kala Miosen tengah sampai Pliosen (N15 - N21) yaitu diawali dengan pembentukan struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin, kemudian diikuti dengan terjadinya kekar-kekar shear dan tension disusul pembentukan sesar naik berarah barat-timur, serta diakhiri oleh sesar-sesar mendatar berarah N320⁰E. Arah gaya utama yang bekerja berarah N 3500 E. Potensi bahan galian ekonomis yang dapat dieksplorasi lebih lanjut adalah batuan andesit. Perhitungan bahan galian andesit berdasarkan metoda perhitungan konturing di peroleh hasil 68.270.207,81 m3 . Kata-kata kunci : orogenesa, deformasi, antiklin, sinklin, Slickenside, Pararel laminasi, Paralel Bedding, Masif, Batugamping Packston, Bioturbasi, Feeding Chondrite, Sesar
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
1
1. UMUM Daerah Sipayung Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Banten, merupakan daerah perbukitan yang terletak pada Zona Antiklinorium Bogor dan Zona Gunungapi Kuarter. Batuan di daerah ini terdiri dari batuan sedimen Tersier yang terlipat dan tersesarkan kemudian diterobos oleh batuan beku, sedangkan batuan gunungapi Kuarter dijumpai menutupi sebagian sedimen Tersier di bagian Selatan dan Tenggara dengan penyebaran yang cukup luas. Batuan Tersier yang terdapat di daerah penelitian disusun oleh Formasi Bojongmanik (Sudjatmiko dan Santosa,1992). Berdasarkan pemaparan peneliti - peneliti terdahulu, penulis merasa tertarik untuk mengetahui keadaan geologi daerah penelitian yang menyangkut sejarah sedimentasi cekungan dan tatanan batuan yang diendapkan dalam cekungan serta gaya tektonik yang telah menyebabkan deformasi batuan pada daerah penelitian. Hingga membentuk daerah penelitian seperti yang dapat diamati sekarang, selain itu penelitian juga bertujuan untuk mengetahui potensi batuan andesit yang terdapat di daerah penelitian. .
puncak bukit Gunung Gebas di bagian selatan lembar peta dengan ketinggian 575 m di atas permukaan laut, sedangkan Elevasi terendah adalah 100 mdpl, berada pada bagian utara wilayah penelitian. Berdasarkan genetika pembentukan bentang alam yang mencakup aspek struktur, proses dan tahapan, maka geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu : 2.1.1 Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan. Penyebaran satuan ini mencakup 72,93% dari luas daerah penelitian pada peta geomorfologi. berada pada ketinggian antara 100 – 425 mdpl serta kelerengan berkisar antara 5⁰-55⁰ atau 11%-122%. dengan pola aliran rektangular. bentuk bentangalamnya sudah berubah, dijumpai adanya bentuk punggungan antiklin yang telah mengalami pengikisan, sudah tidak memperlihatkan bentuk semula. lembah - lembah pada Satuan Geomorfologi ini relatif luas, jentera geomorfik satuan ini dapat digolongkan kedalam jenjang geomorfik dewasa.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
2. KONDISI GEOLOGI 2.1 Geomorfologi Secara morfometri, kenampakan fisik daerah penelitian secara umum berupa perbukitan bergelombang pada bagian utara dan tengah, dan semakin ke arah selatan langsung dibatasi oleh gawir terjal. Di bagian barat terdapat bentuk bukit terisolir. Di sekitar aliran sungai utama dalam wilayah penelitian terlihat dataran yang landai. Elevasi tertinggi berada
Foto 1. Memperlihatkan Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, dengan morfologi lembah yang dilalui bidang sesar dan dibatasi gawir terjal, difoto dari jalan utama di Utara daerah penelitian ke arah Selatan N 180o E. (Penulis 2013)
2.1.1 Satuan Geomorfologi Bukit - Bukit Intrusi Kenampakan morfologi bukit - bukit intrusi di daerah penelitian dicirikan oleh Bentuk beberapa bukit menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter), bentuk kubah cembung ke
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
2
atas, lereng curam dan garis kontur pada peta topografi melingkar dan relatif rapat. Penyebaran satuan ini mencapai 2,53% total daerah penelitian, secara berada pada ketinggian antara 150 –575 mdpl serta kelerengan berkisar antara 30⁰ - >55⁰ atau 66% - >122%. Menempati G Gebas, G Ponggo dan G. Serendet, disusun oleh batuan andesit. .
2.1.3 Satuan Geomorfologi Dataran Alluvial Genetika satuan geomorfologi ini hasil pengendapan sungai yang tersusun oleh material lepas berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal, hingga bongkah. menempati sungai utama yang mengalir di daerah penelitian berupa gosong sungai, teras sungai dan dataran banjir. dapat ditemukan di S.Ciberang dan S. Cimanggu. Menempati sekitar 2,41% dari luas daerah penelitian. Morfometri dicirikan oleh bentuk dataran dengan kelerengan berkisar antara 0⁰-5⁰ atau 0% - 11%, ketinggian 100 – 150 mdpl.Proses erosi, transportasi dan sedimentasi masih berlangsung hingga sekarang, satuan ini dapat dikategorikan dalam jentera geomorfik muda.
Foto 2. Memperlihatkan Satuan Morfologi Bukit .Intrusi, dengan bentuk kubah cembung dan terisolir di desa Cileuksa, arah foto N 175⁰ E. (Penulis 2013)
2.1.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi. Genetika pembentukan satuan geomorfologi kaki gunungapi dikontrol oleh proses pengendapan material piroklastik hasil erupsi gunungapi.berasal dari aktivitas erupsi Gunungapi Endut yang terletak di bagian baratdaya daerah penelitian. Penyebaran satuan ini mencapai 22,13% dari luas daerah penelitian. Disusun oleh batuan piroklastik yang terdiri dari tuff dan tuff breksian Satuan batuan ini termasuk dalam Batuan Endapan Gunungapi Endut ( Qpv ), berumur Plistosen.
Foto 4. Memperlihatkan Satuan Morfologi Dataran Aluvial, dengan endapan gosong sungai, tanggul alam dan dataran banjir,arah foto ke selatan, diambil di hilir sungai Ciberang, bagian utara daerah penelitian . (Penulis 2013)
2.2 Stratigrafi Stratigrafi daerah penelitian dapat `dibagi menjadi 5 (lima) satuan batuan, di mulai dari tua ke muda : 2.2.1 Satuan Batuan Batulempung sisipan Batupasir tufan dan Batugamping pasiran
Foto 3. Memperlihatkan Satuan Morfologi perbukitan kaki gunungapi, dengan batas satuan berupa gawir terjal di desa Banjar irigasi, arah foto N 95⁰ E. (Penulis 2013)
Tersebar di bagian tengah sampai Selatan daerah penelitian. Satuan batuan ini memiliki kondisi singkapan yang segar dan perlapisan yang relatif baik. Struktur sedimen yang dijumpai berupa pararel laminasi, Paralel Bedding, dan Masiv. Singkapan dapat ditemui di sungai Ciberang, sungai Cimanggu, sungai Cibaliaung, sungai Cimangengteung dan sungai Cisampaleun, bidang perlapisan Barat – Timur dan membentuk perlipatan sinklin dan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
3
D
antiklin serta telah mengalami pensesaran. Satuan ini menempati luas ±61% dari luas daerah penelitian, Ketebalan ±912m berdasarkan hasil pengukuran penampang geologi.
lempung, hubungan antar butir : mengambang. Porositas intra partikel, kerangka algae sebagian utuh sebagian pecah dan terisi oleh sparit. Nama sayatan : Batugamping Packston (Dunham,1964),
Batulempung, secara megaskopis, warna abu abu gelap sampai abu abu sedang, karbonatan dan non karbonatan, kompak sampai retas, segar sampai terlapukkan kuat, Di sebagian tempat bersifat tufan, dan pasiran, dijumpai sisipan lensa tipis lignit, serta sisipan Nodul Batupasir karbonatan, masif sampai memperlihatkan pelapisan paralel laminasi. mineralsedikit: Pirit. Fossil makro : Bioturbasi
Batupasir tufan, secara megaskopis , warna segar : abu abu sedang sampai kuning cerah,warna lapuk : abu - abu gelap, ukuran butir : Pasir halus (±1/8mm) sampai pasir sedang (±1/4mm), menyudut tanggung, terpilah baik, Kemas tertutup, non karbonatan, Porositas buruk, komponen butir : Feldspar, litik dan kuarsa ,massa dasar : tuff, semen: silika,segar sampai terlapukan sedang, kompak, struktur sedimen : pelapisan sejajar ± 5cm sampai ± 20cm dan paralel laminasi, sebagai sisipan pada batulempung. Sedangkan secara mikroskopis. Tekstur klastik, warna silang dan sejajar nikol cerah, ر1/16 mm sampai ±1/8mm ,terpilah baik menyudut sampai menyudut tanggung, hubungan antar butir bersentuhan, Komponen utama : Litik dan ortoklas, matriks : plagioklas, ortoklas dan gelas, porositas : intrapartikel. Nama Sayatan: Chiefly Volcanic Arenit ( Gilbert, 1956). Batugamping Pasiran, secara megaskopis, warna abu -abu cerah, warna lapuk abu abu gelap kecoklatan, ukuran butir ± 1/8mm sampai ± 2mm, terpilah buruk , porositas baik, kemas terbuka, didukung butiran dan fragmen fossil, kompak, Fragmen : Kuarsa, felspar dan kerangka fossil, massa dasar: lempung, Semen : karbonatan, fossil makro: Sisa cangkang pelechipoda dan Jejak Bioturbasi tipe feeding Chondrite, struktur sedimen: pelapisan sejajar ± 10 cm sampai ± 1,4m, sebagai sisipan pada Batulempung.Sedangkan secara mikroskopis. Warna sejajar dan silang nikol gelap, besar butir ± 1/32 mm sampai ± 4 mm, menyudut sampai membulat tanggung, Konstitusi utama : Kerangka Algae dan Fragmen detritus klastik berupa Kuarsa dan Plagioklas, massa dasar :
Foto 5. Fosil makro jejak bioturbasi tipe jejak feeding chondrite pada batugamping pasiran, di sungai Cisampaleun ( LP CSPL ). bagian tengah daerah penelitian. (Penulis 2013)
Berdasarkan analisa foraminefera planktonik ditandai dengan mulai munculnya Grobolotaria bolli pada N11 dan punahnya Hastigerina phraesiphonifera pada N13. maka umur satuan batuan ini adalah N 11 – N 13, yaitu pada Kala Miosen Tengah. Berdasarkan analisa foraminifera bentonik. Satuan batuan bagian atas diendapkan pada lingkungan litoral, Neritik tepi sampai Neritik luar (kedalaman 10m sampai 200m), dicirikan oleh kehadiran fosil indeks foraminifera bentonik Amphistegina sp, satuan batuan bagian tengah diendapkan pada lingkungan litoral, Neritik tepi sampai Neritik luar (kedalaman 10m sampai 60m), dicirikan oleh kehadiran fosil indeks foraminifera bentonik Rotalia becardii. satuan batuan bagian bawah diendapkan pada lingkungan Neritik tengah sampai Neritik luar (kedalaman 20m sampai 150m), dicirikan oleh kehadiran foraminifera bentonik Cibicides sp. Kedudukan stratigrafi Satuan batuan ini dengan satuan di bawahnya tidak diketahui, karena satuan yang lebih tua tak tersingkap di daerah penelitian.Hubungan stratigrafi dengan satuan yang ada di atasnya adalah selaras, berdasarkan hasil analisa fosil foraminifera planktonik, maka umur antara kedua satuan batuan ini adalah menerus. Berdasarkan kesebandingan terhadap Peta Geologi Regional Bersistem Lembar Leuwidamar. Satuan batuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Bojongmanik.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
4
Foto 6. Batulempung sisipan batugamping pasiran di S.Cimangengteung, N 250⁰ E/28, di bagian tengah daerah penelitian. CSPL, bagian tengah daerah penelitian. (Penulis 2013)
2.2.2 Satuan Batuan Batupasir sisipan Batupasir tufan dan Konglomerat tufan Batupasir, Ciri megaskopis kondisi singkapan segar-lapuk. Warna abu - abu sedang sampai abu- abu gelap, ukuran butir ± 1/8 mm sampai ± 2 mm, menyudut tanggung sampai membundar, kemas terbuka, terpilah buruk, porositas baik, kompak sampai dapat diremas, karbonatan, komponen utama: litik, kuarsa, felspar, massa dasar: lempung, semen karbonatan. masif sampai memperlihatkan paralel laminasi, dan Pelapisan sejajar 5 cm sampai 80 cm Selain deskripsi megaskopik, dilakukan pula deskripsi secara mikroskopik untuk menentukan nama batupasir tersebut. Dari hasil analisa petrografi conto dari LP CBR 11 07 CB, menunjukan bahwa batupasir tufan tersebut adalah :Chiefly Volcanic wacke (Gilbert,1953).
diukur warna segar abu abu sedang sampai kuning cerah, warna lapuk abu abu gelap ukuran butir : Pasir halus (±1/8 mm) sampai pasir sedang (±1/4mm), menyudut tanggung, terpilah baik, Kemas Tertutup, nonkarbonatan,Porositas buruk,Nkomponen butir: Feldspar dan kuarsa ,Massa dasar : tuff, semen:silika, segar sampai terlapukan sedang, kompak, masif sampai berlapis paralel laminasi. Hasil analisa petrografi conto dari LP CGL 14 14,menunjukan bahwa batupasir tufan tersebut adalah: Chiefly Volcanic arenit (Gilbert,1953) . Konglomerat tufan, Ciri megaskopis kondisi singkapan yang segar - lapuk , warna segar abu abu sedang sampai kuning cerah, warna lapuk abu abu gelap abu abu cerah, ر 1/8mm sampai ±3cm, membundar tanggung sampai membundar, terpilah buruk, kemas terbuka, porositas baik, fragmen : litik, matriks : litik ,felspar dan kuarsa, massa dasar : tuff, semen : silika, mineral sedikit : oksida besi. Dari hasil
analisa petrografi deskripsi secara mikroskopik conto dari LPCGL1304, menunjukan bahwa konglomerat tufan tersebut adalah : Chiefly Volcanic arenit (Gilbert, 1953).
Foto 8. Singkapan Konglomerat tufan di sungai Cigelung ( LP CGL 14 05) di bagian Utara daerah penelitian. ( Penulis,2013)
2.2.3. Satuan Batuan Andesit
Foto 7.singkapanan Batulempung pasiran dengan struktur sedimen paralel laminasi (LPCBR20 13) di sungai Ciberang bagian Selatan ( Penulis,2013)
Batupasir tufan, Ciri megaskopis Secara umum, memiliki kondisi singkapan yang segar - lapuk dan perlapisan yang mudah
Satuan batuan ini tersebar di bagian selatan, bagian tengah dan tenggara daerah penelitian, menempati gunung Gebas, gunung Ponggo, gunung Serendet dan sebagian kampung Cikarae Lebak, menempati luas ±2,52 % dari luas daerah penelitian, pada peta geologi diwarnai dengan warna merah. berdasarkan sebaran data sebaran singkapan di permukaan dan rekonstruksi Peta Geologi serta
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
5
penampang geologi, diameter intrusi pada gunung Gebas ± 1,2km, diameter intrusi di gunung Ponggo ± 200m , diameter intrusi di Gunung Serendet ± 200m dan di kampung cikarae lebakdimensi intrusi berbentuk pipih memanjang, panjang ±500m dan lebar ± 100m. secara megaskopis ciri litologi batuan andesit wilayah penelitian dapat dibedakan menjadi dua. Andesit dengan tekstur Porfiritik terdapat di Gunung gebas, sedangkan andesit dengan tekstur halus terdapat di Gunung Ponggo, gunung Serendet dan di Kampung Cikarae Lebak. Intrusi Andesit Gunung Gebas : warna segar abu abu sedang, warna lapuk abu abu gelap kecoklatan, ukuran kristal ± 0,1 mm sampai ± 2 mm, hipokristalin, inequigranular, anhedral, subhedral sampai euhedral, tekstur porfiritik, fenokris plagioklas, matriks felspar, hornblend dan plagioklas, massa dasar gelas. Dari hasil analisa petrografi conto dari LP GNGBS 21 04 , menunjukan sayatan tersebut adalah : Andesit ( Williams, 1952).
yaitu tekstur Porfiritik (di Gunung Gebas) dan tekstur halus (di Gunung Ponggo, Gunung Serendet dan Kampung Cikarae Lebak). Hal diatas mencirikan batuan membeku pada lingkungan yang tidak jauh dari permukaan, atau dangkal, Sheeting joint, pada intrusi
andesit di G. Ponggo dan G. Gebas, pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan di sekitar intrusi. Arah intrusi diketahui memotong terhadap bidang pelapisan, sedangkan kontak efek bakar pada batulempung yang diterobos oleh batuan andesit yang sejajar terhadap bidang pelapisan di LP CBR 17 07, menunjukan indikasi intrusi konkordan. maka, disimpulkan lingkungan pembentukan batuan andesit di wilayah penelitian adalah adalah intrusi dangkal Konkordan dan diskordan.
Intrusi Andesit Gunung Ponggo : warna segar abu abu sedang, warna lapuk abu abu gelap kecoklatan, ukuran kristal ± 0,1mm sampai ±0,5 mm, inequigranular, hipokristalin, subhedral sampai anhedral, matriks: felspar, dan plagioklas, massa gelas, struktur primer : columnar joint 60⁰, N285E. Dari hasil analisa petrografi conto dari LPGNPGO 16 04, menunjukan bahwa batuan tersebut adalah : Andesit ( Williams, 1952). Penentuan umur batuan intrusi andesit dilakukan pendekatan Hukum Potong memotong. Berdasarkan pengukuran jurus dan dan kemiringan lapisan batuan sedimen, pengukuran kedudukan kekar berlembar dan kekar kolom pada tubuh intrusi serta pengukuran bidang kontak efek bakar, satuan batuan termuda yang diterobos satuan batuan ini adalah Batulempung sisipan Batupasir tufan dan Batugamping pasiran, berumur N11 sampai N13, di atas satuan batuan ini diendapkan secara selaras satuan batuan Satuan Batuan Batupasir sisipan Batupasir tufan dan Konglomerat tufan berumur N13 sampai N14, dengan asumsi bahwa intrusi terjadi setelah pengangkatan dan pelipatan batuan sedimen yang telah diendapkan sebelumnya, maka, umur satuan batuan yang termuda adalah N14, berdasarkan ini, Intrusi batuan andesit dapat diperkirakan berumur lebih muda dari N14. Tekstur batuan andesit yang ditemukan di daerah penelitian
Foto 9 Singkapan Intrusi batuan Andesit pada tambang aktif di Gunung Ponggo, dengan struktur primer columnar joint 60⁰, N 285 E., arah intrusi ditafsirkan tegak lurus terhadap columnar joint. 30⁰, N 105⁰E ( Penulis, 2013).
Foto 10. Singkapan intrusi batuan Andesit tekstur porfiritik di puncak Gunung Gebas, ( LP GN GBS 21 04) desa Banjar Irigasi, bagian Selatan daerah penelitian. ( Penulis, 2013)
2.2.4. Satuan Batuan Tuff dan Tuff ( Penulis,2013 ) breksian
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
6
Satuan ini tersebar di bagian selatan dan tenggara daerah penelitian. Singkapan dapat ditemui di S. Cikaak bagian hulu, S Cimanggu bagian hulu dan S. Cilangke bagian hulu, satuan batuan ini tidak memiliki pelapisan yang dapat diukur. menempati luas ± 22,13% dari luas daerah penelitian, pada peta geologi diwarnai dengan warna Cokelat muda. memiliki ketebalan ± 265 meter berdasarkan hasil pengukuran penampang geologi. Ciri megaskopis Tuff: warna segar batuan abu abu cerah kekuningan,warna lapuk abu abu gelap kecoklatan, ukuran butir abu halus (±1/16 mm) sampai abu sedang (±1/2mm), terpilah baik, non karbonatan, fragmen : felspar, matrik : felspar, massa dasar gelas. kemas tertutup, porositas buruk, kompak, terlapukkan sedang sampai segar. deskripsi secara mikroskopik untuk menentukan nama batupasir tersebut. Dari hasil analisa petrografi conto dari LP CMGT 18 04, menunjukan sayatan tersebut adalah : Tuff Gelas ( Pettijohn, 1956).
umur satuan batuan ini adalah N 21 sampai N22.
Foto 11 foto Singkapan tuff pada dinding sungai Cimangengteung perbesaran 10 X batuan tuff, memperlihatkan graded beding.( Penulis, 2013)
Gambar 2 Lingkungan Pengendapan Satuan Batuan Tuff dan Tuff Breksian Berdasarkan Model Pyroclastic Volcaniclastic Facies (Vessel and Davies, 1981 dalam Cas dan Wright, 1987)
Tuff breksian secara megaskopis, warna segar batuan abu abu cerah kekreman ,warna lapuk abu abu gelap kecoklatan, ukuran butir abu kasar(±1/4mm) sampai bongkah (± 10cm), menyudut sampai menyudut tanggung, Fragmen : Litik, matrik: Litik, Feldspar, massa dasar : Tuff, terpilah buruk, kemas terbuka, porositas baik, non karbonatan,kompak , segar sampai Terlapukan sedang, masif. Dari hasil analisa petrografi conto massa dasar tuf breksian dari LP CKSL 18 07, menunjukan bahwa sayatan adalah : Tuff litik ( Pettijohn, 1956. Foraminifera Planktnik dan Bentonik tidak ditemukan,Penentuan umur Satuan batuan ini mengacu kepada Peneliti sebelumnya (Sudjamiko & S. Santosa,1992),
Tuff : secara megaskopis, warna segar batuan abu abu cerah kekuningan,warna lapuk abu abu gelap kecoklatan, ukuran butir abu halus (±1/16mm) sampai abu sedang (±1/2mm), terpilah baik,non karbonatan, fragmen felspar, matrik : felspar, massa dasar gelas. kemas tertutup, porositas buruk, kompak, terlapukkan sedang sampai segar. Hasil analisa petrografi conto dari LP CMGT 18 04, menunjukan sayatan adalah:TuffGelas (Pettijohn,1956). Foraminifera Planktoik dan Bentonik tidak ditemukan, Penentuan umur Satuan batuan ini mengacu kepada Peneliti sebelumnya (Sudjamiko & S. Santosa,1992), umur satuan batuan ini adalah N21 sampaiI N22, penentuan lingkungan pengendapan, penulis mengacu kepada model " Pyroclastic Vulcaniclastic Facies " ( Vessel and Davies, 1981 dalam Cas and Wright, 1987).
Kedudukan stratigrafi Satuan batuan tuff dan tuff breksian dengan satuan di bawahnya adalah tidak selaras. dapat diketahui dengan ditemukanya kontak ketidak selarasan bersudut antara tuff dengan batulempung pada dinding S. cimangengteung, Kp Keusal, bagian barat daerah penelitian, Hubungan stratigrafi dengan satuan yang ada di atasnya yaitu satuan yaitu satuan Endapan Aluvial adalah berupa kontak bidang erosi. Satuan batuan tuff dan tuff breksian di daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama dengan Endapan Gunungapi Endut ( Qpv). (Sudjatmiko dan S. Santosa, 1992), dengan demikian penulis
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
7
menyatakan satuan ini sebagai Endapan Gunungapi Endut
dijumpai,pada zona – zona sesar dan sayap lipatan . Beberapa di antaranya dapat dilihat di bawah ini.
2.2.5 Satuan Endapan Aluvial Sungai Penyebaran satuan ini kurang lebih ±2,31% dari seluruh luas daerah penelitian, pada peta geologi diwarnai dengan warna abu abu muda, menyebar di sepanjang sungai utama bagian Timur daerah penelitian yaitu Sungai Ciberang, dan sebagian Sungai Cimanggu. Satuan aluvial ini menempati Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. Ketebalan dari satuan ini dari 0,2 meter hingga 2 meter di daerah penelitian, merupakan hasil dari rombakan batuan sebelumnya dan belum terkompaksi. Umur Satuan Endapan Aluvial Sungai ini adalah Holosen, Satuan Endapan
Foto 13. Tension frecture dengan arah umum N2900 E/550 LP CMGT 03 05 S. Cimangengteung ( Penulis, 2013).
Aluvial ini diendapkan dengan kontak berupa bidang erosi dengan satuan batuan di bawahnya.
Foto 14. Shear frecture dengan arah umum N 310 0 E/640 dan N 3270 E / 600. Lokasi pengamatan S. Cimangengteung LP CMGT 03 04 (Penulis, 2013). Foto 12. Endapan alluvial sungai di lokasi pengamatan Sungai Ciberang bagian tengah daerah penelitian, arah foto N 10⁰E ( Penulis, 2013 )
2.3. Struktur Geologi 2.3.1 Struktur Geologi Daerah Penelitian Hasil pengamatan dan pencatatan data lapangan, yang meliputi pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, serta indikasiindikasi struktur geologi berupa keterdapatan mata air panas, kekar, cermin sesar “Slicken Side”arah breksiasi, milonitisasi didukung dengan analisa peta topografi skala 1: 25.000 , maka struktur yang terdapat di daerah penelitian adalah : Kekar, Lipatan dan Patahan. penamaan struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian, disesuaikan dengan nama lokasi geografis setempat. Pada daerah penelitian kekar banyak
Di daerah penelitian terdapat jenis-jenis kekar shear, gash dan release. Kekar shear yang terbentuk mempunyai arah umum BaratlautTenggara (N310oE – N330oE) dan TimurlautBaratdaya (N20oE–N40oE) kekar gash mempunyai pola dengan arah umum utaraselatan (N340oE–N360oE), kekar ini mempunyai pola yang searah dengan gaya utama, sedangkan kekar release di daerah penelitian mempunyai pola dengan arah umum Barat-Timur ( N260oE–N280oE ) . 2.3.1.1 Struktur Perlipatan Hasil pengamatan dan pencatatan jurus dan kemiringan pelapisan batuan di daerah penelitian serta rekonstruksi penampang Peta Geologi, struktur lipatan yang berkembang didaerah penelitian berupa 2 sinklin. dan 3
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
8
antiklin, dengan sumbu berarah hampir Barat - Timur.
langsung dari lapangan dan analisa peta topografi. Selain arah pergerakan relatifnya ditentukan dari indikasi sesar dilapangan.
Lipatan Sinklin Bintang Sari Terletak di bagian tengah daerah penelitian, memanjang ±5,2 Km dari barat ke timur,. morfologi berupa perbukitan bergelombang lemah sampai dataran bergelombang, menempati ketinggian 150 - 200 Mdpl. Jurus sayap bagian Utara, N260oE-N270oE, o kemiringan berkisar 10 -19o. Jurus sayap bagian Selatan N 80oE - N100o E, kemiringan berkisar 10o-17o. di beberapa tempat arah jurus dan besar kemiringan lapisan berubah dari pola arah dan kemiringan umum, karena dipengaruhi struktur sesar mendatar. antiklin Bintang Sari ini diklasifikasikan sebagi struktur lipatan Antiklin Simetris. Lipatan Antiklin Giri Harja Panjang sumbu ± 5,8 km, memanjang dari barat ke timur, melewati Satuan batuan batulempung sisipan batupasir tufan dan batugamping pasiran, morfologi menempati ketinggian 200 - 300 meter di atas permukaan laut. Jurus sayap bagian Utara, N 260o E-N 270o E , kemiringan berkisar10o-17o. Jurus sayap bagian Selatan N80oE-N100oE, o o kemiringan berkisar 10 -17 . antiklin ini diklasifikasikan sebagai struktur lipatan antiklin simetris. Lipatan Sinklin Banjar Irigasi Terletak pada bagian selatan daerah penelitian, sumbu antiklin memanjang barat- timur, di bagian timur daerah penelitian, panjang sumbu ±2,3Km, ketinggian 300-400 meter di atas permukaan laut. Jurus sayap bagian Utara, N280oE, kemiringan berkisar 45o. Jurus sayap bagian Selatan N 70o E - N 85o E, kemiringan berkisar 30o 46o, diperkirakan ke bagian barat sumbu antiklin ini telah ditutupi oleh Satuan batuan tuff dan tuff breksian sebagai endapan vulkanik kuarter, dan diterobos oleh batuan andesit, antiklin Banjar Irigasi diklasifikasikan sebagi struktur lipatan Antiklin simetris. 2.3.1.2 Struktur Sesar Struktur sesar yang didapati di daerah penelitian adalah sesar naik dan sesar mendatar. Penentuan sesar – sesar tersebut didasarkan atas atas data yang diperoleh
Struktur Sesar Naik Giriharja Memanjang dengan arah barat – timur dengan pelengkungan pada bagian tengah, bersesuaian dengan pola lipatan yang ada. Di beberapa tempat dipotong oleh sesar – sesar mendatar yang berarah barat lauttenggara. diindikasikan oleh Perlapisan tegak pada batulempung sisipan batugamping pasiran yang dijumpai di , kedudukan N240⁰E/ 80⁰ , , kedudukan N240⁰E/ 80⁰. Perlapisan tegak pada batulempung sisipan batupasir tufan yang dijumpai di , LP CGBS 10 03, kedudukan N240⁰E/50⁰, dan Perlapisan tegak pada batulempung yang dijumpai di Di LP CLK 10 03 di S Cilangke, kedudukan N240⁰E/ 80⁰. Struktur Sesar Mendatar Giri Harja Terdapat disebelah Baratdaya daerah penelitian yang memanjang dari Baratlaut – Tenggara. Panjang sesar ini ± 2.6 Km melalui sungai Cibungur indikasi sesar mendatar yang ditemukan dilapangan dan analisa peta topografi adalah: Milonitisasi pada batulempung Di LP CGBR 02 01, sungai Cibungur, arah N145⁰E. Kelurusan S. Cibungur berarah N150o lingkungan pengendapan, pembelokan Sungai secara tajam dan kedudukan batuan yang acak pada sungai Cibungur Struktur Sesar Mendatar Ciberang` Terdapat di bagian tengah daerah penelitian, memanjang ±7.8Km dari Barat laut keTenggara, memotong struktur perlipatan yang berarah Barat-Timur indikasi sesar mendatar yang ditemukan di lapangan dan analisa peta topografi adalah : Cermin sesar di S. Ciberang, LP CBR 20 02, kedudukan bidang Sesar N 320⁰ E/ 80⁰, Gores garis 18⁰, 145⁰ E, Pitch : 20⁰, pada cermin sesar struktur “ step “ mengindikasikan arah gerak relatif footwall kearah kanan. Breksiasi pada zona hancuran batuan beku andesit, di sungai Ciberang, LP CBL 17 07, dengan arah umum N 320⁰ E Struktur Sesar Mendatar Cipanas
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
9
Terdapat bagian tengah daerah penelitian, memanjang ±7.8Km dari Baratlaut– Tenggara. memotongstruktur perlipatan arah BaratTimur. indikasisesar mendatar yang ditemukan dilapangan dan analisa peta topografi adalah: Cermin sesar di S Cimangengteung, LP CMGT 30 01, kedudukan bidang Sesar N 320⁰E/82⁰,Trend :4⁰,145⁰E, Pitch:3⁰, struktur step mengindikasikan arah gerak relatif footwall ke arah kanan jurus dan kemiringan batuan yang berubah dari pola kedudukan umum wilayah penelitian, di S. Cimangengteung. Breksiasi pada zona hancuran batugamping pasiran , di sungai Ciberang dengan arah umum N 322⁰ E keterdapatan mata air panas, di desa Cipanas .
terbentuknya sesar naik Struktur Sesar Naik Giriharja yang beraarah N85⁰ , tegaklurus terhadap arah gaya utama dan sejajar dengan sumbu lipatan. gaya utama terus menekan daerah penelitian dari selatan ke utara, terbentuk kekar Shear Fracture dengan pola umum Baratlaut-Tenggara (N 310oE – N330oE ) dan Timurlaut - Baratdaya (N20oE– N40oE).membentuk sudut 30⁰ terhadap arah gaya utama, Elastisitas batuan terlampaui, sesar mendatar menganan ciberang, sesar mendatar menganan Cigebrok dan Sesar mendatar menganan Cipanas terbentuk dengan arah umum N320⁰E, mematahkan Lipatan sinklin dan antiklin serta sesar naik yang telah ada sebelumnya.
2.3.2 Analisa Pembentukan Struktur Daerah Penelitian dan Mekanisme Pembentukan Struktur Daerah Penelitian Untuk menentukan gaya utama yang bekerja pada daerah penelitian , penulis menggunakan pola umum sesar mendatar dan pola umum lipatan, dengan mengambil arah rata - rata antara gaya utama berdasarkan lipatan dan sesar, maka didapat gaya utama mempunyai arah umum N 350º. Dalam menentukan umur struktur geologi, penulis menggunakan umur dari satuan batuan dimana struktur geologi tersebut berada. Umur struktur geologi akan lebih muda dibanding umur batuan yang dilipat maupun dipatahkannnya. Satuan batuan termuda yang terlipat atau terpatahkan oleh struktur, Satuan Batuan Batupasir sisipan Batupasir tufan dan Konglomerat tufan, dengan umur termuda adalah (N14). berdasarkan data di atas, telah terjadi gaya tektonik setelah N14, Oleh karena itu, penulis menarik kesimpulan bahwa gaya tektonik mulai bekerja pada Mosent Tengah (N15). Urutan pembentukan struktur geologi di daerah penelitian dimulai pada kala Miosen akhir, (N15), dengan dorongan gaya tektonik yang menekan daerah penelitian dari selatan ke utara (N350⁰E), menyebabkan terjadi pengangkatan Pada Satuan Batulempung sisipan Batupasir Tufan dan Batugamping pasiran dan Satuan Batupasir sisipan Batupasir tufan dan Konglomerat tufan, disusul pembentukan lipatan sinklin dan antiklin dengan arah sumbu barat-timur (N85⁰E), Gaya Tektonik terus menekan daerah penelitian dari arak selatan ke utara, gaya elastisitas batuan terlampaui, Kemudian disusul oleh
Gambar 3. Keadaan geologi dan Struktur Geologi daerah penelitian ( Penulis, 2013 )
2. 4. Sejarah Geologi 2. 4. 1 Sejarah Geologi Daerah Penelitian Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada kala Miosen tengah,rentang N11 sampai N13. Pada daerah penelitian diendapkan Satuan Batuan Batulempung sisipan Batupasir tufan dan Batugamping pasiran pada lingkungan Tansisi sampai Neritik luar, kondisi laut dangkal kedalaman 20meter sampai 150meter, material sedimen berasal dari Selatan daerah penelitian (Sujono Martodjojo, 1984). Pada kala Miosen tengah,rentang N13 sampai N14. proses sedimentasi terus berlangsung, pada daerah penelitian diendapkan secara selaras Satuan Batuan Batupasir sisipan Batupasir
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
10
tufan dan Konglomerat tufan di atas satuan batuan batulempung sisipan batupasir tufan dan batugamping pasiran, di lingkungan Tansisi sampai Neritik tengah, pada zona transisi kedalaman 2meter sampai laut dangkal kedalaman 80meter, pada rentang waktu ini, material sedimen masih berasal dari Selatan daerah penelitian (Sujono Martodjojo, 1984). Daerah penelitian mengalami Fase regresi, Penurunan cekungan lebih lambat dibanding dengan pasokan sedimen yang masuk kedalam cekungan, sehingga kedalaman air laut daerah penelitian pada rentang waktu ini, lebih dangkal dibanding rentang waktu N11- N13.
berada pada elevasi 350mdpl dan puncak intrusi berada pada ketinggian 575mdpl, Sheeting Joint yang ditemukan pada tubuh intrusi yang tersingkap dianggap memudahkan untuk penambangan 3.2. Metode Analisa 3.2.1. Metode Lapangan Metode lapangan ini dilakukan mengetahui kedudukan, ciri-ciri fisik dan penyebaran batuan andesit di penelitian. Hubungannya adalah perhitungan potensi.
untuk batuan daerah dalam
3.2.2. Metode Petrogrofi Metode petrografi ini berfungsi menentukan jenis dan nama dari tersebut, yang biasanya suatu sampel dengan sebuah mikroskop dalam sayatan tipis yang diletakan dalam preparat.
untuk batuan diamati bentuk sebuah
3.3. Klasifikasi Gunung Gebas
Andesit
Sumberdaya
Mengacu kepada Pengklasifikasian Sukandarrumidi, 1998. dimana Klasifikasi sumberdaya bahan galian dapat digolongkan menjadi dua. Yaitu : 1. Sumber Daya Tingkat Spekulatif Tabel 1. Kronologi sejarah geologi daerah penelitian dari Kala Miosen Tengah (N11) sampai Kala Resen (N23), ( Penulis, 2013 )
Potensi sumber daya bahan galian yang dasar perhitungan mengacu kepada hasil studi pustaka dan penelitian lapangan sepintas. 2. Sumber Daya Tingkat Hipotetis
3. POTENSI BATUAN ANDESIT DAERAH PENELITIAN 3.1. Ciri fisik andesit Gunung Gebas Ciri-ciri fisik batuan andesit yang terdapat di daerah penelitian berwarna abu-abu sedang, padat dan keras, warna segar mesokratik atau abu abu sedang, warna lapuk abu abu gelap kecoklatan, ukuran kristal ± 0,1mm sampai ± 2mm, hipokristalin, inequigranular, anhedral, subhedral sampai euhedral, tekstur porfiritik, fenokris plagioklas, matriks felspar, hornblend dan plagioklas, massa dasar kristal afanitik., kristal mineralnya terlihat jelas. kandungan gelas rendah, pada bagian lereng, G. Gebas terdapat materialhasil lapukann batuan induk berupa tanah dan bongkah-bongkah. Diameter intrusi yang terukur pada permukaan ± 1012 m, singkapan tubuh intrusi yang terendah
Potensi sumber daya bahan galian yang merupakan hasil dari studi lapangan secara regional dan hasil dari analisa laboratorium. perhitungan sumber daya di daerah penelitian masuk ke dalam Sumber Daya Tingkat Spekulatif, karena sebatas studi pustaka serta peneltian lapangan tanpa analisa laboratorium. 3.4. Perhitungan Potensi
Perhitungan volume potensi yang dilakukan berdasarkan metode kontur menurut Craft dan Hawkins. Dalam hal ini kontur yang dihitung adalah kontur pada ketinggian 400 mdpl-575 mdpl. Dengan ketentuan : Jika perbandingan pembagian luas kontur atas dengan kontur di bawahnya < 0,5. Maka
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
11
rumus yang digunakan untuk menghitung Volume kotor pada rentang kedua elevasi tersebut adalah persamaan Piramida terpancung. Elevasi Kontur
Luas Area
Interval
Volume
a(m)
A(m )
h(m)
V(m )
A0
-
-
A1
h1 = a1 – a0
**
-
h2 = a2 – a1
V2 = 1/3.h2 (A1)
2
Dasar batas perhitungan ( a0 ) Kontur antara dasar dan puncak ( a1 )*
3
Puncak dengan ketinggian kontur tertentu ( a2 )
Keterangan: *
: Banyaknya kontur tergantung dari data kontur di peta antara kontur dasar batas perhitungan dengan titik puncak
**
: Jika A1/A0 > 0.5, maka rumus yang digunakan adalah V1 =
𝒉𝟏 𝟑
( A0 + A1 + 𝑨𝟎 . 𝑨𝟏 )
Foto 15. Sheeting joint pada singkapan andesit di lereng Gunung Gebas, sebagai bidang lemah yang memudahkan untuk melakukan penambangan bidang (Penulis,2013)
Jika A1/A0 < 0.5, maka rumus yang digunakan adalah V1 =
𝒉𝟏 𝟐
( A0 + A1 )
Tabel 2. perhitungan sumber daya menurut B. C. Craft dan M. F. Hawkins, 1959
Untuk hasil perhitungan potensi andesit (setelah dikurang tanah penutup) di daerah penelitian, dapat dilihat pada (Tabel 6.1) Volume bersih = Volume Potensi – Volume tanah penutup x Berat jenis andesit = 68.517.561,81 m3 _ 247.353,99 m3 x 2,4 Kg/m3 = 68.270.207,81 m3 X 2,4 Kg/m3 = 163.848.498,76 Ton.
4. KESIMPULAN DAN DISKUSI Gambar 4. .Diagram Kerucut Terpancung menurut B. C. Craft dan M. F. Hawkins, 1959
Gambar 5. Ilustrasi tiga dmensi Area potensi Gunung Gebas berdasarkan data digital Peta Rupabumi Indonesia ,elevasi 400mdpl sampai 575mdpl, dilihat dari bagian selatan Daerah penelitian ke arah utara ( Penulis,2013 )
Berdasarkan dari hasil yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya yang berkaitan dengan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan sejarah Geologi di daerah Sipayungi Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dapat disimpulkan : Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi yaitu (1). Satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan, (2). Satuan geomorfologi bukit intrusi, (3). Satuan geomorfologi perbukitan kaki gunungapi dan (4). Satuan dataran aluvial sungai. Didasarkan atas genetikanya geomorfologi daerah penelitian dikontrol oleh struktur, proses pelapukan, erosi dan sedimentasi dan juga dikontrol oleh faktor litologi. Mengacu kepada bentuk bentang alam, jentera geomorfik daerah penelitian digolongkan menjadi muda dan dewasa. Pola aliran sungai yang berkembang di daerah penelitian adalah rektangular dan sub dendritik
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
12
umumnya dikontrol oleh struktur dan jenis litologi, stadia erosi sungai berada pada tahap muda dan dewasa. Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah Satuan batulempung sisipan batupasir tufan dan batugamping pasiran (Formasi Bojongmanik) berumur Mioesen Tengah (N11-N13), diendapkan pada lingkungan laut dangkal, Neritik tepi sampai Neritik luar (10150m). Secara selaras diatas satuan ini diendapkan Satuan batupasir sisipan batupasir tufan dan konglomerat tufan (Formasi Bojongmanik) pada kala Miosen tengah (N13N14) pada lingkungan transisi sampai Neritik tengah (2-80m). Kemudian di intrusi oleh satuan batuan andesit (Tma), berumur lebih muda dari N14, pada kala Plistosen (N20) diendapkan satuan batuan tuff dan tuff breksian (Qpv) secara tidak selaras diatas satuan-satuan batuan yang lebih tua di bawahnya, pada lingkungan darat vulkaniklastik medial sampai proksimal dan satuan yang termuda adalah endapan aluvial sungai yang berumur Resen, tersusun dari material lepas ukuran lempung–bongkah dijumpai menutupi satuan-satuan yang lebih tua di bawahnya dengan kontak bidang erosi. Arah gaya utama yang bekerja menekan daerah penelitian dari selatan ke utara berarah N 3500 E. Mengakibatkan terjadinya pelipatan pengangkatan pada daerah penelitian setelah N14. Menghasilkan struktur geologi berupa lipatan asimetris dan simetris, yaitu : lipatan sinklin Bintang sari dan sinklin Banjar irigasi, lipatan antiklin adalah antiklin Banjar irigasi dan antiklin Giriharja. Kemudian disusul pembentukan sesar naik Giriharja, kekar-kekar shear dan tension, dan berlanjut dengan pembentukan Struktur sesar mendatar, struktur sesar mendatar Giriharja, sesar mendatar Ciberang dan sesar mendatar Cipanas, semuanya dengan arah umum N 320⁰E dengansifat pergerakan dekstral. Keseluruhan struktur geologi di daerah penelitian terjadi pada kala Miosen tengah sampai Pliosen (N15N21). Struktur yang disebut di atas sangat mempengaruhi bentuk bentang alam daerah penelitian sekarang. Potensi bahan galian ekonomis yang dapat dikembangkan dan diteliti lebih lanjut di daerah penelitian yaitu batuan andesit yang berada di Gunung Gebas, bagian selatan
daerah penelitian, dengan lokasi ± 800m dari pemukiman masyarakat, sebagian besar lahan di Gunung Gebas dimanfaatkan masyarakat sebagai ladang dan sebagian berupa semak belukar, untuk menuju daerah potensi terdapat akses jalan desa yang telah diaspal, andesit di daerah potensi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, fondasi jalan dan lain-lain. Berdasarkan perhitungan cadangan spekulatif dengan menggunakan metoda counturing diperoleh hasil sebesar 68.270.207,81 m3 .
DAFTAR PUSTAKA Anonim, (1999). “Peta Rupa Bumi Digital Indonesia “ Skala 1 : 25.000 Lembar Gajrug No. 1109-344 dan Lembar Muncang No. 1109-343 Edisi I, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Bogor. [2] Anonim, (1982). “Penuntun Praktikum Geologi Struktur”, Laboratorium Geologi Struktur, Jurusan Pendidikan Geologi, Institut Teknologi Bandung. [3] Asikin S., 1995, “Buku Pedoman Geologi Lapangan”,Jurusan Teknik Geologi ITB, Bandung. [4] BAKOSURTANAL, 1991, Peta Rupa Bumi Digital Indonesia 1 : 25.000 Lembar Majenang No. 1308-523, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Edisi : 1 – 1991, Bogor. [5] Bemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of Indonesia, The Hague Martinus Nijhoff, Vol.1A, Netherlands. [6] Billings, Marlan P., 1960, “Structural Geology”, Second Edition, Prentice – Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 514 p. [7] Dunham R.J., 1962, “Classification of Carbonat Rock, (ed)”, Symphosium Published by AAPG, W.E. Ham Tusla Oklahama, USA. [8] Http://hadiwijayatambang.blogspot.c om/2011/03/metoda penambangan.html [9] Harsolumakso, Agus H. 1995. “Buku Pedoman Geologi Lapangan”, Jurusan teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung. [10] Kadarisman, D.S. 2001. “Pedoman Praktikum Petrografi”, Laboratorium [1]
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
13
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]
Petrografi, Program Studi Teknik Geologi, Universitas Pakuan, Bogor. Martodjojo, Soejono. (1984). “Evolusi Cekungan Bogor - Jawa Barat I”, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Muif, M., Sudrajat, D. tt. “Petrologi dan Pedoman Praktikum”, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor. Luthfi, Mustafa, 2010, Prinsip – Prinsip Sedimentologi, Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor. Mark, P, 1957, Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Geological Research and Development Center, Bandung. Moody J.D., and Hill M J., 1956, Whrench Fault Tectonik, Bull Of Geol, Soc Of Amerika. Vol 67. Noor, Djauhari, 2010, Geomorfologi, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor. Noor, Djauhari, 2010, Analisa Stratigrafi, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor. Rijkard, 1971, “Klasifikasi Kedudukan Lipatan”, Dalam Diktat Praktikum Geologi Struktur : Program Studi Teknik Geologi Universitas Pakuan. Sampoerno, (1983). “Diktat Edaran Kuliah Geomorfologi”, Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Sujatmiko., dan Santosa, S. 1992.”Geologi Regional Lembar Leuwidamar-Jawa (Geology of The Leuwidamar Quadrangle – Jawa)”. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi.
[21] Syahrulyati, T.,D.tt. 1989. "Perubahan Status Tatanan Formasi Bojongmanik, Suatu Usulan". Makalah Pada PIT IAGI XVIII, Yogyakarta 1989. [22] Vessel dan Davies. (1981).”Model Lingkungan Pengendapan Batuan Produk GunungApi”.[Online].Tersedia:http//:w ww.sedimentologiduaribusembilan.blog spot.com/2010/12/fasies-gunung-apidan-aplikasinya.html [10 April 2013]. [23] Thornbury, William D., Principles of Geomorphology, Second Edition, John Willey and Sons Inc., New York, London, Sydney, Toronto, 594 p. [24] Www. Perpustakaan ITB online.com [25] Zuidam, R.A. Van., 1983, Guide to Geomorphology, serial Photographic Interpretation & Mapping, Enschede Netherlands, I.T.C.
PENULIS 1.
2.
Surya Indra Rais, ST., Alumni (2013) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. Akhmad Syafuan, Ir., MT., Staf Pengajar dan sekretaris jurusan di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
14
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
15