GEOLOGI DAN POTENSI BATUAN BEKU ANDESIT DAERAH WOTGALIH DAN SEKITARNYA KECAMATAN JATINEGARA, KABUPATEN TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh : Afni Rahmah, Teti Syahrulyati dan M. Agus Karmadi
Abstrak Secara administratif daerah penelitian termasuk pada daerah Wotgalih, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah penelitian berada pada 06°56’3.2”LU - 07°1’29.8” LS dan 109°15’6.4 BB ”- 109°18’52”BT, dengan luas ± 70 km2. Secara geomorfologi memberikan kenampakan bentang alam dalam 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan, satuan geomorfologi bukit intrusi, satuan geomorfologi bukit piroklastik dan satuan geomorfologi dataran alluvial. Sementara pola aliran sungai yang berkembang secara umum adalah pola aliran sungai rectangular yang paling dominan dan pola aliran aliran parallel, stadia erosi sungai berada pada tahapan tua dan muda dan jentera geomorfik secara umum adalah dewasa dan muda. Tatanan batuan penyusun sejarah pengendapan daerah kajian dari tua ke muda dibagi menjadi 6 (enam) satuan batuan, yaitu : Satuan Batuan Batupasir Selang Seling Batulempung Sisipan Batugamping (Formasi Rambatan) yang berumur N 14 - N 15, diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Kemudian selaras diatasnya secara selaras diendapkan Satuan Batuan Batupasir Selang Seling Batulempung, (Formasi Halang) yang berumur N 16 - N 18, yang diendapkan pada lingkungan laut dalam. Kemudian selaras lagi diatasnya diendapkan Satuan Batuan Batupasir Sisipan Batulempung (Formasi Tapak) yang berumur N 19 – N 20 yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Pada Kala Plistosen, terjadi tektonik, dimana produknya adalah terbentuknya Satuan Batuan Intrusi Andesit yang terbentuk akibat intrusi dangkal dan Satuan Batuan Breksi Vulkanik. Pada Kala Resen, terdapat Satuan Endapan Aluvial, yang menutupi satuan – satuan yang lebih tua pada daerah penelitian. Struktur geologi yang berkembang berupa stuktur kekar, lipatan dan patahan. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian terjadi pada kala Plistosen, yang masih tergeolong ke dalam Orogenesa Plio-Plistosen dengan arah gaya utama berarah Utara – Selatan yaitu N 4°E. Intrusi andesit di Igir Gajah dan Igir Klana memiliki luas wilayah 1,635,463 m2, dengan jumlah sumber daya sebesar 27,441,111.28 m3 dan setelah dikalikan dengan Bj andesit 2.5 g/cm2, maka jumlah cadangan andesit pada Igir Gajah dan Igir Klana adalah 68,602,778.2 ton. Kata kunci : Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Stratigrafi, Tektonik, Plistosen, Andesit. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
1
1. Umum Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaran kereta api dan kendaraan roda empat. Dengan waktu perjalanan ± 11 jam sampai lokasi penelitian. Sebagian besar wilayah penelitian merupakan lahan Perhutani dan juga sawah/ladang milik warga setempat. Daerah Wotgalih dan sekitarnya, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah merupakan perbukitan yang terletak pada zona Antiklonorium Bogor – Serayu Utara – Kendeng, yaitu tepatnya pada Zona Serayu Utara dengan Zona Dataran Pantai Aluvial Utara Jawa. Berdasarkan sejarah sedimentasi dan posisi tektonik, cukup menarik untuk dilakukan penelitian mengenai geologi serta potensi batuan beku andesit (intrusi), karena sebaran intrusi pada daerah penelitian cukup luas. 2.
maka geomorfologi daerah penelitian dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu : 1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan Genesa satuan geomorfologi ini dibentuk oleh batuan sedimen yang terlipat dan terpatahkan Memperlihatkan bentuk perbukitan bergelombang landai memanjang dari Barat – Timur.Satuan ini menempati 74.3 % dari luas daerah penelitian.Berada pada ketinggian 50 – 100 mdpl dengan kemiringan lereng 2° 35°.Struktur geologi yang berkembang pada satuan geomorfologi ini berupa lipatan dan sesar naik yang berarah Barat – Timur, serta sesar mendatar yang berarah Baratdaya – Timurlaut dan utara – Selatan.Jentera geomorfik dalam satuan ini adalah stadia geomorfik dewasa. 2) Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi
Kondisi Geologi
2.1 Geomorfologi Secara umum morfologi daerah penelitian terdiri dari dataran, perbukitan dan lembah yang disusun oleh batuan sedimen yang berumur Tersier.Perbukitan dan lembah tersebut umumnya memanjang kearah Barat – Timur. Perbukitan ini memiliki tinggi rata – rata 50 – 150 mdpl, sedangkan morfologi bukit tertinggi ditempati oleh Igir Gajah 303 mdpl dan Igir Klana 190 mdpl, yang terdapat pada bagian tiumur daerah penelitian. Berdasarkan atas konsep yang dikemukakan oleh W. M. Davis (1954) dan Thornbury W. D (1969) yang meliputi aspek struktur, proses dan juga tahapan,
Satuan ini terbentuk akibat adanya penerobosan magma di bawah permukaan, yang berada di wilayah Desa Gongseng. Morfometri satuan gomorfologi ini berada pada ketinggian 100 – 303 mdpl dengan besar kemiringan lereng berkisar antara 16° - 55° dan menempati 0.7% dari daerah penelitian. Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini adalah berada pada tahapan dewasa. 3) Satuan Geomorfologi Piroklastik
Bukit
Genetika pembentukan satuan geomorfologi bukit gunungapi dikontrol oleh proses pengendapan material epiklastik hasil erupsi gunungapi. Satuan ini menempati 1% dari luas daerah penelitian yang berada pada ketinggian
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
2
87.5 – 125 mdpl dan besar kemiringan lereng 4° - 16°. Satuan batuan yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah berupa breksi vulkanik.Jentera geomorfik satuan geomorfologi dari satuan ini adalah muda.
berkisar antara 150 – 175 cm. berdarakan hasil analisa petrografis batupasirnya merupakan Chiefly Volcanic Wacke ( Gilbert, 1953), sedangkan batugampingnya merupakan Batugamping Packostone (Dunham, 1962).
4) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
2) Satuan Batupasir Selang Seling Batulempung (Formasi Halang)
Genetika satuan geomorfologi dataran alluvial ini terbentuk sebagai hasil pengendapan sungai yang tersusun oleh material – material lepas berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal, hingga bongkah. Satuan geomorfologi dataran aluvial ini tersebar dibagian utara daerah penelitian, menempati sekitar 24 % dari luas daerah penelitian.
Satuan ini tersebar di bagian tengah dan selatan daerah penelitian dengan menempati 46% dari luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik disepanjang Kali Logeni, Kali Rambut, Kali Winong, Kali Pelatukan, Kali Porang dan Kali Ajar. Ketebalan yang diperoleh berdasarkan pengukuran penampang geologi yaitu 1530 meter.Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian dengan kondisi singkapan umumnya lapuk dan perlapisannya jelas.Satuan batuan ini pada bagian bawah terdiri dari batupasir selang seling batulempung, sedangkan pada bagian atas batupasirnya memperlihatkan sekuen menebal ke atas (Thickening Upwards). Tebal batupasir berkisar antara 7 cm – 3 m, sedangkan tebal batulempung berkisar antara 12cm – 97 cm. Makin ke atas batupasirnya makin mengkasar menjadi batupasir kerikilan. Berdasarkan hasil analisa petogtrafis batupasirnya merupakan Arkose Wacke (Gilbert, 1953). Satuan ini terendapkan dengan mekanisme turbidit pada suatu sistem lingkungan pengendapan Kipas Laut Dalam yaitu tepatnya Smooth Portion On Suprafan Lobes And Smooth To Channeled On Suprafan Lobes.
2.
Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian terdiri atas 6 (enam) satuan batuan, dimulai dari tua ke muda yaitu sebagai berikut : 1) Satuan Batuan Batupasir Selang Seling Batulempung Sisipan Batugamping (Formasi Rambatan) Satuan ini tersebar di bagian tengah daerah penelitian dengan luas 10% dari luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Kali Karangmalang serta anak – anak sungainya, dengan kemiringan yang bervariasi dan membentuk perlipatan berupa sinklin pada daerah penelitian. Ketebalan yang diperoleh berdasarkan pengukuran penampang geologi adalah kurang lebih 330 meter. Keadaan singkapan pada umumnya cukup segar hingga hampir lapuk. Tebal batupasir berkisar antara 15-30 cm dan batulempung 3-25 cm sedang tebal batugamping
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
3
3) Satuan Batuan Batupasir Sisipan Batulempung (Formasi Tapak) Satuan ini tersebar di bagian tengah daerah penelitian dengan menempati 17.8% dari luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Kali Cenang, Kali Busuk, Kali Muti dan Kali Plikeno dengan kedudukan yang bervariasi dan membentuk perlipatan berupa antiklin pada daerah penelitian. Sedangkan ketebalan yang diperoleh berdasarkan pengukuran penampang geologi yaitu kurang lebih 530 meter. Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian daerah penelitian, dengan kondisi singkapan yang hampir lapuk hingga segar. Pada bagian bawah terdapat batupasir yang umumnya lapuk, di beberapa tempat singkapan batupasir ada yang tidak mempunyai kedudukan.Pada satuan batuan ini ditemukan banyak kempingan molusca.Seperti yang terlihat pada foto di atas ini. Satuan batuan Batupasir Sisipan Batulempung ini sangat kaya akan kepingan cangkang Molusca. Dari hasil analisa petrografi yang dilakukan, menunjukkan bahwa batupasir tersebut adalah Arkose Arenit (Gilbert, 1953). 4) Satuan Batuan Intrusi Andesit (Batuan Terobosan) Satuan ini terdapat di bagian timur daerah penelitian dengan menempati 0.7% dari luas daerah penelitian.Tidak dijumpai kontak antara satuan batuan intrusi andesit dengan satuan yang diterobosnya.Intrusi ini berbentuk silinder serta tidak diketahui batas bawahnya.Singkapan yang tersingkap dipermukaan berada pada
ketinggian 150 - 303 mdpl.Dari hasil analisa petrografi yang dilakukan menunjukkan bahwa batuan tersebut adalah Andesit, (William, 1952). 5) Satuan Batuan Breksi Vulkanik (Batuan Endapan Lahar Gunungapi Slamet) Satuan ini tersebar di bagian baratdaya daerah penelitian dengan menempati 1% dari luas daerah penelitian, pada peta geologi diberi warna coklat.Bentuk morfologi dari satuan ini adalah bukit landai.Ketebalan dari satuan batuan ini adalah kurang lebih 25 meter, diukur dari kontur peta geologi. Satuan batuan gunungapi ini terdiri dari batuan produk gunungapi berupa epiklastik, yaitu breksi dengan masa dasar tuff pasiran. 6) Satuan Endapan Aluvial (Aluvial) Satuan ini tersebar di bagian utara daerah penelitian dengan menmpati kurang lebih 24% dari luas daerah penelitia, pada peta geologi diberi warna abu-abu.Satuan endapan alluvial ini menempati daerah datar. Ketebalan dari satuan ini adalah 12.5 m yang diukur dari kontur peta geologi.Satuan endapan alluvial ini merupakan hasil rombakan batuan sebelumnya tetapi belum terkompaksi, dan dikontrol oleh endapan sungai berukuran lempung –bongkah. 3.
Struktur Geologi
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di daerah penelitian dijumpai struktur geologi berupa kekar, perlipatan dan sesar.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
4
1) Struktur Kekar Di daerah penelitian diketahui sangat berkembang dan dapat di bedakan menjadi : Shear joint atau compression jointyaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tekanan. Tension joint, yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tarikan. 2) Struktur Perlipatan Yang dijumpai berupa antiklin, ditandai oleh kemiringan lapisan sebagai bidang sayap dengan arah berlawanan dan Sinklin yang ditandai oleh kemiringan lapisan sebagai bidang sayap dengan arah yang searah. Struktur lipatan ini memiliki arah Barat – Timur.pada daerah penelitian lipatan yang ada berupa tiga antiklin, yaitu antiklin semedo, antiklin wotgalih, antiklin gongseng dan dua sinklin, yaitu sinklin Gunung Wungkal dan sinklin Tugel. Salah satu lipatan yaitu sinklin Gunung Wungkal menjadi terpatahkan dengan menjadi sesar naik, yaitu sesar naik Gunung Wungkal yang terbentuk karena gaya yang masih terus bekerja. Sehingga lipatan yang dijumpai pada daerah penelitian berupa tiga antiklin dan satu sinklin. Lipatan tersebut adalah : Antiklin Semedo Antiklin ini dijumpai di bagian utara, dengan arah Barat – Timur.Antiklin ini melewati Kali Cenang, Kali Busuk , Kali Semedo Dan Desa Semedo dengan panjang sumbu ± 6.4 km. Antiklin ini melipat satuan batuan batupasir sisipan batulempung dari Formasi Tapak.Kedudukan jurus bagian utara adalah N 253°E – N 260° E dan
kemiringannya 20° -38°, sedangkan pada bagian selatan jurusnya berkisar antara N 65° E- N 102° E dengan kemiringan 17° – 52°. Pada penampang geologi, antiklin ini terlihat tidak simetri.Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang, maka antiklin ini diklasifikasikan sebagai antiklin asimetris. Antiklin Gongseng Antiklin ini dijumpai di bagian tengah daerah penelitian dengan arah BaratTimur.Melewati Desa Wotgalih Dan Kali Logeni bagian utara dengan panjang sumbu ± 7 km. Antiklin ini melipat satuan batuan batupasir selang seling batulempung sisipan batugamping dari Formasi Rambatan.Kedudukan jurus pada bagian utara adalah N280°E-N 260°E dengan kemiringan 73° -81° dan jurus pada bagian selatan N81°E-N 120°E dengan kemiringan 70° -79°. Pada penampang geologi, antiklin ini terlihat simetri.Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang, maka antiklin ini diklasifikasikan sebagai antiklin simetris. Antiklin Wotgalih Antiklin ini dijumpai pada bagian selatan daerah penelitian, dengan arah Barat – Timur.Melewati Desa Wotgalih, Kali Logeni Dan Kali Rambut dengan panjang sumbu ± 6.4 km. Antiklin ini melipat satuan batuan batupasir selang seling batulempung dari Formasi Halang. Kedudukan jurus pada bagian utara adalah N273°E – N 263°E dengan kemiringan 42° -78° dan jurus pada bagian selatan adalah N80°E – N 93°E dengan kemiringan 44° -70°. Pada
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
5
penampang geologi, antiklin terlihat simetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang geologi, maka antiklin ini diklasifikasikan sebagai antiklin simetris. Sinklin Tugel Sinklin ini dijumpai di tengah daerah penelitian dengan arah BaratTimur.Melewati Desa Kedungbanteng, Desa Karangmalang, Tugel Dan Kali Muti dengan panjang sumbu ± 7 km. Sinklin ini melipat satuan batuan batupasir selang seling batulempung dari Formasi Halang. Kedudukan jurus pada bagian utara adalah N 100°E – N 60°E dengan kemiringan 67° -79° sedang jurus bagian selatan adalah N275°E – N 285°E dengan kemiringan 77° -80°. Pada penampang geoloi, sinklin ini terlihat simetri.Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang geologi, maka antiklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin simetris. 3) Patahan / Sesar Patahan atau sesar merupakan struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.Sifat pergeserannya dapat bermacam – macam mulai dari mendatar, miring (oblique), naik maupun turun. Adapun jenis sesar – sesar yang berkembang di daerah penelitian antara lain :
1. 2. 3. 4.
Sesar Naik Semedo Sesar Naik Wotgalih Sesar Naik Gunung Wungkal Sesar Mendatar Menganan Kali Logeni
5. Sesar Mendatar Menganan Kali Rambut 6. Sesar Mendatar Mengiri Gunung Tirem. Sesar Naik Semedo Sesar ini dinamakan sesar naik Semedo karena melewati Desa Semedo yang berada di tengah daerah penelitian. Indikasi sesar yang ditemukan dilapangan adalah : a. Adanya lapisan tegak pada batupasir selang seling batulempung yang dijumpai pada lokasi Lp 127, dengan kedudukan batuan N 101° E/ 80°. b. Dijumpainya gores garis pada batupasir pada Lp 94, dengan hasil pengukuran N 75°E/57°, plunge 89°, N 165°E dan pitch 66°. c. Dijumpainya Drag Fold dengan arah N 120°E/67° pada Lp 108. Sesar Naik Wotgalih Sesar ini dinamakan sesar naik Wotgalih karena melewati Desa Wotgalih yang berada di tengah daerah penelitian. Indikasi – indikasi sesar yang ditemukan dilapangan adalah : a. Adanya lapisan tegak pada Lp 32 pada batupasir selang seling batulempung dengan kedudukan N279° E/79°. Dan pada Lp 89 yaitu pada batupasir selang seling batulempung dengan kedudukan batuan N280°E/81°. b. Dijumpainya gores garis dengan pada batulempung Lp 085 dengan hasil pengukuran N 80°E/ 18°, plunge 55°, N160° dengan pitch 85°.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
6
Sesar Naik Gunung Wungkal Sesar ini dinamakan sesar naik Gunung Wungkal karena melewati Gunung Wungkal yang berada di tengah daerah penelitian. Indikasi – indikasi sesar yang ditemukan dilapangan adalah : a. Terdapatnya lapisan tegak pada batupasir selang seling batulempung pada Lp 028 dengan kedudukan batuan N 100°E/84. b. Terdapatnya Drag Fold akibat seretan lipatan pada Lp 004 dengan Kedudukan N130°E/ 60°. c. Terdapatnya cermin sesar pada batupasir dengan kedudukan N 3520 E / 550 ,Pitch 840, plunge 270, N 870 E pada Lp 84. Sesar Mendatar Mengiri Kali Logeni Sesar ini dinamakan sesar mendatar mengiri Kali Logeni karena melewati Kali Logeni yang berada di tengah daerah penelitian. Indikasi – indikasi sesar yang ditemukan dilapangan adalah : a. Dijumpainya gores garis pada Lp 11 dengan hasil pengukuran N 200 E / 750, Plunge100, N 1850 E dan pitch150. b. Adanya pembelokkan sungai pada Kali Logeni secara tajam. c. Kelurusan sungai pada Kali Logeni (berdasarkan analisa peta topografi, dengan arah Baratdaya – Timurlaut). Sesar Mendatar Mengiri Kali Rambut Sesar ini dinamakan sesar mendatar menganan Kali Rambut karena melewati Kali Rambut yang berada di tengah daerah penelitian.
Indikasi – indikasi sesar yang ditemukan dilapangan adalah : a. Adanya pergeseran (Off set) pada batupasir selang seling batulempung pada Lp 040 dengan arah N 177°E. b. Dijumpainya off set kecil pada batupasir selang seling batulempung dengan kedudukan N 187 ° E/ 60° pada Lp 67. c. Terdapatnya kelurusan sungai pada Kali Rambut dengan arah baratdaya – timurlaut (berdasarkan peta topografi). Sesar Mendatar Menganan Gunung Tirem Sesar ini dinamakan sesar mendatar menganan Gunung Tirem karena melewati Gunung Tirem yang berada di tengah daerah penelitian. Indikasi – indikasi sesar yang ditemukan dilapangan adalah : a. Terdapatnya Offset dengan arah bidang N 238°E/ 84° pada Lp 037. b. Terdapatnya arah jurus dan kemiringan lapisan (Strike/dip) yang acak pada batupasir sisipan batulempung, di daerah Semedo c. Terdapatnya kelurusan kontur pada peta topografi, dengan arah Tenggara – Baratlaut. Umur Struktur Daerah Penelitian Dalam menentukan umur struktur geologi, penulis menggunakan umur dari satuan batuan dimana struktur tersebut berada. Umur struktur geologi akan lebih muda dibandingkan umur satuan batuan yang dilipat maupun dipatahkannya. Struktur geologi yang terbentuk di daerah penelitian berupa struktur kekar, lipatan dan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
7
patahan. Satuan sedimen terakhir yang diketahui umurnya setelah analisa mkrofosil yaitu Satuan Batupasir sisipan Batulempung (Formasi Tapak) dan terkena struktur berumur N 19 – N 20 pada kala Pliosen.Maka dengan demikian kejadian tektonik yang menyebabkan terbentuknya proses struktur geologi terjadi setelah kala Pliosen, tepatnya pada N 21 pada kala Plistosen. 4.
Potensi Batuan Beku Andesit.
Kondisi Geografis Intrusi andesit yang ada pada daerah penelitian bernama Igir Gajah dan Igir Klana.Intrusi ini ditemukan di bagian timur daerah penelitian, dimana lokasi ini masuk ke dalam Desa Gongseng Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang. Intrusi ini berada pada elevasi 100, dimana puncak dari Igir Gajah mencapai 303 m, sedangkan puncak Igir Klana mencapak 190 m. Bentuk dari intrusi Igir Gajah ini adalah silinder sedangkan Igir Klana hampir berbentuk kerucut. Intrusi ini berbentuk bukit terisolir diantara bentang alam yang relatif landai. Untuk menuju ke lokasi dapat ditempuh melewati Kecamatan Randudongkal kemudian dilanjutkan menuju ke Desa Gongseng, yang berada ± 45 menit dari Igir Gajah dan Igir Klana. Batasan Studi Khusus Keterdapaatan andesit sebagai batuan penyusun Igir Gajah dan Igir Klana sangat menarik untuk dijadikan sebagai focus dari studi khusus ini mengingat intrusi yang ada cukup besar serta nilai ekonomis yang terkandung didalamnya. Keberadaan lokasi yang bisa menggunakan jalur jalan yang biasa dilintasi oleh warga sehari-harinya.
Area penelitian memiliki luas 1,635,463 m (dapat dilihat dari perhitungan menggunakan metode gridding, dengan ketinggian puncak mencapai 303 meter.Dimensi penyebaran andesit tersebut diharapkan cukup potensial jika dilakukan penambangan andesit sebagai bahan galian industri. Selain itu jika dilihat dari bentuk tubuh bukit intrusi yang masih utuh, dan terdapatnya kekar – kekar tentu memberikan keutungan sendiri dalam hal pengolahan, karena dapat mengurangi ongkos produksi, serta memberikan peluang untuk pengolahan bahan galian menjadi beraneka ragam barang industri yang dapat dijual di kota – kota besar yang berdekatan dengan lokasi penelitian untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku bangunan. 2
Metode Studi Khusus Berdasarkan SNI nomor 19-6728.4-2002 tentang sumber Daya mineral, maka sumber daya mineral dibagi menjadi 4 golongan, yaitu : 1) Sumber Daya Mineral Hipotetik Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap survey tinjau.Sumber daya mineral ini merupakan hasil dari tahap paling awal dari suatu kegiatan eksplorasi dari suatu kegiatan penyelidikan umum.
2) Sumber Daya Mineral Tereka Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan tahap prospeksi
3) Sumber Daya Mineral Terunjuk Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
8
4) Sumber Daya Mineral Terukur Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitiasnya diperoleh berdasarakan hasil tahap eksplorasi rinci. Metode Perhitungan Dalam perhitungan sumber daya bahan galian di daerah penelitian dibagi menjadi dua tahapan, yaitu : 1. Tahapan perhittungan luas Dalam tahap perhitungan luas digunakan metode gridding, yaitu perhitungan yang membagi area pada peta yang berbentuk bujur sangkar, dimana 1 grid (bujur snagkar) memiliki luas 100 m2. 2. Tahapan perhitungan volume Dalam tahap perhitungan volume digunakan metode kontur menurut B.C. Craft dan M.F. Hawkins (1959).(Lihat lampiran tabel 1) Perhitungan Sumber Daya Andesit Igir Gajah Dan Igir Klana Kajian mengenai keterdapatan sumber daya andesit di Igir Gajah dan Igir Klana hanya dilakukan berupa perhitungan sumber dayanya saja tanpa menguji kualitas keteknikan dari batuan tersebut.Sehingga berdasarkan klasifikasi sumber daya menurut SNI, daerah penelitian termasuk ke dalam sumber daya mineral hipotetik. Dengan menggunakan metode kontur menurut B.C. Craft dan M.F. Hawkins, maka didapatkan jumlah sumber daya andesit pada Igir Gajah dan Igir Klana adalah sebesar 27,441,111.28 m3.(Lihat pada lampiran tabel 2)
Tonase = = Volume bersih x BJ andesit 2.5 g/cm2 = 27,441,111.28 m3 x 2.5 g/cm2= 68,602,778.2 ton Maka didapatkan cadangan intrusi Igir Gajah dan Igir Klana 68,602,778.2 ton Pemanfaatan Sumber Daya Andesit Igir Gajah Dan Igir Klana Andesit memiliki peranan yang cukup penting dalam sektor konstruksi, khususnya untuk pembangunan infastruktur, seperti pondasi untuk jalan raya, gedung, jembatan, bendungan, sebagai bahan campuran beton, sebagai bahan baku pembuatan patung seni ataupun untuk batu hiasan pada tembok atau lantai. Untuk kebutuhan bahan baku bangunan umumnya dibutuhkan andesit dengan sifat keteknikan tertentu yang diuji di laboratorium, serta ditunjang oleh hasil analisa petrografi untuk mengetahui komposisi mineral penyusun batuan, maupun untuk mengetahui komposisi mineral gelas, dimana yang diharapkan persentasenya tidak lebih dari 50% dikarenakan sifat gelas yang mempengaruhi kekompakan batuan. Selain itu kenampakan fisik batuan juga dijadikan pertimbangan, dimana yang dibutuhkan adalah batuan yang segar dan kompak, sehingga memiliki peluang untuk dioleh sesuai kebutuhan. Berdasarkan uraian mengenai ciri – ciri yang diamati di lapangan serta hasil analisa batuan secara petrografi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber daya andesit yang terdapat pada daerah penelitian yaitu Igir Gajah dan Igir Klana cukup baik jika dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan.
Volume bersih intrusi = = Volume kotor – volume tanah penutup = 28,588,132.21 m3– 1,147,020,93 m3 = 27,441,111.28 m3 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
9
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemetaan geologi serta pengamatan yang telah dilakukan mengenai unsur – unsur geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan perhitungan sumber daya andesit di daerah Wotgalih dan sekitarnya kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, maka dapat disimpulkan hadil penelitian sebagai berikut : 1.
2.
Geomorfologi Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan, satuan geomorfologi bukit intrusi, satuan geomorfologi bukit piroklstik dan satuan geomorfologi dataran alluvial. Pola aliran sungai yaitu pola aliran rectangular yang paling dominan dan pola aliran parallel, dengan jenis genetika sungai berupa subseken, konsekuen dan obsekuen, dimana stadia erosi sungai berada pada tahapan sungai tua dan muda sedangkan jentera geomorfik secara umum berada pada tahapan dewasa ±75% dan muda ±25%. Stratigrafi Berdasarkan litostratigrafi yang terdapat di daerah penelitian dibagi menjadi 6 (enam) satuan stratigrafi dari tua ke muda yaitu ; a. Satuan batuan batupasir selang seling batulempung sisipan batugamping (Fm. Rambatan) yang berumur N14N15 (Miosen Akhir) yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. b. Satuan batuan batupasir selang seling batulempung (Fm. Halang), yang berumur N16-N18 (Miosen Tengah), yang diendapkan pada lingkungan laut dalam tepatnya pada (Smooth
c.
d.
e.
f.
Portion On Suprafan Lobes And Smooth To Channeled On Suprafan Lobes) atau pada kipas laut dalam bagian tengah. Satuan batuan batupasir sisipan batulempung (Fm. Tapak), yang berumur N 19-N20 (Pliosen), yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Satuan batuan intrusi andesit (Batuan Terobosan Tersier), yang berumur N 21 (Pliosen) yang terbentuk sesudah gaya tektonik bekerja Satuan batuan breksi vulkanik (Batuan ENdapan Lahar Gunungapi Slamet) yang sama berumur N21 (Pliosen), juga terbentuk akibat dari aktifitas tektonik Satuan endapan alluvial, yang menutupi satuan batuan yang ada di bawahnya dengan batas bidang erosi.
3. Struktur Geologi Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian adalah berupa kekar, lipatan dan sesar. Struktur geologi ini mulai terbentuk pada kala Plistosen yang disebabkan karena aktifitas tektonik dengan arah gaya utama berarah uatar – selatan yaitu N 4° E. 4. Sumber daya batuan beku andesit yang terdapat pada daerah penelitian dengan sebaran yang cukup luas dan menghasilkan cadangan yang ekonomis ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembangunan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
10
PUSTAKA 1) Asikin, Sukendar., 1986, Geologi Struktur Indonesia, Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. 2) Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia Sukareja No. 1309-321, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor. 3) Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Randudongkal No. 1309231, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor. 4) Blow, W. H. and Postuma J. A., 1969, Range Chart, Late Miosen to Recent Planktonic Foraminifera Biostratigraphy, Proceeding of The First. 5) Bouma, Arnold, H., 1962, Sedimentology of some Flysch Deposits: A Graphic Approach to Facies Interpretation, Amsterdam, Elsevier, 168 p. 6) Djuri, M., H. Samodra, T.C. Amin dan S. Gafoer., 1996, Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa, Skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
7) Harahap, B.H., Bachri, S., Baharudin., dkk, 2003, Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Geological Research and Development Center, Bandung. 8) Harsolumakso, A.H., Magetsari, N.A., Abdullah, I.C, 1997, Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur, Teknik Geologi ITB, Bandung. 9) Kadarisman, D.S, 1997. Pedoman Praktikum Mineral Optik, Laboratorium Mineral Optik, Program Studi Teknik Geologi, Universitas Pakuan, Bogor.
PENULIS [1] Afni Rahmah, ST. (Alumni, 2014) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. [2] Ir. Teti Syahrulyati M.Si. Staf Pengajar Di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan [3] Ir. Muhammad Agus Karmadi. Staf Pengajar Di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
11
LAMPIRAN 1 PETA GEOLOGI
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
12
LAMPIRAN II PETA GEOMORFOLOGI
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
13
LAMPIRAN III PETA SEBARAN INTRUSI ANDESIT
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
14
LAMPIRAN IV PETA KETEBALAN INTRUSI ANDESIT
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
15
LAMPIRAN TABEL I PERHITUNGAN CADANGAN ANDESIT DAERAH PENELITIAN Lokasi
Igir Gajah
Igir Klana
Elevasi
Luas
Ratio
h
Geometri
Volume kotor
Vol. Tanah penutup
300
2341.4
0.25
25
Piramida
135053.3787
0
275-300
9219
0.45
25
Piramida
361365.8625
0
250-275
20423.3
0.56
25
Trapesium
711240
0
225-250
36475.9
0.61
25
Trapesium
1197573.75
0
200-225
59330
0.70
25
Trapesium
1806747.5
0
175-200
85209.8
0.70
25
Trapesium
2594492.5
0
150-175
122349.6
0.40
25
Piramida
5190921.825
0
125-150
306812.7
0.41
25
Piramida
12823122.92
266029.5
100-125
751716.2
25
Piramida
751716.2
649445.3
>175
2447.9
0.12
25
Piramida
248548.473
0
150-175
20324.4
0.09
25
Piramida
2548537.299
19508.43333
125-150
218812.5
25
Piramida
218812.5
212037.7
28,588,132.21
1,147,020.93
Jumlah
1,635,462.70
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
16
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
17