Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
PEMETAAN GEOLOGI DAERAH SEMARANG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN GAJAHMUNGKUR, SAMPANGAN, KOTAMADYA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH
Rohima Sera Afifah Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN “ Veteran “ Yogyakarta
Abstract Geology is a science which describe about earth, such in the aplication at field, that covered in mapping concept. Geology mapping is in semarang area and the surrounding, Gajahmungkur District, Sampangan, Semarang city, in Central Java. Area Administrative of topography mappping that stated on map no. 47/XL-c(74-c) and 47/XL-d(74-d) in scale 1:25.000 with the wide scale + 25 2 km comprehend Jatingaleh area, Tinjomoyo, Bendan Duwur-Ngisor, Sampangan, Petompon, Simongan, Genuk, Gajahmungkur, Karangpanas, Kaliwiru, Kagok, Tegalsari, Wonotingal. The morphology os Semarang City is a lowland and hills which consist of different height such from 0.75 – 348 m over the sea, with the topography consist of littoral and sea shore, the land and hills has a tilt around 0 – 45 %. Analysis method that is used in this mapping is geomorfology analysis method, petrology analysis, geology structure analysis and soil movement analysis. Geomorfology of Mapping areadivided by 4 soil unit form such as: the structural landform unit step hills (S1), landform unit of dedudational slopping hills (D1), structural landform unit-denudational step hills (S8), fluvial landform (F1 and F3). The stratigrafy sequence of mapping area, from old until young. The kinds of fluvial material deposits of Alluvium formation, Breccia vulcanic of Kaligetas Formation, sandstone of Damar Formation, Carbonate sandstone of Kalibeng Formation, Carbonate Sandstone until carbonate silt stone of Kerek Formation. Geology structure of mapping area is a sturdy structure, Reverse Fault, Normal Fault. The Geology history of mapping area started from Middle Miosen – Holosen. At that point, there was a sedimentation such in stratigraphy line of mapping area and was followed by lifting and reserve fault formtaion at the same time. Then it was followed by the fault down and sturdy. The Potention of mapping area is mineral sandstone which is commonly used for building material. Otherwise, the geological calamity area of mapping is soil movement of landslide moving including the slides. Keyword: Geomorfology, Landform, Stratigraphy, Geology Structure Abstrak Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi, sehingga dalam penerapan secara langsung di lapangan, yang tercakup dalam konsep pemetaan. Pemetaan Geologi di daerah Semarang dan sekitarnya, Kecamatan Gajahmungkur, Sampangan, Kotamdya Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Administrasi daerah pemetaan pada Peta Topografi nomor lembar peta 2 47/XL-c(74-c) dan 47/XL-d(74-d) skala 1:25.000. Luas kurang lebih 25 km , meliputi wilayah Jatingaleh, Tinjomoyo, Bendan Duwur-Ngisor, Sampangan,
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Petompon, Simongan, Genuk, Gajahmungkur, Karangpanas, Kaliwiru, Kagok, Tegalsari, Wonotingal. Bentuk morfologi Kota Semarang merupakan dataran rendah dan perbukitan yang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar 0% – 45%, dengan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku. Metode analisis yang digunakan dalam pemetaan ini adalah metode analisis geomorfologi, analisis petrologi, analisis struktur geologi, dan analisis gerakan tanah. Geomorfologi daerah pemetaan dibagi menjadi 4 satuan bentuklahan, yaitu: Satuan Bentuklahan Struktural Perbukitan Terjal (S1), Satuan Bentuklahan Denudasional Perbukitan Landai (D1), Satuan Bentuklahan Struktural Denudasional Perbukitan Terjal (S8), Satuan Bentuklahan Fluvial Dataran Sungai Dan Tubuh Sungai (F1 dan F3). Urutan stratigrafi daerah pemetaan dari yang tua sampai yang muda adalah: Satuan endapan material lepas sungai pada Formasi alluvium paling muda, satuan breksi vulkanik Formasi Kaligetas, satuan batupasir Formasi Damar, satuan batupasir karbonatan Formasi Kalibeng, satuan batupasir karbonatan – batulempung karbonatan Formasi Kerek. Struktur Geologi daerah pemetaan adalah Struktur Kekar, Reverse Fault, dan Sesar Turun. Sejarah Geologi daerah pemetaan dimulai dari Miosen Tengah-Holosen. Pada Kala itu terjadi pengendapan seperti di urutan stratigrafi daerah pemetaan dan diikuti dengan terjadinya pengangkatan yang diikuti terbentuknya Reverse Fault, kemudian diikuti terbentuknya Sesar Turun dan Kekar. Potensi daerah pemetaan berupa potensi bahan galian batupasir yang umumnya digunakan bahan bangunan. Sedangkan bencana geologi daerah pemetaan berupa Gerakan Tanah Jenis gerakan longsoran termasuk jenis gelinciran (slides). Kata kunci : Geomorfologi, Bentuklahan, Stratigrafi, Struktur Geologi
Pendahuluan Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi, sehingga perlu penerapan secara langsung dan nyata di lapangan, yang tercakup dalam konsep pemetaan. Di dalam suatu pekerjaan diperlukan kemampuan dalam mengumpulkan data secara lengkap, menyeluruh dan objektif, yang merupakan kemampuan dasar bagi seorang ahli geologi. Pemetaan mandiri dilaksanakan di Daerah Semarang dan sekitarnya, Kecamatan Gajahmungkur, Sampangan, Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Daerah ini sudah banyak diteliti oleh para ahli geologi dan sudah dipetakan. Dalam konsep ilmiah, pemetaan mandiri dapat menambah data geologi, memperbaharui hasil pemetaan sebelumnya dan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Pemetaan di suatu daerah yang akan di petakan bertujuan untuk membuat peta geologi daerah Semarang dan sekitarnya Kecamatan Gajahmungkur, Sampangan, Kotamadya Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah – tengah bentangan panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur. Secara geografis, o o o o terletak pada pada 6 55’52,5” LS – 6 58’45” LS dan 110 17’18” BT – 110 29’25” o BT, Beriklim tropis, suhu rata-rata 28,4 C.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Daerah pemetaan secara administrasi sebagian besar daerah wilayah Jatingaleh, Tinjomoyo, Bendan Duwur-Ngisor, Sampangan, Petompon, Simongan, Genuk, Gajahmungkur, Karangpanas, Kaliwiru, Kagok, Tegalsari, Wonotingal. Daerah pemetaan berada pada Peta Topografi bagian dari nomor lembar peta 47/XL-c(74-c) dan 47/XL-d(74-d) skala 1:25.000. Luas daerah 2 pemetaan kurang lebih 25 km seperti pada gambar 1. Berdasarkan bentuk morfologinya, wilayah Kota Semarang secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu Kota Semarang Bawah merupakan dataran rendah dan Kota Semarang Atas merupakan perbukitan. Dataran rendah dengan kemiringan 0 – 2%, ketinggian 0 – 3 m di atas permukaan laut dengan struktur geologi berupa batuan endapan (aluvium) yang berasal dari endapan sungai yang mengandung pasir dan lempung. Sedangkan daerah dataran tinggi merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kaligarang yang berhulu di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus mengikis tegak lurus ke bawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat erosi yang tinggi dan luas. Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% – 45%, dengan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku. Batas – batas Kota Semarang, secara administrasi adalah: sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, panjang garis pantai 13,6 km, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal.
Sumber: Sera Afifah. R., dalam laporan KKL, Mandiri, 2007
Gambar. 1 Daerah Pemetaan wilayah Semarang dan sekitar nomor lembar peta 47/XL-c (74-c) dan 47/XL-d (74-d)
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Geologi Daerah Pemetaan A. Geomorfologi bentuk lahan pemetaan daerah Semarang dan sekitarnya Hasil analisis geomorfologi dengan didasarkan pada aspek-aspek seperti telah disebutkan di atas, maka geomorfologi daerah pemetaan dapat dibagi menjadi 4 satuan (seperti pada gambar 2), yaitu : 1. Satuan Bentuk Lahan Struktural Perbukitan Terjal (S1) Morfologi struktural, morfometri perbukitan terjal, Unit bentuklahan ini ada pengaruh dari sesar, kekar lebih dominan. Kemiringan lereng 22.5 %, beda tinggi 100-200 m, pelamparan 27 %, litologi penyusun konglomerat, batupasir, batulempung. Struktur geologi (Foto. 1) sesar turun, reverse fault, dan kekar. Proses geomorfik pelapukan, erosi, Tata gunalahan berupa pemukiman, bangunan, ladang. Di daerah pemetaan mencakup wilayah G. Gombel, Sungai Kaligarang, Bendan Duwur, dan Gunung Kebo. 2. Satuan Bentuk Lahan Denudasional Perbukitan Landai (D1) Morfologi Denudasional (Foto. 2), morfometri perbukitan landai. Kemiringan lereng 14 %, beda tinggi 30-79 m, pelamparan 29 %, litologi penyusun breksi vulkanik, batupasir. Proses geomorfik pelapukan. Tata gunalahan berupa pemukiman, bangunan. Unit bentuklahan ini adanya kenampakan kemiringan dan bukit. Bentuk lahan satuan ini adalah denudasional karena tidak dijumpai adanya kenampakan struktur geologi melainkan sebagian perubahan menjadi tatagunalahan sebagi pusat kota. Litologi satuan ini adalah konglomerat dan batupasir. Proses geomorfik yang terjadi adalah pelapukan. Jenis pelapukan berlanjut karena dapat terlihat matrik-matriknya masih sangat kuat. Tatagunalahan dari satuan ini sebagai pemukiman, pusat kegiatan ekonomi, dan tempat-tempat industri. Pusat Kota Semarang. Di daerah pemetaan mencakup wilayah Jatingaleh, Sanggung, Kaliwiru, Karangpanas, Wonotingal, Tegalsari, Kagok, Genuk, Petompon, Kintelan.
Foto. 1 Satuan Bentuk Lahan Struktural sepanjang G.Tabet ke G. Kebo, kenampakan indikasi reverse fault pada STA 18 LP 2, kamera menghadap Barat laut dari G. Malang.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Foto. 2 Satuan Bentuk Lahan Denudasional daerah semarang foto diambil dari Gunung Watulawang kamera menghadap utara. 3. Satuan Bentuk Lahan Struktural - Denudasional Perbukitan Terjal (S8) Unit bentuklahan ini adanya kenampakan kemiringan. Kemiringan 23 %, bedaa tinggi 85-190 m, pelamparan 31,5 %, litologi penyusun batupasir, konglomerat, batulempung karbonatan, dan breksi vuulkanik (Foto. 3). Di daerah pemetaan mencakup wilayah Gunung Pesapen, Sukorejo, Kradenan, Gunung Trangkil, Gunung Tumpeng, Kedungmundu.
Foto. 3 Satuan Bentuk Lahan Struktural Denudasional kamera diambil dari lembah G. Trangkil kamera Barat Daya. 4. Satuan Bentuk Lahan Fluvial Dataran Sungai Dan Tubuh Sungai (F1 dan F3) Di daerah pemetaan mencakup wilayah sepanjang Sungai Kaligarang (Foto. 4), Kemiringan 2% 50, beda tinggi 2-4 m. Pola penyaluran dendritik. Proses geomorfik sedimentasi, transportasi, pelapukan, erosi. Sungai Kaligarang berstadia dewasa - tua . Tubuh sungai membentuk meander-meander, aliran sungai yang agak teras – tenang, erosi lateral lebih dominan dari paada erosi vertikal, masih terdapat dataran banjir. Sepanjang sungai Kaligarang lebih didominan ditemukan adanya sebuah fosil. Adanya sungai yang tiba-tiba patah yang mengindikasi adanya gangguan struktur geologi yang diindikasi merupakan struktur geologi yang menerus memotong sungai Kaligarang. Litologi berupa batupasir karbonatan sisipan batulanau mengandung fosil moluska dan gastropoda (Thaden, 1996), batulempung, konglomerat, dan material lepas.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Foto. 4 Satuan Bentuklahan Fluvial Dataran banjir dan tubuh sungai, Sungai Kaligarang, kamera menghadap utara
Sumber: Sera Afifah. R., dalam laporan KKL, Mandiri, 2007
Gambar. 2 Peta Geomorfologi daerah pemetaan B. Pola Penyaluran daerah Pemetaan
Bentuklahan daerah pemetaan mencerminkan adanya suatu pola pengaliran. Pola pengaliran ini membentuk suatu sistem pola penyaluran. Pada daerah pemetaan sistem pola penyalurannya secara umum adalah dendritik dimana penyaluran ini memiliki pola sungai-sungai yang menyebar dan membentuk kenampakan seperti jari – jari. Pola berkembang pada daerah arah timur – barat daya dengan sungai utamanya adalah Kaligarang dan sisanya merupakan alur kering atau sungai kecil ( gambar. 3)
Sumber: Sera Afifah. R., dalam laporan KKL, Mandiri, 2007
Gambar. 3 Pola penyaluran daerah pemetaan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
C. Tataguna lahan daerah pemetaan Penggunaan lahan Kota Semarang digunakan untuk permukiman yaitu 12.355,9843 Ha (32,8%), pertanian lahan kering/tegalan 6.888,3082 Ha, kebun 5.140,2300 Ha, sawah 4.360,8806 Ha, industri dan parawisata 1.023,0321 Ha. Dari sejumlah lahan industri (750,1215 Ha) sebagian besar berada dalam kawasan industri (gambar. 4). Wilayah ini mencakup daerah pemetaan seperti Gunung Badak, Gunung Genuk. Tatagunalahan yang mengalami perubahan tatagunalahan menjadi pemukiman. Gunung Tabet dengan kenampakan sebuah lembah karena erosi lateral, tatagunalahan yang berubah menjadi ladang.
Sumber: Sera Afifah. R., dalam laporan KKL, Mandiri, 2007
Gambar. 4 Tata Gunalahan daerah pemetaan D. Stratigrafi daerah pemetaan Pengelompokan atau pembagian satuan stratigrafi dapat dilihat dengan adanya perbedaan kenampakan fisik dan penyebaran litologi dengan tetap melihat dominasi batuan yang menyusunnya. Berdasarkan dominasi batuan yang menyusunnya daerah pemetaan dapat dibagi menjadi 4 satuan batuan/stratigrafi, yaitu : 1. Satuan endapan material lepas sungai Batupasir berkerikil : tanah residu hasil pelapukan dari tufa, breksi, lava dan batupasir, tebal antara 1-4 m, berwarna coklat kekuningan-coklat kehitaman, kelulusan rendah-sedang, umumnya mengandung kerikil-bongkah andesit dan basalt, bertekstur halus, masif-berongga. Daya dukung yang diijinkan sedang-tinggi, kompresbilitas rendah-sedang, mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kedalaman muka airtanah bebas dalam–sedang. Merupakan endapan sungai, tebal antara 1- >50 m, terdapat batupasir sisipan lempung, lanau dan kerikil. Batupasir lempung berwarna abu-abu kecoklatan, abu-abu kehijauan, agak padat, berukuran lempung hingga pasir kasar, setempat mengandung kerikil, pemilahan sedang, kelulusan tinggi, komposisi mineral terdiri atas kuarsa, felspar, piroksen, setempat mengandung batuapung dan pechan cangkang kerang. Daya dukung yang diijinkan sedang-tinggi, kompresibilitas rendah, mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kedalaman muka airtanah bebas sangat dangkal-dalam dan dipengaruhi fluktuasi air sungai. Daerah ini berpotensi banjir dan setempat-setempat pada tebing sungai terjadi longsoran yang disebabkan oleh erosi lateral. Litologi ini mencakup sepanjang sungai Kaligarang, seperti gambar dibawah ini.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Foto. 5 Satuan litologi endapan material lepas sungai, Sungai Kaligarang, kamera menghadap utara 2. Satuan breksi vulkanik Satuan Litologi Breksi Vulkanik (Formasi Kaligetas). Satuan ini menunjukkan warna abu-abu tua, struktur masif, tekstur klastik, sortasi buruk, kemas terbuka, terdapat fragmen lithik dan matrik tuf, fragmen berukuran kerikilberangkal, matrik berukuran pasir halus-pasir sangat kasar. Breksi vulkanik lapuk tinggi. Litologi ini mencakup wilayah gunung Gombel (seperti gambar dibawah ini).
Foto. 6 Satuan litologi breksi vulkanik, Gunung Gombel, kamera menghadap timur laut. 3. Satuan batupasir Batupasir : merupakan batuan sedimen dari Formasi Damar, terdiri atas batupasir kompak dan batupasir agak kompak. Batupasir kompak : mengandung sisipan tufa, breksi dan batulempung, berwarna abu-abu kehitaman, lapuk ringan – lapuk sempurna, kompak, tersusun oleh tufa berukuran pasir sedang-kasar, setempat-setempat bersifat konglomeratan, berlapis dengan tebal antara 15-150 cm, kelulusan rendah-sedang. Batupasir agak kompak : mengandung sisipan breksi, konglomerat dan tufa, berwarna abu kecoklatan – coklat keabuan, lapuk ringan – lapuk sedang, agak kompak, susunan mineral terdiri atas felspar, gelas vuklanik, dan mineral mafik, berukuran pasir halus sampai kasar. Sebagian bersifat konglomeratan, struktur perlapisan kurang baik, kelulusan sedang-tinggi. Daya dukung yang
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
diijinkan dari kedua batuan ini tinggi-sedang, mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kedalaman muka airtanah bebas sangat dalam -sedang. Litologi ini mencakup wilayah Kradenan, Sukorejo (seperti gambar 7).
Foto. 7 Satuan litologi batupasir, Gunung Tumpang Sampangan kamera menghadap timur 4. Satuan batupasir karbonatan Merupakan sedimen dari endapan marine, batupasir, konglomerat. Batupasir warna kuning orange, lapuk tinggi, sortasi buruk, kemas terbuka. Konglomerat berukuran lerakal-berangkal warna abu-abu, masif, lapuk ringan. Komposisi mineral : karbonatan, felspar, piroksen, plagioklas. Deskripsi : Foraminifera Plangtonik, jenis peraga: Fosil Gastropoda. Gejala umum pengawetan: terawetkan dengan baik, tanpa korosi/fragmentasi. Tersusun oleh kalsit. Cangkang terawetkan dalam bentuk aslinya, tanpa ada tanda-tanda perubahan fisik ataupun kimiawi. Ordo : foraminifera, Subordo : Rotaliina, Superfamili : Buliminacea, Famili : Buliminidae (Pringgoprawiro, dkk 1999) (seperti foto. 8))
Foto. 8 Satuan litologi batupasir karbonatan , Kaligarang Kradenan kamera menghadap Barat daya 5. Satuan batupasir karbonatan – batulempung karbonatan Merupakan sedimen dari endapan laut, mengandung sisipan batupasir, breksi dan batugamping (seperti foto. 9). Batulempung : berwarna abu-abu kehitaman, segar-lapuk sedang, keras, apabila tersingkap mudah menyerpih, mudah luruh bila kena air dan tanah pelapukannya mempunyai sifat mengembang serta mudah pecah oleh pengaruh perubahan cuaca, berlapis dengan tebal 5-20 cm, setempat-setempat terdapat struktur laminasi,
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
kelulusan sangat rendah-kedap air. Napal : berwarna abu-abu kehijauan, segar-lapuk sedang, rapuh apabila kena air, berlapis tebal antara 5-50 cm, kelulusan sangat rendah- kedap air. Daya dukung yang diijinkan dari kedua batuan ini sedang, mudah hingga agak sukar digali dengan peralatan non mekanik. Kedalaman muka airtanah bebas sangat dalam hingga tidak ada sama sekali. Satuan ini menunjukkan warna coklat tua, ukuran butir pasir sedang, sortasi baik, karbonatan, dijumpai struktur sedimen berupa wavy pararel, even pararel, dan laminasi terdapat sisipan batulanau, secara Petrologi adalah Batupasir Karbonatan. Satuan Litologi Batupasir Karbonatan mengandung fosil foraminifera plangtonik (Foramasi Kerek). Deskripsi : Foraminifera Plangtonik, jenis peraga: Fosil Gastropoda. Gejala umum pengawetan: terawetkan dengan baik, tanpa korosi/fragmentasi. Tersusun oleh kalsit. Cangkang terawetkan dalam bentuk aslinya, tanpa ada tandatanda perubahan fisik ataupun kimiawi. Ordo : foraminifera, Subordo : Rotaliina, Superfamili : Buliminacea, Famili : Buliminidae (Pringgoprawiro, dkk 1999)
Foto. 9 Satuan litologi batupasir karbonatan - batulempung karbonatan, Tinjomoyo, kamera menghadap timur Stratigrafi Kesebandingan daerah Pemetaan Geologi dengan Stratigrafi Regional daerah Pemetaan, seperti gambar. 4
Sumber: Sera Afifah. R., dalam laporan KKL, Mandiri, 2007
Gambar. 4 Kolom Kesebandingan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
E. Struktur Geologi Pemetaan Daerah Semarang ditemukan adanya struktur geologi , yaitu sesar turun, sesar berbalik. Daerah-daerah yang diindikasikasi adanya gangguan struktur meliputi : Sesar turun relatif berarah Barat – Timur di daerah Gunung Gombel menerus ke Tinjomoyo memotong Sungai Kaligarang, Sesar berbalik relatif berarah Barat laut – Tenggara di daaerah Bendan Duwur memanjang sampai Gunung Kebo. Berdasarkan kondisi lapangan didapat data kekar dan struktur geologi sesar pada daerah pemetaan. Dilakukan analisis data lapangan, yaitu : 1. Analisis Kekar; Analisis kekar daerah G. Malang, Manyaran, Setonen, Sampangan. Pada daerah pemetaan didapatkan kekar bersilang (kekar gerus). Kekar gerus pada daerah Panjangan, Ngemplak Simongan, dalam skala kecil di Daerah Genuk. 2. Analisis Sesar; berupa sesar normal dan sesar berbalik (reverse fault). Sesar normal pada daerah sepanjang G. Gombel sampai memotong sungai Kaligarang. Sedangkan daerah terindikasi sesar berbalik di daerah sepanjang Bendan Duwur sampai memotong G. Kebo. Berdasarkan hasil pengukuran dan kenampakan sesar dilapangan untuk o sesar berbalik pada daerah Bendan Duwur perlapisan N 209 E /13, sesar o o o o berbalik N 160 E/81 , Gunung Kebo Perlapisan = N 322 E/11 , Sesar berbalik = o o o o N 157 E/76 , sesar turun daerah Gunung Gombel sesar turunN 223 E/81 . Hasil Pemetaan Geologi seperti pada peta geologi dibawah ini serta sejarah pembentukan yang dapat dilihat dan diperkirakan hasil sayatan dari AA’, B- B’, dan C-C’ (seperti gambar 5 dan 6).
Sumber: Sera Afifah. R., dalam laporan KKL, Mandiri, 2007
Gambar. 5 Peta Geologi daerah Pemetaan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Sumber: Sera Afifah. R., dalam laporan KKL, Mandiri, 2007
Gambar.6 Penampang Sayatan A-A’, B-B’, dan C-C’ F. Struktur Sedimen Pada daerah pemetaan terdiri dari berbagai struktur sedimen (Boggs, sam. Jr. 1983) yang dittemukan berupa wavy pararel, flute cast, groove cast, mudcrack. Struktur sedimen daerah pemetaan banyak ditemukan di daerah Sungai Kaligarang.
Foto. 9 Struktur sedimen flute cast di Sungai Kaligarang, kamera menghadap utara
Foto. 10 Struktur sedimen groove cast di Sungai Kaligarang, kamera menghadap selatan
Foto. 11 Struktur sedimen mudcrack di Sungai Kaligarang, kamera menghadap selatan
Foto. 12 Struktur sedimen wavy pararel di G. Malang, kamera menghadap utara
G. Sejarah Geologi Sejarah geologi dimulai pada zaman Tersier kala Miosen dengan terendapkannya satuan litologi batulempung karbonatan. Proses pengendapan batulempung terjadi pada lingkungan pengendapan marine ditemukan adanya fosil berupa moluska dan gastropoda setempat di Sungai Kaligarang pada zaman tersier dilingkungan pengendapan marine. Kemudian terendapkan diatasnya Formasi Kalibeng tidak selaras dengan Formasi Kerek pada zaman
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Tersier kala Miosen – Pliosen satuan litologi batupasir karbonatan batulempung karbonatan. Proses pengendapan terjadi pada lingkungan pengendapan marine, ditemukan adanya fosil berupa moluska dan gastropoda setempat di Sungai Kaligarang. Kemudian disusul terbentuknya Formasi Damar pada zaman Pliosen – Plitosen tidak selaras dengan Formasi Kalibeng terendapkan satuan litologi batupasir, konglomerat, breksi vulkanik ditemukan adanya fosil berupa moluska dan gastropoda setempat di Sungai Kaligarang. Dipertengahan pembentukan Formasi Damar terbentuk Formasi Kaligetas yang tidak selaras dengan Formasi Damar dimana Formasi Kaligetas berakhir sebelum Formasi Damar berakhir. Formasi Kaligetas pada zaman Kuarter kala pliosen – plitosen. Sebelum pengendapan batupasir, konglomerat, breksi vulkanik terjadi proses pengangkatan dan erosi pada Formasi Damar dan Formasi Kaligetas di lingkungan pengendapan non marine. Kemudian terendapkan tidak selaras diatasnya sebagai endapan sungai berupa batupasir kerikilan pada Formasi Aluvium pada kala Kuarter zaman Holosen. Struktur Geologi daerah pemetaan terjadi akibat pengangkatan dan erosi. Pengangkatan dan erosi terjadi pada Formasi Damar dan Formasi Kaligetas. Struktur Geologi berupa Sesar mendominan di daerah pemetaan. Sesar berupa Sesar normal dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah Barat – Timur di temukan di daerah G. Gombel dan memotong Sungai Kaligarang, kemungkinan sesar normal yang memanjang dari Gunung Gombel – Sungai Kaligarang. Sesar normal di daerah Gunung Gombel N 223oE/81o. Sesar naik relatif berarah Barat laut – Tenggara di temukan didaerah Bendan Duwur N 160oE/81o dan Gunung Kebo N 157oE/76o, kemungkinan sesar naik memanjang dari Bendan Duwur sampai Gunung Kebo. Potensi Sesumber dan Bencana Geologi Berdasarkan pengamatan di lapangan daerah Semarang, potensi sesumber mendominan batupasir perlapisan dengan konglomerat pada Formasi Damar. Litologi yang sangat cocok sebagai daerah tempat tambang batupasir dengan berbagai macam fragmen dari batupasir tersebut dari ukuran fragmen kerikil-berangkal. Warga setempat memanfaatkan batuan yang ada di sepanjang sungai kaligarang. Potensi positif ini dijadikan sebagai matapencaharian warga setempat untuk menjadi sebagai tukang batu atau tukang tambang batupasir maupun batu sedangkan bencana geologi yang sering terjadi pada daerah pemetaan berupa gerakan massa dan banjir. Gerakan massa seperti longsoran sering terjadi pada batulempung atau kontak antar batulempung dengan breksi vulkanik. Longsoran yang terjadi termasuk jenis longsoran tunggal (single slide). Jenis gerakan longsoran termasuk jenis gelinciran (slides). Penyebaran longsoran arah baratlaut-tenggara, sedangkan arah longsoran pada umumnya ke arah baratdaya. Longsoran yang sering terjadi merupakan longsoran yang berulang-ulang (resliding) dari longsoran yang sebelumnya terjadi. Sedangkan bencana banjir kadang terjadi. Bencana banjir di daerah Ngemplak Simongan terjadi disebabkan oleh kondisi air pada sungai Kaligarang naik yang akan membanjiri daerah sekitarnya.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Administrasi pemetaan sebagian besar daerah wilayah Jatingaleh, Tinjomoyo, Bendan Duwur-Ngisor, Sampangan, Petompon, Simongan, Genuk, Gajahmungkur, Karangpanas, Kaliwiru, Kagok, Tegalsari, Wonotingal, berada pada Peta Topografi bagian dari nomor lembar peta 47/XL-c(74-c) 2 dan 47/XL-d(74-d) skala 1:25.000 dengan Luas kurang lebih 25 km , geologi regional general untuk daerah sekitar pemetaan, sebagai berikut: menurut geomorfologi menjadi beberapa satuan, meliputi: dataran dan perbukitan, dengan litologi yang mendominan batupasir dilengkapi struktur geologi berupa sesar turun yang sangat kompleks. 2. Berdasarkan hasil pemetaan geologi didaerah semarang dan sekitarnya, Kecamatan Gajahmungkur, Sampangan, Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah, seperti berikut: a. Gemorfologi berupa Satuan Struktural Perbukitan Terjal, Satuan Struktural Denudasional Perbukitan Terjal, Satuan Denudasional Perbukitan Landai dan Satuan Fluvial Dataran Banjir dan Tubuh Sungai. b. Pengelompokan atau pembagian satuan stratigrafi dilihat dengan adanya perbedaan kenampakan fisik dan penyebaran litologi dengan tetap melihat dominasi batuan yang menyusunnya pada daerah pemetaan dibagi menjadi 4 satuan batuan/stratigrafi, yaitu: Satuan endapan sungai batpasir kerikilan, Satuan batupasir, Satuan breksi vulkanik, Satuan batupasir karbonatan, Satuan batupasir karbonatan – batulempung karbonatan c. Struktur geologi berupa kekar, sesar turun, sesar berbalik. Daerah-daerah yang diindikasikasi adanya gangguan struktur meliputi : Sesar turun relatif berarah Barat – Timur di daerah Gunung Gombel menerus ke Tinjomoyo memotong Sungai Kaligarang, Sesar berbalik relatif berarah Barat Laut – Tenggara di daaerah Bendan Duwur memanjang sampai Gunung Kebo. o o o o Gunung Gombel N 223 E/81 , Bendan Duwur N 160 E/81 , Gunung Kebo o o N 157 E/76 d. Sejarah geologi dimulai Formasi Kerek tidak selaras dengan Formasi Kalibeng di lingkungan marine kemudian terendapkan diatasnya Formasi Kaligetas tidak selaras kemudian Formasi Damar diatasnya selaras di lingkungan non marine dengan terjadi proses pengangkatan dan erosi akibat adanya gangguan struktur geologi yaitu sesar turun relatif berarah Barat – Timur, sesar berbalik berarah Barat laut – Tenggara, yang kemudian terendapkan diatasnya tidak selaras pada alluvium di lingkungan non marine. 3. Berdarkan potensi sesumber dan bencana geologi pada daerah pemetaan, sebagai berikut: mendominan batupasir perlapisan dengan konglomerat pada Formasi Damar. Litologi yang sangat cocok sebagai daerah tempat tambang batupasir, dimana sebagai sember potensi positif ini dijadikan sebagai matapencaharian warga setempat untuk menjadi sebagai tukang batu atau tukang tambang batupasir maupun batu sedangkan bencana geologi daerah pemetaan berupa gerakan massa dan banjir..
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Saran Berdasarkan sumber potensi yang dimiliki dan bencana yang kemungkinan pernah terjadi, pada daerah rawan longsor sebaiknya segera di tindak lanjuti baik oleh pemerintah maupun warga setempat. Misal pada daerah sungai bisa dibuat growthing atau di buatkan sebuah brojong yang sederhana, murah, dan cepat. Selain itu dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya tanah longsor, yaitu : 1. Tidak mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman, buat terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman 2. Tidak melakukan penggalian di bawah lereng terjal, tidak memotong tebing jalan menjadi tegak. 3. Tidak membangun rumah di bawah tebing, tidak mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal maupun di tepi sungai yang rawan erosi. Daftar Pustaka Bemmelen, Van. R.W. 1949. The geology of Indonesia Vol IA. The Haque of Netherlands. Boggs, sam. Jr. 1983. Principle of Sedimentology and Stratigraphy. Merril Publishing Co.A Bell & Howell, Ohoi. London Melbourne. Nugroho, Hadi. 2002. Tesis : Pengaruh gerakan tanah terhadap lahan pemukiman ‘ studi kasuus : lahaan pemukiman Jatisari, Kelurahan Pongangan, kecamatan Gunungpati, Kota Semarang’. Semarang : Magister Pembangunan Kota UNDIP. Pringgoprawiro H dan Rubiyanto Kapid. 1999. Pengenalan mikrofosil dan aplikasi biostratigrafi. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi UGM. Sera Afifah. R,. 2007. Laporan KKL, Mandiri: Geologi Daerah Semarang dan sekitarnya. Semarang: Teknik Geologi UNDIP Thaden. R.E. Sumardja H., Richards P.W. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa Skala 1: 100.000. Bandung : Dit. Geologi Bandung. Zuidam, Van. Dr.R.A. 1983. Guide to geomorphology serial photographic interpretation and mapping. ITC Enschede. Netherland