Potensi Likuifaksi Kota Makassar dengan Metoda NCEER Syarifuddin Nasution1) Arifin B.2)
Abstrak Berikut ini ditinjau secara singkat tentang konsep model probabilitas untuk likuifaksi didasarkan pada persamaan model simplifit yang direkomendasikan oleh National Centre for Earthquake Engineering Research), NCEER, 1988, dengan menggunakan model probabilitas persamaan orde pertama dari Haldar-Tang (1979). Hasil analisis dinyatakan dengan besarnya probabilitas likuifaksi dalam katagori Rasio Kekuatan Geser Siklik (CRR) lebih kecil atau sama dengan Rasio Tahanan Geser Siklik (CSR), dimana penyebaran variabelnya dinyatakan dengan koefisien variansi. Dalam studi kasus ini untuk lokasi kota Makassar di Sulawesi Selatan, didapatkan probabilitas likuifaksi sebagai berikut, untuk FS = 1 didapat PL = 50%, untuk FS = 1.5 maka PL = 25%,. dan untuk FS = 0.75 maka PL = 70%. Demikian pula untuk (N1)60cs. σ'v/σv = 14 untuk PBA = 0.Ig didapat PL = 15% dan untuk PBA = 0.3g didapat PL = 59% . Kata-kata kunci : Gempa, likuifaksi, probabilitas, kekuatan geser siklik tegangan geser siklik, peak base acceleration, PBA. Abstract Following a brief review of probability analysis methodology of the simplified procedure equation recommended by the National Center for Earthquake Engineering Research (NCEER), 1988, using the first order of the equation probability model of HaldarTang(1979). The resuts of the analysis is indicated by the magnitude of the liquefaction probability in the sense that the Cyclic Shear Strength Ratio (CRR) is smaller than or the same as the Cyclic Shear Stress Ratio (CSR), where the variable distribution is indicated by the variance coefficient. A case studies for location of Makassar City in South Sulawesi and determined that liquefaction probability, PL = 50 % for FS = 1.0 , PL = 25 % for FS = 1.5 and PL = 70 % for FS = 0.25. While (N1)60cs. σ'v/σv = 14 and PBA = 0. lg then PL = 15% and for PBA = 0.3g then PL = 59%. Keywords : Earthquake, liquefaction, probability, cyclic shear strength, cyclic shear stress, peak base acceleration, PBA.
Persamaan Gelombang Panjang dengan Tekanan Hidrodinamis dari Teori Gelombang Limier Syawaluddin H1)
Abstrak Paper ini mempresentasikan suatu persamaan pengatur dari hidrodinamika gelombang pendek diperairan yang relatif dalam ( h/L>0.40). Persamaan diperoleh dengan memasukkan tekanan hidrodinamis dari teori gelombang linier kedalam persamaan gelombang panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, persamaan dengan menggunakan tekanan hidrodinamis dari teori gelombang linier memberikan persamaan yang cukup baik. Sehingga apabila digunakan diskripsi tekanan yang lebih baik, akan diperoleh persamaan yang lebih baik lagi. Kata-kata kunci : Tekanan hidrodinamis : tekanan air dengan memperhitungkan gerakan air. Model numeris : solusi suatu persamaan pengatur dengan metoda numeris. h : Kedalaman perairan pada muka air diam L : Panjang gelombang. Abstract This paper presents a governing equation of short wave hydrodynamic in deep water (h/L>0.40). The equation is obtained by inserting hydrodynamic pressure of linier 's wave theory into long wave equation. The result of the research, indicate that the governing equation using hydrodynamic pressure of linier 's wave theory give a good performance, and can be concluded that by using better description of hydrodynamic pressure, better equation can be obtained. Keywords : Hydrodynamic Pressure : Water pressure, by considering the water dynamic. Numerical Model: a solution of a governing equation using numerical method h : water depth in still water level condition L : wave length
Pengaruh Ukuran Maksimum Agregat Kasar dalam Desain Gradasi Campuran Aspal Porus Hardiman1)
Abstrak Permasalahan utama yang dijumpai pada aspal porus konvensional satu lapis (single layer) adalah terganggunya fungsi alir air ( drainage function). Hal ini disebabkan terjadinya penyumbatan (clogging) rongga oleh debu jalan atau pecahan agregat kasar akibat beban roda. Permasalahan ini sudah dapat dikurangi dengan menerapkan lapisan aspal porus dua lapis (twinlay). Jenis perkerasan lapis aspal baru ini yang telah diuji coba di beberapa ruas jalan di Belanda, dilaporkan selain dapat mengurangi penyumbatan rongga, juga mudah dalam pemeliharaan dan dapat mengurangi kebisingan lalu lintas. Dalam makalah ini akan dibahas terutama dalam hal pegembangan desain gradasi campuran aspal porus dengan ukuran maksimum agregat kasar yang berbeda, yaitu 20, 14 dan 10 mm. Hal ini dilakukan karena spesifikasi gradasi agregat untuk aspal porus sangat beragam yang diperoleh secara empiris Diharapkan dengan beragamnya ukuran butiran maksimum yang digunakan akan menjadi bahan kajian untuk menganalisis nilai rongga, stabilitas dan permeabilitas dalam campuran aspal porus dua lapis. Adapun alat yang digunakan untuk menentukan rongga agregat kering minimum adalah pemadat getar (vibratory compactor). Dalam kajian ini, gradasi campuran yang digunakan didasarkan oleh teori kemampatan (packing). Prinsip dasarnya adalah stabilitas yang diperoleh didapat dari saling menguncinya (interlocking) antara sesama agregat kasar, sedangkan untuk memperoleh nilai rongga dalam campuran sangat ditentukan oleh variasi agregat halus (fine aggregate). Besarnya rongga dalam campuran aspal porus diharapkan minimum 20%. Kemudian dilakukan uji permeabilitas untuk melihat kemampuan alir air dan uji stabilitas Marshall. Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan ternyata penggunaan alat pemadat getar dengan waktu dan frekuensi optimum 65 detik dan 40 hz, hanya dapat memenuhi nilai rongga, stabilitas dan permeabilitas campuran aspal porus yang mengandung agregat dengan ukuran maksimum 14 dan 10 mm. Modifikasi gradasi diperlukan untuk campuran yang mengandung agregat kasar maksimum 20 mm untuk mencapai nilai stabilitas yang diharapkan. Kata-kata kunci: gradasi, aspal porus dua lapis, rongga, clogging, permeabilitas dan stabilitas. Abstract The biggest problem facing by the existing single layer porous asphalt is a drainage function falls. This phenomena is caused by clogging of road dust, coming-flying dust and by consolidation of air void. Many researchers reported, that clogging problems can be reduced by using double layer porous asphalt, and constructed in Netherlands. Double layer porous asphalt proved to be effective in reducing traffic noise, water discharge capacity and ease of cleaning maintenance. This paper investigated a development of a new grading design for porous asphalt by varying of maximum sizes of 20, 14 and 10 mm, a theory of packing was used. The most commonly used for grading design is based on empirical, in which does not relate the packing behaviour of the aggregate mass. The packing theory used in this study was facilitated by a vibratory compactor. Fine aggregate gradings are varied to achieve the target porosity, in which the porosity should be higher then 20%. It was found that mixtures containing aggregate sizes 14 and 10 mm has a good permeability and stability, when used by vibrating compactor (at time 65 second and frequency 40 Hz), while aggregates containing 20 mm needs to modify gradation to achieve minimum stability. Keywords: gradation, double layer porous asphalt, porosity, clogging, permeability and stability.
Simulasi Aliran di Perairan Dangkal dengan Menggunakan Metoda Volume Hingga pada Sistem Grid tak Beraturan Dantje Kardana Natakusumah1) Choly Nuradil2) Abstrak Pada paper ini dikembangkan model numerik menggunakan skema numerik ekspisit dengan metoda volume hingga bertipe sell terpusat pada sistem grid tidak beraturan. Skema metoda volume hingga yang digunakan, pertama sekali diperkenalkan oleh Jameson [1] untuk menyelesaikan persamaan persamaan Euler. Jameson menggunakan metoda tersebut untuk penyelesaian aliran viskos dan non viskos, aliran laminar viskos serta aliran turbulen pada berbagai bentuk sayap pesawat. Dalam paper ini skema tersebut dimodifikasi untuk menyelesaikan persamaan perairan dangkal (Shallow-water Equations). Model numerik ini digunakan pada aliran-aliran tunak dan tidak tunak dengan aliran subkritis dan superkritis serta simulasi loncatan hidrolik. Model numerik ini diselesaikan secara eksplisit, dimana diskritisasi ruang diselesaikan dengan metoda volume hingga bertipe sel terpusat ( cell-center finite volume method) dan diskritisasi waktu digunakan metoda Runge-Kutta bertingkat banyak (multi-stage Runge-Kutta method). Untuk mengatasi osilasi numerik yang timbul digunakan disipasi numerik buatan yang diperkenalkan oleh Jameson [1 J. Untuk beberapa uji kasus, hasil simualsi di bandingkan dengan perhitungan analitik serta dibandingkan dengan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dari analisa hasil simulasi, didapatkan bahwa dari perbandingan antara hasil eksperimen dan numerik memperlihatkan bahwa sulusi numerik adalah akurat dam dapat diandalkan. Kata-kata kunci : Metoda volume hingga, disipasi buatan, grid tidak beraturan, Cell-centre Abstract In this paper, it has been developed a numerical model using a general explicit numerical scheme base on the Finite Volume Method with cell-centre type on unstructured grid system. The Finite Volume scheme to be presented is developed on the basis of the finite volume scheme proposed by Jameson [1] for the solution of Euler equations. The proposed method is applied to solve some two-dimensional inviscid, laminar viscous and turbulent flows around various airfoils. In this paper, the scheme it has been modified to solve some two-dimensional depth average free-surface flows (Shallow-water Equations). This numerical model has been applied to depth averaged steady and unsteday flows for subcritical and supercritical free-surface flow and hydraulic jump simulations. This numerical model is solved by explicit way, where spatial discretisation is solved by cell-center finite volume metod and time discretisation is solved by multi-stage Runge-Kutta method To make the computation stabel and cure from numerical oscilation an artificail disipation is introduced to the scheme. For some test cases, the calculated results are compared with experimental data that has been investigated. From simulation results analysis, the comparisons with measurements as well as with numerical solution show that the numerical method is comparatively accurate, fast, and reliable. Keywords : Finite Volume Methods, Artificial disipation, unstructural grid system, Cell-centre
Uji Aeroelastik Model Penuh pada Jembatan Cable Stayed Fariduzzaman1) L. Gunawan2) Lavi R. Zuhal2) Amrinsyah Nasution3)
Abstrak Jembatan cable-stayed termasuk kepada salah satu struktur fleksibel, karenanya efek angin pada struktur menjadi sangat penting untuk dikaji. Jika tidak dirancang secara cermat, suatu fenomena ketakstabilan aeroelastik yang berbahaya dapat saja terjadi. Dengan metoda analitik maupun komputasional, kecepatan angin kritis timbulnya ketakstabilitan aeroelastik cukup sulit untuk diprediksi, sampai saat ini analisis eksperimental di terowongan angin masih tetap menjadi andalan terbaik. Dari berbagai metoda analisis eksperimental, analisis dengan model penuh adalah salah satu metoda yang paling dekat dengan sebenarnya. Hampir semua komponen struktur jembatan disertakan dalam pemodelan, begitu pula interaksi dinamik antar komponen struktur dapat di amati. Makalah ini akan menguraikan proses pemodelan aeroelastik suatu jembatan cable-stayed dan pengujiannya di terowongan angin ILST (Indonesian Low Speed Tunnel). Dua keadaan angin telah diuji, angin smooth dan turbulen. Juga dua fenomena penting yang mungkin terjadi di jembatan aktual, induksi vortex dan flutter. Kata-kata kunci: struktur jembatan panjang, aerodinarnika, uji terowongan angin. Abstract A cable-stayed bridge can be regarded as a flexible structure, therefore the wind effect on structure is essential to analyze. If it is not properly designed, a dangerous aeroelastic instability might be occured By means of analytical or computational method, the critical wind speed of the bridge aeroelastic instability is somewhat difficult to predict. An experimental analysis in a wind tunnel is still considered as the best method Among various experimental analysis methods, full model is the most likely model to the real situation. Almost all structural members are included in the model as well as the dynamic interaction of members are investigated. The following paper will describe the aeroelastic modelling processes of a cable stayed bridge and its testing in the ILST ( Indonesian Low Speed Tunnel). Two wind types were used, smooth and turbulence. Also two important phenomena that probably appear in the actual bridge have been identified, vortex-induced and flutter. Keywords: long-span bridge structure, aerodynamic, wind tunnel testing.