1
POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan penggunaan lahan , sehingga biofisik sebagai penyebab kerusakan lahan DAS Deli yang mengakibatkan banjir di kota Medan. Kerusakan lahan DAS Deli hulu didasarkan pada prediksi laju erosi dan tingkat bahaya erosi. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan, dengan melakukan pengecekan data karakteristik lahan dan karakteristik biofisik DAS Deli hulu. Evaluasi kerusakan lahan menggunakan persamaan matematik “Universal Soil Loss Equation (USLE)”, tingkat bahaya erosi ditentukan oleh kedalaman solum tanah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli hulu didominasi oleh faktor-faktor biofisik, terutama penggunaan lahan, kemiringan lereng, bentuk lahan, dan curah hujan. Kerusakan lahan berdasarkan hasil prediksi laju erosi DAS Deli bagian hulu menunjukkan bahwa nilai erosi tertinggi ditemukan pada Sub DAS Petani mencapai 266,1 ton/ha/tahun, kemudian menyusul Sub DAS Simai-mai mencapai 182,5 ton/ha/tahun. Luas DAS Deli hulu dengan tingkat bahaya erosi berat sampai sangat berat mencapai 4.124,3 ha (25,7 %) oleh karena itu diperlukan arahan konservasi dan penggunaan lahan.
KeyWords: DAS Deli hulu, kerusakan lahan, prediksi erosi. Klasifikasi kemampuan penggunaan lahan (KPL) diperoleh dengan tumpang susun (overlay) parameter kelas kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah serta tingkat bahaya erosi, serta berpedoman pada Tabel keputusan kemampuan penggunan lahan, sehingga diperoleh kelas dan sub kelas kemampuan penggunaan lahan dengan kelas kemampuan lahan I sampai VIII. Kelas menunjukkan tingkat pembatas fisik, sub kelas menunjukkan tingkat pembatas fisik yang dominan.
Daerah Aliran Sungai Deli merupakan salah satu DAS kritis di Sumatera Utara yang memerlukan prioritas penanganan sebagai lokasi sasaran rehabilitasi. Oleh karena itu, untuk dapat merencanakan rehabilitasi secara efektif dan efisien, perlu dilakukan analisis kekritisan lahan hususnya DAS Deli bagian hulu agar kerusakan lahan dapat dimitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerusakan lahan DAS Deli berdasarkan kekritisan lahan DAS Deli bagian hulu yakni Sub DAS Petani dan Simaimai. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan, kegiatan survei berupa identifikasi parameter alami dan manajemen. Data hasil survei digunakan untuk mengkaji kerusakan lahan yang didasarkan pada formulasi kekritisan dan potensi lahan serta menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 diperoleh klasifikasi tingkat kekritisan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi. Kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu berdasarkan hasil analisis tingkat kekritisan lahan menunjukkan bahwa luas lahan yang termasuk sangat kritis seluas 2.277,8 ha (14,2 %), kritis 8.962,4 ha (55,8 %) dan agak kritis 4.818,4 ha (30,0 %) dari total luas DAS Deli bagian hulu. Key Words: DAS Deli hulu, klasifikasi tingkat kekritisan lahan, mitigasi kerusakan lahan
2
Ringkasan Daerah Aliran Sungai Deli merupakan salah satu DAS kritis di Sumatera Utara yang memerlukan prioritas penanganan sebagai lokasi sasaran rehabilitasi. Oleh karena itu, untuk dapat merencanakan rehabilitasi secara efektif dan efisien, perlu dilakukan analisis kemampuan penggunaan lahan DAS Deli agar kerusakan lahan dapat dimitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerusakan lahan DAS Deli berdasarkan kemampuan penggunaan lahan masing-masing sub DAS. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan, kegiatan survei berupa identifikasi parameter alami dan manajemen. Data hasil survei digunakan untuk mengkaji kerusakan lahan yang didasarkan pada formulasi kekritisan dan potensi lahan serta menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 diperoleh klasifikasi tingkat kekritisan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi. Kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu berdasarkan hasil analisis tingkat kekritisan lahan menunjukkan bahwa luas lahan yang termasuk sangat kritis seluas 2.277,8 ha (14,2 %), kritis 8.962,4 ha (55,8 %) dan agak kritis 4.818,4 ha (30,0 %) dari total luas DAS Deli bagian hulu. Key Words: DAS Deli hulu, klasifikasi tingkat kekritisan lahan, mitigasi kerusakan lahan
PENDAHULUAN Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau yang diharapkan. Lahan kritis adalah lahan yang tidak sesuai penggunaan dan kemampuannya, telah mengalami kerusakan fisik/kimia/biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari daerah lingkungan pengaruh (Hudson, 1981; Notohadinegoro, 1999). Selain itu menurut Suripin (2004) terjadinya lahan-lahan kritis pada wilayah DAS, tidak saja menyebabkan menurunnya produktivitas tanah di tempat terjadinya lahan kritis itu sendiri, tetapi juga menyebabkan rusaknya fungsi hidrologis DAS dalam menahan, menyimpan dan meresapkan air hujan yang jatuh pada kawasan DAS tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa kekritisan lahan dapat digunakan sebagai indikator penilaian kerusakan lahan seperti DAS Deli bagian hulu yang diprioritaskan sebagai sasaran rehabilitasi. Selain itu mengingat DAS Deli Hulu memegang peranan penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS Deli, terutama dalam perlindungan fungsi tata air. Untuk membedakan tingkat kerusakan suatu DAS/Sub DAS dengan lainnya, maka perlu diberi nilai masing-masing menurut kualitasnya. Suatu DAS/Sub DAS yang sedang mengalami penurunan kualitas. Kenyataannya tidak mutlak bahwa seluruh DAS/Sub DAS tersebut mengalami kerusakan. Suatu DAS yang terdiri dari beberapa Sub DAS, yang masing-masing mengalami kerusakan yang berbeda tingkatannya, sehingga kontribusinya juga akan berbeda terhadap penurunan kualitas DAS tersebut (Suripin, 2004).
METODOLOGI PENELITIAN
3
Dengan menggunakan formulasi kekritisan dan potensi lahan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Dapartemen Kehutanan (Paimin dkk, 2006), menyebutkan bahwa dapat dilakukan analisis tingkat keritisan dan potensi lahan DAS Deli Hulu. Analisis kekritisan lahan dan potensi lahan pada penelitian ini dilakukan dengan cara overlay (tumpang susun) peta-peta biofisik DAS Deli yang terdiri dari parameter alami dengan bobot sebesar 45 %, meliputi solum tanah, lereng, batuan singkapan, morfoerosi, kepekaan jenis tanah terhadap erosi, dan parameter manajemen dengan bobot sebesar 55 %, meliputi kawasan budidaya pertanian, menggunakan data kerapatan vegetasi penutup tanah dan kegiatan konservasi yang terdapat di DAS Deli bagian hulu. Masing-masing parameter diberi penskalaan dengan besaran dan kategori nilai dan skor. Kemudian dengan menjumlahkan seluruh hasil kali skor dengan bobot masingmasing parameter, diperoleh nilai tertimbang , yang selanjutnya dikelompokan dalam kelas kekritisan lahan. Kelas kekritian lahan terdiri dari 5 (lima) kelas, yaitu sangat kritis, kritis, sedang, agak kritis dan tidak kritis. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI Hasil Penelitian 1. Parameter Alami 1.1. Parameter Solum Tanah Analisis solum tanah DAS Deli Hulu diperoleh dari hasil pengamatan kedalaman tanah di lapangan. Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor parameter solum. Sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh distribusi spasial solum DAS Deli Hulu seperti Tabel 1. Tabel 1. Parameter Solum Tanah DAS Deli Hulu Parameter Solum Tanah Sub DAS 1 Petani
Jumlah Simai-mai Jumlah
Solum (cm) 2 > 90 60 - < 90 30 - < 60 < 30 > 90 30 - < 60
Kategori
Skor
3 Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi
4 1 2 3 4
Rendah Sedang
1 3
Distribusi Spasial Bobot Luas (ha) (%) 10% X Skor 5 6 7 0,1 9.499,8 74,1 0,5 1.060,5 8,3 0,3 1.688,3 13,2 0,4 576,2 4,5 12.824,8 100,0 0,1 268,1 8,3 0,3 2.965,7 91,7 3.233,8 100,0
1.2. Parameter Batuan Singkapan Analisis parameter batuan singkapan DAS Deli Hulu, diperoleh dari batuan tersingkap yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan hanya 2 kategori yaitu rendah (skor 1) dan kategori agak rendah (skor 2). Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor dari persentase batuan singkapan,
4
sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh distribusi spasial parameter batuan singkapan Sub DAS Deli Hulu didominasi kategori rendah mencapai luas 15.431,10 ha (96 % dari luas DAS Deli Hulu), dan kategori agak rendah hanya seluas 627,7 ha (4 % dari luas DAS Deli Hulu). 1.3. Parameter Lereng Analisis parameter lereng DAS Deli diperoleh dengan melakukan deliniasi peta Rupa Bumi skala 1 : 50.00 secara otomatis dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3, selanjutnya setiap kelas lereng diberi skor (1-5) dengan kategori nilai dari rendah sampai tinggi, sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan. Berdasarkan Peta penyebaran kelas lereng dan distribusi spasial kelas lereng untuk DAS Deli hulu, seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter Lereng DAS Deli Hulu Parameter Lereng Distribusi Spasial Sub DAS Bobot Lereng Kategori Skor Luas (ha) (%) (%) 15% X skor 1 3 4 5 6 7 8 Petani 8 - < 15 Agak Rendah 2 0,30 2.520,3 19,7 25 - < 45 Agak Tinggi 4 0,60 5.774,8 45,0 > 45 Tinggi 5 0,75 4.529,7 35,3 Jumlah 12.824,8 100,0 Simai-mai 8 - < 15 Agak Rendah 2 0,30 967,9 29,9 25 - < 45 Agak Tinggi 4 0,60 2.265,9 70,1 Jumlah 3.233,8 100,0 1.4. Parameter Morfoerosi Analisis parameter morfoerosi DAS Deli Hulu, diperoleh dari erosi jurang, tebing, sungai, sisi jalan (BPDAS, 2011). Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor dari persentase unit lahan, sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh luas dan penyebaran parameter morfoerosi DAS Deli Hulu. Morfoerosi kategori rendah mencapai . 5.966,5 ha (37 % luas DAS Deli Hulu), sedang 8.795,70 ha (55 % luas DAS Deli Hulu), dan agak tinggi mencapai 1.296,4 ha (8 % luas DAS Deli Hulu). 1.5. Parameter Jenis Tanah Analisis parameter jenis tanah DAS Deli Hulu, diperoleh dengan mengkaji kepekaan tanah terhadap erosi. Karena data yang tersedia adalah asosiasi grup tanah, maka kepekaan tanah terhadap erosi dikaji dari order tanah sesuai dengan formula kekritisan dan potensi lahan (Paimin dkk, 2006). Berdasarkan penyebaran asosiasi grup tanah DAS Deli Hulu, maka skor kepekaan tanah terhadap erosi adalah 3. Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor dari penyebaran order tanah DAS Deli Hulu. Sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh luas penyebaran kepekaan jenis tanah terhadap erosi DAS Deli Hulu seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Parameter Tanah DAS Deli Hulu Sub
Parameter Tanah Kepekaan Terhadap Erosi
Distribusi
5
DAS
Spasial Grup Tanah
1
Kategori Skor
2
Petani
Jumlah Simaimai
Luas
Bobot 5% x skor
(%) (ha)
3
4
5
6
7
Dystrandept Eutrandept Dystrandept Dystropept Dystrandept Tropudult
Sedang Sedang
3 3
0,15 0,15
3.865,00 4.491,80
30,1 35,1
Dystropept Troporthent Tropudult
Sedang
3
0,15
2.590,70
20,2
Dystropept Tropudult Troporthent
Sedang
3
0,15
563,6
4,4
Hydrandept Eutropept Troporthent
Sedang
3
0,15
1.313,70
10,2
12.824,80
100
Dystrandept Eutrandept Dystrandept
Sedang
3
0,15
785,7
24,3
Dystropept Dystrandept Haplorthox
Sedang
3
0,15
652,7
20,2
Dystropept Dystrandept Tropudult
Sedang
3
0,15
1.795,40
55,5
3.233,80
100
Jumlah
2. Parameter Manajemen Parameter vegetasi penutup lahan DAS Deli Hulu, diperoleh dari kerapatan vegetasi penutup tanah (BPDAS Wampu Sei Ular, 2009). Parameter vegetasi penutup tanah merupakan parameter manajemen. Parameter manajemen dalam analisis kekritisan lahan mencakup kawasan budidaya pertanian dan kawasan hutan dan perkebunan. Masingmasing kawasan terdiri dari parameter kerapatan vegetasi penutup tanah, dan konservasi untuk kawasan budidaya pertanian, sedangkan untuk kawasan hutan dan perkebunan, parameternya adalah kondisi vegetasi hutan dan vegetasi utama dan ada tidaknya konservasi tanah. Untuk analisis kekritisan lahan DAS Deli Hulu menggunakan kerapatan vegetasi penutup lahan kawasan hutan dan perkebunan. Berdasarkan persentase permukaan tanah yang tertutup vegetasi diperoleh besaran parameter vegetasi penutup lahan. Analisis parameter vegetasi penutup lahan dilakukan dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3, data kerapatan vegetasi, kategori nilai dan skor dari parameter vegetasi penutup dimasukkan sehingga diperoleh luas dan distribusi spasial parameter vegetasi penutup lahan DAS Deli Hulu seperti Tabel 5. Tabel 5. Parameter Kondisi Vegetasi DAS Deli Hulu Distribusi Spasial
Parameter Kondisi Vegetasi Penutup Lahan Sub DAS
1 Petani
Besaran
Kategori
Skor
2
3 Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi
4
Bobot 45% X skor 5
2
0,9
3
1,35
4
1,80
5
2,25
kerapatan tinggi kerapatan sedang kerapatan jarang tidak bervegetasi/sangat
Luas (ha)
%
6
7
3.090,5 650,2
24,1 5,1
1.717,6 7.366,5
13,4 57,4
6
jarang Jumlah Simai-mai
kerapatan tinggi kerapatan sedang tidak bervegetasi/sangat jarang
Agak Rendah Sedang Tinggi
Jumlah
2
0,90
3
1,35
5
2,25
12.824,8
100,0
1.104,9 209,6
34,2 6,5
1.919,3 3.233,8
59,3 100,0
Parameter manajemen kawasan budidaya pertanian lainnya dalam formula ini adalah konservasi tanah mekanis. Untuk DAS Deli Hulu menurut hasil pengamatan mayoritas lahan tanpa konservasi teras, maka diasumsikan bahwa kondisi konservasi secara umum tergolong tanpa teras di DAS Deli Hulu, sehingga kategori nilai tergolong tinggi dengan skor lima (5). Formulasi ini sangat menekankan parameter manajemen, dengan bobot parameter lebih tinggi dari parameter alami. 3. Penilaian Kekritisan Lahan Penilaiaan kekritisan lahan DAS Deli menggunakan formulasi kekritisan dan potensi lahan dilakukan dengan overlay (tumpang susun) parameter-parameter kekritisan yang telah diberi bobot. Penghitungan nilai dilakukan dengan menjumlahkan bobot seluruh parameter-parameter yang digunakan. Dari jumlah bobot masing-masing parameter tersebut diperoleh jumlah nilai tertimbang. Dengan bantuan software PC ArcGIS versi 9.3, diperoleh distribusi spasial klasifikasi tingkat kekritisan lahan DAS Deli Hulu tercantum dalam Lampiran 1. Selanjutnya luas dan distribusi spasial DAS Deli Hulu terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan Sub DAS Deli Hulu Sub DAS 1 Petani
Jumlah Simai-mai Jumlah
Tingkat Kekritisan 2 Agak Kritis Kritis Sangat Kritis Agak Kritis Kritis
Distribusi Spasial Luas (ha) (%) 3 4 3.503,9 27,3 7.043,1 54,9 2.277,8 17,8 12.824,8 100,0 1.314,5 40,7 1.919,3 59,4 3.233,8 100,0
Diskusi Berdasarkan hasil analisis, klasifikasi tingkat kekritisan lahan seluas 8.962,4 ha (55,8 % dari luas DAS Deli Hulu) didominasi oleh lahan kritis 4.818,4 ha (30,0 %) agak kritis, dan 2.277,8 ha (14,2 % ) sangat kritis. kekritisan lahan DAS Deli Hulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi. Kedalaman solum tanah akan mempengaruhi zona perakaran tanaman. Berdasarkan kriteria baku kerusakan lahan kering (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2005) kedalaman solum tanah memasuki
7
ambang kritis, apabila kedalaman < 20 cm. Selain itu kekritisan lahan sangat dipengaruhi oleh intervensi manusia, hal ini sejalan dengan pendapat Maas (2001) yang menyatakan bahwa kerusakan lahan tidak lepas dari hasil saling pengaruh antar faktor yang dapat menyebabkan lahan tersebut rusak. Faktor utama adalah kondisi fisik dan perilaku manusia (non fisik) dalam memanfaatkan lahan tersebut. Hasil kegiatan manusia dapat dilihat dampaknya pada sebagian kondisi fisik, terutama morfologi tanah. Bila mengacu pada definisi lahan kritis yaitu lahan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau yang diharapkan. Terjadinya lahan-lahan kritis yang pada dasarnya berada di wilayah DAS, tidak saja menyebabkan menurunnya produktivitas tanah di tempat terjadinya lahan kritis itu sendiri, tetapi juga menyebabkan rusaknya fungsi hidrologis DAS dalam menahan, menyimpan dan meresapkan air hujan yang jatuh pada kawasan DAS tersebut (Suripin, 2004; Arsyad, 2010). Menurut Hardjowigeno (1987) tanah kritis adalah tanah yang telah mengalami kerusakan fungsi hidroorologis dan fungsi ekonomi. Dengan perkataan lain tanah tersebut tidak lagi mampu mengatur persediaan air serta tidak mampu berproduksi secara optimal. Pada umumnya daerah-daerah tersebut mengalami kerusakan akibat penggunaan lahan tanpa memperhatikan usaha-usaha pengawetan tanah dan air. KESIMPULAN Berdasarkan evaluasi kekritisan lahan DAS Deli Hulu, maka kerusakan lahan DAS Deli Hulu dapat diklasifikasikan dalam 3 kelas yakni sangat kritis seluas 2.277,8 ha (14,2 % ), kritis seluas 8.962,4 ha (55,8 %) dan agak kritis seluas 4.818,4 ha (30,0 %). Kerusakan lahan DAS Deli Hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin berterima kasih kepada Direktur DP2M Dikti yang telah memberikan dana penelitian Hibah Bersaing Nasional melalui DIPA Kopertis Wilayah I Tahun 2014 dan sesuai dengan Surat Perjanjian/Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Program Desentralisasi Penelitian Nomor : 023-04.2.415052/2013, tanggal 5 Desember 2013. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah & Air. IPB Press. Bogor. BPDAS Wampu Sei Ular. 2009. Kajian Banjir Kota Medan Distribusi Faktor Penyebab dan Arahan Penanganannya. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Hudson, H. W. 1981. Soil Conservation. Second Edition. Cornel University Press, Ithaca. New York. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa. Jakarta. Maas, A. 2001. Pengelolaan Sumber DayaLahan BerwawasanLingkungan untuk Menyongsong Otonomi Daerah. Makalah pada Seminar Nasional Ilmu Tanah. Peran Manajemen Sumber Daya Lahan Terhadap Pengembangan Wilayah 12 Mei 2001, KMIT UGM Yogyakarta.
8
Notohadinegoro, T. 1999. Diagnosis Fisik, Kimia dan Hayati Kerusakan Lahan. Makalah Pada Seminar Penyusunan Kriteria Kerusakan Tanah/Lahan. Asmandep I LH/Bapedal. 1 – 3 Juli 1999. Yogyakarta. Paimin, Sukresno dan Purwanto. 2006. Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Dan konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.
Lampiran 1. Peta Kekritisan Lahan DAS Deli Bagian Hulu