SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ POTENSI ANTIPLATELET KACANG KORO (Mucuna pruriens L). DARI FRAKSI HEKSAN DIBANDINGKAN DENGAN ASPIRIN PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA Ch. Retnaningsih, Andi Setiawan, Sumardi Program Studi Teknologi Pangan, Unika Soegijapranata Semarang
ABSTRACT This research used 35 male Wistar rats, which were given high fat diet for 30 days to increase the cholesterol level. This high-fat feeding aims to increase the risk of an atherosclerosis, by increasing the amount of cholesterol in the blood and platelet activity. Rats that already in the hypercholesterolemia condition, are given Mucuna pruriens fraction. The seeds of Mucuna pruriens contain flavonoid antioxidants that have the ability to decrease platelet number, which can minimize the risk of an atherosclerosis. Mucuna pruriens fraction is given in three doses, namely 500 μg/g BB, 425 μg/g BB, and 350 μg/g BB. For comparison value, aspirin is also used besides Mucuna pruriens fraction, because its ability to decrease platelet number. Administration of the Mucuna pruriens fraction and aspirin was conducted for 30 days, and then continued by antiplatelet activity measurement. In vivo test result shows that antiplatelet activity increased in line with the decrease of the number of platelet and leukocyte. Administration of the Mucuna pruriens fraction at a dose 500 μg/g BB, give the best antiplatelet activity which can reduce 28,56 % platelet number. Keywords: Mucuna pruriens, hypercholesterolemia, atherosclerosis, antiplatelet, aspirin
PENDAHULUAN Tanaman kacang koro benguk (Mucuna pruriens L.) termasuk tanaman tropik yang tersebar luas di seluruh daerah di Indonesia. Tanaman ini telah dikenal secara luas oleh masyarakat di Pulau Jawa. Selain di pulau Jawa, tanaman ini juga banyak terdapat di pulau Bali, Sumatra, Sulawesi Utara dan Maluku. Bagian dari tanaman koro benguk yang digunakan pada penelitian ini adalah bijinya. Hal ini dikarenakan biji kacang koro terbukti berkhasiat dalam mengurangi kasus terjadinya penyakit aterosklerosis. Selain itu, bijinya juga memiliki aktivitas hipokolesterol pada tikus yang diinduksi dengan ekstrak dari
biji kacang koro (Tripathi & Upadhyay, 2001). Biji koro benguk berbentuk lonjongmenjorong, sedikit pipih, warna beragam, mulai dari coklat terang atau coklat-merah muda, sering dengan mosaik coklat gelap, moreng dengan latar belakang abu, ungu atau hitam, hampir seluruh hitam, abu, hitam keabuan atau putih (Anonim, 2008a). Pada biji koro ini terkandung aktivitas antioksidan yang berasal dari flavonoid yang terkandung di dalamnya. Flavonoid merupakan salah satu jenis antioksidan yang dapat menghambat pelekatan, agregasi, dan sekresi platelet (Widowati, 2007). Kemampuan flavonoid dalam menghambat agregasi platelet ini
80
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ disebabkan karena flavonoid tersebut mampu menggunakan rotary evaporator pada suhu menghambat metabolisme asam arakidonat 45oC, sehingga diperoleh fraksi kacang koro. oleh cyclooxygenase (Middleton et al., 2000). Flavonoid berperan penting dalam menekan Persiapan uji in vivo terjadinya penyakit jantung koroner. Hal ini Pakan standard diberikan kepada 35 tikus dikarenakan flavonoid dapat menghambat putih galur Wistar. Tikus tersebut kemudian proses penggumpalan platelet yang diadaptasikan selama 7 hari lalu dibagi sesuai merupakan penyebab terjadinya penyakit dengan kelompok perlakuan yang akan jantung (Vita, 2005). diberikan. Kelompok I adalah tikus yang Pada penelitian ini dilakukan pengukuran diberi fraksi aktif antiplatelet kacang koro aktivitas antiplatelet untuk mengukur dosis I (500 µg/g BB), kelompok II adalah efektifitas kerja antioksidan pada koro benguk tikus yang diberi fraksi aktif antiplatelet (Mucuna pruriens L.), dalam kemampuannya kacang koro dosis II (425 µg/g BB), untuk menghambat aktivitas platelet. kelompok III adalah tikus yang diberi fraksi Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui aktif antiplatelet kacang koro dosis III (350 aktivitas fraksi aktif antiplatelet secara in µg/g BB), kelompok IV adalah tikus yang vivo, dibandingkan dengan aspirin dalam diberi antiplatelet pembanding dari aspirin, mencegah aterosklerosis, pada tikus putih kelompok V adalah tikus kontrol yang diberi galur Wistar yang diinduksi minyak babi etanol 5%. Sebelum pemberian pakan sebagai pemicu hiperkolesterolemia. perlakuan (untuk kelompok I sampai dengan kelompok IV), tikus dipicu kadar kolesterol dalam tubuhnya dengan minyak babi supaya BAHAN DAN METODA PENELITIAN tikus berada dalam kondisi Bahan hiperkolesterolemia. Tikus yang telah Bahan yang digunakan adalah biji kacang dikondisikan hiperkolesterolemia kemudian koro benguk (Mucuna pruriens L.) yang diberikan fraksi koro dosis 1 (500 µg/g BB), diperoleh dari daerah Kabupaten Wonogiri, fraksi koro dosis 2 (425 µg/g BB), fraksi koro Propinsi Jawa Tengah. Untuk pengujian dosis 3 (350 µg/g BB), dan aspirin (63 mg/kg digunakan tikus jantan jenis Wistar dan tikus BB). Tikus kontrol maupun tikus yang telah diberi pakan (BRS CP582M) yang diperoleh diberi pakan perlakuan pada berbagai dosis dari Bamboo Poultry. (fraksi koro dan aspirin), selanjutnya dilakukan pengukuran analisa darah untuk Cara Penelitian mengukur aktivitas antiplatelet (agregasi platelet) pada hari ke-0, 15, dan 30. Persiapan sampel Biji kacang koro sebanyak 75 kg disortasi Analisa Data kemudian dicuci untuk menghilangkan Data hasil dari pengamatan dalam kotoran yang ada. Biji kacang koro yang penelitian ini dianalisis dengan menggunakan sudah bersih selanjutnya dikeringkan dengan perangkat lunak Microsoft Excel serta SPSS o dehumidifier pada suhu 40–50 C, dan digiling for Windows versi 13 dengan menggunakan lalu dilanjutkan dengan ayakan 180 mesh one way anova parametric. Data yang sehingga diperoleh tepung kacang koro diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan benguk. Tepung kacang koro yang telah grafik. diperoleh tadi kemudian dikeringkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu HASIL DAN PEMBAHASAN 45oC, sehingga diperoleh ekstrak kental kacang koro. Ekstrak tersebut kemudian Leukosit difraksinasi dengan menggunakan pelarut etil Berdasarkan grafik jumlah leukosit dan heksan. Hasil fraksinasi dari kedua (Gambar 1), dapat diketahui bahwa pemberian pelarut tadi kemudian dievaporasi dengan fraksi kacang koro dan aspirin ternyata 81
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ menyebabkan terjadinya perubahan pada Dari tabel persentase perubahan jumlah jumlah leukosit tikus. leukosit (Tabel 1), dapat dilihat bahwa pemberian fraksi aktif kacang koro pada dosis 1 ternyata menyebabkan penurunan jumlah leukosit sebanyak 18,43 % dibandingkan dengan jumlah leukosit tikus pada pengukuran awal. Untuk tikus yang diberi aspirin, jumlah leukositnya juga mengalami penurunan, akan tetapi penurunannya tidak begitu banyak dibandingkan dengan jumlah leukosit tikus pada pengukuran awal, yaitu hanya sebesar 1,36 %. Sedangkan pemberian Figure 1. Total number of leukocythe during fraksi kacang koro pada dosis 425 µg/g BB rats fed by velvet bean fraction and aspirin dan 350 µg/g BB ternyata menunjukkan compare with control terjadinya penurunan jumlah leukosit pada pengukuran kedua (hari ke-15), akan tetapi Pemberian fraksi aktif kacang koro sebanyak jumlah leukosit ternyata mengalami 500 µg/g BB dan aspirin ternyata peningkatan lagi pada pengukuran akhir (hari menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ke-30). Pada tikus kontrol, jumlah leukosit leukosit pada berbagai waktu pengukuran. tidak banyak mengalami perubahan. Table 1. Number of percentage changes in the leukocythe blood after rats fed by velvet bean fraction compared with aspirin and control Persentase perubahan jumlah leukosit setelah Perlakuan diberi fraksi aktif kacang koro dan aspirin (%) Dosis 1 (500 -18,43 g/g BB) Dosis 2 (425 15,46 µg/g BB) Dosis 3 (350 2,12 µg/g BB) Aspirin (63 -1,36 mg/kg BB) Kontrol 0,57 Description : 1. Positive sign (+) on the calculation results show that the increase occurred between leukocythe compared with the number of early leukocythe 2. A negative sign (-) on the calculation results show that the decrease rate leukocythe compared with the number of early leukocythe
Efektivitas dari berbagai jenis perlakuan yang diberikan terhadap jumlah leukosit dapat dilihat pada grafik laju penurunan jumlah leukosit pada Gambar 2.
Figure 2. Rapid decline in the number of leukocythe during rats fed by velvet bean fraction and aspirin compare with control Pada grafik tersebut, pemberian kacang koro dosis 1 sebanyak 500 µg/g BB menyebabkan terjadinya penurunan jumlah leukosit awal sampai dengan akhir pengukuran (hari ke-30). Pada hari ke-0, terjadi penurunan jumlah leukosit sebanyak 90 per mikroliter. Pada hari ke-15, terjadi penurunan juga hanya saja laju penurunannya melambat yaitu sebanyak 75 per mikroliter. Pada hari ke-30, laju penurunan jumlah leukosit semakin kecil yaitu sebanyak 50 per mikroliter. Pada pemberian kacang koro dosis 2 (425 µg/g BB) dan dosis 3 (350 µg/g BB), jumlah leukosit 82
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ hanya dapat ditekan sampai dengan hari kemeningkatkan jumlah trombosit, apabila 12, setelah itu jumlah leukosit mulai jumlah cyclooxygenase dapat dihambat, maka mengalami peningkatan. Pada tikus yang jumlah trombosit pun juga akan ikut menurun diberi pakan aspirin, penurunan jumlah (Pawar et al., 1998). leukosit barulah mulai terlihat pada hari ke-12 Menurut Harrison (2005), leukosit dan tidak dari awal pengukuran. Dengan terutama monosit dan neutrofil akan memicu demikian, dapat disimpulkan bahwa terjadinya koagulasi dengan melepaskan isi pemberian kacang koro sebanyak 500 µg/g granula. Setelah granula dilepaskan, maka BB paling efektif dalam menekan leukosit tersebut akan membentuk agregat peningkatan jumlah leukosit pada tikus dengan platelet sehingga terbentuk agregat hiperkolesterolemia. Efektivitas kacang koro platelet leukosit. Dengan demikian maka pada dosis 1 (500 µg/g BB) berkaitan erat semakin banyak jumlah leukosit, maka dengan nilai antioksidan yang dimiliki oleh jumlah platelet juga akan meningkat, atau fraksi kacang koro tersebut. dapat dikatakan bahwa jumlah leukosit berbanding lurus dengan jumlah platelet. Table 2. Test Results of antioxidants activity Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh from hexane fraction Harrison (2005) dan Pawar et al. (1998) tersebut, maka penurunan jumlah platelet oleh adanya aktivitas dari antioksidan juga akan Aktivitas antioksidan (%) Perlakuan menyebabkan terjadinya penurunan jumlah Hari Hari Hari ke-30 leukosit. Apabila jumlah leukosit (monosit ke-0 ke-15 dan neutrofil) mengalami penurunan, maka Fraksi 4,39 3,16 16,78 jumlah agregat platelet leukosit yang Koro Dosis terbentuk juga akan berkurang. Berkurangnya 1 jumlah agregat platelet leukosit yang (500 µg/g terbentuk akan mengurangi resiko terjadinya BB) penyakit aterosklerosis, karena agregat atau Fraksi 5,10 5,47 15,11 gumpalan yang terbentuk tersebut tidak Koro Dosis banyak yang menyumbat saluran pembuluh 2 darah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang (425 µg/g dikemukakan oleh Oliver (2008), bahwa salah BB) satu faktor yang menyebabkan terjadinya Fraksi 4,25 4,64 14,43 aterosklerosis adalah adanya penggabungan Koro Dosis clot atau gumpalan-gumpalan darah 3 membentuk trombus pada pembuluh darah. (350 µg/g Pada pemberian fraksi aktif kacang koro BB) dosis 2 (425 µg/g BB) dan 3 (350 µg/g BB), menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah Berdasarkan data pengukuran aktivitas leukosit pada pengukuran akhir. Hal ini antioksidan (dapat dilihat pada Tabel 2), kemungkinan disebabkan karena pada dosis 2 diketahui bahwa nilai antioksidan tertinggi dan 3, aktivitas antioksidan tidak bekerja ditunjukkan oleh dosis 1 yaitu sebesar 16,78 secara optimal sehingga tidak mampu %. Nilai antioksidan yang tinggi tersebut menekan terjadinya peningkatan jumlah sangat berperan dalam menekan jumlah leukosit, sebagai akibat efek yang platelet. Menurut Middleton et al. (2000), ditimbulkan dari adanya kondisi flavonoid merupakan salah satu jenis hiperkolesterolemia. Sedangkan pada tikus antioksidan yang dapat menghambat sekresi yang diberi aspirin dengan dosis sebesar 63 platelet. Hal ini disebabkan oleh flavonoid mg/kg BB, menunjukkan adanya penurunan yang dapat menghambat metabolisme asam kadar leukosit akan tetapi penurunannya arakidonat oleh cyclooxygenase. hanya sebesar 1,36 %. Hal ini menunjukkan Cyclooxygenase berperan dalam membantu 83
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ bahwa aspirin ternyata tidak efektif dalam 500 µg/g BB, 425 µg/g BB, dan 350 µg/g BB menurunkan jumlah leukosit. menyebabkan penurunan jumlah platelet sebesar 28,56 %, 26,20 %, dan 13,69 %. Pada Platelet tikus yang diberi pakan aspirin, jumlah Hasil pengukuran jumlah platelet tikus platelet juga mengalami penurunan hanya saja (Gambar 3) menunjukkan bahwa semua penurunannya lebih kecil yaitu hanya sebesar perlakuan yang diberikan (pemberian fraksi 11,53 %. kacang koro dosis 1, 2, dan 3, serta pemberian aspirin), dapat menurunkan jumlah platelet.
Figure 3. Total number of platelet during rats fed by velvet bean fraction and aspirin compared with control Table 3. Number of percentage changes in the platelet after rats fed by velvet bean fraction compared with aspirin and control Persentase perubahan jumlah platelet setelah Perlakuan diberi fraksi aktif kacang koro dan aspirin (%) Dosis 1 (500 -28,56 µg/g BB) Dosis 2 (425 -26,20 µg/g BB) Dosis 3 (350 -13,69 µg/g BB) Aspirin (63 -11,53 g/kg BB) 0,18 Kontrol Description : 1. Positive sign (+) on the calculation results show that the increase occurred between platelet compared with the number of early platelet 2. A negative sign (-) on the calculation results show that the decrease rate platelet compared with the number of early platelet Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa pemberian fraksi kacang koro dengan dosis
Figure 4. Rapid decline in the number of platelet during rats fed by velvet bean fraction and aspirin compared with control Berdasarkan grafik laju penurunan jumlah platelet (Gambar 4), dapat diketahui bahwa pemberian fraksi koro dosis 1 (500 µg/g BB) ini paling lama dapat menekan terjadinya peningkatan jumlah platelet sampai dengan hari ke-29. Peningkatan jumlah platelet pada tikus yang diberi pakan fraksi koro dosis 1 ini baru mulai terjadi pada hari ke-30. Pada tikus yang diberi fraksi koro dosis 2 (425 µg/g BB), peningkatan jumlah platelet dapat ditekan sampai dengan hari ke-27. Sedangkan pada tikus yang diberi fraksi koro dosis 3 (350 µg/g BB) dan aspirin (63 mg/kg BB), jumlah platelet hanya dapat ditekan sampai dengan hari ke-24. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian fraksi koro dosis 3 dan aspirin ini kurang efektif dalam menekan terjadinya peningkatan jumlah platelet. Dari Gambar 4, dapat diketahui bahwa pemberian aspirin kurang efektif dalam menekan terjadinya peningkatan jumlah trombosit apabila dibandingkan dengan pemberian fraksi koro dosis 1 (500 µg/g BB). Hal ini kemungkinan dikarenakan kemampuan antioksidan flavonoid dari koro dalam menghambat aktivitas cyclooxygenase lebih besar dibandingkan dengan aspirin. Selain adanya kandungan flavonoid, kacang koro juga mengandung asam lemak tidak jenuh dalam jumlah tinggi yaitu asam oleat (6,9-28,7%) dan asam linoleat (21,4-49,5%) (Sridhar & 84
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ Bath, 2007). Adanya asam lemak tidak jenuh fase vasokonstriksi mulai terjadi sehingga akan mempengaruhi aktivitas dari platelet, aliran darah menuju tempat terjadinya luka yaitu memperpanjang waktu terjadinya mulai terhambat. Fase kedua dari hemostasis penggumpalan darah (Chang et al., 1997). adalah pembentukan gumpalan platelet. Waktu penggumpalan darah yang semakin Dalam waktu 20 detik sejak terjadinya luka, lama, menunjukkan bahwa terjadi penurunan proses koagulasi pun dimulai. Proses jumlah platelet sehingga aktivitas platelet penggumpalan ini dimulai dari dengan menjadi berkurang. Menurut Nettleton melekatnya platelet pada kolagen lalu platelet (1995), asam lemak tidak jenuh dapat tersebut menjadi aktif. Platelet yang sudah menghambat produksi thromboxane A2 aktif tersebut kemudian melepaskan granula, sehingga dapat mengurangi terjadinya yang mengandung beberapa substansi yang penggumpalan darah. berperan dalam menstimulasi aktivasi platelet Kemampuan fraksi koro dosis 1 dalam lebih lanjut dan mempercepat proses menekan terjadinya peningkatan jumlah hemostatis. Sedangkan tahap ketiga adalah platelet berkaitan erat dengan nilai pembentukan gumpalan darah. Tahap ini antioksidan yang dapat dilihat di Tabel 2. terjadi jika gumpalan platelet yang sudah Dari hasil pengukuran aktivitas antioksidan, terbentuk tidak cukup untuk menghentikan diketahui bahwa fraksi kacang koro dosis 1 terjadinya pendarahan. Mula-mula darah yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi yaitu semula berbentuk cair berubah menjadi gel. sebesar 16,78 %. Semakin tinggi aktivitas Kurang lebih sebanyak 12 substansi yang antioksidan yang dimiliki oleh suatu fraksi, disebut sebagai clotting faktor berperan dalam maka aktivitas penghambatan pembentukan proses ini. Dari kedua belas faktor tersebut platelet juga akan semakin meningkat. Hal ini ada tiga faktor yang berperan penting yaitu disebabkan karena adanya kandungan protrombin, trombin, dan fibrinogen. Ketika antioksidan flavonoid yang terkandung di pembuluh darah terluka, maka pembuluh dalam kacang koro (Widowati, 2007). darah dan platelet yang berada di daerah Menurut Middleton et al. (2000), flavonoid sekitarnya melepaskan prothrombin activator, merupakan salah satu jenis antioksidan yang yang mengaktifkan konversi protrombin, dapat menghambat pelekatan, agregasi, dan plasma protein, menjadi enzim yang disebut sekresi platelet. Hal ini disebabkan karena trombin. Trombin ini kemudian akan flavonoid dapat menghambat metabolisme mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Benangasam arakidonat oleh cyclooxygenase. benang fibrin kemudian berputar mengelilingi Cyclooxygenase berperan dalam gumpalan platelet pada daerah pembuluh meningkatkan jumlah trombosit, apabila darah yang terluka, membentuk jaring-jaring. jumlah cyclooxygenase dapat dihambat, maka Jaring ini berfungsi untuk menahan dan jumlah platelet pun juga akan ikut menurun membantu platelet, sel darah, dan komponen (Pawar et al., 1998). lainnya melekat pada lokasi tempat terjadinya Aktivitas platelet dalam membantu luka. Platelet yang sudah berbentuk gumpalan terjadinya penggumpalan darah berkaitan erat kemudian mulai menyusut untuk mempererat dengan hemostasis. Hemostasis merupakan gumpalan yang sudah terbentuk sehingga proses penghentian aliran darah ketika terjadi aliran darah dapat berhenti (Young, 2002). luka. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu Berdasarkan hasil pengamatan yang telah vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh dilakukan, penggunaan obat pembanding darah, pembentukan gumpalan platelet, dan (aspirin) juga menunjukkan adanya aktivitas penggumpalan atau koagulasi darah. Ketika penghambatan jumlah platelet. Kemampuan aliran darah sudah berhenti, maka mulai aspirin dalam menurunkan jumlah platelet ini dilakukan perbaikan jaringan. Tahap awal dari disebabkan karena sifatnya yang mampu proses hemostasis adalah tahap menghambat aktivitas cyclooxygenase vasokonstriksi. Pada tahap ini setelah arakidonat di dalam platelet, sehinga mampu pembuluh darah terluka dan sel endotel rusak, menurunkan jumlah produksi thromboxane 85
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ A2 (TXA2) dan penjendalan dari platelet. pemberian aspirin yang hanya dapat Proses penggumpalan platelet ini bermula dari menekan peningkatan jumlah platelet adanya enzim fosfolipase A2 di dalam tubuh. sebesar 11,53 %. Enzim fosfolipase A2 ini mengubah fosfolipid 3. Fraksi kacang koro dosis 1 sebanyak 500 menjadi asam arakidonat. Asam arakidonat µg/g BB merupakan dosis yang paling kemudian diubah oleh cyclo-oxygenase efektif dalam menurunkan atau menekan menjadi cyclic endoperoxides. Cyclic terjadinya peningkatan jumlah leukosit endoperoxides kemudian diubah menjadi dan platelet. Efektivitas dari fraksi kacang prostacyclin (berada di saluran endothelium) koro dosis 1 ini juga didukung dengan dan thromboxane A2 (berada di dalam tingginya nilai antioksidan yang platelet). Prostacyclin berperan dalam terkandung di dalamnya, dibandingkan menghambat agregasi platelet, sedangkan dengan nilai antioksidan pada fraksi koro thromboxane A2 berperan dalam membantu lainnya. terjadinya agregasi platelet. Proses kerja 4. Semakin tinggi aktivitas antioksidan yang thromboxane A2 inilah yang dihambat oleh dimiliki oleh suatu fraksi, maka aktivitas aspirin sehingga proses penggumpalan penghambatan proses pembentukan platelet dapat dicegah (Pawar, et al, 1998). platelet juga akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pemberian pemberian KESIMPULAN fraksi kacang koro dosis 1 sebanyak 500 1. Pemberian fraksi kacang koro pada µg/g BB paling efektif dalam menekan berbagai dosis dan aspirin tidak peningkatan jumlah platelet. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan dikarenakan dosis 1 tersebut memiliki jumlah leukosit yang signifikan. aktivitas antioksidan tertinggi yaitu Pemberian fraksi kacang koro yang dapat sebesar 16,78 % dibandingkan dengan menurunkan jumlah leukosit hanyalah aktivitas antioksidan pada fraksi lainnya. fraksi koro dosis 1 (500 µg/g BB). Pemberian fraksi koro dosis 1 ini dapat UCAPAN TERIMA KASIH menurunkan jumlah leukosit sebanyak 18,43 %, sedangkan pemberian aspirin Penulis mengucapkan banyak terima kasih hanya dapat menurunkan jumlah leukosit kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sebesar 1,36 %. Departemen Pendidikan Nasional, dengan 2. Pemberian fraksi kacang koro dosis 1 surat perjanjian Nomor : 182/SP2H/PP/ sebanyak 500 µg/g BB dapat menekan DP2M/III/2008, tanggal 6 Maret 2008 atas terjadinya peningkatan jumlah platelet bantuan dana untuk penelitian ini. sebesar 28,56 %, dibandingkan dengan
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008a, Mucuna pruriens, http://www.kehati.or.id/florakita/browser .php?docsid=668. Anonim, 2008b, Cholesterol, http://www.chss.org.uk/publications/documents/F3_Cholestrol.pdf. Anonim, 2008c, 3-Methoxy-1-Butanol Acetate, http://chemicalland21.com/in-dustrialchem/solalc/3METHOXY-1-BUTANOL%20ACETATE.htm. Anonim, 2008d, Blood Coagulation, http:// tollefsen.wustl.edu/personnel/personel.htm.
86
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ Balai Laboratorium Kesehatan, 2004, Kumpulan Makalah Pelatihan Tenaga Laboratorium Kesehatan, Semarang. Bani, M., Montazeri, F., and Hashemi, M., 2006, Effect of Palm Oil on Serum Lipid Profile in Rats. Pakistan, Journal of Nutrition 5 (3): 234-236. Chang, Y. L., H. S. Sohn, K. C. Chan, C. D. Berdanier, and J. L. Hargrove, 1997, Low Dietary Protein Impairs Blood Coagulation in BHE/cdb Rats, The Journal of Nutrition 127: 1279–1283. Childs, G. V., 1998, Cardiovascular natomy/cardiovascular/cardiovascular_system.htm.
System,
http://cellbio.utmb.edu/microa-
Conley, C. L. and Robert S. Schwartz, 2008, Blood, Chicago, Encyclopaedia Britannica. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1972, Farmakope Indonesia Edisi 2, Lembaga Farmasi Nasional. Egan, K. M., M. Wang, M. B. Lucitt, A. M. Zukas, E. Pure, J. A. Lawson, and G. A. FitzGerald, 2005, Cyclooxygenase, Thromboxane, and Atherosclerosis: Plaque Destabilization by Cyclooxygenase-2 Inhibition Combined With Thromboxane Receptor Antagonism, Journal of The American Heart Association, Page 334-342. Fellows, P., 2000, Food Processing Technology Principle and Practice, England, Woodhead Publishing Limited. Furie, B., 2008, Platelet and Their Aggregation, Chicago, Encyclopaedia Britannica. Hannah, J.S., K.A. Jablonski, and B.V. Howard, 1997, The Relationship Between Weight and Response to Cholesterol Lowering Diets in Women, International Journal of Obesity 21: 445-450. Harrison, C. N., 2005, Platelets and Thrombosis in Myeloproliferative http://asheducationbook.hematologylibrary.org/cgi/content/full/2005/1/409.
Disease.
Hartanto, H., Dra. R. S. Iswari, A. Yuniastuti, 2008, Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Lidah Buaya Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemik, Skripsi: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri. Semarang. Hussain, H. M. E. A., 2002, Reversal Of Diabetic Retinopathy in Streptozotocin Induced Diabetic Rats Using Tradisional Indian Anti-Diabetic Plant, Azadiractha indica, Indian Journal of Clinical Biochemistry, 17(2): 115-123. Janssen, K., Ronald P Mensink, Frank J.J. Cox, Jan L Harryvan, Robert Hovenier, Peter CH Hollman, and Martijn B Katan, 1998, Effects of the flavonoids quercetin and apigenin on hemostasis in healthy volunteers: results from an in vitro and a dietary supplement study1-3, The American Journal of Clinical Nutrition 67: 255–62. Levin, J., Laurence Cocault, Corinne Demerens, Ce´cile Challier, Miche`le Pauchard, Jacques Caen, and Miche`le Souyri. (2001). Thrombocytopenic c-mpl2/2 wistar rats can produce a normal level of platelets after administration of 5-fluorouracil: the effect of age on the response, The American Society of Hematology Vol. 98: 1019-1027. 87
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011
___________________________________________________________________________ Manyam, B.V., Glenn R.C., Scott & White and Texas A&M University Health Science System College of Medicine Temple. (2000). Beans (Mucuna pruriens) For Parkinson’s Disease: An Herbal Alternative. http://www.arknson.org/NETCOMMUNITY/Page.Aspx?pid=459&srcid=46. Middleton, E., C. Kandaswami, and T. C. Theoharides, 2000, The Effects of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart Disease, and Cancer 52: 673-751. Miean, K.H. and S. Mohamed, 2001, Flavonoid (Myricetin, Quercetin, Kaempferol, Luteolin, and Apigenin) Content of Edible Tropical Plants, Journal Agricultural Food Chemistry Vol. 49. No.6. Page 3106-3112. Nettleton, J. A., 1995, Omega-3, Fatty Acids, and Health, England, Chapman & Hall. Nugroho, P. A., 2008, Pengukuran Aktivitas Antioksidan, Kandungan Asam Fitat, dan Asam Sianida dalam Biji, Ekstrak, dan Fraksi Biji Koro Glinding (Phaseolus lunatus), Laporan Skripsi : Unika Soegijapranata. Semarang. Oliver, M.F., 2008, Atherosclerosis, Chicago, Encyclopaedia Britannica. Pawar, D., S. Shahani, S. Maroli, 1998, The Novel Antiplatelet Drug, HKMJ Vol. 4. No. 4. Page 415-418 USDA National Nutrient Database for Standard http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi-bin/list_nut_edit.pl
Reference,
2008,
Lard,
Widowati W., 2007, Fraksi Aktif Antioksidan dari Biji Kacang Koro Secara In Vitro. Wigati, D., 2007, Pengaruh Pemberian Jus Buncis (Phaseolus vulgaris L.) terhadap Kadar Kolesterol Total Darah Tikus Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet Lemak Tinggi, Laporan Skripsi: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, Semarang.
88