Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
POSITIONING RADIO-RADIO DI KOTA SOLO DAN SEKITARNYA SEBUAH STUDI DISKRIPTIF KUALITATIF Sri Urip Haryati1
ABSTRACT Along with the passage of time and technological development, "radio" as the auditif media is no longer an option to be a favorite media community, however, these media still exist in our midst. From this phenomenon it will want to know how the positioning of radio stations in the city of Solo and its surroundings dispite the amid of the new media technology product’s flooding. There are three locations that become the object of the research, namely: Kalurahan Setabelan Sub District of Banjarsari, the City of Solo, Village of Munggur Bejen Sub District of Karanganyar District Karanganyar, Hamlet Kepuh Kalurahan Bentakan Sub District of Baki District Sukoharjo. Population and sample are the people who have and listen to the radio at all three sites. The analysis being used is descriptive qualitative. The results of this study are as follow : that radio serves more as a medium of entertainment than as a medium of education and information. Entertainment community of interest are modern entertainment (music’s genres : pop, western, dangdut) and traditional entertainments (wayang kulit, wayang wong, klenengan, campursari). The most widely heard radio’s are RRI Surakarta, Slank Voice Radio, and Solo Radio. Key words : Positioning, Radio, Conventional
PENDAHULUAN Untuk sampai pada perkembangan komunikasi seperti saat ini, riwayatnya cukup panjang. Bell (1979) dalam buku yang berjudul Tehnologi Komunikasi Dalam Perspektif tulisan Zulkarimein Nasution (1989: 9) menyederhanakan riwayat tersebut dengan menyebutkan empat revolusi yang terjadi dalam hal manusia berhubungan satu sama lain. Keempat revolusi dalam bidang komunikasi tersebut adalah : 1
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
1
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
1. Dalam hal berbicara 2. Ditemukannya tulisan 3. Penemuan percetakan 4. Dalam hal hubungan jarak jauh (telekomunikasi). Berbicara adalah modal utama manusia untuk berhubungan satu sama lain. Bisa dibayangkan betapa mustahilnya manusia bisa berhubungan satu sama lain, jika kemampuan berbicara tidak dipunyainya. Dengan berbicara manusia bisa bekerja sama antar pribadi, antar pribadi dengan kelompok, antar kelompok dengan kelompok agar tetap survive dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan penting berikutnya adalah ditemukannya tulisan. Dengan diketemukannya tulisan manusia bisa meninggalkan jejak pesan yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Terbukti dengan diketemukannya papyrus dan tulisan-tulisan hieroklif di gua-gua pada jaman Mesir kuno. Diketemukannya percetakan, meningkatkan cara-cara dan kemudahan manusia untuk saling berhubungan dan menyampaikan sesuatu. Menurut Bell (1979) potensi yang dimiliki percetakan memungkinkan terjalinnya masyarakat industrial. Percetakan telah terbukti berfungsi sebagai basis bagi menyebarnya kemampuan melek huruf dan merupakan pondasi bagi terselenggaranya aktivitas pendidikan secara massa. Menurut Parker ((1973, dalam Zulkarimein Nasution (1989)) tehnologi percetakan merupakan factor kunci menuju terjadinya revolusi industri. Kemajuan tehnologi komunikasi yang dicapai seperti sekarang ini, memudahkan manusia untuk berhubungan satu sama lain tanpa terhalang jarak, kecepatan dan waktu. Basis tehnologi yang menyebabkan semua itu terjadi menurut Goldhamer (1971) adalah penemuan transistor, printed circuit, integrated circuit, dan computer. Sejak gelombang radio diidentifikasi tahun 1888 dan ditemukannya radio telegraf oleh Guglielmo Marconi tahun 1895 perkembangan telekomunikasi di dunia mengalami percepatan yang luar biasa. Sebenarnya perkembangan teknologi komunikasi berjalan seiring dengan perkembangan sejarah komunikasi manusia itu sendiri. Menurut Nordenstreng dan Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
2
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Varis (1973), ada empat titik penentu utama dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu: 1. Perolehan (acquisition) bahasa, yaitu pada saat yang sama dengan lahirnya umat manusia. 2. Pengembangan seni tulisan berdampingan dengan komunikasi yang berdasarkan pada bicara. 3. Reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya. 4. Munculnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telefon, radio, TV hingga satelit. Jauh sebelum radio ditemukan sebagai alat komunikasi elektronik Samuel Morse pada tahun 1835 memperkenalkan telegraf, diiringi dengan telegraf tercetak oleh David Hughes tahun 1855. Telegraf tercetak ini muncul setelah diketemukan mesin cetak berkecepatan tinggi “Lightening Press” pada tahun 1846. Dua puluh satu (21) tahun kemudian ditemukan telefon oleh Bell pada tahun 1876. Baru kemudian ditemukanlah alat komunikasi massa “radio” oleh Guglielmo Marconi tahun 1895 seperti tersebut di atas. Kelebihan dari media radio ini adalah : 1. Daya langsung : program acara bisa langsung mencapai khalayak pendengar tanpa proses yang kompleks dan berbelit-belit. 2. Daya tembus : menembus kesegala penjuru, tidak mengenal waktu, jarak dan rintangan. Artinya faktor geografis bukan menjadi kendala lagi bagi media radio untuk “menyambangi” khalayaknya. 3. Daya tarik : daya tarik yang kuat yang dimiliki oleh media ini ada tiga unsure, yaitu :
Musik
Kata-kata
Efek suara (Effendy, 1978: 78-82)
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
3
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Dari daya kekuatan yang dimiliki oleh media ini dalam mempengaruhi khalayak menyebabkan “radio siaran” mendapat julukan “The Fifth Estate”. Radio mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari khalayak pendengarnya ketika pada tahun 1938 menyiarkan sebuah drama radio karya Orson Welles yang diadaptasi dari karangan H.G. Wells yang berjudul “The War of the Worlds”. Drama radio fiktif ini bercerita tentang serbuan mahluk-mahluk planet Mars kedunia. Drama tersebut oleh penduduk New Jersey dianggap peristiwa yang benar-benar terjadi, yang membuat mereka panik berlarian kesana kemari untuk mencari perlindungan. Keadaan panic tersebut menjalar kekota-kota lain di Amerika Serikat pada waktu itu. Setelah pemerintah turun tangan menjelaskan keadaan yang sebenarnya kepada masyarakat
dengan susah payah maka
kepanikan tersebut mereda. Gambaran berikut yang terdapat dalam Journal of Broadcasting & Electronic Media (2008) merupakan lukisan keadaan pada waktu itu yang dirasakan dan dialami oleh Frank Stanton, Ph.D. seorang peneliti muda. Gambaran tersebut kami ambilkan dari tulisan Michael J. Socolow dalam article reviews Stanton’s research effort between 1933 and 1942 ………. yang berjudul The Behaviorist in the Broadroom: The Research of Frank Stanton, Ph.D : “The young researcher immediately recognized the opportunity. Relaxing in his living room on a Sunday evening in October 1938, Frank Stanton tuned into CBS radio to catch Orson Welles’s adaptation of War of the Worlds. As the powerfully realistic drama unfolded, Stanton sensed singularity of the moment. Before the program finished be hurried from his Jackson Heights apartment to the parking garage, jumped into his car, and sped across the East River to the Madison Avenue headquarters of CBS. The broadcast ended just as Stanton’s car pulled up. Three years earlier, Stanton had been hired by the network to improve it audience research efforts; ………………………………………………….As this and other episodes demonstrate, Frank Stanton devoted much of his life to understanding the cultural, social, and psychological effects of the mass media.” (http://www.ebscohost.com). Di Indonesia sendiri media radio sangat berjasa bagi bangsa kita pada saat memploklamasikan kemerdekaannya sehingga bangsa-bangsa lain tahu bahwa Indonesia telah merdeka. Bahkan beberapa dekade setelah TV secara resmi Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
4
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
menayangkan program perdananya di tahun 1962, media radio masih menjadi tumpuan banyak orang pada masyarakat kita pada waktu itu sebagai media untuk mencari informasi, pendidikan dan hiburan. Seiring dengan kemunculan televisi-televisi swasta di Indonesia tahun 1989 dan kemampuan daya beli masyarakat meningkat, maka media radio bukan lagi menjadi media “favorit” di masyarakat. Namun demikian media radio ini tetap eksis ditengah-tengah masyarakat, karena bagaimanapun media radio ini tetap mempunyai segmen-segmen khusus yang menjadi pendengar setia. Atau dengan kata
lain
membanjirnya
produk-produk
teknologi
baru
tidak
akan
menenggelamkan eksistensi media ini. Adapun dalam penelitian ini radio yang dimaksud adalah radio konvensional bukan radio internet yang baru-baru ini bermunculan di bumi pertiwi (sekitar tahun 2000-an ke atas) sebagai konsekuensi perkembangan tehnologi modern. Untuk lebih jelasnya perbedaan tersebut bisa dilihat pada tabel berikut (Masduki, 2004: 67) : TABEL 1 Perbedaan Radio Konvensional dengan Radio Internet NO. ASPEK 1. Sejarah 2.
Perbedaan
3.
Keunggulan
4.
Kelemahan
KONVENSIONAL Tahun 1894-1905 oleh Marconi Siarannya memakai gelom bang SW, MW, AM, FM. Bisa didengarkan hampir semua orang melalui pesawat radio transistor, harga murah. Siarannya tidak mengalami jeda (voice delay) dengan aslinya. Hanya bisa disimak secara local (geografis terbatas), kecuali radio yang berjaringan satelit.
INTERNET Tahun 1993-1994 di Interop, AS. Siarannya antara lain memakai soft ware player di internet. Bisa didengarkan melalui PC yang tersambung kejaringan internet via modem. Radio yang bersiaran diinternet bisa disimak secara global. Biaya akses bagi pendengar relatif mahal. Suara kadang kala putus dan ada jeda dengan aslinya jika jaringan internet buruk.
Sumber : Masduki (2004, 67). Di kota Solo stasiun radio masih cukup banyak, ada kurang lebih 22 stasiun radio. Stasiun-stasiun radio dimaksud adalah : PTPN Rasitania 99,4 FM, JPI 106,3 Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
5
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
FM, METTA 104,7 FM, Manajemen Hati MH 100,9 FM, Karavan FM 107,3, dan lain-lain (untuk lebih lengkapnya lihat lampiran : 5). Di sekitar Solo sendiri banyak radio-radio swasta bermunculan, seperti Radio Gajah Mungkur di Wonogiri, Radio Ramsa di Delanggu, Radio Swiba di Karanganyar, dan lain-lain. Dulu di setiap kota/kabupaten ada radio RSPD (Radio Siaran Pemerintah Daerah) dimana operasionalisasinya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat, namun saat ini pada umumnya berubah manajemen kepemilikannya dan operasionalnya. Misal di kabupaten Sragen, dulu ada radio RSPD sekarang berubah nama menjadi Radio ASRI Sragen. Fenomena ini cukup menarik untuk diteliti bagaimana positioning radio-radio tersebut dimata masyarakat seiring dengan berkembang pesatnya tehnologi media saat ini. Dari latar belakang yang terurai di atas dapatlah ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana positioning radio-radio di kota Solo dan sekitarnya. Positioning adalah posisi citra produk siaran di benak pikiran pendengar, dilihat dari radio apa yang paling banyak diakses oleh pendengar. 2. Untuk mengetahui program acara apa yang paling banyak disenangi pendengar, apakah program acara yang sifatnya memberi informasi, pendidikan, atau hiburan. 3. Lebih spesifik lagi untuk mengetahui informasi apa yang paling banyak dicari pendengar. Apakah informasi masalah social, politik atau ekonomi. Kalau program acara pendidikan, apa yang paling dicari oleh pendengar, apakah pendidikan umum atau pendidikan yang berkaitan dengan pembinaan moral-spiritual, seperti masalah keagamaan.
Kalau acara
hiburan, apakah hiburan tradisional atau modern. Hiburan tradisional seperti
ketoprak,
wayang
kulit,
wayang
uwong,
ludruk
atau
klenengan/campursari. Hiburan modern, seperti musik pop, musik barat atau sandiwara, dan lain-lain.
RADIO SIARAN Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
6
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Sangatlah sulit untuk mendifinisikan pengertian radio saja. Orang biasanya mengkonotasikan radio dengan wujud benda secara fisik yang berwujud persegi panjang dengan ukuran sedang atau berbentuk lonjong yang memancarkan gelombang frekuensi dan kemudian dipancarluaskan oleh pemancar stasiun radio ke masyarakat umum. Dalam Undang-Undang Penyiaran sekalipun, seperti pada UU Nomor 32 Tahun 2002 tidak disebutkan apa yang dimaksud dengan “Radio”. Pada Bab I Pasal 1 hanya disebutkan Ayat 1 tentang Siaran, ayat 2 tentang Penyiaran dan ayat 3 tentang Penyiaran Radio. Siaran (ayat 1) adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan
yang
dimaksud
Penyiaran
(ayat
2),
adalah
kegiatan
pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/ atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan sprektrum frekuensi radio melaui udara, kabel, dan/ atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Penyiaran Radio (ayat 3) adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Lembaga Penyiaran (ayat 9) adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut (Masduki, 2007: 1), penyiaran (broadcasting) dari kata kerja to broadcast yang diartikan sebagai alat berbicara atau menampakkan diri di radio atau televisi (to speak or appear on radio or television). Broadcasting dalam bahasa Inggris diartikan pengiriman program oleh media radio dan televisi (the sending out programmes by radio or television). Dalam Dictionary of Electronics karya Rudolf F. Graf (1974: 467), radio diartikan sebagai berikut: Radio is the Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
7
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
transmission of signals by modulation of electromagnetic waves with frequencies below those of visible light (http://en.wikipedia.org/wiki/radio)
AZAS, TUJUAN DAN FUNGSI RADIO SIARAN Bicara tentang Azas, Tujuan dan Fungsi bisa diacu dari UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 yang tertera pada Bab II Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4. Bunyi Pasal 2 UU tersebut adalah sebagai berikut : Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan azas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan,etika, kemandirian,kebebasan, dan tanggung jawab. Sementara Pasal 3 UU Penyiaran No 32 Tahun 2002 menyebutkan : Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Sedangkan Pasal 4 UU Penyiaran No 32 Tahun 2002 adalah : 1). Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. 2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Sistem penyiaran yang demokratis akan selalu terdiri dari minimal tiga bentuk lembaga penyiaran yaitu publik, pelaku bisnis dan komunitas. Perbedaan tersebut secara sederhana bisa dilihat pada tabel berikut (Masduki, 2007: 109) : TABEL 2 Perbedaan Lembaga Penyiaran Komunitas, Komersial dan Publik KARAKTER
Tipe Khalayak Sasaran Jangkauan Wilayah Sasaran Orientasi Dan Tujuan Siaran Pengambilan Keputusan Isi Kepemilikan Lembaga
LEMBAGA PENYI ARAN PUBLIK
Umum Nasional– Daerah Non – Profit Bottom – Up Public
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
LEMBAGA PENYI ARAN KOMUNITAS
LEMBAGA PENYI ARAN KOMERSIAL
Spesifik Local
Spesifik Local – Jaringan
Non Profit Bottom – Up Komunitas
Profit Top – Down Individu 8
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Sumber : Masduki (2007: 109) Perbedaan lembaga penyiaran di atas lebih tepat untuk media radio, sedangkan umtuk media TV di era reformasi yang betul-betul demokratis saat ini berbeda dengan era Orde Baru beberapa tahun yang lampau dimana lembaga penyiaran TV hanya ada satu saluran yaitu TVRI, baru pada tahun 1989-an mulai muncul TV swasta, diawali dengan berdirinya RCTI baru menyusul TelevisiTelevisi swasta yang lain seperti Indosiar, TPI, SCTV, Trans TV, TV One, Metro TV, dan lain-lain. Baru pada beberapa tahun terakhir ini
muncul TV
berlangganan. Namun pada dasarnya fungsi dari media-media tersebut termasuk media radio seperti sudah diatur dalam UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 seperti tersebut di atas adalah fungsi informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Di samping itu mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Dan yang dimaksud Radio dalam penelitian ini adalah radio komersial atau lembaga penyiaran komersial.
KARAKTERISTIK RADIO SIARAN Menurut Errol Jonathans dalam tulisannya yang tidak dipublikasikan pada pelatihan Produksi Siaran Musik Etnik Tingkat Dasar (1999) bekerja sama dengan Ford Foundation yang berjudul Program Produksi Siaran di Radio, tertulis bahwa karakteristik media radio, yaitu : 1. Menjaga Mobilitas Radio tetap menjaga mobilitas pendengar untuk tetap tinggi. Dapat didengar tanpa harus menghentikan aktivitas kita. Misal : didengar sambil belajar, membaca, bekerja di dapur, mengendarai mobil dan sebagainya. Bandingkan kalau kita nonton TV atau membaca Koran, perlu waktu khusus untuk itu. 2. Sumber Informasi Tercepat Radio is the Now Medium. Pengertian “Now” adalah masalah “kesegeraan”, sehingga dimungkinkan lebih cepat dalam penyebaran Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010
9
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
informasinya. Model ini tidak mungkin dilakukan media cetak, karena harus melalui proses cetak. Kalaupun TV mampu melakukannya, biaya operasionalnya relatif mahal dibandingkan radio.
3. Auditif Meski produksi radio hanya suara, bukan visual semacam media cetak, atau visual bergerak ala TV, radio masih memiliki beberapa keunggulan, disamping kelemahan karakternya. Keunggulan tersebut meliputi : Biaya dan Proses operasionalnya lebih murah. Komunikasi melalui suara cenderung lebih mudah ketimbang harus membaca atau melihat dan mendengar. Adapun kelemahan karakter yang dimilikinya, antara lain: Radio sulit untuk menyiarkan hal-hal yang lebih mudah ditangkap melalui gambar. Radio bukan sarana yang cocok untuk memaparkan hal-hal yang rumit dan detil, kalau terpaksa harus disampaikan secara panjang lebar, tapi dengan resiko belum tentu dimengerti oleh pendengar. 4. Komunikasi Personal Radio menciptakan keakraban dengan pendengarnya, walau kenyataannya radio secara serentakdidengar banyak orang dalam waktu yang sama. 5. Menciptakan “Theatre of Mind” Program acara yang dibawakan oleh penyiar tertentu yang disiarkan lewat media radio akan memunculkan imajinasi tersendiri bagi pendengarnya. Misal : ketika pendengar sedang menyimak suara seorang penyiar, maka lewat suara tersebut pendengar seketika membayangkan seperti apa kirakira wajah penyiarnya. Dan biasanya pendengar melakukan rekayasa sendiri kira-kira seperti apa sosok penyiar tersebut. 6. Bersifat Mass Distribution.
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 10
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Radio mempunyai kelebihan distribusi informasi, edukasi, hiburan yang simultan. Dia bisa dinikmati sejumlah pendengar bersama-sama dan serentak. Hal ini tidak mungkin dilakukan media cetak. 7. Murah Dibandingkan dengan media cetak dan TV, radio merupakan media komunikasi massa yang murah dalam beberapa hal, seperti: Biaya penyelenggaraan siaran. Radio penerimarelatif murah harganya. Murah, khalayak pendengar tidak perlu membayar
bila ingin
mendengarkan radio. 8. Format dan Segmentasi Tajam Dalam perkembangan radio modern, kecenderungan radio untuk membidik sasaran pendengar lebih spesifik dengan format yang lebih spesifik pula menjadi semacam keharusan. Sudah tidak jamannya lagi radio melayani seluruh lapisan masyarakat. 9. Daya Jangkau Luas Dalam hal distribusi produksi, radio punya keunggulan untuk meraih areal sasaran yang luas. Teknologinya memungkinkan untuk mengatasi hambatan-hambatan geografis, cuaca maupun waktu. Apalagi dengan perkembangan tehnologi satelit semakin membuat penyebaran siaran radio menjadi lebih mudah. 10. Selintas/Tak Terdokumentasi Artinya, suara yang muncul diudara tidak bertahan lama, Sekali dia muncul, maka pada saat itu juga hilang tanpa bekas. Karenanya sangat sulit untuk mendokumentasikan siaran, kecuali kalau direkam. 11. Anti Detail Berhubung dengan sifat selintas radio, berakibat radio siaran tidak mampu menyajikan hal-hal yang bersifat detail. Artinya, semakin detail sebuah informasi disiarkan, maka semakin besar peluang informasi tersebut bias atau tidak bisa diingat. Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 11
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Sedangkan menurut Harley Prayudha (2006: 91-93) penyiar harus punya karakteristik seperti kehangatan dan kasih sayang, memiliki rasa humor dan cerdas, jujur, rasa saling berbagi sekaligus teman yang selalu menemani dengan baik, dapat dipercaya, memiliki rasa percaya diri, bersemangat dan optimis. Penyiar professional harus pandai bermain peran. Air Personality yang dibangun sebuah radio akan banyak bergantung pada kepandaian penyiar dalam membawakan perannya. TIPOLOGI PENDENGAR Tipologi pendengar sebenarnya bisa dilihat dari berbagai sisi (Masduki, 2004: 18-21), yaitu : a. Tipologi pendengar menurut kelas social, dibedakan menjadi dua, yaitu : Kelas menengah keatas dengan cirri mereka memiliki pandangan jauh ke depan, cakrawala berpikir yang luas, berpikir rasional, percaya diri, berani mengambil resiko, selera pilihan beragam, berciri kota urban, dan lain-lain. Kelas menengah ke bawah, pandangan mereka terhadap hari ini, kemarin dan esok terbatas, cakrawala berpikir sempit, dunia seakan mengelilingi dirinya sendiri, berciri pedesaan rural, cara berpikir nonrasional, selera pilihan terbatas. b. Tipologi pendengar menurut perspektif ekonomi. c. Tipologi pendengar menurut skala partisipasi terhadap acara siaran TABEL 3 Tipologi Pendengar menurut Skala Partisipasi terhadap Acara Siaran NO. 1.
TIPOLOGI Pendengar Spontan
2.
Pendengar Pasif
3.
Pendengar Selektif
PENJELASAN Bersifat kebetulan. Tidak berencana mendengarkan siaran radio atau acara tertentu. Perhatian mudah beralih keaktivitas lain. Suka mendengarkan siaran radio untuk mengisi waktu luang dan menghibur diri, menjadikan radio sebagai teman biasa. Mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu saja, fanatic pada sebuah acara atau
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 12
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
4.
Pendengar Aktif
penyiar tertentu, menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan. Secara regular tak terbatas mendengarkan siaran radio, apapun, dimanapun, dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak hanya pada waktu luang.
(Sumber: Masduki, 2004: 18-21) Pentingnya
mengetahui
tipologi
pendengar
terkait
erat
dengan
perencanaan pendirian radio atau penyajian sebuah acara. Tiga strategi dalam kebijakan pengelolaan radio siaran, yaitu : 1. Segmenting, yaitu proses membagi-bagi atau mengelompokkan pendengar dalam kotak-kotak psikhografis-sosiografis yang lebih homogen. 2. Targetting, proses menyeleksi, memilih, dan menjangkau potensi pendengar melalui program siaran yang tepat. 3. Positioning, yaitu strategi memasuki jendela otak pendengar dan strategi komunikasi pembentukan citra produk siaran dibenak pikiran pendengar. Pendengar adalah konsumen sekaligus komoditas.
Ragam Acara Siaran Isi siaran yang akan disiarkan harus sesuai dengan azas, tujuan, fungsi dan arah siaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 yang tercantum dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Pelaksanaan Siaran diatur pada Bab IV Pasal 36 bagian pertama tentang isi siaran. Pasal 36 terdiri dari enam ayat, yaitu : (1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. (2) Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 13
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) mata acara yang berasal dari dalam negeri. (3) Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/ atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. (4) Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. (5) Isi siaran dilarang: a. Bersifat memfitnah, menghasut, menyesatkan dan/ atau bohong. b. Menonjolkan unsure kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, dan c. Mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan. (6) Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan/ atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan Internasional. UU RI No. 32 Th. 2002 tentang Penyiaran khususnya Bab IV Pasal 36 tentang pelaksanaan siaran dimana pada bagian pertama bicara tentang isi siaran tersebut di atas berlaku untuk media audio dan media audio visual. Oleh karena itu dalam membuat ragam acara siaran untuk radio juga harus mengacu pada peraturan tersebut di atas, walaupun tentu ada variasi dari tiap stasiun radio yang bersangkutan. Seandainya dalam pembuatan ragam acara “menyimpang” dari aturan yang sudah ditetapkan ada lembaga independen yang akan mengawasi dan memantau kinerja dari lembaga penyiaran yang bersangkutan. Lembaga tersebut adalah KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).
KERANGKA PIKIR Dari landasan teori di atas akhirnya bisa dibuat sebuah kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut : POSITIONING :
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2Posisi Juli 2010 citra produk siaran dibenak pikiran pendengar 14
RADIO
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
METODE PENELITIAN a. Lokasi Penelitian Ada tiga tempat yang menjadi lokasi penelitian ini, meliputi : 1. Untuk dalam kota, yaitu : RT 01, RT 02, RT 03, RW 1 Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. 2. Untuk daerah urban, yaitu : Dukuh Kepuh RT 01/ RW 02 Kelurahan Bentakan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. 3. Untuk luar kota, yaitu : RT 03, RT 04 / 14 Munggur Lor, Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.
b. Populasi Populasi dalam riset ini meliputi : a. Setiap rumah tangga yang mempunyai radio di Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsasri, Kota Surakarta. b. Setiap rumah tangga yang mempunyai radio di Kelurahan Bentakan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. c. Setiap rumah tangga yang mempunyai radio di Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 15
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
c. Sampel Setiap anggota rumah tangga yang berusia remaja (anak) sampai orang tua (kepala rumah tangga atau Ibu rumah tangga) yang mempunyai dan mendengarkan radio.
d. Teknik Pengambilan Sampel Area sampling, ditetapkan terlebih dahulu area atau daerah yang akan dijadikan lokasi untuk mengambil sampel. Untuk Kelurahan Setabelan ditetapkan areanya RT 01, RT 02, RT 03 RW 01, untuk Kelurahan Bentakan ditetapkan areanya RT 01/RW 02 Kepuh, untuk Kelurahan Bejen ditetapkan areanya Munggur Lor RT 03, RT 04 /14 Munggur Lor, Bejen, Karanganyar. Setelah itu sampel diambil dengan cara purposive sampling dan snowball sampling, artinya warga atau setiap anggota rumah tangga yang mempunyai radio dilokasi tersebut diambil sebagai sampel. Pertama, ditetapkan sampel yang mempunyai dan mendengarkan radio terlebih dahulu. Kedua, bergulir ke informan yang lain sampai data dirasa telah mencukupi kebutuhan. Dengan kata lain besarnya sampel tidak ditetapkan terlebih dahulu.
e. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan : a. Indepht Interview Indepth interview dilakukan langsung kepada informan yang bersangkutan dengan menggunakan interview guide yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. b. Observasi berupa pengamatan lapangan. c. Studi pustaka berupa buku-buku, arsip, majalah, surat kabar, dan lainlain, serta dokumen lain yang dibutuhkan.
f. Jenis Data Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 16
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Data primer adalah data pokok yang didapatkan dari responden atau informan yang bersangkutan di lapangan. Dalam penelitian kali ini data dikumpulkan dengan menggunakan interview guide, sedang data sekunder adalah data pendukung didapat dari studi pustaka, dokumen, dan lain-lain.
g. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yang bersifat mendiskripsikan. Komponen-komponen analisis data : model interaktif dari Miles dan Huberman (1992).
Hasil Analisis dan Pembahasan Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut: 1. Stasiun radio yang paling banyak diakses atau didengar oleh masyarakat Solo dan sekitarnya yaitu sebagai berikut : Stasiun radio yang mendapat pilihan terbanyak dari pendengar (informan) yaitu RRI Surakarta FM sebanyak 19 suara, radio Suara Slank diurutan kedua sebanyak 11 suara, Solo Radio 8 suara, JPI dan PTPN masing-masing 7 suara, Radio ABC, Radio Karavan, SAS FM, MQ FM masing-masing 1 suara, Radio MTA 1 suara (radio khusus syiar Islam). Radio lain yang disetel oleh pendengar adalah Radio Ramsa Delanggu dengan 4 pendengar, Radio Gajah Mungkur Wonogiri, Radio Swiba Karanganyar masing-masing satu suara. Pilihan dari informan bisa lebih dari satu stasiun radio. 2. Pada umumnya program acara yang banyak disenangi oleh pendengar (informan) adalah:
1. Acara hiburan, 2. Berita, 3. Pendidikan. Acara
hiburan, hiburan modern seperti musik (pop, barat, dangdut) sebanyak 34 pendengar. Hiburan tradisional seperti (wayang kulit, wayang wong, Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 17
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
klenengan dan campur sari) sebanyak 19 pendengar. Adapun acara berita ada 11 orang pendengar dengan rincian 10 orang mendengarkan berita umum (politik, ekonomi, sosial, keamanan) , 1 orang mendengarkan berita masalah pertanian. Program acara pendidikan yang banyak didengar adalah yang berkaitan dengan pembinaan moral spiritual (santapan rohani) 5 orang pendengar yang memanfaatkan media ini. 3. Kebiasaan/tempat untuk mendengarkan radio pada umumnya dilakukan dirumah sebanyak 42, sisanya dilakukan di tempat kerja (kantor, warung, jalanan) sebanyak 9 orang pendengar. Kebiasaan mendengarkan radio kebanyakan dilakukan pada saat pagi hari setelah bangun pagi pukul 05.00 – 07.00 WIB sebanyak 18 orang pendengar, kemudian berturut-turut menjelang tidur pukul 21.00 – 23.00 WIB sebanyak 12 orang pendengar dan disaat istirahat siang pukul 13.00 – 15.00 WIB sebanyak 8 orang pendengar. Sisanya sebaran waktu selain yang tiga di atas, misal : pada jam 07.00-09.00 WIB ada 6 orang pendengar, jam 09.00-11.00 WIB ada 7 orang pendengar, jam 11.00-13.00 WIB ada 4 orang pendengar, kemudian jam 15.00-17.00 WIB ada 2 orang pendengar, jam 17.00-19.00 WIB ada 1 orang pendengar, jam 19.00-21.00 WIB ada 7 orang pendengar, dan jam 23.00 WIB ke atas ada 1 orang pendengar. Informan bisa melakukan pilihan jam-jam siaran lebih dari satu sesuai dengan program acara yang mereka minati. 4. Jenis kegiatan yang dilakukan pada saat mendengarkan radio sebagai berikut: sambil mandi sebanyak 3 orang informan, sambil bekerja 12 orang, sambil ngobrol 15 orang, bangun pagi 15 orang, sambil mengisi waktu luang atau sambil istirahat 12 orang informan, menjelang tidur 18 orang. Jikalau seseorang mendengarkan radio tentu mempunyai alasan tertentu. Urutan pertama tertinggi yang menjadi alasan informan mendengarkan radio adalah: acaranya bagus dan bervariasi ada 22 pemilih, frekuensi gelombang radio jelas dan mudah ditangkap sebanyak 14 pemilih, 8 informan memilih alasan suara penyiarnya bagus. Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 18
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
5. Adapun tipologi pendengar menempati ranking pertama sebanyak 15 orang informan menyatakan diri sebagai
pendengar selektif, tipologi
pendengar kedua adalah pendengar spontan dengan 10 orang informan, pendengar pasif menempati urutan ketiga dengan 8 orang pendengar, dan terakhir pendengar aktif dengan 7 orang pendengar. 6. Tingkatan usia orang yang teraih sebagai informan dalam penelitian ini: usia 70 tahun ke atas 1 orang, usia kurang dari 20 tahun 4 orang, usia 20 tahun ke atas 8 orang, 30 tahun ke atas 7 orang, terbanyak usia 40 tahun ke atas 10 orang, usia 50 tahun ke atas 7 orang dan usia 60 tahun ke atas sebanyak 3 orang. 7. Pendidikan terakhir informan terbanyak adalah SMA dan sederajat sebanyak 19 orang, SD 10 orang, SMP 7 orang, S1 satu orang, lulusan sekolah perawat 1 orang, dan buta huruf 2 orang. 8. Pekerjaan informan: yang menyatakan diri sebagai pegawai swasta 24 orang, PNS 2 orang, pensiunan PNS 1 orang dan pelajar 2 orang, sisanya masih dalam taraf mencari pekerjaan dan pekerja serabutan. 9. Posisi dalam keluarga dari informan, sebagai kepala keluarga (suami) sebanyak 18 orang, sebagai ibu rumah tangga (istri) 12 orang dan anak sebanyak 10 orang.
Kesimpulan 1. Stasiun radio yang paling banyak diakses atau didengar oleh masyarakat Solo dan sekitarnya yaitu sebagai berikut : a. Stasiun radio yang mendapat pilihan terbanyak dari pendengar (informan) yaitu radio RRI FM (Pro II) sebanyak 19 suara, radio Suara Slank di urutan kedua sebanyak 11 suara, Solo Radio 8 suara, Radio JPI dan PTPN masing-masing 7 suara, Radio ABC, Radio Karavan, SAS FM, MQ FM masing-masing 1 suara, radio MTA 1 suara (radio khusus syiar Islam). Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 19
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
b. Radio lain yang disetel oleh pendengar adalah Radio Ramsa Delanggu dengan 4 pendengar, Radio Gajah Mungkur Wonogiri, Radio Swiba Karanganyar masing-masing satu suara. Semua informan kota Solo mendengarkan stasiun-stasiun radio yang ada di Kota Solo sebaliknya untuk informan di luar kota Solo ada beberapa yang mendengarkan radio di luar kota seperti Radio Gajah Mungkur di Wonogiri Radio Ramsa Delanggu, Radio Swiba Karanganyar, dll. Ini berkaitan dengan daya pancar dari masingmasing radio hingga suaranya jernih dan mudah ditangkap oleh pendengar. c. Dengan kata lain lebih lanjut bisa disimpulkan bahwa positioning radio-radio di Kota Solo aman untuk tetap eksis di dalam Kota Solo, namun untuk pendengar di daerah pinggiran eksistensi radioradio didalam kota perlu memikir ulang strategi perencanaan program dan daya pancar perlu ditingkatkan agar keberadaan mereka tetap terjaga dan diminati oleh pendengar baik dalam maupun luar kota. 2. Pada umumnya program acara yang banyak disenangi oleh pendengar (informan) berturut-turut adalah :
1. Acara hiburan, 2. Informasi, 3.
Pendidikan. Dengan kata lain media radio lebih berfungsi sebagai media hiburan daripada fungsi-fungsi yang lain. 3. Acara hiburan, hiburan modern seperti musik (pop, barat, dangdut) sebanyak 34 pendengar. Hiburan tradisional seperti ( wayang kulit,wayang wong, klenengan dan campur sari ) sebanyak 19 pendengar. Adapun acara berita ada 11 orang pendengar dengan rincian 10 orang mendengarkan berita umum (politik, ekonomi, sosial, keamanan), 1 orang mendengarkan berita masalah pertanian. Program acara pendidikan yang banyak didengar adalah yang berkaitan dengan pembinaan moral spiritual (santapan rohani) 5 orang pendengar yang memanfaatkan media ini.
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 20
Sri Urip Haryati : Positioning Radio-Radio Di Kota Solo dan Sekitarnya …..
Daftar Pustaka Uchyana, Effendy Onong. (1978). Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Alumni. Errol, Jonathans. (1999). Program Produksi Siaran di Radio-Pelatihan Produksi Siaran Musik Etnik Tingkat Dasar 1999 (kerjasama dengan Ford Foundation, tidak dipublikasikan). Masduki. (2004). Menjadi Broadcaster Profesional. Jogyakarta: Pustaka Popular LKiS. ------------. (2007). Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal. Jogyakarta: LKiS. Matthew, Miles B dan Michael, Huberman A. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia. Zulkarimein, Nasution. (1989). Teknologi Komunikasi Dalam Prespektif: Latar Belakang Dan Perkembangan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Harley, Prayudha. (2006). Radio: Penyiar It’s Not Just a Talk. Malang: Bayumedia Publishing. Tim Perumus. (2006). UU RI No. 32 Th 2002 tentang Penyiaran Dan Kode Etik Jurnalistik dalam Buku Peraturan Pemerintah tentang Penyiaran. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Internet http://en.wikipedia.org/wiki/radio http://www.ebscohost.comhttp://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid= 2&hid=112&sid=27356733-0f70-4383-aab1-0ba08910bbad%40sessionmgr110
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No 2 Juli 2010 21