perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POLEMIK PABRIK SARIPETOJO DALAM MEDIA ”Studi Analisis Framing Pemberitaan Polemik Pembangunan Mal Di Bekas Pabrik Es Saripetojo Solo Pada Surat Kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka Periode Juni Hingga Juli 2011”
Oleh :
ASTRI WULANSARI D0207038
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” HR. Muslim
“Konsentrasilah terhadap apa yang anda lakukan. Segala sesuatu tidak akan berhasil sampai anda mendapat sebuah fokus” Alexander Graham Bell
“Tidak peduli itu tentang apa, bila sudah mulai mengerjakannya dan belum berhasil, jangan menyerah” Willian Shakespeare
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan dan dedikasikan untuk Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga, Bapak dan Ibu yang telah menjadi motivator serta tak henti memberikan kasih sayang, Serta, Kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan dan semangat.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul POLEMIK PABRIK SARIPETOJO DALAM MEDIA ”Studi Analisis Framing Pemberitaan Polemik Pembangunan Mal Di Bekas Pabrik Es Saripetojo Solo Pada Surat Kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka Periode Juni Hingga Juli 2011” dengan baik dan lancar. Penelitian untuk penyusunan skripsi ini pada awalnya muncul dari ketertarikan penulis tentang peristiwa Saripetojo, yang pada waktu itu sempat fenomenal dan menjadi topik pemberitaan beberapa media. Media yang berfungsi sebagai penyebar informasi kepada publik tidak semata – mata menampilkan peristiwa secara apa adanya, namun penuh dengan bangunan makna yang dibingkai sedemikian rupa. Tak terkecuali pada surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka, yang sekaligus menjadi obyek penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti dalam mengungkap makna di balik teks media tersebut menggunakan metode analasis framing. Framing adalah teknik analisis teks media dengan mencermati strategi seleksi -menyembunyikan dan menonjolkan- fakta dalam suatu berita. Dan peneliti menggunakan teknik analisia framing dengan model yang dipopulerkan Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari peran dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: 1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta. 2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unversitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Drs. Mursito Bm., SU selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia memberikan ilmu, pengarahan dan masukan selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Alexius Ibnu Muridjal, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, dorongan, nasehat dan segala pengarahan selama masa perkuliahan. 5. Staf pengajar pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Terima kasih atas ilmu – ilmu yang telah diberikan dan mohon maaf atas segala kesalahan penulis selama ini. Semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat dan menjadi amal jariyah bapak dan ibu. 6. Staf perpus FISIP UNS, yang telah berkenan untuk membantu penulis menemukan buku – buku sebagai pencerahan atas permasalahan yang ditemukan penulis selama penyusunan skripsi ini. 7. Informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan pengalaman: Sri Herwindya B, S.Sos, Msi (Dosen Jurnalistik FISIP UNS) dan Ananto Pradono (Redaktur Pelaksana Suara Merdeka). 8. Intan, Istiqomah dan Wida sebagai teman sharing. 9. Ity dan Kiki sebagai teman yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah ketika peneliti dalam masa - masa sulit dan berbagi rasa bersama. 10. Taufik Yulianto yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini dan terima kasih atas koreksinya selama ini. 11. Teman – teman angkatan 2007 dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Keterbatasan kemampuan, pemikiran, tenaga dan waktu penulis menjadikan karya ini jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Sukoharjo, Januari 2012
commit to user vii
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...
iii
HALAMAN MOTTO ……..…………………………………………..
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………
vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
xii
DAFTAR SKEMA ……………………………………………………
xv
ABSTRAK …………………………………………………………….
xvi
ABSTRACT …………………………………………………………...
xvii
BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah …………………………………
1
I.2 Perumusan Masalah ……………………………………..
7
I.3 Tujuan Penelitian …………………………………………
8
I.4 Manfaat Penelitian ……………………………………….
8
I.5 Telaah Pustaka ……………………………………………
8
A. Paradigma Konstruktivisme …………………………
9
B. Teori Konstruksi Sosial ……………………………….
15
C. Media Massa dan Prinsip Jurnalisme …………………
17
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Media Massa sebagai Sebuah Institusi …………….
17
2. Prinsip Jurnalisme ………………………………….. 24 D. Produksi Berita dan Pengonstruksian Realitas ………… 26 1. Proses Produksi Berita pada Media Cetak …………
26
2. Proses Pengonstruksian Realitas dalam Berita ……
29
E. Framing Sebagai Teknik Analisis Media ……………..
31
F. Metodologi Penelitian ………………………………… 35 1. Jenis Penelitian …………………………………….. 35 2. Metode Penelitian ………………………………….. 36 3. Analisa Data ……………………………………….. 37 4. Obyek Penelitian …………………………………… 46 5. Sumber Data ……………………………………...... 47 6. Validitas Penelitian ……………………………….... 48 7. Kerangka Pemikiran ……………………………….. 50 BAB II. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN II.1 Harian Umum Solopos ………………………………….. 52 A. Sejarah Singkat Berdirinya Solopos ………………….. 52 B. Visi dan Misi Solopos …………………………………. 55 C. Susunan Organisasi Solopos …………………………… 56 D. Bidang Redaksional Solopos …………………………... 57 1. Rincian Tugas Departemen Redaksi Solopos ……… 57 2. Kebijakan Redaksional Solopos ……………………. 59 E. Rubrikasi Solopos ………………………………………. 60
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Profil Pembaca Solopos ………………………………… 70 G. Pola Liputan Solopos …………………………………... 72 II.2 Suara Merdeka …………………………………………… 73 A. Sejarah Singkat Berdirinya Suara Merdeka …………… 73 B. Visi dan Misi Suara Merdeka ………………………….. 80 C. Susunan Organisasi Suara Merdeka …………………… 82 D. Bidang Redaksional Suara Merdeka ………………….. 83 1. Rincian Tugas Departemen Redaksi Suara Merdeka .. 83 2. Kebijakan Redaksional Suara Merdeka …………… 86 E. Rubrikasi Suara Merdeka ……………………………… 89 F. Profil Pembaca Suara Merdeka ……………………….. 98 G. Pola Liputan Suara Merdeka …………………………... 99 BAB III. SAJIAN DAN ANALISIS DATA III.1 Warga Protes Pembongkaran Saripetojo …………………… 102 A. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam Bingkai Harian Umum Solopos ......................................... 104 B. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka ................................. 118 III.2 Perseteruan Gubernur – Walikota............................................. 133 A. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam Bingkai Harian Umum Solopos ...................................................... 134 B. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka ................................. 151 III.3 Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator Polemik Saripetojo ................................................................... 167 A. Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator Polemik Saripetojo dalam Bingkai Harian Umum Solopos .................................................................. 168 B. Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator Polemik Saripetojo dalam Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka ............................................. 184 III.4 Hasil Kajian Tim Independen ................................................. 195 A. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai Harian Umum Solopos ...................................................... 196 B. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai Suara Merdeka ................................................................... 212 III.5 Perbandingan Frame Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka ......................................................................... 225 BAB IV. PENUTUP IV.1 Kesimpulan …………………………………………………. 228 IV.2 Keterbatasan Penelitian ……………………………………. 231 IV.3 Saran ………………………………………………………... 232 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 : Perbedaan antara Paradigma Positivis Dan Paradigma Konstruktivisme ...................................................................... 11 Tabel 1.2 : Aspek-Aspek Paradigma Konstruktivisme ............................... 13 Tabel 1.3 : Tabel Perbedaan Isi Tajuk Rencana Antar Golongan Pers ........ 50 Tabel 2.1 : Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi I ...................................... 62 Tabel 2.2 : Rubrik Tambahan Solopos Edisi Senin .................................... 64 Tabel 2.3 : Rubrik Solopos Edisi Sabtu Sesi I ............................................ 65 Tabel 2.4 : Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi II .................................... 66 Tabel 2.5 : Rubrik Tambahan Solopos Edisi Selasa ................................... 67 Tabel 2.6 : Suplemen Gratis ”Jagad Jawa” pada Sesi II Edisi Kamis ......... 67 Tabel 2.7 : Suplemen Gratis ”Khazanah Keluarga” pada Sesi II Edisi Jumat .............................................................................. 68 Tabel 2.8 : Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Sesi I .................................... 69 Tabel 2.9 : Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Sesi II ................................... 70 Tabel 2.10 : Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Usia ....................... 71 Tabel 2.11 : Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Tingkat Pendidikan 71 Tabel 2.12 : Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...... 72 Tabel 2.13 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi I ........................... 89 Tabel 2.14 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi II ......................... 91 Tabel 2.15 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi III ........................ 91 Tabel 2.16 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi I ............................ 92 Tabel 2.17 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi II ............................ 93
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.18 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi III ........................... 94 Tabel 2.19 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi IV .......................... 95 Tabel 2.20 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi I .......................... 95 Tabel 2.21 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi II ........................ 96 Tabel 2.22 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi III ....................... 97 Tabel 2.23 : Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................................................. 98 Table 2.24 : Prosentrase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Usia ............ 99 Table 2.25 : Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................................................... 99 Table 2.26 : Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Pekerjaan ................................................................................. 99 Tabel 3.1 : Daftar Berita yang Dianalisis ..................................................... 101 Tabel 3.2 : Polemik Pembangunan Bekas Saripetojo Warga-Pelaksana Proyek Bersitegang ....................................... 105 Tabel 3.3 : Penolakan Proyek Mal Berlanjut ............................................... 119 Tabel 3.4 : Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas Solo Tolak Bibit ........................................................................ 136 Tabel 3.5 : Bibit Ditolak Masuk Solo .......................................................... 152 Tabel 3.6 : Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo ..................................... 169 Tabel 3.7 : Dibentuk Tim Independen Kasus Saripetojo .............................. 186 Tabel 3.8 : Jokowi Pilih Tunggu BP3, Tim: Saripetojo Tak Layak BCB Tabel 3.9 : Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar Budaya
commit to user xiii
197
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil Kajian Tim 3 Universitas ................................................. 213 Table 3.10: Perbandingan Frame Berita Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka ................................................................... 225
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA Skema 1.1 : Komponen Utama Obyektivitas Berita .........................................
29
Skema 1.2 : Kerangka Pemahaman Framing Model Pan Konsicki ....................
46
Skema 1.3 : Kerangka Pemikiran Peneliti .......................................................
51
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Astri Wulansari. D0207038. POLEMIK PABRIK SARIPETOJO DALAM MEDIA ”Studi Analisis Framing Pemberitaan Polemik Pembangunan Mal Di Bekas Pabrik Es Saripetojo Solo Pada Surat Kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka Periode Juni Hingga Juli 2011” Penelitian ini didasari atas ketertarikan peneliti pada peristiwa polemik pabrik Es Saripetojo yang sempat fenomenal pada waktu itu. Kefenomenalan polemik Saripetojo tersebut tidak lepas dari campur tangan para pekerja media. Baik media cetak maupun media elektronik meliput peristiwa polemik yang disebabkan oleh rencana Gubernur yang akan membangun mal di lahan bekas Saripetojo. Media massa dalam memberitakan suatu peristiwa telah melakukan konstruksi, yaitu mengubah realitas empirik (first reality) menjadi sebuah realitas simbolik (second reality). Oleh karenanya, media disebut agen pengonstruksi realitas. Sehingga ini menjadi latar belakang penelitian untuk mengetahui konstruksi media yang tersirat di balik teks berita atas peristiwa yang menyangkut Saripetojo. Media yang dipilih untuk diketahui konstruksi realitasnya adalah Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka. Dalam penelitian teks berita Saripetojo ini digunakan pendekatan analisis framing. Framing adalah teknik analisis teks media dengan mencermati strategi seleksi -menyembunyikan dan menonjolkan- fakta dalam berita. Dan peneliti memanfaatkan model analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, yang menganalisis dengan melihat empat elemen dalam teks berita, yaitu struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Setelah melakukan analisis, diperoleh hasil bahwa Harian Umum Solopos sebagai surat kabar lokal membingkai peristiwa polemik pabrik Saripetojo ini cenderung lebih menonjolkan atau menekankan pada aspek bahwa Saripetojo sebaiknya menjadi Benda Cagar Budaya (BCB) daripada harus dibangun pasar modern seperti rencana Gubernur Jawa Tengah. Sedangkan Suara Merdeka sebagai surat kabar regional membingkai peristiwa Saripetojo dengan lebih menonjolkan atau menekankan pada substantif bahwa status Saripetojo sebagai benda cagar budaya perlu dikaji dan rencana pembangunan mal oleh gubernur perlu dipertimbangkan.
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Astri Wulansari. D0207038. Polemic of Saripetojo In Media “Framing Analysis of News Reporting Mall Construction Polemic In Former Ice Factory Saripetojo Solo At The Harian Umum Solopos and Suara Merdeka Newspaper With Period June Until July 2011”. This research is based on interest to the incident of polemic Saripetojo that was phenomenal at that time. The phenomally cannot be separated from the interference of media workers. Both print and electronic media was reporting the incident of polemic caused by the governor's plan that would built the mall in area of Saripetojo. Mass media, in reporting the incident has been constructed, specifically transform of empiric reality (first reality) to be asimbolic reality (second reality). So, mass media is called the construct agent of reality. This was became the background of reseach to find out media’s construct of incident Saripetojo. And, the media was selected to find out the construct is Harian Umum Solopos and Suara Merdeka. In this research, researcher used framing analysis methode. Framing is a media text analysis techniques with way to observe the selection strategy -hidden and accentuated- the fact in news. Researcher used analytical model of Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki. They were analysed with to use four elements in the news text. It is syntacsis structure, script, tematic and retoric. After conducting text analysis, it is concluded that Harian Umum Solopos as local newspaper had framed incident Saripetojo accentuated to aspect that Saripetojo is a Benda Cagar Budaya (BCB) and refuse mall development plan. Whereas, Suara Merdeka as a regional newspaper had framed incident Saripetojo accentuated to substantive that status of Saripetojo as a Benda Cagar Budaya needs to be reviewed and mall development plans to be considered.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah Solo adalah salah satu dari beberapa kota di Indonesia yang memiliki aset peninggalan kebudayaan cukup banyak. Benda-benda peninggalan tersebut merupakan hasil karya manusia sejak jaman prasejarah hingga sejarah dan berasal dari beragam kebudayaan pada waktu itu. Banyak orang menyebutnya sebagai Benda Cagar Budaya (BCB), sehingga patut untuk dijaga dan dilindungi sebagai warisan yang memiliki nilai historis tinggi. Seperti yang diatur dalam UU Nomer 11 tahun 2010 bahwa kawasan cagar budaya harus dilestarikan karena memiliki nilai penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun, beberapa BCB di kota yang dikenal dengan sebutan kota bengawan ini kurang atau bahkan tidak ada yang mengelola dan mengembangkan guna memanfaatkannya secara maksimal. Seperti yang terjadi pada bangunan pabrik Es Saripetojo tepatnya di Purwosari, Solo. Saripetojo menjadi bangunan yang mangkrak atau tidak terurus semenjak mengalami kolaps beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya pabrik es milik swasta yang berkembang di wilayah Solo. Menurut penuturan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, selama pabrik es tersebut beroperasi hanya memberikan pendapatan sebesar Rp 15 juta per tahun dan hingga saat ini memiliki hutang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
mencapai Rp 350 juta (Suara Merdeka, 25 Juni 2011). Oleh karena itu, Pemprov berencana untuk mendayagunakan Saripetojo menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Hingga keluar suatu wacana bahwa akan dijadikan pasar modern atau mal, karena memang sebenarnya hak atas tanah dan bangunan Saripetojo milik Pemprov Jawa Tengah. Melalui media massa, gubernur menguraikan tujuannya terkait dengan rencana pembangunan mal di bekas lahan Saripetojo, yakni dimaksudkan agar dapat memberdayakan masyarakat dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak, kesempatan membuka lapangan kerja baru dan pendapatan asli daerah (PAD) pun jadi meningkat. Namun, Pemkot bersama masyarakat Solo menentang keras apa yang menjadi rencana gubernur. Protes dan penolakan pun dilancarkan masyarakat Solo untuk menghentikan pembongkaran bangunan Saripetojo. Masyarakat Solo menganggap pembongkaran tersebut merupakan tindakan yang tidak mengindahkan adanya BCB. Menurut Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Saripetojo berdiri sejak tahun 1888 dan telah menorehkan sejarah bagi masyarakat Solo. Pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat Solo pertama kali mengetahui dan mengenal es dari orang-orang asing yang membawa benda berkristal tersebut dari negara asal mereka. Karena kurang nyaman dengan cuaca di Indonesia, maka mereka membutuhkan lebih banyak es untuk mendinginkan tubuh. Hal ini tentu menjadi peluang bagi warga pribumi untuk membuka usaha pabrik es. Lalu seorang pengusaha Tionghoa terkaya di Solo bernama Sie Dhian Ho mendirikan pabrik es bernama “petojo”. Dan kemudian pengelolaannya diambil alih oleh Pemerintah Provinsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Jawa Tengah dan namanya diubah menjadi Saripetojo. Selain untuk memenuhi kebutuhan warga kulit putih yang tinggal di Solo, masyarakat juga senantiasa merasakan manfaat adanya pabrik es tersebut. Mereka dengan mudah mendapatkan es dengan harga yang terjangkau. Berkat adanya pabrik ini juga terciptalah lapangan kerja baru dan membuat jenis makanan di kota Solo lebih bervariasi (Heri Priyatmoko, Solopos (27/6)). Karena mengandung sejarah yang begitu penting, maka Pemkot Solo menginventarisasi Saripetojo menjadi BCB. Hal ini dibuktikan dengan terdaftarnya pabrik Es Saripetojo sebagai BCB ditingkat Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng sejak tahun 1964 dengan inventarisasi No: 11-72/Ska/TB/64 dan memasuki tahun 2010, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) tengah memroses penetapan BCB tersebut melalui usulan penetapan No: 1388/101.SP/BP3/PIV/2010 (Solopos, 25 Juni 2011). Dalam pemberitaan Suara Merdeka disebutkan penolakan tersebut dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat seperti Komunitas Peduli Cagar Budaya (KPCBN), LBMM (Lembaga Bina Masyarakat Marginal) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Meski status kepemilikan tanah dan bangunan Saripetojo adalah hak Pemprov namun diperkirakan jika mal baru tersebut tetap berdiri akan menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satunya adalah matinya pasar tradisional. Selain itu, Pemkot juga belum mengeluarkan surat Izin Pengubahan Bangunan (IPB) maupun Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terhadap pelaksaaan pembangunan gedung berlantai lima
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
tersebut. Itulah yang menjadi sebab – sebab masyarakat Solo melakukan penolakan (Suara Merdeka, 21 Juni 2011). Namun ternyata Gubenur justru tidak menghiraukan aspirasi dan protes masyarakat Solo tersebut, sehingga membuat mereka kemudian mendatangi
langsung
lokasi
Saripetojo
dan
berusaha
menghentikan
pembongkaran yang sedang berlangsung. Bukan penghentian pembongkaran yang didapat, tetapi perlawanan dari para pekerja proyek yang bersikukuh tidak mau menghentikan pembongkaran. Sehingga mengakibatkan terjadinya ketegangan diantara kedua belah pihak (Solopos, 22 Juni 2011). Polemik yang terjadi juga mengakibatkan hubungan antara Pemprov Jateng dan Pemkot Solo menjadi tidak harmonis. Pemkot berusaha ingin melindungi masyarakat Solo dengan menolak rencana gubernur. Sedangkan gubernur juga bersikukuh untuk tetap membangun mal dengan dalih meningkatkan pendapatan asli daerah. Hingga terbitlah suatu headline ”Perseteruan Gubernur – Walikota memanas, Solo Tolak Bibit” yang diturunkan Solopos pada tanggal 28 Juni 2011. Dalam berita tersebut disebutkan bahwa Bibit Waluyo, selaku Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan pernyataan keras kepada Walikota Solo, Jokowi. Sehingga hal ini memicu masyarakat Solo untuk mengancam gubernur dengan tidak memperbolehkan datang ke kota mereka. Berbagai pihak pun menuturkan dukungan mereka kepada Jokowi karena mampu bersikap tenang dalam menanggapi pernyataan gubernur tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Semakin hari semakin bertambah kecaman dari masyarakat atas pernyataan Bibit Waluyo yang dimunculkan oleh beberapa surat kabar. Hingga akhirnya, muncul suatu judul berita yang menjadi tahapan solusi awal atau tahap mediasi atas polemik yang melibatkan masyarakat, Pemprov dan juga Pemkot. Berita itu adalah tentang pembentukan tim independen, yaitu sebuah tim yang dibentuk dari hasil pertemuan yang melibatkan BP3 Jateng, Pemkot, Pemprov dan juga perwakilan dari Kemenbudpar. Tujuan dari dibentuknya tim tersebut adalah guna mengkaji lebih lanjut rencana pembangunan mal Ramayana di lahan bekas pabrik Es Saripetojo dan hasil kajian kemudian akan direkomendasikan kepada Kemenbudpar untuk menjadi pertimbangan dalam menentukan status pabrik es tersebut (Suara Merdeka, 4 Juli 2011). Dan pada pemberitaan Solopos selanjutnya, hasil kajian tim pakar yang beranggotakan kalangan akademisi dari tiga perguruan tinggi, yaitu UNDIP Semarang, UNS Solo dan UGM Jogja menyatakan bahwa bangunan pabrik Es Saripetojo disimpulkan tak layak ditetapkan sebagai BCB. Tapi Walikota Solo tetap bersikukuh akan menunggu hasil kajian dari BP3 Jateng (Solopos, 9 Juli 2011). Tentu hal ini, kembali menimbulkan kontroversi bagi masyarakat Solo. Karena hasil kajian tidak sesuai dengan harapan yang mereka inginkan. Peristiwa yang telah dipaparkan diatas telah menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian khususnya terkait dengan pemberitaan di media tentang polemik tersebut. Dari pengamatan peneliti, peristiwa ini
mampu
menyedot perhatian khalayak baik lokal maupun nasional. Dibuktikan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
media massa yang meliput, yaitu tidak hanya media lokal saja tetapi juga media tingkat nasional baik itu media cetak dan media elektronik. Dan perlu diketahui bahwa media massa bukan semata-mata sebuah institusi yang memaparkan fenomena atau peristiwa secara apa adanya (realitas sebenarnya = first reality) tetapi merupakan sebuah institusi yang mengonstruksikan realitas sebenarnya menjadi realitas media (second reality). Tiap-tiap media tentu memiliki perbedaan dalam mengonstruksi realitas peristiwa polemik pabrik Es Saripetojo tersebut. Peristiwa yang nampaknya serupa namun isinya bisa jadi berbeda, tergantung dari perspektif mana sebuah institusi media tersebut memandang. Untuk pemilihan media massa yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pada media cetak yaitu surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka.
Pemilihan kedua surat kabar tersebut telah melalui
berbagai pertimbangan diantaranya, yaitu Pertama, kedua media cetak tersebut mudah dijangkau oleh peneliti baik dalam segi wilayah (basis daerah) dimana surat kabar tersebut diproduksi dan kemudahan untuk memperoleh surat kabar tersebut. Kedua, Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka sama - sama memiliki pengaruh di Kota Solo. Solopos merupakan surat kabar lokal pertama di Solo yang diterbitkan dengan menampilkan peristiwa – peristiwa yang terjadi di Solo sebagai berita yang paling banyak dimunculkan dalam surat kabar tersebut. Hal ini dikarenakan basis pasar utama Solopos adalah masyarakat Solo. Sedangkan Suara Merdeka sebagai surat kabar harian yang isi pemberitaannya mencakup wilayah lebih luas, yakni Jawa Tengah dan sekitarnya. Meskipun lebih luas lingkup pemberitaannya, Suara Merdeka tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
kalah dalam intensitasnya memberitakan Kota Solo dengan surat kabar lokal Solo. Hal ini terlihat dengan adanya rubrik ”Solo Metro” dengan jargonnya ”Laras Atine Wong Solo” yang disediakan khusus untuk pemberitaan wilayah lokal Solo dan sekitarnya. Ketiga, dari pengamatan awal peneliti ditemukan perbedaan pada kedua surat kabar tersebut dalam mengemas atau membingkai berita polemik pabrik Es Saripetojo. Pada tampilan surat kabar harian Suara Merdeka cenderung menyembunyikan kesalahan dari Gubernur Jateng. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan serta pemilihan kata dan narasumber yang dipakai untuk menguatkan konstruksinya tersebut. Sedangkan dalam surat kabar harian Solopos dalam mengemas berita peristiwa polemik Saripetojo ini lebih menonjolkan keburukan dari Pemprov Jateng, meskipun nampak dalam isi beritanya diupayakan cover both side. Hal ini terlihat pada berita dengan judul ”Perseteruan Gubernur – Walikota memanas, Solo Tolak Bibit”, dalam isi berita tersebut banyak menunjukan sikap negatif Bibit Waluyo sebagai seorang pemimpin Jawa Tengah dan mengelu – elukan Jokowi yang mampu bersikap tenang dalam menanggapi celaan Bibit. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka, sebagai media massa tentu memiliki pandangan dan kebijakan masing-masing dalam menyajikan berita seputar wacana polemik pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo. Oleh karena itu dapat dirumuskan sebuah masalah, yakni:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Bagaimanakah framing pemberitaan surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka tentang polemik pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo? I.3 Tujuan Penelitian Berdasar pada perumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimanakah framing pemberitaan surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka tentang polemik pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo. I.4 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang penelitian teks media terutama dengan menggunakan pendekatan analisis framing bagi para civitas akademia, mahasiswa atau peneliti lain. Sehingga diharapkan ke depan ada pengembangan teknik analisis framing yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan pers masa kini. I. 5 Telaah Pustaka Telaah pustaka atau kerangka teoritis diperlukan dalam setiap kegiatan penelitian karena berfungsi sebagai referensi dan rambu-rambu pikiran peneliti selama proses penelitian berlangsung. Sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan teori yang relevan dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dan pada penelitian kualitatif, telaah pustaka dilakukan dengan menggunakan metode menemukan masalah kemudian menganalisis data yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
diperoleh secara sistematis. Penyusunan teorinya dimulai dari dasar-dasar dan teori yang dipilih harus memenuhi dua kriteria, yakni cocok dengan situasi empiris serta melakukan fungsi teori yaitu meramalkan, menerangkan dan menafsirkan (Moleong, 2002: 17). Telaah pustaka yang digunakan, yakni: A. Paradigma Konstruktivisme Para ilmuwan telah memberikan definisi tentang paradigma, meski nampak berbeda tapi memiliki kemiripan makna. Seperti yang diungkapkan oleh HB. Sutopo dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian, paradigma adalah seperangkat kepercayaan sistematis untuk memandang sebuah kebenaran peristiwa dan dengan metodemetode
yang
menyertainya.
Dengan
paradigma,
manusia
dapat
mendiskripsikan pembuatan intisari mengenai apa yang dipikirkan tentang dunia yang tidak dapat dibuktikan oleh mereka (Sutopo, 2002: 9). Tidak jauh beda dengan HB. Sutopo, Thomas Kuhn dalam tulisannya yang diberi judul The Structure Of Science Revolution: Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, mengutarakan pengertian paradigma dalam dua segi. Pertama, paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu dalam memandang suatu fenomena. Di segi lain paradigma merujuk pada sejenis unsur dalam konstelasi itu dan jika digunakan sebagai model pola atau contoh dapat menggantikan aturan-aturan yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, permasalahan apa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
yang
harus
dijawab
dan
aturan
apa
yang
harus
diikuti
dalam
mengintepretasikan jawaban yang diperoleh (Kuhn, 2002: 187-188). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa paradigma mengarah pada kerangka berfikir seseorang dalam memandang suatu peristiwa. Oleh karena itu, paradigma di dalam sebuah proses kegiatan penelitian sangatlah penting. Peneliti akan memiliki alur pikir yang terorganisir dengan adanya paradigma tersebut sehingga dapat dengan mudah mencapai tujuan penelitian. Perkembangan jaman kelimuwan telah melahirkan berbagai jenis paradigma dengan implikasi metodologinya masing-masing. Guba dan Lincoln membagi paradigma menurut tipologinya, yakni positivism (positivisme), postpositivism (pospotivisme), critical theory (teori kritis), constructivism (konstruktivisme), dan participatory (partisipatoris) (Denzin, 1994: 192). Dalam penelitian ini, konstruktivisme.
paradigma
Paradigma
yang digunakan adalah paradigma
konstruktivisme
muncul
atas
dasar
rasa
ketidakpuasan para ilmuwan akan paradigma yang telah ada sebelumnya yaitu paradigma positivisme. Selama ini paradigma positivisme telah berhasil menguasai hampir keseluruhan bidang ilmu pengetahuan dengan pola pemikiran penelitian kualitatif. Berbagai kritik dan tantangan pun turut mewarnai dalam usaha menemukan jalan keluar dari persoalan -persoalan yang dihadapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa kini. Paradigma positivisme dan konstruktivisme sering kali dipersaingkan oleh para ilmuwan untuk menunjukan perbedaan diantara keduanya. Dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
perbedaan tersebut terletak pada objek kajian, sebagai awal dalam memandang realitas sosial. Hakikat realitas dari kaum positivisme yaitu sesuatu yang objektif, kebenaran realitas ada dan diatur oleh hukum alam sebab-akibat yang tidak dapat dipertukarkan. Sedangkan konstruktivisme memandang realitas adalah suatu yang kompleks dan dinamis, subjek yang bermakna dan memberikan makna dalam realitas tersebut. Untuk lebih tepat serta jelas perbedaan antara paradigma konstruktivisme dengan positivisme dalam persoalan pemberitaan realitas sosial dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perbedaan antara Paradigma Positivis dan Paradigma Konstruktivisme No. Item Pembeda
Positivis
Konstruktivisme
1.
Peristiwa atau fakta
Ada oleh kaidah-kaidah tertentu fakta yang ”riil”, yag diatur dan berlaku universal.
Fakta adalah konstruksi atas relaitas suatu fakta yang bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu.
2.
Media
Media hanya sebagai penyalur pesan.
Media sebagai agen konstruksi pesan.
3.
Berita
Berita adalah refleksi dari kenyataan. Sehingga berita harus sama dan sebangun dengan fakta yang hendak diliput.
Berita tidak mungkin refleksi dari realitas. Karena berita yang terbentuk dari konstruksi realitas.
4.
Sifat Berita
Bersifat obyektif, tidak mengandung opini dan pandagan subyektif dari pembuat berita.
Bersifat subyektif, opini selalu ada karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subyektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
5.
Wartawan
6.
Nilai, etika, opini, dan pilihan moral
7.
Khalayak
Wartawan hanya sebagai pelapor.
Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subyektifitas pelaku sosial. a. Nilai, etika, opini, dan a. Nilai, etika, opini, dan pilihan moral berada keberpihakan wartawan diluar proses peliputan tidak terpisahkan dari berita. proses peliputan dan pelaporan suatu b. Nilai, etika, opini, dan peristiwa. pilihan moral harus berada diluar proses b. Nilai, etika, opini, dan penelitian. pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Berita diterima sama dengan apa yang dimaksud oleh pembuat berita.
Khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dengan pembuat berita.
Tabel 1.1 Hasil ringkasan dari Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, Politik Media, LkiS, Yogyakarta, 2002, hal. 19-36.
dan
Paradigma konstruktivisme membantah keras teori kaum positivisme, yakni realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang. Karena realitas itu ada dalam varian bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial yang bersifat lokal dan spesifik. Menurut Egon G. Guba dalam bukunya yang berjudul The Paradigm Dialog, paradigma konstruktivisme memiliki kajian yang berbeda dengan pandangan kaum positivisme, diantaranya: pertama, realitas tidak hanya dilhat melalui jendela teori melainkan realitas itu banyak pengonstruksian yang terjadi didalamnya. Penelitian terhadap suatu realitas itu tidak bebas nilai, tetapi hanya dapat diteliti dengan perspektif yang berdasarkan nilai. Kedua, pengetahuan dideskripsikan sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
merupakan konstruksi manusia, tidak pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap karena merupakan suatu permasalahan dan akan selalu berubah (Guba, 1990: 25-26). Secara ringkas, paradigma konstruktivisme menjelaskan bahwa masing-masing individu memiliki construct (bangunan ”kebenaran”) dan construe (cara memahami ”kebenaran”) yang berbeda-beda dalam menyikapi realitas. Pada umumnya dalam suatu kegiatan penelitian, para peneliti menggunakan aspek-aspek keilmuwan sebagai tuntunannya. Aspek-aspek tersebut meliputi epistimologi, ontologi, metodologi, dan aksiologi tentu disesuaikan
dengan
paradigma
yang
dipakai.
Dalam
paradigma
konstruktivisme, keempat aspek tersebut diuraikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1.2 Aspek-Aspek Paradigma Konstruktivisme Aspek
Uraian
Ontologi: meninjau dari obyek atau realitas yang diteliti.
Relativism: Realitas adalah konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
Epistimologi: meninjau dari hubungan peneliti dengan yang diteliti.
Transaksional atau subyektivis: pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti Hermeneutik atau dialektik: menekankan pada empati dan interaksi dialektik antara peneliti dan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif seperti participan observation. Kriteria kualitas penelitian: Authenticity dan reflectifity, sejauhmana temuan
Metodologi: meninjau dari bagaimana cara memperoleh pengetahuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Aksiologi: meninjau dari posisi penilaian, etika dan pilihan moral peneliti.
merupakan refleksi otentik dari realitas dihayati oleh para pelaku sosial. Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dalam suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subyektifitas pelaku sosial. Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektik antara peneliti dengan aktor sosial yang diteliti.
Tabel 1.2 Hasil ringkasan dari Denzin, Handbook of Qualitative Research, hal.193
Dari tabel diatas terlihat bahwa aspek ontologi dalam paradigma konstruktivisme adalah bersifat relatif, maksudnya realitas sosial dari suatu masalah yang diteliti merupakan ”realitas sosial buatan” yang memiliki unsur relativitas yang tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa realitas tentang polemik pembongkaran pabrik Es Saripetojo di Solo, Jawa Tengah secara sengaja memang diciptakan oleh wartawan maupun redaktur surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka melalui berita yang dibuat. Sedangkan aspek epistimologinya bersifat subyektif, artinya pemahaman atau temuan suatu realitas yang terdapat di dalam teks media merupakan hasil dari penalaran peneliti secara subyektif dan sebagai hasil kreatif peneliti dalam bentuk realitas. Untuk mendapatkan pengetahuan atau aspek metodologi dalam paradigma konstruktivisme bersifat Authenticity dan reflectifity, yaitu peneliti menggunakan beberapa dokumen yang mencerminkan kondisi obyek peneliti terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti guna memperoleh gambaran pengetahuan praktisi media. Tidak hanya itu, peneliti juga sebagai pengamat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
langsung berita-berita yang disajikan oleh surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka. Aspek aksiologi dalam pendekatan ini adalah peneliti bertindak sebagai passionate participant, yakni sebagai fasilitator yang menghubungkan keragaman subyektivitas pelaku sosial. Dalam hal ini nilai, etika, moral dan pilihan-pilihan lain dari peneliti merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dalam penelitian ini. B. Teori Konstruksi Sosial Realitas sosial berasal dari dua kata yakni realitas dan sosial. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, realitas memiliki makna ”kenyataan” dan sosial berarti ”masyarakat” (Badudu dan Zain, 1996: 1142 & 1350). Sedangkan definisi realitas sosial menurut Burhan Bungin dalam bukunya Imaji Media Massa; Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya. Artinya bahwa realitas sosial itu terbangun karena dengan sengaja diciptakan oleh individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas bermakna ketika dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara
obyektif.
Jadi
individu
mengonstruksi
realitas
sosial
dan
merekonstruksikannya dalam dunia realitas serta memantapkan realitas itu berdasarkan subyektivitas individu lain dalam institusi sosialnya (Bungin, 2001: 5-8).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Peter L. Beger dan Thomas Luckman adalah sosiolog interpretatif yang berhasil memperkenalkan gagasan konstruksi sosial atas realitas pada dunia ilmu pengetahuan. Kedua ilmuwan tersebut mengatakan bahwa telah terjadi dialektika antara individu yang menciptakan masyarakat dan masyarakat yang menciptakan individu. Proses tersebut terjadi pada saat manusia atau individu memahami sebuah realitas sosial. Dan proses ini berlangsung melalui tiga tahapan penting, yaitu: 1) Eksternalisasi, yakni proses manusia dalam rangka menyesuaikan dan mengekspresikan diri ke dalam dunia, baik kegiatan mental maupun fisik. 2) Objektivasi merupakan hasil yang dicapai dari proses eksternalisasi manusia tersebut. Yang dihasilkan adalah realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berbeda diluar dan berbeda dari manusia yang menghasilkannya. 3) Internalisasi adalah penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Pada hakikatnya, ketika manusia melewati tahapan-tahapan tersebut berarti manusia sedang dalam proses komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi bukan pada perspektif paradigma transmisi melainkan bagaimana proses komunikasi tersebut membentuk konstruksi tentang apa yang dipercaya manusia tersebut sebagai realitas sosial tadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Lebih lanjut Berger menegaskan bahwa masing-masing orang memiliki konstruksi yang berlainan atas realitas sehingga disebutkan realitas itu berwajah plural atau ganda. Tiap orang mempunyai pengalaman (frame of experience), preferensi (frame of reference), pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing (Eriyanto, 2002: 15-16). Realitas sosial pun terdiri dari 3 macam, yakni (1) Realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolik ke dalam individu. (2) Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada diluar diri individu dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. (3) Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk (Bungin, 2001: 5). C.
Media Massa Dan Prinsip Jurnalisme
1. Media Massa sebagai Sebuah Institusi Komunikasi massa
berasal dari
bahasa
inggris
yaitu mass
communication yang berarti proses komunikasi melalui saluran media massa. Istilah komunikasi menurut Harold Lasswell digambarkan dengan menjawab pertanyaan Who?, Says what?, In what channel?, To whom?, With what effect? atau siapa yang mengatakan, apa yang dikatakan, dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan pengaruh yang bagaimana (Mulyana, 2005: 62). Dari pengertian Lasswell tersebut, proses komunikasi mengandung unsur-unsur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
yang saling mempengaruhi, yaitu: Pertama, sumber (source) yang sering disebut sebagai komunikator atau orang yang mengirim pesan. Kedua, pesan yaitu sesuatu yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada sasaran (penerima). Pesan dapat berupa simbol verbal maupun nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud komunikator. Ketiga, media merupakan alat, sarana atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Keempat, penerima (receiver) adalah orang yang menerima pesan (menjadi sasaran) dari sumber. Dan kelima, efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Media massa merupakan salah satu dari berbagai sarana atau alat dalam proses komunikasi, yang dapat menjangkau lebih luas dibanding dengan media komunikasi lainnya. Mursito BM dalam bukunya yang berjudul Memahami Institusi Media mengatakan bahwa media massa sebagai institusi memiliki enam karakteristik khusus yang bersifat umum, yaitu: a) Penyampaian pesan ditujukan kepada khalayak luas, heterogen, anonim, tersebar, serta tak mengenal batas geografis - kultural. b) Bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. c) Pola penyampaiannya cenderung berjalan satu arah. d) Komunikasi massa dilakukan secara terencana, terjadwal, terorganisir dengan manajemen modern. e) Penyampaian pesan dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
f) Isi pesan yang disampaikan mencakup berbagai aspek kehidupan baik yang bersifat informatif, edukatif maupun hiburan. Dari keenam karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan lembaga yang mampu menyebarkan pesan dalam waktu yang bersamaan dan cepat kepada khalayak yang notabene heterogen dan luas. Menurut jenisnya media massa dibagi ke dalam dua jenis, yakni media cetak seperti majalah, surat kabar tabloid serta media elektronik semisal televisi, radio dan internet. Pada awalnya media massa dipandang sebagai lembaga yang merefleksikan realitas secara objektif dan apa adanya, namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan mengubah pandangan tersebut. Sebenarnya, isi media merupakan hasil dari konstruksi realitas yang sebelumnya telah dipilih oleh para pekerja media dengan bahasa sebagai perangkatnya. Media massa sekaligus menjadi sebuah forum diskusi diantara pihak yang memiliki kepentingan serta ideologi yang berbeda. Satu sama lain saling menonjolkan kerangka pemikiran, perspektif, konsep dan klaim interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai objek wacana (Sudibyo, 2001: 220-221). Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam bukunya Mediating The Message Theories of Influence on Mass Media Content mengatakan isi media merupakan akumulasi dari pengaruh yang beragam. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan media, yakni influences on content from individual media worker (level individual), influence of media routinies (level rutinitas media),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
organizational influence on content (level organisasi), influence on content from outside of media organization (level ekstra media) dan the influence of idelogy (level ideologi) (Shoemaker, 1996). a) Level individual Pada level ini berkaitan dengan latar belakang profesional pekerja media. Individu melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personel dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan disajikan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti: jenis kelamin, umur atau agama dapat mempengaruhi apa yang akan ditampilkan media. Aspek personel tersebut secara hipotetik mempengaruhi skema pemahaman pengelolaan media. b) Level rutinitas media Faktor ini berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya memiliki aturan pengukuran sendiri tentang apa yang disebut berita, apa yang menjadi karakteristik kelayakan sebuah berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Selain itu, rutinitas media juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput bagaimana wujud pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja tulisan tersebut dibuat sebelum sampai ke proses cetak, yang meliputi siapa penulisnya, siapa editor dan seterusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
c) Level organisasi Pada level organisasi ini berkaitan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Dan perlu diingat bahwasannya dalam organisasi tersebut tidak hanya terdapat wartawan saja melainkan sekumpulan orang yang memiliki jabatan dan keahlian yang berbeda. Masingmasing organisasi media bisa jadi memiliki kepentingan yang berbeda pula. Misal di dalam sebuah institusi media massa, selain bagian redaksi ada juga bagian iklan, pemasaran, bagian umum, keuangan, dll. Masing-masing dari bagian tersebut belum tentu sejalan karena memiliki target, tujuan dan strategi sendiri-sendiri dalam pekerjaannya. Setiap organisasi berita selain memiliki banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri yang biasanya dicanangkan sejak awal berdiri organisasi tersebut. Elemen-elemen tersebut nantinya akan mempengaruhi sikap wartawan dan penyajian peristiwa menjadi sebuah berita. d) Level ekstra media Faktor ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Shoemaker dan Reese menjelaskan faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Sumber berita, dalam hal ini dipandang bukan hanya sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya tetapi juga
memiliki kepentingan
untuk mempengaruhi media dengan bermacam alasan, seperti: memenangkan opini publik atau memberi citra tertentu kepada khalayak. Karena kapentingan itulah maka sumber berita tersebut memberlakukan politik pemberitaan, yakni akan memberikan informasi yang menurut pendapatnya baik bagi dirinya dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
mengembargo informasi yang dapat mengancam dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh para awak media. (2) Sumber penghasilan media, biasanya berupa pembelian media oleh konsumen dan juga iklan. Di sini media harus survive dan mampu bertahan demi keberlangsungan institusinya, hingga kadangkala media mau tidak mau harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. (3) Pihak-pihak eksternal lainnya,
seperti
pemerintah;
kompetitor;
lingkungan
ekonomi;
dan
perkembangan teknologi. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh motif dari masing-masing lingkungan eksernal media. Yasmine T. Dabbous lewat penelitiannya yang berjudul Media With a Mission: Why Fairness and Balance Are Not Priorities in Lebanon’s Journalistic Codes dalam International Journal of Communication mampu membuktikan bahwa faktor - faktor eksternal tersebut memang berpengaruh terhadap isi media. Dalam makalahnya tersebut ia menuliskan: Journalistic standards and ethics are largely cultural and shaped by the political, social, and economic environments surrounding the media. Able to secure profit through mass circulation and advertising, the U.S. media were able to slowly move away from partisan patronage. The industrialization, urbanization, rise of social sciences, and progressive reaction to the corruption of the Gilded Age all contributed to the emergence of objectivity—and later fairness and balance—as a prime standard of quality journalism. Lebanon’s size and position, on the other hand, made it vulnerable to the political forces in the region. Middle Eastern and Colonial European powers triggered a century-long sectarian strife and weakened the local government, making the proliferation of the za’im system not only possible, but sometimes necessary. In such an environment, where loyalties to communal groups transcend those of the larger good, political patronage made fairness and balance an unlikely standard for Lebanese journalists (Dabbous, 2010: 14).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Dabbous meneliti sistem jurnalisme di Lebanon, yang pada waktu itu sedang terjadi perselisihan antara negara timur tengah dengan negara kolonial Eropa. Akibat dari kondisi tersebut menggeser struktur pemerintah daerah dan menghambat pertumbuhan sistem demokrasi Lebanon. Selain itu, penguasa yang lebih dominan akan mempengaruhi pemberitaan wartawan Lebanon, sehingga objektivitas–keadilan dan keseimbangan-sulit untuk direalisasikan. Ini membuktikan bahwa norma (dasar) dan etika jurnalistik sebagian besar ditentukan oleh budaya dan lingkungan politik, sosial, dan ekonomi sekitar media. Karena faktor - faktor tersebut dianggap melindungi institusi media dan memberikan keuntungan melalui iklan dan sirkulasi massa. e) Ideologi Ideologi ini bersifat abstrak, ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese mengutip pendapat Raymond William bahwa ideologi memberikan standar baku bagi sistem pemaknaan, nilai-nilai, kepercayaan yang dapat dijadikan pandangan dunia (Shoemaker, 1996: 222). Maksud dari definisi tersebut adalah ideologi mempengaruhi cara media menggunakan sistem tanda atau bahasa karena bahasa adalah alat untuk menyampaikan gagasan dan bangunan makna, maka ideologi menyeleksi apa saja yang dapat ditulis dan sebaliknya menyamarkan atau bahkan menghilangkan apa yang dilarang untuk ditulis. Ideologi media dipengaruhi oleh banyak faktor karena orang-orang yang terlibat didalamnya telah berada di bawah penguasa budaya, politik dan ekonomi masyarakat dimana informasi terpilih sering membentuk konsep
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
ideologi yang secara berlebihan mewakili kepentingan yang berkuasa dan meminggirkan kepentingan kelompok lain. 2. Prinsip Jurnalisme Istilah jurnalisme mengacu pada aliran yang memuat sejumlah kerangka normatif untuk memandu karya jurnalistik, atau metode tertentu dengan pola liputan yang sesuai dengan kerangka norma yang diusungnya. Sebagai kerangka normatif, jurnalisme memuat sejumlah nilai yang dijadikan rujukan dan diterapkan melalui sejumlah metode khusus (Kusumaningrat, 2006: 10). Tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat, serta dengan informasi tersebut mereka dapat berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas (Ishwara, 2007: 9). Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstial dalam bukunya yang berjudul The Elements of Journalism:What Newspeople Should Know and the Public Should Expect, mengemukakan sembilan elemen jurnalisme sebagai dasar atau rujukan media dalam menyajikan suatu berita, yakni: a) Kewajiban paling utama jurnalisme adalah kebenaran. Kebenaran di sini bukan dalam tataran filosofis melainkan dalam tataran fungsional. Kebenaran tidak didapat secara langsung namun dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan. Dari kebenaran sehari-hari akan terbentuk bangunan kebenaran yang lebih lengkap. b) Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Semata-semata tujuan jurnalisme yang pertama yaitu untuk membangun kehidupan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
c) Inti jurnalisme adalah displin melakukan verifikasi. Dengan disiplin mampu membuat wartawan menyaring isu-isu, gosip, ingatan yang keliru, manipulasi guna mendapatkan informasi yang akurat. Lima konsep dalam disiplin verifikasi antara lain: (1) Jangan menambah atau mengurangi apapun, (2) Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, (3) Bersikap se-transparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi dalam melakukan reportase, (4) Bersandar pada reportase sendiri, (5) Bersikap rendah diri. d) Para wartawan harus menjaga independensi narasumber. e) Wartawan mengemban tugas sebagai penyambung lidah masyarakat kepada penguasa dalam hal ini pemerintah sekaligus sebagai pemantau yang bebas terhadap kekuasaan. f) Jurnalisme menyediakan wadah sebagai tempat forum publik untuk kritik maupun dukungan warga. g) Jurnalisme harus berusaha membuat peristiwa - peristiwa yang penting, menarik dan relevan. h) Jurnalisme harus mampu menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif. i) Wartawan diperbolehkan mengikuti hati nuraninya selama menjalankan kewajibannya. Dari ruang redaksi hingga ruang direksi, semua wartawan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
seyogyanya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab sosial. Dengan elemen – elemen yang dikemukakan di atas dapat menjadi alat ukur kredibilitas suatu media dalam menyajikan suatu berita. D.
Produksi Berita dan Pengonstruksian Realitas
1. Proses Produksi Berita Pada Media Cetak Eriyanto sebagai orang yang pernah meneliti wacana media memberikan definisi sebuah berita yaitu sebagai hasil akhir dari proses kompleks dengan memilah dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu (Eriyanto, 2002: 102). Sebuah peristiwa layak menjadi berita ketika ia memiliki nilai yang dihargai dalam masyarakat, padahal belum banyak orang yang mengetahuinya. Hal ini tentu mengandung suatu informasi penting yang menyangkut kepentingan orang banyak dan harus disebarkan secara luas melalui media massa. Suatu peristiwa yang telah diliput oleh wartawan kemudian ditulis menjadi sebuah berita setelah itu melaporkannya kepada redaktur–sebagai atasan yang memberikan tugas-. Penulisan berita dapat berbentuk straigtnews, featurenews, softnews dan juga indephtnews. Kemudian redaktur menilai apakah hasil reportase itu sudah sesuai dengan rancangan awal, yang sebelumnya ditetapkan dalam rapat redaksi. Selain itu, redaktur juga memeriksa apakah ada hal yang kurang terliput oleh wartawan dan mempertimbangkan
asas-asas
proporsionalitas
commit to user
dalam
isi
pemberitaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Berdasarkan berbagai pertimbangan itu, redaktur memberikan usul dikolom surat kabar bagian mana berita itu akan ditempatkan melalui rapat ”budgeting”. Dalam rapat tersebut ditentukan berita mana saja yang masuk pada halaman depan dan berita mana yang masuk halaman dalam (Kusumaningrat, 2006: 76). Setelah itu dilanjutkan dengan tahap layout disusul proses cetak lalu hasil berita yang dimuat di media cetak siap didistribusikan. Masing-masing institusi media tentu memiliki standar kelayakan sebuah berita. Namun, secara universal sebuah peristiwa dikatakan layak menjadi berita apabila peristiwa tersebut mengandung satu atau beberapa unsur kelayakan atau nilai berita. Unsur-unsur tersebut, antara lain (Mursito, 1999: 38-39): a) Significance (Penting) Adalah peristiwa yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. b) Magnitude (Besaran) Yaitu peristiwa yang menyangkut angka-angka yang bermakna bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik buat pembaca. c) Timelines (Waktu) Yakni peristiwa yang menyangkut hal-hal yang baru saja terjadi atau baru diketemukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
d) Proximity (Dekat) Yaitu kejadian atau peristiwa yang dekat dengan pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. e) Prominance (Ketenaran) Adalah kejadian yang menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. f) Human Interest (Manusiawi) Kejadian tersebut dapat memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, peristiwa yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa. Selain keenam unsur tersebut, sebenarnya ada dua unsur lagi yang ditambahkan, yakni unsur conflict atau controversy (konflik/kontroversi) serta unusual (sesuatu yang tidak biasa) (Eriyanto, 2002: 107). Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa; Sebuah Pengantar, mengutip teoeri dari J. Westerstahl mengemukakan bahwa penyajian laporan atau berita secara obyektif harus mencakup nilai-nilai dan fakta-fakta itu sendiri yang memiliki implikasi evaluatif. Berikut skema yang dapat digunakan untuk menilai kadar netralitas dan keseimbangan produk media:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Skema 1.1 Komponen Utama Obyektivitas Berita Kebenaran Kefaktualan Relevansi Obyektivitas Keseimbangan Impartialitas Netralitas Skema 1.4 Diadopsi dari Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Sebuah Pengantar, 1996, hal. 130
Kefaktualan sebuah berita
ditentukan oleh beberapa
kriteria
”kebenaran”, yaitu keutuhan laporan, ketepatan yang ditunjang pertimbangan independen, dan tidak adanya keinginan untuk membawa ke arah yang salah. Sedangkan relevansi berhubungan dengan proses seleksi, yakni memilah-milah berdasarkan prinsip kegunaan yang jelas, demi kepentingan masyarakat. Dan impartialitas adalah sikap netral wartawan-sikap yang menjauhkan penilaian personal dan subyektif demi mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkannya-. 2. Proses Pengonstruksian Realitas dalam Berita Fakta dalam berita bukanlah semata-mata seperti menemukan sesuatu lalu diambil kemudian difungsikan seperti apa adanya. Menurut Mursito BM dalam bukunya Memahami Institusi Media Sebuah Pengantar, fakta adalah hasil pengamatan, penjelasan teoritis, konseptualisasi atau suatu investigasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
jurnalistik. Suatu ”realitas” telah dibentuk berdasarkan prinsip yang dikenal sebagai ”news value”. Peristiwa yang sebenarnya hanya ada di lapangan, ini disebut dengan realitas empirik. Sedangkan hasil reportase tentang peristiwa yang sebenarnya dan tersaji dalam berita disebut dengan realitas simbolik., yaitu realitas dikonstruksi dalam bentuk simbol tulisan atau gambar oleh media (Mursito, 2006: 159 & 174). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mark Fishman dengan memperkenalkan model temuannya, yakni struktur fase. Struktur fase adalah tahapan-tahapan alur cerita atau kerangka berita yang disusun wartawan. Setiap wartawan memiliki alur berbeda dalam membuat berita. Lewat struktur fase, peristiwa yang kompleks, tindakan yang yang tak beraturan, beragam dan abstrak diorganisasikan sebagai peristiwa yang beraturan, logis dan dibuat bermakna lewat skema interpretasi wartawan (Eriyanto, 2002: 92- 94). Dalam mengintepretasikan suatu peritiwa, wartawan bukanlah satusatunya individu yang berproses memberikan penafsiran, melainkan ada pihak lain yang berhubungan satu sama lain, yaitu sumber dan khalayak. Setiap pihak menafsirkan dan mengontruksikan realitas berdasarkan penafsiran mereka sendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling menonjol dan dominan. Wartawan sebagai ”agen konstruksi” berusaha menjadikan apa yang ia konsruksikan menjadi lebih dominan. Dalam proses konstruksi realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam alam pikiran semata, tapi juga harus mempertimbangkan tiga aspek, yakni (Eriyanto, 2002: 254):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Pertama, proses konstruksi akan melibatkan nilai sosial yang mengikat wartawan. Nilai-nilai sosial tersebut mempengaruhi bagaimana ralaitas dipahami dan dituliskan. Kedua, dalam menulis dan mengonstruksikan berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik yang kosong, dalam artian khalayak menjadi pertimbangan wartawan menyusun kata-kata. Ketiga, Proses konstruksi juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja profesionalisme dan wartawan. E.
Framing Sebagai Teknik Analisis Media Pada tahun 1955, Beterson memperkenalkan konsep framing. Saat itu,
frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Hingga kemudian konsep ini dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974 bahwa frame dipandang sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2004: 161). Sebenarnya, framing diadopsi dari ilmu kognitif (psikologi) tapi lambat laun diimplemantasikan pada ilmu-ilmu lain seperti: sosiologis, politik dan kultural. Dalam ilmu komunikasi, framing dipakai untuk membedah caracara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta. Melalui analisis ini, seorang peneliti dapat mencermati strategi seleksi, penonojolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah sebuah teknik analisis untuk mengetahui bagaimana perspektif wartawan sewaktu memilah-milah isu dan kemudian menulisnya menjadi sebuah berita. Seperti yang dikatakan oleh Robert N. Entman bahwa frame adalah pemilihan (selection) dan penojolan hal yang penting (salience). To frame is to selected some aspect of a perceived reality and make them salient in a communicating text, in cusch a way as to promote a particular problem definition, causal interpretation, moral evaluation, and/or treatment recommendation for the item described. (Zen, 2004: 93) Framing, menurut William A. Gamson adalah sebuah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package) yang digunakan individu untuk mengonstruksikan makna pesan-pesan yang ingin ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Todd Gittlin juga menekankan bahwa dalam mem-frame berita, wartawan telah menyertakan konsepsi dan skema interpretasinya. Pesan secara simbolik menyertakan sikap dan nilai. Ia hidup, membentuk dan menginterpretasikan makna didalamnya (Eriyanto, 2002: 67- 69). Sedangkan Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, merujuk framing sebagai alat yang digunakan untuk melakukan encouding, menafsirkan serta memunculkan informasi yang dapat dikomunikasikan dan dihubungkan dengan kebiasaan dan konvensi pekerjaan jurnalistik. Oleh karena itu, framing dapat dikaji sebagai suatu strategi untuk mengonstruksi dan merespon wacana berita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Dari beberapa pengertian framing di atas dapat ditarik benang merah bahwa analisis framing digambarkan sebagai sebuah teknik analisis untuk mengetahui proses-proses pembingkaian realitas (peristiwa, aktor, kelompok, dll) pada media. Proses pembingkaian tersebut tentunya melalui beberapa tahapan dan salah satunya adalah pengonstruksian. Realitas sosial di sini dimaknai dan dikonstruksikan dengan makna tertentu (Eriyanto, 2002: 3). Teknik analisis framing dilakukan dalam dua tahap. Pertama, memilah fakta. Proses pemilahan fakta ini didasarkan kepada asumsi bahwa wartawan tidak
mungkin melihat
peristiwa
tanpa
perspektif. Dalam
penyeleksian fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan apa yang dipilih (include) dan apa yang dibuang (exclude). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu dan mengabaikan faktor yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek yang lainnya. Oleh karena itu, berakibat pada pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain (Eriyanto: 2002: 69). Kedua, menuliskan fakta. Pada tahap ini berhubungan dengan bagaimana fakta, hasil seleksi tersebut disajikan kepada khalayak. Fakta yang telah dipilih lalu ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu, seperti: penempatan yang menonjol seperti ditempatkan sebagai headline atau pada halaman belakang, pengulangan, penggunaan grafis untuk menunjang dan memperkuat penonjolan, pemakaian label khusus sewaktu menggambarkan orang atau peristiwa atau orang yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan pemakaian kata yang mencolok, gambar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
dan sebagainnya. Realitas
yang disajikan secara
menonojol tersebut
kemungkinan akan lebih diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas (Eriyanto, 2002: 70). Kate MacNeill dalam Ejournalist menuliskan makalahnya berjudul ‘How can this be art?’: framings of contemporary art in the news media yang mengemukakan empat bentuk framing umum-sebagai sebuah karya seni kontemporer media-yang mudah diingat oleh khalayak. Ia menuliskan: Valkenburg, Semetko and de Vrees (1999) identified four common framings of news in their survey of the literature, namely conflict frame; human interest frame; responsibility frame; and economic consequences frame. Their research established that readers will recall news stories within these frameworks. Furthermore, implicit attitudes towards contemporary art within the text will also influence the reader’s reaction to not only the art being discussed, but to the nature of contemporary art more generally (Macneill, 2008: 4). Tulisan tersebut menyebutkan bahwa Valkenburg, Semetko and de Vrees mengidentifikasi empat bentuk framing berita, sebagai kerangka pemikiran dan seni kontemporer wartawan, yang mudah diingat oleh khalayak. Bentuk framing itu adalah conflict frame, human interest frame, responsibility frame, dan economic consequences frame. Dalam
proses framing berita,
wartawan tidak hanya melakukan seni kontemporer seperti layaknya seorang seniman tetapi juga seni kontemporer dalam arti yang lebih umum (menggunakan prosedur atau karakterisitik tertentu) agar berita yang akan dimuat dapat menarik perhatian khalayak. Eriyanto dalam bukunya Analisis Framing Konstruksi Realitas, Ideologi, Politik Media mengemukakan ada empat macam model analisis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
framing. (1) Model Murray Edelmen, yang mengungkapkan perangkat framing adalah kategorisasi, (2) Model Robert N. Entman, yang memiliki perangkat framing seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari isu, (3) Model William A. Gamson, yang memiliki perangkat framing yaitu metaphors, catchphrase, exemplaar, depiction, visual image, roots, appeals to principle dan consequences, (4) Model Pan Kosicki, yang memiliki perangkat framing struktur wacana media meliputi: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. F.
Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam jenis desktiptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa masing-masing
individu menurut paradigma
konstruktivisme
memiliki
perbedaan construct (bangunan ”kebenaran”) dan construe (cara memahami ”kebenaran”) dalam memahami sebuah realitas. Oleh karenanya, penelitian ini akan menggali constuct dan construe obyek yang diteliti, yaitu surat kabar harian Suara Merdeka dan Solopos, terutama berkenaan dengan berita tentang polemik pabrik Es Saripetojo di Solo, Jawa Tengah. Karena penelitian ini terkategorikan ke dalam penelitian deskriptif maka penelitian hanya dilakukan dengan memaparkan dan menafsirkan data kualitatif mengenai situasi, peristiwa atau fenomena secara komprehensif. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa ataupun membuat prediksi (Rakhmat, 1991: 24).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Data kualitatif yang dikumpulkan merupakan representasi simbolik yang lebih menekankan pada makna dan tujuan dari obyek penelitian dibandingkan isi data secara definitif. Hal itu bisa berupa kata-kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau jumlah (Sutopo, 2002: 10). 2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis framing. Analisis framing memiliki asumsi bahwa berbagai isi di dalam media massa mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan mana yang penting atau signifikan dari bermacam-macam isu yang hadir dalam wacana publik (Sudibyo, 2001: 220). Karena metode analisis framing termasuk ke dalam kategori penelitian konstruksionis, maka framing dapat digunakan untuk melihat dan menemukan bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi. Dalam praktiknya, ada beberapa bagian yang ditonjolkan dan beberapa bagian lain yang disembunyikan. Hal tersebut akan berdampak pada khalayak yang akan
mengingat
hal-hal
tertentu
dari
apa
yang
ditampilkan
dan
mengesampingkan hal yang tidak muncul dalam pemberitaan media. Seperti dikatakan oleh Frank D. Durkheim yang dikutip oleh Eriyanto bahwa framing membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu. Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3. Analisa Data Untuk menganalisa data penelitian, peneliti menggunakan metode framing dengan model yang diperkenalkan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki (Pan Kosicki). Dikarenakan metode framing Pan Kosicki mempunyai dua kelebihan dibandingkan dengan model-model teknik analisis framing lainnya. Pertama, pada model Pan Kosicki memberikan peluang yang lebih luas terhadap unit analisa yang digunakan, seperti: struktur berita, gaya bahasa, idiom, gambar, foto dan juga grafik. Kedua, terdapat empat bagian besar dengan bagian analisa masing-masing sehingga lebih lengkap dan sangat membentuk dalam proses pengkategorian sampai pada tahap analisa. Menurut Pan Kosicki ada dua konsepsi yang saling berkaitan dalam teknik analisis framing. Pertama adalah konsepsi psikologis, dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen yang diseleksi dari suatu peristiwa tersebut lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis, menekankan pada bagaimana konstruksi sosial
atas
realitas,
bagaimana
seseorang
mengklasifikasikan
lalu
mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame dalam konsepsi ini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
karena sudah dilabeli dengan label tertentu. Konsepsi psikologis dan sosiologis ini digabung dalam satu model dan dapat dilihat dari bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan (Eriyanto, 2002: 252253). Pan
Kosicki
juga
mengungkapkan
bahwa
analisis
framing
dimunculkan sebagai pendekatan kaum kontruktivisme dalam menguji wacana media yang bersifat empiris dan operasional yang dibagi ke dalam empat struktur berita, yaitu struktur sintaksis (syntactional sturcture), struktur naskah (script structure), struktur tematik (thematic structure), dan struktur retoris (retoric structure) (Zen, 2004: 91). Dengan empat struktural tersebut akan dilakukan analisis wacana media berkaitan dengan polemik pembongkaran pabrik Es Saripetojo di Solo, Jawa Tengah. Berikut ini uraian keempat struktur tesebut: a) Struktur Sintaksis Sintaksis merupakan susunan kata atau frase dalam kalimat. Sintaksis dalam media massa berkaitan dengan proses wartawan dalam menyusun laporan peristiwa ke dalam susunan umum berita, yang meliputi pernyataan, opini, kutipan, dan pengamatan yang telah ia lakukan. Dari struktur sintaksis pula kita dapat menganalisis objektivitas dan netralitas suatu pemberitaan media. Objektivitas pemberitaan media setidaknya memiliki tiga unsur pokok, yaitu unsur kebenaran, unsur keseimbangan serta relevansi judul dengan isi berita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Struktur sintaksis biasanya ditandai oleh struktur piramida terbalik dan oleh aturan-aturan atributif (penandaan) sumber. Piramida terbalik mengacu pada pengorganisasian bagian-bagian struktur yang runtut, seperti headline (judul utama), lead (kepala berita atau pendahuluan), background (latar belakang), kutipan dan ending (penutup) atau bagian yang umum saja seperti lead, perangkat, tubuh dan penutup sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun. Headline (judul), bagian dari wacana berita yang memiliki tingkat kemononjolan yang tinggi, yang dapat menunjukan kecenderungan berita. Melalui judul, dapat digunakan untuk menunjukan proses wartawan dalam mengonstruksikan suatu fenomena dan seringkali menekankan makna tertentu lewat penggunaan tanda tanya untuk menunjukan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk menunjukan adanya jarak perbedaan. Lead
(pendahuluan),
merupakan paragraf pertama
berita, untuk
mengetahui bagaimana sebuah berita diawali. Lewat lead, juga dapat menunujukan sudut pandang dari dari berita serta perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar adalah bagian berita yang dapat memberikan pengaruh semantik (arti kata) yang hendak ditampilkan (Anshori, 2005: 10). Biasanya wartawan dalam menulis berita mencantumkan latar belakang peristiwa. Pemilihan latar akan menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan dibawa. Pada umumnya, latar ditampilkan di awal sebelum wartawan mengemukakan pendapatnya yang dengan sengaja dimunculkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat tersebut beralasan. Sehingga latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam teks. Kutipan, digunakan wartawan untuk membangun obyektivitas – cover both side. Kutipan bisa berwujud parafrase, yaitu kutipan yang disadur dari buku atau dari kutipan orang lain. Pengutipan pernyataan sumber ini menjadi perangkat framing atas tiga hal, yakni (1) mengklaim kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan berdasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Wartawan bisa jadi memiliki pandangan dan pendapat sendiri atas suatu peristiwa, kutipan digunakan untuk mengesankan bahwa pendapatnya tersebut didukung oleh ahli yang berkompeten. (2) menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang, (3) mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak menyimpang dari pendapat umum. Teknik ini sangat
bermanfaat
untuk
menonjolkan
aspek
argumentatif
dari
keseluruhan pendapat dalam teks berita, bahwa meskipun ada pendapat yang menyimpang, tapi hal itu akan nampak kecil jika dibandingkan dengan pendapat – pendapat lain yang tercantum (Anshori, 2005: 11). Ending (penutup), paragraf terakhir berita yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sebuah berita diakhiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
b) Struktur Skrip Berita sering kali disusun sebagai suatu jalinan cerita. Hal ini dilakukan karena, pertama, banyak berita yang berusaha menunjukan peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya; kedua, berita memiliki orientasi untuk menghubungkan dengan lingkungan komunal pembaca. Oleh karena itu, menulis berita hampir sama ketika menulis novel. Dan melalui skrip ini dapat diketahui bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita dengan maksud agar lebih menarik untuk dibaca khalayak. Secara umum, struktur skrip skrip terdiri dari 5W+1H, yakni siapa (who), kapan (when), dimana (where), apa (what), mengapa (why) dan bagaimana (how). Skrip memberikan tekanan tertentu – bagian mana yang didahulukan dan mana yang kemudian dapat disembunyikan sebagai suatu informasi yang penting-, dengan jalan menghilangkan salah satu atau menonjolkan beberapa unsur dari enam kelengkapan berita (5W+1H) tersebut. c) Struktur Tematik Menurut Pan Kosicki, berita mirip pengujian hipotesis, peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan, semua perangkat tersebut digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Dalam setiap peristiwa, wartawan memiliki tema tersendiri untuk kemudian ditulis menjadi sebuah berita. Tema tersebut muncul sebagai konstruksi wartawan saat membuat teks berdasarkan persepsi dan apa yang ingin ia tulis. Sehingga pembuat teks dapat memanipulasi penafsiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
pembaca
dengan
penggunaan
diksi
dan
permainan
definisi
untuk
mendiskripsikan peristiwa tersebut. Berikut ini elemen-elemen yang dapat dianalisis: (1) Koherensi, berkenaan dengan pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta berbeda dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Melalui koherensi dapat dipakai untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan fakta. Apakah peristiwa dilihat sebaai sesuatu yang berhubungan, saling terpisah , atau justru sebab akibat. Hal ini dipengaruhi oleh kepentingan komunikator terhadap sebuah peristiwa. Ada beberapa macam koherensi, yakni (a) koherensi kondisional, yaitu dapat berupa sebab-akibat atau hubungan penjelas. Hal ini dapat diamati dari penggunaan kata hubung yang dipakai untuk menggambarkan dan menjelaskan hubungan, atau memisahkan satu proposisi dihubungkan dengan bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa yang ingin ditampilkan di depan publik. Koherensi kondisional juga dapat dianalisis dari penggunaan anak kalimat sebagai penjelas. Sehingga dalam satu kalimat terdapat dua proposisi. Proposisi yang pertama dijelaskan dalam proposisi kedua dengan menggunakan kata hubung seperti ”yang” dan” dimana”. (b) koherensi penjelas, proposisi atau kalimat satu sebagai penjelas dari kalimat lain. Ditandai dengan kata hubung ”dan” atau ”lalu”. (c) koherensi pembeda, proposisi atau kalimat satu sebagai lawan atau kebalikan dari kalimat yang lain. Biasanya dihubungkan dengan kata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
penghubung ”dibandingkan”, ”sedangkan”, ”meskipun demikian”, atau ”tetapi”.
Koherensi
pembeda
ini
dipakai
untuk
penyangkalan
komunikator terhadap tindakan atau fakta yang dianggap tidak realistis olehnya. (2) Kata ganti, yakni menunjukan posisi seseorang dalam suatu wacana yang bertujuan untuk memanipulasi dengan menciptakan imajinasi. Kata ganti ”saya” atau ”kami’ merupakan bentuk resmi dari sikap komunikator. Sedangkan ”kita” merujuk pada pembukaan sekat antara khalayak dan komunikator sehingga apa yang menjadi sikap komunikator seolah menjadi sikap bersama. (3) Bentuk kalimat, yaitu hal yang berhubungan dengan cara berpikir logis, prinsip kausalitas. Dengan kausalitas dalam bahasa diwujudkan dalam subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan kebenaran tata bahasa namun juga memberikan pemaknaan tertentu melalui susunan kalimat. (4) Detail, sesuatu yang berhubungan dengan kontrol informasi oleh komunikator. Informasi yang menguntungkan komunikator atau citra perusahaan akan ditonjolkan lebih besar dan informasi yang merugikan akan mendapat bagian lebih sedikit atau bahkan dihilangkan. Informasi yang menguntungkan tidak hanya ditampilkan secara berlebihan namun dengan detail yang lengkap dan jika perlu dengan data-data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
d) Struktur Retoris Struktur retoris dalam wacana berita mendiskripsikan pilihan gaya atau kata yang diplih wartawan untuk menekankan makna yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Retorik memiliki fungsi untuk membuat cerita, meningkatkan penonjolan pada sisi-sisi tertentu dan meningkatkan imajinasi yang diinginkan pada suatu berita. Selain itu struktur ini juga menunjukkan kecendrungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran. Elemen-elemen struktur retoris adalah sebagai berikut: Leksikon, yakni pemilihan atau pemakaian kata-kata tertentu untuk menggambarkan peristiwa. Pemiilihan ini dilakukan secara ideologis untuk menunjukan pemaknaan seseorang terhadap fakta. Yang paling sering digunakan adalah teknik labelling, yaitu melekatkan idiom tertentu pada sebuah fakta atau peristia dengan maksud memberikan makna tendesius terhadap fakta atau peristiwa tersebut (Anshori, 2005: 26). Metafora, adalah kiasan yang mempunyai persamaan sifat dengan benda atau hal yang bisa dinyatakan dengan kata atau frase. Digunakan tidak hanya untuk ”ornamen” berita tetapi juga untuk mendukung dan menekankan pesan utama yang disampaikan. Grafis, diwujudkan dalam bentuk variasi huruf (ukuran, warna dan efek), caption, grafik, gambar, tabel, foto dan data lainnya. Bagian yang dicetak berbeda merupakan bagian yang dianggap penting oleh komunikator, dimana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian yang besar pada bagian tersebut. Termasuk juga penempatan dan ukuran judul (dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
kolom surat kabar). Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus difokuskan. Gaya, menunjukan pada kemasan bahasa tertentu dalam penyampaian pesan untuk menimbulkan efek tertentu pada khalayak. Pengandaian, beranggapan (memisalkan/mengumpamakan) bahwa suatu peristiwa mungkin terjadi. Ringkasnya, model Pan Kosicki digambarkan dalam kerangka pemahaman berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Skema 1.2 Kerangka Pemahaman Framing Model Pan Konsicki STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta TEMATIK Cara wartawan menulis fakta
RETORIS Cara wartawan menekankan fakta
1. Skema berita
2. Kelengkapan berita
3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti 7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora
UNIT YANG DIAMATI Headline, lead, latar, informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup 5W+1H Who, What, Where, When, Why, dan How Paragraf, preposisi, kalimat, hubungan antar kalimat
Kata, idiom, gambar atau foto, grafik
Skema 1.5 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, 2002, hal. 256
4. Obyek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang sengketa pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo pada surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka dari periode Juni hingga Juli 2011. Surat kabar Harian Umum Solopos telah berdiri selama kurun waktu 14 tahun di Solo. Karena berbasis di Solo membuat surat kabar ini lebih banyak menyajikan seputar informasi yang terjadi di Kota Solo. Ini membuat Solopos mendapatkan perhatian cukup besar pada khalayak Solo. Sedangkan, untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Suara Merdeka merupakan media yang mencakup wilayah terbitan Jawa Tengah. Sehingga tiap daerah yang termasuk di dalam lingkup Jawa tengah dimasukan di setiap rubriknya. Seperti Kota Solo, karena kota ini termasuk salah satu kota terbesar diantara kota-kota yang dipimpin oleh Gubernur Bibit Waluyo dan potensi daya jual yang besar maka Suara Merdeka menyediakan porsi kolom dan halaman hingga dua sampai tiga halaman. Bahkan disediakan satu suplemen dengan nama Solo Metro dan dilengkapi dengan Jargon ”Laras Atine Wong Solo”. Meskipun beritanya meliputi se-eks Karesidenan Surakarta tapi porsi pemberitaan seputar wilayah Solo lebih banyak dibandingkan berita di daerah lain. Alasan pemilihan periode penelitian dari bulan Juni hingga Juli 2011 karena pada saat itu peristiwa sengketa pembengunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo sedang hangat-hangatnya terjadi dan dibicarakan publik. Perseteruan antara Bibit Waluyo dan Joko Widodo menjadi wacana penting yang harus diberitakan. Selain itu, mengingat peristiwa ini menyangkut kehidupan masyarakat Solo, oleh karenanya kedua media tersebut tidak luput untuk memberitakan peristiwa ini. 5. Sumber Data Pada umumnya data dalam penelitian komunikasi kualitatif dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yakni (a) Data yang diperoleh dari interview, (b) Data yang diperoleh dari observasi, dan (c) Data yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang dinarasikan (Pawito, 2007: 96). Data primer dalam penelitian ini berupa keseluruhan sebyek penelitian yang diteliti, yakni teks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
berita yang berkaitan dengan polemik pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo pada Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka periode Juni hingga Juli 2011. Selain itu, peneliti juga menggunakan sumber data lain untuk mendukung penelitian ini, yaitu dari buku – buku, artikel – artikel baik di media cetak maupun dari internet, catatan – catatan, serta arsip – arsip lain. 6. Validitas Penelitian Dalam penelitian kualitatif, hasil temuan dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dan yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Namun perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan bergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental dalam setiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Dan pengujian validitas data penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan beragam teknik, antara lain dengan menguji credibility (validitas
internal),
transferability
(validitas
eksternal),
dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Yang mana masing – masing teknik tersebut memiliki berbagai cara yang dapat dipakai sesuai dengan keinginan dan kondisi peneliti (Sugiyono, 2005: 121). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik uji credibility dengan cara menggunakan bahan referensi. Yang dimaksud bahan referensi antara lain berupa foto – foto, rekaman, atau dokumen autentik lainnya yang dapat mendukung untuk membuktikan data yang telah diketemukan peneliti. Dan dokumen yang digunakan peneliti untuk menguji validitas data penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
adalah berupa tajuk rencana yang dibuat dan dimuat oleh masing – masing surat kabar, yakni Solopos dan Suara Merdeka, tentunya yang berkaitan dengan peristiwa Saripetojo. Tajuk rencana merupakan hasil pemikiran kolektif dari segenap awak media. Sehingga dalam proses penulisan hingga penerbitan suatu tajuk rencana terlebih dahulu melalui rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, dan jajaran redaktur lainnya yang berkompeten untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan tajuk rencana sebagai alat pembanding dengan hasil analisis data penelitian. Selain itu, yang meyakinkan peneliti untuk memilih tajuk rencana sebagai alat validitas data karena tajuk ini memiliki sifat, antara lain (Imung Pujarnako: 2011): a) Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan suatu media. b) Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek
sosial, politik, ekonomi, budaya, hukum, dan pemerintahan,
olahraga bahkan entertainment tergantung jenis liputan medianya. c) Memiliki karakter atau konsistensi yang teratur kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana. d) Berhubungan erat dengan policy media (kebijakan media) yang bersangkutan. Karena setiap media memilki perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Dan biasanya tajuk rencana ditulis sesuai dengan golongan pers mana media atau surat kabar tersebut berasal, seperti antara surat kabar Solopos dan Suara Merdeka. Seperti yang diketahui bahwa Suara Merdeka memiliki golongan pers yang lebih tinggi dibandingkan dengan Solopos, maka hal ini mempengaruhi dalam penulisan tajuk rencana. Perbedaan isi tajuk rencana tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 Tabel Perbedaan Isi Tajuk Rencana Antar Golongan Pers Pers Golongan Middle - Low Media (Solopos)
Pers Golongan Middle - High Media (Suara Merdeka)
Lebih bersifat berani, atraktif, memiliki sifat hati - hati, normatif, progresif. dan cenderung konservatif. Tidak canggung untuk memilih Sebisa mungkin menghindari pendekatan kritis yang bersifat pendekatan kritis yang tajam. tajam dan ”tembak langsung”. Lebih memilih pendekatan Pertimbangan aspek politis lebih sosiologis daripada politis. besar dari aspek sosiologis.
Tabel 1.3 Hasil ringkasan dari Imung Pujanarko
7. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir dalam penelitian ini telah disederhanakan pada skema di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Skema 1.3 Kerangka Pemikiran Peneliti Realitas Sosial: Polemik Pembangunan Mal di Bekas Pabrik Es Saripetojo Solo Wacana Yang Beredar Dan Berkembang Atas Persitiwa Tersebut
Teks Berita Identifikasi dan Analisis Teks dengan Elemen Framing Pan-Kosicki: 1. Sintaksis 2. Skrip 3. Tematik 4. Retoris
Pengujian Keabsahan Analisis Data Wacana di Balik Teks Berita Skema 1.6 olahan peneliti
commit to user
Kebijakan Redaksional Surat Kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
II.1 Harian Umum Solopos A. Sejarah Singkat Berdirinya Solopos Harian Umum Solopos pertama kali diterbitkan oleh PT. Aksara Solopos pada tanggal 19 September 1997. Berbagai persiapan meliputi aspek sumber daya manusia (SDM) hingga aspek teknis seperti proses persiapan mencetak sebenarnya telah dilakukan jauh – jauh hari, tepatnya sejak 13 April 1997. Dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas, para calon tenaga professional jurnalistik Solopos telah dididik dan dilatih oleh praktisi dan akademi jurnalistik dari Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y), yang berlangsung pada bulan April 1997. Sedangkan untuk karyawan bidang perusahaan mulai bekerja pada 1 Mei 1997. Kemudian setelah mengantongi Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang dikeluarkan pada tanggal 12 Agustus 1997, proses persiapan tersebut diintensifkan kembali. Dalam SIUPP disebutkan Solopos terbit 7 kali seminggu, sedangkan untuk edisi Minggu terbit pertama kali pada 28 Juni 1998. Sejak awal, Solopos memiliki prinsip untuk menempatkan diri sebagai surat kabar daerah yang terbit di daerah. Pasalnya, surat kabar ini ingin menjadi besar di daerah seiring dengan semakin meningkatnya dinamika masyarakat Solo yang bakal menjadi kota internasional. Hal inilah yang membedakan
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Solopos dengan surat kabar lainnya yang rata – rata mengklaim diri sebagai surat kabar nasional yang terbit di daerah. Pada tahap pertama penerbitan, Solopos mencetak sekitar 10.000 eksemplar yang diedarkan di wilayah eks Karesidenan Surakarta dan beberapa kota di Jawa Tengah. Pada Mei 1998 ketika terjadi tragedi yang telah membumihanguskan Kota Solo, ternyata menjadi babak baru perkembangan Solopos. Hal ini terjadi karena Solopos menjadi satu-satunya surat kabar di Solo yang memuat berita besar-besaran tentang peristiwa yang telah meluluhlantakkan Kota Bengawan tersebut, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah oplah penerbitan. Surat kabar ini mampu mencetak koran sekitar 40.000 eksemplar pada tahun pertama dan pada tahun berikutnya diharapkan adanya peningkatan tiras. Solo dengan enam kabupaten yang letaknya saling berdekatan dan tergabung dalam eks karesidenan Surakarta ini dipilih menjadi basis utama terbitan Solopos. Ini dikarenakan Solo merupakan pasar yang sangat potensial baik dari segi ekonomis maupun historis. Dilihat dari segi ekonomis, Kota Solo dikenal sebagai pusat bisnis yang penting di Jawa Tengah, bahkan di Pulau Jawa. Seiring dengan perkembangan waktu, perannya sebagai pusat bisnis ternyata semakin berkembang. Hal ini tampak dari kondisi makro ekonomi yang semakin kondusif. Etos kerja masyarakatnya dalam berusaha dan bersikap kritis terhadap segala perkembangan membuat Solo dan sekitarnya menjadi wilayah yang layak diperhitungkan baik dalam bisnis skala lokal maupun skala nasional. Apalagi peran Solo sebagai kota budaya cukup berpengaruh terhadap perekonomian masyarakatnya.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Solo dari tahun ke tahun. Sedangkan dari segi historis, Solo dikenal sebagai cikal bakal pertumbuhan pers nasional. Namun pada saat itu, tidak satu pun surat kabar harian asli terbitan Solo yang tersisa. Hanya surat kabar-surat kabar dari luar kota seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta saja yang mengisi kekosongan pangsa pasar tersebut. Padahal masyarakat Solo membutuhkan alternatif surat kabar baru yang berbasis pada kotanya sendiri dan mampu mengakomodasi kebutuhan informasi khususnya di wilayah Solo. Kelompok penerbit Harian Ekonomi Bisnis Indonesia menangkap kondisi ini menjadi peluang untuk mengembangkan bisnis persnya di Solo. Melalui kepemilikan saham di PT. Aksara Solopos, akhirnya mereka mampu memperoleh izin penerbitan surat kabar No 315/ SK/ Menpen/ SIUPP dari Menteri Penerangan. Dengan berbekal SIUPP inilah, Solopos resmi hadir ditengah masyarakat Solo dengan 16 halaman pada 19 September 1997. Para pemegang saham, yang sejak awal mengarahkan Solopos sebagai community based news paper, ini terdiri atas Sukamdani Sahid Gitosardjono yang bertindak sebagai Presiden Komisaris PT. Aksara Solopos serta para komisaris lain diantaranya Ciputra, Subronto Laras dan karyawan PT. Jurnalindo Aksara Grafika Penerbit Harian Ekonomi Bisnis Indonesia. Sementara itu, untuk jajaran direksi terdiri dari Lulu Terianto selaku Presiden Direktur, Danie H. Soe’oed dan Bambang Natur Rahadi selaku Direktur. Dalam pengelolaan sehari-hari, Solopos dikendalikan oleh Sukamdani S. Gitosardjono sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Pemimpin Umum, Danie H Soe'oed sebagai Wakil Pemimpin Umum, YA Sunyoto sebagai Pemimpin Redaksi dan Bambang Natur Rahadi sebagai Pemimpin Perusahaan. B. Visi dan Misi Solopos Visi yang ingin dicapai Solopos adalah sebagai penyaji informasi utama, terpercaya dengan pengelolaan usaha yang profesional. Untuk mewujudkan visi tersebut, Solopos kemudian merumuskan beberapa misi sebagai berikut: 1. Membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan bermoral. 2. Selalu menyajikan informasi yang berimbang, akurat, dan unggul. 3. Mensejahterakan stakeholder Solopos. Berdasar pada tujuan awal Solopos yang ingin mengakomodasi kebutuhan informasi masyarakat Solo, maka Solopos berusaha tampil lebih aspiratif dalam memenuhi kebutuhan para pembacanya. Beragam informasi mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan hiburan berusaha disajikan dalam pemberitaannya. Setiap terbit, Solopos hadir dengan konsep dua koran dalam satu koran, yaitu tampil dengan dua sesi. Sesi pertama menghadirkan isu-isu global, sedangkan sesi kedua menampilkan informasi lokal. Kebutuhan masyarakat akan keberagaman informasi dipenuhi sedemikian rupa, sehingga pembaca cukup memegang satu koran untuk mendapatkan berbagai fakta sekaligus. Masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang berskala nasional hadir pada sesi pertama Solopos. Sementara informasi berskala lokal disajikan dengan penuh keragaman, menarik dan lengkap pada sesi kedua. Dan salah satu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
yang menjadi keunggulan Solopos, yakni menyajikan berita ekonomi dan bisnis dengan lebih menarik. Hal ini tidak terlepas dari pemanfaatan jaringan berita Bisnis Indonesia-sebagai perusahaan induknya-yang selama ini dikenal sebagai surat kabar ekonomi nasional terdepan. Dengan jargon ”Meningkatkan Dinamika Masyarakat”, Solopos selalu berpegang teguh pada prinsip pokok yang dianut dengan memperhatikan unsurunsur sebagai berikut: Menyajikan berita dengan lebih berani; Pendekatan yang lebih memihak kepada kepentingan masyarakat banyak; Berusaha tampil selengkap mungkin dan bernuansa. C. Susunan Organisasi Solopos Susunan organisasi sangat diperlukan dalam suatu instansi atau perusahaan, tak terkecuali Solopos. Karena hal ini membantu karyawannya untuk bekerja sesuai dengan jabatan dan wewenangnya serta mampu memaksimalkan pekerjaan mereka. Berikut ini rangkuman susunan organisasi Solopos (Solopos, 2 Juli 2011): 1. Pemimpin Umum 2. Wakil Pemimpin Umum 3. Pemimpin Redaksi 4. Wakil Pemimpin Redaksi 5. Pemimpin Perusahaan 6. Redaktur Senior 7. Redaktur Pelaksana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
8. Sekretaris Redaksi 9. Redaktur 10. Manajer Litbang dan Pusdok 11. Staf Redaksi 12. Asisten Manajer Layout 13. Tim Pengembang Redaksi
D. Bidang Redaksional Solopos 3. Rincian Tugas Departemen Redaksi Solopos Bidang keredaksional merupakan bidang yang berhubungan secara langsung dengan proses produksi berita mulai dari proses pencarian berita, penulisan, editing, layout sampai berita siap dicetak. Begitu pula dengan Solopos, surat kabar ini memiliki bagian redaksi yang berperan dalam proses produksi berita yang disajikan setiap harinya. Secara terperinci, pembagian staf di bidang keredaksional Solopos dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Pemimpin Redaksi (Pemred) berperan sebagai penentu kebijakan dan penanggung jawab keredaksian atau pemberitaan (news and analysis trends). Pemred memiliki hak dan tanggung jawab terhadap seluruh isi pemberitaan surat kabar baik ke dalam maupun ke luar serta tulisan wartawan sendiri ataupun penulis. b) Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) berperan untuk mewakili dan menggantikan tugas Pemred bila diminta atau Pemred berhalangan. Oleh karena itu Wapemred bertanggung jawab kepada Pemred.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
c) Redaktur Pelaksana adalah pelaksana harian yang mengkoordinasikan kelancaran tugas lintas rubrik/ kompartemen binaannya dan antar perangkat keredaksian. d) Redaktur bertindak sebagai pelaksana teras yang memimpin dan penanggung jawab rubrik/kompartemen. Redaktur bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana fisik kerja harian, mingguan dan bulanan berdasarkan analisis SWOT untuk acara liputan berita dan pembinaan narasumber. Redaksi mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan kegiatan operasional kepada redaktur pelaksana. e) Wartawan (reporter) adalah karyawan pers yang berperan dalam pengumpulan, pengolahan dan penyiapan berita berupa fakta, ulasan dan pendapat. f) Sekretariat redaksi berperan sebagai penunjang kelancaran tugas operasional keredaksian. Bagian ini bertugas membantu pelaksanaan fungsi kesekretariatan redaksi sebagai wahana penghubung antar sektoral di dalam penerbitan dan luar perusahaan. g) Fotografer (juru foto) adalah karyawan pers yang melakukan pekerjaan merekam gambar dan menyajikannya dalam bentuk foto berita. h) Operator Layout adalah karyawan yang merupakan unsur pendukung dalam persiapan pra cetak. Bagian ini bertanggung jawab kepada bagian produksi dan kreatif. i) Desainer Grafis adalah karyawan pers yang melakukan pekerjaan menggambar kartun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
j) Setter berperan dalam membantu menyiapkan pengetikan naskah dari redaktur atau naskah faksimili dari luar kota yang akan dimuat dalam surat kabar. k) Staf Pusdok dan Litbang adalah karyawan yang menunjang kelangsungan dan kelancaran kegiatan redaksi dan perusahaan. 4. Kebijakan Redaksional Solopos Kebijakan redaksional dalam hal pemberitaan, Solopos berusaha mengedepankan netralitas karena menyadari adanya pluralisme dalam masyarakat Solo. Oleh karena itu, Solopos melarang wartawannya berpolitik aktif sebagai fungsionalis partai politik. Selain itu, Solopos menerapkan konsep ABC dalam setiap pemberitaannya. Konsep ABC ini mengandung dua pokok pengertian antara lain : a) ABC (Accurate, Balance and Clear) Dalam hal ini, Accurate berarti titik banding berita harus tepat dan berdasarkan fakta yang sebenarnya. Balance berarti suatu berita harus memiliki
keseimbangan
yang
melibatkan
beberapa
pihak
yang
berkepentingan dalam berita tersebut (cover both sides). Sedangkan Clear berarti bahwa suatu berita tidak boleh menimbulkan persepsi yang bermacam-macam dari pembaca. b) ABC (Actual, Big and Complete) Dalam pengertian ini, Actual diartikan bahwa berita yang disajikan hangat dan aktual (kekinian). Big diartikan bahwa berita yang ditampilkan dibutuhkan dan memiliki pengaruh kepada masyarakat. Kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Complete berarti suatu berita disajikan secara lengkap sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah dari para pembaca. Konsep ABC diatas menjadi dasar yang dipegang oleh Solopos dalam menyajikan berita kepada khalayak pembaca. E. Rubrikasi Solopos Selama kurun waktu lebih dari 14 tahun menjadi bagian dari insan pers, Solopos telah mengalami beberapa kali perubahan baik dari segi jumlah halaman, tampilan layout, rubrik maupun isinya. Perubahan ini dilakukan karena Solopos ingin memberikan sesuatu yang baru kepada pembaca agar loyalitas mereka terhadap surat kabar ini selalu terjaga. Sekarang ini, Solopos terbit dengan 24 halaman untuk hari senin, rabu, dan minggu sedangkan hari selasa, kamis, jumat dan sabtu terbit dengan 28 halaman. Dalam satu kali terbitan terbagi dalam dua sesi yaitu sesi nasional dan sesi lokal. Sesi nasional disajikan informasi bertaraf nasional bahkan internasional yang mencakup masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk sesi lokal mengulas informasi berskala lokal, khususnya informasi yang terjadi di kawasan Soloraya mencakup Solo, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Wonogiri dan Boyolali. Informasi-informasi tersebut disajikan dalam beragam rubrik. Keunikan yang dimiliki Solopos dibanding surat kabar lain adalah hampir setiap terbitan menyajikan tambahan rubrik yang berbeda – beda terutama pada sesi pertama (sesi nasional) halaman surat kabar. Perbedaan rubrik tersebut terjadi pada penyajian informasi yang bersifat relaksasi, seperti rubrik kuliner, belanja, kesehatan, inspirasi, dsb. Pada edisi Selasa terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
tambahan rubrik fokus muda, fokus sains, dan fokus kreatif, sedangkan edisi sabtu ada rubrik kuliner dan beberapa rubrik olahraga. Rubrik olahraga yang biasanya pada terbitan Senin hingga Jumat menjadi bagian dalam sesi nasional tapi pada terbitan Sabtu infromasi seputar olahraga baik nasional maupun mancanegara tersebut dijadikan dalam satu sesi yang dinamakan koran ”SepakBola”. Untuk penambahan halaman edisi Kamis dan Jumat karena terdapat halaman khusus berupa suplemen gratis. Pada hari kamis terdapat suplemen yang diberi nama ”Jagad Jawa” dan hari Jumat ada ”Khazanah Keluarga”. Jagad Jawa terdiri dari 4 halaman yang berisi informasi seputar kebudayaan jawa dan disajikan pula dalam bahasa jawa. Suplemen ini bertujuan untuk melestarikan dan menambah wawasan pembaca tentang kebudayaan jawa. Sedangkan
Khazanah Keluarga mengulas segala macam informasi yang
berhubungan dengan agama islam, untuk jumlah halaman sama dengan jagad jawa, yakni empat
halaman. Suplemen ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai agama islam kepada para pembaca khususnya bagi kaum muslim. Rubrikasi pada surat kabar Solopos dibedakan menjadi dua jenis yaitu edisi harian dan edisi minggu. Edisi harian menyajikan informasi yang bersifat aktual. Secara terperinci, rubrikasi edisi harian pada sesi satu atau sesi nasional terdapat dalam harian Solopos dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Tabel 2.1 Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi I Halaman
Deskripsi
1
HALAMAN MUKA: Berisi berita teraktual yang diunggulkan dan dianggap paling menarik dalam setiap terbitannya. Terdapat juga kolom ’Sekilas’ yang berisi berita sekilas baik dari dalam negeri maupun luar negeri, kolom ’Ah...Tenane’ yang merupakan kisah lucu kiriman dari pembaca dengan tokohnya yaitu Jon Koplo serta kolom ’Kriiing Solopos’ yang berisi keluhan, pemberitahuan, dll yang dikirimkan oleh pembaca melalui saluran telephone genggam. Rubrik UMUM: Berisi informasi tentang berita-berita umum yang terjadi pada lingkup nasional. Selain itu pada rubrik ini terdapat kolom ’Nusantara’ yang berisi berita pendek. Rubrik JATENG & DIY: Berisi tentang berita politik, ekonomi maupun sosial budaya yang terjadi di wilayah Jateng & DIY. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kronik’ yang menyajikan informasi secara ringkas. Rubrik GAGASAN: Berisi tentang tajuk rencana dari redaksi dan opini dari para akademisi, pakar maupun pemerhati masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Opini yang dikemukakan biasanya mengenai fenomena atau peristiwa yang sedang terjadi dan berkembang dalam masyarakat. Pada rubrik ini juga terdapat kolom ’Kamus Espos’ yang mengulas pengertian istilah tertentu yang bermanfaat untuk memperkaya kosakata pembaca dan ’Pos Pembaca’ yaitu surat dari pembaca. Rubrik EKONOMI BISNIS: pada halaman ini ditampilkan informasi – informasi yang berhubungan dengan ekonomi dan bisnis yang terjadi di sekitar wilayah Solo. Terdapat kolom ’Pojok Pasar’ yang isinya opini terkait suatu tema tertentu dari para pedagang. Selain itu juga ada kolom ’Jendela Bisnis’ yang menampilkan sekilas tentang review produk baru atau yang berkaitan dengan bisnis suatu perusahaan yang berfungsi sebagai tempat promosi . Rubrik PENDIDIKAN: berisi tentang informasi pendidikan baik yang bertaraf nasional maupun lokal. Terdapat kolom figur yang menyajikan profile seorang pelajar yang memiliki prestasi tertentu. Rubrik PERGELARAN: Menyajikan informasi hiburan yang terjadi di lingkup lokal, nasional dan internasional.
2
3
4
5
6
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
8
9
10 - 11
12
Selain itu terdapat kolom ’Mereka’ yang mengupas profil tokoh penting atau seniman. Kolom ’Ragam Info’ berisi info hiburan yang dikemas secara ringkas, dan ’Klangenan Solo-Jogja’ berisi jadwal acara yang akan digelar di beberapa tempat hiburan di Solo. Rubrik HUKUM & KRIMINALITAS: memuat berita seputar hukum dan kriminalitas yang terjadi di lingkup lokal dan juga nasional. Terdapat kolom ’kronik’ yang berisi info singkat yang berhubungan dengan hukum dan kriminalitas. Rubrik INTERNASIONAL: Berisi berita-berita tentang peristiwa yang terjadi di mancanegara. Selain itu terdapat kolom ’Dunia Ha..Ha..Ha..’ yang berisi kisah lucu yang terjadi di luar negeri dan kolom ’Lintas Masa’ yang berisi tanggal terjadinya peristiwa bersejarah di dunia. Pada halaman ini juga terdapat sambungan berita dari halaman depan. Rubrik OLAHRAGA: menampilkan informasi berita tentang plahraga baik yang berskala lokal, nasional dan juga internasional. Pada halaman ini juga terdapat kolom ’Arena’ yang berisi berita singkat dan kolom ’Data & Agenda’ yang memuat hasil perolehan angka pada beberapa cabang olahraga serta jadwal acara olahraga yang akan tayang atau digelar. Rubrik SEPAKBOLA: pada halaman ini khusus menampilkan informasi olaharaga cabang sepakbola yang bertaraf internasional.
Dalam edisi Senin, terdapat sedikit perbedaan pada rubrikasi sesi pertama. Hal ini dikarenakan adanya penambahan dan pengurangan rubrik. Untuk penambahan rubrik ada rubrik laporan khusus, inspirasi, belanja dan rubrik kesehatan. Sedangkan rubrik yang dikurangi dalam edisi harian adalah rubrik ekonomi bisnis, pendidikan, pergelaran, hukum & kriminalitas, dan rubrik internasional. Penambahan beberapa rubrik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Tabel 2.2 Rubrik Tambahan Solopos Edisi Senin Halaman
Deskripsi
5
Rubrik LAPORAN KHUSUS: menyajikan berita atas suatu peristiwa yang dikemas dengan secara mendalam. Rubrik INSPIRASI: Menyajikan profil atau kisah kesuksesan seorang tokoh dalam berbagai bidang yang mampu memberikan inspirasi bagi para pembaca. Rubrik BELANJA: Menyajikan informasi dan tips berbelanja beragam kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan lainnya. Selain itu pada halaman ini terdapat kolom ’Lensa Bisnis’ berupa informasi kegiatan bisnis yang bersifat promosi. Rubrik KESEHATAN: Menyajikan beragam informasi, tips dan konsultasi mengenai kesehatan. Rubrik POS TV & SAMBUNGAN: berisi tentang jadawal acara Televisi dari beberapa stasiun TV dan sambungan berita dari halaman depan.
6
7
8 9
Begitu juga pada terbitan Sabtu. Khusus untuk hari tersebut sesi pertama bagian surat kabar Solopos hanya disajikan 8 halaman, sehingga ada rubrik yang dihilangkan dan ditambahkan. Rubrik yang dikurangi atau dihilangkan adalah rubrik pendidikan, internasional, olahraga dan sepakbola. Dan rubrik kuliner sebagai rubrik tambahannya. Pengurangan rubrik olahraga dan sepakbola dikarenakan khusus edisi Sabtu berita olahraga disajikan dalam satu sesi tersendiri yang diberi nama ”SepakBola”, jadi ada tiga sesi, yakni sesi nasional, sesi lokal dan sesi sepakbola. Ini tentu berdampak pada perubahan letak halaman rubrik lain. Berikut akan ditampilkan sesi pertama (sesi nasional) surat kabar Solopos edisi sabtu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Tabel 2.3 Rubrik SOLOPOS Edisi Sabtu Sesi I Halaman
Deskripsi
1
HALAMAN MUKA: Berisi berita teraktual yang diunggulkan dan dianggap paling menarik dalam setiap terbitannya. Terdapat juga kolom ’Sekilas’ yang berisi berita sekilas baik dari dalam negeri maupun luar negeri, kolom ’Ah...Tenane’ yang merupakan kisah lucu kiriman dari pembaca dengan tokohnya yaitu Jon Koplo serta kolom ’Kriiing Solopos’ yang berisi keluhan, pemberitahuan, dll yang dikirimkan oleh pembaca melalui saluran telephone genggam. Rubrik UMUM: Berisi informasi tentang berita-berita umum yang terjadi pada lingkup nasional. Selain itu pada rubrik ini terdapat kolom ’Nusantara’ yang berisi berita pendek. Rubrik JATENG & DIY: Berisi tentang berita politik, ekonomi maupun sosial budaya yang terjadi di wilayah Jateng & DIY. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kronik’ yang menyajikan informasi secara ringkas. Rubrik GAGASAN: Berisi tentang tajuk rencana dari redaksi dan opini dari para akademisi, pakar maupun pemerhati masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Opini yang dikemukakan biasanya mengenai fenomena atau peristiwa yang sedang terjadi dan berkembang dalam masyarakat. Pada rubrik ini juga terdapat kolom ’Kamus Espos’ yang mengulas pengertian istilah tertentu yang bermanfaat untuk memperkaya kosakata pembaca dan ’Pos Pembaca’ yaitu surat dari pembaca. Rubrik KULINER: Menyajikan beragam informasi, tips dan resep mengenai kuliner. Rubrik HUKUM & KRIMINALITAS: memuat berita seputar hukum dan kriminalitas yang terjadi di lingkup lokal dan juga nasional. Terdapat kolom ’kronik’ yang berisi info singkat yang berhubungan dengan hukum dan kriminalitas. Rubrik EKONOMI BISNIS: pada halaman ini ditampilkan informasi – informasi yang berhubungan dengan ekonomi dan bisnis yang terjadi di sekitar wilayah Solo. Terdapat kolom ’Pojok Pasar’ yang isinya opini terkait suatu tema tertentu dari para pedagang. Selain itu juga ada kolom ’Jendela Bisnis’ yang menampilkan sekilas tentang review produk baru atau yang berkaitan dengan bisnis suatu perusahaan yang berfungsi sebagai tempat promosi.
2
3
4
5 6
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
8
Rubrik PERGELARAN: Menyajikan informasi hiburan yang terjadi di lingkup lokal, nasional dan internasional. Selain itu terdapat kolom ’Mereka’ yang mengupas profil tokoh penting atau seniman. Kolom ’Ragam Info’ berisi info hiburan yang dikemas secara ringkas, dan ’Klangenan Solo-Jogja’ berisi jadwal acara yang akan digelar di beberapa tempat hiburan di Solo. Dan rubrikasi Solopos edisi harian pada sesi kedua atau sesi lokal
dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.4 Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi II Halaman
Deskripsi
I
Rubrik SOLORAYA: mengulas berita-berita umum terpilih yang terjadi di kawasan Eks Karesidenan Surakarta. Pada halaman ini terdapat kolom ’Lintas Masa’ yang berisi tanggal peristiwa penting yang terjadi di Solo. Selain itu juga ada kolom ’jadwal perjalanan KA’ serta kolom ’Lensa Bisnis’ berupa informasi kegiatan bisnis yang bersifat promosi. Rubrik KOTA SOLO: menyajikan berita yang terjadi di kota Solo misalkan seputar Balaikota, politik, kesehatan dan sosial. Selain itu terdapat kolom ’Kutha-kutha’ berupa berita sekilas di Solo, ’Kriing SOLOPOS’, ’Zona 103’ berupa jadwal acara radio Solopos Fm dan telepon penting di Solo. Rubrik WONOGIRI: menyajikan berita seputar daerah Wonogiri. Terdapat kolom ‘Kronik ’menyajikan info sekitar Wonogiri secara ringkas dan kolom ‘Kriing SOLOPOS’. Rubrik SUKOHARJO: menyajikan berita seputar daerah Sukoharjo. Terdapat kolom ‘Kronik’ menyajikan info sekitar Sukoharjo secara ringkas dan kolom‘Kriing SOLOPOS’. Rubrik KLATEN: menyajikan berita seputar daerah Klaten. Terdapat kolom‘Kronik’ menyajikan info sekitar Sukoharjo secara ringkas dan kolom ‘Kriing SOLOPOS’. Rubrik BOYOLALI: menyajikan berita seputar daerah Boyolali. Terdapat kolom‘Kronik’ dan ‘Kriing SOLOPOS’. Rubrik SRAGEN: menyajikan berita seputar daerah Sragen. Terdapat kolom ‘Kronik’ dan ‘Kriing SOLOPOS’.
II
III
IV
V
VI VII
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
VIII
IX – X1 XII
Rubrik KARANGANYAR: menyajikan berita seputar daerah Karanganyar. Terdapat kolom ‘Kronik’, ‘Kriing SOLOPOS’ dan telepon penting di Karanganyar. Rubrik CESSPLENG: berisi tentang iklan kecik seperti lowongan pekerjaan, jual beli barang dan sebagainya Rubrik SOLORAYA: menampilkan informasi atas suatu peristiwa yang terjadi di wilayah Solo. Memang nama rubrik sama dengan halaman I, namun ruang lingkup pemberitaannya yang disajikan berbeda.
Untuk edisi Selasa terdapat tambahan rubrik, seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 2.5 Rubrik Tambahan Solopos Edisi Selasa Halaman
Deskripsi
VII
Rubrik FOKUS MUDA: berisi informasi yang dikemas secara mendalam dan bertujuan memberikan aspirasi kehidupan kepada anak muda. Rubrik FOKUS KREATIF: menyajikan suatu informasi tentang suau hal yang timbul atas dasar kekreatifan sesorang. Terdapat juga kolom ’Motivasi’ yang dapat memberikan motivasi bagi pembacanya. Rubrik FOKUS SAINS: berisi tentang infromasi berita yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
VIII
IX
Sedangkan suplemen gratis yang disajikan Solopos dalam sesi II pada terbitan Kamis dan Jumat adalah sebagai berikut: Tabel 2.6 Suplemen Gratis ”Jagad Jawa” pada Sesi II Edisi Kamis Halaman
Deskripsi
VII
Rubrik JAGAD JAWA: berisi tentang laporan khusus tentang suatu tema yang dikemas dengan bahasa jawa. Rubrik JAGAD PAMULANGAN: menyajikan informasi berita ang terjadi di wilayah Solo dengan bahasa jawa. Dalam halaman ini juga ada kolom ’Cecala’, ’Pawarta’, ’
VIII
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Bothekan’, ’Jagad Pewayangan’ dan ’Memetri Aksara Jawa’ Rubrik JAGAD SASTRA: berisi cerpen yang dikirim oleh pembaca dengan menggunakan bahasa jawa. Terdapat kolom macapat dan geguritan. Rubrik KRIDHA: berisi informasi tentang pagelaran acara yang berkaitan dengan budayadi wilayah Solo. Pada halaman ini juga terdapat kolom ’Kabare’ yang berisi informasi tentang sesorang tokoh atau seniman, kolom ’Gayeng’ berisi cerita komedi pendek dan terdapat juga resepe makanan tang kesemuanya dikemas dengan bahasa jawa.
IX
X
Tabel 2.7 Suplemen Gratis ”Khazanah Keluarga” pada Sesi II Edisi Jumat Halaman
Deskripsi
VII - X
Rubrik KHAZANAH KELUARGA: berisi informasi segala sesuatu yang dibahas dalam sudut pandang agama islam. Dalam halaman ini juga terdapat beberapa kolom seperti ’Khotbah Jumat’, ’Suara Umat’, ’Kabar Sakinah’, ’Nasihat’, dsb.
Disamping edisi harian diatas, Solopos juga menerbitkan edisi mingguan yang menyajikan informasi bersifat ringan, santai dan menghibur. Rubrik – rubrik yang terdapat pada edisi ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan pembaca dan memberikan hiburan kepada pembaca agar tidak jenuh. Rubrik tersebut dapat dinikmati oleh pembaca dewasa, remaja dan anak-anak. Secara rinci, rubrikasi khusus edisi minggu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Tabel 2. 8 Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Sesi I Halaman
Deskripsi
1
Halaman MUKA: berisi tentang berita-berita yang diunggulkan dalam setiap terbitannya. Terdapat kolom ’Sekilas’ yang berisi berita sekilas baik dari dalam negeri maupun luar negeri, kolom ’Asale’ yang mengulas sejarah suatu tempat dan kolom ’Lincak’ berupa opini para akademisi, tokoh budaya, dsb serta kolom ’Kriiing Solopos’. Rubrik UMUM: berisi tentang ulasan berita-berita umum yang terjadi pada lingkup nasional. Selain itu pada rubrik ini terdapat kolom ’Sekilas’ yang berisi berita yang dikemas secara ringkas. Rubrik KOTA SOLO: berisi berita seputar wilayah Kota Solo. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kutha-Kutha’ yang mengulas berita singkat. Rubrik SURAKARTAN: berisi tentang berita wilayah eksKaresidenan Surakarta. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kronik’ yang mengulas berita singkat. Rubrik SEPAKBOLA: menyajikan informasi seputar olahraga dari cabang sepakbola yang beskala internasional. Rubrik OLAHRAGA: berisi tentang ulasan berita olahraga yang terjadi di lingkup nasional maupun internasional. Rubrik POS TV: berisi informasi jadwal acara televisi dari beragam stasiun TV dan pada halaman ini juga terdapat sambungan berita dari halaman depan. Rubrik CESSPLENG: berisi tentang iklan kecik seperti lowongan pekerjaan, jual beli barang dan sebagainya. Rubrik HIBURAN: menyajikan berita hiburan lokal, nasional dan internasional. Terdapat kolom ’Mereka’ yang mengupas profil tokoh atau seniman, ’What’s on Cinema’ berisi sinopsis film bioskop.
2
3
4
5 6–7 8
9 – 11 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Tabel 2.9 Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Seksi II Halaman
Deskripsi
I
Rubrik MODE: menyajikan beragam informasi, tips dan konsultasi mengenai fashion. Rubrik KELUARGA: mengulas beragam permasalahan dalam keluarga seperti kesehatan, kecantikan, ekonomi dan sebagainya. Terdapat kolom ’Etalase’ berisi informasi alternatif seputar baju dan kebutuhan rumah tangga. Rubrik HOBI & KOMUNITAS: menyajikan beragam informasi dan tips mengenai hobi dan komunitas tertentu. Rubrik JEDA: berisi sajian budaya dan karya sastra yang diterima redaksi dari pembaca seperti sajak dan cerpen. Selain itu terdapat ’Info Buku’ yang berisi ulasan buku. Rubrik GRIYA: menyajikan beragam informasi, tips dan konsultasi mengenai rumah dan bangunan. Rubrik ANAK: mengulas seluk beluk dunia anak, pengetahuan, teka teki dan hasil karya pembaca yang dikirimkan ke redaksi. Terdapat kolom ’Profil’ berisi feature tokoh anak dengan segala aktivitas dan cita-citanya. Rubrik GAUL: mengulas beragam permasalahan seputar remaja, sekolah dan pergaulan. Selain itu terdapat informasi hiburan, hasil karya dan opini yang dikirimkan pembaca ke redaksi. Rubrik SELULAR: menyajikan beragam informasi dan feature mengenai perkembangan teknologi seluler. Terdapat pula kolom ’Ponsel Pekan Ini’ yang menginformasikan harga ponsel pilihan. Rubrik IPTEK: menyajikan beragam informasi dan feature mengenai perkembangan teknologi modern. Terdapat kolom ’Tekno flash’ yang mengupas produk teknologi terbaru. Rubrik OTOMOTIF: menyajikan beragam informasi dan tips mengenai dunia otomotif.
II
III IV
V VI – VII
VII – IX
X
XI
XII
F. Profile Pembaca Solopos Solopos membidik masyarakat dari semua lapisan sebagai sasaran pokoknya, terutama masyarakat kawasan eks Karisedenan Surakarta. Namun, seiring dengan pengembangan basis pasar, bebarapa pusat pertumbuhan lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
juga dijadikan daerah pembaca Solopos. Dalam sejarahnya, Solopos secara bertahap menjadi bacaan baru bagi masyarakat Jawa Tengah, khususnya wilayah selatan dan perbatasan Jawa Timur. Daerah – daerah tersebut meliputi: Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Purwodadi, Pacitan, Magetan, dan Jakarta. Pembagian prosentase data pembaca Solopos berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2.10 Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Usia USIA
PROSENTASE
Usia 21-30 tahun
29,8 %
Usia 31-40 tahun
38,9 %
Usia 41-50 tahun
18,5 %
Usia 51-70 tahun
12
%
Sumber : Oentari, 2010: 52
Tabel 2.11 Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Tingkat Pendidikan
TINGKAT PENDIDIKAN
PROSENTASE
SD & SLTP
2,2 %
SLTA
31,8 %
Sarjana Muda
22,1 %
Sarjana
38,9 %
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Pasca Sarjana
4,9 %
Sumber : Sumber : Oentari, 2010: Tabel 2.12 Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Jenis Pekerjaan
JENIS PEKERJAAN
PROSENTASE
Swasta
58,4 %
Pegawai Negeri
27,9 %
BUMN
4,4 %
Ibu Rumah Tangga
3,8 %
Sumber : Oentari, 2010: 52
G. Pola Liputan Solopos Harian Umum Solopos memiliki dua pola liputan, yakni edisi harian dan edisi mingguan (surat kabar yang diterbitkan pada hari minggu). Perbedaan keduanya terletak pada sajian informasinya. Edisi harian lebih menonjolkan informasi – informasi yang bersifat aktual. Sedangkan edisi mingguan menyajikan informasi yang lebih ringan dan bersifat untuk menghibur dan refreshing. Selain itu, Solopos juga menerbitkan suplemen tambahan yang diberikan secara gratis bernama “Jagad Jawa” pada edisi Kamis dan “Khazanah Keluarga” yang terbit pada hari Jumat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
II.2 Suara Merdeka A. Sejarah Singkat Berdirinya Suara Merdeka Sejak era pasca proklamasi tepatnya pada tanggal 11 Februari 1950, untuk pertama kalinya Suara Merdeka diterbitkan. Mulanya, bernama Mimbar Merdeka namun lambat laun diubah menjadi Suara Merdeka. Hal ini dikarenakan jumlah huruf sebanyak 13 kurang tepat. Hetami, sebagai pendiri utama harian ini, nampaknya tidak terlalu suka dengan angka ganjil. Meskipun, ada mitos yang menyebutkan angka 13 sebagai angka pembawa sial namun bagi Hetami hal itu tidak terlalu dipercayainya. Sehingga nama koran berubah menjadi Suara Merdeka, yang kebetulan jumlah hurufnya adalah genap, yakni 12 dan tanpa menanggalkan kata “Merdeka”. Misi awal penerbitannya pada waktu itu adalah ingin memperdengarkan suara rakyat Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Surat kabar Suara Merdeka sendiri diterbitkan oleh PT Suara Merdeka Press dengan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers
(SIUPP)
SK
Menteri
Penerangan
RI
Nomor
011/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 tanggal 8 November 1985. Hetami sebagai pendiri sekaligus penggagas ide lahirnya Suara Merdeka adalah seorang putra pengusaha batik di Surakarta. Sejak menjadi mahasiswa, ketertarikannya terhadap dunia jurnalistik telah nampak. Ia pernah aktif sebagai pengasuh dalam majalah Recths Hogesschool sewaktu kuliah di Fakultas Hukum di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Selain itu, Hetami juga pernah bekerja menjadi wartawan di Harian Sinar Baru yang terbit di Semarang dan Merdeka di Surakarta. Dengan pengalaman jurnalistiknya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Hetami menjadi seorang yang ulet dan matang. Pengalamannya itu juga membuat Hetami berani menerbitkan korannya sendirian dengan nama Suara Merdeka. Di surat kabar miliknya, Hetami menjabat sebagai pemimpin umum sekaligus pemimpin redaksi. Meskipun menjadi pemimpin redaksi, namun seringkali ia berperan sebagai reporter. Karena pada saat itu hanya memiliki dua orang wartawan, yaitu HR Wahyoedi dan Moh. Sulaiman. Di samping ikut membantu mengoreksi naskah dan membawa naskah ke percetakan, Hetami juga menunggu giliran surat kabarnya hingga dicetak pada sebuah percetakan milik harian De Locomotif di Jalan Kepodang Semarang, disebabkan belum memiliki alat cetak sendiri. Selain itu, ia juga ikut menjual Harian Suara Merdeka ke berbagai tempat. Hal demikian memang tidak aneh, karena pada masa itu wartawan dituntut untuk “serba bisa”. Selain bertugas mencari dan membuat berita ia juga harus siap merangkap menjadi “tukang cetak” dan “loper surat kabar”. Pada awalnya, Suara Merdeka merupakan surat kabar sore dengan jumlah halaman hanya empat buah dan dicetak sebanyak 5.000 eksemplar. Pengelolaan Suara Merdeka pada saat itu masih dilakukan secara sederhana. Suara Merdeka hanya bermodalkan dua mesin ketik dan dua meja tulis dengan ditangani hanya dua orang wartawan serta tiga orang tenaga usaha. Sebagai perusahaan penerbitan pers, Suara Merdeka juga pernah mengalami pasang surut, antara lain seperti pada masa “gunting Syarifudin”, yakni suatu kebijakan pemerintah di bidang moneter. Pada waktu itu nilai uang Rupiah turun menjadi separohnya dan uang kertasnya digunting menjadi dua bagian. Lalu pada tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
1961, para percetakan NH Handelsdrukkerij De Locomotif melakukan aksi mogok kerja. Untuk tetap dapat terbit surat kabar Suara Merdeka harus dicetak di Jogjakarta selama satu bulan lebih. Namun situasi dan kondisi tersebut tidak membuat Suara Merdeka gentar, justru memotivasi untuk menjadi surat kabar yang lebih baik. Saat yang paling menggembirakan bagi para pengelola Suara Merdeka adalah pada saat perintisannya. Koran ini memperoleh kehormatan dan kepercayaan dari bagian kesejateraan Terr-IV (sekarang Kodam IV/Diponegoro) sebagai satu-satunya surat kabar di Jawa Tengah yang menjadi langganannya secara kolektif. Suara Merdeka diminta untuk mengirim 1.000 eksemplar setiap hari untuk dibagikan kepada kesatuan-kesatuannya. Lambat laun, Suara Merdeka memiliki tenaga redaksional baru sehingga semakin memantapkan perjalanannya di dunia pers Indonesia. Surat kabar ini semakin berkembang dan tumbuh dimulai ketika masuknya beberapa tenaga kerja yang duduk dalam desk keredaksionalan. Orang – orang tersebut antara lain: Soewarno, HR. Wahyoedi, Mochtar Hidayat, Tjan Thawn Soen, Soejono Said, L. Poedjisrijono, Hanapi, Moejono, Sutrisno dan H. Amir AR di bagian tata usaha. Yang semula terbit pada sore hari kemudian berubah menjadi surat kabar dengan terbitan pagi hari. Selain itu, Suara Merdeka menambah penerbitannya pada hari minggu. Kemudian mulai tahun 1960-an, Suara Merdeka sudah mampu memiliki percetakan sendiri dan dinamai NV Semarang. Hal inilah yang membuat Suara Merdeka tidak lagi mendompleng pada percetakan De Locomotif. Oleh karenanya, oplah pun ikut meningkat hingga mencapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
puluhan ribu eksemplar dan tersebar diwilayah Jawa Tengah. Percetakan NV Semarang ketika itu telah menggunakan teknologi percetakan yang tergolong modern, yaitu mesin Duplex dan sejumlah mesin penyusunan huruf Intertype dan Linotype disamping mesin cetak Flethead Half relation Press buatan Swiss yang mampu mencetak 6.000 eksemplar per jam. Status kepemilikan percetakan NV Semarang tersebut didasarkan pada perjanjian sewa beli antara Suara Merdeka dengan Pemerintah RI yang pada saat itu memang sedang menggalakkan proses industrialisasi termasuk di bidang pers. Suara Merdeka juga pernah lenyap dari peredaran selama tiga setengah bulan tepatnya pada tanggal 14 Februari hingga 31 Mei 1966. Dikarenakan situasi politik nasional yang masih belum stabil akibat peristiwa G30 S/PKI. Sehingga, pemerintah atau penguasa mengeluarkan peraturan yang mengharuskan setiap surat kabar daerah berafiliasi dengan salah satu partai atau kekuatan politik tertentu. Didesak oleh situasi politik yang panas dan tidak menentu tersebut, maka Suara Merdeka memutuskan berafiliasi dengan harian Berita Yudha. Harian Berita Yudha merupakan surat kabar harian nasional yang terbit di Jakarta, dipimpin oleh seorang Brigjen bernama Ibnoe Soebroito dan memiliki afiliasi pada TNI Angkatan Darat. Surat kabar tersebut memang diterbitkan untuk melawan kekuatan politik yang menjadi musuh Angkatan Darat. Namun Suara Merdeka untuk sementara berubah menjadi Berita Yudah edisi Jawa Tengah. Dan baru pulih kembali menjadi Suara Merdeka seperti sedia kala pada tanggal 1 Juni 1966, yaitu setelah pemerintah mengeluarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1966 tentang pencabutan kembali ketentuan afiliasi. Babak baru dalam penggunaan teknologi percetakan di Suara Merdeka terjadi pada awal tahun 1970-an dengan menggunakan mesin cetak offset. Semua perangkat penyusunan huruf, layout, dan unsur pra cetak juga mulai disesuaikan. Disamping mesin ketik manual, perangkat teknologi komputer juga telah digunakan pada waktu itu,. Mesin cetak duplex diganti dengan mesin cetak offset Pacer 36 buatan Inggris yang memiliki kapasitas mencetak 16 halaman dengan kecepatan 22.00 eksemplar per jam. Penggantian mesin cetak ini dilakukan karena mesin cetak Duplex dianggap tidak mampu mengejar kecepatan mencetak sesuai kebutuhan, disamping kualitasnya yang kurang baik. Setelah beberapa waktu, Suara Merdeka menambah pengadaan mesin cetak di perusahaannya dengan mesin cetak offset Goose. Kemampuan mesin tersebut dapat mencetak dengan kecepatan 30.000 eksemplar per jam. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan peningkatan sirkulasi Suara Merdeka. Modernisasi teknologi percetakan tidak hanya terjadi pada bagian teknologi mesin cetaknya saja. Namun juga terjadi pada perangkat penunjang kelancaran proses produksi koran. Hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian secara komputerisasi. Misalnya di bagian redaksi, peralatan utnuk menulis dan mengirim berita seumanya sudah menggunakan komputer. Demikian halnya dengan alat pengirim foto dan penerima foto, baik dari para koresponden atau kantor berita, semuanya mengalami pergantian sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
kebutuhan. Alat komunikasi seperti: radio, teleks, faksimili dan komputer modern merupakan alat bantu yang menunjang kecepatan dan efisiensi pengiriman bahan berita dan foto. Untuk menerima foto dari luar negeri. Suara Merdeka juga sudah memiliki telephoto atau radiophoto: Unifax 11, yang dilengkapi dengan alat S-16 sebagian alat kirim foto jarak jauh, alat ini sudah diubah sistemnya dengan teknik penggunaan gambar melalui satelit. Pada tahun 1978, puncak pimpinan Suara Merdeka mengalami pergantian dari Hetami kepada Ir. Budi Santosa, yang merupakan menantu Hetami. Sebelumnya, sejak tahun 1975, Ir. Budi Santosa dipercaya Hetami untuk menjabat sebagai pemimpin perusahaan. Di bawah kepemimpinan yang baru, manajemen dan struktur organisasi Suara Merdeka mengalami perubahan dan penyempurnaan. Setiap bagian mulai menyusun strukturnya sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya seperti dalam struktur organisasi perusahaan Suara Merdeka yang baru, Pemimpin Umum dibantu Asisten Pemimpin Umum, kemudian di bawahnya ada beberapa departemen yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen perusahaan. Di bagian ini terdapat Departemen Redaksi, Iklan, Tata Usaha, Personalia, Sirkulasi, Logistik, Komputer. Di antara departemen yang ada, bagian yang paling besar dan banyak stafnya adalah Departemen Redaksi. Karena Departemen Redaksi menjadi tulang punggung perusahaan dan merupakan sebuah tim kerja yang terbagi atas tugas kewartawanan seperti melakukan perencanaan, mencari sumber berita, meliput obyek berita, mengolah data faktual, menyusun, dan kemudian menyiarkan di surat kabar. Kegiatan menyiarkan berita yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
dipraktekkan oleh wartawan tersebut merupakan praktek diskursif atau saling berhubungan antara bagian satu dengan bagian lain yang terkesan cukup kompleks. Perubahan pada manajemen Suara Merdeka sebenarnya juga mengikuti pada konsep orientasinya. Semula mengacu pada konsep product oriented kemudian beralih pada konsep market oriented. Pada tanggal 11 Februari 1982, yaitu tepat pada HUT yang ke-32 Suara Merdeka, percetakan surat kabar ini pindah ke Jalan Kaligawe Km 5 Semarang. Semua tenaga redaksional beserta seluruh alat cetak menempati tempat baru tersebut. Pengelolaan percetakan Suara Merdeka dipercayakan kepada PT. Masscom Graphy. Pada tahun 1984, direksi tata usaha, iklan dan sirkulasi menempati gedung di Jalan Pandanaran 30 Semarang dengan pertimbangan lokasi yang lebih strategis. Sementara gedung lama di Jalan Merak digunakan untuk keperluan koperasi dan bengkel armada “Suara Merdeka Pers”. Saat ini Suara merdeka menempati kantor redaksi pusat di Jalan Kaligawe KM 5 Semarang, serta memiliki biro di kota-kota besar yakni Biro Semarang, Biro Jakarta, Biro Surakarta, Biro Banyumas, Biro Pantura, Biro Muria, Biro Kedu dan Biro Yogyakarta. Tahun 1992, Suara Merdeka mengalami perkembangan dalam penggunaan teknologi layout, yaitu dengan mulai digunakannya teknologi komputer macintosh. Dengan teknologi ini, proses pembuatan berita, pengiriman, editing, penyusunan dan pemilihan huruf, layout temple sudah ditinggalkan sehingga hasil akhir dari rangkaian proses redaksional adalah film yang sudah menata sendiri unsur – unsur warna serta tata wajahnya. Dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
komputerisasi di bagian layout ini dapat mengefisiensi proses produksi pracetak. Perubahan dan kemajuan lain juga
merambah ke bidang
keredaksionalan dan bisnis pers. Ini ditunjukan dengan adanya usaha dari Suara Merdeka untuk semakin meningkatkan penampilannya kepada khalayak pembaca. Usaha tersebut misalnya menyiarkan berbagai laporan hasil liputan langsung dari berbagai negara dan penambahan rubrik – rubrik baru yang menarik perhatian dan memenuhi kebutuhan pembaca. Pada jumlah halaman juga terjadi perubahan beberapa kali. Seperti pada tahun 1996, Suara Merdeka terbit dengan 20 halaman, sebelumnya 16 halaman 4 kali seminggu dan sisanya 12 halaman. Pada akhir tahun 1997, Suara Merdeka terbit dengan 18 halaman, kemudian pada tanggal 1 Januari 1998 berubah menjadi 16 halaman. Dan pada tanggal 18 Februari 1998, Suara Merdeka terbit menjadi 12 halaman. Ini berkaitan dengan krisis moneter yang terjadi dan berdampak pada industri keras. Kini Suara Merdeka mampu menerbitkan 32 halaman yang mencakup berita – berita nasional hingga lokal dan terbagi dalam rubrik – rubrik tertentu. B. Visi dan Misi Suara Merdeka Visi dari Harian umum Suara Merdeka adalah menjadi perusahaan pelopor industri informasi yang diakui masyarakat dan merupakan pilihan pelanggan karena bermutu serta mampu menjadi “perekat komunitas jawa tengah” (Hidayat, 2007: 83-84). Sedangkan misi yang diemban oleh Suara Mereka diantaranya adalah: a. Mengabdi kepada masyarakat dalam peningkatan kecerdasan bangsa;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
b. Memasarkan informasi yang akurat, terkini dan bertanggungjawab melalui media cetak dan elektronik dengan memberikan layanan pelanggan yang terbaik; c. Menghasilkan keuntungan yang optimal, agar: 1) Perusahaan makin tumbuh dan berkembang, 2) Kesejahteraan dan profesionalisme karyawan dapat ditingkatkan, 3) Berperan serta secara aktif di dalam arus utama (mainstream) kehidupan sosial masyarakat. Dalam perkembangannya, Suara Merdeka ingin mewujudkan sebagai visioner untuk memposisikan diri, dengan kematangan tampilan isinya, menjadi moderator sekaligus perekat seluruh entitas Jawa Tengah. Hal itu tercemin dari jargonnya “Perekat Komunitas Jawa Tengah”. Surat kabar ini juga memiliki motto yang selalu diaktualkan generasi penerus, yakni independen – obyektif – tanpa prasangka. “Independen” berarti ingin menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan kelompok. Apa yang diberikan dan dikemukakan sebagai pendapat, selalu berdasarkan keyakinan dan tanggungjawab sendiri. Sedangkan kata “obyektif” dimaknai sebagai pemberitaannya yang tidak diwarnai oleh pamrih sekaligus cover both side atau seimbang, sebab kalau dicampuri pamrih tentulah bisa lain makna dan sifatnya. Tanpa prasangka berarti bahwa setiap wartawan dalam membuat berita harus bebas dari opini pribadi. Dalam memberikan penilaian tentang sesuatu dilakukan dengan hati dan pikiran yang terbuka (jernih), menjauhkan diri dari prasangka buruk atau prasangka baik. Selain itu, Suara Merdeka juga menjunjung falsafah jawa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
dalam setiap pemberitaan yang akan disajikan-orang jawa mengenakan keris di belakang yang memiliki makna kesantunan diutamakan- (Hasil wawancara dengan redaktur pelaksana Suara Merdeka, Ananto Pradono). C. Susunan Organisasi Suara Merdeka Suara Merdeka merupakan sebuah institusi pers, maka bagian penerbitan produk pers menjadi pokok dari organisasi tersebut. Namun, bagian penerbitan tersebut juga harus didukung oleh bagian lain agar setiap bidang pekerjaan dapat dilakukan secara maksimal. Di bawah ini merupakan rangkuman susunan organisasi Suara Merdeka (Suara Merdeka, 3 Juli 2011): 1. Komisaris Utama 2. Pemimpin Umum 3. Pemimpin Redaksi 4. Wakil Pemimpin Redaksi 5. Redaktur Senior 6. Redaktur Pelaksana 7. Koordinator Liputan 8. Sekretaris Redaksi 9. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) 10. Pusat Data dan Analisa 11. Personalia 12. Redaktur Artistik 13. Kepala Biro 14. Direktur Pemberitaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
15. Direktur SDM 16. Manajer Iklan 17. Manajer Pemasaran 18. Manajer Riset dan Pengembangan 19. Manajer TU/Personalia 20. Manajer Keuangan 21. Manajer Pembukuan 22. Manajer Logistik/Umum
D. Bidang Redaksional Suara Merdeka 1. Rincian Tugas Departemen Redaksi Suara Merdeka Bagian redaksional media merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembuatan berita dalam media massa. Bagian ini merupakan sebuah tim yang merupakan satu kesatuan. Tim itu terdiri dari Pimpinan Redaksi, Dewan Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Sekretaris Redaksi, Kepala Desk, Kepala Biro, Reporter, serta staf pendukung lainnya. Masing – masing bagian ini memiliki tugas, tanggung jawab serta fungsi sendiri – sendiri. Untuk lebih jelasnya, tugas dari masing – masing komponen bidang keredaksian tersebut adalah: a) Pemimpin Redaksi (Pemred) bertanggungjawab kepada pemimpin terhadap keseluruhan tugas dan kewajiban departemen redaksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
b) Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) I bertanggungjawab kepada Pemred dan mewakili atau bahkan menggantikan tugas Pemred bila ditunjuk atau saat Pemred sedang berhalangan. c) Wakil Pemimpin Redaksi II bertanggungjawab kepada Pemred dan Wapemred I. Ia berhak mewakili dan mnggantikan tugas Pemred bila Pemred dan Wapemred I berhalangan. Ia juga memberikan masukan dalam strategi sebagai pemberitaan dan redaksional. d) Dewan Redaksi adalah dewan atau forum yang dipimpin oleh Pemred dengan anggota terdiri dari Wapemred, Redaktur Senior, Redaktur Pelaksana. Dewan redaksi bertugas memberikan masukan mengenai kebijakan redaksional secara umum. e) Redaktur Pelaksana (Redpel) bertanggungjawab kepada Pemred atau Wapemred dalam mengendalikan seluruh isi berita atau opini surat kabar. f) Sekretaris Redaksi bertanggungjawab kepada Pemred dan Wapemred dalam melaksanakan tugas – tugas kesekretariatan di Departemen Redaksi, termasuk surat - menyurat internal redaksi serta melakukan tugas kompilasi berita yang dibantu modum dan internet. g) Kepala Desk bertanggungjawab kepada Redpel dalam merancanakan program untuk desknya masing-masing secara harian maupun mingguan (berkala), menugaskan, mengorganisasikan dan mengendalikan wartawan untuk penyelesaian atas program – program liputan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
h) Redaktur Malam bertanggungjawab kepada Redpel dalam memantau perkembangan berita dengan memperhatikan semua fasilitas informasi ( TV, Internet, Reuters dan Antara) mulai pukul 22.00 – 02.00 WIB. i) Kepala Biro bertanggung jawab kepada Pemred dan Wapemred. Bersama staf
melakukan
perencanaan,
pengoraganisasian,
penerapan
dan
pengendalian seluruh tugas pracetak, jaringan dan pemeliharaan. j) Reporter bertanggunagjawab kepada Kepala Desk dan Kepala Biro. Ia bertugas melakukan tugas-tugas liputan sesuai tugas nyang dibebankan Kepada Desk atau Kepala Biro kepadanya. k) Kepala Pracetak bertanggungjawab kepada Pemred dan Wapemred. Bersama staf melakukan perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengendalian seluruh tugas pracetak, jaringan dan pemeliharaan. l) Kepala Litbang bertanggungjawab kepada Pemred/Wapemred. Bersama staf melakukan tugas – tugas penelitian dan pengembangan berdasarkan kreativitas sendiri maupun order dari Pemred/Wapemred. m) Kepala pusat dokumentasi bertanggungjawab kepada Pemred/ Wapemred. Bersama staf melakukan persiapan pengadaan buku, kliping, foto dan bahan dokumentasi lainnya yang dibutuhkan redaksi untuk melengkapi berita atau tulisan yang akan dimuat. n) Kepala Tata Wajah bertanggungjawab kepada Redpel. Ia bertugas merencanakan pola tata muka untuk seluruh halaman. o) Kepala
Personalia
atau
Diklat
bertanggungjawab
kepada
Pemred/Wapemred dalam menyusun program peningkatan kualitas SDM
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
wartawan melalui program intern maupun ekstern di lembaga – lembaga resmi. p) Kepala Tata Usaha dan Administrasi Redaksi bertanggungjawab kepada Pemred. Wapemred untuk melakukan tugas-tugas administrasi dan keuangan untuk operasional redaksi, honor wartawan dan tambahan operasional bulanan. q) Editor bahasa bertanggungjawab kepada Redpel. Ia bertugas untuk mengoreksi dan membetulkan naskah dari sisi tata tulis maupun penggunaan bahasa sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. r) Karikaturis atau Illustrator bertugas melakukan visualisasi isu dalam bentuk karikatur berdasarkan kreatifitas sendiri maupun pesanan dari Pemred/Wapemred/Repel. 2. Kebijakan Redaksional Suara Merdeka Bidang redaksional merupakan komunikator professional yang memiliki fungsi sebagai gate keeper, yakni memilih, mengubah, dan menolak pesan sehingga mempengaruhi aliran informasi kepada seseorang atau sekelompok penerima. Oleh karena itu, bidang ini merupakan pengambil kebijakan redaksional media. Sebagai surat kabar yang telah menjadi besar dan karenanya tidak bisa dilepaskan dari kepentingan-kepentingan bisnis, maka sudah sewajarnya jika kebijakan redaksional juga mempertimbangkan aspek bisnis ini disamping aspek ideal. Oleh karena itu, pertimbangan khusus dan fleksibilitas kebijakan harus tetap dijaga yang pada dasarnya merupakan kompromi antara aspek ideal dan material tanpa merugikan kepentingan salah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
satu aspek itu. Dalam hal ini harus ada keserasian hubungan antara kebijakan redaksional dengan stakeholder perusahaan, misalnya pemerintah, aparat keamanan, pemasang iklan, pemilik, bank, dan sebagainya. Menyadari perjalanan selama ini, Suara Merdeka telah memposisikan dirinya sebagai korannya orang Jawa Tengah. Artinya, Suara Merdeka hidup, tumbuh dan berkembang bersama gerak dan dinamika masyarakat Jawa Tengah. Oleh karena itu strong point pemberitaan dan kebijakan redaksional tetap harus mengutamakan segala masalah dan kepentingan Jawa Tengah. Untuk berita yang terjadi di Jawa Tengah, Suara Merdeka harus tetap nomor satu, baik dalam aktualitas maupun kelengkapannya. Baru kemudian memberikan kebutuhan lain dari pembaca berupa berita – berita nasional, internasional (dalam bidang politik, ekonomi, hiburan, olahraga, dsb). Dengan demikian, kebijakan redaksional harus menjamin bahwa pembaca merasa terpenuhi kebutuhannya dengan berlangganan satu surat kabar, yaitu Suara Merdeka. Aspek ideal yang lain perlu diemban adalah bagian kebujakan redaksional mampu mengangkat harkat kemanusiaan, khususnya golongan ekonomi lemah yang masih tertinggal sebagai bagian mayoritas dari masyarakat Indonesia sekarang, dalam konteks poltik, budaya, ekonomi, dsb. Oleh karena itu, segala ihwal yang menyangkut hak asasi penegakkan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi harus memiliki titik perhatian penting. Khususnya yang menyangkut kepentingan masyarakat Jawa Tengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Segmen pasar yang dituju sudah jelas, yakni masyarakat geografis Jawa Tengah dan masyarakat lain yang masih memiliki ikatan primordial dengan Jawa Tengah meskipun tinggal di luar daerah ini. Berdasarkan survei sosiografisnya,
maka kecenderungan pembaca Suara
Merdeka adalah
menengah ke atas, baik dalam tingkat pendidikan maupun penghasilannya. Kebijakan redaksional juga harus terus mengarah pada kebutuhan segmen geografis masyarakat pembacanya. Selain itu, meskipun berita memiliki nilai – nilai universal, namun tetap bisa diarahkan kepada kepentingan pembacanya. Misalnya, dengan memperhatikan aspek pemerataan pemberitaan. Selain itu juga memperhatikan tren berita yang lebih disukai pembaca yang diketahui lewat angket dan masukan – masukan lainnya. Sedangkan untuk porsi pemberitaan, gambaran, ulasan, laporan Suara Merdeka secara umum, melalui kebijakan rubrikasi dan pengaturan halaman, berkisar sebagai berikut: a) Berita Regional (Jawa Tengah/ DIY termasuk Semarang) = 50% b) Berita Nasional (termasuk daerah perbatasan) = 30% c) Berita Internasional = 20% (Widiastuti, 2008: 15) Ditinjau dari jenisnya, maka isi Suara Merdeka meliputi berbagai bidang: politik, ekonomi, hukum, kriminalitas, olahraga, kebudayaan, pendidikan,
teknologi,
hiburan,
lingkungan hidup,
kemanusiaan,
dan
sebagainya. Titik sentuh bidang-bidang itu tetap harus mengacu pada segmen geografis. Jika ditinjau dari jenis tulisan yang ada di dalamnya juga bervariasi, yakni terdiri dari straight news, soft news, feature news, indeph news, artikel,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
opini, dan hiburan lainnya. Di setiap pemberitaan yang komersial tentu tak bisa dilepaskan dari keberadaan iklan. Perbandingan antara pemberitaan dan iklan adalah 75 % untuk pemberitaan dan 25 % untuk iklan. E. Rubrikasi Suara Merdeka Suara Merdeka setiap harinya hadir dengan 32 halaman yang terbagi dalam 12 halaman untuk berita nasional dan sekitar Jawa Tengah, 8 halaman untuk suplemen Spirit yang menyajikan berita olahraga mencakup Internasional dan nasional serta berita tentang selebrita, dan 12 halaman untuk Solo Metro yang berisi berita meliputi wilayah eks - karisedanan Surakarta. Khusus untuk terbitan hari sabtu, terdiri dari 12 halaman berita nasional dan seputar Jawa Tengah, 4 halaman untuk suplemen Spirit,
8 halaman Solo Metro, dan 8
halaman untuk suplemen Advertensia. Sedangkan pada edisi minggu, terbagi dalam 12 halaman yang memuat peristiwa berskala nasional dan internasional, 8 halaman memuat berita daerah – daerah yang mencakup wilayah Jawa Tengah dan 12 halaman disajikan untuk berita – berita yang sifatnya ringan dan ditujukan untuk pembaca remaja dan anak – anak. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini merupakan rubrik-rubrik yang ada di Harian Suara Merdeka: Tabel 2.13 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi I Halaman
Deskripsi
1
HALAMAN MUKA: berisi berita – berita aktual yang paling menarik yang terjadi baik itu berita ekonomi, politik maupun bidang lainnya dalam taraf internasional, nasional bahkan lokal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
2
3 4–5
6
7 8
9
10
11 12
Rubrik NASIONAL: berisi berita atau informasi yang bersifat nasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Rubrik HUKUM: berisi informasi peristiwa yang berkaitan dengan hukum dan kriminal yang bersifat nasional. Rubrik EKONOMI & BISNIS: berisi tentang perkembangan kurs valuta asing, nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan berbagai bank, pasar modal ataupun kebijakan – kebijakan moneter pemerintah. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom sekilas ekonomi yang menampilkan berita – berita ekonomi secara ringkas dan terbatas. Rubrik WACANA: berisi tajuk rencana, karikatur dan artikel yang membahas suatu permasalahan yang ditulis oleh wartawan surat kabar tersebut atau bahkan pembaca hingga penulis freelance yang sifatnya nasional. Rubrik WACANA LOKAL: berisi artikel – artikel kiriman dari pembaca serta terdapat kolom surat pembaca. Rubrik INTERNASIONAL: berisi tentang berita – berita hangat internasional, konflik dari berbagai belahan dunia, dan peristiwa lainnya. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom lintas jagat yang menampilkan berita internasional secara ringkas. Rubrik EDUKASIA: berisi seputar informasi pendidikan. Terdapat kolom lintas akademia, yang berisi infromasi kegiatan sekolah dan informasi pendidikan yang disajikan dengan ringan. Selain itu, terdapat pula kolom suara guru. Memuat berita – berita aktual dan menarik, aik yang bersifat politik, hukum dan kriminal, maupun bidang –bndag lainnya yang berskala nasional. Berisi sambungan berita dari halaman muka. Rubrik NASIONAL: berisi berita – berita aktual dan menarik, baik berita yang sifatnya ekonomi, politik, maupun bidang – bidang lainnya yang berskala nasional dan sifatnya lebih ringan dibandingkan pada halaman 2. Pada halaman ini juga terdapat kolom SOSOK, yang berisi cerita atau pengalaman seorang tokoh publik atau public figure.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Tabel 2.14 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi II
Halaman
Deskripsi
13 - 16
Rubrik SPIRIT: memuat berita – berita seputar olahraga yang terjadi di lingkup nasional maupun Internasional. IKLAN KECIK
17 – 18 19
20
Rubrik TEKNOLOGI: memuat informasi seputar teknologi, inovasi baru yang terjadi di lingkup nasional dan internasional. Terdaat juga kolom ACARA TV. Rubrik SELEBRITA: berisi informasi tentang kehidupan selebriti baik dari Mancanegara ataupun lingkup nasional. Terdapat juga kolom Blitz yang berisi informasi selebritis secara singkat dan jelas.
Tabel 2.15 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi III Halaman
Deskripsi
A
Rubrik SOLO METRO: halaman ini digunakan untuk menempatkan berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom suara msyarakat dan agenda kota. Rubrik PROBISNIS: pada halaman ini ditampilkan berita – berita seputar ekonomi dan bisnis di wilayah eks – Karesidenan Surakarta. Rubrik SOLO METROPOLITAN: memuat berita – berita yang terjadi di Kota Solo. Pada hari – hari tertentu terdapat kolom yang menyajikan artikel yang ditulis baik oleh wartawan Suara Merdeka maupun dari pembaca. Rubrik SUKOHARJO – WONOGIRI: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Suoharjo dan Wonogiri. Rubrik KARANGANYAR – SRAGEN: memuat berita – berita yang terjadi di kawasan Karanganyar dan Sragen. Rubrik MANAHAN: berisi infromasi hiburan dan berita – berita tentang seni dan olahraga di eks – akresidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom SRIWEDAREN yang berisi daftar acara pertunjukan di hotel, kafe, ataupun gedung lain di kawasan Solo.
B-C
D–E
F G H
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
I
Diisi dengan dua rubrik, yakni: - Rubrik BOYOLALI: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Boyolali, dan - Rubrik KRIMINAL & HUKUM: berisi berita – berita yang berkaitan dengan kriminal dan hukum di sekitar wilayah eks – Karesidenan Surakarta. Terdapat kolom PATROLI yang memuat berita singkat tentang hukum dan kriminal.
J
Terdiri dari dua rubrik, yaitu: - Rubrik LINTAS JATENG: memuat berita – berita yang terjadi di kawasan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Purwodadi, wilayah Pantura bagian timur dan bagian barat. Selain itu terdapat kolom SEKILAS DAERAH yang berisi informasi ringan seputar daerah Jawa Tengah, dan - IKLAN KECIK SOLO METRO Rubrik LINTAS JATENG – DIY: menampilkan berita –berita yang terjadi di wilayah Yogyakarta, Kebumen, Magelang, Purworejo, dan Temanggung. Selain itu terdapat kolom SEKILAS DAERAH yang berisi informasi ringan seputar daerah Jawa Tengah dan DIY. Rubrik KLATEN: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Klaten. Terdapat kolom ASPIRASI, berisi tentag aspirasi yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengalaman kesuksesan dan kolom POJOK TRIKOYO, yang berisi informasi singkat di daerah Klaten
K
L
Tabel 2.16 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi I Halaman
Deskripsi
1
HALAMAN MUKA: berisi berita – berita aktual yang paling menarik yang terjadi baik itu berita ekonomi, politik maupun bidang lainnya dalam taraf internasional, nasional bahkan lokal. Rubrik NASIONAL & HUKUM: berisi berita atau informasi yang bersifat nasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial serta peristiwa hukum dan kriminal. Rubrik EKONOMI & BISNIS: berisi tentang perkembangan kurs valuta asing, nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan berbagai bank, pasar modal ataupun kebijakan – kebijakan moneter pemerintah. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom sekilas ekonomi yang menampilkan berita – berita ekonomi secara ringkas dan terbatas.
2-3
4–5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
6
7 8-9
10 11 12
Rubrik WACANA: berisi tajuk rencana, karikatur dan artikel yang membahas suatu permasalahan yang ditulis oleh wartawan surat kabar tersebut atau bahkan pembaca hingga penulis freelance yang sifatnya nasional. Rubrik WACANA LOKAL: berisi artikel – artikel kiriman dari pembaca serta terdapat kolom surat pembaca. Rubrik NASIONAL: memuat peristiwa – peristiwa yang terjadi di wilayah cakupan Jateng dengan berita yang bertaraf nasional. Rubrik SPORT: berisi seputar informasi olahraga yang bertaraf nasional dan internasional. Berisi sambungan berita dari halaman muka. Rubrik NASIONAL: berisi berita – berita aktual dan menarik, baik berita yang sifatnya ekonomi, politik, maupun bidang – bidang lainnya yang berskala nasional dan sifatnya lebih ringan dibandingkan pada halaman 2. Pada halaman ini juga terdapat kolom SOSOK, yang berisi cerita atau pengalaman seorang tokoh publik atau public figure. Tabel 2.17 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi II
Halaman
Deskripsi
13 - 16
Rubrik SPIRIT: memuat berita – berita seputar olahraga yang terjadi di lingkup nasional maupun Internasional. Rubrik INTERNASIONAL: berisi tentang berita – berita hangat internasional, konflik dari berbagai belahan dunia, dan peristiwa lainnya. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom lintas jagat yang menampilkan berita internasional secara ringkas. Rubrik Edukasia: berisi seputar informasi pendidikan yang mencakup wilayah Jawa Tengah. Rubrik KAMPUS: berisi seputar informasi mahasiswa dan perguruan tinggi. Terdapat juga kolom debat yang berisi perbandingan pendapat antar mahasiswa tentang suatu topik tertentu. Pada halaman ini juga terdapat kolom ACARA TV. Rubrik SELEBRITA: berisi informasi tentang kehidupan selebriti baik dari Mancanegara ataupun lingkup nasional. Terdapat juga kolom Blitz yang berisi informasi selebritis secara singkat dan jelas.
17
18 19
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Tabel 2.18 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi III Halaman
Deskripsi
A
Rubrik SOLO METRO: halaman ini digunakan untuk menempatkan berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom suara msyarakat dan agenda kota. Rubrik SOLO: memuat berita – berita yang terjadi di Kota Solo. Pada hari – hari tertentu terdapat kolom yang menyajikan artikel yang ditulis baik oleh wartawan Suara Merdeka maupun dari pembaca. Rubrik PROBISNIS: pada halaman ini ditampilkan berita – berita seputar ekonomi dan bisnis di wilayah eks – Karesidenan Surakarta. Rubrik SUKOHARJO – WONOGIRI: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Suoharjo dan Wonogiri. Terdiri dari dua rubrik, yaitu: - Rubrik BOYOLALI: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Boyolali. - Rubrik MANAHAN: berisi infromasi hiburan dan berita – berita tentang seni dan olahraga di eks – akresidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom SRIWEDAREN yang berisi daftar acara pertunjukan di hotel, kafe, ataupun gedung lain di kawasan Solo. Diisi dengan dau rubrik, yakni: - Rubrik KARANGANYAR – SRAGEN: memuat berita – berita yang terjadi di kawasan Karanganyar dan Sragen. - IKLAN KECIK SOLO METRO Rubrik LINTAS JATENG – DIY: menampilkan berita –berita yang terjadi di wilayah Yogyakarta, Kebumen, Magelang, Purworejo, dan Temanggung. Selain itu terdapat kolom SEKILAS DAERAH yang berisi informasi ringan seputar daerah Jawa Tengah dan DIY. Rubrik KLATEN: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Klaten. Terdapat kolom ASPIRASI, berisi tentag aspirasi yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengalaman kesuksesan dan kolom POJOK TRIKOYO, yang berisi informasi singkat di daerah Klaten
B
C
D E
F
G
H
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Tabel 2.19 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi IV Halaman
Deskripsi
1
Rubrik ADVERTENSIA: memuat sebuah artikel berkaitan dengan iklan produk dan perusahaan yang ditulis oleh salah seorang pakar tertentu. Rubrik SERBA SERBI: berisi iklan kolom dari berbagai jenis barang. Rubrik LOWONGAN: berisi iklan lowongan pekerjaan. Seli itu terdapat kolom galeri, yang isinya untuk memperkenalkan dan memberikan tawaran produk baru. Terdiri dari dua rubrik: Rubrik SERBA SERBI, dan Rubrik LOWONGAN Rubrik OTOMOTIF: berisi tentang iklan jual – beli alat transportasi. Berisi tentang tips – tips yang bermanfaat bagi kehidupan pembaca. Selain itu, terdapat kolom GRIYA, yang berisi iklan jual – beli rumah serta kolom LOWONGAN. Kelanjutan dari rubrik GRIYA pada halaman 6.
2 3
4
5 6
7 8
Keseluruhan dari halaman ini berisi tentang tips – tips dari Suara Merdeka untuk pembaca.
Tabel 2.20 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi I Halaman
Deskripsi
1
HALAMAN MUKA: berisi berita – berita aktual yang paling menarik yang terjadi baik itu berita ekonomi, politik maupun bidang lainnya dalam taraf internasional, nasional bahkan lokal. Rubrik BINCANG – BINCANG: memuat informasi tentang profil seseorang ternama atau memiliki prestasi tertentu. Terdapat juga kolom GAYENG SEMARANG, yang berisi artikel dari pembaca atau awak media tentang suatu topik. Rubrik JEJAK: memuat informasi tentang kisah atau perjalanan hidup seseorang yang mampu memberikan aspirasi bagi orang yang membacanya.
2
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
4 5–6 7 8 9 10 11
12
LAPORAN UTAMA: berisi berita yang ditulis sebagai laporan utama, yaitu lengkap dan detail Rubrik OLAHRAGA: berisi informasi olahraga baik bertaraf nasional maupun internasional. Rubrik KRIMINALITAS: memuat berita – berita yang bersifat kriminal di lingkup nasional. IKLAN KECIK Berisi sambungan berita dari halaman muka. Rubrik HIBURAN berisi informasi yang bersifat hiburan, seni, keartisan dan sebagainya. Rubrik INTERNASIONAL: berisi tentang berita – berita hangat internasional, konflik dari berbagai belahan dunia, dan peristiwa lainnya. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom lintas jagat yang menampilkan berita internasional secara ringkas. Rubrik FRAME: berisi foto – foto jurnalistik tentang kehidupan masyarakat yang bersifat artistik dan human interest.
Tabel 2.21 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi II Halaman
Deskripsi
13
Rubrik FOKUS JATENG: berisi berita – berita yang bersifat nasional. Rubrik SEMARANG METRO: memuat informasi peristiwa – peristiwa yang terjadi di wilayah Semarang. Terdapat juga kolom SEPUTAR TUGUMUDA yang isinya memuat berita singkat. Rubrik SOLO METRO: halaman ini digunakan untuk menempatkan berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom suara msyarakat dan agenda kota. Rubrik SUARA PANTURA: berisi tentang berita – berita yang terjadi di kawasan pantai utara sebelah barat, mulai dari Brebes, pekalingan, Tegal, dan Pemalang. Rubrik SUARA MURIA: memuat berita – berita yang yang terjadi di kawasan pantai utara sebelah timur, sperti Pati,, Jepara, Kudus, Rembang, Blora). Rubrik KEDU – DIY: menampilkan berita – berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Kedu (Kebumen, Magelang,
14
15
16
17
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
19 20
Purworejo, dan Temanggung) dan Yogyakarta. Rubrik SUARA BANYUMAS: Berisi berbagai informasi seputar peristiwa yang terjadi di wilayah sekitar Banyumas. Rubrik SANG PAMOMONG: memuat tulisan sastra Jawa. Terdapat juga kolom BLENCONG yang berisi artikel dari pembaca yang ditulis dengan bahasa Jawa.
Tabel 2.22 Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi III Halaman
Deskripsi
A
Rubrik EKSPOSE: Berisi informasi peristiwa teraktual seputar dunia remaja dan anak, yang dikemas seperti laporan utama. Rubrik SUARA MUDA: memuat informasi seputar permasalahan remaja yang sekaligus terdapat kolom KONSULTASI REMAJA yang dipandu oleh seorang pakar. Ada juga kolom – kolom yang lain seperti: bintang bicara berisi ramalan zodiak, cerpen, puisi dan opini. Rubrik YUNIOR: berisi informasi seputar dunia anak – anak (yunior). Terdapat kolom CERMIN yang diampu oleh seorang pakar. Ada juga kolom WARIOR (wartawan yunior) yang berisi hasil karya jurnalistik dari pembaca yunior, kolom CERITA KITA berisi cerita pendek, kolom BINAR berisi profile yunior yang berperstasi dan kolom Liberty berisi liputan suatu acara tertentu yang berkaitan seputar dunia yunior. Rubrik KONEK: memuat informasi tentang produk – produk elektronik digital terbaru yang bermanfaat untuk menunjang perangkat elektronik. Selain itu, juga berisi informasi mengenai berbagai perangkat elektronik mutakhir. Rubrik ini disajikandengan maksuf untuk memberikan alternatif piliha produk elektronik dan menyiasati pembelian produk yang baik dan berkualitas.
B-C
D-E
F
G
Rubrik KOMUNITAS: mengulas tentang profil lengkap suatu komunitas.
H
Rubrik KESEHATAN: berisi informasi seputar dunia kesehatan, terdapat kolom yang memuat tentang tips = tips kesehatan. Rubrik SERAT: memuat cerita pendek yang ditulis oleh salah satu pembaca dan juga terdapat puisi – puisi hasil karya pembaca Suara Merdeka. Rubrik APPETITE: berisi informasi seputar mode baju terbaru dan dilengkapi dengan foto – fot fashion. Selain itu juga terdapat
I
J
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
infomasi tentang makanan dan resepnya. Rubrik HUMOR: berisi karikatur cerita humor dan teka – teki silang. Rubrik JALAN – JALAN: mengulas seputar informasi objek – objek wisata nasional maupun mancanegara lengkap dengan segala pernak – perniknya.
K L
Namun untuk hari Minggu dan saat-saat tertentu halaman bisa berubah sesuai dengan kebijakan redaksi. F. Profil Pembaca Suara Merdeka Suara Merdeka sebagai korannya orang Jawa Tengah tentu berusaha menyesuaikan diri dengan khalayaknya. Surat kabar ini harus memahami karakteristik pembacanya dengan melihat letak geografis dan kebudayaan Jawa Tengah. Untuk itu, Suara Merdeka menggunakan hal tersebut sebagai dasar petimbangan dalam menyajikan berita yang benar-benar sesuai dengan kebudayaan dan selera pembacanya.
Tabel 2.23 Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Persentase
Tidak tamat SD
18%
SD
9%
SLTP
18%
SLTA
41%
Akademisi/ PT
14%
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Table 2.24 Prosentrase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Usia Usia
Persentase
Usia di bawah 25 tahun
30%
Usia di atas 25 tahun
70%
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
Table 2.25 Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Persentase
Pria
70%
Wanita
30%
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
Table 2.226 Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Pekerjaan Usia
Persentase
Kantor
30%
Wiraswasta
40%
Mahasiswa
20%
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
G. Pola Liputan Suara Merdeka Tak jauh beda dengan Harian Umum Solopos, Suara Merdeka juga memiliki pola peliputan yang terbagi dalam dua kategori, yaitu edisi harian (senin s/d sabtu) dan edisi hari minggu. Edisi harian menyajikan berita – berita yang sifarnya aktual, sedangkan edisi minggu menyajikan informasi ringan dan menghibur,
khususnya
pada
masalah
commit to user
–
masalah
berita
hiburan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab III ini berisi data, yang terdiri atas berita-berita yang berkaitan dengan polemik pabrik es Saripetojo di surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka berikut analisisnya. Sesuai dengan periode penelitian yang diambil peneliti, yakni bulan Juni hingga Juli 2011, terdapat 58 judul yang dimuat oleh Harian Umum Solopos dan 53 item berita di Suara Merdeka. Dari banyaknya berita yang dimuat pada masing-masing surat kabar tersebut, oleh karenanya peneliti melakukan kategorisasi permasalahan dengan melihat
kemudian menentukan tema-tema
pokoknya. Pada tahap berikutnya, berita yang isinya masuk dalam tema pokok diambil salah satu. Kemudian terpilihlah empat berita yang sesuai dengan empat tema pokok yang berkaitan dengan permasalahan yang diberitakan dan sama-sama diangkat oleh Solopos dan Suara Merdeka. Sesuai yang telah diuraikan pada bab I, dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis framing model Pan-Kosicki. Menurut peneliti, berita-berita tersebut lebih sesuai jika dianalisis dengan model Pan-Kosicki. Namun, ada beberapa bagian berita yang tidak tersurat dalam struktur analisis model Pan-Kosicki. Hal ini tentu disesuaikan dengan
bagaimana format penulisan berita pada kedua surat kabar
tersebut. Untuk sistematika penulisan bab ini diawali dengan diskripsi tema dalam perspektif polemik pabrik es Saripetojo, kemudian menampilkan elemen-elemen struktur berita menurut model Pan-Kosicki dan analisis teks berita yang dipilih. Hasil
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
persilangan tema yang diangkat dari dua surat kabar tersebut adalah warga protes pembongkaran Saripetojo; perseteruan Gubernur - Walikota; pembentukan tim Independen: sebagai Mediator polemik Saripetojo; dan hasil kajian tim Independen. Tabel 3.1 Daftar Berita yang Dianalisis HARIAN UMUM SOLOPOS NO.
Tema Berita
Judul Berita
Hari & Tanggal
Halaman
Terbit 1.
Warga protes
Polemik
Rabu, 22 Juni
II (Rubrik Solo
pembongkaran
Pembangunan
2011
Raya)
Saripetojo
bekas Saripetojo, Warga - Pelaksana Bersitegang
2.
Perseteruan
Persetruan
Selasa, 28 Juni
1 (Rubrik
Gubernur –
Gubernur –
2011
Solopos
Walikota
Walikota
Nasional)
memanas, Solo Tolak Bibit 3.
Pembentukan tim
Tim Independen
Senin, 4 Juli
1 (Rubrik
Independen:
Kaji Amdal
2011
Solopos
Sebagai Mediator
Saripetojo
Nasional)
Polemik Saripetojo 4.
Hasil kajian tim
Jokowi Pilih
Sabtu, 9 Juli
1 (Rubrik
Independen
Tunggu BP3,
2011
Solopos
Tim: Saripetojo
Nasional)
Tak Layak BCB SUARA MERDEKA 1.
Warga protes
Penolakan Proyek
Rabu, 22 Juni
A (Rubrik Solo
pembongkaran
Mal Berlanjut
2011
Metro)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Saripetojo 2.
Persetruan
Bibit Ditolak
Selasa, 28 Juni
10 (Rubrik
Gubernur -
Masuk Solo
2011
Jateng)
Pembentukan tim
Dibentuk Tim
Senin, 4 Juli
E (Rubrik Solo
Independen:
Independen Kasus
2011
Metropolitan)
Sebagai Mediator
Saripetojo
Walikota 3.
Polemik Saripetojo 4.
Hasil kajian tim
Saripetojo Tak
Sabtu, 9 Juli
12 (Rubrik
Independen
Layak Jadi Cagar
2011
Nasional)
Budaya, Hasil Kajian Tim 3 Universitas III.1 Warga Protes Pembongkaran Saripetojo
Pembongkaran bangunan pabrik es Saripetojo oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menimbulkan protes dan penolakan dari masyarakat Solo. Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam beberapa wadah organisasi beserta warga yang tinggal di sekitar Saripetojo bersatu untuk menolak adanya pembongkaran pabrik es tersebut. Mereka tidak menginginkan adanya perusakan bangunan Saripetojo dan kemudian dibangun untuk dijadikan pasar modern, karena mereka menilai bahwasannya Saripetojo masuk dalam kategori Benda Cagar Budaya (BCB) yang telah terdaftar dalam inventarisasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Dari berbagai pemberitaan media khususnya pada surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka, upaya warga untuk mempertahankan bangunan Saripetojo tersebut terus dilakukan selama aktivitas pembongkaran tidak dihentikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Diantara upaya - upaya tersebut, dilakukan dengan cara memrotes dan meminta petugas proyek pembongkaran menghentikan aktivitasnya. Namun, upaya warga tersebut gagal karena petugas proyek
tidak mau menghentikan
pembongkaran tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga akan melakukan perlawanan jika warga melakukan tindakan nekat dalam upaya menghentikan aktivitas pembongkaran tersebut (Suara Merdeka, 22 Juni 2011). Padahal, warga hanya meminta untuk menghentikan sementara sampai ada hasil keputusan resmi dari BP3 Jateng terkait status Saripetojo, apakah dikategorikan dalam cagar budaya atau tidak (Solopos, 22 Juni 2011). Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka tentunya memiliki strategi pengemasan tersendiri atas berita dengan pokok permasalahan warga memrotes aktivitas pembongkaran Saripetojo tersebut. Apakah upaya warga tersebut dimaknai sebagai tindakan negatif atau positif (represif atau tidak)?, pihak mana yang dianggap tindakannya itu benar dan mana yang salah? ataukah masing-masing media memiliki perspektif lain dalam melihat peristiwa ini. Seperti yang dikatakan Turner dikutip oleh John Lofland bahwa analisa tentang protes menurut definisi subyektif dan publik selalu ”berseberangan” dengan protes yang didefinisikan dan digambarkan sebagai fenomena obyektif. Dalam fenomena obyektif, protes sebenarnya menunjuk sebagai upaya permintaan pertanggungjawaban atas tindakan orang lain. Tetapi dalam definisi subyektif, kata protes dapat dimaknai sebagai tindakan yang identik dengan kekerasan dan kerusuhan (Lofland, 2003: 2-3).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Tapi yang pasti dalam beberapa kamus, kata protes dimaknai sebagai kata benda dan kata kerja yang berarti pernyataan pendapat secara beramairamai dan biasanya berupa pembangkangan, keluhan, keberatan atau ungkapan ketidaksukaan terhadap suatu gagasan atau tindakan (Lofland, 2003: 2). Secara sederhananya, sesuatu aktivitas dapat dikatakan sebagai protes jika memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut: penolakan atau keberatan terhadap sesuatu yang berseberangan, yang sudah tidak dapat ditoleransi, yang ditujukan kepada pribadi atau lembaga yang berkuasa, secara beramai-ramai dan resmi, dilakukan secara terbuka, didasari oleh rasa ketidakadilan. Di bawah ini akan disajikan bagaimana pembingkaian berita terhadap aksi penolakan dan protes warga tersebut pada dua surat kabar, yakni Solopos dan Suara Merdeka. B. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam bingkai Harian Umum Solopos 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema warga protes pembongkaran Saripetojo pada Solopos Elemen struktur berita surat kabar Harian Umum Solopos berkenaan dengan tema warga protes pembongkaran adalah berita berjudul Polemik Pembangunan Bekas Saripetojo, Warga-Pelaksana Proyek Bersitegang, diterbitkan Rabu, 22 Juni 2011 di halaman II rubrik Solo Raya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
2. Analisis struktur berita ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo, Warga-pelaksana proyek bersitegang” pada Solopos a) Struktur Sintaksis Tema aksi protes warga atas pembongkaran Saripetojo diangkat awak media Solopos dengan judul ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo, Warga-pelaksana proyek bersitegang”.
Kata ”polemik” memberikan
pemaknaan bahwa pembongkaran bangunan Saripetojo menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak dan kata ”bersitegang” mengandung arti situasi dan kondisi kedua belah pihak pada saat kejadian, yaitu warga dengan pelaksana proyek saling bertentangan keras dalam mempertahankan pendapat mereka masing-masing. Dalam frase ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo” pada headline dicetak dengan huruf yang tidak terlalu besar dan tipis, Solopos ingin menunjukan judul berita ini mengandung peristiwa yang continuitas (bersambung). Sedangkan frase ”Warga-pelaksana proyek bersitegang” dicetak dengan huruf yang cukup besar sekaligus tebal, Solopos ingin mengundang ketertarikan khalayak untuk membaca berita ini sekaligus memberikan penekanan pada peristiwa ketika warga dan pelaksana proyek berseteru. Kemudian adanya sub judul ”Tolak Berhenti” untuk memberikan batasan pembahasan. Pertama, membahas penolakan pembongkaran yang dilakukan oleh warga dan kedua, membahas tanggapan dari petugas proyek terkait aksi warga tersebut. Sebagai teras berita (lead), Solopos mengemasnya sebagai berikut: Laweyan (Espos) Belasan orang yang mengatasnamakan perwakilan dari pedagang pasar dan masyarakat Kota Solo memrotes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
pembongkaran bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo, Purwosari, Laweyan, Selasa (21/6). (Lampiran 1) (cetak tebal peneliti). Dalam kalimat di atas, pembaca hendak dibawa pada terjadinya aksi penolakan
yuang
dilakukan
oleh
kondisional pada proposisi ”yang
masyarakat.
Terdapatnya
koherensi
mengatasnamakan perwakilan dari
pedagang pasar dan masyarakat Kota Solo” menguatkan bahwa penonjolan dalam lead tersebut dilakukan pada unsur who, yakni aksi protes datang tidak hanya
dari para pedagang pasar tetapi juga masyarakat Solo. Ini
mengonstruksikan bahwa pembongkaran pabrik es Saripetojo ditolak oleh seluruh warga Solo. Setelah kalimat lead, Solopos menyajian beberapa kalimat latar sebagai berikut: Mereka ingin pembongkaran bangunan yang dianggap benda cagar budaya (BCB) itu dihentikan karena menyalahi UU Cagar Budaya. Wacana yang berkembang, di lokasi itu akan dibangun mal. (Lampiran -, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 1) (cetak tebal peneliti). Mereka juga mencoba masuk ke halaman bekas Pabrik Es Saripetojo untuk menemui pelaksana proyek pembongkaran. Kala itu warga berhasil menerobos masuk dan menemui pelaksana proyek pembongkaran (Lampiran 1, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 2). Kata ”menyalahi” pada paragraf 1 memiliki sinonim tidak mematuhi atau menentang ini dipakai untuk menekankan bahwa pembongkar bangunan telah melanggar peraturan Undang-Undang (UU) Cagar Budaya. Dan koherensi sebab-akibat pada kalimat tersebut sekaligus menunjukan unsur why, yakni protes yang dilakukan warga untuk menghentikan kegiatan pembongkaran tersebut memang beralasan. Kata ”menerobos” pada paragraf 2, yang memiliki kesamaan makna dengan mendobrak, ini dipilih Solopos untuk memperhalus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
tindakan dari warga yang masuk secara paksa ke dalam halaman Saripetojo yang waktu itu dijaga ketat oleh polisi. Dalam paragraf selanjutnya, berita ini mengulas tentang bagaimana kronologis peristiwa tersebut. Hal ini dibuat Solopos agar lebih menarik dengan mendramatisasi setiap kejadian. Dan melalui kalimat berikut ini Solopos ingin mengonstruksikan bahwa ketegangan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh warga yang ngotot namun juga disebabkan oleh pelaksana proyek itu sendiri. Salah satu perwakilan warga kemudian melakukan negosiasi dengan pelaksana proyek pembongkaran. Dalam pembicaraan itu terjadi perdebatan karena pelaksana proyek tetap akan membongkar bangunan sedangkan warga ingin pembongkaran bangunan itu dihentikan (Lampiran 1, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 3) (cetak tebal peneliti). Koherensi ”karena” dipakai untuk menunjukan akibat dari perdebatan antara
warga
dengan
petugas
proyek
dan
koherensi
”sedangkan”
mengindikasikan perbedaan pendapat diantara kedua belah pihak. Untuk pemilihan kata ”negoisasi” memberikan pemaknaan, yaitu warga berusaha menemukan jalan untuk berunding dengan petugas proyek agar ketegangan yang waktu itu terjadi tidak berlarut – larut. Ini mengonstruksikan bahwa warga pada saat kejadian sudah berusaha dengan jalan damai namun petugas proyek tetap tidak ingin memenuhi permintaan dari warga tersebut. Solopos kemudian mempertegasnya melalui kalimat kutipan berikut ini: ”Kami ingin proyek pembongkaran bangunan itu dihentikan sementara sampai ada hasil dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Jadi bisa diketahui apakah bangunan tersebut termasuk BCB atau tidak,” papar salah satu peserta aksi, HM Sungkar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
saat bernegoisasi dengan pelaksana proyek. (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 4). Kalimat langsung tersebut ditulis dan dikutip untuk menunjukan bahwa warga menginginkan penghentian sementara sampai dikeluarkannya hasil putusan yang jelas dari pihak yang berwenang dalam menentukan status Saripetojo, yakni BP3 Jateng. Berusaha untuk cover both side, Solopos juga memberitakan alasan atau dalih dari petugas proyek yang tidak mau menghentikan pembongkaran: Pelaksana proyek bersikukuh tidak mau menghentikan pembongkaran jika belum ada surat resmi untuk penghentian pembongkaran dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 5) (cetak tebal peneliti). Kata ”bersikukuh” dipakai untuk menandakan bahwa pelaksana proyek tetap akan melakukan pembongkaran dan kata ”jika” menunjukan syarat yang diinginkan pembongkar untuk menehentikan pembongkaran Saripetojo, yakni surat dari Pemprov Jateng karena terkait pekerjaan mereka yang bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan oleh Pemprov. Konstruksi pada kalimat latar di atas diperkuat dengan kutipan langsung: ”Kami akan tetap membongkar bangunan tersebut karena kami sudah terikat kontrak dengan Pemprov Jateng, apalagi waktu pembongkaran ditargetkan selama satu bulan,” ungkap perwakilan pemborong pembongkaran bangunan, Susmadya Putra (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 6) Kalimat di atas menjelaskan bahwa alasan pembongkar bangunan tidak mau untuk menghentikan aktivitas pembongkaran tersebut. Mereka hanya pihak yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Jateng untuk membongkar dan membuat gedung baru. Karena sudah ada kontrak, yakni ditunjukan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
kata ”terikat”, maka mereka tidak ingin dituntut sudah menghentikan aktivitas tersebut. Sehingga menurutnya yang bisa menghentikannya adalah Pemprov. Lalu pada latar selanjutnya: Di sela-sela pembicaraan antar kedua belah pihak, ada seorang warga lainnya yang bersikeras agar pembongkaran bangunan dihentikan saat itu juga. Sehingga sempat memicu kemarahan dari seorang pekerja proyek dan terjadi perang mulut. (Lampiran 1, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 7) (cetak tebal peneliti). Beberapa aparat kepolisian yang berjaga sejak aksi mulai berlangsung berusaha menenangkan warga itu agar tidak terjadi bentrokan (Lampiran 1, kalimat ke-3 paragraf 7). Kalimat ke-2 pada paragraf 7 merupakan akibat dari kalimat ke-1 seperti yang ditulis di atas, hal ini ditandai dengan konjungsi ”sehingga”. Dijelaskan bahwa yang mengakibatkan perang mulut diantara warga dan petugas proyek adalah salah satu diantara warga yang sangat menginginkan pembongkaran tersebut dihentikan. Kata ”bentrokan” pada kalimat ke-3 paragraf 7 dipakai untuk mendiskripsikan percekcokan yang kemungkinan terjadi jika warga terus bersitegang dengan petugas proyek. Dan berita ini ditutup dengan paragraf berikut ini: Setelah beberapa saat melakukan pembicaraan yang alot, warga kemudian mengajak pelaksana proyek untuk menemui Walikota Solo, Joko widodo, di Balaikota. Hal itu untuk mendapatkan jalan tengah agar kedua belah tidak saling berseteru (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 8). Dalam kalimat penutup terdapat metafora ”jalan tengah” yang mengandung makna menempuh dengan jalan damai. Dan frase ”warga kemudian mengajak pelaksana proyek” menekankan pihak warga-lah yang berusaha untuk mencari ”jalan tengah” bukan dari pihak pelaksana proyek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Dalam kedua kalimat tersebut telah memberikan pemaknaan bahwa warga melakukan penolakan dengan meminta kepada petugas pembongkar dengan cara yang sopan dan mencari solusi bersama, bukan sebagai tindakan represif. b) Struktur Skrip Unsur who dalam berita ini ada dua yakni warga dan pelaksana proyek. Hal ini terkait dengan unsur what, ketegangan yang terjadi antara kedua belah pihak tersebut. Sedangkan unsur where dan when diletakkan pada lead berita, yakni pabrik Es Saripetojo, Purwosari, Laweyan pada hari Selasa 21 Juni 2011. Untuk unsur why-nya lebih ditonjolkan pada suatu hal yang menyebabkan warga melakukan penolakan pembongkaran. Hal ini nampak pada bagian dimana wartawan memberikan pemaknaan atas realitas, yaitu latar informasi yang diuraikan oleh Solopos (Kalimat ke-1 dan 2 Paragraf 1). Unsur how-nya
adalah
bagaimana
warga
meminta
petugas
proyek
untuk
menghentikan pembongkaran tersebut. Dari hasil analisis peneliti memang Solopos menampilkan unsur how-nya lebih banyak dari warga yang melakukan penolakan dengan cara positif daripada tindakan warga yang negatif. c) Struktur Tematik Dari unit analisis koherensi antarkata atau antarkalimat yang mengonstruksikan peristiwa penolakan pembongkaran bangunan Saripetojo terdapat koherensi kondisional, seperti pada bagian lead berita (telah dijelaskan pada analisis struktur sintaksis). Kemudian koherensi sebab-akibat yang paling banyak muncul pada berita ini, seperti dalam kalimat ”Mereka ingin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
pembongkaran bangunan yang dianggap benda cagar budaya
(BCB) itu
dihentikan karena menyalahi UU Cagar Budaya. Wacana yang berkembang, di lokasi itu akan dibangun mal.” Ini mengonstruksikan tuntutan warga tersebut beralasan yaitu tindakan pembongkaran menyalahi UU Cagar Budaya sehingga harus dihentikan. Koherensi sebab-akibat juga terdapat pada kalimat ke-1 dan 2 paragraf 3, kalimat kutipan langsung di paragraf 6 dan kalimat ke-2 paragraf 7 (seperti yang dijelaskan pada struktur sintaksis). Untuk koherensi pembeda terdapat pada kalimat ”Salah satu perwakilan warga kemudian melakukan negoisasi dengan pelaksana proyek pembongkaran. Dalam pembicaraan itu terjadi perdebatan karena pelaksana proyek tetap akan membongkar bangunan sedangkan warga ingin pembongkaran bangunan itu dihentikan.” menunjukan perbedaan pendapat yang menyebabkan timbulnya perseteruan tersebut (seperti yang dijelaskan dalam struktur sintaksis). Selain koherensi, dalam berita ini juga terdapat konjungsi. Namun konjungsi yang sering digunakan adalah konjungsi peruntukan seperti kata ”agar” dan ”untuk”. Seperti dalam kalimat ”Di sela-sela pembicaraan antar kedua belah pihak, ada seorang warga lainnya yang bersikeras agar pembongkaran bangunan dihentikan saat itu juga.” kata ”agar” menjadi penghubung antarkalimat yang menjelaskan bahwa hanya satu dari jumlah seluruh warga yang meminta penghentian pembongkaran itu dengan cara paksa atau dengan membuat kericuhan. Kemudian kalimat ”Beberapa aparat kepolisian yang berjaga sejak aksi mulai berlangsung berusaha menenangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
warga itu agar tidak terjadi bentrokan.” nampak jelas bahwa polisi ingin menenangkan warga. Konjungsi peruntukan juga muncul pada ending berita untuk memperkuat konstruksi awak media Solopos ”Setelah beberapa saat melakukan pembicaraan yang alot, warga kemudian mengajak pelaksana proyek untuk menemui Walikota Solo, Joko widodo, di Balaikota. Hal itu untuk mendapatkan jalan tengah agar kedua belah tidak saling berseteru. Pada kalimat yang kedua di atas menunjukan aksi yang dilakukan oleh warga memiliki tujuan yang positif, yakni warga berusaha untuk mencari solusi atas peristiwa ini agar tidak terjadi konflik berkelanjutan dengan petugas proyek. Sedangkan unit analisis detail digunakan Solopos untuk menjelaskan bagaimana kronologis peristiwa tersebut. Mayoritas kalimat detail yang digunakan menunjukan aksi protes warga yang positif. d) Struktur Retoris Dari unit analisis leksikon, beberapa kata dipilih oleh awak media Solopos dalam menekankan makna tertentu, antara lain terdapat dalam kalimat berikut: ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo. Warga-pelaksana proyek bersitegang” pada judul kalimat tersebut ada kata ”polemik” dan ”bersitegang” (telah dijelaskan pada struktur sintaksis). Pemilihan kata tertentu juga terdapat pada latar berita, yaitu kata ”menyalahi” (telah dijelaskan pada struktur sintaksis). Pada kalimat ke-2 paragraf 2, leksikon ”menerobos” menjelaskan bahwa warga berusaha masuk untuk menemui petugas proyek karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
permintaan mereka tidak diindahkan oleh petugas proyek. Kata ”negoisasi” pada paragraf 3 mengonstruksikan bahwa warga telah berbicara dengan baikbaik kepada petugas proyek, berupaya untuk mengajak mereka untuk membicarakan secara sopan dan tidak merugikan kedua belah pihak (seperti dijelaskan pada struktur sintaksis). Penggunan label status terdapat pada kalimat ”Kami ingin proyek pembongkaran bangunan itu dihentikan sementara sampai ada hasil dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Jadi bisa diketahui apakah bangunan tersebut termasuk BCB atau tidak,” papar salah satu peserta aksi, HM Sungkar, saat bernegoisasi dengan pelaksana proyek.” menerangkan bahwa HM Sungkar sebagai orang yang memiliki hak berbicara mengenai aksi tersebut. Sehingga meyakinkan pembaca bahwa data diperoleh memang valid. Hal ini juga terjadi pada pencantuman label status, yaitu perwakilan pemborong bangunan. Dari unit analisis grafis terdapat satu buah foto yang mendiskripsikan warga sedang menyampaikan orasi dan terlihat tertib serta disisi lain terdapat polisi yang sedang mengamati aksi tersebut. Selain itu juga terdapat caption: ”TOLAK MAL-Warga yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Kota Surakarta menggelar aksi penolakan pembangunan mal di bekas bangunan pabrik es Saripetojo, Purwosari, Solo, Selasa (21/6). Rencana pembangunan mal itu juga tak disetujui oleh Pemkot Solo dan masyarakat sekitarnya, karena dinilai menggangu roda perekonomian kawasan sekelilingnya.” dari kalimat caption tersebut mengosntruksikan bahwa
commit to user
aksi yang digelar oleh warga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
tersebut telah mendapat berbagai dukungan dari pemerintah kota Solo dan warga sekitar karena apabila nantinya tetap dibangun mal akan muncul bermacam dampak negatif. C. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema warga protes pembongkaran Saripetojo pada Suara Merdeka Elemen struktur berita surat kabar Suara Merdeka mengenai warga protes pembongkaran Saripetojo adalah berita berjudul Penolakan Proyek Mal Berlanjut, diterbitkan Rabu, 22 Juni 2011 di halaman A rubrik Solo Metro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
3. Analisis struktur berita ”penolakan proyek mal berlanjut” pada Suara Merdeka a) Struktur sintaksis Pada kategori tema berita aksi protes warga atas pembongkaran Saripetojo, surat kabar Suara Merdeka mengangkat judul Penolakan Proyek Mal Berlanjut. Dari kalimat judul tersebut nampak bahwa peristiwa yang ditulis tersebut merupakan berita yang memiliki continuitas, yaitu terdapat kata ”berlanjut”. Selain itu, kalimatnya dibuat dengan format nominalisasi, yakni membentuk kata kerja (verba) = menolak menjadi kata benda (nomina) = penolakan, sehingga ditekankan bukan pada kegiatannya atau tindakannya melainkan pada sebuah jalannya peristiwa. Dalam kalimat yang menunjukan peristiwa pada hakikatnya tidak membutuhkan subjek serta tidak harus menunjuk pada realitas yang konkret baik pelaku, korban, tempat dan waktu. Adanya sub judul bergeming digunakan untuk memfokuskan isi berita yang dibahas oleh Suara Merdeka. Sub judul tersebut berisi tentang petugas
proyek
yang
tidak
mengindahkan
permintaan
penghentian
pembongkaran dari para pengunjuk rasa. Bagian lead berita, hanya ada unsur who, what, when, dan where. Seperti berikut ini: SOLO- Sejumlah warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Kota Surakarta, mendatangi bekas Pabrik Es Saripetojo, di Jalan Slamet Riyadi, Sondakan, Laweyan, Selasa (21/6) (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 1). Dalam lead diatas terlihat bahwa pembaca hendak dibawa pada jalannya peristiwa penolakan, yaitu diawali dengan subjek pelaku yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
mendatangi tempat kejadian. Hal ini dibuat untuk menarik pembaca melanjutkan dan mengantarkan ke bagian tubuh berita. Dari kalimat lead tersebut yang paling menonjol adalah unsur who, karena sebelumnya pada bagian judul berita belum ditampakkan siapa (who) yang melakukan penolakan tersebut. Kemudian memasuki tubuh berita diawali dengan kalimat yang digunakan untuk memperjelas lead. Mereka mendesak pembongkaran gedung bekas pabrik es itu dihentikan karena belum memiliki izin yang jelas (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 2) (cetak tebal peneliti). Unsur how nampak digunakan untuk menandakan bagaimana subyek pelaku melakukan aksi protes, yaitu dengan “mendesak”. Kata mendesak memiliki pemaknaan bahwa suatu tindakan permintaan yang dilakukan dengan cara memaksa. Sedangkan unsur why menandakan sebab para pemrotes melakukan aksi penolakan tersebut, ini disampaikan secara implisit yaitu tidak dilengkapi dengan yang dimaksudkan izin yang dikeluarkan oleh siapa, tindakan pembongkaran melanggar peraturan yang mana. Suara Merdeka hendak mengontrol informasi dengan tidak menampilkan dengan detail informasi tersebut. Dari pengamatan peneliti, berita ini berisi runtutan peristiwa penolakan. Pada bagian latar informasi digunakan untuk mengetahui pemaknaan wartawan atas peristiwa ini. Nampak bahwa kalimat-kalimatnya pun mendiskripsikan peristiwa dan merupakan pendukung dari lead. Kalimat latar selanjutnya adalah: Aksi unjuk rasa yang diikuti sejumlah elemen seperti Komunitas Peduli Cagar Budaya Nusantara (KPCBN), Lembaga Bina Masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Marginal (LBMM) Surakarta, pedagang Pasar Purwosari dan pedagang Selter Buah Purwosari itu, sempat memanas. (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 3) (cetak tebal peneliti). Dalam kalimat di atas, pengungkapan subyek pelaku (unsur who) ditulis dengan lengkap ”Aksi unjuk rasa yang diikuti sejumlah elemen seperti Komunitas Peduli Cagar Budaya Nusantara (KPCBN), Lembaga Bina Masyarakat (LBMM) Surakarta, pedagang Pasar Purwosari dan pedagang Selter Buah Purwosari” Hal ini menjelaskan subyek yang dimaksud dalam kalimat latar yang pertama, yaitu ”Sejumlah warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Kota Surakarta”. Kata ”memanas” menjelaskan situasi dan kondisi pada saat itu, hal ini merujuk pada perbuatan yang dilakukan oleh subyek pelaku-lah yang mengakibatkan aksi protes menjadi semakin memanas. Konstruksi ini dipertegas dengan kalimat latar dan diikuti kutipan fragmentasi (Ishwara, 2005: 133) , yaitu: Pasalnya koordinator aksi, HM Sungkar yang juga mengalungkan tulisan di dadanya ”Mana izin-izinmu. Kok main bongkar sak penakmu wae? Tutup saja Pak!” memaksa petugas di pabrik menghentikan pembongkaran itu. (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 4) Kata ”pasalnya” digunakan sebagai koherensi sebab-akibat, yang menghubungkan dengan kalimat sebelumnya. Kondisi yang ”sempat memanas” disebabkan oleh salah seorang yang menjadi koordinator aksi dengan ”Mengalungkan tulisan di dadanya ”Mana izin-izinmu. Kok main bongkar sak penakmu wae? Tutup saja Pak!” sambil ”Memaksa petugas di pabrik menghentikan pembongkaran itu”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Awak media Suara Merdeka juga menampilkan kutipan langsung dari koordinator aksi untuk memperkuat bahwa peristiwa tersebut terjadi disebabkan oleh para pemrotes sendiri. ”Hentikan sekarang juga atau kami paksa. Sudah tidak ada izin, kalian juga membongkar Benda Cagar Budaya (BCB)”, tegasnya dengan sambil mendorong pintu masuk yang saat itu dihalangi oleh petugas kepolisian (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 5) Frase ”mendorong pintu masuk” memiliki konotasi negatif, yakni dengan cara memaksa. Hal ini mengonstruksikan bahwa pelaku penolakan bertindak represif dalam aksinya tersebut. Narasumber yang digunakan tidak hanya dari pihak pelaku penolakan tetapi juga pihak pembongkar bangunan. Seperti berikut ini: Pasalnya, dalam Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemprov Jateng, UD Trontong Indah harus segera membongkar bangunan bekas pabrik itu sekitar satu bulan ini. ”Saya tidak mau menghentikan. Perintah ini dari Pemprov. Saya tidak tahu menahu terkait ini bangunan BCB atau tidak. Saya hanya melaksanakan tugas atasan. Jika kalian melawan, saya juga berani melawan,” tandas Sus dengan nada lantang saat pengunjuk rasa mendesak pihaknya segera memerintahkan pekerja menghentikan pembongkaran yang sedang berlangsung. (Lampiran 2, kalimat ke 3-4 paragraf 7). Pencantuman Surat Perintah Kerja (SPK) dalam kalimat di atas untuk menunjukan bahwa
perintah pembongkaran tersebut datang dari Pemprov
Jawa Tengah, sehingga petugas proyek tidak bisa menghentikan pembongkaran begitu saja, harus ada surat perintah dari Pemprov. Ini mengonstruksikan pembongkar bangunan bukan pihak yang harusnya disalahkan karena mereka hanya menjalankan pekerjaan yang sudah diperintahkan kepada mereka. Kalimat langsung tersebut nampak semakin mengecilkan tujuan dari tindakan para pemrotes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Pada bagian penutup berita, dikemas dengan kutipan langsung dari koordinator aksi HM Sungkar: ”Ini komitmen kami untuk memperjuangkan pabrik bernilai sejarah, saya tekankan, apalagi pembangunan tidak ada izin dari BP3 dan Pemkot,” ungkap Sungkar saat akan mengerahkan pengunjuk rasa yang akan menuju ke Balaikota (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 9). Kalimat tersebut nampak ingin digunakan sebagai penjelas dari unsur why. Sebelumnya memang sudah dituliskan pada bagian latar pertama berita, yaitu pembongkar ”belum memiliki izin yang jelas” Hal inilah yang membuat mereka melakukan aksi penolakan. Tentu ini menjadi pertanyaan dalam benak peniliti mengapa belum adanya izin yang dimaksud baru diuraikan dalam bagian akhir berita ini. Kemungkinan Suara Merdeka ingin menyembunyikan yang dimaksud izin oleh para pengunjuk rasa dan terkesan kurang ditonjolkan. b) Struktur skrip Frame Suara Merdeka yang menunjukan bahwa aksi penolakan yang dilakukan oleh beberapa organisasi masyarakat di Solo sebagai tindakan reprseif, juga diwujudkan dalam bagaimana Suara Merdeka mengisahkan peristiwa penolakan pembongkaran Saripetojo (skrip). Keseluruhan dari isi berita merupakan penjelas tentang bagaimana kronologi aksi penolakan tersebut (how). Yang menjadi unsur what-nya adalah peristiwa penolakan pembongkaran Saripetojo. Untuk unsur who, sebenarnya ada dua pihak yang diberitakan, namun mayoritas mengulas pelaku pengunjuk rasa atau pihak yang melakukan penolakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Sedangkan unsur when-nya hanya ditampilkan satu kali pada lead berita, yakni peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu, 22 Juni 2011 dan unsur where merupakan lokasi tempat kejadian sekaligus tempat yang sedang dipermasalahkan, pabrik Es Saripetojo. Dalam berita ini juga sangat sedikit mengulas unsur why, yaitu mereka melakukan tersebut karena pembongkar bangunan belum memiliki izin yang pasti. Hal ini terlihat detail dari unsur why hanya ditempatkan pada bagian akhir berita. c) Struktur tematik Dari unit analisis koherensi, terdapat beberapa koherensi baik antarkata ataupun antarkalimat yang mendukung konnstruksi Suara Merdeka tersebut. Pada latar berita tepatnya pada kalimat ke-1 paragraf 2 terdapat koherensi sebab-akibat, berbunyi ”Mereka mendesak pembongkaran gedung bekas pabrik es itu dihentikan karena belum memiliki izin yang jelas.” (telah dijelaskan pada analisis struktur sintaksis). Koherensi sebab-akibat juga digunakan dalam kalimat ke-1 paragraf 8, yakni ”Karena buntu, akhirnya sejumlah pengunjuk rasa pun meninggalkan pabrik.” Kalimat tersebut mengandung makna tersirat bahwa protes yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa tidak dapat diteruskan karena alasan mereka yang kurang kuat disertai dengan ketidakpemilikan bukti yang otentik terkait izin yang dimaksudkan untuk melawan pembongkar bangunan. Koherensi sebab-akibat terdapat lagi pada kalimat ke-2 paragraf 8, ”Karena kesal, pengunjuk rasa memasang dua poster ukuran besar yang bertuliskan ”Hentikan!!! Pembangunan Proyek Ini Belum Ada Izin BP3 dan Pemkot Surakarta” tepat di samping pintu masuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
pabrik seluas 1,4 hektare tersebut.” Kalimat ini memberikan pemahaman ketika tujuannya untuk menghentikan pembongkaran bangunan pabrik Es Saripetojo tidak tercapai maka mereka memasang poster dengan kata-kata yang memberikan pemaknaan penolakan keras. Penggunaan kata ”pasalnya” juga dilakukan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan lainnya, yakni sebagai koherensi sebab-akibat seperti pada kalimat berikut ini: ”Pasalnya koordinator aksi, HM Sungkar yang juga mengalungkan tulisan di dadanya ”Mana izin-izinmu. Kok main bongkar sak penakmu wae? Tutup saja Pak!” memaksa petugas di pabrik menghentikan pembongkaran itu.” Kalimat ini menjadi penyebab pada kalimat sebelumnya yang menerangkan situasi aksi penolakan memanas disebabkan salah satunya adalah pada kalimat tersebut. Sama halnya terjadi pada kalimat ”Pasalnya, dalam Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemprov Jateng, UD Trontong Indah harus segera membongkar bangunan bekas pabrik itu sekitar satu bulan ini.” menerangkan bahwa petugas proyek tidak bisa semena-mena menghentikan pembongkaran. Karena mereka bertanggung jawab atas Surat Perintah Kerja yang dikeluarkan oleh pemprov. Untuk koherensi penjelas, terdapat pada kalimat langsung yang berasal dari kutipan narasumber salah satu pelaku penolakan, tepatnya pada penutup berita yang berbunyi ”Ini komitmen kami untuk memperjuangkan pabrik bernilai sejarah, saya tekankan, apalagi pembangunan tidak ada izin dari BP3 dan Pemkot,” ungkap Sungkar saat akan mengerahkan pengunjuk rasa yang akan menuju ke Balaikota.” (telah dijelaskan pada struktur sintaksis).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Sedangkan koherensi pembeda, awak media Suara Merdeka meletakannya pada pendukung lead, kalimat ke-1 paragraf 5, ”Namun, petugas proyek bergeming untuk menghentikan pembongkaran” menandakan kontras dengan para pengunjuk rasa, pembongkar tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan oleh pengunjuk rasa. Mereka menganggap sudah mendapatkan izin dari Pemprov untuk membongkar bangunan Sariptojo. Dari unit analisis detail, terdapat dalam kalimat ”Mereka mendesak pembongkaran gedung bekas pabrik es itu dihentikan karena belum memiliki izin yang jelas.” Kalimat tersebut nampak bahwa Suara Merdeka mengurangi informasi terkait yang dimaksud dengan ”izin yang jelas”. Ini mengesankan bahwa tindakan pemrotes kurang memiliki dasar atau alasan yang kuat. Elemen detail juga digunakan dalam kalimat ”Namun, petugas proyek bergeming untuk menghentikan pembongkaran. Pasalnya, dalam Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemprov Jateng, UD Trontong Indah harus segera membongkar bangunan bekas pabrik itu sekitar satu bulan ini.” (seperti dijelaskan dalam struktur sintaksis). Penggunaan bentuk kalimat yang tidak biasa, sangat nampak untuk memperkuat konstruksi Suara Merdeka tepatnya pada kalimat ke-1 paragraf 6 ”Tidak ingin terjadi kericuhan, akhirnya petugas memperbolehkan pengunjuk rasa masuk ke area gedung.” Pada kalimat tersebut, sesuatu yang kemungkinan akan terjadi diletakkan pada bagian awal kalimat ”Tidak ingin terjadi kericuhan” ini tentunya sudah memberikan pemahaman negatif kepada pembaca bahwa pengunjuk rasa melakukan tindakan-tindakan yang memicu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
kerusuhan. Hal ini juga terjadi pada kalimat ”Karena buntu, akhirnya sejumlah pengunjuk rasa pun meninggalkan pabrik.” dan ”Karena kesal, pengunjuk rasa memasang
dua poster
ukuran
besar
yang
bertuliskan
”Hentikan!!!
Pembangunan Proyek Ini Belum Ada Izin BP3 dan Pemkot Surakarta” tepat di samping pintu masuk pabrik seluas 1,4 hektare tersebut.” Anak kalimat ”karena buntu” dan ”karena kesal” sebagai awal kalimat ini menunjukan bahwa para pengunjuk rasa merasa kurang cukup bukti sehingga memaksa mereka untuk menghentikan aksinya. d) Struktur retoris Dari unit analisis leksikon, beberapa kata dipilih Suara Merdeka dalam menekankan makna tentang aksi atau tindakan yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa merupakan tindakan pembuat kerusuhan (represif). Kata tersebut antara lain: ”mendesak”, ”mendorong pintu masuk” dan ”kericuhan”. Hal ini mengonstruksikan bahwa mengapa aksi tersebut tidak dilakukan dengan cara yang sopan melainkan dengan kasar dan memicu keributan. Sedangkan kata ”buntu” pada kalimat ”Karena buntu, akhirnya sejumlah pengunjuk rasa pun meninggalkan pabrik.” (telah dijelaskan pada struktur tematik). Kata ”kesal” dalam kalimat ”Karena kesal, pengunjuk rasa memasang dua poster ukuran besar yang bertuliskan ”Hentikan!!! Pembangunan Proyek Ini Belum Ada Izin BP3 dan Pemkot Surakarta” tepat di samping pintu masuk pabrik seluas 1,4 hektare tersebut.” memberikan pemaknaan, karena tujuannya melakukan protes tidak tercapai maka mereka merasa marah dan memasang poster berukuran besar (seperti yang diuraikan dalam struktur tematik).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Sedangkan leksikon yang digunakan untuk menerangkan pihak pembongkar bangunan sebagai pihak yang tidak seharusnya disalahkan adalah ”Surat Perintah Kerja (SPK)”. Hal ini menunjukan perlawanan yang dilakukan oleh pihak pembongkar tersebut telah mendapatkan izin dibuktikan dengan SPK dari Pemprov. Pada unit analisis penggunaan label, pihak yang melakukan aksi penolakan dilabelkan sebagai ”pengunjuk rasa”, ini tentu menimbulkan pemahaman yang kurang baik, yaitu mengandung makna orang-orang pembuat kerusuhan. Pencantuman label status juga terjadi pada kalimat ke-1 paragraf 4 ”koordinator aksi, HM Sungkar yang juga mengalungkan tulisan di dadanya”, menguraikan bahwa orang itulah yang menjadi pemimpin atau penggerak dalam aksi tersebut. Dari unit analisis grafis terdapat satu buah foto yang memperlihatkan salah satu pengunjuk rasa dengan ekspresi raut muka yang tidak bersahabat diikuti peserta pemrotes lainnya sedang berbicara dengan anggota polisi, diikuti gerakan tangan seolah-olah sedang menjelaskan sesuatu. Nampak juga jarak antara pintu penutup halaman pabrik Es Saripetojo yang telah dijaga polisi dengan pengunjuk rasa sangat dekat menandakan bahwa mereka (pengunjuk rasa) ingin berusaha masuk. Sedangkan keterangan foto (caption) ”TUNTUT PENGHENTIAN: Pendemo berdebat dengan anggota polisi saat menggelar aksi menuntut penghentian pembongkaran bekas pabrik Es Saripetojo, di Jalan Slamet Riyadi, Sondakan, Laweyan, Selasa (21/6).” Dari caption tersebut jelas diuraikan bahwa pengunjuk rasa berdebat dengan pihak berwajib, yakni polisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Dari foto dan caption nampak bahwa pengunjuk rasa dikonstruksikan sebagai pembuat kericuhan dan polisi adalah pihak yang netral sebagai penjaga keamanan. Untuk unit analisis pengandaian terdapat pada kalimat kutipan langsung ”Jika kalian melawan, saya juga berani melawan,” tandas Sus dengan nada lantang saat pengunjuk rasa mendesak pihaknya segera memerintahkan
pekerja
menghentikan
pembongkaran
yang
sedang
berlangsung.” Kalimat tersebut menunjukan pengandaian apabila para pengunjuk rasa tetap melawan maka pembongkar bangunan pun akan melawan. Hal ini mengonstruksikan bahwa kedua belah pihak sama-sama bersikeras mempertahankan pendapatnya masing-masing. III.2 Perseteruan Gubernur – Walikota Rencana pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Saripetojo tidak hanya diprotes oleh masyarakat Solo, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo pun turut menolak rencana yang telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah bersama dengan Perusahaan Daerah (Perusda) Citra Mandiri Jawa Tengah. Baik Pemkot maupun Pemprov berusaha untuk menguatkan argumennya masing-masing lewat media. Menurut Pemkot, pembangunan mal yang terjadi telah melanggar beberapa Perda (Peraturan Daerah) Kota Solo, antara lain: Perda Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional serta Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar modern harus berjarak minimal 500 meter dari pasar tradisional). Selain itu, izin pemanfaatan ruang (IPR) dari Pemkot, yang dimaksud bukanlah izin merobohkan, apalagi mengubah bentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
bangunan. IPR hanya menjelaskan peruntukan lahan di wilayah Purwosari sebagai kawasan perdagangan. Pemkot juga belum mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terkait perobohan bangunan Saripetojo (Suara Merdeka, 28 Juni 2011). Perseteruan yang terjadi hari demi hari semakin meruncing dan belum menemukan titik temu. Ini mengakibatkan polemik yang terjadi semakin mengarah pada konflik individu, yakni antara Bibit waluyo selaku Gubernur Jawa Tengah dengan Joko Widodo, Walikota Solo. Sampai-sampai Bibit Waluyo mengeluarkan pernyataan keras kepada Jokowi, yakni menilai bahwa pemimpin Kota Solo tersebut bodoh. Namun, nampaknya Jokowi menerima dengan lapang dada atas pernyataan Bibit tersebut (Solopos, 28 Juni 2011). Meski Jokowi menanggapinya dengan positif melalui media, tapi justru tanggapan negatif muncul dari masyarakat Solo yang tidak terima atas pernyataan Bibit tersebut. Sehingga mereka (masyarakat Solo) menyatakan penolakannya terhadap Bibit. Lalu bagaimanakah bingkai yang dilakukan Suara Merdeka dan Solopos atas peristiwa ini? Berikut akan disajikan analisis berita yang telah dilakukan peneliti: A. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam bingkai Harian Umum Solopos 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema Perseteruan Gubernur Walikota pada Solopos Elemen struktur berita surat kabar Harian Umum Solopos mengenai perseteruan antara Gubernur dan Walikota adalah berita berjudul Perseteruan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Walikota – Gubernur Memanas, Solo Tolak Bibit, diterbitkan Rabu, 28 Juni 2011 di halaman depan rubrik Solopos Nasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
2. Analisis struktur berita ”Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas, Solo Tolak Bibit” pada Solopos a) Struktur sintaksis Pada kategori tema berita perseteruan antara Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Solo, surat kabar Solopos mengangkatnya dengan judul ”Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas, Solo Tolak Bibit”. Dalam unit analisis variasi huruf terdapat perbedaan antara dua kalimat tersebut. Kalimat pertama ”Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas” ini dicetak tidak tebal dan ukuran huruf kecil sedangkan kalimat kedua ”Solo Tolak Bibit” Solopos sengaja mencetaknya dengan ukuran huruf yang besar dan tebal. Ini mengindikasikan bahwa Solopos ingin memfokuskan pembaca pada informasi bahwa warga Solo menolak Bibit jika datang ke Solo. Karena kata Solo diletakkan didepan, sebagai subyek kalimat, maka dalam berita ini kata ”Solo”, maksudnya adalah warga sekitar, menjadi sorotan atau titik sentral dalam judul tersebut. Pada bagian lead dijelaskan alasan dari warga Solo yang menolak kehadiran Bibit di kota mereka adalah sebagai berikut: Solo (Espos) Pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang menilai Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi), bodoh, memantik reaksi keras dari warga Solo. (Lampiran 3) (cetak tebal peneliti). Diikuti kalimat perluasan lead, yakni: Mereka menyerukan menolak Bibit Waluyo di Kota Bengawan (Lampiran 3). Kalimat lead di atas memiliki prinsip kausalitas, dimana klausa ”Pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang menilai Walikota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
Solo, Joko Widodo (Jokowi.)” merupakan penyebab yang membuat warga Solo menolak Bibit untuk datang ke Solo dan ini diletakkan sebagai awal kalimat. Selain itu juga terdapat koherensi kondisional ”yang” menegaskan pernyataan negatif dari Bibit. Hal ini mengonstruksikan bahwa Solopos ingin menonjolkan kesalahan Bibit tersebut ketimbang penolakan warga Solo. Kemudian pada bagian perluasan lead diuraikan dengan cara bagaimana warga Solo menolak kedatangan Bibit. Memasuki tubuh berita di awali dengan kalimat latar sebagai berikut: Namun, Jokowi mengaku legawa atas pernyataan Gubernur itu. Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, sebagaimana dikutip dari Koran Tempo, menilai Walikota Solo bodoh (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti). Dalam kalimat di atas terjadi pengulangan klausa yang menguraikan ”Bibit menilai Jokowi bodoh”. Akan tetapi, pengulangan tersebut diletakkan di belakang kalimat sedangkan yang diutamakan dan ingin ditonjolkan adalah sikap Jokowi dalam menanggapi pernyataan gubernur tersebut. Kata ”legowo” merupakan bahasa jawa yang bermakna menerima dengan iklas, ini mengindikasikan bahwa Jokowi tidak terpengaruh dan menerima atas perkataan Bibit yang menjelek-jelekan dirinya. Koherensi pembeda ”namun” dipakai untuk menunjukan perbedaan karakter kepemimpinn antara Bibit dengan Jokowi. Begitu pula pencantuman ”koran tempo” menjadi informasi akurat yang menunjukan bahwa Bibit memang menyebut Jokowi bodoh lewat media massa. Solopos juga memberikan detail kalimat parafrase (saduran kalimat langsung) yang diambil dari koran tempo, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
”Walikota Solo itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?” kata Bibit (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 1). Untuk mengingatkan peristiwa
yang sebelumnya terjadi dan
menunjukan bahwa berita ini merupakan berita bersambung (continuitas), Solopos memberikan latar seperti berikut: Pernyataan keras dari Bibit itu dipicu oleh polemik pembangunan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari, Laweyan. Gubernur bersikukuh ingin mal dibangun dengan alasan tanah Saripetojo milik Pemprov Jateng. Namun, Pemkot Solo dan warga menilai bangunan itu masuk benda cagar budaya (BCB) sehingga tidak bisa dibongkar begitu saja (Lampiran -, kalimat ke-1 paragraf 2) (cetak tebal peneliti). Kasus pembongkaran Saripetojo bahkan sudah dilaporkan ke Polresta Solo, Jumat (24/6) lalu. Dalam kasus itu, Komunitas Peduli Cagar Budaya Nusantara (KPCBN) melaporkan Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Citra Mandiri Jawa Tengah, Ir. Muh. Sayuti (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 3). Kata ”namun” pada latar paragraf pertama, menunjukan adanya perbedaan pendapat antara Pemkot dan Pemprov hingga berita ini diturunkan polemik
yang terjadi semakin memanas. Dan koherensi ”sehingga”
menunjukan akibat dari Pemkot dan warga yang menilai Saripetojo adalah cagar budaya, maka mereka menolak pembongkaran tersebut. Kemudian memasuki latar berikutnya, Solopos kembali mempertegas konstruksinya bahwa Bibit tidak pantas menjadi pemimpin karena pernyataan kerasnya di media. Ini dilakukan dengan mencantumkan hasil wawancara dengan narasumber yang dipilih dan dinilai dapat mendukung konstruksinya. Pernyataan Gubernur itu mendapat kritikan keras dari kalangan masyarakat Solo. Forum Komunikasi Masyarakat Surakarta (FKMS) menyerukan empat pernyataan sikap terkait pernyataan Gubernur Bibit Waluyo yang membodohkan Walikota Solo, Jokowi (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
Diikuti dengan parafrase dan kutipan langsung yang menunjukan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan tersebut benar sesuai dengan fakta. FKMS menyatakan mosi tak percaya atas kepemimpinan Bibit Waluyo sebagai Gubernur Jateng (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 4). ”Bibit sebagai seorang Gubernur terbukti tak paham aturan hukum. Maka, kami menyatakan mosi tak percaya,” tegas Agus anwari, perwakilan FKMS, Senin (27/6) (Lampiran 3, kalimat ke-3 paragraf 4). Solopos juga memberikan detail bahwa FKMS akan meminta pertanggungjawaban Bibit atas pernyataannya tersebut melalui DPRD Provinsi Jawa Tengah. Detail informasi tersebut disampaikan dalam kalimat berikut: Selain itu, FKMS mendesak DPRD Provinsi Jawa Tengah segera meminta pertanggungjawaban Gubernur Bibit Waluyo karena dinilai telah mengeluarkan kata-kata kasar dan tak sopan kepada Walikota Solo (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 5) (cetak tebal peneliti). Koherensi penjelas ”selain itu” digunakan untuk mengindikasikan sikap FKMS selanjutnya dalam menanggapi statement Bibit terhadap Jokowi, hal ini ditunjukan dengan kata ”karena”. Yang kemudian diikuti kalimat parafrase dan kutipan langsung: Sebagai warga Solo, tegas Anwari, statement Bibit yang membodohkan Jokowi sama dengan memancing amarah warga Solo (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 5). ”DPRD harus meminta pertanggungjawaban dari Bibit. Apakah Gubernur dibenarkan berkata seperti itu?” tegasnya (Lampiran 3, kalimat ke3 paragraf 5). Tak hanya itu, FKMS meminta warga Solo bersatu menolak kedatangan Bibit Waluyo di Solo. Sebab, mereka menilai pernyataan Bibit sama dengan menghina martabat warga Solo secara keseluruhan, Bahkan FKMS meminta masyarakat Jawa Tengah bersama-sama menurunkan Bibit Waluyo (Lampiran 3, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 6).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
Nampaknya, Solopos melalui judul berita ini mendukung warga Solo yang tidak suka dengan kata-kata keras Bibit untuk Jokowi. Konkretnya adalah mayoritas latar dan penggunaan narasumber dipakai untuk mendukung konstruksi Solopos tersebut. Lalu memasuki sub judul berita baru, memberikan pokok bahasan yang menonjolkan karakteristik Jokowi yang sangat berbeda dengan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo. Konstruksi tersebut terlihat pada beberapa bagian paragraf berita, sebagai berikut: Menanggapi pernyataan Gubernur itu, Jokowi mengaku legawa. Walikota Solo dua periode itu bahkan dengan rendah hati mengatakan pernyataan Gubernur Jateng tersebut mungkin memang ada benarnya (Lampiran 3, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 7) (cetak tebal peneliti). ”Ya, memang kenyataannya saya itu bodoh. Saya masih harus belajar banyak. dibilang bodoh juga tidak apa-apa,” katanya kepada wartawan, Senin (Lampiran 3, kalimat ke-3 paragraf 7). Meski demikian, secara pribadi Jokowi sempat kaget atas pernyataan Gubernur Jateng yang membodohkan dirinya (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 8). Penggunaan kata ”legawa” yang tanpa disadur ke dalam bahasa Indonesia dan kata kiasan ”rendah hati” menunjukan bahwa Solopos sangat mengelu-elukan sikap Jokowi. Selain itu, Solopos memakai narasumber dari kalangan DPRD yang memberikan komentar positif kepada Jokowi dan komentar negatif kepada Bibit Waluyo. Hal ini dilakukan untuk semakin menguatkan bahwa sikap Bibit tersebut memang tidak seharusnya dilakukan. ”Itu omongan macam apa. Gubernur enggak punya tata krama sama sekali,” kecam Ketua Komisi III, Honda Hendarto (Lampiran 3, kalimat ke-3 paragraf 10).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
”Itu pernyataan orang panik. Dia takut jika Pak Jokowi diminta maju sebagai Gubernur,” tandasnya (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 11). Kemudian di bawahnya diberikan detail yang merupakan kalimat tak langsung dari orang DPRD tersebut: Politisi PDIP tersebut menilai Bibit ketakutan melihat prestasi Walikota Solo yang akan menggeser posisi dirinya (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 11). Kalimat di atas sengaja ditulis oleh Solopos untuk memberikan detail informasi bahwa kemungkinan benar Bibit merasa takut dikalahkan dengan prestasi Jokowi, makanya Bibit menjelek – jelekan Jokowi lewat media massa. Dan pada bagian ending atau penutup berita disajikan dengan kalimat di bawah ini: Sebelumnya, Gubernur Bibit juga sempat meminta pejabat Pemkot Solo tidak banyak memberikan komentar terkait polemik pembangunan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 12). Kalimat penutup di atas ditulis untuk semakin memperjelas sikap Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo bukan sebagai figur pemimpin yang baik. Karena terlihat bahwa dalam menanggapi sikap pro dan kontra pembongkaran Saripetojo, Bibit selalu arogan dan tidak memiliki tata krama. b)
Struktur skrip
Dari analisis skrip, unsur yang paling banyak muncul adalah what, who dan why. Unsur what dan who menyangkut narasumber siapa menyatakan atau melakukan apa dalam menanggapi pernyataan Bibit yang menilai Walikota Solo, Jokowi bodoh (why). Sedangkan unsur how-nya adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
bagaimana subyek (who) menyatakan atau melakukannya dalam menanggapi sikap Bibit tersebut. Seperti dalam kalimat ”Menanggapi pernyataan Gubernur itu, Jokowi mengaku legawa. Walikota Solo dua periode itu bahkan dengan rendah hati mengatakan pernyataan Gubernur Jateng tersebut mungkin memang ada benarnya.” Unsur who adalah ”Jokowi”, what-nya adalah ”mengaku legowo”, frase ”dengan rendah hati mengatakan pernyataan Gubernur Jateng tersebut mungkin ada benarnya” sebagai unsur how, dan pada bagian awal kalimat ”menanggapi pernyataan Gubernur” dijadikan sebagai penyebab (why) Jokowi mengatakan hal tersebut. Hampir sama dengan susunan unsur skrip di atas, juga dipakai pada latar dan penulisan parafrase dari narasumber yang ada dalam berita ini. Yang mana kesemuanya itu memberikan pemahaman Bibit sebagai seorang pemimpin memiliki sikap lebih buruk dibandingkan dengan Jokowi dalam menanggapi kasus Saripetojo. c)
Struktur tematik
Unit analisis koherensi, Solopos menggunakan koherensi pembeda ”namun” untuk menunjukan perbedaan sikap dan karakter Jokowi dan Bibit. Kalimat tersebut adalah ”Namun, Jokowi mengaku legawa atas pernyataan Gubernur
itu.
Sebelumnya,
Gubernur
Jawa
Tengah,
Bibit
Waluyo,
sebagaimana dikutip dari Koran Tempo, menilai Walikota Solo bodoh.” Kata ”namun” juga dipakai untuk mengindikasikan perbedaan pendapat antara Pemkot dan Pemprov yang menyebabkan perseteruan tersebut semakin memanas ”Pernyataan keras dari Bibit itu dipicu oleh polemik pembangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
mal di bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari, Laweyan. Gubernur bersikukuh ingin mal dibangun dengan alasan tanah Saripetojo milik Pemprov Jateng. Namun, Pemkot Solo dan warga menilai bangunan itu masuk benda cagar budaya (BCB) sehingga tidak bisa dibongkar begitu saja.” sedangkan koherensi sebab-akibat ”sehingga” menunjukan alasan Pemkot menolak adanya mal baru. Koherensi sebab-akibat yang lain juga terdapat pada paragraf 6 yakni ”Tak hanya itu, FKMS meminta warga Solo bersatu menolak kedatangan Bibit Waluyo di Solo. Sebab, mereka menilai pernyataan Bibit sama dengan menghina martabat warga Solo secara keseluruhan, Bahkan FKMS meminta masyarakat Jawa Tengah bersama-sama menurunkan Bibit Waluyo.” Ini untuk menjelaskan alasan FKMS menolak kedatangan Bibit ke Solo. Kemudian pada paragraf 5 ”Selain itu, FKMS mendesak DPRD Provinsi Jawa Tengah segera meminta pertanggungjawaban Gubernur Bibit Waluyo karena dinilai telah mengeluarkan kata-kata kasar dan tak sopan kepada Walikota Solo.” Kata ”karena” dipakai untuk mempertegas alasan FKMS yang menganggap Bibit tidak sopan. Dalam kalimat tersebut juga terdapat koherensi penjelas, ”selain itu” memberikan detail bahwa warga memberikan sangsi kepada Bibit atas pernyataan tersebut. Koherensi penjelas yang lain yaitu pada kalimat ke-1 paragraf 8 ”Meski demikian, secara pribadi Jokowi sempat kaget atas pernyataan Gubernur Jateng yang membodohkan dirinya.” kata ”meski demikian” mengonstruksikan bahwa meski Jokowi legawa namun tetap tidak menyangka Bibit, Sebagai gubernur Jateng, mampu berkata demikian kepada dirinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
Analisis struktur tematik dalam berita ini mayoritas ditemukan detaildetail yang mendukung konstruksi Solopos dan mempertegas Bibit yang salah. Sedangkan unit analisis bentuk kalimat dengan prinsip kausalitasnya telah dijelaskan pada struktur sintaksis. d)
Struktur retoris
Dari unit analisis grafis, yakni terdapat 2 buah foto yang diletakkan satu di sisi kiri berita dan satu lagi di kanan berita. Masing-masing foto tersebut adalah bergambar setengah badan Jokowi dan Bibit dengan ekspresi wajah yang menunjang konstruksi Solopos. Jokowi dengan ekspresi muka senyum disertai kutipan langsung yang berbunyi ”Ya, memang kenyataannya saya itu bodoh. Saya masih harus belajar banyak. dibilang bodoh juga tidak apa-apa” dan untuk Bibit digambarkan raut muka yang terlihat marah disertai dengan kutipan langsung ”Walikota Solo itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?” ini mengillustrasikan perseteruan yang terjadi dan secara tersirat mengontruksikan perbedaan watak dan sifat diantara dua orang tersebut. Penggunaan label jabatan Walikota Solo, dipakai untuk pihak yang dielu-elukan dalam berita ini dan Ketua Komisi III, digunakan untuk memperkuat bahwa dari kalangan legislatif juga sangat mendukung dan membela Jokowi. Sedangkan untuk label jabatan Gubernur Jawa Tengah dari analisis peneliti terlihat sebagai penunjang bahwa Bibit Waluyo, seorang Gubernur bisa berkata yang tidak sopan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
Unit analisis leksikon, terdapat beberapa kata atau frase untuk mendukung tema berita, antara lain: ”legawa” disunting dari bahasa Jawa yang memiliki kesamaan arti dengan menerima dengan lapang dada, ini dipakai untuk mengonstruksikan watak atau karakteristik Jokowi; kemudian frase ”kalangan legislatif” merupakan orang-orang yang memiliki jabatan di legislatif, ini dipakai untuk menunjukan pihak yang mendukung Jokowi dan kata ”kecam” memiliki sinonim kata menegur atau celaan, yang dipakai untuk menentang keras pernyataan Bibit tersebut. Kemudian pada beberapa bagian berita juga ditampilkan kata – kata metafora untuk menimbulkan efek tertentu kepada khalayak. Kata tersebut adalah: ”reaksi keras” memiliki makna yaitu sebagai protes yg timbul akibat suatu gejala atau suatu peristiwa; ”kritikan keras” bermakna kecaman atau tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan tertentu (baik dan buruk); ”memancing amarah” memiliki makna dalam berita yaitu mengadakan provokasi supaya terjadi perkelahian (pertempuran, permusuhan, dsb); lalu pada bagian kalimat ”Walikota Solo dua periode itu bahkan dengan rendah hati mengatakan pernyataan Gubernur Jateng tersebut mungkin memang ada benarnya.” Mengonstruksikan karaktersitik Jokowi yang tidak sombong dan menerima atas ejekan yang ditujukan pada dirinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
B. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam bingkai Surat Kabar Suara Merdeka 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema Perseteruan Gubernur Walikota pada Suara Merdeka Elemen struktur berita surat kabar Suara Merdeka mengenai perseteruan antara Gubernur dan Walikota adalah berita berjudul Bibit Ditolak Masuk Solo, diterbitkan Rabu, 28 Juni 2011 di halaman A rubrik Solo Metro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
2. Analisis struktur berita ”Bibit Ditolak Masuk Solo” pada Suara Merdeka a) Struktur sintaksis Judul ”Bibit Ditolak Masuk Solo” merupakan bentuk kalimat pasif, dimana ”Bibit” menjadi kata yang ingin ditonjolkan Suara Merdeka karena diletakkan sebagai subyek kalimat. Ini mengonstruksikan bahwa Bibit merupakan sasaran sentral dari suatu pelaku atau tindakan. Hal ini juga terjadi pada kalimat lead, yang berbunyi sebagai berikut: Solo-Gubernur Jateng Bibit Waluyo diancam mosi tidak percaya. Bibit juga ditolak jika datang ke Kota Solo (Lampiran 4). Dua kalimat di atas menggunakan bentuk kalimat pasif, dimana kata ”Bibit” berulang kali diletakkan sebagai subyek kalimat. Ini terkesan bahwa Gubernur Jawa Tengah tersebut mendapatkan protes yang tidak baik dari warga Solo. Kemudian memasuki tubuh berita diawali dengan paragraf berikut ini: Forum Komunitas Masyarakat Solo (FKMS) yang terdiri atas Paguyuban Pedagang Purwosari, Masyarakat Sondakan, Aliansi Solo Progresif, dan Komunitas Peduli Cagar Budaya menyampaikan sikap itu karena merasa sakit hati atas pernyataan Bibit yang menyebut Wali Kota Surakarta Joko Widodo bodoh (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti). Kalimat latar tersebut mengemukakan secara lengkap dan jelas pelaku yang menolak Bibit untuk datang ke Solo. Kemudian koherensi sebab-akibat ”karena” menunjukan alasan mereka bersikap kepada Bibit seperti itu. Untuk memperjelas alasan dari FKMS yang menolak kedatangan Bibit ke Solo, awak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
media Suara Merdeka memberikan kutipan langsung dari perwakilan FKMS tersebut. Ucapan ’wali kota Solo itu bodoh’ memperlihatkan karakter kepemimpinan Bibit yang sebenarnya, arogan dan otoriter,” tegas Budi Prayitno, juru bicara FKMS, Senin (27/6) (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 2). Koherensi penjelas
”dan” mengonstruksikan bahwa warga Solo
menilai bahwa Gubernur Jateng itu tidak hanya arogan tetapi juga memiliki sikap otoriter, yang tidak memperhatikan aspirasi rakyatnya dalam memimpin. Penggunaan label jabatan ”juru bicara FKMS” untuk menunjang validitas fakta yang diperoleh dari sumber yang berhak untuk berbicara terkait dengan tema yang diangkat Suara Merdeka. Tidak hanya arogan dan otoriter, warga juga secara to the point mengungkapkan bahwa sikap Bibit kepada Jokowi tersebut tidak pantas sebagai suri tauladan kepemimpinan yang sebenarnya. FKMS menilai pernyataan gubernur tersebut tidak cerdas dan tidak patut diucapkan orang yang dianggap sebagai figur pemimpin dan panutan masyarakat (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 3). Kemudian Suara Merdeka memberikan latar berita seperti di bawah ini: Memanasnya polemik antara Pemkot Surakarta dan Pemprov Jateng terkait pembongkaran bekas pabrik es Saripetojo harus disikapi dengan kepala dingin, bukannya membuat panas suasana dengan memberikan pernyataan pedas di media massa (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 4). Pada paragraf di atas terlihat seperti kalimat parafrase dari juru bicara FKMS, tetapi dalam kalimat tersebut sebenarnya juga merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
kalimat latar yang ditulis oleh Suara Merdeka. Agar nampak obyektif kemudian menampilkan kalimat kutipan langsung: ”Hendaknya Bibit menyadari betul apa yang telah diucapkannya. Kenapa Bibit sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas?” kata Budi (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 5). Untuk memperkuat konstruksi bahwa Bibit sebagai pemimpin sekaligus panutan rakyat tidak semestinya bersikap negatif seperti itu, Suara Merdeka juga menuliskan sub pokok bahasan yang mengulas tentang status Saripetojo yang belum jelas dan aktivitas pembongkaran Saripetojo yang tidak sesuai dengan peraturan. Hal ini juga ditunjang dengan narasumber yang menyatakan Saripetojo memang seharusnya belum boleh secepat itu dibongkar. Selama ini, bangunan bekas pabrik es Saripetojo memang menjadi aset Perusahaan Citra Mandiri. Di lokasi gedung yang dibangun tahun 1888 itu akan didirikan Mal Ramayana. Rencana tersebut menuai protes warga Solo, karena menilai bangunan itu termasuk salah satu cagar budaya berdasarkan rekomendasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng (Lampiran 4, kalimat ke-1, 2 dan 3 paragraf ). Kalimat latar di atas dibuat untuk mem-flash back sekaligus mengingatkan pembaca atas peristiwa yang sebelumnya terjadi dan sebagai pemicu Gubernur Jawa Tengah menyebut Walikot Solo dengan sebutan bodoh. Dalam kalimat parafrase berikut ini dipertegas bahwa BP3 Jateng sebenarnya sudah menilai Saripetojo masuk dalam cagar budaya. Kepala BP3 Jateng Tri Hatmadji menerangkan, dari hasil inventarisasi yang dilakukan pihaknya usai terbitnya UU Nomor 11/2010 tentang Cagar Budaya, terdapat 92 bangunan cagar budaya di Solo. Saripetojo adalah salah satunya, dan terdaftar dengan nomor 64 (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 8).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
Yang diikuti dengan kalimat kutipan langsung: ”Saat ini proses penetapannya menunggu registrasi dari Menbudpar. Tapi yang jelas, sesuai UU Nomor 11/2010, seharusnya perubahan fisik atas bangunan-bangunan tersebut harus sepengetahuan dan seizin kementerian.” kata dia (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 9). Dari dua kalimat di atas mengindikasikan bahwa sebenarnya Saripetojo tidak boleh dibongkar sebelum ada keputusan resmi dari Kemenbudpar namun apa yang terjadi, sekarang bangunan tersebut telah rusak dan sudah tidak berbentuk. Ini mengonstruksikan bahwa Gubernur juga sebagai salah satu pihak yang patut disalahkan karena dia telah mengiyakan pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Saripetojo. Pencantuman UU yang mengatur cagar budaya semakin memperkuat konstruksi Suara Merdeka tersebut. Penggunaan narasumber dari Pemkot pun juga dilakukan oleh Suara Merdeka untuk membangun konstruksinya
bahwa
tindakan
perobohan bangunan Saripetojo telah menyalahi aturan. Kalimat parafrase tersebut adalah: Sementara itu, Pemkot Solo menyatakan bahwa izin pemanfaatan ruang (IPR) bukanlah izin merobohkan, apalagi mengubah bentuk bangunan. IPR hanya menjelaskan peruntukan lahan di wilayah Purwosari sebagai kawasan perdagangan (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 10). Sekda Budi Suharto menyatakan, IPR nomor 650/142/LN 08/IPR/V/2011 tanggal 23 Mei 2011 yang dikantongi Citra Mandiri disebutkan berbagai syarat yang wajib dipenuhi pengembang, salah satunya rekomendasi dari BP3 (Lampiran 4,kalimat ke-1 paragraf 11) (cetak tebal peneliti). Menurut Budi, ada peraturan lain yang juga harus dipatuhi, yakni Perda Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasar modern harus berjarak minimal 500 meter dari pasar tradisional (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 12),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
Budi juga menegaskan, Pemkot belum mengeluarkan Izin mendirikan Bangunan (IMB) terkait perobohan bangunan tersebut (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 13). Berbeda dengan sub bahasan pokok sebelumnya yang terkesan memojokan Geburnur, kali ini yang ditonjolkan adalah pengembang, Perusda Citra Mandiri yang tidak mematuhi peraturan yang ada ketika akan membongkar Saripetojo. Sehingga terkesan bahwa kesalahan semata-mata pada Perusda dan mengecilkan kesalahan Bibit. Pada paragraf selanjutnya, Suara Merdeka juga mencantumkan hasil wawancara dengan Walikota Solo, Jokowi terkait dengan polemik ini. Terpisah, Joko Widodo mengaku akan segera melakukan koordinasi dengan orang nomor satu di Jateng tersebut. ”Saya akan sowan ke Gubernur untuk membicarakan polemik ini. Yang pasti, saat ini saya masih mempelajari semua berkas terkait rencana pembangunan mal itu,” kata dia (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 14). Secara eksplisit, Suara Merdeka setuju dengan sikap Jokowi yang berusaha meredam polemik yang bergulir. Hal ini juga nampak dalam penutup berita berikut ini: Dia juga meminta semua pihak menjaga suasana kondusif. ”Sebaiknya semua cooling down dulu,” katanya (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 15). b)
Struktur skrip
Dari analisis skrip, Suara Merdeka lebih cenderung mengisahkan fakta siapa menyatakan apa seperti yang disusun seperti dalam kalimat pendahuluan berita ”Forum Komunitas Masyarakat Solo (FKMS) yang terdiri atas Paguyuban Pedagang Purwosari, Masyarakat Sondakan, Aliansi Solo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
Progresif, dan Komunitas Peduli Cagar Budaya menyampaikan sikap itu karena merasa sakit hati atas pernyataan Bibit yang menyebut Wali Kota Surakarta Joko Widodo bodoh.” Frase ”Forum Komunitas Masyarakat Solo (FKMS) yang terdiri atas Paguyuban Pedagang Purwosari, Masyarakat Sondakan, Aliansi Solo Progresif, dan Komunitas Peduli Cagar Budaya” sebagai unsur who, sedangkan ” menyampaikan sikap itu” dijadikan unsur what. Penguatan judul berita juga terdapat dalam kalimat tersebut yang mengandung unsur why ”karena merasa sakit hati atas pernyataan Bibit yang menyebut Wali Kota Surakarta Joko Widodo bodoh.” Mayoritas dalam berita ini memang mengandung unsur who dan what dan nampak dibuat untuk mengesankan bahwa gubernur dan pengembang adalah orang-orang yang patut disalahkan atas perbuatannya terkait Saripetojo. c)
Struktur tematik
Seperti yang telah dijelaskan dalam analisis struktur sintaksis, pada bagian judul dan lead berita menggunakan bentuk kalimat pasif. Ini untuk menekankan subyek sasaran. Hal ini juga terjadi pada unsur detail dan beberapa unsur koherensi yang digunakan untuk memperjelas konstruksi Suara Merdeka. Koherensi penjelas mayoritas dipakai untuk mengonstruksikan sifat negatif gubernur, antara lain dalam kalimat: ”Ucapan ’wali kota Solo it bodoh’ memperlihatkan karakter kepemimpinan Bibit yang sebenarnya, arogan dan otoriter,” tegas Budi Prayitno, juru bicara FKMS, Senin (27/6)” dan ” FKMS menilai pernyataan gubernur tersebut tidak cerdas dan tidak patut diucapkan orang yang dianggap sebagai figur pemimpin dan panutan masyarakat.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
Kata ”dan” juga dipakai untuk memperjelas bahwa tindakan perobohan bangunan Saripetojo belum mendapat izin dari BP3 dan melanggar beberapa Peraturan Daerah Kota Solo. Kalimat tersebut adalah: ”Kepala BP3 Jateng Tri Hatmadji menerangkan, dari hasil inventarisasi yang dilakukan pihaknya usai terbitnya UU Nomor 11/2010 tentang Cagar Budaya, terdapat 92 bangunan cagar budaya di Solo. Saripetojo adalah salah satunya, dan terdaftar dengan nomor 64.” kata ”dan” dipakai untuk mempertegas bahwa Saripetojo memang cagar budaya. ”Saat ini proses penetapannya menunggu registrasi dari Menbudpar. Tapi yang jelas, sesuai UU Nomor 11/2010, seharusnya
perubahan
fisik
atas bangunan-bangunan
tersebut harus
sepengetahuan dan seizin kementerian.” kata dia.” Menjelaskan bahwa pembongkaran Saripetojo belum mendapatkan izin dari Kemenbudpar. ”Sementara itu, Pemkot Solo menyatakan bahwa izin pemanfaatan ruang (IPR) bukanlah izin merobohkan, apalagi mengubah bentuk bangunan. IPR hanya menjelaskan peruntukan lahan di wilayah Purwosari sebagai kawasan perdagangan.” kata ”apalagi” dipakai untuk mempertegas bahwa pembongkar belum mendapatkan izin membongkar, namun kenyataannya malah sudah akan mengubahnya menjadi mal. Melalui koherensi pembeda, juga digunakan untuk menunjukan sikap negatif gubernur ”Memanasnya polemik antara Pemkot Surakarta dan Pemprov Jateng terkait pembongkaran bekas pabrik es Saripetojo harus disikapi dengan kepala dingin, bukannya membuat panas suasana dengan memberikan pernyataan pedas di media massa.” Sedangkan koherensi sebab-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
akibat terdapat pada kalimat yang menjelaskan alasan warga Solo bersikap demikian kepada Gubernur Jateng (telah dijelaskan dalam struktur sintaksis). Dari unit analisis detail, banyak digunakan dengan memberikan informasi secara lengkap dan panjang lebar, disertai dengan data - data atas pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan pengembang dalam melakukan pembongkaran
Saripetojo.
Ini
mengonstruksikan
mendelegitimasi tindakan pengembang.
Suara
Merdeka
Hal ini dilakukan Suara Merdeka
untuk menjaga citra baik di mata khalayak khususnya masyarakat Solo. d)
Struktur retoris
Dalam analisis retoris, penempatan berita pada kolom halaman surat kabar juga termasuk bagian yang dianalisis. Untuk judul berita ”Bibit Ditolak Masuk Solo” diletakkan pada halaman sepuluh rubrik Jateng. Yang nampak janggal adalah selain berita tersebut juga terdapat judul berita lain yang membahas masalah Saripetojo. Judul berita yang masih dalam satu rubrik antara lain adalah: ”Pembongkaran Saripetojo Sudah Sesuai Aturan” membahas tentang pihak pengembang, yakni Perusda Citra Mandiri Jateng telah bertindak sesuai dengan prosedur dari Pemkot Solo; ”DPRD Gelar Dengar Pendapat” , membahas tentang rencana pengadaan pertemuan dengan pihak-pihak terkait Saripetojo; ”Batik Saja jangan Mal” mengulas tentang tanggapan para anggota DPD terkait dengan persetruan antara Bibit dengan Jokowi dan terlihat bahwa Suara Merdeka berusaha cover both side (tidak mendukung pihak manapun) dalam judul berita tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
Dari beberapa judul berita tersebut, yang nampak menonjol adalah judul ”Bibit Ditolak Masuk Solo”, karena dicetak dengan huruf paling besar dan tebal diantara judul lainnya. Hal ini mengostruksikan bahwa Suara Merdeka ingin memfokuskan ketertarikan pembaca untuk membaca pertama kali judul tersebut ketimbang dengan berita lainnya. Namun, untuk menetralisasi atau untuk mengesankan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam pembongkaran Saripetojo tidak bersalah maka dibuatlah judul ”Pembongkaran Saripetojo Sudah Sesuai Aturan” (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya). Untuk unsur label jabatan, memang beberapa digunakan Suara Merdeka untuk memperkuat perolehan sumber data dan dapat diyakini oleh khalayak atau pembaca bahwa memang benar informasi tersebut. Label jabatan tersebut adalah seperti: Juru Bicara FKMS, Kepala BP3 Jateng, Walikot Solo, Sekda Solo, dan Gubernur Jateng. Sedangkan unit analisis metafora terdapat pada paragraf 4 yaitu ”Memanasnya polemik antara Pemkot Surakarta dan Pemprov Jateng terkait pembongkaran bekas pabrik es Saripetojo harus disikapi dengan kepala dingin, bukannya membuat panas suasana dengan memberikan pernyataan pedas di media massa.” Kiasan ”kepala dingin” mengandung makna menyikapi suatu masalah dengan memikirkan baik dan buruknya tanpa disertai dengan emosi, dan ”pernyataan pedas” memiliki makna ucapan dari seseorang dengan kalimat yang menyinggung perasaan orang lain. Suara Merdeka juga menentukan pilihan kata (leksikon) atas beriburibu kata yang ada untuk memperkuat konstruksinya. Kata atau frase tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
antara lain adalah: inventarisasi; UU Nomor 11/2010 tentag Cagar Budaya; UU Nomor 11/2010; Perda Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; IPR nomor 650/142/LN 08/IPR/V/2011 tanggal 23 Mei 2011. Leksikon tersebut untuk menunjang bahwa pihak pembongkar bangunan telah melakukan kesalahan karena dalam membongkar bangunan Saripetojo tidak sesuai dengan peraturan Pemkot Solo dan UU Cagar Budaya. Untuk leksikon kata ”sowan” pada kalimat langsung ”Saya akan sowan ke Gubernur untuk membicarakan polemik ini. Yang pasti, saat ini saya masih mempelajari semua berkas terkait rencana pembangunan mal itu,” kata dia.” Menunjukan karakteristik Suara Merdeka, yaitu sesuai dengan kultur Jawa. Meskipun itu adalah kalimat langsung (kalimat yang ditulis apa adanya langsung dari narasumber) namun terkadang beberapa media mengubah atau bahkan memilih kalimat atau kata yang pantas ditampilkan dalam surat kabar. Selain itu, kata ”sowan” juga mengostruksikan karateristik Jokowi yang memiliki tata krama dan sopan santun terlihat dari penggunaan kata dalam bahasa jawa krama alus. Kemudian pada ending berita ”Dia juga meminta semua pihak menjaga suasana kondusif. ”Sebaiknya semua cooling down dulu,” katanya.” Kata ”kondusif” dan ”cooling down” untuk menegaskan bahwa Jokowi sebagai Walikota Solo dan menjadi bahan celaan Bibit mampu bersikap tenang, maka masyarakat Solo juga harus mampu menjaga suasana agar tetap terjaga dan jangan sampai terjadi keributan lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
III.3 Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator Polemik Saripetojo Polemik pabrik es Saripetojo akhirnya mencapai titik mediasi setelah timbul pertikaian dari beberapa pihak. Sekaligus ini menjadi babak awal untuk menemukan solusi bagi kelangsungan Saripetojo. Pihak-pihak yang terkait dalam peristiwa ini sepakat untuk membentuk sebuah tim yang dipergunakan untuk mengkaji lebih lanjut tentang rencana pembangunan mal di lahan bekas Saripetojo. Tim tersebut dinamakan Tim Independen, yang dibentuk saat pertemuan di kantor Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng di Prambanan, Klaten (Solopos, 4 Juli 2011). Pihak yang turut andil dalam pembentukan tim ini adalah: perwakilan dari Pemkot, Pemprov, BP3, dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Sejarah dan Purbakala Kemenbudpar. Tim Independen tersebut nantinya akan terdiri dari kalangan akademisi meliputi tiga universitas, yakni: UGM Yogyakarta, UNS Surakarta, dan Undip Semarang. Hasil kajian dan rekomendasi
dari tim tersebut nantinya akan
direkomendasikan ke Kemenbudpar sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan, apakah Saripetojo masuk dalam kategori benda cagar budaya atau tidak. Pada saat pertemuan tersebut semua pihak yang hadir juga sepakat untuk menyetujui apapun hasil kajian dan rekomendasi dari Tim Independen (Suara Merdeka, 4 Juli 2011). Berikut ini akan disajikan analisis berita terkait dengan tema yang telah ditetapkan oleh peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
A. Pembentukan
Tim
Independen:
Sebagai
Mediator
Polemik
Saripetojo dalam Bingkai Harian Umum Solopos 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema pembentukan tim independen: sebagai mediator polemik Saripetojo pada Solopos Elemen struktur berita mengenai pembentukan tim independen: sebagai mediator permasalahan Saripetojo diangkat oleh Harian Umum Solopos dengan judul Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo, diterbitkan Senin, 4 Juli 2011 di halaman depan rubrik Solopos Nasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
3. Analisis struktur berita ”Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo” pada Solopos a)
Struktur sintaksis
Dalam judul kalimat ”Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo” terdapat unsur who dan what ini terlihat bahwa Solopos ingin menonjolkan tujuan dibentuknya dari tim independen, yakni sebagai pengkaji amdal pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Saripetojo. Dengan penulisan judul yang tidak dicetak tebal dan ukuran huruf yang tidak terlalu besar ini terlihat Solopos terkesan mengecilkan ketertarikan khalayak akan judul berita ini. Kemudian berita ini diawali dengan kalimat lead yang berbunyi: Solo (Espos) Sebuah tim Independen dibentuk untuk mengkaji lebih lanjut berbagai permasalahan terkait rencana pembangunan mal di lahan bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari Solo (Lampiran 5, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti). Sedikit berbeda seperti yang disebutkan dalam judul kalimat, yang mengesankan bahwa tim independen hanya ditugaskan untuk mengkaji Amdal Saripetojo, pada kalimat lead di atas tim independen dibentuk sekaligus untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul terkait pembangunan mal di bekas pabrik Saripetojo. Konjungsi ”untuk” dipakai untuk menunjukan fungsi atau tujuan dibentuknya tim tersebut. Memasuki tubuh berita, Solopos mengemasnya sebagai latar yang menginformasikan berbagai fakta tentang pembentukan tim tersebut: Informasi yang dihimpun Espos, Minggu (3/7), tim tersebut dibentuk saat pertemuan di Kantor Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng di Prambanan, Klaten, Jumat (1/7). Pertemuan itu dihadiri antara lain perwakilan BP3 Jateng, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Pemerintah Provinsi Jateng dan Direktorat Jenderal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
(Ditjen) Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 2). Tim independen yang dibentuk juga bakal melibatkan kalangan akademisi dari tiga universitas yaitu Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo (Lampiran 5, kalimat ke-1 paragraf 3). Kedua paragraf di atas memberikan informasi detail terkait pembentukan tim independen. Pada paragraf pertama mengonstruksikan bahwa tim independen terbentuk karena kesepakatan antara BP3 Jateng, Pemkot, Pemprov, dan juga Direktorat Jenderal (Ditjen) Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Kemudian pada paragraf kedua menunjukan
bahwa
kemungkinan
tim
yang
telah
dibentuk
akan
beranggotakan dari para akademisi yang berasal dari tiga perguruan tinggi terkenal di wilayah Jawa Tengah. Kalimat selanjutnya menunjukan bahwa dalam pertemuan tersebut, Pemkot diwakili oleh bagian DTRK Kota Solo. Ini dilakukan Solopos dengan mencantumkan kutipan langsung dari narasumber yang valid agar berita tersebut nampak obyektif. ”Ya memang dalam pertemuan di BP3 Prambanan Klaten, Jumat kemarin salah satunya ada pembentukan tim yang akan mengkaji lebih lanjut tentang amdal terkait rencana pembangunan mal di lahan bekas Pabrik Es Saripetojo. Tapi untuk detail tugas dan fungsinya, saya masih belum memperoleh laporan lengkapnya dari Kasi saya yang ikut dalam pertemuan kemarin,” ujar Ahyani kepada wartawan, Minggu (3/7) (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 5). Untuk kembali memperkuat dan mempertegas tentang pembentukan tim tersebut, awak media Solopos juga melakukan wawancara dari pihak yang ikut terlibat dalam pertemuan tersebut, yakni BP3 Jateng. Berikut latar dan kutipan langsungnya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
Hal senada dikemukakan Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng, Gutomo. (Lampiran 5, kalimat ke- 1 paragraf 6) Menurut Gutomo, tim independen tersebut melibatkan para akademisi yang akan mengkaji analisis dampak lingkungan (Amdal). Namun terkait tugas dan fungsi tim tersebut masih akan dibahas dalam pertemuan berikutnya (Lampiran 5, kalimat ke-2 dan 3 paragraf 6). Gutomo menambahkan dalam pertemuan itu, semua yang hadir juga telah setuju akan meyepakati apapun hasil kajian dari tim atas permasalahan Saripetojo. ”Semua yang hadir sudah sepakat, apapun hasil kajian tim independen nantinya akan disepakati oleh semua pihak,” tegasnya (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 7). Penggunaan label jabatan ”Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng” menunjukan bahwa fakta yang diperoleh berasal dari narasumber yang benar-benar mengetahui kronologis peristiwa tersebut. Kalimat ”Namun terkait tugas dan fungsi tim tersebut masih akan dibahas dalam pertemuan berikutnya.” Ini terlihat bahwa ingin membantah pernyataan dari Kepala DTRK Solo yang berbunyi ”Tapi untuk detail tugas dan fungsinya, saya masih belum memperoleh laporan lengkapnya dari Kasi saya yang ikut dalam pertemuan kemarin”. Dari dua narasumber yang mengikuti pertemuan tersebut tidak ada kesepahaman dalam hal detail tugas dan fungsi dari tim independen. Namun, untuk tujuan utama dibentuknya tim, kedua narasumber tersebut menyatakan bahwa tim independen akan mengkaji Amdal Saripetojo. Tentu hal ini sesuai dengan judul yang diangkat oleh Solopos. Dalam paragraf 7 di atas terlihat bahwa memang benar jika tim independen dibentuk atas kesepakatan antara BP3 Jateng, Pemkot, Pemprov dan juga Kemenbudpar. Kalimat ”semua yang hadir juga telah setuju akan meyepakati apapun hasil kajian dari tim atas permasalahan Saripetojo.” Mengonstruksikan bahwa karena pembentukan tim ini atas persetujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
bersama maka segala hasil kajian dari tim harus dapat diterima dengan seksama. Kemudian memasuki sub pokok bahasan yang lain, yakni berkaitan dengan protes warga, diawali dengan latar sebagai berikut: Sementara itu, warga di sekitar bekas Pabrik Es Saripetojo terus merapatkan barisan menolak pembangunan mal di lokasi itu (Lampiran 5, kalimat ke-1 paragraf 9) (cetak tebal peneliti). Warga Jantirejo, Sondakan, Laweyan menyatakan ada 14 alasan warga menolak mal di daerah itu, diantaranya masalah keamanan, problem sosial, ekologi, lalu lintas hingga rapuhnya sendi-sendi budaya masyarakat akibat berdirinya mal (Lampiran 5, kalimat ke-2 paragraf 9) (cetak tebal peneliti). Koherensi pembeda ”sementara itu” menunjukan perbedaan dan mengonstruksikan bahwa sementara pejabat-pejabat yang terkait masalah Saripetojo baru mengadakan pertemuan dan akan membentuk tim yang ditugaskan untuk mengkaji Amdal Saripetojo, warga telah melakukan diskusi dan membicarakan Amdal yang kemungkinan muncul jika mal tetap berdiri, ini ditandai dengan koherensi akibat. Di sini awak media Solopos ingin menunjukan keterlambatan dari pemerintah untuk mengatasi polemik Saripetojo ini. Agar terlihat bahwa warga memang benar-benar melakukan rembuk atau diskusi tersebut, Solopos menyantumkan wawancara dari narasumber yang merupakan ketua paguyuban warga. Kalimat tersebut adalah: Ketua Paguyuban Warga Jantirejo, Amin Rosyadi menegaskan pembangunan mal di daerah itu akan berdampak langsung terhadap kehidupan warga. ”Pak Gubernur mungkin tak akan merasakannya. Sebab setelah proyek mal itu jadi, mungkin dia tak lagi jadi gubernur,” papar Amin Rosyadi, kepad Espos di kediamannya, Minggu (Lampiran 5, kalimat ke1 dan 2 paragraf 10).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
Kemudian dipertegas dengan parafrase yang berbunyi: Dalam rembuk warga beberapa hari terakhir, kata Amin, warga tak hanya menginventarisasi dampak negatif pembangunan mal. Namun, mereka juga menerima masukan positif dari Gubernur Jateng. antara lain kawasan menjadi ramai, harga tanah naik, tenaga kerja terserap serta munculnya usaha kos-kosan dan warung makan (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 11). Meski demikian, dampak positif tersebut justru bak pisau bermata dua. ”Sebab, ketika kawasan menjadi ramai, justru memicu kebisingan, polusi, keruwetan lalu lintas, meningkatnya pergaulan bebas hingga kriminalitas,” kata amin (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 12) (cetak tebal peneliti). Hasil dari diskusi warga tersebut nampak pembangunan mal mampu menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Konkretnya adalah pada ungkapan yang digunakan ”dampak positif tersebut justru bak pisau bermata dua”. Ini dicantumkan Solopos untuk menguatkan pesan yang hendak disampaikan. Kemudian Solopos juga menghimpun pendapat dari narasumber lain yang mendukung pernyataan dari warga tersebut. Forum Komunikasi Masyarakat (FKMS) juga menilai alasan terciptanya penyerapan tenaga kerja lokal hanyalah pemanis di bibir. Bahkan, janji itu dinilai sebagai omong kosong yang kadaluwarsa (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 15) (cetak tebal peneliti). Pemilihan FKMS sebagai narasumber mengesankan bahwa Solopos secara tersirat mendukung bahwa dampak negatif akan muncul lebih banyak ketimbang dampak positifnya. Pemilihan kata kiasan ”pemanis di bibir” dan ”omong kosong yang kadaluwarsa” semakin ingin mempertegas bahwa dampak positif yang diungkapkan oleh gubernur hanyalah sebagai imingiming bukan kejujuran yang sebenarnya agar rencananya untuk membangun mal dapat terlaksana. Kemudian janji gubernur juga dianggap sebagai omong
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
kosong yang sering kali diucapkan oleh pejabat-pejabat yang ingin mendapat dukungan dari masyarakat. b) Struktur skrip Dari analisis struktur skrip yang paling menonjol adalah unsur what, yakni mengenai pembentukan tim independen dan analisis dampak lingkungan dari pembangunan mal di lahan bekas pabrik Es Saripetojo. Sedangkan dari unsur who-nya, paling banyak mengulas tim independen dan warga yang menolak pendirian mal. Unsur when dan where dalam berita ini adalah tempat dan waktu terkait dengan pembentukan tim independen dan diskusi warga. Untuk unsur when dan where pembentukan tim independen adalah di Prambanan, Klaten pada saat pertemuan antara Pemkot, Pemprov, BP3 Jateng dan Ditjen Kemenbudpar. Dan untuk diskusi warga, unsur when-nya tidak disebutkan secara jelas, hanya beberapa hari terakhir dan unsur where-nya adalah Jantirejo, Sondakan, Laweyan. Unsur how yang ditekankan dalam berita tersebut adalah fakta yang berkaitan dengan pembentukan tim independen dan fakta tentang hasil diskusi warga. Sedangkan unsur why menekankan pada sebab pembentukan tim independen dan alasan warga menolak mal. c) Struktur tematik Dari struktur tematik sebagian besar merupakan detail yang menguraikan terbentuknya tim independen. Seperti beberapa kalimat berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
Informasi yang dihimpun Espos, Minggu (3/7), tim tersebut dibentuk saat pertemuan di Kantor Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng di Prambanan, Klaten, Jumat (1/7). Pertemuan itu dihadiri antara lain perwakilan BP3 Jateng, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Pemerintah Provinsi Jateng dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar). Tim independen yang dibentuk juga bakal melibatkan kalangan akademisi dari tiga universitas yaitu Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. ... Menurut Gutomo, tim independen tersebut melibatkan para akademisi yang akan mengkaji analisis dampak lingkungan (Amdal). Namun terkait tugas dan fungsi tim tersebut masih akan dibahas dalam pertemuan berikutnya. Gutomo menambahkan dalam pertemuan itu, semua yang hadir juga telah setuju akan meyepakati apapun hasil kajian dari tim atas permasalahan Saripetojo. ”Semua yang hadir sudah sepakat, apapun hasil kajian tim independen nantinya akan disepakati oleh semua pihak,” tegasnya. Dari beberapa kalimat di atas terlihat terjadi pengulangan detail, yaitu tim independen yang akan mengkaji Amdal Saripetojo, kemungkinan awak media Solopos ingin menegaskan tujuan dibentuknya tim independen kepada pembaca. Dan detail juga digunakan dalam sub tema yang membahas tentang warga melakukan kajian amdal mandiri dengan berdiskusi. Kalimat detail tersebut adalah: Warga Jantirejo, Sondakan, Laweyan menyatakan ada 14 alasan warga menolak mal di daerah itu, diantaranya masalah keamanan, problem sosial, ekologi, lalu lintas hingga rapuhnya sendi-sendi budaya masyarakat akibat berdirinya mal. ... Dalam rembuk warga beberapa hari terakhir, kata Amin, warga tak hanya menginventarisasi dampak negatif pembangunan mal. Namun, mereka juga menerima masukan positif dari Gubernur Jateng.Antara lain kawasan menjadi ramai, harga tanah naik, tenaga kerja terserap serta munculnya usaha kos-kosan dan warung makan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
...... Terkait dampak positif terserapnya tenaga kerja lokal, warga tak selamanya sepakat. Berangkat dari pengalaman di daerah lain, kata Amin, tenaga kerja lokal hanya dipekerjakan kontrak dan outsourcing. Dari beberapa kalimat detail di atas, Solopos ingin menegaskan bahwa kajian Amdal yang dilakukan secara mandiri oleh warga membuahkan hasil bahwa dampak negatif yang muncul lebih banyak daripada dampak positifnya. Sedangkan dari unit analisis koherensi, terdapat pada kalimat langsung paragraf 8, ”Direktur Jenderal Purbakala dari Kemenbudpar akan berupaya untuk menjelaskan tentang duduk permasalahan Saripetojo itu kepada Menteri (Menbudpar, Jero Wacik-red) secara langsung. Sehingga diharapkan nantinya segera ada ketetapan dari Menteri tentang status bangunan Saripetojo tersebut,” tandasnya” Menjelaskan bahwa perwakilan dari Ditjen Kemenbudpar yang ikut dalam pertemuan tersebut dapat mempercepat Menteri Budaya dan Pariwisata untuk memutuskan status Saripetojo. Koherensi sebab akibat yang lain juga terdapat pada paragraf 12 ”Sebab, ketika kawasan menjadi ramai, justru memicu kebisingan, polusi, keruwetan lalu lintas, meningkatnya pergaulan bebas hingga kriminalitas,” kata amin”. Ini menegaskan dampak negatif dari pembangunan mal. Koherensi pembeda terdapat pada kalimat ”Menurut Gutomo, tim independen tersebut melibatkan para akademisi yang akan mengkaji analisis dampak lingkungan (Amdal). Namun terkait tugas dan fungsi tim tersebut masih akan dibahas dalam pertemuan berikutnya.” menunjukan bahwa memang tim independen ditugaskan untuk mengkaji amdal tapi untuk lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
detailnya belum sempat dibahas dalam pertemuan tersebut. lalu pada kalimat ”Dalam rembuk warga beberapa hari terakhir, kata Amin, warga tak hanya menginventarisasi dampak negatif pembangunan mal. Namun, mereka juga menerima masukan positif dari Gubernur Jateng. Antara lain kawasan menjadi ramai, harga tanah naik, tenaga kerja terserap serta munculnya usaha koskosan dan warung makan.” Meskipun warga sekitar Saripetojo tidak setuju dengan adanya mal, tapi mereka tetap mempertimbangkan dampak positif yang akan muncul seperti yang diucapkan oleh gubernur. Kemudian pada paragraf 14 ”Menurut Amin, mendirikan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo adalah kebijakan instan. Sebab, meski Solo disebut sebagai kota perdagangan dan jasa, namun memilih mendirikan mal adalah pilihan yang keliru.” dipakai untuk memperjelas bahwa warga tidak suka dengan adanya mal baru di sekitar tempat tinggal mereka. Dan pada bagian ending berita ”Forum Komunikasi Masyarakat (FKMS) juga menilai alasan terciptanya penyerapan tenaga kerja lokal hanyalah pemanis di bibir. Bahkan, janji itu dinilai sebagai omong kosong yang kadaluwarsa.” Kata ”bahkan” untuk menghubungkan dan memperjelas kalimat sebelumnya yang membantah janji dan pernyataan gubernur terkait dampak positif pembangunan mal. Serta kalimat ke-1 paragraf 9 dan kalimat ke-1 paragraf 12 yang telah dijelaskan pada struktur sintaksis. d) Struktur retoris Pada beberapa pencantuman narasumber terdapat beberapa label jabatan yang digunakan untuk memperkuat fakta yang disajikan oleh Solopos,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
antara lain: label jabatan Kepala Dinas Tata Ruang dan Kota (DTRK) Solo, Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng serta Ketua Paguyuban Warga Jantirejo. Beberapa narasumber yang digunakan telah memiliki wewenang untuk berbicara sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan oleh Solopos. Kemudian pada unit analisis metafora pada paragraf 12 dan paragraf penutup berita dipakai untuk mendukung dan menekankan kosntruksi yang ingin disampaikan Solopos (seperti telah dijelaskan dalam struktur sintaksis). Dari unit analisis pengandaian terdapat pada paragraf 14 kalimat ke-2 yang merupakan kutipan langsung dari warga ”Kenapa mesti mal? Kenapa tidak museum, taman pintar, atau usaha yang bisa menyerap produk lokal warga, semisal pusat oleh-oleh khas Solo. Mal itu kan jelas tak akan mengakomodasikan
kepentingan
warga
lokal,”
paparnya”
Ini
mengonstruksikan bahwa lahan bekas Saripetojo dapat direvitalisasi sebagai tempat yang lebih bermanfaat dibanding harus membangun mal yang akan menimbulkan banyak dampak negatif. B. Pembentukan Tim
Independen:
Sebagai
Mediator Polemik
Saripetojo dalam Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema pembentukan tim independen: sebagai mediator olemik Saripetojo pada Suara Merdeka Elemen struktur berita surat kabar Suara Merdeka berkenaan dengan tema pembentukan tim independen: sebagai mediator polemik Saripetojo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
adalah berita berjudul Dibentuk Tim Independen Kasus Saripetojo yang diterbitkan pada tanggal 4 Juli 2011 di halaman E rubrik Solo Metropolitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
2. Analisis struktur berita ”Dibentuk Tim Independen Kasus Saripetojo” pada Suara Merdeka a) Struktur sintaksis Dari bentuk nominalisasi judul kalimat ”Dibentuk Tim Independen Kasus Saripetojo” ini terlihat bahwa Suara Merdeka ingin me-generalisasi peristiwa pembentukan tim independen, yang sebenarnya dalam judul tersebut mengandung tentang proses pembentukan, tujuan pembentukan, siapa yang membentuk, dll. Kalimat judul tersebut dicetak tebal dengan huruf berukuran besar. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian khalayak agar membaca berita tersebut. Penggunaan kata ”kasus” mengonstruksikan bahwa awak media Suara Merdeka menganggap polemik Saripetojo ini sebagai peristiwa yang sudah sangat krusial. Pada judul ini juga ditulis sub bab ”Hasil Rekomendasi” yang membahas tentang bagaimana seharusnya tindak lanjut dari hasil tim kajian independen tersebut. Kemudian pada bagian lead diuraikan unsur who, siapa saja yang terlibat dalam pembentukan tim independen tersebut, seperti berikut ini: Solo- Pemprov Jateng, Pemkot Surakarta, dan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng sepakat membentuk tim independen, guna mengkaji lebih lanjut rencana pembangunan mal Ramayana di lahan bekas pabrik es Saripetojo (Lampiran 6) (cetak tebal peneliti). Kalimat lead di atas terlihat bahwa tim independen dibentuk atas dasar kesepakatan bersama antara tiga pihak yang terlibat dalam polemik kasus Saripetojo. Klausa ”guna mengkaji lebih lanjut rencana pembangunan mal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 190
Ramayana di lahan bekas pabrik es Saripetojo” terdapat konjungsi peruntukan menunjukan tujuan dari dibentuknya tim tersebut. Pada paragraf selanjutnya dijelaskan dengan detail keanggotaan tim independen tersebut, seperti berikut ini: Tim tersebut terdiri atas kalangan akademisi dari tiga universitas, yakni Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 1). Penggunaan label status ”kalangan akademisi” untuk mempertegas bahwa keanggotaan tim independen berasal dari orang-orang berpendidikan tinggi. Memasuki tubuh berita, disajikan parafrase yang sekaligus menjadi latar wartawan dalam judul berita ini. Dan kalimat tersebut adalah: Kepada wartawan, Minggu (3/7) Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Ahyani menerangkan, pembentukan tim tersebut merupakan salah satu kesepakatan dalam pertemuan antara perwakilan Pemkot, Pemprov, BP3, dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Sejarah dan Purbakala Kemenbudpar, Jumat (1/7) lalu, di kantor BP3 (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 2). Pengutipan
parafrase
dari
narasumber
Kepala
DTRK
mengonstruksikan bahwa memang benar jika Pemkot Solo adalah salah satu pihak yang ikut
menyetujui pembentukan tim tersebut. Karena pada saat
pertemuan, Pemkot diwakili oleh kepala
DTRK, seperti yang ditulis pada
kalimat parafrase berikut ini: Dijelaskan, dalam pertemuan tersebut Pemkot diwakili pihak DTRK dan Bagian Hukum dan HAM Setda (Lampiran 6, kalimat ke1 paragraf 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 191
Dari kalimat di atas dijelaskan tidak hanya DTRK namun juga bagian Hukum dan HAM Setda menjadi perwakilan pihak pemkot Solo menghadiri pertemuan tersebut. Pembentukan
tim
independen didukung
dengan pernyataan
narasumber dari BP3 yang ikut dalam pertemuan tersebut. Soal pembentukan tim independen yang beranggotakan akademisi tersebut juga disampaikan Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng, Gutomo (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 8) . Diikuti dengan kutipan langsung: ”Ke depan, masih akan diadakan beberapa pertemuan lagi. Termasuk pertemuan untuk membahas tugas dan fungsi tim itu,” terangnya (Lampiran 6, kalimat ke-2 paragraf 8). Label jabatan ”Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng” ingin menunjukan bahwa narasumber yang dipakai adalah orang yang turut hadir dalam pertemuan dan berperan dalam pembentukan tim tersebut. Kemudian selanjutnya, ada kalimat parafrase yang merupakan penegas dari kalimat kutipan langsung di atas. Ditegaskan, seluruh peserta pertemuan telah menyetujui apa pun hasil rekomendasi yang dihasilkan anggota tim, khususnya terkait kelanjutan proyek yang kini menjadi polemik tersebut (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 9) (cetak tebal peneliti). Kata ”ditegaskan” yang memiliki sinonim dengan kata dijelaskan ini dipakai Suara Merdeka untuk menguatkan bahwa semua pihak yang hadir dalam pertemuan tersebut sepakat untuk menyetujui apapun hasil kajian dan rekomendasi tim independen. Sehingga nantinya tidak ada lagi yang memrotes ataupun menyangkal hasil kajian tim tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 192
Pada bagian ending berita, Suara Merdeka menggunakan kutipan langsung dari Gutomo, Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng: ”Diharapkan upaya tersebut akan mendorong menteri untuk segera menetapkan status bangunan Saripetojo tersebut sebagai Benda Cagar Budaya (BCB),” jelas dia (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 11). Kalimat langsung tersebut secara tersurat mengonstruksikan bahwa BP3 Jateng sebenarnya sangat mendukung jika Saripetojo menjadi cagar budaya. Namun, informasi ini diletakkan pada akhir berita sehingga mengesankan Suara Merdeka menyembunyikannya dan lebih menonjolkan pada pembentukan tim independen. b) Struktur skrip Dalam berita ini, mayoritas susunan paragraf demi paragraf merupakan kutipan langsung dan parafrase dari dua narasumber, yakni perwakilan dari Pemkot Solo dan BP3 Jateng yang membenarkan adanya pembentukan tim tersebut. Sehingga yang sering muncul adalah unsur who, yakni subyek yang mengatakan dan unsur what, yaitu subyek mengatakan apa. Sedangkan unsur how-nya mengulas tentang fakta-fakta terkait pembentukan tim independen dan kejadian saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Untuk unsur why-nya lebih ditonjolkan pada tujuan atau alasan dibentuknya tim independen, karena diletakkan pada bagian teras berita (lead). Unsur when dan where-nya adalah waktu dan tempat dimana proses pembentukan tim tersebut terjadi, yakni Jumat, 1 Juli 2011 dengan lokasi di kantor BP3 Jateng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 193
c) Struktur tematik Dari unit analisis koherensi terdapat koherensi ”tapi” dalam kalimat ”Tapi detail tugas dan fungsi tim tersebut belum dibicarakan,” kata dia.” untuk membedakan bahwa pembentukan tim independen memang sudah pasti namun untuk detail tugas dan fungsi belum jelas. Sedangkan kata ”dan” menjelaskan bahwa dalam pertemuan tersebut, tidak hanya tugas yang belum dibahas tetapi juga fungsi dari tim independen. Kata ”dan” juga terdapat pada paragraf 8 ”Ke depan, masih akan diadakan beberapa pertemuan lagi. Termasuk pertemuan untuk membahas tugas dan fungsi tim itu,” terangnya.” ini untuk menjelaskan bahwa tugas dan fungsi dari tim independen baru akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Lalu pada kalimat ”Dijelaskan, dalam pertemuan tersebut Pemkot diwakili pihak DTRK dan Bagian Hukum dan HAM Setda.” menguraikan bahwa perwakilan dari Pemkot Solo terdiri dari dua bagian departemen pemerintahan. Selain koherensi terdapat juga konjungsi peruntukan yaitu kata ”guna” seperti dalam kalimat ”Solo- Pemprov Jateng, Pemkot Surakarta, dan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng sepakat membentuk tim independen, guna mengkaji lebih lanjut rencana pembangunan mal Ramayana di lahan bekas pabrik es Saripetojo.” Ini untuk menunjukan dan mendetailkan tujuan dari pembentukan tim independen. Dari unit analisis detail, terdapat pengulangan kalimat yang menjelaskan tentang proses pembentukan tim independen pada
pertemuan
yang terjadi di kantor BP3 Jawa Tengah. Pengulangan tersebut nampak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 194
dijelaskan oleh dua narasumber yaitu Kepala DTRK Solo dan Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng. Hal ini nampak sesuai dengan judul yang diangkat oleh Suara Merdeka. d) Struktur retoris Dari unit analisis leksikon, beberapa kata dipilih awak media Suara Merdeka untuk mendiskripsikan dan memberikan penekanan makna pada peristiwa. Kata – kata tersebut adalah ”kasus”, Suara Merdeka memberikan penekanan bahwa Saripetojo ini sudah menjadi perseteruan yang sangat krusial, oleh karenanya pembentukan Tim Independen diupayakan dapat membantu untuk mengatasi polemik yang terjadi. Pada paragraf 9 terdapat kata ”ditegaskan” memberikan penekanan makna bahwa kalimat parafrase tersebut penting, yakni apapun hasil kajian tim independen telah disetujui oleh para peserta yang hadir dalam pertemuan di kantor BP3 Jateng. Lalu kata ”SK pengangkatannya” mengindikasikan bahwa Pemkot Solo telah sangat setuju dengan pembentukan Tim independen dan siap dengan anggota tim yang akan ditunjuk untuk mewakili Solo. Penggunaan label jabatan Kepala DTRK, menunjukan bahwa dari Pemkot Solo yang hadir dalam pertemuan adalah DTRK Solo sehingga keterangan informasi yang diperoleh Suara Merdeka benar valid. Begitu juga pemakaian label jabatan Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng. Kemudian label status ”kalangan akademisi” ini mengonstruksikan bahwa Tim Independen terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan penelitian dan pendidikan tinggi karena berasal dari universitas-universitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 195
ternama dilingkup Jawa Tengah. Sedangkan pada kalimat ”Ditegaskan, seluruh peserta pertemuan telah menyetujui apa pun hasil rekomendasi yang dihasilkan anggota tim, khususnya terkait kelanjutan proyek yang kini menjadi polemik tersebut.” untuk menyebut orang - orang yang hadir dalam pertemuan tersebut, termasuk Gutomo sebagai orang yang memberikan keterangan dalam kalimat parafrase di atas. III.4 Hasil Kajian Tim Independen Tim yang terbentuk dari hasil pertemuan di kantor BP3 Jawa Tengah akhirnya mengemukakan hasil kajiannya. Berdasarkan aspek kajian, yang meliputi: kesejarahan, estetika, kejamakan, kelengkapan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan, tim independen menilai bahwa Saripetojo memang tidak layak disebut sebagai benda cagar budaya (Solopos, 9 Juli 2011). Selain menyampaikan hasil kajiannya, tim juga memberikan beberapa rekomendasi atau saran, diantaranya: penyelidikan dan penyidikan oleh polisi atau pengaduan LSM terkait pengrusakan cagar budaya tidak dilanjutkan, semua pihak diharap menunggu penetapan eks pabrik es itu sebagai cagar budaya atau bukan oleh Menbudpar, proses rancang bangun bisa diteruskan termasuk pengurusan proses perizinan lebih lanjut (Suara Merdeka, 9 Juli 2011). Fakta di atas diberitakan dengan cara yang berbeda antara Solopos dan Suara Merdeka. Nampak dari hasil analisis peneliti ada informasi yang ditonjolkan dan dikurangi untuk memberikan konstruksi yang ingin di sampaikan oleh media tersebut. Suara Merdeka ingin mengonstruksikan bahwa hasil kajian tim independen memang benar dan harus diyakini. Sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 196
konstruksi yang ingin dibangun Solopos adalah hasil kajian dari tim tersebut bukan hasil akhir yang dapat merubah nasib Saripetojo. Untuk lebih lengkapnya akan diuraikan dalam analisis berikut ini: A. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai Harian Umum Solopos 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema hasil kajian tim independen pada Solopos Elemen struktur berita surat kabar Harian Umum Solopos berkaitan dengan tema hasil kajian tim independen adalah berita berjudul Jokowi Pilih Tunggu BP3, Tim: Saripetojo Tak Layak BCB yang diterbitkan pada Sabtu, 9 Juli 2011 di halaman 12 rubrik Solopos Nasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 204
4. Analisis struktur berita ”Jokowi Pilih Tunggu BP3, Tim: Saripetojo Tak Layak BCB” pada Solopos a) Struktur sintaksis Pada kalimat judul yang dicetak tebal dengan ukuran huruf yang besar, yakni ”Tim: Saripetojo Tak Layak BCB” dari bentuk kalimatnya merupakan sebuah kalimat petikan tim independen. Penggunaan kalimat tersebut sengaja untuk mempertegas subyek yang menyatakan Saripetojo tak layak BCB. Dan kalimatb”Jokowi Pilih Tunggu BP3”, mengonstruksikan bahwa Jokowi lebih memilih menunggu keputusan dari badan resmi yang memang memiliki kewenangan untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan cagar budaya, yaitu BP3 Jawa Tengah. Pada bagian lead, Solopos mengemasnya dengan memaparkan salah satu rekomendasi dari tim independen, yaitu sebagai berikut: Semarang (Espos) Tim pakar dari perguruan tinggi merekomendasikan proses rancang bangun di lokasi bekas pabrik Es Saripetojo, Solo bisa diteruskan, termasuk proses perizinan lainya (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 1). Dari beberapa rekomendasi yang disampaikan tim independen, Solopos memilih kalimat tersebut sebagai lead atau pembuka berita menandakan bahwa Solopos ingin menonjolkan pada kemungkinan besar pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Sarieptojo akan tetap terus berjalan. Hal ini diperjelas pada kalimat perluasan lead berikut ini: Rekomendasi itu diungkap oleh Prof Eko Budiharjo, ketua tim pakar yang bertugas mengkaji bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo, kepada wartawan di Semarang, Jumat (8/7) (Lampiran 7, kalimat ke-2 paragraf 1).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 205
Unsur who adalah unsur yang paling ditekankan pada kalimat di atas. yakni ”Prof Eko Budiharjo, ketua tim pakar yang bertugas mengkaji bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo”. Penggunaan label jabatan semakin mempertegas pihak yang memiliki wewenang untuk berbicara mengenai tema yang diangkat. Agar
terlihat obyektif, Solopos menyantumkan kutipan langsung dari
narasumber bersangkutan, yang berbunyi seperti dibawah ini: ”Sambil menunggu ketetapan dari Menteri kebudayan dan Pariwisata tentang status bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo sebagai benda cagar budaya atau tidak, proses rancang bangun bisa diteruskan, termasuk proses perizinannya lebih lanjut.” (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 2). Dari pengutipan kalimat langsung tersebut nampak ganjil, yang seharusnya segala kegiatan menyangkut masalah pembangunan ataupun pembongkaran Saripetojo itu dihentikan karena belum ada ketetapan resmi dari Kemenbudpar, namun yang direkomendasikan justru sebaliknya bahwa kegitan terkait pembangunan mal bisa diteruskan sambil menunggu ketetapan dari kemenbudpar. Untuk memberikan informasi atau mengingatkan kembali pembaca tentang tim independen ini maka ditulislah latar yang mengulang informasi yang telah ditulis pada edisi sebelumnya. Kalimat tersebut adalah: Untuk mengkaji apakah bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo termasuk benda cagar budaya (BCB) atau bukan, Pemerintah Provinsi Jateng membentuk tim pakar beranggotakan ahli dari tiga perguruan tinggi, Undip Semarang, UNS Solo dan UGM Jogja (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 3). Dari hasil kajian tim pakar beranggotakan tujuh orang, Prof Ir Eko Budiharjo dan Prof Totok Rusmanto (Undip), Drs Soedarmono dan Ir Bambang Triratma (UNS) serta Dr Amiluhur Soeroso dan Setiaksi SS (UGM), di tambah Drs Gutomo dari Balai Pelestariam Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng, bangunan bekas Pabrik Es Saripeotjo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 206
disimpulkan tak layak ditetapkan sebagai BCB (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 4). Pada paragraf ketiga, penekanan dilakukan pada kalimat tujuan dibentuknya tim independen, karena klausa tersebut ditempatkan di awal kalimat. Yang menjadi subyek dalam kalimat tersebut adalah Pemerintah Provinsi Jateng, ini nampak ganjil karena pada berita sebelumnya Solopos memuat bahwa tim independen dibentuk atas kesepakatan bersama antara Pemprov, Pemkot dan BP3 Jateng. Hal ini kemungkinan Solopos ingin mengonstruksikan bahwa Pemprov-lah yang membentuk tim tersebut sehingga nampak hasil kajian tim berpihak pada Pemprov. Kemudian pada paragraf keempat, Solopos memperjelas siapa saja keanggotaan dalam tim independen tersebut. Memasuki sub judul ”aspek sejarah”, lebih lanjut Solopos mengulas sebab-sebab tim independen menyimpulkan Saripetojo tidak layak menjadi benda cagar budaya. Dari sturuktur sintaksis-nya banyak menggunakan parafrase dan kutipan langsung, seperti kalimat-kalimat di bawah ini: Eko menduga dasar yang digunakan BP3 Jateng dalam menetapkan Saripetojo menjadi cagar budaya hanya dari aspek ketuaannya (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 5). Diikuti dengan kutipan langsung: ”Padahal, tolok ukur sebagai cagar budaya bukan hanya aspek kesejarahan, tetapi juga aspek lain seperti estetika, kejamakan, kelengkapan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan.” (Lampiran 7, kalimat ke-2 paragraf 5) (cetak tebal peneliti).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 207
Terdapatnya
koherensi pembeda
”bukan
hanya”
menunjukan
perbedaan cara mengkaji Saripetojo antara tim independen dengan BP3 Jateng. Lalu memasuki parafrase selanjutnya: Selain itu, bangunan asli Pabrik Es Saripetojo yang dibangun pada 1888, kini tak lagi ada. Bangunan pabriknya sudah beberapa kali direnovasi, terutama pascakebakaran pada 1953 serta dibangun kembali pada 1959 dan selesai 1961 (Lampiran 7, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 6) (cetak tebal peneliti). Di kompleks bekas Pabrik Es Saripetojo, kata dia, sebenarnya ada tiga bangunan menonjol, yakni bangunan pabrik, rumah dinas dan tower, namun penilaian terhadap tiga bangunan itu tidak boleh disatukan, harus terpisah (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 7). Setelah itu dikutip kalimat langsung: ”Kalau rumah dinasnya, kami menilai layak jika ditetapkan sebagai cagar budaya, namun untuk bangunan pabrik dan tower tidak cukup layak, sebab tidak memiliki keunikan arisitektural dan estetikanya juga tidak menonjol,” papar Eko (Lampiran 7, kalimat ke1 paragraf 8). ”Bangunan Pabrik Es Sarpetojo tidak memiliki keunikan dan tidak termasuk bangunan yang langka, sehingga tidak layak dijadikan sebagai bangunan cagar budaya,” tegasnya mantan rektor Undip itu.” (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 9). Dari urutan parafrase kalimat di atas memberikan detail atau penjelasan dari ketua tim independen tentang dasar-dasar yang dipakai untuk menentukan Saripetojo bukan cagar budaya. Kata ”selain itu” sebagai penjelas dari fakta-fakta lain yang ditemukan saat proses pengkajian. Kemudian pada kalimat parafrase berikut ini mengesankan bahwa Perusda Citra Mandiri Jawa Tengah yang seharusnya disalahkan atas pembongkaran bangunan Saripetojo. Anggota lainnya tim pakar, Prof Totok Rusmanto, menambahkan PT Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) selaku pengelola bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo punya kesalahan karena terlalu cepat merobohkan bangunan yang status cagar budayanya masih diproses di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 208
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 11). Kemudian disertakan kutipan langsung yang semakin mempertegas konstruksi tersebut: ”Sekarang tinggal 40 persen bangunan pabriknya yang tersisa, tower sudah dibongkar, sementara rumah dinasnya masih utuh. Padahal, Proses perizinan baru sampai tahap izin pemanfaatan ruang (IPR). Seharusnya menunggu dulu keputusan dari Menteri Kebudayaan dan Parisiwata.” (Lampiran 7, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 12). Dalam berita ini Solopos juga menggunakan pernyataan Jokowi dan perwakilan dari BP3 Jateng. Hal ini dipakai untuk mengonstruksikan bahwa kajian Tim Independen belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai penentu proyek mal tetap berlanjut atau berhenti. Berikut ini struktur sintaksisnya: Dimintai tanggapan hasil rekomendasi tim independen, Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi), Jumat, memilih menuggu laporan tertulis resmi dari tim independen maupun Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 13) ”Saya kan belum menerima rekomendasi atau laporannya secara tertulis, sehingga belum mengetahui detail hasil kajiannya seperti apa. Ya saya tunggu BP3 dulu, akan saya lihat dulu laporan tertulisnya, supaya jelas seperti apa hasil kajian dari tim Independen,” ujar Jokowi saat dihubungi melalui telpon selulernya (Lampiran 7, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 14) Dari kalimat di atas terlihat Solopos ingin menunjukan sikap Jokowi yang tetap tenang dalam menanggapi hasil kajian tim tersebut. Jokowi tidak bersikap menolak mentah-mentah hasil kajian dari tim, namun Ia ingin mempelajari terlebih dahulu laporan hail kajian tersebut. Kemudian Solopos memberikan latar yang menunjukan bahwa rekomendasi tim independen bertolak belakang dengan BP3 Jateng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 209
Hasil rekomendasi tim independen, berbeda dengan keterangan staf Pelindungan BP3 Jateng, Harun Al-Rosyid, saat diperiksa penyidik Polresta Solo, Rabu (6/7) lalu (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 18) Ini dipertegas dengan kutipan langsung yang sekaligus menjadi kalimat penutup berita: ”Yang jelas, BP3 Jateng sudah menginventarisasi bangunan itu (bekas Pabrik Es Saripetojo-red)” tegas harun (Lampiran 7, kalimat ke-2 paragraf 18) Pencantuman hasil wawancara dengan perwakilan dari BP3 Jateng tersebut dilakukan Solopos untuk mempertegas bahwa hasil kajian tim independen belum final karena BP3 Jateng dan tim Independen adalah dua pihak yang sama-sama akan memberikan rekomendasi mereka pada Kemenbudpar terkait status Saripetojo. b) Struktur skrip Unsur who dalam berita ini ada tiga, yaitu tim independen, Walikota Solo, Joko Widodo dan juga BP3 Jawa Tengah. Penggunaan narasumber Walikota sebagai usaha Solopos untuk menunjukan cover both side, isinya bahwa Walikota membantah atas hasil kajian tim independen tersebut. Untuk narasumber perwakilan dari BP3 Jateng dipakai untuk mengecilkan hasil kajian dari tim independen yang menyatakan bahwa Saripetojo tidak dapat disebut sebagai cagar budaya. Sedangkan unsur what yang paling meonojol adalah tentang hasil kajian dan rekomendasi dari tim independen serta tanggapan Jokowi terkait hasil kajian tersebut. Untuk unsur where-nya adalah inti dari tema berita, yakni Pabrik Saripetojo dan tempat saat tim independen mengadakan konferensi pers, sama halnya dengan unsur when.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 210
Unsur how yang ditonjolkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan rekomendasi dari tim independen serta hal-hal yang akan dilakukan Jokowi terkait hasil kajian tim tersebut. Sedangkan unsur why dalam berita ini adalah alasan kenapa tim bisa menilai kalau Saripetojo tidak bisa dikategorikan dalam BCB dan kenapa Jokowi belum mau menyetujui hasil dari kajian tim independen tersebut. c) Struktur tematik Dari unit analisis koherensi, koherensi antarklausa yang memperkuat alasan tim independen yang menyebut Saripetojo bukan cagar budaya adalah ”Padahal, tolok ukur sebagai cagar budaya bukan hanya aspek kesejarahan, tetapi juga aspek lain seperti estetika, kejamakan, kelengkapan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan.” Koherensi pembeda yakni pada kata ”bukan hanya”. Hal tersebut mengonstruksikan bahwa tolak ukur yang dipakai BP3 Jateng untuk menentukan status Saripetojo kurang ilmiah. Terdapat koherensi penjelas ”selain itu” pada paragraf 6 yakni ”Selain itu, bangunan asli Pabrik Es Saripetojo yang dibangun pada 1888, kini tak lagi ada.
Bangunan pabriknya
sudah
beberapa
kali direnovasi,
terutama
pascakebakaran pada 1953 serta dibangun kembali pada 1959 dan selesai 1961.” mengonstruksikan bahwa bangunan Saripetojo telah berulang kali mengalami renovasi sehingga bentuk bangunan aslinya sudah tidak begitu terlihat. Kemudian kata ”dan” yang termasuk dalam koherensi penjelas masuk dalam kalimat kutipan langsung ”Bangunan Pabrik Es Sarpetojo tidak memiliki keunikan dan tidak termasuk bangunan yang langka, sehingga tidak layak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 211
dijadikan sebagai bangunan cagar budaya,” tegasnya mantan rektor Undip itu.” Kata ”dan” dipergunakan untuk menguatkan bahwa selain tidak memiliki keunikan ada juga kelemahan yang lain, yaitu tidak termasuk bangunan yang langka. Sedangkan kata ”sehingga” merupakan koherensi sebab-akibat yang mengakibatkan tim menyimpulkan bahwa Saripetojo tidak layak menjadi cagar budaya. Dan beberapa koherensi lain terdapat pada paragraf-paragraf berita ini dipakai untuk memperkuat alasan tim independen yang menyatakan Saripetojo tak layak BCB. Untuk unit analisis detail, dalam berita ini mayoritas merupakan penjelasan mendalam dari Tim Independen yang menyatakan Saripetojo tidak masuk dalam benda cagar budaya. d) Struktur retoris Dari unit analisis grafis terdapat satu buah illustrasi dan dua buah insert tulisan yang berupa keterangan dari BP3 Jateng dan Tim independen terkait status Saripetojo. Untuk diskripsi illustrasi tersebut adalah dua orang yang saling berhadapan dan nampak sedang berdebat dengan background gambar bagian depan bangunan Saripetojo. Illustrasi tersebut kemungkinan untuk menunjang dari insert tulisan yang dimaksud, yakni pendapat yang kontras antara BP3 Jawa Tengah dengan Tim Independen. Dari unit analisis label jabatan nampak digunakan untuk mendukung narasumber agar terkesan bahwa memang benar data tersebut valid karena berasal dari orang yang memiliki wewenang untuk berbicara terkait dengan tema berita. Label jabatan tersebut antara lain: ketua tim independen, anggota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 212
tim independen, Walikota Solo dan beberapa orang yang menjabat di BP3 Jawa Tengah. Dari unit analisis pengandaian terdapat pada paragraf 16 ”Kalau yang akan dibangun disitu nantinya tetap mal, ya tentunya kami akan mengacu Perda itu”. Konstruksi yang dibangun adalah jika mal tetap dibangun maka Pemkot akan berusaha menolaknya dengan Perda (Peraturan daerah) Kota Solo yang mengatur tentang perlindungan pasar tradisional. B. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka 1. Tabel elemen struktur berita dengan tema hasil kajian tim independen pada Suara Merdeka Elemen struktur berita dengan tema hasil kajian tim independen, Suara Merdeka mengangkatnya dengan judul Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar Budaya, Hasil Kajian Tim 3 Universitas diterbitkan Sabtu, 9 Juli 2011 di halaman 12 rubrik Nasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 217
2. Analisis struktur berita ”Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar Budaya” pada Suara Merdeka a) Struktur sintaksis Dari kalimat judul ”Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar Budaya” terlihat bahwa Suara Merdeka ingin menekankan Saripetojo memang bukan cagar budaya. Hal ini nampak dari variasi huruf yang dipakai dalam judul, yakni dicetak tebal dan hurufnya berukuran besar sehingga berusaha menarik perhatian dan meyakinkan pembaca dengan judul tersebut. Pada bagian kicker bertuliskan ”Hasil Kajian Tim Tiga Universitas” dan dicetak dengan background
berwarna
merah.
Terlihat
bahwa
Suara
Merdeka
ingin
mempertegas pernyataan Saripetojo bukan cagar budaya dikeluarkan oleh tim resmi yang sebelumnya dibentuk untuk mengkaji permasalahan pabrik es tersebut. Lebih lanjut, Suara Merdeka menjelaskan keanggotaan dari tim independen dalam lead berikut ini: SEMARANG- Tim kajian dari tiga universitas yakni Undip, UNS, dan UGM yang mengkaji bangunan eks pabrik es Saripetojo di Kota Surakarta menyimpulkan bangunan tersebut tidak layak ditetapkan sebagai cagar budaya (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti). Dari kalimat lead di atas terlihat bahwa Suara Merdeka mengambil sudut pandang bahwa hasil kajian yang menyimpulkan Saripetojo tak layak cagar budaya dinyatakan oleh tim yang memang dibentuk dan ditugaskan mengkaji bangunan pabrik Saripetojo. Tim tersebut
berasal dari kalangan
akademisi yang terpercaya, karena diuraikan secara detail yang dimaksud dengan tiga universitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 218
Kemudian pada paragraf selanjutnya, Suara Merdeka memberikan latar sebagai berikut: Tim juga merekomendasikan seyogyanya penyelidikan dan penyidikan oleh polisi atau pengaduan LSM terkait pengrusakan cagar budaya tidak dilanjutkan karena bangunan belum resmi dinyatakan sebagai cagar budaya (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 2). Dari sekian rekomendasi yang disampaikan oleh tim Independen, rekomendasi untuk menghentikan penyelidikan dan penyidikan oleh polisi diletakkan sebagai awal bagian tubuh berita. Hal ni mengonstruksikan bahwa pengrusakan bangunan Saripetojo yang melibatkan Gubernur Jateng memang belum dapat dinyatakan bersalah karena Saripetojo belum resmi jadi cagar budaya. Untuk mempertegasnya, Suara Merdeka memberikan detail atau penjelasan dari ketua tim tentang mengapa Saripetojo tidak dapat disebut sebagai cagar budaya. Ketua tim kajian, Prof Ir Eko Budiharjo MSc menuturkan gedung bangunan asli pabrik es yang dibangun pada tahun 1888 itu tidak layak jadi cagar budaya. Pasalnya bangunan itu sudah tidak ada lagi akibat telah direnovasi beberapa kali terutama setelah kebakaran pada tahun 1953. Dari tolok ukur cagar budaya hanya aspek kesejarahan yang menonjol, sedangkan aspek lain seperti estetika, kejamakan, kelangkaan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan tidak memiliki nilai tinggi (Lampiran 8, kalimat ke-1, 2 dan 3 paragraf 3) (cetak tebal peneliti). Kata ”pasalnya” dipakai untuk menjelaskan alasan dari tim yang menyimpulkan Saripetojo bukan cagar budaya. Dan kata ”sedangkan” dipakai menekankan bahwa memang Saripetojo memiliki nilai tinggi dalam aspek ketuaan namun jika dinilai dari aspek lain seperti estetika, kejamakan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 219
kelangkaan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan memiliki nilai yang jauh lebih rendah. Penggunaan label status ”Ketua tim kajian” ini memperkuat validitas fakta artinya sebagai fakta dari pihak yang diyakini memiliki wewenang untuk bicara mengenai tema yang diangkat. Karena apabila tanpa disertai dengan label status, fakta krusial yang menyangkut individu kadang tidak mudah dipercayai publik dengan alasan mengada-ada dan tidak obyektif. Selanjutnya, disertakan dengan kutipan langsung untuk memperkuat latar yang ingin dibangun oleh Suara Merdeka, yaitu sebagai berikut: "Itu untuk bangunan pabrik esnya karena bentuknya seperti gudang saja tidak memiliki ornament yang unik.” (Lampiran 8, kalimat ke-4 paragraf 3) Namun untuk rumah dinas manajer yang berada di kawasan itu dinilai layak dilestarikan sebagai tetenger atau landmark." terangnya didampingi anggota tim dari Undip Prof Totok Rusmanto MEng di Semarang, Jumat (8/7) (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 4). Dan kemudian diikuti dengan parafrase berikut ini: Dikatakan, rumah dinas tersebut kondisinya masih relatif utuh dengan arsitektur indisch ean cukup memiliki keunikan. Eko menuturkan bangunan rumah itu bisa dijadikan museum pabrik es berdampingan dengan eks pabrik es Saripetojo yang bisa direvitalisasi untuk bangunan baru (Lampiran 8, kalimat ke-2 dan 3 paragraf 4). Dari urutan-urutan yang dibuat oleh Suara Merdeka tersebut, peneliti melihat bahwasannya Suara Merdeka ingin meyakinkan kalau memang Saripetojo tidak dapat dikatakan sebagai benda cagar budaya. Konkretnya adalah dalam penjelasan yang disampaikan oleh ketua tim, Eko Budiharjo yang ditulis dengan rinci dan detail terkait dengan penilaian tim tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 220
Lalu masuk pada sub judul ”Rekomendasi” isinya mengulas tentang beberapa anjuran yang diberikan oleh tim agar polemik Saripetojo ini berangsur membaik. Dalam beberapa latar di sub judul ini, Suara Merdeka juga mengonstruksikan bahwa pembangunan mal dapat dilanjutkan karena Saripetojo bukan cagar budaya. Seperti dalam kalimat latar di bawah ini: Tim diantaranya merekomendasikan semua pihak diharap menunggu penetapan eks pabrik es itu sebagai cagar budaya atau bukan oleh Menbudpar. Sambil menunggu ketetapan, lanjutnya, proses rancang bangun bisa diteruskan termasuk pengurusan proses perizinan lebih lanjut (Lampiran 8, kalimat ke-3 dan 4 paragraf 5). Dalam kalimat kedua diatas secara tersirat menunjukan bahwa berbagai proses aktivitas untuk membangun mal dapat dilanjutkan. Hal ini nampak tidak sealur dengan kalimat pertama bahwa diharapkan semua pihak untuk menunggu hasil dari Menbudpar. Seharusnya rekomendasi terkait dengan proses rancang bangun juga dihentikan sampai dikeluarkannya keputusan dari Menbudpar. Kemudian pada bagian latar selanjutnya, Suara Merdeka memflash back tujuan dari dibentuknya tim dan detail keanggotaan tim. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan pembaca bahwa tim tersebut memang resmi dan terdiri dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk melakukan pengkajian tersebut. Latar tersebut adalah: Tim kajian dibentuk karena ada persoalan status Saripetojo. Karena itulah dibentuk tim pengkaji yang terdiri atas tiga perguruan tinggi negeri. Tim beranggotakan delapan orang, yakni Eko Budiharjo, Totok Rusmanto (Undip), Soedarmono dan Bambang Triatma (UNS), Amiluhur Soeroso dan Sektiadi (UGM), serta perwakilan BP3 Jawa Tengah, Gutama (Lampiran 8, kalimat ke-1, 2 dan 3 paragraf 6). Agar nampak cover both side, Suara Merdeka juga menampilkan pendapat dari Pemkot terkait hasil kajian dari tim yang dibentuknya bersama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 221
Pemprov dan BP3 Jateng yang menyatakan bahwa Saripetojo tidak dapat disebut sebagai cagar budaya. Sementara itu, Pemkot Surakarta justru mempertanyakan hasil kajian tersebut (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 7). Yang diikuti dengan parafrase dan kutipan langsung dari Walikota Solo, Joko Widodo sebagai berikut: Wali Kota Joko Widodo mengatakan, ia tidak tahu bagaimana kesimpulan tersebut bisa muncul (Lampiran 8, kalimat ke-2 paragraf 7). ”Bagaimana ceritanya kok tahu-tahu ada kesimpulan seperti itu? Seharusnya, sebelum mengambil kesimpulan, Pemkot diajak komunikasi terlebih dahulu. Lagipula, waktu kerjanya juga singkat. Hanya sekitar seminggu. Padahal, mereka kan minimal juga harus melihat langsung lokasi yang dikaji itu,” kata dia (Lampiran 8, kalimat ke-3, 4, dan 5 paragraf 7). Dari susunan paragraf yang dibuat menunjukan bahwa Pemkot belum mempercayai hasil kajian dan merasa kecewa karena tidak diajak berdiskusi atau berdialog dalam proses pengkajian tersebut. Penggunaan kata ”sementara itu” menjadi koherensi pembeda dengan paragraf sebelumnya. Dan berita ini ditutup, dengan kalimat berikut ini: Karena itu, ia memilih menunggu keputusan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), ketimbang mengiyakan hasil kajian tim independen yang dibentuk Pemprov Jateng, Pemkot, dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakalan (BP3) tersebut. Dalam kalimat penutup di atas terdapat koherensi ”karena itu” untuk memperjelas bahwa hasil kajian dari tim independen belum dapat sepenuhnya diterima oleh Pemkot.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 222
Meskipun berusaha untuk tidak memihak, tapi dalam berita ini terlihat bahwa Suara Merdeka mengelu-elukan hasil kajian tim independen yang menetapkan jika Saripetojo memang tidak pantas menjadi cagar budaya. Konkretnya adalah porsi pemberitaan yang kurang seimbang, penekanannya dilakukan lebih banyak pada detail-detail yang menjelaskan atau mendukung Saripetojo tidak layak menjadi cagar budaya. b) Struktur skrip Unsur who dalam berita dengan judul ”Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar Budaya” adalah Tim Independen dan Pemkot Solo. Namun, dari keseluruhan isi berita yang paling banyak diulas yaitu tim independen. Untuk unsur what-nya merupakan hal-hal yang disampaikan oleh tim independen terkait dengan Saripetojo yang tak layak jadi cagar budaya. Sedangkan unsur where dan when hanya satu kali dimunculkan, yaitu ketika ketua tim independen memberi keterangan atas hasil kajiannya tersebut, yakni terjadi di Semarang pada tanggal 8 Juli 2011. Unsur why lebih banyak menonjolkan tentang mengapa Saripetojo tidak pantas disebut cagar budaya. Dari analisis yang dilakukan, unsur how terlihat memberikan fakta yang berkaitan dengan Saripetojo yang tidak layak disebut sebagai cagar budaya, yaitu tim independen yang memberikan rekomendasi tentang langkah selanjutnya agar polemik Saripetojo ini berangsur mereda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 223
c) Struktur tematik Dari unit analisis koherensi, yang paling banyak muncul adalah koherensi penjelas, seperti: kata ”yang”, ”pasalnya”, ”lagipula”. Dari hasil analisis
peneliti,
koherensi-koherensi
penjelas
tersebut
ditulis
untuk
memperkuat pernyataan-pernyataan dari tim independen yang menilai Saripetojo tidak layak jadi cagar budaya. Dalam kalimat lead ”Tim kajian dari tiga universitas yakni Undip, UNS, dan UGM yang mengkaji bangunan eks pabrik es Saripetojo di Kota Surakarta menyimpulkan bangunan tersebut tidak layak ditetapkan sebagai cagar budaya.” kata ”yang” digunakan untuk menjelaskan tiga universitas yang memang sebelumnya telah dipilih dan ditugaskan secara resmi untuk mengkaji Saripetojo. Kemudian dalam kalimat ”Pasalnya bangunan itu sudah tidak ada lagi akibat telah direnovasi beberapa kali terutama setelah kebakaran pada tahun 1953.” Kata pasalnya dipakai untuk memperkuat kalimat sebelumnya yang berisi pernyataan dari ketua tim independen bahwa Saripetojo bukan cagar budaya. Pada pernyataan dari Walikota Solo hanya terdapat satu koherensi penjelas, yakni pada kalimat langsung ”Lagipula, waktu kerjanya juga singkat.” Kata lagipula untuk menjelaskan mengapa Joko Widodo selaku Walikota Solo belum dapat mempercayai hasil kajian dari tim independen tersebut. Begitu juga beberapa koherensi sebab-akibat dan koherensi pembeda pada judul berita ini, menurut peneliti ditulis untuk menegaskan dan memperkuat pernyataan tim independen yang menilai Saripetojo bukan cagar budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 224
Dari unit analisis detail, terdapat pada beberapa paragraf yang menguraikan sejumlah fakta yang membuat Saripetojo tidak bisa disebut sebagai cagar budaya. Seperti dalam kalimat: ”Dari tolok ukur cagar budaya hanya aspek kesejarahan yang menonjol, sedangkan aspek lain seperti estetika, kejamakan, kelangkaan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan tidak memiliki nilai tinggi.”, ”Dikatakan, rumah dinas tersebut kondisinya masih relatif utuh dengan arsitektur indisch ean cukup memiliki keunikan. Eko menuturkan bangunan rumah itu bisa dijadikan museum pabik
es
berdampingan dengan eks pabrik es Saripetojo yang bisa direvitalisasi untuk bangunan baru.”, ”Tim diantaranya merekomendasikan semua pihak diharap menunggu penetapan eks pabrik es itu sebagai cagar budaya atau bukan oleh Menbudpar. Sambil menunggu ketetapan, lanjutnya, proses rancang bangun bisa diteruskan termasuk pengurusan proses perizinan lebih lanjut.” dan pada beberapa paragraf lainnya. d) Struktur retoris Dari unit analisis grafis terdapat satu buah foto disertai caption. Untuk foto yang ditampilkan adalah ketika alat berat digunakan untuk membongkar bangunan pabrik es Saripetojo, untuk keterangan foto dituliskan ”BONGKAR BANGUNAN: Sebuah alat berat membongkar bangunan bekas pabrik es Saripetojo, Jumat (8/7). Bangunan tersebut dinyatakan oleh tim independen bukan termasuk Benda Cagar Budaya (BCB).” Nampaknya Suara Merdeka ingin mengingatkan peristiwa pembongkaran Saripetojo kepada pembacadan mengonstruksikan tindakan pembongkaran tersebut tidak bersalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 225
Dari unit analisis leksikon terdapat pada bagian ending berita, yakni kata ”ketimbang” memiliki arti sama dengan daripada, namun ”ketimbang” lebih memiliki intonasi yang terkesan meremehkan. Dari unit analisis label jabatan, sama pada analisis-analisis sebelumnya dipergunakan untuk meyakinkan pembaca tentang pengambilan sumber informasi yang benar-benar valid dan apa adanya. III.5 Perbandingan Frame Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka Dalam setiap pemberitaan fakta peristiwa pembangunan mal di bekas bangunan pabrik Es Saripetojo, Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka memiliki karakteristik pembingkaian dan pemaknaan yang berbeda. Melalui perangkat framing yang dipolulerkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, peneliti memperoleh kesimpulan tentang karakteristik teks berita yang dianalisis. Dan lewat karakteristik yang ditemukan, peneliti memperoleh informasi tentang pengemasan atau pembingkaian atas konstruksi masing – masing media dalam melihat peristiwa Saripetojo ini. Peneliti merangkumnya dalam tabel di bawah ini: Table 3.10 Perbandingan Frame Berita Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka
NO.
TEMA
SOLOPOS Judul
1
Frame
SUARA MERDEKA Judul
Frame
Warga Protes
Polemik
Aksi protes
Penolakan
Aksi protes
Pembongkaran
Pembangunan
dibingkai sebagai
Proyek Mal
dibingkai sebagai
Saripetojo
bekas
tindakan positif
Berlanjut
tindakan represif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 226
Saripetojo,
untuk melindungi
Dan pembongkar
Warga -
Benda Cagar
bangunan dibingkai
Pelaksana
Buda ya.
sebagai pihak yang
Bersitegang
seharusnya tidak disalahkan atas peristiwa pembongkaran tersebut.
2
Perseteruan
Persetruan
Pernyataan keras
Bibit Ditolak
Pernyataan keras
Gubernur -
Gubernur –
Bibit di media
Masuk Solo
Bibit di media yang
Walikota
Walikota
yang menilai
menilai Jokowi
memanas,
Jokowi bodoh
bodoh dibingkai
Solo Tolak
dibingkai sebagai
sebagai tindakan
Bibit
tindakan negatif.
negatif. Namun,
Solopos juga
disisi lain juga
selalu
dicantumkan isi
membandingkan
berita yang memuat
sikap Bibit
pelanggaran –
dengan sikap
pelanggaran dalam
positif Jokowi
pembongkaran
dalam
Saripetojo semata
menanggapi
atas kesalahan
pernyataan Bibit
pengembang yang
tersebut.
dipakai untuk mengecilkan kesalaha n Bibit tersebut.
3
Pembentukan
Tim
Pembentukan tim
Dibentuk Tim
Pembentukan Tim
Tim
Independen
independen
Independen
independen
Independen:
Kaji Amdal
sebagai bentuk
Kasus
dikonstruksi
Sebagai
Saripetojo
keterlambatan
Saripetojo
sebagai bentuk
Mediator
pemerintah untuk
kesepakatan tiga
Polemik
mengatasi
pihak, yakni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 227
Saripetojo
polemik
Pemkot, Pemprov,
Saripetojo.
dan BP3. Sehingga
Konstruksi dari
apapun hasil
Solopos juga
rekomendasi dari
menunjukan
tim harus dapat
dukunga nnya
diterima oleh
kepada
semua pihak.
masyarakat yang tidak menginginkan adanya mal baru. 4
Hasil Kajian
Jokowi Pilih
Hasil kajian Tim
Saripetojo Tak
Hasil Kajian Tim
Tim
Tunggu BP3,
Independen
Layak Jadi
Independen dapat
Independen
Tim: Saripetojo
belum menjadi
Cagar Budaya,
dipercaya karena
Tak Layak
keputusan final
Hasil Kajian
penelitia n pabrik Es
BCB
untuk
Tim 3
Saripetojo
menentukan
Universitas
dilakuka n oleh
status resmi
orang – orang
Saripetojo apakah
berpendidikan
masuk dalam
tinggi (seperti
daftar benda
professor, doktor,
cagar budaya
dan sejarahwan
atau tidak.
yang tidak diragukan lagi kualitasnya dalam melakukan penelitia n).
Tabel 3.10 hasil dari penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pembingkaian (framing) berita tentang peristiwa polemik Saripetojo pada surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka. Dan dari analisis yang telah dilakukan ditemukan perbedaan antara kedua surat kabar tersebut dalam membingkai peristiwa ini. Harian Umum Solopos sebagai surat kabar lokal membingkai peristiwa polemik pabrik Saripetojo ini cenderung lebih menonjolkan atau menekankan pada aspek bahwa Saripetojo sebaiknya menjadi Benda Cagar Budaya (BCB) daripada harus dibangun pasar modern seperti rencana Gubernur Jawa Tengah, sekaligus ini menunjukan Solopos berpihak kepada Kota Solo. Hal ini terlihat pada: 1. Analisis framing struktur sintaksis, yaitu menunjukan mayoritas pengutipan narasumber oleh Harian Umum Solopos bersifat homogen, yaitu memakai orang atau pihak – pihak yang mendukung Saripetojo menjadi cagar budaya bukan orang – orang yang mendukung rencana pembangunan mal; kemudian dari penulisan judul (headline) berita, Harian Umum Solopos menunjukan ketidakberpihakan namun ada beberapa judul yang tidak relevan dengan isi beritanya, yaitu ada keberpihakan pada Kota Solo. 2. Dari struktur skrip, yakni awak media Harian Umum Solopos dalam menulis unsur 5W+1H dalam susunan berita, terutama unsur why ditulis dengan jelas
commit to user 228
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 229
didukung dengan data – data lengkap. Ini dilakukan agar penolakan oleh warga Solo nampak beralasan dan terlihat sekali pada judul berita “Polemik Pembangunan Bekas Saripetojo, Warga-Pelaksana Proyek Bersitegang”. 3. Struktur tematik, yaitu penulisan kalimat detail yang dimunculkan pada berita – berita Harian Umum Solopos menunjukan bahwa pembongkaran bangunan pabrik es untuk dijadikan pasar modern atau mal tidak bisa dibenarkan; lalu pada segi struktur penulisan dan tata bahasa cenderung lebih berani untuk mengkritisi rencana pembangunan mal serta nampak juga dalam pengulangan kalimat ketika memberitakan Bibit mengeluarkan pernyataan bahwa Walikota Solo bodoh. Ini menunjukan dan menekankan sikap negatif gubernur. Kemudian pada unit analisis koherensi banyak menggunakan koherensi sebab-akibat dan koherensi penjelas, hal ini untuk menunjukan tindakan Pemerintah Kota dan Warga Solo, yang menolak rencana pembangunan mal oleh gubernur, terlihat memiliki alasan yang rasional. 4. Struktur retoris, yaitu penggunaan grafis dan foto pada judul berita “Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas, Solo Tolak Bibit” menunjukan dukungan pada sikap positif Jokowi dalam menanggapi pernyataan keras Bibit kepada Walikota Solo tersebut, yang telah berani menentang rencana pembangunan mal; lalu terdapatnya grafis yang menunjukan perbedaan rekomendasi terkait status Saripetojo antara BP3 Jawa Tengah dengan Tim Independen pada judul “Jokowi Pilih Tunggu BP3, Tim: Saripetojo tak Layak BCB” ini mendiskripsikan bahwa hasil kajian tim independen yang menyatakan Saripetojo bukan cagar budaya belum dapat dikatakan sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 230
keputusan akhir. Konstruksi tersebut juga nampak pada foto dan caption yang menunjukan protes warga Solo sebagai tindakan positif untuk mendukung Saripetojo sebagai Benda Cagar Budaya (BCB), ini sekaligus terlihat dari penggunaan metafora untuk mendukung pesan tersebut; dan dari segi penempatan judul berita tentang peristiwa penolakan pembongkaran Saripetojo dan tindakan gubernur yang tidak beretika sebagai headline baik pada halaman atau rubrik nasional maupun sebagai headline dalam rubrik Kota Solo menunjukan peristiwa tersebut penting untuk diberitakan diantara judul lainnya. Sedangkan Suara Merdeka sebagai surat kabar regional membingkai peristiwa Saripetojo dengan lebih menonjolkan atau menekankan pada substantif bahwa status Saripetojo sebagai benda cagar budaya perlu dikaji dan rencana pembangunan mal oleh gubernur perlu dipertimbangkan, sehingga Suara Merdeka dalam memberitakan peristiwa ini cenderung netral. Hal ini terlihat pada: 1. Analisis framing struktur sintaksis: narasumber yang digunakan oleh Suara Merdeka lebih bersifat heterogen, meskipun komposisinya dalam beberapa berita belum seimbang. Hal ini juga terlihat dari judul berita yang ditampilkan. 2. Struktur
skrip,
yaitu
Suara
Merdeka
memiliki
strategi
dalam
menyembunyikan salah satu atau beberapa unsur dari 5W+1H untuk mengisahkan peristiwa dalam berita, seperti dalam judul “Penolakan Proyek Mal Berlanjut”. Pada isi berita tersebut unsur why, yaitu alasan warga Solo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 231
melakukan protes, nampak disembunyikan agar terlihat tindakan tersebut kurang beralasan. 3. Dari struktur tematik, yakni pada segi struktur penulisan dan tata bahasa, Suara Merdeka cenderung lebih berhati – hati, terkecuali pada berita aksi protes warga Solo menolak pembongkaran Saripetojo. Berita tentang aksi protes tersebut dikemas dengan pemilihan kata atau leksikon yang keras untuk mendiskripsikan peristiwa tersebut, karena memang konstruksi yang ingin dibangun tindakan warga tersebut represif; hal ini juga nampak pada teknik labelling “pengunjuk rasa” sewaktu menggambarkan orang atau pihak yang melakukan penolakan pembongkaran Saripetojo. 4. Struktur retoris menunjukan mayoritas penempatan judul berita diletakkan bukan sebagai headline, seperti pada judul berita “Bibit Ditolak Masuk Solo”. Ini menjadi strategi untuk menyembunyikan tindakan negatif Bibit kepada Jokowi; kemudian penggunaan foto serta caption pada judul berita “Penolakan Proyek Mal Berlanjut” menunjukan sikap represif warga Solo saat melakukan demonstrasi menolak pembongkaran Saripetojo. IV.2 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, menurut peneliti masih ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan penelitian. Diantaranya adalah: Pertama, keterbatasan dalam pengujian keabsahan hasil analisis penelitian (validitas data penelitian). Lazimnya, pada teknik analisis framing menggunakan teknik triangulasi sumber dalam hal ini dilakukan wawancara dengan awak media yang terlibat dalam pembuatan teks berita peristiwa Saripetojo - sebagai alat validitas data penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 232
Namun, karena awak media surat kabar yang bersangkutan tidak berkenan untuk melakukan wawancara, serta hambatan lain seperti hambatan internal peneliti maka teknik triangulasi sumber tersebut tidak dapat dilancarkan. Padahal, itu penting untuk menemukan faktor – faktor yang mempengaruhi pembingkaian berita atas peristiwa Saripetojo. IV.3 Saran Setelah menyelesaikan penelitian ini, saran yag dapat diberikan peneliti antara lain: Pertama, kepada civitas akademia yang ingin melakukan riset untuk mengembangkan teori teknik analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Diharapkan dapat mengembangkan kriteria dalam pemilihan unit – unit berita mana saja yang akan diambil sebagai bahan analisis. Karena rata – rata pada penelitian framing yang telah dilakukan hanya memilih beberapa berita sesuai dengan tema yang dikategorikan oleh peneliti. Padahal di luar sub tema yang dipilih terbuka kemungkinan ada informasi lain yang menunjukan sikap dan strategi media massa. Kedua, kepada mahasiswa yang ingin meneliti lebih
lanjut
judul skripsi ini.
Karena
penelitian
ini
hanya
bersifat
mendeskripsikan tentang bagaimana pembingkaian teks berita yang dilakukan oleh Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka, maka diharapkan faktor – faktor yang mempengaruhi pembingkaian kedua surat kabar tersebut dapat diteliti lebih lanjut
guna
mengetahui lebih lengkap dan mendetail pem-framing-an
pemberitaan pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo. Atau dianjurkan untuk melanjutkan penelitian dengan mengukur bagaimana berita dikonstruksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 233
khalayak. Sehingga, nantinya kosntruksi berita atas peristiwa Saripetojo tidak hanya dari sisi media saja, tetapi juga dilihat dari sisi konstruksi khalayak.
commit to user