POLA KONSUMSI INTERNET OLEH SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEDERAJAT DI WILAYAH SUB URBAN (PENELITIAN DI KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG) Oleh : Ester Krisnawati, Dewi Kartika Sari, Sih Natalia Sukmi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
[email protected] [email protected] [email protected] Abstract Public demand for information in line with developments in information and communication technology. No wonder if the existence of the Internet (New Media) increasingly popular among urban communities. Moreover, by relying on the element of speed and accuracy of the Internet, its presence increasingly needed by society.Therefore, the Internet is the 'new media' which unlimited by time and can perform information searches for twenty four hours nonstop. The Internet also has the advantage of easy access anytime and anywhere as long as there is an Internet connection. It certainly can not be separated from the use of the Internet as a tool that is able to accommodate almost all public purposes. In urban areas, the Internet is widely used not only to find information but Internet is used for business, social networking, playing games to streaming video and audio. People can access the Internet anytime and anywhere with any media. The rapid advancement of technology that can be used to access the Internet, now internetcan be enjoyed in rural areas or sub-urban areas. Even the government is also making internet programs into the village. Then the question is how the consumption patterns of Internet usage by high school students sub-urban areas? In this study, informants are the students at high schools and equal in District Suruh, Semarang regency. The research method to be used is a method of exploration with a qualitative approach. This research is expected to find patterns of consumption of the Internet by students of the sub-urban areas. Keywords: Internet, consumption patterns, sub-urban areas, high school students and equal. Abstrak Kebutuhan masyarakat terhadap informasi seiring dengan perkembangan teknologi informai dan komunikasi. Tak heran jika keberadaan Internet (New Media) kian popular di kalangan masyarakat perkotaan secara global. Apalagi dengan mengadalkan unsur kecepatan dan akurasi Internet, kehadirannya makin dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, Internet merupakan ‘media baru’ yang tidak tebatas oleh waktu serta dapat melakukan pencarian informasi selama 24 jam nonstop. Internet juga memiliki keunggulan kemudahan akses kapan saja dan dimana saja asalkan ada koneksi Internet. Hal itu tentu tak terlepas dari kegunaan internet sebagai sarana yang mampu mengakomodasi hampir seluruh keperluan masyarakat. Didaerah perkotaan, internet banyak digunakan tidak hanya mencari informasi tapi lebih dari itu, internet digunakan untuk berbisnis, berjejaring sosial, bermain game sampai streaming video dan audio. Orang dapat mengakses internet kapan saja dan dimana saja dengan media apa saja. Semakin majunya teknologi yang dapat digunakan untuk mengakses internet, kini internetpun dapat dinikmati didaerah pedesaan atau daerah sub urban. Bahkan pemerintah juga membuat program internet masuk desa. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pola konsumsi penggunaan internet oleh siswa sekolah menengah atas didaerah sub urban? Dalam penelitian ini yang menjadi unit amatan adalah siswa-siswi di sekolah menengah atas dan sederajat di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Metode penelitian yang
akan digunakan adalah metode eksplorasi dengan pendekatan kualitatif. Dari penelitian ini diharapkan menemukan pola konsumsi Internet oleh siswa-siswa didaerah sub urban tersebut. Kata kunci : Internet, pola konsumsi, daerah sub urban, siswa sekolah menengah atas dan sederajat.
1. LATAR BELAKANG Perkembangan media massa dari waktu ke waktu berkembang semakin pesat dan cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya. Salah satunya ditandai dengan munculnya media baru (new media). Istilah “media baru” mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana (Mc Quail, 2011:43). Salah satu bentuk dari media baru yang ada saat ini adalah internet. Internet sebagai media informasi, komunikasi, dan pemasaran sudah bukan merupakan hal baru lagi. Segala informasi sekarang dapat diakses dan didapatkan melalui internet, seiring dengan banyaknya web sites yang menyediakan banyak sumber informasi, baik berupa artikel, berita, informasi perusahaan dan personal, bahkan informasi seputar pengalaman yang dapat dibagi antar sesama pengguna internet. Munculnya new media (internet) telah meningkatkan komunikasi antar manusia diseluruh dunia. Bagaimana tidak, semua orang diseluruh dunia tanpa ada batas apapun dan kapanpun bisa saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Artinya internet telah menyatukan dunia seakanakan dunia tidak mempunyai batas lagi. Internet merupakan perkembangan baru dari media yang digunakan manusia sehingga memudahkan manusia dalam bertukar informasi dengan manusia lainnya. Apabila dulu seseorang di Indonesia mengirim surat kepada seseorang di Amerika Serikat butuh waktu dua-tiga minggu hingga surat itu diterima, sekarang ini lewat email atau situs jejaring sosial surat elektronik itu langsung diterima oleh yang bersangkutan. Internet juga sudah dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis sehingga seseorang dapat melakukan belanja atau transaksi online lewat Internet. Internet telah mengubah banyak hal dalam kehidupan umat manusia. Internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sebagian besar belahan bumi. Menurut Lee M dan Carla Johnson (2007:382-383), internet juga dirujuk sebagai ruang maya atau informasi super cepat (information superhigway) dan memungkinkan transfer informasi secara elektronik. Ini merupakan jaringan global dari komputer-komputer yang saling terhubungkan dimana
satu jaringan yang terhubung dengan sebuah jaringan, dari ribuan komputer lain, dan terhubungkan dengan berbagai jaringan. Menurut Flew (2005 : 3), “the idea of new media captures both the development of unique forms of digital media, and the remaking of more traditional media forms to adopt and adapt to the new media technologies”. Dalam hal ini beberapa pakar sepakat bahwa istilah new media digunakan untuk membedakan dari media lama atau media tradisional yang lebih dahulu ada. Misalnya, koran pada puluhan tahun silam berbentuk lembaran kertas dimana orang harus membeli atau berlangganan untuk mendapatkannya maka sejak adanya Internet, koran sudah banyak yang disajikan secara online lewat internet. Perbedaan lainnya tentang apa yang ditawarkan oleh new media dibandingkan media lama (media tradisional) adalah kapasitas untuk memperluas volume informasi yang memungkinkan untuk individu melalui kontrol yang lebih besar dan suatu kapasitas untuk menyeleksi informasi tertentu yang mereka harapkan dapat terima. Sehingga, hal ini memberikan kesan yang kuat bahwa new media berkesan tanpa mediasi atau regulasi karena bisa digunakan secara langsung tanpa melalui organisasi media yang rumit seperti layaknya organisasi pada media lama atau tradisional (Ward, 1995:279). New media juga dapat menghasilkan komunikasi dua arah yang bersifat interaktif yang memungkinkan pengumpulan sekaligus pengiriman informasi sehingga implikasinya bisa beragam (Mc Quail 2000:119). Internet sebagai new media pada prinsipnya dapat dimanfaatkan oleh siapapun dan untuk kepentingan apapun. Kehadiran internet turut memberikan andil akan perubahan pola komunikasi masyarakat. Media baru, dalam hal ini internet sedikit banyak mempengaruhi cara individu berkomunikasi dengan individu lainnya. Internet di kehidupan sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai jaringan global untuk komunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada batasan. Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya masyarakat didaerah perkotaan saja yang dapat memanfaatkan internet, tapi masyarakat yang tinggal didaerah sub urban1 dan daerah yang jauh dari perkotaan juga dapat menggunakan internet sebagai media pencari informasi. Perkembangan internet juga dibarengi dengan menjamurnya warung internet sebagai penyedia jasa rental internet. Konsepnya sederhana, kios yang menyediakan banyak computer untuk disewakan ke pengakses internet. Pada tahun 2000an warung internet atau biasa disebut dengan warnet tak Sub urban adalah daerah tempat atau area di mana para penglaju / commuter tinggal yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. Penglaju atau kommuter adalah orang-orang yang tinggal di pinggiran kota yang pulang pergi ke kota untuk bekerja setiap hari. 1
ubahnya tempat hiburan bagi masyarakat yang baru melek internet. Awalnya warnet ada daerah perkotaan sedangkan didaerah pedesaan masih susah untuk mengakses internet karena berkaitan dengan belum terpasangnya jaringan internet ke desa-desa. Tapi dengan bertambah pesatnya perkembangan teknologi internet, warnet pun sekarang menjamur di desa-desa. Jadi walaupun tertinggal jauh dari segi wawasan teknologi informasi dan komunikasi serta ekonomi namun orangorang di desa kini mulai mengetahui pentingnya internet sebagai media untuk mencari informasi. Maka tak aneh lagi jika orang-orang di desa dapat mengetahui perkembangan informasi tentang berbagai hal, misalnya masalah pertanian, pendidikan, bahkan tentang media sosial seperti facebook ataupun tweeter. Ada warnet dan internet dipedesaan ini juga merupakan upaya pemerintah (dalam hal ini adalah kementerian komunikasi dan informasi Indonesia) untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan akses internet. Program yang dilakukan Badan Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Depkominfo ini demi mendukung penyelenggaraan Desa Pinter (Desa Punya Internet). Dua program yang diluncurkan sejak akhir tahun 2010 yaitu Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), juga Mobile PLIK (M-PLIK) yang sifatnya bergerak. Tujuannya melayani kebutuhan internet yang sehat, aman, cepat, dan murah di daerah-daerah kecamatan yang belum mendapatkan akses tersebut. Penyelenggaraan akses telekomunikasi dan internet bagi desa terpencil, daerah perbatasan, dan daerah perintisan, oleh pemerintah secara khusus Depkominfo melalui program Kewajiban Pelayanan Umum (KPU) ini, diatur atas kerjasama pihak ketiga yakni penyedia jasa dengan sistem kontrak penyelenggaraan selama empat tahun. Keberadaan internet sekarang ini menjangkau berbagai kalangan, mulai dari kalangan atas hingga kalangan yang bawah. Tak terkecuali anak-anak muda sekarang ini mereka sangat sering bersinggungan dengan dunia internet. Seperti pada penelitian yang dilakukan sebelumnya pada awal tahun 2014 oleh Fiskom UKSW mengenai “New Media Habit” bahwa paling banyak pengguna dari internet adalah anakanak SMP hingga SMA. Dipedesaan, internet tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat dewasa, bahkan sekarang ini anak-anak usia sekolah juga sudah mengenal dan menggunakan internet. Bahkan ada juga beberapa sekolah sekarang juga dilengkapi dengan internet. Kebanyakan dari anak usia sekolah, mereka menggunakan internet atau pergi ke warnet seusai pulang sekolah. Pastinya akan ada banyak fungsi atau manfaat dari penggunaan warnet oleh anak-anak usia sekolah. Internet sedikit banyak menjadi pelengkap dari kehidupan kita. Berbagai aspek yang berkaitan dengan kegiatan bisnis (profit) dan akademik (non-profit) masuk di dalamnya. Bagi para akademisi penelitian mengenai internet sangat mungkin dan terbuka luas untuk dilakukan, karena hal ini akan
memberi pengetahuan lebih kepada peneliti. Coomber (1997), menyatakan bahwa internet mampu membuka cakrawala bagi peneliti, pendapat ini diperkuat oleh Ciolek dan Mathew (1998) yang menyatakan bahwa internet merupakan media yang bermanfaat bagi suatu kegiatan ilmiah. Berawal dari sinilah, maka peneliti ingin mengamati bagaimana pola konsumsi penggunaan internet oleh siswa sekolah menengah atas didaerah sub urban? 2. TINJAUAN TEORI New Media & Internet Media Baru (New Media) didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber dan Martin, 2009). New media adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen yang artinya terdapat konvergensi media didalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011). Media baru merupakan New digitalisasi yang merupakan sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode yang compleks dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media karena media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu ( old media) sampai sekarang yang sudah menggunakan digital (new media). New Media masuk ke dalam kategori komunikasi massa, karena pesan yang disampaikan kepada khalayak luas melalui media Baru (New Media). Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi new media. Internet adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi seperti kecepatan komunikasi, harga komunikasi, persepsi pihak-pihak yang berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer. Jadi titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak pada esensinya sebagai sebuah medium. Internet memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja, jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan
akan cepat diterima oleh pembacanya, sebaliknya jika jaringan melemah maka informasinyapun akan lambat diterima oleh pembaca. Secara garis besar, internet jauh lebih luwes dalam menjembatani waktu dan jarak dibandingkan media-media yang sudah ada terlebih dahulu. Sebagai media komunikasi, internet mempunyai peranan penting sebagai alat (channel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator/penyalur pesan (source) kepada komunikan/penerima pesan (receiver). Sifat dari internet sebagai media komunikasi adalah transaksional, dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif (terus-menerus) dan ada umpan balik (feedback) dari antar individu dalam setiap interaksi tersebut. Selain itu, terdapat partisipasi antar individu dengan mempertimbangkan untung/rugi dalam setiap interaksi. Internet juga dianggap memiliki kapasitas besar sebagai media baru. Tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi transmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004:114). Menurut Bagdakian, duplikasi dan penyebaran materi dari Internet ini bisa mencapai jangkauan yang sangat luas. Satu orang khalayak bisa mengunduh kemudian menyebarkannya pada orang-orang dalam jaringan pertemanan atau jaringan kerjanya. Kemudian pihak yang mendapatkan sebaran itu bisa menyebarkannya lagi pada orang-orang dalam jaringannya, dan seterusnya. Remaja sebagai Audiens Media Baru Masa remaja adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan individu. Masa ini ditandai dengan sejumlah gejala penting, yaitu berkembangnya sikap mandiri (melepaskan ketergantungan dari orangtua dan keluarga inti), meningkatnya minat seksualitas, dan tumbuhnya kecenderungan untuk merenung dan memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral (Salzman dan Pikunas, 1976 dalam Yusuf, 2004:71). Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa. Diyakini, perkembangan masa remaja berbanding lurus dengan kehidupan dewasa. Artinya, masa remaja yang sehat akan menentukan kehidupan dewasa yang juga positif (Yusuf, 2004:71). Untuk mencapai hal tersebut, maka para psikolog mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan masa remaja, yang mencakup hal-hal sebagai berikut (Kay dalam Yusuf, 2004:72-73) : 1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya. 2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan figur-figur yang mempunyai otoritas. 3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya. 5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri. 6. Memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup. 7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan. Dalam mencapai tugas-tugas perkembangan ini, lingkungan jelas berperan penting dalam kehidupan remaja. Pada model pengasuhan tradisional, adalah lingkungan keluarga, pertemanan, dan ketetanggaan yang berturut-turut memainkan peranan terpenting. Namun, kini, dengan dominannya media dalam kehidupan manusia dewasa ini, pola pengasuhan tradisional mendapatkan tandingan dari media. Begitu keluar dari lingkungan keluarga, remaja—bahkan anak-anak—mendapatkan 'pengasuh' baru, yaitu media. Melalui media, remaja belajar mengenali kehidupan luar, sekaligus mendapatkan sosialisasi nilai-nilai yang berdaulat di tengah masyarakat—sesuai dengan realitas yang dipotret oleh media. Berhadapan dengan media, remaja menampakkan karakternya yang dinamis. Mereka pada dasarnya selalu ingin tahu, mudah terpengaruh, cenderung menerima begitu saja isi media (The Habibie Center, 2010 : 7). Di sisi lain, mereka akrab dengan teknologi, tidak takut berhadapan dengan hal-hal baru, kritis, dan cenderung idealis. Berpartisipasi di media online merupakan salah satu ciri pembeda karakter remaja masa kini sebagai digital generation yang membedakan mereka dengan remaja seusianya terdahulu. Shenton dan McNeeley (1997), memaparkan sejumlah motif berpartisipasi di media online sebagai berikut (Flew, 2004:69) : 1. Kesempatan membentuk persahabatan dan hubungan yang dipersepsi 'lebih sulit' dilakukan dalam komunitas offline. 2. Kecakapan bermain-main dengan kepribadian. 3. Menyebarluaskan gagasan baru di antara orang-orang yang memiliki pikiran yang sama. 4. Kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama—betapapun anehnya minat tersebut. 5. Pencarian hubungan-hubungan romantis dan seksual. 6. Kesempatan untuk mengekspresikan opini dan pandangan yang tidak mungkin dilakukan di ruang media mainstream karena khalayak tidak memiliki akses. Sesungguhnya, kita tidak tahu persis manakah di antara sekian banyak motif berpartisipasi dalam media online tersebut yang menjadi motif dominan di kalangan remaja—sehingga membantu mereka
mencapai potensi maksimal yang bisa diraihnya dalam pendidikan maupun pengembangan kepribadian. Motif Penggunaan Media Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Ardiyanto, 2005:87). Motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhankebutuhan hidup. Dalam definisi terserbut motif jika dihubungkan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media dan tujuannya menggunakan media tersebut.Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. McQuail (1991: 72) membagi motif penggunaan media oleh individu ke dalam empat kelompok, yaitu sebagai berikut : 1. Motif Informasi a)
Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.
b)
Mencari bimbingan berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c)
Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
d)
Belajar, pendidikan diri sendiri.
e)
Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
2. Motif Identitas Pribadi a)
Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b)
Menemukan model perilaku.
c)
Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media.
d)
Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial a)
Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain.
b)
Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c)
Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
d)
Memperoleh teman selain dari manusia.
e)
Membantu menjalankan peran sosial.
f)
Memungkinkan diri untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat.
4. Motif Hiburan a)
Melepaskan diri dari permasalahan.
b)
Bersantai.
c)
Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d)
Mengisi waktu.
e)
Penyaluran emosi.
f)
Membangkitkan gairah seks.
Jadi individu-individu mengkonsumsi media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu yang dicarikan pemuasannya melalui media tertentu pula, meski betapa pun kecilnya pemuasan yang dapat dilakukan media tersebut. Dari berbagai motif yang mendorong dalam mengkonsumsi media, akan tumbuh semacam harapan yang dicarikan pemuasannya melalui media tersebut. Allan Rubin (dalam Morissan, 2010:270) menemukan bahwa alasan atau motivasi orang mengkonsumsi media dapat dikelompokkan kedalam sejumlah kategori yaitu untuk menghabiskan waktu, sebagai teman (companionship), memenuhi ketertarikan (excitement), pelarian, kesenangan, interaksi sosial, memperoleh informasi dan untuk mempelajari konten media tertentu. Kategorisasi motif memang tidak terbatas, operasionalisasi Blumer (dalam Rakhmat 2007:66) menyebutkan ada tiga orientasi, yaitu: a. Motif Kognitif adalah kebutuhan akan informasi aktual, surveillance, atau eksplorasi realitas. Informan yang didasari dengan motif ini akan berusaha mencari segala macam informasi yang ia butuhkan lewat berbagai media yang dapat dijangkaunya. Pada motif ini, penggunaan facebook didasari adanya kebutuhan untuk mendapatkan informasi. Fungsi media massa berupa social surveillance, yakni upaya penyebaran informasi yang obyektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan, menjawab kebutuhan informasi yang dicari oleh informan. b. Motif Diversi adalah dorongan dari dalam diri untuk memenuhi kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. c. Motif Identitas Personal adalah kebutuhan akan penggunaan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.
Sementara itu Horrigan (2002) membagi aktivitas yang dilakukan para pengguna internet menjadi empat kelompok, yaitu: 1). E-mail ; 2). Fun activities, yaitu aktivitas yang sifatnya untuk kesenangan atau hiburan seperti mendownload video, pesan singkat, mendengarkan atau mendownload musik, bermain game, chatting; 3). Information utility, yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi, seperti: informasi produk, informasi travel, cuaca, informasi tentang film, musik, buku, berita, sekolah, kesehatan, pemerintah,keuangan, pekerjaan, dan informasi tentang politik; 4). Transaction, yaitu aktivitas transaksi (jual beli) melalui internet seperti membeli produk, memesan tiket perjalanan, online banking. Rosengren mendefinisikan kebutuhan sebagai infrastruktur biologis dan psikologis yang menjadi landasan bagi semua perilaku sosial manusia dan bahwa sejumlah besar kebutuhan biologis dan psikologis menyebabkan kita beraksi dan bereaksi (dalam Lull, 1998:117). Kebutuhan berasal dari “pengalaman sosial” dan bahwa media massa sekalipun kadang-kadang dapat membantu membangkitkan khalayak ramai suatu kesadaran akan kebutuhan tertentu yang berhubungan dengan situasi sosialnya (McQuail dkk dalam Lull, 1998:117). Kepuasan Konsumsi Media Konsumsi media menurut Snow (dalam Tubbs, 2000: 212) adalah untuk menciptakan dan memelihara perilaku rutin dan juga untuk membantu memelihara ritme dan suasana hati. Sejauh orang menjadwalkan penggunaan media sehari-hari, interaksi dengan media membutuhkan ritme dan tempo tersendiri. Misalnya membaca surat kabar pada jam yang sama di pagi hari, selalu mendengarkan laporan cuaca pada jam tertentu dari stasiun radio tertentu, dan secara teratur mengikuti acara-acara televisi setiap minggu. Bagi sebagian orang kegiatan harian ditata berdasarkan interaksinya dengan media. Sebagian orang menggunakan media untuk memudahkan aktifitas nonmedia. Dalam keadaan ini, suasana hati yang diciptakan ritme internal dan ritme medium menjadi sangat penting. Kita dapat membaca kisah misteri ketika pergi berlibur, mendengarkan musik ketika belajar, dan mendengarkan acara berbincang-bincang ketika mengendarai mobil. Snow berpendapat bahwa bila interaksi dengan media meningkat, media menjadi sumber utama dalam pengembangan ritme dan tempo dalam individu dan seluruh masyarakat (Tubbs, 2000:21) Penyebab penggunaan media terletak dalam lingkungan sosial atau psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan media digunakan untuk menanggulangi masalah itu (pemuas kebutuhan). Sejumlah masalah dan kebutuhan khas yang berkaitan dengan informasi, hubungan sosial, hiburan,
pembelajaran dan pembangunan sosial. Apabila penggunaan media hampir seluruhnya tidak selektif, maka ia tidak menyandang arti yang terkait pemakai dan dalam kadar apapun yang signifikan sehingga tidak dapat dianggap sebagai alat pemecahan masalah (McQuail, 1991: 217). 3. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini untuk mengetahui pola konsumsi penggunaan internet oleh siswa sekolah menengah atas didaerah sub urban, peneliti menggunakan metode eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti akan mengeksplorasi siswa-siswi sekolah menengah atas dalam mereka menggunakan internet baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sehingga tujuan dari penelitian ini akan diketahui pola konsumsi penggunaan internet. Unit amatan dalam penelitian ini adalah siswasiswi SMA dan SMK baik swasta mapun negeri yang ada di kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Unit analisanya adalah pola konsumsi penggunaan internet didaerah sub urban. Proses pengambilan data terdiri dari (1) Wawancara, yaitu peneliti akan mewawancarai beberapa narasumber yaitu siswa-siswi dan guru di Sekolah Menengah atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di kecamatan Suruh. (2) Wawancara dengan narasumber-narasumber yang kami temui di warnet-warnet di kecamatan Suruh. (3) Melakukan observasi dengan mengamati anak-anak yang sedang menggunakan komputer di warnet di kecamatan Suruh. (4) Studi pustaka yaitu peneliti mencari referensi bacaan yang berkaitan dengan teori melalui buku-buku atau jurnal ilmiah. 4. TEMUAN & PEMBAHASAN Internet telah digunakan oleh banyak orang di seluruh penjuru dunia, baik didaerah kota besar/ perkotaan sampai ke daerah pinggiran atau daerah sub urban. Didaerah perkotaan, masyarakat bisa mengakses internet jauh lebih mudah dari pada di daerah sub urban. Di daerah kota, masyarakat dapat mengakses internet dengan sinyal dari provider yang cepat dan bagus, selain itu dapat juga menggunakan fasilitas sinyal wifi, dimanapun orang bisa mengakses internet. Berbeda halnya dengan daerah sub urban, dimana terkadang sinyal dari provider yang lemah dan lemot, masih jarang penggunaan wifi, dan hanya tempat-tempat tertentu yang memfasilitasi jaringan internet seperti kantor pemerintahan, sekolah-sekolah dan warnet. Berdasarkan program yang dilakukan oleh Badan Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Depkominfo yaitu program internet masuk desa, menjadikan sebagian masyarakat pedesaan kita mulai melek internet. Kemudian dari situ mulai menjamurlah yang namanya warnet atau warung internet. Dengan warnet, seseorang bisa menyewa seperangkat
komputer beserta lengkap dengan jaringan internetnya dengan hitungan jam. Harga sewa internet rata-rata antara Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per jam. Varian harga tersebut biasanya tergantung dari fasilitas yang diberikan oleh warnetnya misalnya warnetnya menggunakan kipas angin atau AC, monitornya masih menggunakan tabung atau sudah LCD/ LED. Meskipun perkembangan teknologi untuk mengakses internet sudah modern melalui handphone atau tablet, tapi kehadiran warnet ternyata masih sangat ramai digunakan terutama didaerah-daerah sub urban. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan internet di kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang oleh siswa SMA/ SMK. Dalam penelitian ini kami mewawancai beberapa narasumber yaitu guru dan siswa di SMA N 1 Suruh, SMK Suruh. Berdasarkan survai dan wawancara dengan beberapa narasumber tersebut, diperoleh data sebagai berikut : 1. Penggunaan Internet di Lingkungan Sekolah : Tingkat ketergantungan pendidikan terhadap internet semakin meningkat. Hal itu terbukti beberapa guru dan siswa SMK dan SMA telah memanfaatkan informasi dari internet sebagai sumber belajar baik berkaitan dengan mata pelajaran maupun ekstrakurikuler. 1) Bahan pembelajaran Internet di dalam lingkungan sekolah baik SMA maupun SMK banyak dimanfaatkan oleh siswa-siswanya untuk bahan pembelajaran. Maksud dari bahan pembelajaran ini adalah sebagai materi penunjang dan juga pelengkap dalam proses belajar mengajar di kelas. Misalnya saja bagi siswa SMA, dalam pelajaran biologi misalnya, untuk dapat mengetahui lebih detail gambar dari sebuah bunga dengan bagian-bagian didalamnya, siswa dapat mengetahuinya melalui internet. Meskipun di buku pelajaran ada materi tersebut, tetapi biasanya gambarnya lebih sederhana sedangkan jika di cari di internet bisa diperoleh lebih detail. Selain itu materi yang dibuku tidak lengkap, siswa dapat memperdalam materinya melalui pencarian dengan internet. Selain siswa yang mencari materi di internet, guru juga bisa mengakses internet untuk memperkaya materi ajar yang akan diberikan kepada siswa. Sehingga guru juga dapat mengetahui perkembangan-perkembangan keilmuan yang ada sekarang ini. Terkadang guru juga menyuruh siswanya untuk membuat tugas yang dapat dicari di internet, misalnya membuat kliping tentang tanaman ganggang dan berbagai macam tugas lainnya. Sama halnya di SMA, siswa-siswa SMK juga memanfaatkan internet sebagai bahan pembelajaran. Misalnya saja di SMK Negeri 1 jurusan tata busana, siswa-siswa memanfaatkan
internet untuk mencari desain baju yang sesuai dengan tren busana terbaru. Sehingga selain siswa berkreasi dengan desain ciptaan mereka sendiri, siswa juga tidak tertinggal gaya atau tren mode yang sedang berlangsung dimasyarakat baik di Indonesia maupun dunia internasional. Berbeda halnya dengan siswa jurusan otomotif, mereka memanfaatkan internet untuk mencari istilah-istilah dalam otomotif dan belajar tentang bagian-bagian dari kendaraan. Secara teknisnya, biasanya siswa dapat memanfaatkan komputer di sekolah mereka yang langsung terkoneksi dengan internet. Selain itu dalam situasi tertentu siswa diperkenankan membawa laptop ataupun tablet dan smartphone dan memanfaatkan sinyal wifi untuk mengakses internet didalam kelas ketika pelajaran berlangsung atau ketika jam istirahat. Tentunya ada kelemahan yang terjadi yaitu berkaitan dengan kontrol pada akses internet. Hal yang dikhawatirkan adalah siswa mengakses situs-situs yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran, misalnya media sosial, atau bahkan sampai situs porno. Dari temuan ini dapat dilihat bahwa motif yang mendorong para siswa untuk menggunakan internet di sekolah adalah motif informasi. Dalam hal ini para siswa terdorong keinginannya untuk mencari materi pembelajaran yang belum mereka mengerti, selain itu mereka dapat melengkapi materi yang tidak dijelaskan oleh guru yang mengejar. Terkadang dari internet, siswa memperoleh jawaban dari rasa ingin tahu mereka yang tidak bisa dijawab oleh guru. Dengan mereka mencari informasi atau pengetahuan melalui internet, akan melatih mereka untuk dapat belajar secara mandiri, sehingga ketika mereka nantinya melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka tidak kaget dengan cara belajar yang mandiri di perguruan tinggi. 2) Mencari Informasi tentang perguruan tinggi Selain untuk bahan pembelajaran, internet juga banyak dimanfaatkan oleh siswa-siswa kelas 3 untuk mencari informasi tentang perguruan tinggi. Biasa siswa kelas 3 mencari informasi tentang jurusan, informasi pendaftaran beserta syarat-syaratnya, pembiayaan, beasiswa yang bisa diperoleh, dan fasilitas yang dimiliki oleh perguruan tinggi yang diinginkan. Bahkan mereka juga mencari informasi tentang bagaimana mengikuti ujian masuk perguruan tinggi tersebut. Biasanya mereka memanfaatkan jam istirahat untuk mengakses internet dan mencari informasi perguruan tinggi. Mereka bisa menggunakan komputer sekolah, tapi juga dapat menggunakan handphone atau tablet dengan memanfaatkan wifi. Selain informasi tentang perguruan tinggi, siswa-siswa tersebut juga mencari kisi-kisi ujian masuk perguruan tinggi, sehingga mereka bisa belajar sejak awal.
Motivasi untuk mencari informasi inilah yang menjadikan para siswa mengakses internet di jam-jam tertentu disekolah, dan hal ini jauh lebih efesien dilakukan dari pada mereka datang langsung ke kampus-kampus yang mereka inginkan untuk kuliah. Melakui internet siwa-siswi dapat memperoleh informasi secara detail. Jika ada pertanyaan yang mereka ingin tanyakan ke pihak universitas maka mereka bisa menyampaikannya melalui email. Dalam hal, internet mempunyai efesiensi waktu, efesiensi tenaga, dan efesiensi biaya. Jadi siswa masih tetap bisa melakukan tugasnya disekolah tapi siswa juga bisa mendapat informasi tentang perguruan tinggi yang diinginkan. 2. Penggunaan Internet di luar lingkungan sekolah : Penggunaan internet oleh siswa SMA atau SMK tidak hanya ketika mereka ada didalam lingkungan sekolah, tetapi lebih banyak digunakan ketika mereka ada diluar sekolah yaitu dengan memanfaatkan warnet jika dirumah mereka tidak ada jaringan internet. Jam penggunaan internet jauh lebih panjang ketika mereka ada di luar sekolah dibanding di sekolah, hal ini karena jam belajar disekolah terbatas, terkadang mereka menggunakan internet ketika jam istirahat saja. Selain itu tidak semua mata pelajaran menggunakan internet untuk mengakses informasi. Dari hasil wawancara dan survey di daerah kecamatan Suruh, kabupaten Semarang terhadap beberapa siswa SMA dan sederajat yang peneliti temui di warnet-warnet maka diperoleh data tentang penggunaan internet sebagai berikut : 1) Mencari teman diluar teman sekolah Dari beberapa narasumber yang peneliti temui dan wawancara di warnet yang letaknya tidak jauh dari sekolahan, mereka mengatakan bahwa salah satu tujuan mereka mengakses internet di warnet adalah untuk mencari teman baru selain teman yang ada disekolah mereka masingmasing. Paling sering mereka membuka Facebook dan twitter untuk mencari teman baru. Teman baru disini adalah teman diluar dari teman disekolah mereka, bisa jadi teman dari sekolah lainnya, teman sewaktu SMP, teman di komunitas, bahkan orang yang belum sama sekali mereka kenal (suggestion dari teman). Bukan hal baru dan hampir semua pelajar tahu akan keberadaan jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter dan lainnya. Terkadang mereka sampai lupa waktu bila sudah tenggelam dalam kegiatan selancar di Facebook dengan teman-teman. Melalui jejaring sosial tersebut bisa menjadi ajang sosialisi juga mencari teman-teman baru dengan segudang pengalaman dan wawasan serta ilmu pengetahuan baru yang belum pernah didapat. Bahkan dari beberapa
peristiwa, kita bisa melacak keberadaan saudara atau teman lama yang sudah terpisah dan kehilangan jejak sejak lama. Dampak Internet yang sudah memasuki dan merajai semua kalangan tentunya Internet berkaitan erat dengan interaksi sosial yaitu Internet digunakan sebagai media alternatif untuk interaksi sosial bagi orang-orang tertentu. Tentunya interaksi sosial yang sangat menonjol yang dilakukan oleh orang-orang adalah melalui jejaring sosial seperti : Facebook, Twitter, Instagram, Path, dll. Seperti Papacharissi dan Rubin (2000) berpendapat bahwa internet digunakan sebagai “alternatif fungsional untuk tatap muka komunikasi (interaksi) bagi mereka yang cemas tentang komunikasi tatap muka dan yang tidak menemukan komunikasi tatap muka menjadi menguntungkan” (2000:188). Dari hasil survey dan wawancara, peneliti mendapati sebagian besar siswa yang menggunakan internet diluar sekolah adalah untuk berinteraksi dengan orang lain. Internet kini juga bisa berfungsi sebagai alat dan sarana untuk mengekspresikan diri seseorang sehingga internet sebagai tempat mencurahkan hati seseorang entah yang sedang sedih, senang, marah, bosan, melalui halaman web pribadi mereka yang tentunya bisa dilihat dan diakses oleh semua orang, sehingga dari situ kita dapat melihat bagaimana keseharian dan juga karakter orang tersebut. Atau bisa juga dengan mengembangkan hubungan dengan teman dan disosialisasikan dengan Internet contohnya saat kita sedang melakukan quality time dengan teman-teman kita dan kita mengeshare lokasi kitan dan juga foto-foto kita melalui media sosial seperti: path, instagram, facebook,dll. Tentu saja dari situ banyak orang-orang yang melihat kebersamaan tersebut dan tentunya dengan hal itu hubungan persahabatan bisa lebih erat. Jadi ada motif interaksi sosial yang mendasari para siswa SMA/SMK di daerah sub urban. Jadi meskipun mereka tinggal didaerah yang jauh dari pusat kota, tapi mereka juga tetap ingin eksis dan dikenal oleh orang lain yang kemungkinan tinggalnya di daerah perkotaan. 2) Mencari tugas sekolah Sebagai seorang pelajar, mendapat tugas dari guru merupakan hal yang wajar supaya siswa juga masih mempunyai jam belajar di rumah. Berkaitan dengan tugas yang diberikan dari guru itulah, banyak siswa-siswi yang memanfaatkan internet untuk membantu mereka mengerjakan tugasnya. Beberapa guru di ditingkat SMA atau SMK pun memberikan kebebasan untuk siswanya untuk mencari sumber tugas di internet.
Para siswa memanfaatkan kehadiran warnet untuk mencari bahan tugas sekolah. Hal ini dikarenakan dirumah mereka tidak memiliki akses internet, sedangkan jika menggunakan handphone jauh lebih mahal untuk penggunaan kuota internetnya. Beberapa siswa yang peneliti temui di warnet sekitar sekolah menengah atas didaerah Suruh, sepulang sekolah mereka pergi ke warnet karena ada tugas sekolah dan di perintah oleh gurunya untuk mencari di internet. Misalnya saja mereka diminta untuk mencari artikel tentang bahasa Indonesia, membuat kliping tentang pelajaran biologi, dan lain sebagainya. Ada beberapa kasus yang unik yang terjadi yaitu siswa meminta tolong operator warnet untuk mencarikan bahan tugas sekolah mereka, sedangkan mereka menggunakan internetnya untuk chatting atau download-download lagu atau video. Jika dilihat dari kasus tersebut selain ada motif informasi, para siswa tersebut juga memiliki motif untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Jadi meskipun mereka di depan internet mereka mengerjakan tugas tapi mereka juga sembari membuka situs jejaring sosial seperti facebook, twetter, instagram, dan jejaring sosial lainnya. 3) Bermain game online Dari beberapa responden yang kami wawancarai di warnet, anak-anak SMA yang datang ke warnet tidak untuk mencari informasi tapi untuk bermain game online maupun off line. Untuk bermain game online biasanya mereka datang bergerombol karena mereka akan bertanding dengan temannya. Sedangkan bagi yang bermain game off line, mereka bermain hanya untuk mencari kesenangan, dan meregangkan pikiran karena sudah seharian belajar di sekolah. Di daerah kota jika ingin bermain game on line ataupun off line dapat dimainkan dirumah dengan jaringan internet yang bagus dan perangkat komputer atau laptop. Di daerah sub urbanpun bagi keluarga yang mampu membelikan anaknya laptop atau komputer bisa bermain game dirumah asal jaringan internetnya bagus, tapi bagi yang tidak memiliki laptop atau komputer, mereka biasanya akan pergi ke warnet. Jadi beberapa narasumber yang kami wawancarai, mereka menggunakan internet karena motif hiburan. Alasannya karena mereka sudah seharian belajar jadi mereka membutuhkan hiburan. 4) Mencari hiburan (nonton youtube) Mencari sebuah hiburan biasanya orang dapat memanfaatkan televisi, radio atau majalah. Tetapi karena perkembangan teknologi yang ada, orang mulai menggunakan internet untuk
mencari hiburan terutama yang tidak bisa diperoleh di media massa konvensional. Begitupun juga dengan anak-anak SMA dan sederajat didaeran sub urban, dimana mereka menggunakan internet tidak hanya sekedar mencari informasi tapi juga mencari hiburan. Paling sering dibuka oleh anak-anak SMA (pelajar) tersebut adalah situs Youtube. Youtube merupakan sebuah situs web video sharing (berbagi video) popular dimana para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi video secara gratis. Biasanya video-video di Youtube adalah klipklip music, film, TV serta video buatan para penggunanya sendiri. Beberapa data yang kami peroleh menunjukkan bahwa anak-anak SMA/ SMK di kecamatan Suruh datang ke warnet untuk sekedar membuka youtube. Mereka kebanyakan menonton video klip lagu-lagu hits terbaru, dan menonton acara televisi yang tidak dapat mereka tonton karena mereka disekolah (misalnya saja drama-drama korea) dan televisi biasanya tidak memutar kembali apa yang sudah ditayangkan. Motif hiburan yang menjadi alasan mereka menggunakan internet untuk menonton youtube. Alasannya sama dengan siswa-siswa yang bermain game online yaitu mereka membutuhkan hiburan, selain itu mereka juga membutuhkan update lagu terbaru yang sedang muncul didunia hiburan. 5) Bisnis online Manfaat internet dalam dunia usaha memang sungguh besar. Kehadiran dan perkembangan internet telah memberikan banyak manfaat di berbagai bidang kehidupan manusia. Arus informasi dan ilmu pengetahuan yang bebas diakses, membuat banyaknya daerah yang buta akan informasi perlahan-lahan menjadi mengerti. Hal inilah yang banyak dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk menjual produk-produk mereka secara online. Mulai dari pakaian, tas, sepatu, barang elektronik sampai yang saat ini sedang tren dipakai orang yaitu Batu Akik. Dari data dilapangan yang kami peroleh, ternyata internet melalui kehadiaran warnet juga dimanfaatkan oleh siswa-siswa SMA/SMK di kecamatan Suruh untuk berbelanja secara online. Kebanyakan yang melakukan transaksi adalah anak perempuan dan yang mereka beli kebanyakan adalah pakaian, tas dan aksesoris. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun anak-anak SMA/ SMK di kecamatan Suruh yang tergolong sebagai daerah sub urban, mereka juga ingin mengikuti tren yang sedang berkembang saat ini, mulai dari tren berpakaian sampai tren aksesoris yang melengkapinya.
Peranan internet dalam bidang pendidikan sangat penting atau diperlukan untuk pada zaman moderen ini semua siswa mencari bahan untuk belajar di internet. Internet sangat berperan dalam bidang pendidikan karena mendapatkan informasi secara cepat dan murah. Internet juga memiliki kelebihan yang sangat besar salah satunya kita lebih cepat, praktis dan mudah untuk mencari sesuatu seperti tugas dan ilmu pengetahuan. Mereka bisa mendownload, mengirim pesan lewat e-mail, chatting dll. Di dalam mencari bahan untuk belajar seperti mencari makalah, artikel dll. Hampir disemua sekolah di Indonesia telah memiliki jaringan internet terutama sekolah-sekolah yang ada di daerah perkotaan, bahkan sekolah yang ada didaerah sub urban pun juga mulai menggunakan internet. Itu tentu lebih memudahkan siswa untuk menambah wawasan baik mendapatkan ilmu, membuat tugas sekolah mencari sebuah materi yang bisa dikatakan sulit. Internet tentu sangat mudah untuk dipelajari karena sudah terdapat dalam salah satu mata pelajaran di sekolah yaitu TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Jika para pelajar di Indonesia mampu mempergunakan fasilitas ini dengan baik maka dimasa-masa mendatang SDM di Indonesia dalam posisi baik dan mampu menjadi salah satu negara maju di dunia. Peranan internet dalam bidang pendidikan itu dipergunakan sebagai media baca selain buku, misalnya kita ingin mencari sesuatu yang menyangkut pelajaran yang materinya tidak ada pada buku yang dimiliki maka data serta materi tersebut bisa kita akses di internet. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum siswa SMA/SMK dan sederajat di kecamatan Suruh yang notabenenya sebagai daerah sub urban telah terbiasa untuk menggunakan internet, terutama untuk kebutuhan mencari informasi untuk menyelesaikan tugas dari sekolah, meskipun ada motif lain seperti mencari hiburan dan berinteraksi dengan orang lain. Akses terbanyak yang digunakan oleh siswa SMA ini adalah warnet/warung internet. Jadi pola konsumsi internet oleh siswa SMA dan sederajat ini dapat dilihat dari aktifitas ketika siswa menggunakan internet. Dari studi kasus tersebut menunjukkan bahwa perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat kehidupan manusia semakin mudah. Saat ini berbagai macam informasi dapat kita peroleh dengan mudah hanya dengan mengetikkan kata di mesin pencari Google, berbeda dengan lima belas tahun yang lalu ketika orang-orang mencari informasi hanya melalui buku atau literatur. Hal ini tentu saja memudahkan kita dalam mencari informasi yang kita perlukan kapanpun dan dimanapun kita berada, asalkan kita memiliki koneksi internet.
6. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, dan Elvinaro. 2005. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, cetakan kedua. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Ciolek and Mathew. 1998. “The Scholarly Uses of the Internet: 1998 Online Survey.” http://www.ciolek.com/PAPERS/InternetSurvey-98.html Coomber, R. 1997. “Using The Internet for Survey Research.” Sociological Research Online 2(2), http://www.socres-online.org.uk/socresonline/2/2/2.html Creeber, G. and Martin, R., (ed).2009. Digital Cultures: Understanding New Media. Berkshire-England: Open University Press Flew, Terry, 2005. New Media: An Introduction (2nd Edition). Oxford: Oxford University Press. Horrigan, John B. (2002). New Internet Users: What They do Online, What They Don’t and Implications for the Net’s future. http://www.pewinternet.org/pdfs/New_Users_Report.pdf. Lee, Monle & Johnson, Carla. ( 2007 ). Prinsip-prinsip periklanan dalam perspektif global. Kencana, Jakarta Lievrouw, L.A. dan Sonia Livistone, 2006. The Handbook of New Media. SAGE Publications, London Lull, James. 1998. Media Komunikasi Kebudayaan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta McQuail, Denis. 1991. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Alih bahasa Agus Dharmawan. Dan Amirudin. Jakarta : Erlangga. McQuail, Dennis. 2000. Mc Quail’s Communication Theory (4th edition). London: Sage Publication. McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika Morissan, M. A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nasution, S. S. 2011. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss. 2001. Human Communication. Bandung : Remaja Rosda karya. Surya, Yuyun W.I, 2002, Pola Konsumsi dan Pengaruh Internet sebagai Media Komunikasi Interaktif pada Remaja (Studi Analisis Persepsi pada Remaja di Kotamadya Surabaya), Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya Ward, Ian. 1995. Politics of the media. Melbourne : Mac Milan. Yusuf, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.