ISSN 2339261-4
Pola Komunikasi Kepemimpinan Pada Keluarga Sakinah Oleh : Nur faizah A. Pendahuluan
Mempunyai keluarga yang sakinah merupakan idaman setiap orang, tujuan dari berumah tangga adalah mencari kebahagiaan hidup. Keluarga merupakan komponen masyarakat
terpenting
dalam
suatu
tatanan
kehidupan
sosial.
Maju
dan
berkembangnya sebuah peradaban manusia selalu berasal dari adanya keluarga. Seorang manusia mampu mengenal diri dan lingkungannya karena peran keluarga. Secara internal keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu adalah orang tua yang harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup keluarga tersebut. Tanggung jawab yang paling mendasar adalah memberikan pendidikan, terutama peran agama terhadap pembentukan keluarga. Keluarga yang bahagia yang diistilahkan dengan sakinah mawadah warahmah (perasaan tenang, cinta, dan kasih sayang) dibutuhkan peran serta setiap anggota keluarga yang ada di dalamnya. Sakinah artinya
menggambarkan ketenangan,
mawaddah artinya mencurahkan segala sesuatu kasih sayang, rahmah artinya menerima kelemahan orang lain, dan menerima apaadanya. Anggota keluarga harus dapat menempatkan dirinya dengan baik sesuai dengan perannya dalam kehidupan keluarga. Mereka diharapkan mampu mengantisipasi dan menyelesaikan semua konflik yang terjadi dengan baik. Untuk mampu menyelesaikan konflik dibutuhkan suatu keterampilan atau kiat untuk menghadapinya, maka di perlukan Komunikasi
Keluarga Islami Dalam Pembentukan Keluarga Sakinah, terutama komunikasi antara suami dan istri. Potret keluarga sakinah yang dapat kita teladani adalah keluarga Rasulullah . Konflik
yang terjadi dalam keluarga disebabkan karena, 1) Salah satu
pasangan cemburu sehingga selalu mencurigai pasangannya tiap pergi ke luar rumah. 2) Masalah keuangan, sering istri selalu menuntut suami di luar jangkauan penghasilan suaminya. 3) Hadirnya pihak ketiga, baik dari pihak keluarga maupun pria idaman lain (PIL) atau wanita idaman lain (WIL) 4) Jarangnya atau kurangnya komunikasi antara pasangan, sehingga sering masalah kecil menjadi masalah besar dan berdampak pada: kekerasan dalam rumah tangga, ketidakharmonisan keluarga, jatuhnya kepercayaan; timbulnya perselisihan dan perceraian. B. Pembahasan Menurut stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (terjemahan Deddy Mulyana dan Gembirasari, 2005: 15-16), komunikasi antarmanusia muncul dalam beberapa tipe situasi yang berbeda, yaitu : komunikasi dua orang, wawancara, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik, komunikasi organisasional, dan komunikasi massa. Dari keenam tipe komunikasi antarmanusia tersebut, tiga diantaranya dengan karakteristik komunikasi interpersonal yang bersifat diadik dan langsung (tatap muka), yaitu : a. Komunikasi Dua Orang (diadik) Komunikasi dua orang atau diadik adalah tipe komunikasi yang mencakup segala jenis hubungan antarpribadi antara satu orang dengan orang yang lainnya, mulai dari hubungan yang singkat hingga hubungan yang lama dan mendalam.
Karena pelaku komunikasi dilakukan oleh dua orang, maka dilaog yang terjadi berlangsung intens. Contoh komunikasi diadik adalah komunikasi yang terjalin antara suami dengan istri, guru dengan murid, pimpinan dengan bawahan, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi jarank dekat, mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan baik verbal maupun non verbal. Dalam proses komunikasi diadik, ada dua sifat hubungan antara dua orang yang berinteraksi, yaitu komunikasi yang bersifat terbuka dan komunikasi yang bersifat tertutup. Komunikasi yang bersifat terbuka ditandai dengan adanya keterbukaan diantara kedua orang yang berkomunikasi. Misalnya, komunikasi antara dokter dan pasien. Sedangkan komunikasi yang bersifat tertutup contohnya adalah proses interogasi. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, dimana satu pihak meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain sementara pihak lain justru berusaha menyimpan informasi yang benar dan membenarkan informasi yang salah untuk mengelabui pihak yang mengintrogasi. Komunikasi diadik juga bersifat intim dan longgar interaksi. Interaksi intim dimulai dengan adanya kedekatan hubungna kedua belah pihak yang dengan adanya ikatan emosional yang kuat antara keduanya. Misalnya, saudara kandung, orangtua dengan anak, suami dengan istri dan sebagainya. Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan
merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki dan bersama-sama untu memperteguh untuk memuliakan masing-masing anggotanya.1 Menurut pakar sosiologi Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan antara pria dan wanita, keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami dan isteri. Menurut soerjono soekanto bahwa keluarga unit terkecil dalam masyarakat untuk mengatur hubungan seksual atau disebut tempat berlangsungnya sosialisasi yakni proses pendidikan untuk mengenal, memahami, menaati dan menghargai kaidah-kaidah nilai-nilai yang berlaku”2 Keluarga sakinah merupakan keluarga yang penuh dengan cinta (mahabbah) dan kasih sayang (syafaqah). Cinta (mahabbah) ditujukan khusus kepada Allah berupa cinta yang berasal dari pengetahuan dan keimanan, sedangkan kasih sayang (syafaqah) berhubungan dengan sesama makhluk ciptaan-Nya atau kasih sayang yang berasal dari watak manusia (al-makhluk). 3 Pengertian keluarga sakinah menurut Penulis adalah: 1. Keluarga yang dibangun dan dibina atas dasar perkawinan yang sah menurut hukum agama dan menurut hukum Negara. 2. Keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan hidup mat erial dan spiritual secara layak dan seimbang. 3. Keluarga yang dibangun atas dasar kasih sayang serta mampu mengamalkan nilai keimanan dan ketakwaan dengan akhlak yang mulia sehingga dapat berinteraksi dalam masyarakat secara harmonis. Keluarga sakinah dapat terbentuk apabila: 1
Drs. Abu Bakar M. Luddin. Dasar-Dasar Konseling ( Teori dan Praktek). Bandung: Cipta pustaka Media, hal.150 2 Soerjono Soekanto, Sosilogi Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),h.78 3 Badan Penasihat pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Membina Keluarga Sakinah,( DKI Jakarta, 2011), h.5
1. Terciptanya rasa aman dan rasa aman itu akan ada apabila hak dan kewajiban dalam keluarga terjamin dengan baik terhadap hubungan antar personal (suami-istri atau orang tua-anak) maupun terhadap masyarakat dan Negara. 2. Terciptanya kedamaian dan kerukunan anggota keluarga. 3. Terciptanya rasa tentram, rasa tentram itu aka nada apabila dalam keluarga itu mampu mencukupi kebutuhan fisik manusia adalah kebutuhan pokok dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Dalam keluarga yang harmonis (sakinah), setiap anggotanya merasakan suasana damai, bahagia, aman, dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan-tekanan penyakit jasmani. Sedangkan kesejahteraan batin adalah bebas dari kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilainilai keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Tipe Pola Komunikasi Kepemimpinan dalam Keluarga Untuk membangun komunikasi yang baik di dalam keluarga, pola komunikasi kepemimpinan didalam keluarga dibagi menjadi empat tipe pola komunikasi keluarga sebagai berikut;4 1. Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire, ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam bentuk interaksi dengan orangtua. Anak maupun orangtua kurang atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah.
4
Sofyan Sauri, Membangun Komunikasi Dalam Keluarga, (Bandung: PT Ganesindo, 2006), h.88
2. Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri. 3. Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik merupakan bentuk komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung. 4. Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, ditandai dengan adanya musyawarah mufakat.
Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan
komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga. 5 Untuk membangun keluarga yang sakinah maka diperlukan menerapkan komunikasi islami, antara suami-istri saling berkomunikasi dengan baik dengan cara: 1) Saling menjaga kesetiaan, kesabaran, dan kejujuran. 2) Saling mendengarkan Wadhih fissima’ artinya “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik.Allah . menciptakan dua telinga dan satu lidah, menjadi isyarat agar kita suka mendengarkan ketimbang banyak bicara. Mendengarkan isteri atau suami adalah kunci komunikasi yang paling pokok agar dapat selalu “nyambung” yang menjadi kebutuhan dan harapan mereka. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara 5
Richard West. Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan Aplikasi Edisi ke-3. Jakarta, Salemba Humanika,2008. Hal 125
atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik dan kata-kata yang sopan. 3) Adanya keterbukaan, tidak perlu ada yang “disembunyikan” dari pasangan kita. Sebaliknya, berlakulah terbuka dalam semua hal. Biasakan kita dan pasangan kita lurus dalam bicara dan berperilaku. 4) Mengambil keputusan dengan cara bermusyawarah, Rasulullah
mengajarkan
kepada kita bahwa tidak ada ruginya jika semua urusan dimusyawarahkan bersama. Semua anggota musyawarah menjadi terikat kebersamaan dalam menjalankan program yang diputuskan bersama. Semua bertanggungjawab dan menerima konsekuensinya; legowo dan tidak saling menyalahkan. Semua puas dan bahagia karena merasa dilibatkan dan dihargai perannya. Inilah di antara berkah musyawarah. Allah berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemahlembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya.” (QS Ali Imran: 159). Keberhasilan berkomunikasi dalam keluarga sangat menentukan baiknya kualitas hubungan dan akan menumbuhkan tanggung jawab bersama dalam meraih tujuan pernikahan, yakni kebahagiaan di dunia dan akhirat. Keindahan hubungan personal dalam keluarga dapat terwujud jika masing-masing anggotanya mengambil posisi dan peran yang tepat, dalam bingkai kehidupan sehari-hari dan beribadah kepada Allah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, komunikasi didalam keluarga sangatlah penting dibutuhkan didalam keluarga antara anak dan orangtua, terutama berkomunikasi dalam hal mendidik anak agar dapat menjadi keluarga yang
sakinah. Karena komunikasi didalam keluarga sangat dibutuhkan untuk mencitakan kedekatan, keterbukaan, dan kebersamaan di dalam keluarga. Agama pun menganjurkan agar manusia belajar tentang ilmu komunikasi agar mereka pandai dalam mengolah pembicaraaan, terlebih lagi bagi para orangtua agar mereka dapat mendidik anak mereka dengan baik agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah dan menjaga keutuhan keharmonisan rumah tangga.
Pola komunikasi kepemimpinan yang digunakan berdasarkan penelitian yang dilakukan keluarga yang islami agar menjadi keluarga yang sakinah,diantaranya menggunakan pola konsensual ditandai dengan adanya musyawarah untuk mencapai mufakat. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk setiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang tanpa menggangu struktur kekuatan keluarga, tetapi yang mengambil keputusan atau kekuasaannya ayah dan ibu atau kedua orangtuanya. pola Pluralistik ditandai dengan tingginya komunikasi didalam keluarga akan tetapi yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung. Dengan demikian seolah digambarkan pola komunikasi yang diterapkan didalam keluarga sakinah pada saat ini adalah keluarga yang didirikan berdasarkan landasan nila-nilai agama dan pengambilan keputusan berada ditangan kedua orangtua. Namun, pada kenyataanya setiap keluarga menpunyai landasan-landasan yang berbeda dalam pola komunikasinya.
C. Kesimpulan
Diharapkan kepada setiap keluarga muslim sebaiknya dalam pembangunan dan pembinaan keluarga sakinah yang mutlak lazim diwujudkan bagi setiap keluarga,
demi terciptanya masyarakat dan bangsa yang berkualitas. Agar menanamkan nilainilai keagamaan yang baik didalam keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Mubarok, Psikolgi keluarga, Jakarta: Bina Rena Pariwera, 2005. Ahmad Warson Munawwir, Kamus
Al-Munawwir,
Surabaya:
PT Pustaka
Progresif,2002. Akhmad Khalil Jam’ah, Perempuan Yang Dijamin Syurga, Darul Falah, Jakarta, 2002. Ali misykini, keluarga sakinah, Bogor, pustaka cahaya 2004. Amin Rusli, Rumahku Surgaku Sukses Membangun Keluarga Iskami, Jakarta, Almawardi Prima, 2002. Cahyadi Takariawan, Pernak-Pernik Rumah Tangga Islami,Jakarta: PT Era Intermedia, 2005. Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, Jakarta, Dirjen Bimas Islam, 2005. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, Depag,1977 Failah Ahmad,dkk, Buku Panduan Konseling untuk Konselor BP4,Jakarta, Penerbit Rahima, 2012.
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Hasan, Penelitian dalam Perspektif dan Praktek, Jakarta: prenada, 2001. Hasdan Sofyan, Merekah Kebahagiaan Keluarga, Jakarta: Khasanah Manusia Nusantara, 2007. Irmayani, Ketahanan Sosial Keluarga, Jakarta: Departemen Sosial RI, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Website Kementerian Agama RI, htpp://kemenag.go.id
Kriyanto Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh praktis Riset Media, Public Relations, Advertising Komunikasi Organisasi, Komunikasi Penyiaran, Jakarta: Kencana,2009. Mungin Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Media Group, 2007. Nasir Muhammad, Metodologi Penelitian, Jakarta: ghalia Indonesia, 1999. Onung Uchjana Efenndy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006. Pius A Partanto, et.el,Kamus Ilmiah Populer , Surabaya: Arkola, 1994. Richard West. Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan Aplikasi Edisi ke-3. Jakarta, Salemba Humanika,2008. Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,Bandung:Alfabeta,2006,cet. Ketiga. Sofyan Sauri, Membangun Komunikasi Dalam Keluarga, Bandung: PT Ganesindo, 2006. Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta, Graha ilmu,2011. Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga , Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Zaitunah Subhan,Membina Keluarga Sakinah Cet. Ke-2, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004. Zed Mestika, Penelitian Kepustakaam, Jakarta; yayasan Obor Indonesia,2004.