POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Rosalina NIM: 105051001872
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Rosalina NIM: 105051001872
Di Bawah Bimbingan,
Dr. Arief Subhan, MA NIP: 19660110 199303 1 004
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Tangerang, 11 Juni 2009 Sidang Munaqasyah Ketua merangkap anggota
Sekretaris merangkap anggota
Dr. Murodi, M.A. NIP: 19640705 199203 1 003
Faza Amri, S.Th.I NIP: 19780703 200501 1 006 Anggota,
Penguji I
Penguji II
Drs. Study Rizal LK, M.A. NIP: 19640428 199303 1 002
Umi Musyarofah,M.A. NIP: 19710816 199703 2 002 Pembimbing,
Dr. H. Arief Subhan, M.A. NIP: 19660110 199303 1 004
iii
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bogor, 5 Juni 2009
Rosalina
iv
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Puji Syukur penulis haturkan kepada Zat Allah SWT, atas limpahan karunia dan atas Ridho-Nya penulis dapat menempuh jenjang pendidikan sampai saat ini hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari jalan kesesatan menuju alam berperadaban, dari kegelapan menuju cahaya. Dengan rahmat Allah SWT, penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terwujud dengan lancar. Semoga karya yang kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. Penelitian dan penulisan ini, tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan, motivasi dan bantuan semua pihak. Penulis berterima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Para Pembantu Dekan: Dr. Murodi, MA; Dr. Arief Subhan, MA sebagai dosen pembimbing; Drs. Mahmud Jalal, MA; dan Drs. Studi Rizal, LK, MA.
2.
Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam: Drs. Wahidin Saputra, M.A., dan Umi Musyarofah, M.A.
3.
H. Abd. Komala Kartawinatta dan Hj. Diani Puspitawati selaku orang tua penulis yang telah mencurahkan kasih sayang serta dukungan baik moril serta materil untuk penulis.
4.
Pimpinan Les Privat dan Kelompok Bintang Pelajar Bapak Chairat, Manager Divisi SDM Bapak Tri Muchdi H., Mas Rizqi Amali terima kasih untuk bantuannya meminta izin ke Pak Muchdi dan Pak Adrian agar penulis dapat melakukan penelitian di Bintang Pelajar, Kepala cabang BP Pajajaran Bapak Adrian, Staf-Staf BP Pajajaran Mas Azis, Mas Ardi, Mbak Iim, Mbak Liza, Mbak Widi, mas-mas office boy. Untuk guru-guru Mbak Wahyu, Mbak Ida, Mas Burhan, Mas Yudha serta murid-murid Dina, Fifi, Chika, Fathia, Shynna, Farah, dan Sani yang mengizinkan kelasnya di observasi oleh penulis.
5.
Sahabat-sahabat di BP: Mas Ruchul, Mbak Zenita, Bunda Novi, Mbak Betty, Mbak Uli, Mbak Irma, Mbak Milla, Mbak Festy, Mbak Partini, Mbak Herma, Mbak Lilis, Mas Nandar, Mas Imam, Teh Ina dan semua guru dan staf yang dikenal oleh penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih untuk dukungan dan kebaikan dari semuanya.
6.
Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2005. Teman-teman KPI A especially sagita, desy, maya, novita, mute, lely, fatimah, qoqom, arsyil, dasuki.
v
7.
Keluarga besar H. Daan Yahya kakekku tercinta, nenek ade, sembilan tanteku sayang: tante dini, tante devi, tante lusi, tante dewi, tante linda, tante desi, tente ajeng, tante rika, tante meta, sepupu-sepupu tercinta, dan juga untuk para om, khususnya om bugi. Terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil, kasih sayang dan cinta yang kalian beri untuk penulis.
8.
Keluarga (alm.) Dapung Kartawinatta, om chandra, tante remmy, tante kenny, om uung terima kasih banyak untuk support-nya dari segi moril dan materil.
9.
Bapak Asep Usman Ismail yang selalu memberi semangat kepada saya sejak sebelum kuliah di UIN hingga saya lulus.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu menjadi tempat curhat di saat senang maupun susah, chika, nanda, lita, nadya, ranita, nada safira, ummu, dan aryo. 11. Teh Ella beserta anak-anak yatim yayasan Innayatullah yang senantiasa selalu mendoakan penulis. 12. Para dosen, karyawan, Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan Perpustakaan Utama.
Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT untuk orang-orang yang begitu ikhlas membantu dalam penulisan skripsi ini agar diberikan kasih sayang-Nya yang sempurna. Semoga Allah SWT semakin menambahkan karunia-Nya kepada kita semua.
Bogor, 5 Juni 2009
Penulis
vi
ABSTRAK
Rosalina Pola Komunikasi Guru dan Murid Pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar
Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. Komunikasi antara guru dan murid bisa menjadi faktor penentu keberhasilan belajar murid dan pola komunikasi yang baik antara guru dan murid bisa dijadikan salah satu faktornya. Dalam penulisan skripsi ini akan dibahas permasalahan bagaimana pola komunikasi guru dan murid yang terjadi di lembaga bimbingan belajar. Fokus dalam penelitian ini adalah pola komunikasi antara guru dan murid yang terjadi di dalam kelas pada lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar sebagai salah satu perintis bimbingan belajar yang memiliki visi dan misi menjadi bimbingan belajar terbaik yang islami dalam rangka mewujudkan generasi beriman dan berilmu pengetahuan mempunyai konsep belajar satu kelas maksimal hanya lima siswa, hal ini menjadikan komunikasi di dalam kelas menjadi lebih terarah. Pola komunikasi guru dan murid di Bintang Pelajar adalah pola guru – murid, murid – guru, murid - murid. Hal ini dikarenakan dengan jumlah murid yang sedikit dalam satu kelas membuat guru bisa total dalam memberikan perhatian kepada murid ketika mengajar. Para murid jadi merasa bebas untuk bertanya materi yang kurang jelas ataupun belum dimengerti dan juga guru bisa dijadikan untuk tempat curahan hati para murid.
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN........................................... iii PERNYATAAN .......................................................................................... iv KATA PENGANTAR................................................................................. v ABSTRAK................................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5 D. Metodologi Penelitian ........................................................... 5 1. Jenis Penelitian .................................................................. 5 2. Metode Penelitian .............................................................. 6 3. Subjek dan Objek dan Penelitian........................................ 6 4. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 7 5. Populasi dan Sampel .......................................................... 7 6. Tahapan Penelitian............................................................. 8 7. Teknik Penulisan................................................................ 10 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan ............................................................ 11
viii
BAB II
LANDASAN TEORI ............................................................... 12 A. Pengantar .............................................................................. 12 B. Pengertian Pola Komunikasi.................................................. 12 C. Jenis-jenis Komunikasi.......................................................... 23 D. Macam-macam Pola Komunikasi.......................................... 25 E. Teknik-teknik Komunikasi .................................................... 26 F. Pola-pola Komunikasi Guru-Murid........................................ 28
BAB III
GAMBARAN UMUM ............................................................. 30 A. Pengantar .............................................................................. 30 B. Profil Bintang Pelajar ............................................................ 30 C. Bintang Pelajar Cabang Pajajaran.......................................... 32 1. Letak Geografis.............................................................. 32 2. Posisi Bintang Pelajaran Cabang Pajajaran..................... 32 D. Program Bintang Pelajar ....................................................... 34 1. Sistem Belajar Bintang Pelajar ........................................... 34 2. Program Akademik ............................................................ 35 a. Program Tembus SMP-SMA-PTN Favorit ..................... 35 b. Program Sukses Semester............................................... 35 c. Program Calistung Plus .................................................. 35 d. Kelas Super.................................................................... 36 E. Fasilitas dan Penanganan Bintang Pelajar .............................. 36 F. Lokasi Bintang Pelajar........................................................... 39
ix
G. Pilihan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Bintang Pelajar... 40
BAB IV
ANALISIS POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID ..... 42 A. Pengantar .............................................................................. 42 B. Pola Komunikasi Guru dan Murid......................................... 42 1. Pola Komunikasi Guru 1.................................................... 43 2. Pola Komunikasi Guru 2.................................................... 49 3. Pola Komunikasi Guru 3.................................................... 57 4. Pola Komunikasi Guru 4.................................................... 65
BAB V
PENUTUP................................................................................ 69 A. Kesimpulan .......................................................................... 69 B. Saran
............................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah kebutuhan manusia dalam mempertahankan keberlangsungan
hidup.
Hampir
tidak
mungkin
seseorang
dapat
menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Artinya, manusia memang tidak bisa hidup tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat penting. Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Manusia dituntut agar pandai dalam berkomunikasi. Hal ini dijelaskan dalam alQur’an surat ar-Rahmaan ayat 1-4, yang berbunyi:
!"
)*!☺
(
#$%&'
/ -. Artinya: “(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”
xi
Perlu disadari bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses belajar mengajar. Karena proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan (guru) melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan (murid). Pesan yang akan di komunikasikan adalah bahan atau materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, murid, dan lain sebagainya. Salurannya berupa media pendidikan, dan penerimanya adalah murid.1 Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai pengalihan
ilmu
pengetahuan
yang
mendorong
perkembangan
intelektual, pembentukan watak dan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.2 Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dengan baik, maka seorang pendidik perlu menerapkan komunikasi yang baik pula.3 Komunikasi dalam istilah pendidikan dikenal sebagai komunikasi instruksional, dan komunikasi ini merupakan salah satu aspek fungsi komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar sebagai
1
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), Cet. Ke-1,
h.11. 2 H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet. Ke-3, h. 11. 3 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 7.
xii
komunikan dalam situasi instruksional yang terkondisi. Misalnya guru disamping sanggup mengajar untuk memberikan instruksi kepada pelajar, juga memiliki metode dalam penyampaian pesan atau materi kepada pelajar. Komunikasi instruksional ini lebih mengarah kepada pendidikan dan pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki kerja sama dengan muridnya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Komunikasi instruksional merupakan satu bentuk atau pola komunikasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran, dan dapat terjadi di mana saja. Misalnya di sekolah, universitas, di pondok pesantren, bahkan di lembaga bimbingan belajar. Di antara banyak lembaga bimbingan belajar yang umumnya hanya mengajarkan pelajaran berdasarkan kurikulum di sekolah, ada salah satu bimbingan belajar yang tidak hanya memberikan materi pelajaran yang umum, juga menanamkan nilai-nilai ke-Islam-an. Bintang Pelajar merupakan lembaga bimbingan belajar yang memiliki visi dan misi Mewujudkan Generasi Beriman dan Berilmu Pengetahuan. Staf dan guru Bintang Pelajar direkrut dengan mekanisme khusus yang memungkinkan dapat
menjalankan
visi
dan
misi
yang
telah
ditetapkan,
yaitu
kemampuan akademik dan kemampuan keislaman yang mencakup kemampuan baca tulis al-Qur'an, hafalan surat (pada juz 30) dan hadits tertentu serta penampilan islami dan pemahaman keislaman.4 Sebagai salah satu perintis bimbingan belajar, Bintang Pelajar terus memantapkan
4
perannya
di
dunia
pendidikan
www.bintangpelajar.com/profil/ 6 January 2009 jam 05.36.
xiii
termasuk
dalam
menjalankan visi dan misi menjadi bimbingan belajar terbaik yang islami dalam rangka mewujudkan generasi beriman dan berilmu pengetahuan. Sebagaimana
tujuan
pendidikan,
menurut
Sistem
Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) UU RI NO. 20 TH. 2003 BAB II Pasal 3 dinyatakan: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”5 Tujuan pendidikan setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan bertujuan mengembangkan aspek batin/rohani dan pendidikan bersifat jasmani/ lahiriyah. Pendidikan bersifat rohani merujuk kepada kualitas kepribadian, karakter, akhlak dan watak, kesemua itu menjadi bagian penting dalam pendidikan, kedua pengembangan terfokus kepada aspek
jasmani,
seperti
ketangkasan,
kesehatan,
cakap,
kreatif.
Pengembangan tersebut dilakukan di institusi sekolah dan di luar sekolah seperti di dalam keluarga, dan di dalam lingkungan anak tersebut melakukan aktivitas sehari-hari. Selain memiliki visi dan misi Mewujudkan Generasi Beriman dan Berilmu
Pengetahuan,
www.bintangpelajar.com
penulis
mengutip
dari
bahwa Bintang Pelajar memiliki 5
situs (lima)
tanggung jawab yang harus di berikan kepada murid-murid yang
5
Redaksi Sinar Grafika,Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI NO.20 TH.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 5-6
xiv
bergabung di Bintang Pelajar yaitu: aqidah yang benar, akhlaq mulia, prestasi terbaik, motivasi tinggi, dan kemandirian. Melihat Bintang Pelajar memiliki konsep yang berbeda untuk mendidik dan mengajar murid-muridnya, maka penulis tertarik untuk memilih penulisan skripsi dengan judul ”Pola Komunikasi Guru dan Murid Pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya tingkatan murid yang ada di bimbingan belajar Bintang Pelajar yaitu dari TK hingga tingkat SMA dan banyaknya cabang yang di miliki oleh Bintang Pelajar, maka penulis membatasi penelitian skripsi ini hanya pada Pola Komunikasi Guru dan Murid tingkat SMP Kelas 2 pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar cabang Pajajaran Bogor.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang akan di bahas, maka penulis merumuskan masalah tersebut yaitu Bagaimana pola komunikasi guru dan murid pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar?
xv
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui pola komunikasi guru dan murid pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
memberi
kontribusi
khazanah
ilmu
pengetahuan kepada mahasiswa/I terutama di Fakultas Dakwah dan Komunikasi agar dapat mengetahui pola komunikasi antara guru dan murid yang ada di lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar, serta bagi lembaga bimbingan belajar yang lain hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan pola komunikasi antara guru dan murid yang ada di lembaga tersebut. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan bagi pelaku komunikasi khususnya bagi pengajar di lembaga bimbingan belajar.
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
xvi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Riset Lapangan (field research), yaitu mecari
dan mengumpulkan informasi tentang
masalah yang dibahas dari lapangan (tempat melakukan penelitian tersebut). 2. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui pendekatan kualitatif. Di mana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan
secara
sistematis,
faktual
dan
akurat
mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang di teliti. Adapun secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan
bukan
angka-angka. Hal
ini
disebabkan oleh penerapan metode kualitatif.6 Menurut Jalaluddin Rakhmat “Metode penelitian deskriptif analisis bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memerikan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.”7
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-24, h. 9-10. 7 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), h. 25.
xvii
3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas 2 SMP di Bintang
Pelajar.
Yang
menjadi
objek
penelitian
adalah
pola
komunikasi guru dan murid di Bintang Pelajar yaitu guru 1 Yudha Adi Pradana, guru 2 Burhan, guru 3 Wahyuningsih, guru 4 Ida Mahmudah. 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bintang Pelajar cabang Pajajaran yang berlokasi di Jl. Pajajaran No. 23 Bogor. Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara 24 Februari 2009 – 21 April 2009. 5. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah wakil populasi yang akan diteliti.8 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah murid tingkat SMP di Bintang Pelajar cabang Pajajaran Bogor. Secara keseluruhan murid di Bintang Pelajar cabang Pajajaran dari tingkat TK sampai SMA berjumlah 634 murid. Murid SMP dari kelas 1 hingga kelas 3 berjumlah 232 murid dengan rincian tingkat 1 SMP 19 murid, murid pria 9, murid wanita 10. Tingkat 2 SMP 35 murid, murid pria 21, murid wanita 14. Tingkat 3 SMP 178 murid, murid pria 75 dan murid wanita 103.
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. ke-10, Edisi Revisi, h. 117.
xviii
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih secara sengaja (pusposive sampling) adalah kelompok murid perempuan kelas 2 SMP yang belajar pada jam 16.00-17.45 pada hari Selasa, Kamis, dan Jumat yaitu kelompok Dina Anjani dan guru yang mengajar di kelompok tersebut sebanyak empat orang terdiri dari dua pria yaitu Yudha Adi Pradana yang mengajar Matematika dan Burhan sebagai guru Bahasa Indonesia serta dua guru wanita yaitu Wahyuningsih yang mengajarkan IPS dan juga Ida Mahmudah sebagai guru mata pelajaran IPA. Total guru yang mengajar di tingkat 2 SMP adalah 30 orang. 6. Tahapan Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Interview (wawancara) Yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada individu yang bersangkutan,9 yaitu guru dan murid yang menjadi sampel untuk memperoleh informasi mengenai pola komunikasi guru dan murid yang digunakan di Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar.
9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186.
xix
Guru yang di wawancarai dalam penelitian ini sebanyak empat orang terdiri dari dua pria yaitu Yudha Adi Pradana yang mengajar Matematika dan Burhan sebagai guru Bahasa Indonesia serta dua guru wanita yaitu Wahyuningsih yang mengajarkan IPS dan juga Ida Mahmudah sebagai guru mata pelajaran IPA. Mereka adalah guru yang mengajar di Kelompok Dina Anjani yang dipilih oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian. Sedangkan murid yang diwawancarai berjumlah tujuh orang. 2) Observasi (pengamatan) Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.10 Pengamatan memungkinkan penulis membentuk pengetahuan yang diketahui bersama. Dalam hal ini, penulis mengamati secara langsung mengenai kegiatan belajar mengajar di Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar, guna
memperoleh
data.
Penulis
melakukan
pengamatan
sebanyak dua kali untuk masing-masing mata pelajaran antara 24 Februari 2009 – 21 April 2009. 3) Dokumentasi Yaitu
teknik
pengumpulan
data
melalui
pengumpulan
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dokumentasi dapat dilakukan untuk mencari data mengenai permasalahan yang diteliti dari berbagai macam dokumen seperti arsip, brosur,
10
Winayno Suyakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsiti, 1986), Cet. Ke-7,
h. 162.
xx
dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti.
b. Teknik Analisa Data Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan pokok
permasalahan
yang
dirumuskan,
peneliti
menggunakan
metode Deskriptif Analisis Kualitatif, yaitu peneliti menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan dan buku-buku dengan cara menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang disertai kutipan-kutipan data.11 Alasan penulis memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah demi memudahkan proses penelitian. Data-data yang bisa diperoleh dari pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan lisan (verbal) bukan data nominal atau yang menunjukkan angka-angka.
7. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penyusunan skripsi ingin penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”. 11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-24, h. 6.
xxi
E. Tinjauan Pustaka Dalam menyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis dan ternyata secara khusus skripsi yang membahas pola komunikasi guru dan murid pada lembaga bimbingan belajar belum ada, namun sudah ada beberapa skripsi yang membahas tentang pola komunikasi. Di antaranya: 1. Pola
Komunikasi
Dokter
Terhadap
Pasien
Dalam
Proses
Penyembuhan Di Klinik Yasmin Medika Ciputat, penulis Bani Sadr tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang komunikasi antarpribadi yang dilihat dari beberapa tingkatan yaitu tingkatan kultural, sosiologis, dan psikologis. 2. Pola Komunikasi Da’i Dan Mad’u Di Majlis Dzikir SBY Nurussalam, penulis Umar Kalake. Skripsi ini membahas pola komunikasi da’i pada saat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dzikir. 3. Pola Komunikasi Dalam Training Emotional Spiritual Quotient (ESQ) 165 penulis Ratih Damayanti. Skripsi ini membahas pola komunikasi yang terjadi pada saat training ESQ dan bagaimana komunikasi yang dilakukan para trainer ESQ dalam melakukan teknik persuasi. Sedangkan
penulis
meneliti
pola komunikasi
pada lembaga
bimbingan belajar pada saat kegiatan belajar berlangsung.
F. Sistematika Penulisan
xxii
Untuk
memudahkan
penyusunan
skripsi
ini,
maka
dibuatlah
sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki sub-bab, yaitu: BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis yang terdiri dari Pengantar, Pengertian Pola Komunikasi,
Jenis-jenis
Komunikasi,
Macam-macam
Pola
Komunikasi, Teknik-teknik Komunikasi, Pola-pola Komunikasi Guru-Murid. .BAB III
Gambaran Umum Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar yang terdiri dari Pengantar, Profil Bintang Pelajar, Bintang pelajar cabang Pajajaran, Program Bintang Pelajar, Fasilitas dan Penanganan Bintang Pelajar, Lokasi Bintang Pelajar, Pilihan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Bintang Pelajar.
BAB IV
Analisis Pola Komunikasi Guru dan Murid yang terdiri dari pengantar dan Analisis Pola Komunikasi Guru dan Murid pada Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar.
BAB V
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
xxiii
Bagian terakhir memuat Daftar Pustaka dan Lampiranlampiran.
xxiv
BAB II TINJAUAN TEORITIS POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
A. Pengantar Pada bab terdahulu telah diuraikan tentang permasalahan yang ingin dijawab oleh skripsi ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut pada bab kedua akan diuraikan tentang teori-teori pola komunikasi berdasarkan literatur yang tersedia. Secara berurutan bab ini akan membahas pengertian pola komunikasi, jenis-jenis komunikasi, macam-macam pola komunikasi, teknik-teknik komunikasi dan pola-pola komunikasi guru-murid.
B. Pengertian Pola Komunikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti bentuk atau sistem.12 Dalam Kamus Ilmiah Populer “pola” diartikan sebagai model, contoh, pedoman (rancangan)13. Pola pada dasarnya adalah sebuah gambaran tentang sebuah proses yang terjadi dalam sebuah kejadian sehingga memudahkan seseorang dalam menganalisa kejadian tersebut, dengan tujuan agar dapat meminimalisasikan segala bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicatio” dan bersumber dari kata communis yang berarti
12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 885. 13 Puis A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605.
xxv
“sama”, maksudnya orang yang menyampaikan dan yang menerima mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan.14 Sedangkan
secara
terminologi,
para
pakar
komunikasi
mengungkapkan beberapa pengertian komunikasi, antara lain: 1. Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.15 2. Wilbur Schramm, menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersamaan dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi. 16 3. A.W.
Widjaja,
berpendapat
bahwa
Komunikasi
adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.17 4. Sementara Harold Lasswell seorang profesor di Universitas Yale Amerika Serikat yang dikutip oleh Djamalul Abidin dalam buku “Komunikasi dan Bahasa Dakwah”, merumuskan bahwa komunikasi itu merupakan jawaban terhadap Who says what to whom in which channel to whom with what effect (siapa berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak apa). Jadi menurut Dr.
14
Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 16. dan Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 9. 15 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 10. 16 D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm, Azas-azas Komunikasi antar Manusia. Penerjemah Agus Setiadi (Jakarta: LP3ES bekerja sama dengan East – West Communication Institute, 1977), h. 6. 17 A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), h. 8.
xxvi
Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi berjalan lancar, yakni:18 a. Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender (pengirim komunikasi) b. What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan komunikasi c. Whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver (khalayak) d. Channel (media apa) yang kemudian disebut sarana atau media e. Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau efek komunikasi yang diimplikasikan dalam umpan balik (feed back). Pengertian
komunikasi
secara
terminologis
tersebut
memperlihatkan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Adapun yang terlibat dalam
proses
mengecualikan
komunikasi komunikasi
tersebut hewan,
adalah komunikasi
manusia,
dengan
transedental,
dan
komunikasi fisik. Oleh karena itu, komunikasi yang dimaksudkan pada umumnya adalah “komunikasi manusia” atau human communication, yang sering pula diistilahkan dengan komunikasi sosial, komunikasi antar pribadi, atau komunikasi kemasyarakatan.19
18
Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, h. 16-17. Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6, h. 4. 19
xxvii
Dari pengertian komunikasi sebagaimana di atas, tampak adanya sejumlah
komponen
atau
unsur
yang
dicakup
dan
merupakan
persyaratan terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa komunikasi, komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1. Komunikator Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio televisi, filmda
sebagainya.20 Dalam proses komunikasi ini,
arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja yaitu dari sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses interaktif dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan bisa berganti peran, yaitu yang tadinya sebagai komunikator kemudian berperan sebagai komunikan karena komunikan menyampaikan feedback kepada komunikator. Ada beberapa ciri yang dilakukan oleh seorang komunikator dalam melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ciri-ciri tersebut dapat dibedakan dalam beberapa model seperti:21 1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya: a. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak pernah menganggap dirinya benar.
20 21
A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 12. Ibid., h. 13-14.
xxviii
b. Ingin
bekerja
persoalan
sama
dengan
dan
memperbincangkan
sesamanya
sehingga timbul
suatu saling
pengertian. c. Tidak terlalu mendominasi situasi dan mau mengadakan komunikasi timbal balik. d. Menganggap bahwa pikiran orang banyak lebih baik dari seorang. 2. Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya: a. Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik, sehingga ia tidak mau mendengarkan pandangan orang lain baik intern maupun ekstern. Maksud dari intern dan ekstern, yaitu di mana seorang komunikator menganggap kalau pendapatnya itu paling baik, sehingga tidak mau mendengarkan pendapat dari orang-orang yang berada di lingkungannya dan orang-orang yang berada di luar lingkungannya. b. Menginginkan komunikasi
satu
arah
saja, tidak akan
menerima dari arah lain. 3.
Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya: a. Lebih banyak menerima dari lawan komunikasinya. b. Kadang-kadang
rasa
rendah
dirinya
timbul
sehingga
ketidakmampuannya keluar. c. Lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak bersungguh-sungguh menghadapinya.
xxix
d. Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih suka melempar tanggung jawabnya kepada orang lain. 4. Komunikator yang menarik diri, ciri-cirinya: a. Lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat diperbaiki lagi. b. Lebih suka melihat keadaan seadanya dan kalau mungkin berusaha menyadarkan keadaan tambah buruk. c. Selalu
diam
tidak
menunjukkan
reaksi
dan
jarang
memberikan buah pikiran. 2. Pesan Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.22 Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti: surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.23 Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi.24 Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:25
22
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17. Ibid., h. 18. 24 Effendy, Dunamika Komunikasi, h. 6. 25 Ibid,. h. 15.
23
xxx
a. Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca. b. Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak. c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan. Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi:26 a. Umum Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami oleh seorang atau kelompok tertentu. b. Jelas dan gamblang Pesan
yang
disampaikan
tidak
samar-samar.
Jika
mengambil perumpaan diusahakan contoh yang senyata mungkin, agar tidak
ditafsirkan menyimpang dari
yang
dikehendaki. c. Bahasa yang jelas Sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah dipahami oleh si penerima atau pendengar. Bahasa yang digunakan
jelas
dan
komunikan,
daerah
sederhana
dan
berkomunikasi. d. Positif 26
Ibid., h. 15-16.
xxxi
kondisi
yang di
cocok
mana
dengan
komunikator
Secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif. e. Seimbang Pesan
yang
disampaikan
oleh
komunikator
pada
komunikan dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan menafsirkan pesan tersebut. Artinya agar komunikan bisa menafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, sehingga pesan tidak berubah maknanya. f.
Penyesuaian dengan keinginan komunikan Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang disampaikan oleh komunikator selalu mempunyai keinginan tertentu. Misalnya: pesan yang ditujukan kelompok petani yang buta huruf, haruslah dirumuskan sedemikian rupa hingga para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti yang diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk ini, maka pengirim pesan harus mengenal situasi dan kondisi sasaran.
3. Komunikan Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima pesan bisa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.27 Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut:28 27
YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: Gramedia, 1998), h. 71.
xxxii
a. Individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal. b. Group
atau
kelompok,
ditujukan
pada
group
atau
kelompok tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula. Dalam hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut: 1. Kelompok kecil (small group, micro group) yaitu sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face-to-face meeting) di mana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing perorangan.29 2. Kelompok besar (large group, macro) misalkan sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang mendangarkan pidato / ceramah. c. Organisasi yaitu suatu kumpulan (sistem) individu yang bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha mencapai tujuan tertentu.
4.
Media Adapun yang dimaksud media di sini adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada
28
Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi). Penerjemah Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 164. 29 Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 72.
xxxiii
penerima.30 Dalam hal ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Tanpa saluran/media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat dan luas.31 Dengan demikian media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media massa dan media personal. Media massa digunakan dalam jumlah komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, majalah, radio dan televisi. Sedangkan media personal seperti surat, telepon, telegram.32
Meskipun
intensitas
media
personal
kurang
bila
dibandingkan dengan media massa, tetapi untuk kepentingan tertentu media personal tetap efektif, karena itu banyak digunakan. Oleh karena itu, dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, seorang komunikator sebelumnya lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya, sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran, yaitu: a. Saluran formal atau yang bersifat resmi
30 I.B. Mantra, MPH, Komunikasi (Jakarta: Dep Kes RI (Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat), 1994), h. 3. 31 Wiryanto, Teori Komuniaksi Massa (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), h. 7. 32 Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 10.
xxxiv
Saluran formal biasanya mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi, yang timbul dari tingkat paling tinggi dalam organisasi itu sampai ke tingkat yang paling bawah. Komunikasi berlangsung dari atas ke bawah dan dari bawah ke tingkat atas. Di samping saluran komunikasi yang disebutkan di atas, juga terdapat saluran yang bersifat mendatar (komunikasi horisontal). Dengan demikian dapat dibedakan bahwa saluran yang dipakai dalam berkomunikasi itu dapat terjadi tiga arah yaitu : ke atas, ke bawah dan ke samping. Ketiga cara ini disebut tiga dimensi.33 Pengalaman pengarahan
yang
menunjukkan datang
dari
bahwa atasan
perintah tidak
dan
banyak
menimbulkan halangan dan gangguan. Namun sebaliknya, kalau yang datangnya dari bawah menuju ke atas sering menimbulkan rintangan dan penyimpangan. b. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi Saluran informal ini berbentuk desas-desus atau kabar angin yang timbul karena orang ingin mengetahui sesuatu yang berhubungan erat dengan dirinya, kelompoknya dan lain-lain.34.
5.
Efek atau Hasil
33 34
A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 17. Ibid., h. 18.
xxxv
Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap atau tingkah laku orang sebagai komunikan, sesuai atau tidak dengan yang diinginkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni:35 a. Dampak kognitif Adalah
yang
menyebabkan
dia
intelektualitasnya. Di komunikator
adalah
timbul
pada
menjadi sini
tahu
pesan
berkisar
komunikan atau
yang
meningkat
yang disampaikan oleh
pada
upaya
mengubah
pemahaman / pengetahuan dari komunikan. b. Dampak afektif Dampak ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan bukan hanya sekedar komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. c. Dampak behavioral Yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindak atau kegiatan. 6.
Umpan Balik (feed back) Umpan Balik (feed back) adalah tanggapan/reaksi dari penerima kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali dari pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.36
35
Ibid., h. 20. Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1991), h. 46. 36
xxxvi
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan. Oleh karena itu, umpan balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan/respon/reaksi komunikan yang menyenangkan komunikatornya sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, unpan balik negatif adalah tanggapan komunikator yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.37 Umpan balik dapat berwujud verbal dan non-verbal.38 Umpan secara verbal misalnya dengan menggunakan bahasa, sedangkan umpan balik secara non-verbal misalnya dengan isyarat. Jadi, perbedaan antara efek atau hasil dan umpan balik itu terlihat jelas dalam proses komunikasi. Maksudnya, efek atau hasil itu tidak secara langsung muncul dalam sebuah proses komunikasi, melainkan akan muncul sebagai output. Sedangkan umpan balik merupakan hasil komunikasi yang menjadi “kesepakatan” antara komunikator dan komunikan pada saat menjalankan proses komunikasi (saat berkomunikasi).
C. Jenis-jenis Komunikasi 1. Komunikasi Verbal
37 38
Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 14. A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
48.
xxxvii
Yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan. Menurut Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk memanfaatkan kata-kata (bahasa).39 Dalam proses belajar mengajar komunikasi verbal dapat dilangsungkan dengan kata-kata, seperti:
ceramah,
bercerita,
berdiskusi
dan
lain-lain. Bisa
juga
dilangsungkan dengan menggunakan tulisan surat, buku, majalah, koran, dan lain-lain. Bahasa lisan dan tulisan adalah lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi seperti komunikasi yang terjadi antara guru dan murid. Sebab bahasa selain dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan obyektif dalam dunia sekeliling kita, juga dapat mewakili hal yang abstrak sekalipun. Yakni bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, gagasan, perasaa, dan maksud kita.40 2. Komunikasi Non Verbal Menurut penulis komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang menggunakan simbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah dan isyarat yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Pelaksanaan komunikasi dengan non verbal tidak kalah pentingnya dengan komunikasi verbal. Namun dalam kenyataannya, jika seseorang belum mengetahui lambang-lambang yang ada, maka akan terjadi salah persepsi, yang akibatnya akan fatal. Dalam prakteknya yang lebih efektif itu adalah komunikasi verbal dan non verbal saling mengisi. Seperti halnya jika ada gambar di surat kabar, maka akan lebih jelas jika ada keterangannya dengan verbal. Karena jika tidak ada ada keterangan, mungkin akan salah arti.41 Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata komunikasi non verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal, dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non
39
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007), Cet ke-1,
40
Ibid., h. 93. Ibid., h. 94.
h. 93. 41
xxxviii
verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkap secara spontan.42 Albert Mehrabian (1981) di dalam bukunya “Silent Message: Implicit Communication of Emotion and Attitudes” menegaskan hasil penelitiannya bahwa makna setiap pesan komunikasi dihasilkan dari fungsi-fungsi: 7% pernyataan verbal, 38% bentuk vokal, dan 55% ekspresi wajah. Dengan demikian kode-kode non verbal merupakan aspek sangat penting di dalam komunikasi manusia.43 3. Komunikasi Satu Arah Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya. 4. Komunikasi Dua Arah Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).44
D. Macam-macam Pola Komunikasi Menurut A.W. Widjaja di dalam bukunya Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, ada empat bentuk atau pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang. Keempat pola tersebut dapat dilihat pada gambar berikut45: B
42
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal (Yogyakarta: Kanisius, 2003), cet ke-1, h. 26. 43 Ibid., h. 95. 44 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 100. 45 Ibid., h. 102-103.
xxxix
E
A
C
A
B
C
D
D Pola Roda
Pola Rantai
A
A
E
B
D
E
C
B
D
Pola Lingkaran
C
Pola Bintang
Penjelasan: 1. Pola roda, seseorang (A) berkomunikasi pada banyak orang, yaitu: B, C, D, dan E. 2. Pola rantai, seseorang (A) berkomunikasi pada seseorang yang lain, (B), dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E). 3. Pola lingkaran, hampir sama pada pola rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A). 4. Pola bintang, semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota.
E. Teknik-teknik Komunikasi
xl
Istilah teknik berasal dari bahasa Yunanai technikos yang berarti keterampilan
atau
berkomunikasi
yang
keperigelan.46 dilakukan
Berdasarkan
komunikator,
teknik
keterampilan komunikasi
diklasifikasikan menjadi:47 1. Komunikasi Informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil dari persuasif, misalnya jika audiensi adalah kalangan cendikiawan. 2. Komunikasi
Persuasif,
yaitu
berisikan
bujukan,
yakni
membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterina atas kesadaran sendiri. 3. Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak terlaksanakan. Bentuk yang terkenal dari penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekahan batin dan ketakutan di kalangan publik (khalayak). Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, instruksi, dan sebagainya.
46
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar (Bandung: Rosda Karya, 2007),
47
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 32.
h.55.
xli
4. Hubungan manusiawi, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan manusiawi
itu
(interpersonal
masuk
ke
dalam
communication)
komunikasi
sebab
antarpersona
berlangsung
pada
umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan oriented,
manusiawi
itu komunikasi
mengandung
kegiatan
karena
untuk
bersifat action
mengubah
sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang.
F. Pola-pola Komunikasi Guru-Murid Ada
beberapa
jenis
hubungan
guru-murid
seperti
yang
dikemukakan oleh Lindgren, H.C.48: 1. Pola Guru – Murid Di sini, murid menjadi pendengar yang Guru
•
pasif. Mereka tidak dapat bertanya bila mereka tidak mengerti. Demikian pula guru tidak dapat
° ° ° Murid Murid Murid
mengetahui diikuti
hubungan
ini,
atau
apakah pelajarannya tidak.
bahan
Melalui
pelajaran
jenis dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat. 2. Pola Guru - Murid - Guru •
Guru
Di sini, sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dan
murid D. secara perseorangan. Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih Gunarsa, ed., Psikologi Antara murid Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 118-120. 48
dan murid tidak terjadi hubungan. Murid °
°
°
Murid Murid Murid
tidakxliidapat berdiskusi dengan teman
3. Pola Guru - Murid - Murid Jenis hubungan seperti ini
Guru
•
sudah
merupakan
hubungan Murid
Murid
yang
lebih
sistem baik,
walaupun masih agak terbatas
Murid
dan formal. Guru tidak dapat berhubungan
dengan
murid-
4. Pola Guru - Murid, Murid - Guru, Murid - Murid Guru
Murid
Murid
Murid
Murid
Hubungan ini merupakan hubungan yang paling efektif. Murid
xliii dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Guru dapat mengetahui
apakah
pelajarannya
dan
bimbingannya
dapat
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR A. Pengantar Pada bab ini akan menguraikan gambaran tentang lembaga yang menjadi objek penelitian penulis yaitu lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar. Secara rinci bab ini akan menjelaskan tentang profil Bintang Pelajar, program Bintang Pelajar, fasilitas dan penanganan Bintang Pelajar, lokasi Bintang Pelajar, dan pilihan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di Bintang Pelajar. B. Profil Bintang Pelajar Bermula dari kota Bogor, Bintang Pelajar terus berkembang menjadi lembaga pendidikan terpercaya dan ternama. Sebagai salah satu perintis bimbingan belajar, Bintang Pelajar terus memantapkan perannya di dunia pendidikan termasuk dalam menjalankan visi dan misi menjadi bimbingan belajar terbaik yang islami dalam rangka mewujudkan generasi beriman dan berilmu pengetahuan. Lembaga ini berdiri pada tanggal 5 September 1995 dan sekarang sudah memiliki 11 cabang yang tersebar di Jabotabek. Di Bogor terdapat 4 cabang dan 1 kantor pusat, 3 cabang di Jakarta, 2 cabang di
xliv
Tangerang, dan 2 cabang di Bekasi. Pada tahun ajaran 2007-2008 terdaftar 3817 siswa yang bergabung mengikuti les di Bintang Pelajar, terdiri dari siswa TK, SD, SMP, dan SMA. Siswa-siswi tersebut berasal dari beragam sekolah baik negeri maupun swasta. Tercatat siswa Bintang Pelajar berasal dari 414 sekolah. Letaknya yang berada di daerah pusat pendidikan menjadikan Bintang Pelajar mudah dijangkau dari berbagai sekolah dan perumahan. 49 Saat ini, manajemen Bintang Pelajar memiliki 5 divisi khusus yang terus menajamkan fungsinya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada siswa dan orangtua siswa. Staf dan guru Bintang Pelajar direkrut dengan mekanisme khusus yang memungkinkan dapat menjalankan visi dan misi Mewujudkan Generasi Beriman dan Berilmu Pengetahuan yang telah
ditetapkan,
yaitu
kemampuan
akademik
dan
kemampuan
keislaman yang mencakup kemampuan baca tulis al-Qur'an, hafalan surat (pada juz 30) dan hadits tertentu serta penampilan islami dan pemahaman keislaman. Saat ini tergabung 99 pegawai dan 429 guru yang berasal dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia. Manajemen handal menjadi perhatian besar Bintang Pelajar. Penentuan standar kualitas dan upgrading kinerja terus dilakukan untuk memastikan pelayanan terbaik bagi siswa dan orangtua siswa. Kegiatan sosial maupun keagamaan tidak terlewatkan seperti pengumpulan dompet peduli bencana, pengajian rutin mingguan dan pendalaman bahasa Arab.
49
Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 2.
xlv
Semoga dengan komposisi staf dan guru yang telah bergabung di Bintang Pelajar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi Bapak/Ibu dan putera/puterinya.
C. BINTANG PELAJAR CABANG PAJAJARAN 1. Letak Geografis Bintang Pelajar Pajajaran terletak di wilayah pusat kota Bogor yang luasnya kurang lebih 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian dari
permukaan laut
minimum 190 m dan maksimum 330 m. Dengan ketinggian demikian, iklim kota Bogor bersuhu rata-rata 26' C dengan suhu terendah 21,8' C dan suhu tertinggi 30,4'C. Begitu banyak potensi bisnis yang bisa dan telah berkembang selama ini. Diantaranya, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa. Jumlah penduduk Bogor yang sekitar 750.250 jiwa ini adalah sebuah pangsa pasar strategis untuk berkembangnya setiap unit usaha yang beroperasi di Bogor. Tidak terkecuali bisnis jasa di bidang pendidikan; jasa bimbingan belajar. 2. POSISI BINTANG PELAJAR PAJAJARAN Beralamat di Jl. Pajajaran No. 23 Bogor, Bintang Pelajar Cabang Pajajaran yang berdiri di area seluas lebih dari 150 Meter persegi ini terdiri dari 32 ruang belajar, 2 ruang guru, 2 ruang staff dan 2 ruang operasional,
xlvi
kamar support, 4 kamar mandi serta, satu dapur dan satu mushollah. Dengan luas area yang demikian ini, tentu saja daya tampungnya memungkinkan untuk siswa sampai 500 orang. saat ini jumlah siswa di Pajajaran sudah mencapai lebih dari 300 siswa. Para Siswa tersebut berasal dari berbagai sekolah yang berbeda-beda, mulai sekolah negeri hingga swasta. Tapi tentu saja, siswa yang berminat mengambil KBM di Bintang Pelajar adalah para siswa dari golongan menengah ke atas. Hal ini mendorong penyediaan lahan parkir oleh Bintang Pelajar untuk kendaraan siswa yang mayoritas roda empat. Lahan parkir seluas 50 m persegi pun telah siap diisi dengan sekitar 20 mobil dan 20 motor. Setiap ruang kelas mempunyai kapasitas yang bervariasi. Mulai dari kelas ukuran 1,5x1,0m, 2,0x1,5m hingga 2,5x2,5m. Penggunaan kelas yang berukuran beragam ini disesuaikan dengan program yang dijadwalkan. Beberapa fasilitas tambahan seperti musholah, dapur dan toilet ini sudah cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar siswa. Selain itu, di cabang ini, sudah tersedia satu fasilitas internet dan WiFi yang ditujukan bagi para siswa yang butuh mengunduh, atau uploading data ke jaringan maya. Fasilitas ini menjadi salah satu fasilitas yang paling diminati para siswa. Para siswa yang rata-rata adalah siswa sekolah menengah pertama ini kebanyakan menggemari dunia maya sebagai salah satu media berinteraksi dan refreshing setelah kejenuhan yang mereka rasakan selama belajar di sekolah pada pagi harinya. Dengan prinsip satu kelas untuk 5 siswa saja, maka tentunya teknik clustering 500 siswa berbanding 70-an guru dalam konteks opersional
xlvii
cabang, khususnya Bintang Pelajar Cabang Pajajaran, jauh lebih rumit daripada instansi-instansi atau bisnis jasa lain yang sejenis. Kegiatan ini biasanya dikelola oleh Quality control, termasuk dalam hal alokasi ruangan untuk setiap KBM siswa yang saat ini berjumlah sekitar 32 ruangan kecil dan besar.
D. Program Bintang Pelajar50 1. Sistem Belajar Bintang Pelajar Sistem belajar yang telah dibakukan oleh Bintang Pelajar adalah Sistem Belajar 52 (baca: Lima Kuadrat). Sistem belajar ini memadukan 2 bagian pokok yakni Tujuan yang jelas dan Usaha yang maksimal. Tujuan yang di harapkan oleh Bintang Pelajar kepada muridmuridnya yaitu, pertama di harapkan para murid memiliki aqidah yang benar, kedua memiliki akhlak yang mulia, ketiga berprestasi terbaik, keempat mempunyai motivasi tinggi, terakhir di harapkan setiap murid Bintang Pelajar memiliki kemandirian. Usaha yang dilakukan oleh Bintang Pelajar untuk memperoleh tujuan tersebut yaitu dengan cara-cara sebagai berikut: a) Lima proses sukses belajar yang terdiri dari latihan soal mandiri, periksa soal mandiri, pembahasan soal mandiri, diskusi kelompok mandiri, dan pembahasan tuntas dengan guru Bintang Pelajar.
50
Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 4-
5.
xlviii
b) Hanya lima murid dalam satu kelas. c) Memegang prinsip lima huruf yaitu YAKIN. d) Rajin menjalankan Shalat 5 waktu (17 Rakaat). e) Terdapat lima proses kegiatan belajar di dalam kelasnyaitu dimulai dengan berdoa sebelum dan sesudah belajar, pemahaman konsep,
belajar
melalui
contoh,
latihan
harian
disertai
pembahasan langsung, dan diberi kuis rutin.
2. Program Akademik a. Program Tembus SMP-SMA-PTN Favorit Untuk
: Kelas 6 SD, 3 SMP dan 3 SMA
Target
: - Membentuk pribadi Muslim - Lulus dan diterima di SMP-SMA-PTN Favorit
Materi
:
Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Kimia, Biologi, Fisika, Ekonomi, Geografi, Matematika Dasar, Matematika-IPA, IPA Terpadu, IPS Terpadu.
b. Program Sukses Semester Untuk
: Kelas 1-5 SD, 1-2 SMP dan 1-2 SMA
Target
: - Membentuk pribadi Muslim - Meningkatkan motivasi belajar - Memahami materi dengan cepat, tepat dan mudah - Memperoleh nilai ulangan harian yang tinggi - Memperoleh nilai raport yang tinggi
xlix
Materi
:
Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,
Kimia, Biologi, Fisika, Ekonomi, Akuntansi, Bilingual Matematika, Bilingual IPA. c. Program Calistung Plus Untuk
: Siswa Taman Kanak-kanak
Target
: Lancar membaca, menulis dan berhitung
Materi
: Membaca, menulis, menghitung, dan Iqro’
d. Kelas Super Deskripsi : Kelas super merupakan kelas khusus yang dipersiapkan bagi siswa
yang memiliki bakat dan potensi di atas
rata-rata dengan penanganan yang super. Untuk
: Kelas 6 SD, 3 SMP dan 3 SMA
Tujuan
: Menggali dan mengembangkan bakat dan potensi super yang telah dimiliki siswa menjadi prestasi super.
Target
: Lulus ujian Nasional dengan nilai tertinggi, diterima di SMP/SMA/PTN Favorit, di program/jurusan favorit, dan terbentuk pribadi muslim.
E. Fasilitas dan Penanganan Bintang Pelajar51 1. Pendidik
51
Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 8-9.
l
Akrab & bersahabat, Memiliki jiwa pendidik dan berpengalaman, Memiliki motivasi tinggi dalam mendidik, Muslim & Muslimah, Lulus seleksi & materi keislaman, Performance Islami yaitu guru wanita memakai pakaian muslim, kerudung menutup hingga ke bawah dada dan bawahan rok. 2. Buku Perkembangan Siswa Merupakan laporan perkembangan kegiatan belajar siswa di Bintang Pelajar yang dikirim secara berkala ke rumah, Mencakup daya ingat, daya tangkap, motivasi, kedisiplinan dan interaksi siswa. 3. KBM Ekstra Kegiatan belajar mengajar ekstra (tambahan) yang diberikan kepada siswa secara cuma-cuma agar siswa lebih mantap dalam mempersiapkan
ujian
sekolah.
4. Suasana Belajar Kondusif, Akrab, Aktif, Kreatif, Islami. 5. Bimbingan Konseling Bimbingan & pengarahan untuk tes ke sekolah favorit & penjurusan, Konsultasi akademik, Konseling individu untuk siswa, Trik & tips sukses belajar, Bimbingan motivasi. 6. Call To Home Bagi siswa yang tidak hadir, akan ditelepon langsung ke orang tua siswa untuk
konfirmasi
ketidakhadirannya
pada hari
yang
sama,
kemampuan
siswa,
Memantau perkembangan nilai siswa di sekolah. 7. Quality Control Pengontrolan
prestasi
&
perkembangan
Pengawasan kegiatan belajar mengajar.
li
8. Try Out berkala Tes uji pemahaman & penguasaan siswa secara rutin & terpadu, Soal-soal pilihan sesuai kisi-kisi ujian di sekolah. 9. Media BP Media BP termasuk sebagai jembatan komunikasi dan info antara manajemen BP dengan siswa, orangtua siswa, pakar pendidikan, dan pemerhati
pendidikan,
Website
(www.bintangpelajar.com)
media
komunikasi online dan interaktif sebagai media komunikasi dengan guru pengajar, konseling dan staff, termasuk keluhan dan saran membangun. 10. Program Akselerasi Percepatan belajar bagi siswa-siswi akselerasi melalui penanganan khusus, sistematis, dan terarah. 11. Program Bilingual Penyampaian materi dalam 2 bahasa (Bahasa Inggris & Bahasa Indonesia), Modul dan soal-soal dirancang khusus dalam Bahasa Inggris. 12. Quiz Rutin Kuis yang dilakukan setiap selesai suatu bab di akhir pelajaran. 13. Responsi Pendalaman materi khusus merespon ujian yang akan dihadapi siswa tertentu, sehingga siswa secara intensif hanya mempelajari bidang studi yang akan diujikan saja, seperti menjelang ujian atau olimpiade. 14. Pemantapan Latihan soal tentang materi yang telah diajarkan sebagai persiapan total ujian akhir semester, UN, UAS, dan General Test yang akan dihadapi
lii
siswa. Dilakukan serentak baik kelompok maupun privat di cabang Bintang Pelajar. 15. Pesantren Kilat Dilaksanakan pada bulan Ramadhan diisi dengan kegiatan yang menekankan pada aspek pemahaman, pengamalan Islam, inspiring game, dan kebersamaan. 16. Lokasi Lokasi strategis dan mudah dijangkau, Ruangan ber-AC, Tempat parkir luas. 17. Mushalla Sebagai sarana ibadah bagi staf, siswa, dan orangtua siswa yang tenang dan nyaman. 18. Modul Berkualitas Setiap siswa dibekali modul setiap tingkatnya sebagai bahan pelajaran di Bintang Pelajar dan di rumahnya. 19. Digital Mark Reader Setiap hasil ujian baik itu Try out berkala, reguler, SPMB dan sebagainya akan diperiksa menggunakan DMR (Digital Mark Reader) sehingga hasil yang didapatkan akan lebih cepat dan akurat.
F. Lokasi Bintang Pelajar Bintang Pelajar (BP) memiliki 11 cabang yang tersebar di Jabotabek. Di Jakarta terdapat 3 cabang yaitu BP Rawamangun yang terletak di Jl. Pemuda No. 66 Lt. 3 Rawamangun (samping Labschool), BP Ahmad Dahlan yang terletak di Jl. K.H. Ahmad Dahlan dan BP Sisingamangaraja
liii
yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No. 37, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di Bogor terdapat 4 cabang yaitu BP Pajajaran yang terletak di Jl. Pajajaran No. 23, BP VIP yang terletak di Ruko VIP Jl. Pajajaran No. 88 P, BP Polisi yang terletak di Jl. Polisi No. 6, dan BP Jalan Baru yang terletak di Jl.Baru Sholeh Iskandar No. 10 Bogor. Di Tangerang terdapat 2 cabang yaitu BP Bumi Serpong Damai yang terletak di Ruko Golden Road Sektor VII B Blok 5 No. 115 dan BP Bintaro yang terletak di Jl. Pondok Betung Raya No. 88. Di Bekasi terdapat 2 cabang yaitu BP Kemang Pratama yaitu BP Kemang Pratama yang terletak di Jl. Kemang Pratama Raya Blok AM 4A dan BP Jaka Permai yang terletak di Ruko Duta Permai BII No. 24 Jl. K.H. Noer Ali Kalimalang, Bekasi.
G. Pilihan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Bintang Pelajar52 Bintang Pelajar memiliki 3 pilihan bentuk KBM, yaitu : 1.
KELOMPOK, dengan spesifikasi : a) Satu kelas hanya 5 siswa (maksimal) b) Belajar di cabang BP c) Durasi belajar 1 jam 30 menit, khusus Bogor 1 jam 45 menit d) Dapat memilih seluruh program akademik e) Alat belajar disiapkan oleh BP f)
2. 52
Mendapatkan fasilitas BP
KELOMPOK MANDIRI, dengan spesifikasi :
Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR, h. 6.
liv
a) Tiap kelompok terdiri dari 2-5 siswa b) Biaya dipengaruhi jumlah anggota kelompok c) Pilihan waktu belajar disesuaikan dengan siswa d) Dapat memilih teman belajar yang diinginkan e) Belajar di tempat yang diinginkan siswa f) Durasi belajar 1 jam 30 menit g) Alat belajar disiapkan oleh BP (White board, penghapus, dan spidol) h) Mendapatkan fasilitas BP 3.
PRIVAT, dengan spesifikasi: a) Hanya 1 siswa sehingga lebih fokus b) Pilihan waktu belajar disesuaikan dengan siswa c) Ditangani guru terbaik Bintang Pelajar d) Belajar di tempat yang diinginkan siswa e) Durasi belajar 1 jam 30 menit f) Jadwal KBM yang belum terlaksana dapat diganti pada waktu yang disepakati g) Alat belajar disiapkan oleh siswa h) Mendapatkan fasilitas BP
lv
BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
A. Pengantar Sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya mengenai permasalahan apa yang ingin dijawab oleh skripsi ini, pada bab ini akan dipaparkan hasil observasi dan penelitian yang telah di analisis oleh penulis. Fokus utama bab ini adalah mengetahui pola komunikasi guru dan murid di Bintang Pelajar. B. Pola Komunikasi Guru dan Murid Yang menjadi subjek penelitian ini adalah empat orang guru yang mengajar kelompok Dina Anjani pada hari Selasa, Kamis, dan Jumat pada pukul 16.00 WIB. Untuk mengetahui pola komunikasi guru dan murid pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sebelumnya akan dipaparkan mengenai data personal keempat guru tersebut.
Tabel 1 Data Personal Guru No.
1
2
3
4
Yudha Adi Pradana
Burhan
Wahyuningsih
Ida Mahmudah
Tempat, Tanggal Lahir
Jakarta, 2 Januari 1986
Garut, 15 Januari 1980
Klaten, 5 Februari 1976
Subang, 27 November 1986
Jenis Kelamin
Pria
Pria
Wanita
Wanita
Alamat Kost
Gg. H. Saidi
Jl. Sempur
Desa Genteng,
Jl. Dramaga,
Nama
lvi
No. 125 Badoneng, Bogor
IV/2, Kel. Sempur, Bogor Tengah
Cipaku, Bogor Selatan
Bara III, Wisma Firas, Bogor
Pendidikan Terakhir
S1 Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor
S1 Teknik Manajemen Industri Pertanian, Universitas Padjajaran
S1 Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Malang
S1 Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Lulus Tahun
2009
2005
2000
2008
Mengajar di BP sejak
Januari 2008
2006
2001
Agustus 2008
Mata Pelajaran
Matematika
Bahasa Indonesia
IPS
IPA
Hari Mengajar Kelompok Dina
Kamis
Selasa, 2 minggu sekali
Selasa, 2 minggu sekali
Jumat
Hobi
Membaca Buku
Membaca, Musik, Hiking, Mengajar
Makan
Menonton, Membaca, Travelling
1. Pola Komunikasi Guru 1 Guru 1 adalah Yudha Adi Pradana. Pria berlatar belakang pendidikan Sarjana Teknologi Hasil Perairan ini dipanggil oleh murid-muridnya Mas Yudha. Guru 1 mengajarkan Matematika setiap hari Kamis pukul 16.00 WIB. Murid di kelompok yang diajar Guru 1 ada empat orang, mereka adalah:
lvii
Tabel 2 Data Personal Murid Mata Pelajaran Matematika No.
1 Dina Anjani
2 Chika Meirani
3 Fathia Shadrina
4 Shynna Fatiha
Nama Panggilan
Dina
Chika
Fathia
Shynna
Tempat, Tanggal Lahir
Bogor, 25 September 1995 Perempuan
Jakarta, 12 Mei 1995
Bogor, 5 Januari 1995
Bekasi, 31 Maret 1995
Perempuan
Perempuan
Perempuan
SMP Negeri 1 Bogor 2007
SMP Negeri 1 Bogor 2008
SMP Negeri 1 Bogor 2008
SMP Negeri 1 Bogor 2004
Berenang dan nonton tv
Main dengan kucing
Membaca Buku
Berenang dan internetan
Nama
Jenis Kelamin Asal Sekolah Belajar di BP sejak Hobi
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, ketika guru masuk kelas sudah ada dua murid yang telah hadir yaitu Dina dan Chika. Guru membuka kelas dengan Assalamu’alaikum wr. wb. dan murid yang sudah hadir menjawab dengan sopan. Guru 1 tipe guru yang pendiam seperti yang diungkapkan seorang murid dalam wawancara “Mas yudha itu pendiam, tapi hal itu yang membuat kami malah senang untuk belajar.”53 Murid yang bernama Chika langsung memberikan soal PR dari sekolahnya, guru sekilas membaca soal sambil sedikit bertanya keberadaan kedua teman mereka yang belum hadir. Karena mereka berempat berasal dari sekolah yang
53
Wawancara tertulis dengan Dina Anjani 19 Maret 2009.
lviii
sama. Sambil menunggu kemungkinan teman mereka yang belum datang, guru 1 memberikan kuis berupa pertanyaan logika sambil mengeluarkan minuman “fruit tea”. Bagi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut akan mendapat hadiah minumannya. Kuisnya sebagai berikut: Lampu A
B
C
Lantai 2
1
Lantai 1
2
3
Saklar
Pertanyaan: Bagaimana caranya mengetahui saklar mana yang cocok untuk lampu yang mana? Syaratnya: Orang itu hanya boleh naik 1 kali ke lantai 2 dan tidak boleh turun lagi. Setelah selesai menuliskan pertanyaan di papan tulis, murid yang bernama Fathia datang dengan ceria. Setelah menempati kursi, Fathia bertanya apa yang sedang terjadi di kelas itu, dia diberi tahu untuk menjawab pertanyaan yang ada di
lix
papan tulis, dia langsung bertanya kepada kedua temannya yang telah hadir apakah mereka bisa menjawabnya. Mereka bertiga tidak ada yang bisa menjawab, maka guru pun menjelaskan jawabannya. Jawabannya: Pertama orang itu harus menyalakan satu saklar misalnya saklar no. 2 lalu menunggu selama tiga puluh menit, setelah tiga puluh menit, saklar no.2 dimatikan. Setelah itu ia menyalakan satu saklar lagi misalnya saklar no. 3 lalu ia bisa naik ke lantai 2. Ketika sampai di lantai 2 ia melihat lampu A yang menyala, sudah ketahuan kalau saklar no. 3 untuk lampu A. Lalu bagaimana mengetahui saklar mana untuk lampu yang tidak nyala? Tadi kan di awal ia sudah menyalakan saklar no. 2 selama tiga puluh menit, pastinya lampu yang sudah dinyalakan 30 menit itu akan menjadi panas, jadi untuk mengetahui lampu mana yang cocok untuk saklar no. 2, dari lampu yang tidak nyala tersebut dapat dipegang duaduanya dan ketika merasa satu lampu yang masih panas, berarti lampu itu adalah lampu pasangan saklar no. 2. Anggap saja lampu itu adalah lampu C. Berarti sudah jelas kalau lampu yang satu lagi yaitu lampu B pasangannya adalah saklar no. 1. Setelah kuis terjawab, maka kelas mulai belajar. Pembahasan materi hari itu tentang sabuk lilitan luar dan sabuk lilitan dalam. PR yang diberikan Chika kepada guru juga tentang sabuk lilit. Murid-murid memperhatikan dengan fokus dan serius ketika guru menjelaskan di papan tulis mulai dari menjelaskan rumus hingga memberi contol soal yang sederhana namun mencakup semuanya. Dalam memberikan materi, guru 1 hanya menjelaskan secara singkat dan langsung dilanjutkan dengan meminta murid-murid mengerjakan soal dari modul yang dipakai di Bintang Pelajar. Seperti yang diungkapkan oleh guru pada saat
lx
wawancara, lebih baik langsung sambil mengerjakan soal dan saya tidak menunggu untuk membahas soal. Misalnya mereka harus menyelesaikan dulu no. 1-10 baru saya bahas, tetapi ketika salah satu merasa kesulitan di satu nomor dia bisa langsung bertanya ke saya dan saya akan menjelaskan secara personal ke dia.54 Semua murid mengerjakan latihan soal dengan antusias dan serius, mereka juga aktif bertanya kepada guru, kegiatan latihan soal ini dilakukan sampai waktu belajar selama 1 jam 45 menit itu hampir selesai, di lima belas menit terakhir guru kembali memberikan games berupa kuis logika atas permintaan murid. Guru memberi soal sebagai berikut: Beni, Banu dan Badu hendak membeli bola seharga Rp 25.000, mereka lalu patungan masing-masing Rp 10.000 dan mereka meminta tolong Mamat untuk membelikannya.
Beni Rp 10.000 Banu Rp. 10.000
Rp. 30.000
Badu Rp 10.000 Setelah Mamat mengantarkan bolanya, ada uang kembalian Rp 5.000, lalu mereka memberi upah ke mamat Rp 2.000. Uang sisa ada Rp 3.000 lalu dibagi tiga sehingga masing-masing mendapat Rp. 1000. Ketika mereka menghitung ulang, uang yang dikembalikan kan seribu rupiah, jadi uang mereka masing-masing terpakai Rp 9.000, dan mereka memberi uang ke Mamat Rp. 2000, sehingga kalau ditotal uang mereka bertiga yang
54
Wawancara pribadi dengan Yudha Adi Pradana
lxi
terpakai yaitu Rp 9.000 X 3 = Rp 27.000 lalu ditambah uang untuk Mamat Rp 2.000 sehingga total Rp 29.000. sedangkan di awal total uang mereka adalah Rp 30.000. Pertanyaan: ke manakah uang Rp 1.000? Semua murid mulai berpikir mencari jawabannya, Dina dan Chika berkata “iya juga ya, kok bisa sih jadi Rp 29.000?”, Fathia mengatakan “kok aneh ya?” dan mereka kembali menyerah karena tidak bisa menjawab. Jawabannya adalah hanya permainan kata dari yang memberi soal, karena sebenarnya di uang yang Rp 27.000 itu sudah termasuk uang untuk Mamat 2000 dan memang sudah sisa uangnya Rp 3.000, dan uang Rp 1.000 sudah ada di uang Rp 3.000 tersebut. Setelah terjawab, proses belajar di tutup dengan membaca doa. Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid, Murid - Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang. Guru
A
E Murid
B
Murid
Murid
Murid
D
C Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).55 Pada kelompok ini dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. 55
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxii
Untuk guru 1, motivasi dia ketika memberikan kuis/games hanyalah untuk ice breaking saja supaya saya lebih kenal dengan muridnya, guru berpendapat pulang sekolah kan mereka sudah suntuk, ada yang tidak mau belajar dan mereka sudah mau pulang cepat. Bisa juga untuk membuat kompak kelas yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda.56 Komunikasi yang dilakukan oleh guru bersifat persuasif. Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap guru yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi.
2. Pola Komunikasi Guru 2 Guru 2 adalah Burhan yang dipanggil oleh murid-murid Mas Burhan. Guru 2 mengajarkan Bahasa Indonesia hari Selasa dua minggu sekali bergantian dengan pelajaran IPS pukul 16.00 WIB. Murid yang diajar guru pada kelas ini ada tiga orang, yaitu: Tabel 3 Data Personal Murid Mata Pelajaran Bahasa Indonesia No.
1 Dina Anjani
2 Chika Meirani
3 Alifia Meidira
Nama Panggilan
Dina
Chika
Fifi
Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin
Bogor, 25 September 1995 Perempuan
Jakarta, 12 Mei 1995 Perempuan
Bogor, 13 Mei 1995 Perempuan
Asal Sekolah
SMP Negeri 1 Bogor
SMP Negeri 1 Bogor
SMP Negeri 1 Bogor
Nama
56
Wawancara pribadi dengan Yudha Adi Pradana 17 April 2009.
lxiii
Belajar di BP sejak
2007
2008
2008
Hobi
Berenang dan nonton tv
Main dengan kucing
Chatting, nonton, jalanjalan, membaca, berenang
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kelas guru 2 sudah ada alifia yang akrab disapa fifi. Fifi berkata kepada guru 2 dia tidak mau memulai belajar kalau masih sendirian di kelas, akhirnya sambil menunggu teman yang lain, guru memberikan permainan bagaimana membuat gambar
hanya
dengan satu tarikan spidol tanpa terlepas?
Fifi dan guru berusaha mengerjakan teka-teki gambar itu di papan tulis. Ternyata guru yang memberi soal pun lupa bagaimana caranya membuat gambar itu dengan satu tarikan spidol. Fifi ingat kalau Dina bisa menjawab itu, tak lama Dina pun datang dan langsung diminta membuat gambar yang menjadi soal itu. Dina membuatnya dengan mudah sekali, gantian fifi yang penasaran membuatnya dan masih tampak kesulitan hingga
akhirnya dibantu
guru 2 untuk
menyelesaikannya. Sekarang tiba waktunya untuk memulai kelas, Dina langsung meminta “games psikologi”. Games psikologi adalah pertanyaan-pertanyaan pilihan yang jawabannya menentukan kepribadian seseorang. Guru menjawab nanti games-nya. Guru 2 membuka kelas dengan mengucap salam lalu mengucap rasa syukur karena baru selesai lulus ujian AKTA IV. Guru menanyakan kabar murid selama 2 minggu lalu buat murid minggu yang spesial atau biasa aja.
lxiv
Kita mulai dengan membaca basmalah, ada dua tema yaitu karangan, murid yang bernama Dina menjawab kan sudah, guru membalas tapi ada yang terlewat. Kemarin kan sudah puisi ya din, puisi lama puisi baru, ada apa lagi? Kedua murid kompak menjawab prosa dan guru mengatakan ada satu lagi dan murid-murid menebak tapi salah terus dari mulai syair, lirik, novel sehingga guru memberi petunjuk-petunjuk sampai murid berhasil menjawab satu lagi karya sastra yaitu drama. Sekarang kita masuk ke prosa. Prosa adalah…. Guru mulai menjelaskan materi tentang prosa. Setelah prosa guru memberi materi baru tentang paragraf. Ada yang masih ingat paragraf? Murid menjawab paragraf menurut pemikiran mereka namun masih kurang tepat. Guru menambahkan definisi paragraf adalah gabungan kalimat yang memiliki satu tema. Kedua murid kurang menyebutkan satu tema ketika menjawab sebelumnya. Guru menjelaskan, Paragraf berdasarkan isinya: Narasi, deskripsi, eksposisi,persuasif, argumentasi. Paragraf berdasarkan tujuan pembuatannya: Karya tulis, laporan, karya tulis sastra. Selama mas burhan mencatat di papan, mereka mengobrol sedikit-sedikit namun tidak ditegur oleh guru. Selesai mencatat materi di papan tulis dan memberi penjelasan kepada murid, murid diminta menghapal yang di papan tulis, lalu papan tulisnya di hapus. Setelah itu mereka diminta mengulang kembali hapalan tadi. Hal ini dilakukan guru untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman murid terhadap materi yang baru diberikan. Bagi guru untuk paham atau tidak harus ada alat evaluasi, evaluasi ada lisan dan ada yang berupa tulisan, kalau lisan sesudah dijelaskan langsung dihapus
lxv
dan mereka menjelaskan kembali kalau secara tulisan melalui latihan soal di modul.57 Karena guru memperhatikan wajah muridnya sudah tidak semangat untuk belajar, selain guru berinisiatif memberi games, biasanya Dina rajin meminta guru memberii games psikologi. Maka murid diberi games psikologi. Games hari ini berjudul Melihat kepribadian dari isi tasnya. Guru mulai menceritakan skenarionya. Ceritanya kalian akan pergi jalan-jalan, semua barang sudah disiapkan tapi ternyata ada empat benda yang belum masuk yaitu minyak wangi, buku agenda, jimat keberuntungan, dan permen/cokelat. Masalahnya tasnya sudah penuh dan hanya cukup 1 benda lagi. Apakah yang akan kalian bawa? Keduanya antusias memilih minyak wangi sebagai benda terakhir yang akan mereka bawa sembari memperlihatkan minyak wangi yang ada di tas mereka. Guru lantas membahas arti dari setiap pilihan jawaban. Pertama jika ia memilih Permen/cokelat dia adalah orang yang tidak bisa lepas dari makanan, obsesinya makanan. Kedua untuk yang memilih Jimat orangnya kalau beli majalah lihatnya horoskop dulu, percaya hal-hal gaib/klenik. Ketiga kalau menjawab Agenda dia itu orangnya pelupa minta ampun. Terakhir yang memilih minyak wangi baginya penampilan nomor satu. Ada jerawat satu saja bisa jadi masalah besar, dan mereka berdua mengakui hal ini. Apalagi fifi langsung mengiyakan, iya nih ada jerawat satu saja pusing mikirin ngilanginnya.
57
Wawancara Pribadi dengan Burhan.
lxvi
Skenario kedua, tadi kan kalian sudah memilih jawaban pertama. Selanjutnya di perjalanan ternyata sudah dekat ke tujuan, lima menit lagi menuju tempat tujuan, sudah mau sampai ternyata hujan lebat dan ceritanya kalian pergi dengan berjalan kaki. Ada empat pilihan lagi, mana yang akan kalian pilih. 1. Hujan lebat nih, berteduh saja deh sampai hujan reda. 2. Hujan bisa-bisa lama nih, lari saja deh kan sudah dekat. Dia pun langsung berlari walaupun hujan lebat. 3. Ah, menunggu orang saja deh, siapa tau dia bawa payung, nanti saya bisa minta tolong diantarkan ke tujuan. 4. ternyata kalian kemana-mana bawa payung, jadi ya jalan saja ke tujuan dengan payung sendiri. Apa jawaban kalian? Dina menjawab dia selalu membawa payung, Fifi memilih no 2 akan berlari menerobos hujan. Ternyata skenario kedua ini untuk mengetahui bagaimana sikap ketika berselisih dengan teman. Bagi yang memilih: 1. Berteduh sampai hujan reda dia akan mengambil pendekatan menunggu sampai tenang dulu, baru menyelesaikan masalah. 2. Menerobos dia orangnya tidak peduli pendapat orang yang penting saya puas sudah mengungkapkan isi pikiran 3. Menunggu orang saja deh, siapa tau dia bawa payung orangnya menghindari konfrontasi. Tidak mau cari ribut. 4. Selalu membawa payung orangnya jago ngeles, jago bikin alasan, ketika ada konfrontasi lawan bicaranya bosan sendiri karena dia ada saja alasannya.
lxvii
Setelah games selesai mereka masih memelas meminta games lagi, Fifi sampai bilang memang psikologi games? Kalo games kan harusnya terhibur, ini saya merasa tidak terhibur. Tapi mas burhan meminta mereka untuk mengerjakan latihan soal dan diberi nomor yang wajib dikerjakan. Setelah selesai langsung dibahas bersama-sama secara santai dan murid-murid ini suka sambil mengobrol pada saat membahas soal. Berlanjut ke materi berikutnya tentang syarat kalimat efektif yaitu diksi: pilihan kata tampak kedua murid masih mengobrol ketika guru mencatat ke papan tulis dan tidak melihat mereka, akan tetapi jika guru selesai mencatat mereka menyimak kembali pelajaran dengan serius Sebelum pulang guru memberi 5 kalimat dan mereka harus menebak mana yang betul mana yang salah. Kalau tidak bisa menjawab tidak boleh pulang. Mereka setuju dan semangat meminta soalnya kepada guru. Berikut adalah kelima kalimat tersebut: 1. Ibu Selly mengajar Bahasa Inggris. 2. Bagi siswa yang ingin pulang harap menjawab pertanyaan ini dengan benar. 3. Korban kecelakaan itu dilarikan kerumah sakit. 4. Harap tenang sedang makan. 5. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ayo kalimat pertama benar tidak? Murid menjawab benar, ternyata salah. Yang benar adalah mengajarkan. Kalimat kedua mereka jawab benar dan guru menjawab salah karena ada kata yang tidak perlu yaitu kata bagi yang tidak perlu
lxviii
dipakai. Kalimat ketiga juga salah lagi, kata dilarikan itu salah harusnya korban kecelakaan itu dibawa. Sudah tiga kalimat tidak ada yang benar nih. Kalimat keempat benar tidak? Dina menjawab benar deh, fifi masih menganalisis. Guru menjawab pilihan kata di kalimat ini kurang, seharusnya kami harapkan anda semia tenang, siswa sedang ujian. Kalimat yang terakhir yang benar seharusnya atas perhatian anda. Murid semangat untuk segera pulang. Guru menutup kelas dengan membaca doa dan mengucap salam. Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid, Murid Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang. Guru
A
E Murid
B
Murid
Murid
Murid
D
C Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).58 Pada kelompok ini dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas.
58
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxix
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).59 Menurut guru feedback yang diberikan siswa sejauh ini antusias, mungkin kalau sedang capek butuh usaha ekstra, dan harus memberikan games lebih variatif.60 Guru selalu memberikan games untuk memotivasi siswa agar kembali semangat untuk belajar namun selain itu guru juga suka memberi nasehat seperti ”Saya kembali ke mereka, mereka kan tugas utamanya belajar, boleh menjalankan hobi tapi mereka kan harus belajar. Kadang-kadang saya suka menceritakan kisah yang ibrohnya yaitu hidup itu harus punya satu tujuan disamping hal-hal lainnya yang mereka senangi.”61 Ketika murid mengobrol di kelas guru tidak memberi teguran tetapi hal ini sebetulnya kurang disukai oleh guru karena kadang kalau lagi tidak mood susah diajak belajar, malas mengerjakan latihan, dan terlalu banyak mengobrol membuat murid tidak konsentrasi untuk belajar. Walaupun di setiap belajar murid masih suka mengobrol dan kurang semangat karena sedang tidak mood namun komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap guru yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi.
59
Ibid., h. 100. Wawancara pribadi dengan Burhan. 61 Ibid. 60
lxx
3. Pola Komunikasi Guru 3 Guru 3 adalah Wahyuningsih yang dipanggil oleh murid-murid Mba Wahyu. Wanita kelahiran Klaten ini mengajarkan IPS hari Selasa dua minggu sekali bergantian dengan pelajaran Bahasa Indonesia pukul 16.00 WIB. Murid yang diajar Mba Wahyu pada kelas ini ada tiga orang, mereka adalah:
Tabel 4 Data Personal Murid Mata Pelajaran IPS No.
1 Dina Anjani
2 Chika Meirani
3 Alifia Meidira
Nama Panggilan
Dina
Chika
Fifi
Tempat, Tanggal Lahir
Bogor, 25 September 1995
Jakarta, 12 Mei 1995
Bogor, 13 Mei 1995
Jenis Kelamin
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Asal Sekolah
SMP Negeri 1 Bogor 2007
SMP Negeri 1 Bogor
SMP Negeri 1 Bogor 2008
Berenang dan nonton tv
Main dengan kucing
Nama
Belajar di BP sejak Hobi
2008
Chatting, nonton, jalanjalan, membaca, berenang
Hari ini murid yang datang hanya Dina dan Alifia yang dipanggil fifi. Kedua murid berasal dari satu sekolah namun berbeda kelas. Guru masuk ke kelas langsung mengajak ngobrol santai. Mengatakan tumben kalian pakai baju bebas. Murid menjawab karena sekolah libur jadi berangkat dari rumah. Guru menanyakan materi 2 minggu lalu. Sudah sampai pajak kan ya? Belum mbak,
lxxi
jawab murid. Guru bertanya kok belum? Maksudnya belum di ulanganin mba di sekolah, jawab Dina. Hari ini membahas materi pajak. Pajak ada beberapa macam, pajak penghasilan, pbb, pajak pertambahan nilai, dan lain-lain. Murid menyimak penjelasan pajak dengan serius dan terjadi komunikasi 2 arah dimana ketika tidak jelas langsung bertanya maksudnya apa mbak? Guru: Sistem perekonomian di Indonesia ada berapa? Materi terakhir di sekolah pajak kan? Fifi menjawab sampai tenaga kerja. Dina bertanya kok masih sampai tenaga kerja? Mereka berdua membahas materi apa saja yang sudah dipelajari di sekolah. Guru memulai materi hari ini tata perekonomian Indonesia. Apa definisinya? Kenapa yang pertama diatur pemerintah pasti perekonomian? Dina mencoba menjawab dengan serius. Guru: kalau begitu perekonomian merupakan satu hal yang sangat penting. Beberapa macam sistem ekonomi: 1. Sistem ekonomi pasar bebas. Kalian pernah mendengar sistem ekonomi pasar bebas? Kalau di asia ada afta yaitu pasar bebas di asia tenggara. Jadi apa definisi sistem ekonomi pasar bebas? Kalau ekspor impor itu bagaimana? Murid merespon namun jawabannya kurang tepat, jadi guru menjawab pertanyannya sendiri. Pasar bebas ada untungnya: barang-barang yang kita perlukan bisa masuk. Impor tujuannya untuk menstabilkan harga. Indonesia impor beras untuk menstabilkan harga. Ruginya: 1. kalau semua barang impor masuk Indonesia, barang dalam negeri tidak laku. Tidak lagi ada identitas barang yang berasal dari dalam negeri. Seperti tempe yang sudah bukan milik Indonesia tetapi produk
lxxii
Jepang. Saya khawatir nanti Indonesia tidak ada pecel. Karena mekanismenya diserahkan kepada pasar. Pemerintah hanya pelaku dan pengatur ekonomi. Namun kalau pasar bebas mekanismenya diserahkan kepada pasar. Pasar tergantung pada permintaan masyarakat. Kalian ingat tidak hukum permintaan? Murid tidak bisa menjawab. Lalu diberi petunjuk oleh guru dan mereka sedikit sedikit bisa menjawab. Semakin tinggi permintaan semakin rendah harga. Jadi berbanding terbalik antara permintaan dengan harga. Kalau penawaran berbanding lurus. Semakin tinggi harga barang, penawaran semakin banyak. 2. Terdapat persaingan bebas antar pengusaha kadang-kadang persaingannya tidak sehat. Yang penting pengusaha bisa mendapat keuntungan. Kelebihannya
untuk
pengusaha:
kompetisi
untuk
lebih
maju.
Keburukannya: pengusaha yang modalnya besar akan menindas pengusahapengusaha yang lemah. Contohnya begini: di Indonesia perusahaan mie dulu indomie, sarimi, supermi semuanya peruhasaan kecil yang akhirnya tergabung dengan indofood. Perusahaan kecil jadi tidak ada lagi. 2. Sistem ekonomi terencana/sentral Fifi bertanya terus sistem ini kayak bagaiimana. Guru menjelaskan kegiatan ekonomi diatur oleh pemerintah terutama dalam perdagangan antar negara. Lihat halaman 72 ciri-ciri perekonomian sosial. Sama tidak Indonesia dengan ciri-ciri sosial dengan yang tadi saya sebutkan untuk kepentingan rakyat? Murid berpikir sambil tetap melihat ke halaman 72. Sama tidak dengan di Indonesia pasal 32? Dina menjawab sama tapi dengan ragu-ragu. Guru melanjutkan, harga-harga itu ditetapkan oleh pemerintah.
lxxiii
Kira-kira Indonesia mengikuti itu atau seperti pasar bebas? Kan di sistem ini walaupun atas nama rakyat tapi harga ditetapkan oleh pemerintah. Di Indonesia harga tidak seluruhnya ditetapkan pemerintah. Kalau kalian lihat di tv harga sembako ditetapkan oleh pemerintah apa kembali kepada sistem pasar?, tanya guru. Beda mba, jawab murid. Guru menjelaskan, beda kan? Kalau di Indonesia harga kembali ke mekanisme pasar. Kalau nanti pemerintah melakukan sidak, lantas guru bertanya sidak itu apa? Fifi: sidang? Guru: kalau harga sudah melambung tinggi pasti pemer intah mengadakan sidak. Ayo singkatannya apa? Mereka berdua tidak tahu. Guru memberi sedikit petunjuk. Dina dan Fifi diskusi apa kepanjangannya dan terus menebak singkatan dari si sebagai suku kata pertama, karena murid terlalu lama guru menjawab sidak itu inspeksi mendadak, sidak itu untuk menstabilkan harga. Guru cerita bagaimana berita di televisi pemerintah suka turun ke pasar untuk sidak. Yang pertama: mekanisme pasar, sistem kedua diatur pemerintah. Hanya negaralah yang mengatur harga. Kalau tidak salah jaman orde baru itu sistem pemerintahan sentralisasi tidak ada ekonomi daerah. Waktu orde baru ada tidak? Fifi: Belum. Akhirnya ada istilah ABS apa coba? Asal bapak senang. Kalau otonomi daerah, potensi daerahnya jadi terlihat. Terus satu lagi jenis sistem perekonomian. 3. Sistem perekonomian campuran Pemerintah mendorong pengusaha-pengusaha swasta untuk lebih maju. guru bercerita hal sehari-hari yang berhubungan dengan materi ini. Contohnya tentang home industri, pemerintah mencanangkan budidaya home industri.
lxxiv
Ada pertanyaan tidak? Silakan bertanya. Murid kurang semangat bertanya. Guru bertanya apakah Dina mengantuk karena biasanya Dina mengantuk kalau pelajaran guru 3. Dina jawab tidak mengantuk karena hari ini tidak sekolah, biasanya setiap selasa mengantuk karena paginya di sekolah ada pelajaran olahraga., Guru yang selain mengajar di BP juga mengajar di sekolah cerita beliau tidak suka kalau mengajar setelah pelajaran olahraga karena baunya kelas tidak sedap. Apalagi anak SMP kelas 1 belum bisa merawat badan. Guru dan murid jadi saling bercerita seputar olahraga di sekolah, tentang jam dan fasiitas olahraga di sekolah mereka yang seadanya. Guru memberi murid kesempatan untuk bertanya lagi. Akhirnya Dina mencoba bertanya bagaimana barang itu seleksi di pasar, siapa berhak menjual apa, siapa yang mengatur mba? Guru menjelaskan hal itu tidak ada yang mengatur hanya dilihat saja mereka berjualan di pasar apa, kalau di pasar tradisional itu kan jualannya itu, tapi sekarang kan sudah ada pasar tradisional tetapi modern, seperti di Thailand dimana pasarnya sesuai blok ada blok buah, daging, dan lain-lain. Selanjutnya menbahas materi Sistem perekonomian Indonesia. Apa nama sistem perekonomian Indonesia? Namanya adalah perekonomian berdasarkan asas pancasila. Kenapa disebut pancasila? Dina menjawab dasar negara. Guru bertanya kembali Apa hubungannya dengan dasar negara? Fifi menjawab dengan serius tapi masih kurang tepat. Guru menjelaskan maksudnya harus tetap menggunakan dasar pancasila, seperti jangan mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Seperti Lapindo yang bocor karena di eksploitasi gas alamnya. Murid langsung bertanya menghilangkan lumpur Lapindo bagaimana? PT lapindo brantas mengalirkan lumpur itu ke sungai brantas. Dina berkomentar sungainya
lxxv
tercemar kalau seperti itu. Guru menjawab itu hanya salah satu cara. Tuhan menciptakan alam untuk di eksploitasi namun jangan berlebihan. Murid mendengar cerita guru dengan antusias. Sampai ada cerita guru pernah mendengar bahwa korban lapindo akan dipindahkan ke Bogor di perumahan sekitar The Jungle. Guru mengatakan ini berita yang tidak 100% dipercaya lho, tadi kan saya bilang
katanya.
Mereka
jadi
mengobrol
kekayaan
keluarga
Bakrie.
Membandingkan dengan kekayaan Sultan Brunei. Fifi bertanya di Brunei tidak ada yang miskin ya mba? Jawaban guru kebanyakan begitu. Pendapatan per kapita mereka kan besar. Coba saja mereka pindah ke Papua yang luasnya lebih besar, mungkin mereka tidak sekaya itu. Indonesia selain wilayah luas, dan penduduknya banyak, KB belum berhasil. Sekali lagi sistem perekonomian Indonesia itu berasaskan Pancasila diatur dalam TAP MPR dan UUD 45, cabang-cabang produksi penting dikuasai oleh negara. Coba dikuasasi oleh swasta bisa dibayangkan? Swasta bisa menetapkan harga semau dia, yang penting dia punya keuntungan. Kalau pemerintah kan disesuaikan kemampuan masyarakat. Fifi bertanya kalau dibeli oleh swasta tidak boleh ya? Guru memberi jawaban kembali ke perekononiman tadi, pasal 33 isinya apa? Ada lembaga yang berasaskan kekeluargaan yaitu koperasi. Guru bercerita bahwa dia angggota koperasi dan menikmati keuntungan menjadi anggota koperasi. Di koperasi keuntungan disebut jasa, pada akhir tahun jasa itu akan dibagikan kembali kepada anggota koperasi. Contoh perhitungan jasa koperasi misalkan anggota ada 10, jasanya setiap kali meminjam 100 ribu per orang
lxxvi
dikalikan 10 orang = 1 juta rupiah, 1 juta rupiah itu itu akhir tahun dibagikan lagi kepada anggota. Semakin banyak yang pinjam, semakin besar jasanya. Guru meminta murid mengerjakan latihan soal di modul. Fifi dan Dina lupa tidak bawa pulpen. Mereka izin meminjam pulpen ke resepsionis. Murid kembali ke kelas langsung mengerjakan soal. Guru berkata dingin ya cuacanya jadi mau minum yang hangat-hangat, hari ini kartini ya, kalian kok tidak sanggulan sih? Dina bertanya kepada Fifi ada kartinian tidak sih di sekolah? Murid-murid akhirnya mengobrol tentang teman mereka di sekolah. Mereka mengerjakan soal sambil mengobrol tentang teman sekolah mereka. Guru tidak memberi teguran apapun untuk murid yang mengobrol. Mereka terlihat asyik sampai tertawa-tawa, guru juga ikut dalam percakapan muridnya jika mendengar ada cerita yang lucu. Guru memberi tahu 27 juni mereka sudah mendapat raport, jadi sebentar lagi, pertengahan juni ujian akhir. Lalu mereka membahas soal yang tadi dikerjakan dengan santai dan bercanda. Pelajaran diakhiri dengan guru memimpin doa dan mengucap salam. Selama menjelaskan materi dari awal sampai kelas mau berakhir guru hanya duduk dan jarang sekali menulis di papan. Murid pun tidak diberi catatan. Menurut alifia kekurangan mba wahyu adalah jarang memberi catatan, terkadang yang dipelajari tidak merinci jadi suka tidak mengerti.62 Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid, Murid - Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang.
62
Wawancara tertulis dengan Alifia Meidira
lxxvii
Guru
A
E Murid
B
Murid
Murid
Murid
D
C Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).63 Pada kelompok ini dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Ketika murid mulai bosan biasanya ada yang memulai untuk mengobrol dengan temannya, tetapi guru membiarkan karena guru merasa kasihan. Mereka sudah sekolah dan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler serta masih harus les jam empat sore tentu membuat mereka lelah dan jenuh. Guru tidak mempersoalkan hal itu asalkan mereka masih mau mengikuti pelajaran dengan baik dan bisa mengerjakan latihan soal. Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap guru yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi.
63
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxxviii
4.
Pola Komunikasi Guru 4 Guru 4 adalah Ida Mahmudah. Wanita berlatar belakang pendidikan Sarjana
Teknik Pertanian ini dipanggil oleh murid-muridnya Mbak Ida. Mbak Ida mengajarkan IPA setiap hari Jumat pukul 16.00 WIB. Murid yang diajar Mbak Ida pada kelas ini ada lima orang, yaitu:
Tabel 5 Data Personal Murid Mata Pelajaran IPA No.
1 Dina Anjani
2 Chika Meirani
3 Alifia Meidira
4 Amalina Ghasani
5 Farah Afifah
Nama penggilan
Dina
Chika
Fifi
Sani
Farah
Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Asal Sekolah
Bogor, 25 September 1995 Perempuan
Jakarta, 12 Mei 1995
Bogor, 13 Mei 1995
Bandung, 2 Juni 1995
Bogor, 6 April 1995
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
SMP Negeri 1 Bogor 2007
SMP Negeri 1 Bogor 2008
SMP Negeri 1 Bogor 2008
SMP Negeri 5 Bogor 2004
SMP Negeri 1 Bogor 2007
Berenang dan nonton tv
Main dengan kucing
Chatting, nonton, jalan-jalan, membaca, berenang
Main komputer dan bermain basket
Melukis dan berenang
Nama
Belajar di BP sejak Hobi
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, apa kabar semua? Baik mba. Gimana kamu jadi ikut lomba? (guru bertanya kepada Sani). Sani menjawab itu mba saya dipindahkan. Guru bertanya lagi dipindahkan kemana? Jadi lomba
lxxix
kemanusiaan dan sosial jawab Sani. Guru memulai kelas dengan menanyakan kabar dan kegiatan sehari-hari murid. Guru lupa berdoa di awal, jadi guru memimpin doa dengan meminta murid membaca shalawat. Memulai belajar hari itu guru ingin mengulas kembali pelajaran optik yang pernah di pelajari sebelumnya. Guru langsung menulis OPTIK di papan tulis. Pertama bahas sifat-sifat istimewa karena ini sering keluar di ujian. Pertama bedanya cermin dengan lensa apa? Cermin memantul, lensa pembiasan. Guru menjelaskan teori ini ke dalam aplikasi sehari-hari yaitu kacamata, kacamata kan terlihat dengan bening, sementara kalau melihat di cermin datar yang terlihat adalah pantulan diri kita. Guru memberikan rumus cermin dan rumus lensa. Guru hanya menjelaskan sedikit karena langsung meminta murid mengerjakan soal di modul dan menawarkan jika ada yang mau mengerjakan di papan tulis. Guru meminta Farah untuk mengerjakan di papan tulis. Sani yang di kursi juga mengerjakan soal yang sama. Guru mendampingi Farah ketika mengerjakan di papan tulis sampai soal terjawab, lalu Farah kembali duduk. Guru serta dua murid duduk sejajar jadi memudahkan guru untuk membantu murid membahas soal. Ketika murid kesulitan langsung bertanya kepada guru saat itu juga. Guru meminta Sani mengerjakan di papan tulis. Namun kali ini guru tidak mendampingi murid yang mengerjakan di papan tulis tetapi mendampingi Farah yang mengerjakan di bangku.
lxxx
Ketika menjelaskan tentang cermin cekung dan cembung guru menceritakan tentang kaca spion mobil. Murid masih mengerjakan latihan soal sampai akhir kelas. Sambil murid merapikan tas untuk pulang, guru masih bercerita materi optik dalam aplikasi sehari-hari sambil mengobrol dengan muridnya. Tampak jelas guru sangat akrab dengan mereka. Terakhir sebelum kelas di akhiri dengan doa, guru memberikan pujian dan motivasi untuk muridnya. Alhamdulillahirabbil ‘alamin, pertama buat Farah, selamat ya sudah semakin teliti, dan sani juga semoga semakin melejit. Tuh farah kalo fokus tuh kamu bisa. Murid bertanya Jum’at depan setelah tanggal merah libur tidak? Jawab guru mereka libur. Ya sudah sebelum ditutup kita berdoa dulu, berdoa mulai. Ya Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pola komunikasi yang terjadi di kelompok ini adalah Pola Guru - Murid, Murid - Guru, Murid – Murid dan juga pola bintang. Guru
A
E Murid
B
Murid
Murid
Murid
D
C Pola Bintang
Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat
lxxxi
informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).64 Pada kelompok ini dapat diketahui bahwa murid memberikan feedback atau umpan balik kepada guru dengan baik. Sesama murid juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Dalam berinteraksi guru dan murid, murid tidak sungkan untuk bertanya dan menegur guru jika ada sesuatu yang kurang nyaman, seperti guru yang berbicara terlalu cepat dan menurut mereka kurang jelas. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan murid, guru mengevaluasi dengan cara memberi kuis dan juga meminta mereka mengerjakan di papan tulis tanpa bantuan guru. Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi komunikator maupun komunikan, tetapi dalam kelompok ini komunikasi antar murid tidak boleh membicarakan hal yang tidak berhubungan dengan materi. Guru akan dengan tegas menegur jika murid mengobrol.
64
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 100.
lxxxii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan tentang pola komunikasi guru dan murid pada lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pola komunikasi yang dilakukan oleh guru dan murid adalah pola guru – murid, murid – guru, murid - murid. Guru tidak menjadi pusat perhatian yang utama dan murid dapat memberikan masukan, meminta materi yang belum mereka pahami, murid dapat langsung bertanya jika mengalami kendala, dan guru selalu siap menolong para muridnya. Walaupun demikian, ada perbedaan mengajar antara guru pria dengan guru wanita. Guru pria cenderung memiliki gaya mengajar yang lebih bervariatif untuk membangkitkan semangat murid dalam belajar. Kedua guru pria yang di observasi oleh penulis selalu mempunyai games/permainan yang sangat disukai oleh muridmuridnya. Sedangkan guru wanita, keduanya tidak pernah memberikan games namun dalam hal memotivasi lebih memberikan cerita dan nasehat untuk muridnya.
B. Saran
lxxxiii
1. Guru harus lebih aktif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh murid ketika di kelas. Untuk murid yang pasif diharapkan perhatian ekstra dari guru agar murid tersebut dapat berpartisipasi secara aktif dan tidak malu-malu untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Murid yang belajar di Bintang Pelajar umumnya memiliki kesibukan yang padat sehingga mereka cenderung sudah lelah ketika datang ke Bintang Pelajar. Diharapkan para guru yang mengajar di Bintang Pelajar menyampaikan pelajaran secara vatiatif dan memberi banyak selingan berupa games ataupun tebak-tebakan agar murid merasa suasana di kelas yang fresh dan tidak membosankan juga tidak membuat mereka menjadi malas belajar dan mengantuk.
lxxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Ass Djamalul. Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 16. dan Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. ke-10, Edisi Revisi Asnawir dan Usman, Basyiruddin. Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) Buku Panduan Akademik Les Privat dan Kelompok Belajar BINTANG PELAJAR Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Effendy, Onong Uchyana. Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6 Gunarsa, Singgih D dan Gunarsa, Yulia Singgih D. ed., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995) Hardjana, Agus M.. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal (Yogyakarta: Kanisius, 2003), cet ke-1 Kincaid, D. Lawrence dan Schramm, Wilbur, Azas-azas Komunikasi antar Manusia. Penerjemah Agus Setiadi (Jakarta: LP3ES bekerja sama dengan East – West Communication Institute, 1977) Mantra, I.B. Komunikasi (Jakarta: Dep Kes RI (Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat), 1994) Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-24 Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar (Bandung: Rosda Karya, 2007) Partanto, Puis A. dan al-Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994) Rakhmat,. Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002)
lxxxv
Redaksi Sinar Grafika,Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI NO.20 TH.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007), Cet ke-1 Sabri, H.M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), Cet. Ke-1 Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1991) Suyakhmad, Winayno. Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsiti, 1986), Cet. Ke-7 Tubbs, Stewart L dan Moss, Sylvia. Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi). Penerjemah Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) Widjaja, A.W. Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002 . Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet. Ke-3 Wiryanto, Teori Komuniaksi Massa (Jakarta: PT. Grasindo, 2000) www.bintangpelajar.com/profil/ 6 January 2009 jam 05.36.
lxxxvi