Pola Distribusi Kutu Dompolan,..Dewi Rosanti dan Sigit P...Sainmatika,.Volume 6,..No.2,.Desember,. 2009..51-57
POLA DISTRIBUSI KUTU DOMPOLAN (Planococcus citri) PADA PERKEBUNAN KOPI DESA SEMIDANG ALAS KECAMATAN DEMPO TENGAH KOTA PAGAR ALAM Dewi Rosanti1 dan Sigit Purwanto2 e-mail:
[email protected] Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang1 Alumni Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang2
ABSTRACT This paper reports the results of the study on distribution of distribution types of Kutu Dompolan (Planococcus citri) at Semidang Alas Village Pagaralam, Regency, Sumatera Selatan. Research was conducted between Desember 2007 untill Februari 2008 . This research was carried out using survey method. The data were gathered according to transects perpendicular to areal research. Results of the study showed that distribution type of Planococcus citri is clumped with value of S2 / X =3,01. Key words : Distribution types, Planococcus citri ABSTRAK Penelitian tentang pola distribusi kutu dompolan (Planococcus citri) pada perkebunan kopi desa Semidang Alas telah dilaksanakan pada Maret 2008, bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan pola distribusi kutu dompolan (Planococcus citri) di areal perkebunan kopi rakyat desa Semidang Alas. Pengamatan dilakukan dengan metode survey, di areal 100 m x 100 m. Pada areal pengamatan dibuat tiga transek dan 15 pohon pengamatan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Planococcus citri yang tertangkap mempunyai kepadatan populasi pada transek I sebanyak 111.360 individu/hektar, transek II dengan kutu sebanyak 99.840 individu/hektar dan pada transek III dengan kutu sebanyak 197.760 individu/hektar. Sedangkan pola distribusi pada lokasi penelitian sebesar 3,01, menunjukkan pola distribusi berkelompok. Kata kunci : pola distribusi, Planococcus citri PENDAHULUAN Propinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang cukup penting di Indonesia. Luas areal perkebunan di Propinsi Sumatra Selatan lebih kurang 230.250 ha dengan produksi lebih kurang ISSN 1829.586x
81.520 ton/tahun. Salah satu daerah penghasil kopi terbesar di propinsi Sumatera Selatan adalah kota Pagaralam, yang secara secara geografis terletak pada 003044’08,6” Lintang Selatan dan 103034’24,7” Bujur Timur.
51
Pola Distribusi Kutu Dompolan,..Dewi Rosanti dan Sigit P...Sainmatika,.Volume 6,..No.2,.Desember,. 2009..51-57
Kebun kopi Pagaralam memiliki luas wilayah kurang lebih 35 ribu ha dan terletak pada ketinggian 700-1200 m dpl, dengan iklim sangat basah (type A) dan tanah jenis laktosol, andosol dan regosol, yang cukup dikenal sebagai daerah yang banyak menghasilkan kopi Robusta hingga saat ini. Akan tetapi bukan berarti jenis arabika tidak ada, karena menurut informasi dari masyarakat, pada jaman Belanda pernah diusahakan atau dibudidayakan dan hal itu sangat memungkinkan karena dari persyaratan ketinggian 600-1800 m dpl sudah memenuhi (Suhendra, 2002). Desa-desa penghasil kopi di Kecamatan Dempo Tengah Kota Pagaralam (Sumatera Selatan) adalah Desa Semidang Alas, Rimba Candi (Candi Jaya), Sumber Jaya, Jokoh, Pengaringan, Karta Dewa, Jangga, Pelangkenidai, Karang Dalo dan Suka Jadi. Juga teramasuk kecamatankecamatan lainnya di Pagaralam. Perkebunan kopi memerlukan perlakuan untuk mencegah serangan hama penyakit (serangga) yang dapat merusak tanaman kopi. . Salah satu hama penting di perkebunan kopi rakyat adalah Kutu Dompolan (Planococcus citri Risso) yang menyerang dan menghisap cairan pada bunga kopi, tangkai buah, buah kopi muda, ranting dan daun muda, kemudian meninggalkan bekas berwarna kuning. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhenti, daundaun menguning, bunga dan buah kopi menjadi rontok (Siswoputranto, 1993). Kepadatan populasi kutu Planococcus citri akan meningkat selama musim kemarau, terutama jika kelembaban nisbi pada siang hari dibawah 75 %. Ledakan populasi akan ISSN 1829.586x
terjadi bila kelembaban nisbi turun dibawah 70 %, dengan suhu 220C320C dan berlangsung terus-menerus selama 3-4 bulan. Sedangkan tempat yang paling baik untuk Planococcus citri pada dataran tinggi adalah tanaman kopi dan lamtoro. Pada tanaman kopi, kutu berada pada dompolan-dompolan pohon kopi dan terlihat mengelompok. Jika buah kopi tidak ada kutu akan menetap di daundaun kopi yang muda. Kurangnya pengetahuan para petani terhadap serangan serangga yang dapat menurunkan produksi kopi sangat merugikan jika ditinjau dari hasil pertanian itu sendiri. Melihat besarnya nilai kerugian yang diakibatkan oleh serangga Planococcus citri, maka perlu dilakukan upaya pemberantasan hama dengan konsep pengelolaan hama terpadu, misalnya dengan pemanfaatan musuh alami. Untuk melaksanakan pengendalian hama dengan konsep PHT tersebut, maka perlu diketahui kepadatan populasi dan pola distribusi hama, dalam hal ini Planococcus citri. Hama dompolan di perkebunan kopi dapat mengganggu dan merusak tanaman kopi sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi buah kopi, karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap kepadatan populasi dan pola distribusi serangga kutu dompolan untuk mengetahui pola distribusi dan kepadatan serangga di perkebunan kopi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2007 – Februari 2008, di perkebunan kopi rakyat Desa 52
Pola Distribusi Kutu Dompolan,..Dewi Rosanti dan Sigit P...Sainmatika,.Volume 6,..No.2,.Desember,. 2009..51-57
Semidang Alas Kecamatan Dempo Tengah Kota Pagaralam. Penelitian dilakukan dengan metode survey (pengamatan langsung ke lapangan) dan pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kaca pembesar, kamera, meteran, kuas, kertas dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades dan alkohol. Cara Kerja Adapun cara kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dibuat petak contoh berukuran 100 m x 100 m. 2. Dari petak contoh dibuat 3 transek, masing-masing berjarak 25 meter, penentuan transek dilakukan dengan melihat barisan tanaman kopi yang baik. Pada setiap transek ditentukan 5 titik pengamatan pada pohon kopi yang dipilih secara acak, masing-masing berjarak 20 meter. 3. Rata-rata dompolan perpohon (X) ditentukan dengan rumus : χ=
Jumlah seluruh dompolan pada pohon Jumlah pohon contoh
4. Dihitung jumlah kutu pada 10 % dompolan perpohon. Jumlah kutu pada dompolan = x .10 % 5. Serangga Planococcus citri yang tertangkap dipisahkan, kemudian dihitung jumlahnya. Analisis Data Data dianalisa berdasarkan Rumus Soegianto (1994) dan Krebs (1985), meliputi :
ISSN 1829.586x
Kepadatan Populasi (D) D=
Luas Area × Y = ...... individu / hektar Luas Transek
Keterangan ; D : Kepadatan Populasi. Y : Populasi kutu pada setiap transek. Pola Distribusi Odum (1971) menentukan pola distribusi dengan menghitung variansi dengan rumus:
∑ Xi − (∑ Xi ) =
2
2
: S
2
/N
(N − 1)
Keterangan ; S2 : Nilai distribusi Xi : Jumlah individu plot ke i N : Jumlah plot yang diamati Untuk menentukan rerata persatuan luas dengan rumus : Jumlah total individu X = Jumlah plot yang diamati Keterangan : X : Rerata persatuan luas Untuk menentukan pola distribusi Planococcus citri digunakan rumus : Pola Distribusi =
S2 X
Untuk menentukan hasil dari Pola distribusi dapat digunakan kriteria sebagai berikut : S2/X<1: berarti distribusi seragam S2/X>1:berarti distribusi berkelompok S2/X=1: berarti distribusi acak
53
Pola Distribusi Kutu Dompolan,..Dewi Rosanti dan Sigit P...Sainmatika,.Volume 6,..No.2,.Desember,. 2009..51-57
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian mengenai pola distribusi kutu dompolan di perkebunan kopi
Jumlah Dompolan Buah Kopi Tabel 1. Jumlah dompolan pada pohon pengamatan Pohon 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata (X)
Transek I 50 22 89 75 95 331 66,2
Pohon yang menjadi titik pengamatan yang termasuk ke dalam tiga transek yang telah dibuat dalam keadaan baik dengan jumlah ranting antara 36 sampai 150 ranting perpohon dan jumlah dompolan antara 21 sampai 187 dompolan perpohon. Jumlah dompolan pada transek I dengan 331 dompolan, transek II berjumlah 353 dompolan dan pada transek III berjumlah 521 dompolan. Jumlah dompolan pada 15 pohon pengamatan berjumlah 1205 dompolan, dengan rata-rata dompolan pada pohon pengamatan adalah 80,3 dompolan. Jumlah kutu pada transek I berjumlah 24 kutu, transek II 22 kutu dan pada transek III berjumlah 50 kutu. Hal ini menunjukkan bahwa jika jumlah dompolan pada transek lebih banyak maka jumlah kutu akan banyak. Keadaan buah kopi saat penelitian dalam keadaan masih muda dan berwarna hijau. Pohon kopi yang menjadi tempat titik pengamatan diambil dari pohon-pohon kopi yang sehat, memiliki daun yang lebat, ranting yang banyak dan buah kopi yang banyak. Sedangkan waktu pengambilan sampel telah dilakukan ISSN 1829.586x
Transek II 21 30 33 187 82 353 70,2
Transek III 63 178 183 60 37 521 104,2
pada bulan Januari dengan waktu antara jam 07.00 WIB sampai jam 10.00 WIB, karena pada waktu tersebut kutu dompolan banyak keluar dari dalam dompolan. Pengamatan setiap titik pohon kopi pada dompolan (gugus) akan terlihat serabut-serabut putih yang memenuhi seluruh dompolan dan setiap dompolan terdapat 3 – 19 Planococcus citri yang menyerang cabang bunga dan cabang buah kopi muda. Bunga kopi yang terserang akan terlihat coklat dan gugur. Buah kopi muda yang terserang akan berwarna hijau kehitam-hitaman. Sedangkan buah kopi yang telah matang pada dompolan yang terserang akan terlihat merah kehitam-hitaman dan kemudian gugur. Planococcus citri menghisap cairan dan berkembang biak di dalam ketiak buah, sampai dewasa dan mencari cabang lain pada pohon yang sama yang belum terserang. Planococcus citri akan menyerang buah kopi antara bulan Januari sampai Maret, karena pada masa itu pohon kopi mulai berbuah dan akan memasuki panen. Bulan Januari sampai Maret sering disebut 54
Pola Distribusi Kutu Dompolan,..Dewi Rosanti dan Sigit P...Sainmatika,.Volume 6,..No.2,.Desember,. 2009..51-57
buah selang (jarak panen) oleh masyarakat Pagaralam. Sedangkan panen besar antara bulan Juni sampai September yang sering disebut musim kopi. Populasi kutu dompolan meningkat sepanjang musim kemarau, terutama jika suhu antara 220C sampai 320 C dan populasi akan meningkat jika musim kemarau terjadi selama 3 4 bulan. Sedangkan jika hujan turun di bawah 10 hari penjangkitan kutu pada tanaman akan bertahan sepanjang musim kemarau. Sedangkan jika hujan lebih dari 10 hari atau seterusnya maka penyebaran kutu dompolan akan berkurang, karena ketika musim hujan, cendawan Entomophthora fresenii akan banyak tumbuh pada dompolan kopi, sehingga dapat menyebabkan kematian tinggi pada kutu dompolan. Kutu Planococcus citri memproduksi embun madu yang sangat disukai oleh semut. Bila produksi embun madu berlebihan biasanya timbul jamur jelaga pada daun, tangkai atau buah, sehingga pertumbuhan bagian-bagian tersebut tidak normal dan kualitas buah turun.
Embun madu yang dihasilkan dari kutu Planococcus citri pada dompolan kopi terlihat seperti busa. Kutu ini menyukai tempat yang agak teduh tetapi tidak terlalu lembab (Hill, 1983). Syarat tumbuh pohon kopi itu sendiri harus mempunyai tanaman pelindung yang cukup untuk mengatur intensitas sinar matahari dan menekan tumbuhnya gulma sehingga perkembangan kopi menjadi baik dan sehat. Hal ini juga yang mendukung perkembangan Planococcus citri pada musim panas dan tempat inang pohon kopi yang tidak terkena sinar matahari langsung selama sehari sehingga daerah sekitar tetap dalam keadaan lembab. Kepadatan Populasi Kepadatan merupakan jumlah seluruh populasi dalam suatu area tertentu atau per-unit area, misalnya dalam 1 hektar, 100 meter persegi atau perpohon kopi. Kepadatan populasi Planococcus citri pada areal penelitian disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Kepadatan Populasi Planococcus citri pada areal penelitian Transek I
D kutu/transek 27.840
D kutu /hektar 111.360
II
24.960
99.840
III
49.440
197.760
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada dompolan di masingmasing transek. Transek I berjumlah 27.840 kutu/transek, transek II berjumlah 24.960 kutu/transek dan pada transek III dengan jumlah 49.440 kutu/transek.. Kepadatan populasi (D) kutu Planococcus citri (kutu per hektar) ISSN 1829.586x
pada transek I berjumlah 111.360 kutu/hektar, transek II dengan 99.840 kutu/hektar dan pada transek III berjumlah 197.760 kutu/hektar. Kepadatan populasi dipengaruhi oleh banyaknya dompolan pada setiap pohon di setiap transek yang telah diamati.
55
Pola Distribusi Kutu Dompolan,..Dewi Rosanti dan Sigit P...Sainmatika,.Volume 6,..No.2,.Desember,. 2009..51-57
Kepadatan populasi serangga dipengaruhi oleh pembentukan buah kopi yang tumbuh tidak merata pada masing-masing pohon dan buah kopi yang ada di Desa Semidang Alas masih banyak dalam tahap pembentukan buah dari putik menjadi buah kopi muda, sedangkan buah selang (jarak ke-panen) dan musim yang belum memasuki musim panas. Kepadatan populasi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang menyebabkan populasi Planococcus citri dapat bertambah atau berkurang, seperti kekurangan ruang hidup, musuh alami kutu Planococcus citri dan penurunan lingkungan yang draktis. Penebangan lahan perkebunan untuk diganti oleh tanaman lain dapat mempengaruhi
populasi kutu Planococcus citri sehingga menyebabkan kekurangan ruang hidup atau habitat kutu. Musuh alami yang telah diperkenalkan di pulau jawa untuk mempengaruhi populasi kutu diantaranya Cryptolaemus montrouzieri Muls dan penurunan lingkungan dari musim kemarau ke musim hujan. Pola Distribusi Pola distribusi merupakan pola yang dibentuk oleh individu dalam ekosistem alamiah yang tergantung pada cara tumbuhan atau hewan yang tersebar atau terpencar di dalamnya. Distribusi Planococcus citri pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel. 3. Distribusi Planococcus citri pada lokasi penelitian. Lokasi Desa Semidang alas Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa Planococcus citri di areal perkebunan kopi Desa Semidang Alas memiliki nilai sebesar 3,01. Hasil dari Pola distribusi yang telah ditetapkan S2/X > 1, berarti lokasi penelitian pada perkebunan kopi desa Semidang Alas mempunyai pola distribusi yang bersifat mengelompok. Distribusi mengelompok karena ketertarikan individu pada sumber makanan, yaitu pada buah kopi muda, dimana habitat yang didapat pada buah kopi tersebut sesuai bagi serangga Planococcus citri. Pernyataan ini didukung oleh Soetjipto (1994) bahwa pola distribusi mengelompok terjadi karena ketertarikan individu pada suatu sumber seperti tempat berlindung, makanan dan adanya keseragamam habitat sehingga terjadi ISSN 1829.586x
S2 / X 3,01
Keterangan berkelompok pengelompokan di tempat yang banyak makanan. Planococcus citri termasuk ke dalam pola distribusi berkelompok yang penyebarannya paling umum terjadi di alam terutama di area perkebunan, memiliki respon terhadap perubahan cuaca musimam, terjadinya ketertarikan individu pada sumber makanan dan tempat berlindung. Planococcus citri hidup di dalam dompolan kopi, sehingga mereka dapat mendapatkan makanan dan menjadikan dompolan kopi sebagai tempat perlindungan. Namun jika musim hujan, populasi Planococcus citri akan berkurang karena tumbuhan kopi belum berbuah. Kekurangan makanan akan menghambat pertumbuhan kutu atau dapat juga menyebabkan kematian pada kutu itu sendiri. 56
Pola Distribusi Kutu Dompolan,..Dewi Rosanti dan Sigit P...Sainmatika,.Volume 6,..No.2,.Desember,. 2009..51-57
Kutu dompolan biasanya akan berasosiasi (kerja sama) dengan semut, karena kutu dompolan banyak memproduksi embun madu dan kotoran yang banyak mengandung gula, sehingga disukai oleh semut. Sebaliknya semut menyebarluaskan hama ini untuk mencari tempat yang lebih baik dan kutu ini juga menjadi vektor (pembawa) cendawan jelaga (Najiyati dan Danarti, 1995). KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi Planococcus citri pada areal perkebunan kopi desa Semidang Alas termasuk pola distribusi berkelompok dengan hasil sebesar 3,01. Pola distribusi terjadi karena ketertarikan individu pada sumber makanan dan tempat perlindungan. Kepadatan populasi pada transek I dengan jumlah 111.360 individu/hektar, transek II dengan jumlah 99.840 individu/hektar dan pada transek III berjumlah 197.760 individu/hektar. DAFTAR PUSTAKA
ISSN 1829.586x
Hill, D.S. 1983. In Agricultural Insect Pests of the Tropics and Their Control. Edition II. Cambridge University Press. Krebs, J.K. 1985. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper and Row Publisher Inc. New York. Najiyati, S. dan Danarti, 1995. Kopi Budidaya dan Penangan Lepas Panen. Penebar Swadaya Jakarta. Siswoputranto,P.S. 1993. Kopi Internasional Dan Indonesia. Penerbit Kanisus. Yogyakarta. Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas. PT. Usaha Nasional. Surabaya. Soetjipto. 1994. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Depdikbud. Yogyakarta. Suhendra, A. 2002. Panen Dan Pasca Panen Kopi Robusta. Kerjasama BPPT – Pesantren Darul Mutaqien. Pagaralam.
57