POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA PETANI DESA MANGAT BARU KECAMATAN DEDAI KABUPATEN SINTANG Damiana Betsy, Rustiyarso, Wanto Rivaei Program Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email :
[email protected] Abstrak : Skripsi ini berjudul “ Pola Asuh Anak Pada Keluarga Petani Desa Mangat Baru Kecamatan Dedai Kabupaten Sintang “. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis serta mengetahui model-model pola asuh yang diterapkan keluarga petani, alasan apa saja keluarga petani menerapkan model pola asuh anak seperti saat ini, serta bagaimana model pola asuh yang diterapkan keluarga petani. Metode penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: Pola Model pola asuh yang diterapka keluarga petani Desa Mangat Baru adalah pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Pada pola asuh demokratis orangtua akan mendorang anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas atas tindakan-tindakan anak. sedangkan pada pola asuh permisif, orangtua terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap anak. Kata kunci: Pola Asuh, Anak, Keluarga Abstract : This thesis entitled “Parenting A Child On Farm Families in Mangat Baru Village Dedai District Sintang Regency”. The aim of the research is to analyse and to identify kind of parenting models applied by farm families, what are the reasons of farm families applying these kind of parenting models, and how parenting models applied by farm families. The research method used is phenomenology. The result shows that: parenting model applied by farm families in Mangat Baru Village is Permissive Model and Democratic Model. In Democratic Model, parents encourage their children to be independent but still set limits on their action. Whereas in Permissive model, parents get involve in the child’s life but little set limits or control of the child. Keywords: Parenting, Child, Family
P
ola asuh yang diterapkan dan dikembangkan oleh orangtua terhadap perkembangan anak merupakan dasar awal pembinaan terhadap perkembangan mental anak. Pembinaan dasar yang melekat dalam diri anak akan berpengaruh pula kepada sikap anak itu baik di rumah, di lingkungan maupun di sekolah.
1
Menurut Baumrin (dalam John W. Santrock, 2002 :257 ) “Ada 4 macam pola asuh yang selama ini digunakan dalam masyarakat yakni : (1) pola asuh demokratif, (2) pola asuh permisif , (3) pola asuh otoriter dan (4) pola asuh penelantaran”. Pola asuh untuk pembentukan kepribadian anak yang baik adalah pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga mengendalikan anak. Sehingga anak yang hidup dalam mansyarakat, bergaul dengan lingkungan serta mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar yang mungkin dapat merusak kepribadian, akan dapat dikendalikan oleh orang tua dengan menerapkan sikap-sikap yang baik dalam keluarga serta contoh atau tauladan dari orang tua. Pendidikan dalam keluarga yang baik dan benar, akan sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi dan sosial anak. Kebutuhan yang diberikan melalui pola asuh, akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sebagian dari orangorang yang berada di sekitarnya. Cara pengasuhan orang tua yang bekerja dan tidak bekerja juga akan berbeda. Demikian pula dengan gaya pengasuhan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi dan yang rendah. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga juga berkaitan dengan jenis pekerjaan kedua orang tua. Dalam hal ini orang tua berkewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi anak. Sebagaimana diketahui anak merupakan potensi serta penerus bangsa, Sehingga kesejahteraan anak harus benar-benar diperhatikan. Demikian pula yang terjadi pada keluarga petani Desa Mangat Baru, sama seperti keluarga lain yang mempunyai kewajiban dalam pembentukan kepribadian anak. Hanya saja aktivitas keseharian mereka yang membedakan dengan keluarga dengan profesi yang lain. Hasil observasi peneliti selama melakukan pra riset, Setiap pukul 05.00 orangtua sudah harus pergi untuk menyadap karet dan kemudian langsung melanjutkan kegiatan bertani, pulang menjelang petang sehingga anak-anak hanya dapat bertemu dengan orangtua pada saat malam hari. Kurangnya intensitas bertemu menyebabkan berkurang pula interaksi orangtua dan anak. Orangtua sangat memberikan kelonggaran kepada anak, kurang pengawasan pada anak sehingga anak cenderung menjadi agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri. Berdasarkan hasil wawancara dengan perangkat desa dan observasi yang peneliti lakukan pada saat pra riset tanggal 24 januari 2013 – 10 februari 2013, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani padi dan karet. Data selengkapnya dapat diinformasikan dengan melihat tabel yang disajikan dibawah ini. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga juga berkaitan dengan jenis pekerjaan kedua orang tua. Dalam hal ini orang tua berkewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi anak. Sebagaimana diketahui anak merupakan potensi serta penerus bangsa, Sehingga kesejahteraan anak harus benar-benar diperhatikan.
2
Demikian pula yang terjadi pada keluarga petani Desa Mangat Baru, sama seperti keluarga lain yang mempunyai kewajiban dalam pembentukan kepribadian anak. Hanya saja aktivitas keseharian mereka yang membedakan dengan keluarga dengan profesi yang lain. Hasil observasi peneliti selama melakukan pra riset, Setiap pukul 05.00 orangtua sudah harus pergi untuk menyadap karet dan kemudian langsung melanjutkan kegiatan bertani, pulang menjelang petang sehingga anak-anak hanya dapat bertemu dengan orangtua pada saat malam hari. Kurangnya intensitas bertemu menyebabkan berkurang pula interaksi orangtua dan anak. Orangtua sangat memberikan kelonggaran kepada anak, kurang pengawasan pada anak sehingga anak cenderung menjadi agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri. Berdasarkan hasil wawancara dengan perangkat desa dan observasi yang peneliti lakukan pada saat pra riset tanggal 24 januari 2013 – 10 februari 2013, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani padi dan karet. Data selengkapnya dapat diinformasikan dengan melihat tabel yang disajikan dibawah ini. Tabel 1 Data kependudukan Desa Mangat Baru menurut jenis pekerjaan ( April 2013 ) No
Jenis pekerjaan
Jumlah Ket. (%) KK 1. Petani 218 83,20 % 2. PNS 7 2,67 % 3. Pensiunan 2 0,76 % 4. Pedagang 18 6,87 % 5. Swasta 17 6,48 % Jumlah 262 100 % Dari berbagai jenis pekerjaan atau sektor penghasilan yang digeluti oleh kepala keluarga, sektor pertanian merupakan penghasilan umum atau mayoritas masyarakat di Desa Mangat Baru. Data diatas dapat dilihat bahwa jumlah kepala keluarga di Desa Mangat Baru yang bekerja sebagai petani sebanyak 83,20 %, data ini menunjukkan keluarga di Desa Mangat Baru mayoritas bekerja sebagai petani, dan selebihnya bekerja sebagai PNS, pedagang, dan swasta. Hasil wawancara dengan perangkat desa pada tanggal 25 januari 2013 dengan bapak Indi Candra menjelaskan bahwa anak-anak usia sekolah yaitu anak yang menempuh pendidikan di SMP N 2 Dedai dan SMA N 1 Kelam Permai yang ditinggal orangtua bekerja diladang, seringkali meresahkan warga lain seperti mengendarai kendaraan dengan ugal-ugalan di jalan Sintang Nanga Mau Desa Mangat Baru pada saat pergi dan pulang dari sekolah. Bapak Indi juga mengatakan bahwa beliau seringkali menjumpai anak-anak di warung kopi yang terletak tidak jauh dari kediaman bapak Indi pada saat jam sekolah masih berlangsung yaitu berkisar antara pukul 08.00 – 10.00 WIB. 3
Apabila hal ini terus dibiarkan dapat berdampak pada perilaku dan pendidikan anak, dan meresahkan masyarakat lainnya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka putus sekolah pada anak di Desa Mangat Baru. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. TABEL 2: Data Kependudukan Desa Mangat Baru menurut tingkat pendidikan ( April 2013 ) Dusun Dusun Dusun No Jenjang pendidikan sukajaya mangat medang 1. SD sederajat 112 180 102 (41,02%) (48,25%) (42,67%) 2. SMP sederajat 56 77 (20,64%) 41 (20,51%) (17,15%) 3. SMA sederajat 46 52 (13,94%) 39 (16,48%) (16,31%) 4. Perguruan Tinggi 19 (6,95%) 13 (3,48%) 8 (3,34%) 5. Putus sekolah 44 51(13,67%) 49 (16,11%) (20,50%) Jumlah 273 (100 373 (100%) 239 (100%) %) Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Mangat Baru hanya menempuh pendidikan formal sampai tingkat Sekolah Dasar, selanjutnya angka putus sekolah masih sangat tinggi sehinggah anak yang melanjutkan pendidikan formal kejenjang yang perguruan tinggi semakin sedikit. Menurut Diana Baumrind (John W. Santrock, 2002:257-259), Ada empat model, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh penalantaran. (1) Pola Asuh adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. (2) Pola asuh Otoriter Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. (3) Pola asuh Permisif Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga 4
seringkali disukai oleh anak. (4) Pola asuh Penelantaran Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Sebagian besar kehidupan anak dilalui bersama dengan orangtua, perkembangan diri anak sangat dipengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh orangtua. Baik orangtua yang bekerja maupun orangtua yang tidak bekerja akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan diri anak. Menurut Uyoh Sadulloh (2010:186), “keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan anak- anaknya yang belum menikah, hidup dalam sebuah kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu.” “Petani adalah seseorang yang bergerak dibidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain-lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau pun menjualnya kepada orang lain” . Menurut Wikipedia.2010.Petani.diakses dari http://id.wikipedia.org, Menurut Agus Dariyo (2007:8), “anak ialah mereka yang sedang dalam perkembangan masa prenatal, lahir, bayi, atitama (anak tiga tahun pertama), alitama ( anak lima tahun pertama) dan anak tengah (usia 6-12 tahun).” METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi dikarenakan peneliti ingin mengetahui bagaimana fenomena- fenomena berupa pengalaman- pengalaman dan kejadian sesungguhnya yang berkaitan dengan model dan faktor yang mempengaruhi pola asuh anak yang diterapkan oleh keluarga petani di Desa Mangat Baru saat ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Lexy J. Moleong (2010:15), “fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada focus kepada pengalaman- pengalaman subjektif manusia dan interpretasi- interpretasi manusia.” Menurut Weber (Ambo Upe dan Damsid 2010:53), “tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekuensi- konsekuensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya.” Jadi semua tingkah laku manusia adalah cerminan dari apa yang dipikirkannya. Menurut Ambo Upe dan Damsid, 2010:117: “Penekanan fenomenologi terletak pada aspek subjektif dari perilaku. Dalam hal ini, peneliti diharuskan memasuki dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga peneliti memahami apa dan bagaimana pengertian- pengertian yang dikembangkan oleh para subjek dalam kehidupan sehari- hari.”
5
Karena masalah yang akan diteliti membutuhkan pengamatan ekstra terhadap subjek maka diharapkan peneliti dapat memahami lebih dalam peristiwa- peristiwa atau kejadian dan kaitan- kaitannya dengan perilaku yang ditimbulkan oleh subjek penelitian. Seperti yang yang dikatakan Ambo Upe dan Damsid, 2010: 54. Epistemology fenomenologis menuntut bersatunya subjek penelitian dengan objek penelitian. Peneliti yang mendasarkan dirinya pada filsafat fenomenologi selalu berusaha meminimalkan jarak dengan objek yang diteliti, sehingga terjadi interaksi antara peneliti dengan objek yang ditelisik. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif dikarenakan sesuai dengan masalah yang diteliti oleh peneliti. Menurut Lexy J. Moleong (2010:9), “penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen.” Penggunaan metode kualitatif akan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyatan jamak serta penajaman pengaruh dan makna terhadap masalah yang diteliti. Menurut Lexy. J. Moleong, 2010;6) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Berdasarkan pengertian di atas, penggunaan bentuk penelitian kualitatif serta metode fenomenologi ini dimaksudkan karena peneliti ingin mengungkapkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya atas suatu masalah pada penelitian yang dilakukan dan bagaimana model pola asuh anak pada keluarga petani desa Mangat Baru saat ini serta faktorfaktor yang mempengaruhi pola asuh anak pada keluarga Desa Mangat Baru saat ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilaksanakan pada tiga keluarga petani di Desa Mangat Baru yaitu keluarga Urbanus Ucang, keluarga Gerbinus Daud dan Keluarga Darwin Timorimong. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan selama penelitian diketahui bahwa orang tua sangat mementingkan kebutuhan anak agar bisa terpenuhi. Semua kebutuhan yaitu kebutuhan sandang, pangan dan pendidikan dipenuhi dari hasil pertanian baik padi maupun keret. Orang tua selalu menanamkan nilai keagamaan dan normanorma yang berlaku dimasyarakat dalam diri anak dengan cara disuruh mengikuti kegiatan keagamaan, mengerjakan pekerjaan rumah serta membantu bekerja disawah dan membantu menyadap karet. Hal ini membawa anak pada pribadi yang mandiri. Kegiatan keluarga Pak Urbanus Ucang dalam memenuhi pangan keluarga. Setelah pulang dari ladang, Ibu Bernadeta Imi segera
6
menyiapakan makan malam untuk keluarga dan dibantu oleh kedua anaknya. Makanan disesuaikan dengan selera setiap anggota keluarga dan disesuaikan dengan keadaan ekonomi dan ketersediaan bahan makanan yang ada. Misalnya untuk kebutuhan sayur mayur keluarga Pak Urbanus Ucang bisa mengambil langsung dari hasil kebun di ladang. Pada saat makan malam semua anggota keluarga harus berkumpul untuk makan malam bersama. Sebelum makan keluarga Pak Urbanus Ucang berdoa terlebih dahulu. Makan malam keluarga merupakan suatu hal yang penting bagi keluarga pak Urbanus Ucang, hal ini dilakukan agar keharmonisan keluarga dapat tetap terjaga mengingat seharian oarangtua bekerja di ladang. Pada hari minggu orangtua mengajak anak-anaknya untuk melaksanakan ibadah di gereja. Pergi ibadah di gereja pada hari minggu merupakan kewajiban bagi keluarga Pak Urbanus Ucang karena sesuai dengan ajaran agama yang di anut oleh keluarga Pak Urbanus Ucang. Hasil temuan pada keluarga Gerbinus Daud dalam memenuhu kebutuhan pangan anak yaitu pada kegiatan makan malam. Menjelang waktu makan malam, ibu Veronika sibuk menyiapkan makanan untuk makan makan malam keluarga. Setelah semua selesai dimasak ibu Veronika mempersilakan anggota keluarga untuk makan termasuk peneliti ikut serta dalam kegiatan makan malam ini karena peneliti tinggal bersama keluarga. Pada saat kegiatan makan malam berlangsung, anak pak Gerbinus Daud dan Ibu Veronika Ika yaitu Hendri Saputra tidak ikut makan bersama dengan alasan belum lapar, dan langsung pergi bersama temannya tanpa meminta ijin dahulu kepada orangtuanya. Dalam kegiatan makan malam ini tidak ada doa bersama terlebih dahulu dan hanya berdoa masing-masing sebelum memulai makan. Hasil temuan pada keluarga Darwin Timorimong dalam mengajarkan ajaran agama dan kebutuhan spiritual anak. Pada hari minggu setiap umat kritiani diwajibkan untuk melakukan ibadat bersama di gereja. Dari hasil observasi ketiga yang dilakukan pada keluarga Pak Darwin pada hari minggu tanggal 28 Juli hanya anak pak Darwin yang ke gereja sementara Pak Darwin pergi ke Desa Emparu Baru yaitu desa tetangga Desa Mangat Baru. Sementara Ibu Agata tidak pergi ke gereja. Anak tidak diberikan nasehat untuk pergi ke gereja sehingga anak cenderung berperilaku semaunya. Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa model pola asuh anak yang diterapkan keluarga petani Desa Mangat Baru adalah pola asuh demokrasi ( oritatif ) dan pola asuh permisif. Dalam John W. Santrock, (2002:258) “Pola asuh demokrasi mendorang anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tinkan-tidakan mereka”. Pola asuh demokratis yang diterapkan keluarga petani desa Mangat baru ini menghasilkan karakteristik anak - anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres,
7
mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orangorang lain. Sedangkan pada keluarga yang menerapkan model pola asuh permisif, anak cenderung agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. Pola asuh demokrasi merupakan pola asuh yang menekankan pada pemberian kesempatan terhadap anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar, tetapi penuh dengan pemantauan dan pengawasan. Anak diberi hak untuk mengeluarkan pendapat, usul, saran dan inisiatif, tetapi keputusan ada pada pendidi. Hak anak didengar, diharpai dan diakui karena akan mempunyai kemampuan kelebihan dan sesuatu kekhususan yang mungkin tidak dimiliki oleh pendidik. Anak mempunyai bakat tertentu yang perlu dikembangkan. Pada perkembangan selanjutnya anak akan mempunyai rasa percaya diri dan berkemauan untuk maju sehingga merasa optimis dan bertanggung jawa secara social. Pola Asuh Permisif merupakan pola asuh yang bersifat lunak, anak dibiarkan oleh pendidiknya. Anak diberi kebebasan, sehingga akan tumbuh dan berkembang secara normal. Rambu-rambu yang diberikan oleh pendidik tidak terlalu banyak bahkan sedikit sekali. Anak boleh mempunyai inisiatif, mencoba dan usul sesuatu kepada pendidik. Pendidik banyak bersifat masa bodoh. Sehingga anak dalam berperilaku terdapat kesalahan karena tidak sesuai dengan norma dan nilai pendidikan. Pengawasan dari pendidik sedikit, sehingga anak merasa tidak takut, lalu bertindak atas dasar kemauan sendiri. Pola asuh anak adalah segala bentuk sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak- anaknya. Sikap tersebut meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, memberikan perhatian. Pola asuh sebagai suatu perlakuan orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kesehariannya. Pola permisif adalah pola dimana orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orangtua. Orangtua tidak mau terlibat dan tidak mau pula pusing-pusing memedulikan kehidupan anak. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya. menimbulkan serangkaian dampak. Di antaranya anak mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya control diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri. Pola asuh demokratis dalam pola asuh ini, orang tua memberi kebebasan yang disertai bimbingan kepada anak. Orang tua banyak memberi masukanmasukan dan arahan terhadap apa yang dilakukan oleh anak. Orang tua bersifat obyektif, perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak. Dalam banyak hal orang tua sering berdialog dan berembuk dengan anak tentang
8
berbagai keputusan. Menjawab pertanyaan amak dengan bijak dan terbuka. Orangtua cenderung menganggap sederajat hak dan kewajiban anak dibanding dirinya. Pola asuh ini menempatkan musyawarah sebagai pilar dalam memecahkan berbagai persoalan anak, mendukung dengan penuh kesadaran, dan berkomunikasi dengan baik. Pola otoritatif mendorong anak untuk mandiri, tetapi orang tua harus tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang tua biasanya bersikap hangat, dan penuh belas kasih kepada anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, mendukung tindakan anak yang konstruktif. Anak yang terbiasa dengan pola asuh otoritatif akan membawa dampak menguntungkan. Di antaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai control diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi, baik dengan teman-teman dan orang dewasa. Anak lebih kreatif, komunikasi lancar, tidak rendah diri, dan berjiwa besar. Penerapan pola demokratis berdampak positif terhadap perkembangan anak kelak, karena anak senantiasa dilatih untuk mengambil keputusan dan siap menerima segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dengan demikian potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal, karena anak melakukan segala aktivitas sesuai dengan kehendak dan potensinya. Sementara orangtua memberikan kontrol dan bimbingan manakala anak melakukan hal-hal negatif yang dapat merusak kepribadian anak. Hasil observasi menunjukan alasan orangtua dalam menerapkan pola asuh anak pada keluarga petani Desa Mangat Baru yakni orangtua tidak ingin menggangu anak, kurang pengetahuan dan pengalaman, gengsi dan harga diri, Akibat penderitaan masa kecil, ingin membahagiakan anak. sosial ekonomi keluarga, jumlah anak, pendidikan, kepribadian, dan nilai-nilai agama yang dianut orangtua menjadi alasan orangtua dalam menerapkan pola asuh anak pada keluarga petani Desa Mangat Baru. Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya. Misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, member nasihat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga anak harus menbantu orangtua mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kehilangan masa anak-anak yang ceria. Adapun hasil temuan yang peneliti lakukan pada hasil observasi yang peneliti lakukan pada keluarga petani Desa Mangat Baru saat ini adalah sebagai berikut : 1. Perhatian orangtua
9
Bagi seorang anak perhatian dari orang tua memiliki arti yang sangat penting. Perhatian akan membuat jiwa anak menjadi kaya, dan merasa dirinya dihargai dan dianggap penting. Sebaliknya, anak yang kurang mendapatkan perhatian, merasa bahwa dirinya tidak penting dan perlahan timbul kekecewaan dan putus asa. Sekecil apapun perhatian orang tua terhadap anak, menjadi penting bagi perkembangan anak. Meski hanya dalam bentuk belaian, ungkapan/ucapan sayang, senyuman, memuji sikap baik anak, menghargai hasil karya, mendengarkan kisah, sesekali menemani bermain. Kedekatan secara psikologis terjalin dengan berbagai aktivitas tersebut. Anak merasa nyaman, dan emosinya terkendali. Semua ini merupakan modal yang sangat penting bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Dalam bergaul di tengah masyarakat, di dalam menghadapi berbagai tugas di sekolah dan dalam menyelesaikan seluruh persoalan baik itu membantu pekerjaan orangtua di ladang atau pu di kebun karet. 2. Komunikasi Anak- anak membutuhkan figur dalam masa pertumbuhan mereka. Maka dari itu, orangtua haruslah bertindak sebagai cermin bagi anak-anak.Dan komunikasi yang baik akan menjadi perantara serta menjembatani kepentingan dan kemauan diantara keduanya. Komunikasi adalah cara untuk membangun ikatan yang kuat dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk anak- anak kita. Dengan adanya komunikasi, kita juga bisa belajar memahami apa yang mereka perlukan dan atau inginkan. Komunikasi bisa disampaikan secara verbal dan non-verbal. Komunikasi non-verbal bisa mencakup semua jenis ekspresi emosional, tindakan, bahasa tubuh, dan kata-kata yang berarti.Dengan membentuk komunikasi yang baik, diharapkan mereka juga akhirnya dapat mengungkapkan pikiran dengan cara yang lebih baik. Pada keluarga petani Desa Mangat Baru keluarga yang menerapkan model pola asuh demokratis cenderung adanya timbal balik komunikasi antara orangtua dan anak, hal ini dapat terlihat dari sering kali orangtua melakukan diskusi dan membicarakan baik itu tentang pengalaman dan kesulitan yang anak hadapi di sekolah, berupa kesulitan belajar bahkan pergaulan anak dengan teman-teman. Pada keluarga yang menerapkan model pola asuh permisif, komunikasi orangtua dan anak sedikit. Orangtua jarang mengajak anak mengobrol bersama, Orangtua seringkali memarahi anak di depan orang lain ketika anak melakukan kesalahan, sehingga tidak timbul komunikasi yang buruk antara anak dan oangrtua. 4. Kontrol Pada keluarga yang menerapkan pola asuh demokratis orangtua memberikan kontrol dan batasan yang jelas kepada anak seperti menetapkan jam belajar anak di rumah, memberikan batasan waktu untuk anak bermain, dan selalu memperhatikan keinginan anak. Sedangkan pada keluarga yang menerapkan pola asuh permisif, orangtua cenderung memberikan kelonggaran kepada anak. tidak ada batasan-batasan yang diterapkan orangtua pada anak.
10
Bentuk pola asuh diatas dapat kita lihat pada tabel dibawah ini. TABEL 3 bentuk pola asuh Aspek-aspek pola asuh Perhatian Komunikasi Kontrol
Permisif
Demokratis
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Sedang-Tinggi Sedang-Tinggi
Dari tabel di atas terlihat bahwa keluarga yang menerapkan pola asuh demoratis dan permisif pada aspek perhatian orangtua mampu memenuhi kebutuhan anak akan perhatian, kehangatan, dan rasa aman. Pada aspek Komunikasi, orangtua yang menerapkan model pola asuh demokratis mampu mendengarkan dan menjalin komunikasi dua arah dengan anak sedangkan pada keluarga yang menerapkan model pola asuh permisif orangtua sulit membangun komunikasi yang baik dengan anak. pada aspek control orangtua yang menerapkan model pola asuh demokratis mampu memberikan aturan yang jelas untuk diikuti dan adanya sistem pemberian konsekuensi yang konsisten. Sedangkan hal ini tidak terlihat pada keluarga yang menerapkan pola asuh permisif, karena orangtua sedikit sekali memberikan kontrol pada tindakan dan perilaku anak. Diketahui dalam pembahasan sebelumnya, ada beberapa alasan yang mempengaruhi model pola asuh anak pada keluarga petani desa mangat baru saat ini yaitu : 1. Alasan orangtua menerapkan pola asuh demokrasi Secara umum, pola asuh demokrasi dipandang paling memadai untuk diterapkan terhadap para remaja dan anggota keluarga lainnya, aspirasi setiap individu terakomodasi dengan baik sehingga setiap individu dihormati sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya. Jadi, sistem pola asuh demokrasi adalah pola asuh yang menghargai dan menghormati perbedaan sehingga setiap orang dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Alasan orangtua menerapkan model pola asuh permisif Alasan yang sering kali menjadi latar belakang mendorong orang tua keluarga petani Desa Mangat Baru menerapkan pola asuh ini adalah sebagai berikut : (1) Tidak ingin menggangu anak (2) Kurang pengetahuan dan pengalaman (3) Akibat penderitaan masa kecil (4) Ingin membahagiakan anak remaja. selain hal yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, penulis juga menemukan beberapa alasan orangtua keluarga petani Desa Mangat Baru menerapkan model pola asuh demokratis dan permisif, yaitu : ( a)Sosial ekonomi : Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil observasi, anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan 11
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. Dalam membimbing dan mendidik anak kedua orang tua membagi tugas, yaitu aspek apa saja yang dilakukan oleh ayah dan ibu. Biasanya sayah akan mengurusi urusan keperluan pendidikan anak, yaitu rapat sekolah, pendaftaran sekolah dan lain- lain. Sedangkan ibu akan mengurusi kebutuhan emosi anak dimana ketika anak punya masalah kepada ibu lah dia akan berbicara. Semua bimbingan dalam pembentukan kepribadian dilakukan setiap saat. Anak- anak akan selalu di ingatkan tentang baik buruknya suatu perbuatan serta apa yang boleh dilakukan maupun tidak. Anak akan diberi kebebasan untuk menemukan nilai- nilai mereka sendiri tetapi tetap selalu dikontrol oleh orang tua. (b)Jumlah anak : Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Dari hasil observasi peneliti, orangtua berusaha memperlakukan setiap anak secara adil sesuai dengan kebutuhan masingmasing anak. ( a ) Kepribadian : Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak . Dari hasil observasi, kepribadian orangtua menjadi awal terbentuknya kepribadian anak, anak cenderung meniru tingkah laku orangtuanya. ( b) Pendidikan : Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dari hasil obeservasi, latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. Latar belakang pendidikan orangtua dapat mempengaruhi pola pikir orangtua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada harapan orangtua kepada anak. Orangtua berusaha agar anak dapat menenpuh pendidikan mungkin. Dapat kita lihat pada keluarga petani Desa Mangat Baru orangtua memenuhi pendidikan formal anak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga dengan memilih sekolah negeri dan dekat dengan rumah agar anak tetap bisa membantu orangtua sepulang dari sekolah. Bimbingan norma dan nilai pada anak dilakukan secara perlahan- lahan. Kedua orang tua berusaha memberi pengertian dan penjelasan pada anak tentang baik dan buruknya suatu perbuatan. Waktu yang paling tepat untuk mengajarkannya adalah ketika anak berbuat salah. Pada saat itu orang tua akan langsung menegur dan mengajarkan yang seharusnya. ( c ) Nilai-nilai agama yang dianut orangtua : Nilainilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan
12
orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan. Dari hasil observasi, anak yang sering diajak orangtua beribadat dan berdoa baik dirumah maupun ke tempat ibadat cenderung berperilaku lebih terkontrol dari pada anak yang jarang diajak berdoa dan beribadat oleh orangtua. Orangtua yang menerapkan model pola asuh permisif tidak banyak mengatur dan menuntut anak, menberi banyak ruang pada anak untuk mengatur diri secara mandiri, dan cenderung menghindari konflik dengan anak. Orangtua yang menerapkan model pola asuh permisif tidak mengikuti standar peraturan tertentu, namun menyesuaikan dengan keinginan anak. Bila anak-anak melanggar peraturan, orangtua akan mencoba memberikan pengertian dan berdiskusi dengan anak, namun sebisa mungkin tidak akan menggunakan hukuman. Orangtua yang menerapkan model pola asuh permisif menempatkan diri mereka sebagai teman bagi anak, bukan sebagai sosok yang harus dicontoh dan dijadikan teladan. Anak-anak yang tumbuh dalam pola asuh permisif cenderung lebih kreatif dan mandiri, namun beberapa penelitian juga menemukan bahwa mereka sulit mengemban tanggung jawab. Dalam pola asuh demokratis, orangtua menuntut namun juga bersikap responsif terhadap kebutuhan anak. Seperti orangtua yang otoriter, orangtua yang demokratis juga mempunyai seperangkat aturan dan standar perilaku yang harus diikuti oleh anak-anak mereka. Akan tetapi, mereka juga bersikap responsif terhadap keinginan dan kebutuhan anak, dan memberi kesempatan kepada anak-anak untuk bertanya dan berdiskusi mengenai peraturan-peraturan tersebut. Meskipun demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan orangtua. Ketika anak melanggar peraturan atau melakukan kesalahan, orangtua akan berusaha menerapkan disiplin dengan menggunakan metode-metode yang lebih bertujuan mendidik daripada sekedar menghukum. Orangtua yang menerapkan model pola asuh demokratis menempatkan diri mereka sebagai orangtua dan juga sebagai teman bagi anak. Menurut Baumrind, pola asuh ini adalah yang paling ideal. Anak-anak yang tumbuh dalam pola asuh demokratis cenderung menunjukkan prestasi yang lebih tinggi di sekolah, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mampu bertanggungjawab, dan mudah beradaptasi. Hasil observasi menunjukan pada keluarga yang menerapkan pola asuh permisif, Pola asuh bentuk permisif adalah gaya pengasuhan dimana orang tua tidak mengendalikan, tidak menuntut, dan hangat kepada anaknya. Mereka tidak terorganisasi dengan baik atau tidak efektif dalam menjalankan rumah tangga, lemah dalam mendisiplinkan dan mengajar anak. Pola asuh permisif idak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbingan jarang diberikan, sehingga tidak mengendalikan, mengontrol atau menuntut pada anak. Kebebasan di berikan secara penuh
13
dan anak di izinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berkelakukan menurut apa yang di inginkannya tanpa adanya kontrol dari orang tua. Anak harus belajar sendiri bagaimana harus berperilaku dalam lingkunga sosial, karena kurang diajarkan atau diarahkan pada peraturanperaturan, baik yang berlaku di lingkungan keluarga atau masyarakat. Anak tidak di hukum walaupun sengaja melanggar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi remaja yang berperilaku sosial denagan baik. Jadi remaja di biarkan berbuat sesuka hati dengan sedikit kekangan, memanjakan dan memenuhi kebutuhan remaja agar mereka senang. pola asuh yang paling konsisten dalam memberikan efek positif adalah pola asuh yang demokratis dimana orang tua memberikan pengontrolan yang ketat dan juga disertai dengan kehangatan dalam berinteraksi. Bentuk pola asuh demokratis ini orang tua lebih menjadikan dirinya panutan atau model bagi anak, orang tua hangat dan berupaya membimbing anak, orang tua melibatkan anak dalam membuat keputusan, orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir dalam keluarga, orang tua menghargai didisiplin anak. Komunikasi yang terjadi dalam pola asuh ini lebih bersifat timbal balik. Dan karena orang tua berupaya memberdayakan remaja maka kontrol secara berangsur-angsur berpindah ke tangan anak. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Model pola asuh yang cenderung diterapkan keluarga petani Desa Mangat Baru adalah pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. (2) Alasan keluarga petani menerapkan pola asuh permisif yaitu orangtua tidak ingin mengganggu anak, kurang pengetahuan dan pengalaman, akibat penderitaan masih kecil, sehingga orangtua tidak ingin anak mengalami seperti masa kecil orangtuanya dan memberikan kebebasan tanpa kontrol dengan tujuan membahagiakan anak. sedangkan alasan keluarga petani Desa Mangat Baru menerapkan model pola asuh demokratis agar yaitu orangtua dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, kepribadian orangtua, serta nilai-nilai yang dianut oleh orangtua. (3) Pada pola asuh permisif, orangtua terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap anak. Pola asuh permisif tidak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbingan jarang diberikan, anak diijinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berkelakuan menurut apa yang diinginkan tanpa adanya kontrol dari orang tua. Sedangkan pada pola asuh demokratis orangtua mendorang anak mandiri serta menetapkan batas-batas atas tindakan-tindakan anak. Pola asuh demokratis memberlakukan peraturanperaturan yang dibuat bersama oleh anggota keluarga yang bersangkutan.
14
Orangtua mengarahkan agar anak tidak hanya taat peraturan, tetapi mengerti dengan baik mengapa ada hal yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti berikan agar orangtua dapat menerapkan pola asuh yang tepat adalah sebagai berikut adalah sebagai berikut : (1) Orangtua perlu memberikan batasan-batasan atas tindakan-tindakan anak agar perilaku anak tetap terkontrol dengan selalu menanamkan nilai-nilai agam serta menanamkan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. (2) Sebaiknya orangtua tidak memanjakan anak, agar anak terbiasa mandiri, menghargai pendapat orang lain, tidak bersikap mau menang sendiri, dapat bersikap kritis sarta dapat mengembangkan potensi diri. (3) Orangtua perlu menanamkan kepada anak bahwa menjadi petani merupakan pekerjaan yang baik, supaya anak akan terus belajar mengembangkan potensi diri untuk menjadi petani yang sukses dikemudian hari. DAFTAR RUJUKAN Agus Dariyo. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi Atita). Bandung: PT. Refika Aditama Ambo Upe dan Damsid. (2010). Asas- Asas Multiple Researches. Yogyakarta: Tiara Wacana Moleong. Lexy. J. (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Santrock John W. (2007), Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid dua, (Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti); Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Santrock John W. (2007), Perkembangan Anak, edisi kelima, jilid satu, (Juda Damanik dan Achmad Chusairi); Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Uyoh Sadulloh. (2010), Pedagogik ( Ilmu Mendidik ), Bandung: Alfabeta
15