POINTERS PERTEMUAN KEPALA KR 5 SUMATERA DENGAN WARTAWAN 5 FEBRUARI 2015 1.
2.
3.
Tahun 2015 OJK akan mengarahkan industri jasa keuangan melakukan 3 hal yaitu mengoptimalkan peran sektor jasa keuangan dalam meningkatkan kegiatan perekonomian, meningkatkan daya tahan sektor jasa keuangan dan meningkatkan akses keuangan dan kemandirian finansial masyarakat. Untuk meningkatkan perekonomian nasional, OJK mengharapkan Lembaga Jasa Keuangan menyediakan infrastruktur dasar dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan di berbagai daerah, melalui dorongan pendanaan besar dan berjangka panjang dari pasar modal, peningkatan kualitas profesi serta perluasan jenis produk investasi. Sampai dengan saat ini, Kantor Regional 5 Sumatera belum mengawasi secara langsung lembaga jasa keuangan selain Perbankan. Pengawasan lembaga jasa keuangan selain perbankan masih tersentralisasi di Kantor Pusat OJK. Namun demikian, pada
perkembangannya nanti tentu akan ada penyesuaian tugas dan wewenang OJK di daerah. 4. Untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat mengenai pengelolaan keuangan secara berhati-hati dan bijaksana, selama tahun 2014, KR5 telah melakukan 16 kali kegiatan (event) edukasi yang diselenggarakan di lingkungan akademis (UNIMED, IAIN, HKBP Nommensen, UMSU, Univ. Prima Indonesia, STMIK Mikroskill). Bahkan terdapat pula kegiatan edukasi yg langsung dilakukan oleh Anggota Dewan Komisioner OJK (Bp. Nelson Tampubolon) di SMA Bintang Timu – Balige, dan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan (Ibu Endang K) di SMAN 4 Medan. Hal ini menunjukan bahwa program edukasi yg kami jalankan merupakan program serius yang melibatkan seluruh level manajemen OJK tanpa terkecuali. Tidak hanya di lingkugan akademik, kami juga menekankan literasi dan edukasi kepada: Aparat pemeritahan (a.l Pemkab Asahan, Sergei, Gunung Sitoli); Pejabat IKNB dan pengurus BPR/S; Wartawan media cetak maupun elektronik; Para pedagang kaki lima yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Kaki Lima Kota Medan; serta yang sama pentingnya yaitu kepaada ibu-ibu rumah tangga (a.l Kelompok Pengajian Ibu-Ibu Ikatan Keluarga Bayur). Kegiatan edukasi dan perlindungan konsumen mulai tahun 2015 akan dilaksanakan lebih intensif lagi terutama melalui kegiatan sosialisasi termasuk dalam penanganan pengaduan nasabah. Selain melakukan edukasi langsung, kami juga mengedepankan edukasi mobile menggunakan 2 unit kendaraan edukasi “Si Molek” di Medan dan 1 unit di Pekanbaru, baik secara mandiri, maupun dengan menggandeng para pelaku usaha sektor jasa keuangan di Kota Medan 1
5.
6.
Dalam penyelesaian pengaduan konsumen, kami di regional 5 telah menerima 227 pengaduan terkait perbankan. 132 diantaranya telah terselesaikan dengan baik, dan 95 diantaranya masih dalam proses penyelesaian a.l karena masih terdapat dokumen pengaduan yg msh perlu dilengkapi. Ada 121 pengaduan selain perbankan. 112 diantaranya telah terselesaikan melalui satuan kerja terkait di Kantor Pusat OJK. Sementara itu, 9 diantaranya msh dlm proses pemenuhan kelengkapan persyaratan Selanjutnya OJK di daerah memiliki tugas baru terkait dengan pembinaan dan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sebagaimana amanat UU No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro yang efektif mulai tahun 2015, OJK akan memfokuskan pembinaan dan pengawasan LKM pada upaya pendataan dan perizinan/kelembagaan. Oleh karena itu, kami akan meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah daerah, mengingat pembinaan dan pengawasan terhadap LKM akan didelegasikan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota serta cakupan
7.
wilayah usaha LKM yang sangat luas hingga ke pelosok daerah. Kondisi keuangan sektor perbankan di Sumut per Desember 2014: - Secara YoY, total aset perbankan tumbuh 8,89% atau sebesar Rp19,12 T. Meskipun pertumbuhan ini tercatat lebih rendah dibanding tahun 2013 (YoY: 15,79%), namun pertumbuhan (positif) ini tetap perlu diapresiasi di tengah tingginya tekanan kondisi ekonomi nasional/daerah hingga akhir tahun 2014. Dari total aset ini , perbankan konvensional mencatatkan pertumbuhan YoY: 9,2% (Rp18,9T) dan syariah mencatatkan pertumbuhan YoY: 2,32% (Rp0,22T). - Tekanan ekonomi juga mempengaruhi penyaluran kredit/pembiayaan. Pertumbuhannya relatif lebih rendah YoY di tahun 2015 (6,97%) dibanding YoY 2013 (18,56%). Perbankan konvensional hanya mampu mencatat pertumbuhan sebesar 7,25% (Rp10,77 T), dan syariah sebesar 1,34% (Rp0,1 T). - Kondisi yang berbanding terbalik datang dari sisi penghimpunan dana yang secara YoY tumbuh sebesar 15,11% (Rp23,55 T). Pertumbuhan ini lebih besar dari YoY
-
-
2013 yang hanya tercatat sebesar 11,45%. Baik perbankan konvensional, maupun syariah menunjukan pertumbuhan yang lebih baik. Konvensional tumbuh sebesar 14,95% (Rp22,4 T), dan Syariah sebesar 18,95% (Rp1,15 T). Dorongan agar perbankan dapat menerapkan strategi efisiensi, membantu perbankan dapat meningkatkan kinerja rentabilitasnya sehingga dapat tumbuh positif (YoY: 13,73%) dan lebih baik dari YoY tahun sebelumnya yg tercatat negatif 12,92%. Laba perbankan konvensional mampu tumbuh YoY (7,33% atau sebesar Rp0,31 T), sedangkan perbankan syariah tumbuh YoY sebesar 88,89% atau sebesar Rp0,32 T. Penyaluran kredit ke sektor UMKM juga menunjukan kondisi yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Secara YoY, pertumbuhannya mencapai 15,29% atau
2
-
-
-
-
-
-
sebesar Rp6,07 T. Dorongan pembiayaan di sektor usaha mikro dan kecil mampu terealisasi maksimal dengan pertumbuhan YoY sebesar 14,7% atau sebesar Rp3,18T. Dari sisi intermediasi, rata-rata rasio LDR di Des’14 tercatat 93% atau sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 100,08%. Peran paling baik ditunjukan oleh perbankan syariah yang mencatkan rasio LDR sebesar 104,99%, sedangkan perbankan konvensional hanya sebesar 92,5%. Mitigasi kredit/pembiayaan bermasalah secara rata-rata masih relatif baik untuk perbakan konvensional (2,17%). Namun untuk perbankan syariah, perlu usaha lebih extra dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah maupun monitoring pembiayaannya. NPF bank syariah mencapai 9,27%. Penyaluran kredit di 8 sektor ekonomi masih didominasi pada sektor perdagangan/restoran/hotel (Rp41,26 T). Sedangkan sektor konstruksi yang di tahun 2015 menjadi fokus sasaran pemerintah, realisasinya baru sebesar Rp5,33 T (YoY tumbuh sebesar 7,24%). Untuk itu, hal ini telah menjadi fokus strategi OJK kepada sektor perbankan. Penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan secara YoY 2014 relatif berimbang antara kredit investasi (tumbuh 8,92%) dan kredit konsumsi (6,45%). Dalam rangka pembiayaan foreign investement trade, secara YoY pembiayaan ekspor masih mampu tumbuh sebesar 16,91%, dan impor mampu tumbuh sebesar 15,71%. Tekanan terhadap kondisi ekonomi berdampak pada kondisi pembiayaan perbankan di sektor ekspor/impor sehingga relatif lebih rendah dari tahun sebelumnya (YoY Ekspor: 48,47%, dan impor: 60,16%). Komposisi DPK masih didominasi oleh Deposito (Rp.82,51 T). Sedangkan tabungan dan giro masing-masing sebesar Rp69,16 T, dan Rp27,76 T. Secara YoY, pertumbuhan paling tinggi masih didominasi oleh deposito sebesar 24,54%. Sedangkan Tabungan dan Giro hanya mampu tumbuh 4,92%, dan 17.08%. Rata-rata suku bunga kredit tercatat sebesar 11,84%, suku bunga Tabungan sebesar 1,98%, suku bunga Deposito sebesar 7,68%, dan persentase jasa giro sebesar 1,97%.
8.
3
4
5