[Podcast] Tim KKN BBM ke-54 Tetapkan Golden Goals Capaian Kerja RADIO UNAIR – Sebanyak 3052 peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Belajar Bersama Masyarakat (BBM) yang ke 54 Universitas Airlangga, telah di lepas pada tanggal 22 Mei 2016 oleh wakil rektor 1 dan disaksikan oleh beberapa perwakilan dari daerah yang menjadi titik penerjunan. Dalam program Saga (Seputar Airlangga) radiounair.com menghadirkan perwakilan dari peserta KKN BBM ke 54 Universitas Airlangga yang diterjunkan di Desa Pomahan, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Kelompok ini terdiri dari 10 orang anggota yang merupakan mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan UNAIR. Dalam kesempatan ini, Manaf yang merupakan ketua KKN di Pomahan dan Anggi yang merupakan anggota kelompok tersebut memberikan paparan mengenai program unggulan yang akan dilakukan. Ada beberapa kasus yang mereka temui ketika melakukan peninjauan di lapangan. Kasus yang mereka temui yaitu permasalahan kesehatan, pendidikan, dan perekonomian. Berangkat dari hal tersebut, mereka meramu dan mengonsep “Golden Goals” sebagai pencapaian tim yang akan berfokus pada ketiga permasalahan tersebut. Untuk mengatasi masalah kesehatan, mereka akan melakukan penyuluhan dan pengarahan seputar sanitasi kepada masyarakat desa agar perduli dan faham tentang pentingnya membuat sanitasi yang benar demi menjaga kesehatan masyarakat. Selanjutnya di bidang pendidikan akan ada kelas pemimpi, kelas ini selain membantu belajar anak-anak yang bersekolahjuga menjadi kelas motifasi guna menumbuhkan semangat belajar dan mengurangi jumlah siswa putus sekolah,
dalam kelas ini diterangkan tentang bebagai jenis beasiswa yang akan mereka dapatkan saat mereka melanjutkan kejenjang berikutnya, selain itu akan ada 2 mahasiswa asing yang secara sukarela ikut membantu mereka menjadi pengajaran bahasa asing serta sebagai narasumber dalam “cross culture”. Mau tahu talk show lebih lanjut? Ikuti podcast radiounair.com (*) Penulis: Yudira Pasada Lubis Editor: Nuri Hermawan
FKG UNAIR Berikan Banyak Kontribusi terhadap Kesehatan Gigi di Indonesia UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga kembali meluluskan para dokter gigi dan dokter gigi spesialis baru ke tengah-tengah masyarakat. Dekan FKG Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes, didampingi Wakil Dekan I, II, dan III menyerahkan ijazah kepada setiap dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang baru dilantik. Pelantikan IPTEK-DOK, Pelantikan Mulut Prof.
dan pengambilan sumpah dilaksanakan di Graha BIK Fakultas Kedokteran UNAIR, pada Selasa (26/7). juga dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit Gigi dan Coen, dekanat, serta kerabat.
Dokter gigi yang dilantik berjumlah 47 orang, sedangkan dokter gigi spesialis berjumlah 10 orang. Dokter gigi spesialis yang baru dilantik terdiri dari 5 orang berasal dari Departemen Penyakit Mulut, dan 5 orang lainnya dari Departemen
Orthodonsia. Dalam sambutannya, Darmawan menyampaikan bahwa FKG UNAIR banyak berkontribusi meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Terhitung sejak tahun 1948, FKG telah meluluskan 5.143 dokter gigi. “Pendidikan dokter gigi dimulai pada tahun 1928, namun data lulusan dapat ditelusuri sejak 1948. FKG melahirkan 5.143 dokter gigi. Artinya, kita berkontribusi sebesar 18,76% dari sekitar 23 ribu dokter gigi tingkat nasional,” tutur Darmawan yang disambut tepuk tangan dari hadirin. Ia menambahkan, diantara 47 orang, terdapat 8 lulusan yang berhasil menyelesaikan profesi dokter gigi selama 3 semester. Terkait
dengan
dokter
gigi
spesialis,
FKG
UNAIR
telah
meluluskan 799 dokter gigi spesialis sejak tahun 1990. Tahun 1990 merupakan awal pendidikan dokter gigi spesialis di UNAIR. Apabila dihitung dalam persentase, FKG UNAIR mampu menyediakan 27,5% tenaga dokter gigi spesialis dari 2.905 dokter gigi spesialis di Indonesia.
Salah satu prosesi pengambilan sumpah pada dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang baru dilantik. (Foto: UNAIR NEWS) Menurut Darmawan, rasio dokter gigi dan dokter gigi spesialis terhadap penduduk di Indonesia masih berada pada angka 1:9000. Jumlah ini masih kecil bila dibandingkan Singapura dan Brunei Darussalam yang berada pada angka 1:2000. “Apakah jumlah itu cukup atau tidak bergantung pada kiprah masing-masing dokter gigi. Saya berpesan, jagalah nama baik almamater, berpeganglah selalu pada science adjustment, etika kedokteran, dan estetika,” tutur tambahnya. Direktur RSGM UNAIR Prof. Coen dalam sambutannya menambahkan, para lulusan baru agar senantiasa memerhatikan higienitas dan sanitasi peralatan medis. Hal itu perlu dilakukan agar pasien tak tertular penyakit menular. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Airlangga Summer Program, Ajak Mahasiswa LN Pelajari Jamu dan Gamelan UNAIR NEWS – Universitas Airlangga punya beragam cara untuk menarik minat mahasiswa luar negeri. Salah satunya adalah melalui kegiatan yang ditawarkan International Office and Partnership (IOP) yaitu Airlangga Summer Program (ASP) tahun 2016. Kali ini, IOP mengangkat tema ‘Indonesian Traditional Medicine and Cultures’. Dalam kegiatan ASP 2016, IOP mengajak 21 mahasiswa asing dari berbagai universitas terkemuka di
dunia untuk mempelajari budaya tradisional Jawa mulai tanggal 25 Juli sampai 5 Agustus 2016. “Sebuah kebanggaan bagi UNAIR bisa menjadi tuan rumah bagi mahasiswa dari Asia, Eropa, bahkan Amerika. Kalian bisa mengenal beragam budaya di Indonesia selama 10 hari. Saya berharap kalian dapat menikmati seluruh proses kegiatan ASP ini,” sambut Direktur Pendidikan Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih pada pembukaan ASP 2016 di Aula Kahuripan, Senin (25/7). Pada kegiatan ASP 2016 kali ini, peserta dikenalkan dengan obat-obatan tradisional (jamu) dan musik tradisional Indonesia. Pada materi obat-obatan, peserta diberi pemaparan mengenai praktik pengobatan tradisional. Sedangkan, pada materi musik tradisional, peserta diajak untuk memainkan alatalat musik gamelan. Pada Selasa, (26/7), peserta ASP 2016 disuguhi oleh penampilan Badan Semi Otonomi FIB UNAIR, Pakar Sajen, yang menampilkan musik gamelan di Aula Siti Parwati. Setelah menyaksikan penampilan dari Pakar Sajen, para peserta terlihat tertarik dengan mencoba memainkan instrumen khas Jawa tersebut. Tawarkan kredit Dewi Sartika, M.Ed, selaku Manajer Kelas Internasional IOP UNAIR menjelaskan, pelaksanaan ASP 2016 ini berbeda dengan tahun 2015. Kali ini, mahasiswa peserta ASP akan mendapatkan transfer kredit sebelas mata kuliah yang diikuti selama program berlangsung. “Yang berbeda adalah tahun ini kita menawarkan kredit mata kuliah, ada tiga belas kali perkuliahan. Jadi mahasiswa nanti akan mendapatkan nilai, dan nilanya itu nanti bisa ditransfer,” ujar Dewi. Ke depan, Dewi berharap, seluruh fakultas di UNAIR dapat memberikan penawaran program pada kegiatan ASP, sehingga para
peserta ASP bisa mengetahui keunggulan UNAIR dari berbagai bidang. “Kita coba tahun depan menawarkan lebih banyak lagi tema untuk ASP, salah satunya adalah safari program. Ini adalah kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Perikanan dan Kelautan. FKH itu akan memberikan perkuliahan tentang exotic animal and wild life medicine, dan FPK akan memberikan perkuliahan tentang marine biology,” ujar Dewi. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
PIH Ingin Tingkatkan Kerjasama dengan Semua Pihak UNAIR NEWS – Memasuki semester kedua tahun 2016, Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Drs. Suko Widodo, M.Si, mengadakan rapat evaluasi kinerja bersama seluruh kru dari berbagai divisi. Rapat evaluasi ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas kinerja untuk mendukung pencapaian target universitas dan penyebarluasan informasi kampus secara resmi kepada publik. Rapat dilaksanakan di ruang kerja PIH Amerta 204, Senin (25/7). Dalam rapat itu, Suko menjelaskan bahwa PIH ingin meningkatkan dan mempererat hubungan internal dengan seluruh sivitas akademika. Karena sivitas akademika adalah mitra utama informasi sekaligus pelaksana berbagai kegiatan, prestasi, maupun penelitian. “PIH itu membutuhkan berbagai kerjasama di lingkungan UNAIR sebagai partner untuk memproduksi informasi. PIH ini akan
bertugas menyebarluaskan informasi. Kami berharap kerjasama dari berbagai fakultas itu untuk memasok informasi, karena tugas kami adalah menyebarluaskan informasi,” tutur Suko. Sejak awal tahun 2016, PIH telah melakukan berbagai perubahan mendasar di bidang produksi dan penyebarluasan informasi. Di bidang produksi berita, PIH didukung oleh Direktorat Sistem Informasi telah memiliki laman portal resmi yang memberitakan kegiatan, prestasi, maupun penelitian sivitas akademika secara up to date yakni news.unair.ac.id. “UNAIR News (news.unair.ac.id) merupakan satu-satunya portal universitas yang paling aktif di Indonesia,” tutur Suko. Di bidang media monitoring, kini berita positif tentang UNAIR lebih banyak dimuat oleh media massa. “Menurut hasil evaluasi, hasilnya luar biasa. Kalau dulu berita UNAIR dimuat media massa mungkin dalam satu bulan maksimal lima berita. Sekarang, tiada hari tanpa berita UNAIR,” imbuhnya. Suko menambahkan, kedepan PIH dan pemangku kepentingan harus lebih memanfaatkan perkembangan teknologi digital. “Pemanfaatkan teknologi digital adalah pilihan utama dalam mendistribusikan informasi,” terang pengajar pada Departemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNAIR itu. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
KEIN
Ajak
UNAIR
Diskusi
Roadmap 2045
Industri
Nasional
UNAIR NEWS – Komite Ekonomi dan Industri Nasional Indonesia (KEIN) tengah merancang roadmap industri nasional 2016 – 2045 sebagaimana instruksi Presiden RI Joko Widodo. Dalam perancangan roadmap tersebut, akademisi Universitas Airlangga menjadi bagian dari delapan perguruan tinggi di Indonesia yang turut menyumbangkan pikiran. Pada Selasa (26/7) bertempat di Aula Kahuripan 301, pimpinan dan anggota KEIN bertandang ke UNAIR untuk mendiskusikan hal tersebut. Arif Budimanta selaku Wakil Ketua KEIN mengatakan, UNAIR merupakan perguruan tinggi ke lima yang telah diajak oleh KEIN dalam rangka menyusun roadmap industri nasional 2016 – 2045. Selain UNAIR, ada pula Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Cenderawasih. “UNAIR adalah salah satu center of excellence yang terkemuka di Indonesia, dan memiliki kekhasan di bidang tropical medicine, dan tropikal farmaka. Ini merupakan salah satu diferensiasi yang dimiliki oleh UNAIR. Bidang medicine dan obat-obatan sangat diperlukan di Indonesia, khususnya yang berbasis pada tropika,” ujar Arif. Pada kesempatan ini, para akademisi dari berbagai fakultas dan lembaga di UNAIR memaparkan potensi masing-masing unit. Mereka memberikan saran dan usulan mengenai roadmap industri nasional 2016 – 2045. Nantinya, roadmap ini dijadikan sebagai karya yang yang dihasilkan oleh KEIN, pemikiran para akademia di perguruan tinggi, maupun para praktisi yang berkecimpung di sektor industri dan dunia usaha. Dengan diadakan pertemuan ini, Arif berharap kerjasama tidak
hanya berhenti pada pertemuan kali ini. “Bukan hanya dalam penyusunan roadmap, tapi kita akan berlanjut terus nanti dalam kajian maupun men-develop fellowship- fellowship dibidang industri,” ungkapnya. Arif juga mengatakan, usai pertemuan ini akan diadakan pertemuan lebih lanjut dengan akademia KEIN. “Lebih lanjut tentu saja Rektor UNAIR akan menentukan siapa saja yang akan dilibatkan dalam proses penyusunan roadmap ini,” pungkasnya. Ekonomi desa Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pangan KEIN Benny Pasaribu mengatakan, meskipun membahas perekonomian nasional, roadmap industri tetap berpihak pada ekonomi desa. “Mengacu pada Nawacita, kita mesti tetap berpihak pada ekonomi desa. Kita juga mesti berfokus pada pilihan industri apa yang akan kita geluti,” tegasnya. Menurutnya, Indonesia harus menentukan terlebih dahulu jenis industri yang akan dijadikan fokus agar strategi kebijakan bisa segera diimplementasikan. Sejalan dengan Benny, Prof. Djoko Mursinto Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR mengatakan, jika Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka ekonomi desa akan lebih berdaya. “Undang-undang kita itu sudah benar, tapi implementasinya nol,” tegasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Pertama di UNAIR, Ujian Tesis Magister dengan Film UNAIR NEWS – Ada yang berbeda dari ujian tesis pada jenjang magister Program Studi Media dan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, pada Rabu (20/7) lalu. Untuk pertama kalinya, karya tesis berupa film diujikan dalam sidang magister. Adalah Intan Tetty Parsaulian Siringoringo, pembuat tesis film pendek berjudul ‘Dekonstruksi Sanksi Disiplin karena Perceraian dalam Sebuah Tata Tertib Institusi Sinode Gereja pada Produksi Film Semi Dokumenter’ yang diujikan di hadapan empat dosen penguji. Tesis ini dikerjakan di bawah bimbingan pengajar Departemen Komunikasi Prof. Dra. Rachmah Ida, M.Comm, Ph.D. Di penghujung sidang, tesis film pendeknya mendapat nilai A dari para penguji. Mengapa Intan memilih membuat film? Menurut lulusan Desain Komunikasi Visual, Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT), Australia, dirinya ingin membuat film semi dokumenter tentang perjalanan pelayanan hidup kakak kandungnya semasa hidup. Menanggapi ide dari Intan, dosen pemimbing tesisnya Prof. Rachmah Ida memintanya untuk membuat eksegesis sebagaimana tesis pada umumnya. “Film ini memiliki tujuan penting dan sebagai persembahan untuk kakak saya, Hisar, yang meninggal dunia dua tahun lalu,” tutur Intan. Film berjudul ‘Pisau Putih’ itu terinspirasi dari kisah nyata yang dialami oleh kakaknya sendiri. Kakak Intan merupakan pendeta yang diancam pemecatan oleh sebuah sinode gereja akibat masalah rumah tangga. “Ada satu poin dalam tata tertib pendeta yang dikeluarkan oleh sebuah sinode gereja, bahwa pendeta yang rumah tangganya
bermasalah seperti melakukan perceraian dengan istri atau suami, akan langsung mendapatkan sanksi disiplin berupa permberhentian secara tetap (pemecatan) tanpa melihat kasus per kasus,” tutur Intan. Poin itulah yang ingin didekonstruksi oleh Intan. Ia menggunakan teori dekonstruksi Jacques Derrida dan metode penelitian visual yang dicetuskan oleh Gillian Rose untuk menganalisis ‘Pisau Putih’ yang berdurasi 30 menit itu. Intan menekankan, seharusnya para sinode gereja mempertimbangkan kasus per kasus yang dialami oleh pendeta. “Jika si pendeta adalah korban, itu artinya ia sedang mengalami suatu kekecewaan dan sakit hati. Dalam keadaan demikian, seharusnya pendeta perlu dibimbing dan direhabilitasi. Tidak perlu sampai harus dipecat,” tutur Intan. Proses Produksi Film Dalam pembuatan tesis film, Intan berperan baik di depan kamera maupun belakang layar. Ia melakoni peran dari tahap pra produksi, pelaksanaan syuting, hingga pasca produksi. Intan berperan sebagai produser, penulis naskah, pembuat story board, dan aktor. Namun, ia tetap terlibat dalam kerjasama tim yang terdiri dari kameramen, penata cahaya, penata suara, fotografer, visual FX, serta para aktor dan aktris yang berperan dalam film. Untuk menekan biaya produksi, Intan menggunakan peralatan dari rumah produksi milik suami, busana milik pribadi, dan lokasi pengambilan gambar yang terbatas. “Semakin sedikit area lokasi tempat syuting, akan semakin menekan biaya produksi. Sebab kita tidak perlu membawa banyak peralatan berat berpindah-pindah dari satu area ke area lain, sehingga hemat waktu transportasi dan hemat biaya produksi. Mayoritas area syuting selain di rumah pribadi, juga di gereja, dan Rumah Sakit Universitas Airlangga,” tutur Intan
yang berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif sebesar 3,49. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Banggakan Almamater, UKM Panahan Kalungi Medali Perak Asean University Games UNAIR NEWS – UKM Panahan Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengukir prestasi untuk almamater tercinta. Setelah berhasil memborong emas di ajang Surabaya Archery Open Tournament 2016 pada Mei lalu, kini UKM Panahan UNAIR berhasil membawa pulang tiga perak di ajang Asean University Games (AUG) 2016 yang digelar pada tanggal 10 hingga 19 Juli 2016 lalu. Tiara Sakti Ramadhani (FISIP) dan Della Adisty Handayani (FEB) adalah dua anggota UKM Panahan UNAIR yang diberangkatkan ke Singapura untuk mengikuti ajang AUG 2016 bersama dengan peserta dari berbagai kampus lain di Indonesia . Keduanya dipilih secara langsung oleh Badan Pembina Olahraga Indonesia (BAPOMI) untuk mewakili UNAIR dalam ajang tersebut. Di kompetisi tersebut, Della berhasil mendapatkan medali perak di kategori beregu Compound Putri. Sedangkan Tiara berhasil mengantongi dua medali perak di kategori beregu Compund Putri dan Mix Team Compund . Tiara mengungkapkan, bahwa dirinya baru pertama kali mengikuti ajang AUG 2016 ini. “Kalau buat aku, pertandingan gede international seperti ini baru pertama kali, biasanya kalo
international itu hanya open tournament bukan multievent,” ujar Tiara. Lain halnya dengan Della, putri bungsu dari Atlet Panah Nasional Lilies Handayani ini sudah sering kali bertanding dan mewakili Indonesia di ajang Sea Games, Asian Games dan Asian Grand Prix. Della mengaku bahwa untuk AUG 2016 ini tidak ada persiapan khusus dan lebih santai dalam bertanding. “Tidak ada persiapan yang benar – benar khusus, karena saya fokus nya untuk PON, jadi AUG ini sebagai ajang uji coba saja,” tutur Della. Di kategori beregu Compund Putri pada AUG 2016 , Della dan timnya melawan peserta dari Malaysia di putaran final dengan skor 227- 218 dan membawa pulang medali Perak. Baik Della maupun Tiara berharap, dengan prestasi yang ia dan tim dapatkan sekarang, bisa memberikan inspirasi bagi mahasiswa yang lain untuk mengukir prestasi dan membawa harum nama almamater. Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila
Agus Setyawan Aktif Ikuti Kompetisi Semasa Kuliah UNAIR NEWS – Meski berasal dari desa, tak lantas membuat Agus Setyawan pantang mengukir prestasi. Laki-laki asal Desa Bodag, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek ini berhasil menjadi wisudawan berprestasi Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, periode wisuda Juli 2016.
“Saya ini anak dari desa, bisa dikatakan pelosok. Jauh-jauh kuliah di Surabaya sayang banget jika kuliah hanya dijalani dengan biasa-biasa saja,” ujar laki-laki kelahiran Trenggalek, 24 Agustus 1994. Pada 2015 saja, ada enam prestasi yang diukir Agus. Diantaranya, juara II tingkat Jawa-Bali pada lomba Desain Intervensi Psychology Fair 2 yang diadakan Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya; juara III Tingkat Nasional Psychology Summit “Social – Psychological Intervention Design Competition” yang diadakan Universitas Indonesia; juara II Psycho Science – Psikologi Terapan Olimpiade Psikologi Indonesia 3 “Transforming Psychology for A Better Nation”, yang diadakan di Surabaya. Ada pula juara I Lomba Debat Psychology Championship yang diadakan Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta; Best Speaker lomba Debat Psychology Championship yang diadakan Universitas Binus; dan Finalis 10 Besar Lomba Esai Nasional “Psychoessay: Spirit in Plurality” yang diadakan FPsi UNAIR. “Saya berkeyakinan bahwa siapapun kita terlepas dari perbedaan background, ketika masuk kuliah dan memulai perkuliahan memiliki kesempatan yang sama dalam berprestasi,” tambahnya. Agus bercerita, sejak awal masuk kuliah, ia bersama temantemannya sudah aktif mengikuti berbagai kompetisi, baik lomba debat, program kreativitas mahasiswa (PKM), lomba desain, namun tidak sekalipun memperoleh juara. “Sampai pada satu titik, kita merasa malu kepada fakultas karena setiap kali mengikuti lomba kita selalu mendapatkan akomodasi penuh namun tidak ada kebanggaan dan timbal balik yang bisa kita berikan, misalnya kemenangan,” kata alumni SMAN I Trenggalek ini. Namun lanjutnya, menginjak semester 6, ia mulai memenangkan kompetisi yang ia ikuti. “Pak dekan waktu itu mengatakan yang intinya, ‘teruslah berusaha, hasil akan mengikuti’.
Alhamdulillah menginjak semester 6 mulai banyak memenangkan lomba,” ucapnya. Setelah dinyatakan lulus sebagai sarjana psikologi, Agus memiliki rencana untuk bekerja dan melanjutkan studi jenjang S-2. Kepada mahasiswa yang masih menempuh studi, ia berpesan untuk aktif berkegiatan diluar kegiatan akademik. “Masa kuliah terlalu singkat dan berharga untuk dilewatkan dengan biasa-biasa saja. Optimalkan kesempatan untuk berorganisasi, berkegiatan, mengasah bakat dan minat tanpa mengesampingkan belajar bidang ilmu yang kita dalami. Bukan hal yang mudah, namun apa yang kita tanam itulah yang nantinya kita tuai,” pungkasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Iskandar Dzulqornain Dibotak Tengah, Demi Prestasi
Rela Raih
UNAIR NEWS – Ada banyak motivasi untuk meraih segudang prestasi. Salah satunya adalah untuk membuat orang tua bangga atas capaian putra dan putrinya. Demikianlah yang dirasakan oleh Iskandar Dzulqornain, wisudawan berprestasi dari Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga tahun lulus periode Juli 2016. Semasa masih duduk dibangku SMA, ia mengaku selalu merepotkan kedua orang tuanya karena polahnya. Dari situlah, ia termotivasi untuk menjadi kebanggaan orang tua ketika lulus
kuliah. “Aku dari SMP (sekolah menengah pertama) dan SMA (sekolah menengah atas) rasanya nakal banget, suka ngerepotin orang tua aja. Pengin gitu ya banggain orang tua,” ujar wisudawan dengan poin SKP (Sistem Kredit Prestasi) 2213 tersebut. Ia merasa berhasil membuat kedua orang tuanya bangga. Pasalnya, belasan prestasi di bidang Moot Court (peragaan peradilan semu) telah berhasil digenggamnya. Diantaranya adalah, sebagai majelis hakim dan penasehat hukum terbaik, serta juara umum II dalam Kompetisi Peradilan Semu Nasional Piala Mutiara Djokosoetono di Universitas Indonesia tahun 2014. Selain itu, ia juga meraih berbagai peran dengan predikat terbaik di Internal Mooting Fakultas Hukum pada tahun 2015. “Mootcourt
itu
perlombaanaya
anak
hukum
dengan
sebuah
peradilan semu. Jadi kita satu tim menyelesaikan kasus dan mendapatkan posisi dari panitia, terus sidang. Ada yang jadi hakim, pengacara, penuntut umum, saksi ahli, panitera, dan lainnya,” terang wisudawan kelahiran Surabaya, 27 Maret 1994 tersebut. “Kalau internal, lingkupnya cuma anak-anak FH UNAIR yang lomba. Kalau nasional, kita lomba bareng dengan fakultas hukum seindonesia. Waktu itu ada UI, Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, dan sebagainya,” imbuhnya. Wisudawan berprestasi dengan IPK 3,52 tersebut juga memiliki pengalaman unik saat mengikuti perlombaan. Di sebuah perlombaan peradilan semu, ia mengaku rela memangkas rambutnya dengan gaya nyeleneh demi mendalami peran yang ia peragakan. “Waktu perlombaan, saya kebagian jadi saksi. Demi totalitas biar menang, saya rela dibotak tengahnya doang, pinggirnya nggak. (Itu semua) demi pendalaman peran. Bisa dibayangin kan, waktu lomba dilihat orang banyak. Malu sih, tapi demi UNAIR
juara, ya, cuek aja,” kenang wisudawan yang pernah menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FH UNAIR periode 2015 tersebut. Iskandar menuturkan, menumpuknya prestasi yang ia raih karena diiringi oleh usaha yang keras. Dengan berbagai kompetisi yang ia ikuti, seringkali hal tersebut mengurangi waktu istirahatnya. Menurutnya, hal tersebut agar waktunya terisi dengan kegiatan yang produktif. “Kurangi tidur deh. Waktunya dibuat untuk yang lebih produktif. Tapi tetap tahu batasan tubuh kita sendiri dong. Yakinlah tidak ada yang sia-sia, karena hasil tidak akan mengkhianati usaha,” seru Iskandar yang bercita-cita menjadi Hakim Agung tersebut. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
Sering Juara Kompetisi MIPA , Fandi Wisudawan Berprestasi FST UNAIR NEWS – Mochammad Fandi Ansori alumnus program studi S-1 Matematika berhasil mengantongi predikat wisudawan berprestasi Fakultas Sains dan Teknologi pada prosesi wisuda periode Juli 2016. Kegemarannya terhadap pelajaran Matematika dan Fisika sejak kecil membuatnya sering mengikuti kompetisi di bidang yang sama, dan sering kali menjadi juara pada kompetisi yang berbeda-beda. Di tahun 2014 dan 2015 lalu peraih indeks prestasi kumulatif
sebesar 3,75 itu secara rutin kompetisi ON MIPA PT (Olimpiade Nasional Matematika dan IPA Perguruan Tinggi) bidang Matematika yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal dan Pendidikan Tinggi RI. Pada kompetisi itu, ia lolos sampai tahap nasional meski tidak menyabet juara. Usahanya tak berhenti di situ. Fandi juga pernah mengikuti kompetisi Olimpiade Sains dan Teknologi Mahasiswa tingkat nasional yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015. Pada kompetisi tersebut, ia meraih juara II. Pada tahun yang sama, Fandi meraih sertifikat perunggu pada ajang lomba Pemecahan Analisis dan Geometri di Institut Teknologi Bandung. Terakhir, ia pernah meraih juara harapan II pada ajang Mathematical ITS Calculus Competition tahun 2016. Salah satu pengalaman Fandi yang paling berkesan semasa kuliah adalah ketika ia menjadi pemateri seminar analisis dan geometri di ITB. Ia mendapatkan mandat dari dosen pemimbing skripsinya Dr. Eridani untuk menggantikan beliau menjadi pemateri. “Saat itu saya memang sempat nervous karena lima pemateri lainnya bergelar S-3 dan hanya saya yang mahasiswa S-1. Pesertanya pun semua S-3, tidak ada yang S-1. Tapi waktu saya maju, saya tidak merasa gugup lagi,” ujar Fandi. Dalam seminar itu, Fandi memaparkan materi operator BesselRiesz dengan beta positif. Tema yang ia paparkan sama dengan skripsinya yang berjudul “Operator Bessel-Riesz di Ruang Lebesgu”. Operator Bessel-Riesz ialah solusi dari suatu persamaan diferensial yang sulit dicari solusi analitiknya. Kehadirannya sebagai pemateri dalam seminar itu mendapat apresiasi dari panitia acara. Sebab, mahasiswa dari kampus yang bersangkutan tak ada yang turut serta dalam seminar tersebut. “Ketua panitia seminar itu senang saya berani bergabung
menjadi pemateri sebab tidak ada mahasiswa ITB yang turut serta dalam seminar itu,” imbuh Fandi. Penulis: Faridah Hari. Editor: Defrina Sukma S.