PMII PATRIOT PEMBELA BANGSA PENEGAK AGAMA Disusun untuk mengikuti kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Disusun Oleh: Nama
: Abdul Ghofur
Universitas : IAIN Surakarta Cabang
: Kabupaten Sukoharjo
PENGURUS BESAR PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA JAKARTA 2015
1
DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………
1
Daftar Isi ………………………………………….……….
2
A. Pendahuluan ………………………………………….
3
B. Telaah Pustaka ………………………………………..
5
1. Sekilas Aktivitas PMII …………………………....
5
2. Tujuan PMII ………………………………………
7
3. Pengkaderan PMII ………………………………...
8
4. Materi PMII ……………………………………….
11
C. Metode Penelitian …………………………………….
14
D. Analisis dan Sintesis ………………………………….
15
E. Kesimpulan dan Rekomendasi ……………………….
18
1. Kesimpulan ……………………………………….
18
2. Rekomendasi ……………………………………...
18
Daftar Pustaka …………………………………………….
19
Lampiran ……………………………………………………
20
2
A. Pendahuluan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau sering disebut PMII merupakan organisasi yang tidak asing di telinga orang-orang yang pernah merasakan dan menikmati bangku perkuliahan. Melalui sejarah yang panjang dan berliku PMII mampu menjelma sebagai organisasi yang mengedepankan
nilai-nilai
kemanusiaan
dan
perjuangan
bangsa.
Organisasi yang tengah 54 tahun berkiprah ini kini telah banyak menorehkan tinta emas dalam memperjuangkan keadilan, persamaan hak, Islam moderat, kesetaraan gender, dan membela hak-hak kaum-kaum marginal yang terkucilkan di lorong sunyi peradaban. Meski kadang tudingan miring kerap disematkan terhadap sepak terjang PMII, dari mulai organisasi yang liberal, urakan, anarkis, ingin menangnya sendiri, melegalkan ikhtilat, dan sejuta klaim lainnya. Namun stigma tersebut hanyalah bunga rampai yang menjadi tombak bagi PMII untuk semakin berbenah dan instropeksi diri dalam rangka mengabdi untuk negeri, membela kaum-kaum minoritas yang kian terpuruk, dan andil dalam membersihkan negeri ini dari gulma-gulma tak bertanggungjawab yang menindas rakyat dan menggerogoti negara. Jika menilik awal mula berdirinya sebuah organisasi, sebuah organisasi lahir bukan dalam waktu dan ruang yang kosong. Setiap organisasi yang lahir selalu didorong oleh situasi dan kondisi yang melingkupi saat itu, dengan membawa visi, misi, dan tujuan yang khas. Baik organisasi yang bergerak dalam bidang sosial masyarakat, kemahasiswaan, keislaman, dan lainnya. Begitu pula dengan PMII, organisasi ini lahir dari adanya hasrat yang kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama‟ah. Dengan perjuangan dan diskusi yang panjang pada tanggal 1416 April 1960 dalam Musyawarah Mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Musyawarah tersebut dihadiri perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat
3
Perguruan Tinggi yang bernaung di bawah NU. Akhirnya PMII disepakati, disetujui, dan dideklarasikan secara resmi sebagai sebuah organisasi pada tanggal 17 April 1960 M atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 H
dengan
Mahbub
Djunaidi
sebagai
Ketua
Umum
pertama
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pergerakan_Mahasiswa_Islam_Indonesia). Sebagai organisasi yang lahir dari rahim dan di bawah naungan NU, PMII tidak memiliki keleluasaan dikarenakan terikat dengan kebijaksanaan induknya. Akhirnya sebuah independensi mutlak diperlukan sebagai awalan untuk mewujudkan PMII yang mampu bertindak leluasa dan tidak didikte. Independensi ini mengandung arti bahwa setiap gerak dan langkah PMII berdasarkan pada kemandirian (independen) sebagai implementasi
kesadaran
beragama
yang
secara
individual
harus
mempertanggungjawabkan segala gerak langkahnya di hadapan Allah SWT. Atas dasar kemandirian itu sebagai individu berperan dalam konteks kemasyarakatan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku (PB PMII, 2014: 110). Melalui Mubes pada 14 Juli 1971 di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkan Manifest Independensi PMII. Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari paham Ahlussunnah
wal
Jamaah
yang
merupakan
ciri
khas
NU
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pergerakan_Mahasiswa_Islam_Indonesia). Lalu di usianya yang hampir menginjak 55 tahun ini kiprah emas apa saja yang telah diikhtiarkan mampu dicapai oleh PMII. Melalui tulisan sederhana ini akan diuraikan mengenai bagaimana hakikat perjuangan dan instrumen pergerakan PMII dalam membela bangsa dan menegakkan agama. Jargon dzikir, fikir, dan amal sholeh kiranya menjadi sebuah senjata pamungkas dalam mewujudkan cita-cita luhur tersebut, yaitu mewujudkan PMII yang benar-benar membumi, tidak melayang-layang tinggi dan berhenti pada tataran teori.
4
B. Telaah Pustaka 1. Sekilas Aktivitas PMII Dewasa ini PMII tumbuh dan berkembang menunjukkan eksistensi melalui berbagai kegiatan yang positif dan melibatkan khalayak umum. Kegiatan seperti workshop, seminar, diskusi publik, sarasehan, dan jejak pendapat semuanya hampir dilaksanakan di setiap tataran kepengurusan dari PR, PK, PC, PKC, dan PB. Dari level lokal regional sampai skala internasional. Berbagai kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan bekal kepada kader tentang pentingnya berbagai disiplin keilmuan dan pengetahuan serta pembelajaran tentang pengambilan solusi permasalahan. Adapun tema aktual yang diambil antara lain berkenaan isu KKN, pembelaan kaum mustad‟afin, pelanggaran HAM, isu perempuan, penyalahgunaan wewenang, penyelewengan dana, kebijakan pemerintah, dan lainnya. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah setiap kegiatan hendaknya mampu di follow up dengan baik, jadi kegiatan tidak hanya formalitas belaka, apalagi hanya mengejar pelaksanaan proker. Adapun kegiatan lain yang sedang muncul ke permukaan antara lain wawasan tentang pentingnya pelatihan kepemimpinan dan pembentukan jiwa enterpreneurship (kewirausahaan). Hal ini penting sebagai bekal kader agar tidak terbelenggu kepada kegiatan “memintaminta”, setiap jajaran tengah berjuang dan tengah konsen dalam pengembangan
kewirausahaan
ini.
Salah
satu
contoh
yaitu
pengembangkan usaha mandiri yang menjadi program prioritas PC PMII Lampung Utara. Terbukti, pengurus cabang ini mampu berkreatifitas dengan helaian terpal, yang kemudian disulap menjadi kolam ikan. Dari kegiatan ini diharapkan bahwa kelak alumni PMII tidak hanya mampu bersaing di dunia politik. Namun juga ahli dalam dunia usaha dan kreatifitas produktif (http://www.pmii.or.id/ekonomimandiri-pmii-lampura-buat-kolam-ikan/).
5
Kegiatan lain yang berasaskan keagamaan antara lain dzikir tahlil, ngaji bareng, khotmil qur’an, haul, pembacaan manaqib, muqodaman, sholawat dan maulidan, ziarah kubur, pengajian akbar, sowan alim ulama, dan lainnya. Kegiatan tersebut secara rutin juga menjadi agenda di setiap jajaran kepengurusan PMII. Misalnya kegiatan haul sahabat Zamroni dan Iqbal Assegaf bulan Februari lalu yang dilaksanakan PB PMII. Haul merupakan tradisi Nahdlatul Ulama untuk mengenang meninggalnya ulama. oleh karena itu, PMII sebagai bagian yang tak terpisahkan dari NU harus terus melestarikan tradisi tersebut. Haul dimaksudkan untuk mengingat jasa dan perjuangan para pendahulu. (http://www.pmii.or.id/februari-haul-untuk-zamroni-dan-iqbal-ass egaf/). Kemudian juga kegiatan khotmil qur’an yang dilaksanakan dalam
rangkaian
maulid
Nabi
pada
bulan
Januari
lalu
(http://www.pmii.or.id/pb-pmii-laksanakan-khotmil-quran/). Kegiatan tersebut merupakan ruh keislaman dalam ber-PMII, maka perlu senantiasa dijaga dan diistiqomahkan. Di atas merupakan sekilas kegiatan PMII yang tidak mampu digambarkan semuanya melalui tulisan ini. Pada hakikatnya setiap kegiatan telah diwadahi dalam biro, lembaga semi otonom, dan bidang-bidang yang ada di PMII dari jajaran Rayon sampai Pengurus Besar. Hal ini telah termaktub dengan jelas dalam ART PMII Bab IV tentang struktur organisasi, susunan pengurus, tugas, dan wewenang (PB PMII, 2012: 20). Misalnya dalam tingkatan PB terdapat biro pengembangan dan kurikulum, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi, kajian pertambangan, geologi, dan kelautan, dakwah dan hubungan pesantren, jaringan media dan opini publik, seni, budaya, dan olahraga serta banyak lainnya. Kemudian kegiatan setiap jajaran PMII juga dapat dilihat melalui alamat website, fanspage, facebook, dan lainnya yang tentu telah dimiliki setiap jajaran. Seiring perkembangan zaman, bidang teknologi juga merupakan garapan penting agar kader PMII tidak “gagap teknologi”.
6
2. Tujuan PMII Dalam satu dekade terakhir organisasi PMII telah mengalami perkembangan yang pesat baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Terbukti bahwa PMII sudah berada di hampir semua universitas dan perguruan tinggi di Indonesia dengan kuantitas kader yang bervariasi. Era reformasi menawarkan peluang pengembangan organisasi PMII secara massif. Apalagi dukungan kader dan alumni yang berhasil melakukan mobilitas vertikal dan menempati jabatanjabatan politik di birokrasi pemerintah, lembaga negara, dan lembaga legislatif (Abidurroman, dkk, 2013: 12). Namun apakah kondisi ini menjadi angin segar bagi PMII untuk semakin berkembang sesuai hakikat dan tujuannya, ataukah menjadikan PMII semakin gamang dan buram dalam mewujudkan tujuan organisasinya. Menarik untuk disimak sebuah kritik yang disampaikan Muhdati Ridwan (IKA-PMII Komisariat UIN Maliki Malang) bahwa pemandu utama suatu gerakan adalah tujuan organisasi. Tujuan organisasi kurang lebih sama seperti cita-cita, tujuan atau cita-cita tidak bisa diwujudkan dalam satu ayunan langkah, satu kegiatan, acara atau program, malah mungkin membutuhkan beberapa generasi hingga tujuan tersebut terwujud. Muhdati mengungkapkan bahwa tujuan PMII belum ber-rumah di kedalaman kognisi atau (apalagi) batin anggota dan kader kita. Rumah tujuan PMII masih di lembaran kertas konstitusi organisasi, belum di tubuh aktivis PMII. Hal ini terbukti dalam beberapa kesempatan terlibat di forum kaderisasi, banyak di antara anggota dan kader PMII yang masih gamang menjawab atau malah tidak tahu tentang hakikat tujuan berorganisasi di PMII (http://www.pmii.or.id/mengurai-akar-makna-tujuan-pmii/). Sesuai bunyi pasal 4 AD/ART PMII bahwa tujuan PMII adalah terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, serta cakap dan bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmunya komitmen memperjuangkan cita-cita
7
kemerdekaan Indonesia (PB PMII, 2014: 12). Demikian luhur dan agung tujuan dan cita-cita organisasi PMII, namun menurut hemat penulis ada benarnya apa yang disampaikan oleh Mudati, tujuan berat PMII sangat mustahil tercapai bila tidak diimbangi oleh kualitas individu yang handal dan matang. Sebuah ironi ketika seorang individu harus memperjuangkan suatu hal yang besar dan berat, ketika belum memiliki bekal analisis dan identitas diri yang tepat, apalagi bagi kader-kader pemula.
3. Pengkaderan PMII PMII merupakan organisasi pengkaderan, di dalam sejarah perjalanannya telah mampu melahirkan berbagai berita, cerita, kontribusi, dan karya para kader bangsa. Semua yang dilakukan PMII adalah bentuk kontribusi para kader, organisasi untuk Islam dan bangsa tercinta. PMII dalam melaksanakan kegiatan selalu berpijak kepada nilai-nilai keislaman, kemahasiswaan, dan kebangsaan. Sebagai organisasi kader PMII secara mutlak dituntut untuk mampu menyiapkan instrumen kaderisasi yang dapat menunjang kemampuan operasional setiap kader. Istilah kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Dapat dimaknai orang yang mampu menjalankan amanat, memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian, pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan keberlangsungan organisasi. Kader adalah ujung tombak dan tulang punggung kontinuitas sebuah organisasi. Dalam PMII yang disebut kader adalah mereka yang telah mengikuti jenjang Pelatihan Kader Dasar (PKD), sedangkan bagi yang baru mengikuti jenjang Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) disebut anggota (PB PMII, 2014: 93). Horby mengatakan “Cadre is a small group of people who are specially chosen and trained for a particular purpose”. Dari definisi tersebut diketahui bahwa kata kunci dalam pengkaderan adalah
8
dipilih, dilatih, dan tujuan khusus. Pengkaderan PMII bukan sematamata menjadikan orang terdidik secara intelektual, berwawasan, dan terampil secara teknis. Namun juga membekali individu atas tugas kekhalifahan yang harus diemban manusia sebagai hamba Tuhan („abdullah). Titik tekan yang ingin dicapai dalam pengkaderan PMII menurut PB (2014: 85-86) yaitu: a. Membangun
individu
yang
percaya
dengan
kapasitas
individualitasnya, sekaligus memiliki keterikatan kolektivitas. b. Membebaskan individu dari belenggu yang tercipta selama berabad-abad sepanjang sejarah nusantara. c. Pengkaderan PMII hendak membangun keimanan, pengetahuan, dan keterampilan sekaligus. Adapun argumentasi yang melandasi mengapa pengkaderan harus ada dan menjadi bagian integral dan penting PMII adalah: a. Pewarisan nilai-nilai (argumentasi idealis), pengkaderan PMII sebagai media pewarisan nilai-nilai luhur yang dipahami, dihayati, dan menjadi acuan. b. Pemberdayaan anggota (argumentasi strategis), pengkaderan PMII sebagai media bagi anggota dan kader untuk menemukan dan mengasah potensi-potensi individu yang masih terpendam. c. Memperbanyak anggota (argumentasi praktis), manusia selalu membutuhkan orang lain untuk dijadikan teman, semakin banyak teman semakin manusia merasa aman dan percaya diri. d. Persaingan antar-kelompok (argumentasi pragmatis), hukum alam berlaku
di
tengah
masyarakat
adalah
kompetisi,
melalui
pengkaderan PMII menempa kadernya untuk menjadi lebih baik dan ahli daripada organisasi yang lain. e. Mandat
organisasi
(argumentasi
administratif),
regenerasi
merupakan bagian mutlak dalam suatu organisasi, dan regenerasi hanya mungkin dilakukan melalui pengkaderan (PB PMII, 2014: 86-87).
9
Kelima poin tersebut merupakan jawaban mengapa sebuah instrumen kaderisasi menjadi penting bagi setiap organisasi, termasuk PMII. Dalam pengkaderan PMII menekankan pada pilar penting yaitu: a. Pilar kemahasiwaan, pilar ini menjadi satu identitas yang ada pada generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan akademis, insan sosial, dan insan mandiri. b. Pilar keislaman, Islam yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dan berhaluan ahlussunnah wal jama‟ah.
Yaitu
konsep
pendekatan
terhadap
Islam
yang
proporsional antar iman, islam, dan ihsan, tercermin dalam prinsip keadilan, keseimbangan, toleransi, jalan tengah, permusyawaratan, dan amar ma‟ruf nahi mungkar. c. Keindonesiaan, Indonesia yang terkandung dalam PMII adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah pancasila serta UUD 1945 dan kesatuan serta keutuhan dalam bingkai NKRI (PB PMII, 2014: 87). Tiga pilar itu menandaskan bahwa ruang gerak PMII adalah pada ranah tersebut, mengurus kegiatan kampus atau kemahasiswaan, mengurus kegiatan keagamaan, dan kegiatan kemasyarakatan serta merespon isu-isu kebangsaan yang muncul. Pada akhirnya orientasi yang ingin dicapai PMII adalah memunculkan dan menciptakan kader ulul albab. Secara umum kader ulul albab ialah manusia yang peka terhadap kenyataan, mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah, giat membaca tanda-tanda alam yang kesemuanya dilakukan dalam rangka berdzikir kepada Allah SWT. Pengertian ulul albab ini disarikan melalui motto PMII dzikir, fikir, dan amal sholeh (PB PMII, 2014: 91). Sungguh kolaborasi yang luar biasa apabila tiga elemen tersebut mampu terimplementasi dengan baik dalam tataran praktik pada setiap jenjang kepengurusan PMII di seluruh tanah air.
10
4. Materi PMII Dalam rangka membekali kader PMII tentang pengetahuan, wacana global, dan analisis isu aktual maka diperlukan sebuah rumusan materi yang tepat dan handal pada setiap jenjang pengkaderan mulai dari MAPABA, PKD, sampai PKL. Total jumlah materi
pengkaderan
adalah
37
materi,
di
luar
sesi
bina
suasana/prakurikula, general review, RTL, dan evaluasi. Jumlah tersebut terbagi ke dalam MAPABA 10 materi, PKD 14 materi, dan PKL 13 materi. Adapun keseluruhan materi secara umum bertujuan untuk membangun afeksi (solidaritas, semangat juang), membangun pengetahuan dan intelektualitas, serta pengasahan keterampilan (PB PMII, 2014: 96). Beberapa materi dasar yang urgen antara lain dijelaskan secara singkat melalui uraian berikut: a. Mahasiswa dan Tanggungjawab Sosial Diskursus tentang gerakan mahasiswa memang selalu menarik untuk dikaji di belahan dunia mana pun. Gerakan mahasiswa umumnya dipicu oleh timbulnya rasa ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan penindasan terhadap rakyat oleh kekuasaan. Maka dari itu menjadi penting bagi PMII untuk mengetahui berbagai sejarah gerakan mahasiswa, paling tidak dalam kurun waktu tiga era, yakni; era student government (era pra kemerdekaan dan orde lama), era depolitisasi kampus (orde baru), dan era reformasi. Pada ketiga era ini meniscayakan munculnya profil pemimpin di kalangan mahasiswa (PKC Jawa Tengah, 2010: 24). Pembekalan terhadap
pemahaman
sejarah
gerakan
mahasiswa
dan
tanggungjawab sosialnya diharapkan mampu menghadirkan ruh dan
mengimplementasikan
tujuan
dari
PMII,
sehingga
menginspirasi dan tidak terjerumus pada hal pragmatis dan politis semata.
11
b. Keorganisasian PMII PMII atau sering juga disebut Indonesian Moslem Student Movement merupakan anak cucu NU yang terlahir dari kandungan Departemen Perguruan Tinggi Ikatan Pelajar NU (IPNU), yang juga anak dari NU (PKC Jawa Tengah, 2010: 41). Sehingga walaupun sudah menyatakan independensinya namun secara ideologi tetap berhaluan ahlussunnah wal jama‟ah yang merupakan karakter khas NU. Maka untuk berproses secara kaffah di PMII maka diperlukan untuk mengetahui latar belakang berdirinya PMII, prosesi pendirian PMII, siapa saja tokoh yang terlibat, kenapa bernama PMII, makna lambang PMII, hubungan PMII dengan NU, dan segala seluk beluk lain berkenaan keorganisasian PMII. c. Nilai Dasar Pergerakan (NDP) Secara esensial NDP adalah suatu sublimasi nilai keislaman dan keindonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan Aswaja yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah dan mendorong serta penggerak kegiatan PMII. NDP berfungsi sebagai landasan berpijak setiap gerak langkah dan kebijakan yang dilakukan. NDP juga berfungsi sebagai landasan berpikir terhadap pendapat yang dikemukakan terhadap persoalan yang dihadapi. Serta NDP berfungsi sebagai sumber motivasi yang menjadi pendorong kepada anggota untuk berbuat dan bergerak (PKC Jawa Tengah, 2010: 90). Dalam NDP terkandung esensi rumusan nilai dasar pergerakan yang terdiri dari konsep ketauhidan, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Itulah NDP PMII yang dipergunakan sebagai landasan teologis normatif, etis dan motivatif dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku warga PMII. d. Ahlussunnah wal Jama‟ah (Aswaja) sebagai Manhaj Al-Fikr Ahlussunnah wal Jama‟ah (Aswaja) merupakan bagian integral dari sistem keorganisasian PMII. Aswaja bukan sebuah madzhab,
12
tetapi lebih tepatnya disebut manhaj al-fikr (metode berpikir). Aswaja dapat diartikan sebagai segolongan orang yang mengikuti jalan Nabi, para sahabat, dan tabi’in. PMII memandang bahwa Aswaja adalah orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan dengan berlandaskan atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan, dan toleran. Sebagai manhaj al-fikr melalui konsep Aswaja ini PMII berpegang pada prinsip tawasuth (moderat), tawazun (netral), ta‟adul (keseimbangan), dan tasamuh (toleran) (PB PMII, 2014: 96). Hal penting yang perlu diketahui dari Aswaja adalah berkenaan sketsa sejarah, pengertian, dan urgensi Aswaja sebagai manhaj al-fikr. Melalui konsep ini diikhtiarkan mampu tercipta dinamisasi dan keterbukaan bagi pembaruan-pembaruan, sehingga tidak terbelenggu kepada pemikiran yang sempit dan eksklusif. e. Paradigma Kritis Transformatif (PKT) Melalui paradigma kritis di PMII berupaya menegakkan sikap kritis dalam berkehidupan dengan menjadikan ajaran agama sebagai inspirasi yang hidup dan dinamis. Dalam paradigma kritis berupaya menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan dari berbagai belenggu yang diakibatkan oleh proses sosial yang bersifat profan. Paradigma kritis melawan segala bentuk dominasi dan penindasan. Paradigma kritis membuka tabir dan selubung pengetahuan yang munafik dan hegemonik. Semua ini adalah semangat yang dikandung oleh Islam. Oleh karenanya, pokokpokok pikiran inilah yang dapat diterima sebagai titik pijak paradigma kritis di kalangan warga PMII. Contoh yang paling konkrit dalam hal ini bisa ditunjuk pola pemikiran yang menggunakan paradigma kritis dari berbagai intelektual Islam. Paradigma kritis ini berfungsi sebagai pisau analisis PMII dalam menyikapi isu-isu aktual yang sedang berkembang, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional.
13
f. Studi Gender dan Kelembagaan KOPRI Korp PMII Puteri (KOPRI) yang lahir pada 25 November 1967 merupakan wadah kader perempuan PMII. Prinsip kesetaraan KOPRI merupakan salah satu bagian prinsip kesetaraan dalam AlQur’an sebagai khalifatullah fil ardl dan keberadaannya menjadi rahmat
bagi
segenap
alam.
Dalam
konteks
kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan keberadaan KOPRI diharapkan mampu menjadi kelompok yang efektif yang aktif dalam memberikan tawaran-tawaran gerakan untuk mengurusi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat meliputi persoalan HAM, demokrasi,
globalisasi, hukum, politik, pendidikan,
ekonomi, kesehatan, kebudayaan, keberagaman dan pluralisme, lingkungan dan yang paling khusus adalah persoalan gender (PB PMII, 2014: 134). KOPRI memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan kader perempuan PMII yang excellent. g. Materi Lain Di atas merupakan materi dasar yang menjadi bekal awal bagi anggota PMII untuk menjadi kader yang handal dan berkualitas. Materi awal tersebut diharapkan mampu membentuk pribadi yang kritis dan peka terhadap pekembangan masyarakat, agama, bangsa, dan negaranya. Adapun materi lain antara lain analisis sosial dan wacana, studi advokasi dan anggaran, rekayasa sosial, pengelolaan opini dan gerakan massa, kemudian level tertinggi adalah membedah PMII perspektif ideologi, organisasi, strategi dan gerakan, serta kepemimpinan.
C. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif, data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan data primer dan sekunder. Data primer menggunakan draft materi Kongres XVIII di Jambi pada 30 Mei-5
14
Juni 2014 dengan tema “Harmoni Bernegara untuk Kejayaan Indonesia”. Sedangkan sumber sekunder berupa literatur-literatur yang menunjang sumber primer. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi, adapun dokumen yang digunakan berupa referensi relevan yang mengupas tentang PMII. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Lexy J. Moleong, 2011: 217). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Lexy J. Moleong menyebut teknik analisis ini dengan kajian isi. Lexy mengutip pendapat beberapa ahli di antaranya menurut Weber kajian isi
(content
analysis)
adalah
jenis
metodologi
penelitian
yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sah dari sebuah buku atau dokumen. Sedangkan menurut Holsti kajian isi adalah teknik apa pun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis (Lexy J. Moleong, 2011: 220). Mukhtar (2007: 201-203) menambahkan bahwa dalam analisis data harus berpijak pada pendekatan berpikir yang jelas. Hal ini bertujuan menjaga konsistensi setiap pembahasan yang dikembangkan dengan rujukan sumber yang menjadi pegangan peneliti.
D. Analisis dan Sintesis Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa PMII merupakan sebuah organisasi yang bisa dibilang sangat expert digadang-gadang mampu menciptakan kondusifitas bangsa dan negara. Hal ini misalnya dapat dilihat dari sistem pengkaderan yang telah memiliki instrumen yang hirarkis dan sistematis. Dengan aplikasi yang nyata dan kontinyu dari sistem tersebut maka akan mampu tercipta anggota dan kader PMII yang siap berkiprah dalam tanggungjawab sosialnya untuk mewujudkan bangsa yang beradab dan agama Islam yang bermartabat.
15
Dalam sistem pengkaderan yang perlu ditekankan adalah pentingnya memberikan pemahaman kepada para anggota terhadap tujuan dan orientasinya bergabung dan berproses di PMII. Maka menjadi pekerjaan rumah bagi pengurus untuk mampu mentransfer bingkai besar perjuangan PMII ke dalam hati nurani masing-masing anggota. Namun sebelum hal tersebut dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan citra positif dalam diri individu, membantu menemukan jati diri, dan hakikat serta pengembangan dan pemaknaan akan dirinya. Hal ini penting mengingat setiap orang yang masuk ke PMII dilatarbelakangi berbagai faktor, dari benar-benar ingin bergabung dan berproses, sekadar iseng, diajak teman, salah masuk, atau sejuta alasan lainnya. Setelah setidaknya para anggota kepribadiannya matang, maka mulai diberikan asupan gizi berupa materi keorganisasian PMII dan materi lainnya demi tercapainya cita-cita luhur PMII. Berbicara tentang materi PMII telah dijelaskan dalam kajian telaah pustaka berkenaan materi dasar urgen yang hendaknya diberikan kepada anggota. Materi tersebut sebagai bekal dalam berproses di PMII untuk mewujudkan dinamika beragama, bermasyarakat, dan bernegara yang paripurna. Materi PMII menjadi suatu good tools dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita organisasi, yaitu terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, serta cakap dan bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmunya komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia (PB PMII, 2014: 12). Setiap materi bukanlah layaknya jejalan materi kuliah, namun berbagai pengetahuan dan pisau analisis yang menjadi semacam alat yang digunakan PMII dalam setiap langkah dan gerakan organisasi, dalam mengambil keputusan, dan aksi-aksi lainnya. Aswaja sebagai manhaj al-fikr PMII menjadi ruh kehidupan yang menjadi sandaran ideologis keagamaan dan gerakan. Melalui konsep Aswaja ini setiap langkah senantiasa mengacu dan berkiblat terhadapnya. Secara substantif termanifestasi dalam semboyan dzikir, fikir, dan amal
16
sholeh. Namun tidak terpungkiri arus globalisai yang kian mengganas masuk dan menerjang pertahanan sebagian anggota dan kader PMII. Sehingga ketiga aspek tersebut kadang tidak mampu terimplementasi dengan baik. Terkadang terlihat kegiatan terkerucut pada aspek dzikir saja, fikir saja, dan tidak diimbangi dengan tindakan konkret melalui amal sholeh. Namun ikhtiar tinggi tetap menjadi dedikasi para pengurus di setiap jajaran untuk selalu berusaha menciptakan balancing untuk mewujudkan implementasi real dari ketiga konsep tersebut. Seiring perkembangan dan perubahan zaman di era global PMII dituntut untuk benar-benar proaktif andil dalam menyelesaikan problem kebangsaan dan keumatan. Sehingga menjadi hal yang naif ketika para kader PMII hanya terbelenggu pada permasalahan internal yang kian tak terselesaikan. Permasalahan internal yang menjadi problem di setiap tataran, hendaknya diselesaikan terlebih dahulu untuk menyongsong misi besar mewujudkan bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera. Juga menciptakan iklim keagamaan yang berdasarkan konsep luhur Aswaja yaitu moderat, netral, keseimbangan, dan toleran. Meski agak terseok PMII hingga kini telah mampu setidaknya mengawal dan aktif menjadi patriot bangsa. Sejak berdirinya pada tahun 1960 PMII telah berdiri tegak merespon carut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dan tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundangan-undangan yang ada kala itu. Mengawal dan mengadvokasi setiap praktek ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan kelaliman para penguasa. Aksi-aksi damai maupun sporadis kerap dilaksanakan sebagai the last solution apabila langkah audiensi tidak mampu menghasilkan keputusan yang memihak kaum papa, yang senantiasa menjadi kelinci percobaan kaum-kaum penguasa yang tak berperi. Aksi-aksi yang dilakukan mengangkat isu-isu lokal maupun nasional yang aktual dan melibatkan kepentingan umat dan rakyat banyak. Dalam praksis keagamaan Islam ideologi yang berasaskan ahlussunnah wal jama‟ah menjadi ruh dan kekuatan yang menginspirasi
17
setiap langkah dan gerak PMII. Melalui konsep Aswaja PMII bergerak dan menjadi pembela agama, yaitu agama Islam, Islam yang dimaksud adalah yang rahmatan lil „alamin menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak terbelenggu pada fanatisme yang berujung pada truth claim, Islam hadir sebagai agama yang ramah, mengakui pluritas bangsa yang bersuku-suku, ras, warna kulit, dan lainnya. Masing-masing harus berharmoni mewujudkan Indonesia yang hebat, kuat, dan bermartabat. Demikian sekelumit penggalan sepak terjang PMII, semuanya ditujukan dalam rangka mewujudkan PMII sebagai patriot pembela bangsa dan penegak agama. Setiap langkah dan derap kaki merupakan nafas pergerakan, ilmu dan bakti kuberikan, adil dan makmur kuperjuangkan, untukmu satu tanah airku, untukmu satu keyakinanku. Tangan terkepal dan maju ke muka. Demikian sesuai yang tersemat dalam mars PMII.
E. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menginjak usianya yang ke-54 tahun PMII telah banyak berkiprah dalam menjadi patriot pembela bangsa dan penegak agama. Melalui tujuan, sistem pengkaderan, dan materi PMII setiap anggota dan kader dibekali berbagai disiplin ilmu dan pisau analisis untuk mempertajam dan memperkuat posisinya sebagai director and agent of change. Berbagai kekurangan senantiasa dibenahi khususnya dalam tataran internal, kesemuanya dilaksanakan sebagai manifestasi peran manusia sebagai khalifatullah sekaligus „abdillah di bumi. 2. Rekomendasi Menginjak usianya yang ke-54 hendaknya PMII terus berbenah. Instropeksi diri merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan sebagai bentuk ikhtiar untuk lebih baik lagi. Komunikasi dan konsolidasi pada setiap tataran PMII menjadi penting untuk ditingkatkan guna mewujudkan gerakan-gerakan baru untuk mencapai tujuan luhur PMII.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abidurrohman, dkk. 2013. Hasil-hasil Musyawarah Pimpinan Nasional; Jayapura 11-16 Desember 2012. Jakarta: PB PMII. Bidang Kaderisasi PKC PMII Jawa Tengah. 2010. Menjadi Anggota Mu‟takid, Percaya Diri Menghadapi Tantangan Zaman. Semarang: PKC PMII Jawa Tengah. Lexy J. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah; Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Ciputat: Gaung Persada Press. PB PMII. 2012. Buku Konstitusi; Kompilasi Produk Hukum PMII. Jakarta: PB PMII. PB PMII. 2014. Draf Materi Kongres XVIII PMII; Harmoni Bernegara untuk Kejayaan Indonesia. Jakarta: PB PMII. http://id.wikipedia.org/wiki/Pergerakan_Mahasiswa_Islam_Indonesia. (Diakses 5 Maret 2015) http://www.pmii.or.id/ekonomi-mandiri-pmii-lampura-buat-kolam-ikan/ (Diakses 6 Maret 2015) http://www.pmii.or.id/februari-haul-untuk-zamroni-dan-iqbal-assegaf/ (Diakses 7 Maret 2015) http://www.pmii.or.id/pb-pmii-laksanakan-khotmil-quran/ (Diakses 7 Maret 2015) http://www.pmii.or.id/mengurai-akar-makna-tujuan-pmii/ (Diakses 8 Maret 2015)
19
CURRICULUM VITAE (CV) Nama Lengkap : ABDUL GHOFUR Nama Panggilan : Ghofur TTL : Sragen, 14 Mei 1991 Alamat : Suwatu RT. 10, Suwatu, Tanon, Sragen Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Status Perkawinan : Belum Kawin No. HP/E-mail : 085647347382/
[email protected] Riwayat Pendidikan Formal : 1. TK Aisiyah Ngijo 2. MIN Ngijo 3. SMPN 1 Tanon 4. SMAN 2 Sragen 5. PAI-FITK IAIN Surakarta Riwayat Pendidikan Non-Formal : Madrasah Al-Tarbiyah Al-Salafiyah Al-Barakatu Al-Salamiyah Suwatu (2000-2004) Riwayat Organisasi : 1. Ketua OSIS SMPN 1 Tanon (2006-2007) 2. Ketua PRIMA (Persatuan Remaja Islam Masjid Al-Hidayah) Suwatu (2011-2013) 3. Pimpinan Perusahaan dan Reporter di LPM LOCUS IAIN Surakarta (2010-2012) 4. Mentor P3KMI FITK IAIN Surakarta (2011-2014) 5. Ketua Kelas Unggulan Jurusan PAI FITK IAIN Surakarta (2011-2013) 6. Ketua Bidang Keilmuan Rayon Sunan Kalijaga PMII Cab. Sukoharjo (2011-2012) 7. Koordinator Dep. Keilmuan Komisariat RM. Said PMII Cab. Sukoharjo (2012-2013) 8. Bendahara Umum Partai Mahasiswa Merdeka (PMM) IAIN Surakarta (2012-2013) 9. Staff Bidang Penelitian dan Pengembangan HMJ Tarbiyah IAIN Surakarta (2012-2013) 10. Sekretaris Umum UKM JQH Al-Wustha IAIN Surakarta (2012-2013) 11. Sekretaris Departemen Dalam Negeri BEM FITK IAIN Surakarta (20132014) 12. Ketua Umum UKM JQH Al-Wustha IAIN Surakarta (2013-2014) 13. Koordinator Dep. Kaderisasi dan Pengembangan SDA PMII Cab. Sukoharjo (2013-2014) 14. Ketua FRES Suwatu (2015-sekarang) 15. Ketua I PMII Cab. Sukoharjo (proses pengajuan SK) Motto Hidup : Hidup Hanya Sekali, Buatlah Berarti!!!
20