ISSN
2460 - 3996
IK
L HL AS - BER AMA
Edisi 12 Juli - September 2015
Mendikbud Apresiasi
Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat
Daryasanta Citapasama, siswi SMPN 3 Kota Cimahi, memberikan penjelasan kepada Mendikbud Anies Baswedan mengenai cara pembuatan, cara kerja, dan ragam pemanfaatan pompa hidrolik dalam kehidupan (6/8).
, ‘
PKB Jamin Kualitas Guru Guru sejati selalu berinisiatif dan berupaya mengembangkan keprofesian diri secara berkelanjutan, tidak cacag-nangkaeun (serampangan dan Asep Hilman tidak berpola). Kepala Disdikbud Jabar Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) sangat penting bagi guru agar siswa tidak dirugikan oleh cara-cara mengajar yang bisa menyebabkan kesalahan permanen pada sistem konsepsi anak.
...siswa tidak [boleh] dirugikan oleh cara-cara mengajar yang bisa menyebabkan kesalahan permanen pada sistem konsepsi anak.
Demikian ungkap Asep Hilman, Kepala Disdikbud Jawa Barat, pada lokakarya PKB tingkat provinsi di Hotel Sariater, Subang (2/9). Lokakarya dihadiri oleh kepala dinas pendidikan, kepala kantor kemenag, dan para pemangku kepentingan pendidikan tingkat provinsi dan daerah kabupaten/kota.
Program PKB, kata Mark Heyward, Penasehat Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS, sebaiknya menggunakan pendekatan 'in-on-in' (in-class, on-job training, dan inclass) dan bukannya bersifat 'hit and run' yang sporadis.
Sekolah Mitra “Pendidikan nasional menginginkan apa yang sudah dilakukan dua sekolah ini. Siswa bisa menjelaskan dengan sistematis hasil karya yang mereka kembangkan di kelas. Kita harus menciptakan siswasiswa yang seperti itu.”
Demikian apresiasi Mendikbud Anies Baswedan terhadap SMPN 3 Cimahi dan MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat pada acara Forum Kebijakan Guru ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership) di Jakarta (6/8). USAID PRIORITAS/Anwar
Upaya Kreatif Guru Mendorong Siswa
Aktif Membaca Kreatif Menulis Seratus fasilitator daerah (fasda) mengikuti pelatihan untuk pelatih (TOT) putaran ketiga tingkat Jawa Barat di Hotel Santika, Tasikmalaya (18-21/8). “Paket pelatihan III berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi,” papar Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Menurutnya, siswa didorong untuk mampu menulis dengan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik. Diding Gusutardi, Kepala Seksi Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, sebut program USAID PRIORITAS mulai berimbas ke sekolah, gugus, dan daerah lain selain mitra USAID. Fasda dan para guru yang sudah dilatih USAID menjadi tulang punggung diseminasi praktik yang baik program ini. “Raihan Jawa Barat pada OSN dengan medali emas, perak, dan perunggu merupakan bukti dampak program USAID PRIORITAS,” ujarnya. Diding juga mengatakan, daerah-daerah mitra mengalami peningkatan tajam dalam bidang pembelajaran dan manajemen, sehingga kini kualitas pendidikan di Jawa Barat lebih merata dan tidak didominasi oleh kab/kota besar saja. “Program USAID PRIORITAS bersinergi dan saling menguatkan dengan program pendidikan Jawa Barat,” pungkas Diding. [DS]
Temukan di Dalam: Penataan Guru Harus Aspiratif 2 Asah Kemampuan Guru Genjot Keterampilan Informasi Siswa 3 Siswa tak Bisa Bertanya, Apa yang Bisa Guru Lakukan? 5 Asyiknya Mencermati dan Menikmati Syair 6 Percobaan Fotosintesis Menghitung Gelembung Udara 7 Keterampilan Informasi, ...dan Setiap Siswa pun Menjadi Ahli 8 Kembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 9 Kafe Baca Sajikan Wawasan Pengetahuan 10 Lihat Lebih Dekat 11
USAID PRIORITAS/Dindin
Erna Irnawati, Koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, menyebut penting guru terus berupaya meningkatkan kemampuan menyediakan ruang belajar yang menarik bagi anak sehingga memungkinkan anak mengembangkan diri. [DS]
Guru berlatih membuat proyek eksperimen, untuk mengajar siswa dalam melakukan eksperimen dan membuat laporan percobaan yang sistematis (18/8).
keun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
Kabar Utama
Penataan Guru Harus Aspiratif perencanaan penerapan kebijakan penataan dan pemerataan guru (PPG) di Singaparna (1/7). EZ. Alfian, Kepala Dinas Pendidikan, mengaku pihaknya tengah menyusun kebijakan bupati mengenai PPG.
Kelompok menyampaikan hasil diskusi kajian risiko kebijakan da solusinya. USAID PRIORITAS/Dindin
Distribusi guru di kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu masalah kompleks. Terjadi penumpukan guru di sejumlah kecamatan dan kekurangan di kecamatan lain. Persebaran guru pada jenjang SD dan SMP tidak merata. Ada kekurangan guru kelas PNS sebanyak 2757 orang, kelebihan guru PAI sebanyak 152 orang guru PNS, kelebihan guru PJOK sebanyak 150 orang guru PNS, kekurangan guru Mata Pelajaran PNS merata di semua Mata Pelajaran, kelebihan guru non-PNS dalam jumlah sangat besar hampir di semua mata pelajaran. Demikian terungkap dalam lokakarya
Alfian juga menyitir terdapat sekitar 24% atau setara dengan 258 sekolah terkategori kecil, dengan layanan di bawah 20 siswa per rombel. Ini berimplikasi pada persoalan seritifikasi guru. Perbandingan jumlah SMP SATAP dengan reguler 20%: 80% termasuk jumplang. Padahal, kategori layanan SATAP memiliki kekhasan, terutama pada jam mengajar. Perbandingan jumlah sekolah swasta pada jenjang SMP juga berbanding terbalik dengan proporsi distribusi siswa. Untuk mengatasi masalah ini, Tasikmalaya bertekad melakukan regouping sekolah, peralihan status SMP Satu Atap menjadi sekolah regular, pengetatan ijin operasional swasta, dan multigrade (kelasrangkap) di jenjang SD. Dr. Dedi Ahmad Kurniady, dosen UPI Bandung, sebut regrouping tidak boleh dilakukan sembarangan melainkan harus
berpatokan pada sejumlah kriteria sekolah. Dr. Andewi Suhartini, dosen UIN Bandung, sebut perlunya antisipasi risiko kebijakan. Pemangku kepentingan perlu melakukan analisis SWOT untuk penerapan PPG. Respon para pemangku kepentingan pendidikan Tasikmalaya terhadap PPG tidak seragam. Sahlan, kepala UPTD Cikalong, misalnya menolak mentahmentah kebijakan merger. Sahlan berpendapat merger sekolah dapat menyusahkan siswa dengan jarak sangat jauh, mengurangi partisipasi masyarakat, mengurangi jam mengajar guru, dan tidak kondusif untuk persaingan sehat. Kuswara, kepala UPTD Leuwisari, sebut motif guru mutasi masih demi kepentingan guru itu sendiri terutama karena pertimbangan domisili. Dudung AR, kepala UPTD Salawu, sebut PPG sebagai mutlak dilakukan. “Agar efektif, regulasi harus dibangun atas kesepakatan semua pihak di masyarakat dan bukan semata-mata kebijakan pemerintah,” tegas Dudung. [DS]
Manajemen Sekolah
Kondusif bagi Tumbuhkembang Literasi Manajemen sekolah seharusnya mendukung peningkatan taraf literasi siswa. Penerapan MBS dengan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat berpeluang untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya literasi siswa. Kepala sekolah memainkan peran penting lagi strategis dalam menumbuhkan literasi siswa. Demikian ungkap Eep Saeful Rojab Fansuri, widiyaiswara Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Umum dan Kejuruan (BPPTK-UK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, pada pelatihan untuk fasilitator daerah di Tasikmalaya (22/8). Selama pelatihan, menurut Eep, kepala sekolah didorong untuk kreatif melakukan berbagai upaya peningkatan literasi siswa. Misalnya, manajemen sekolah dapat membentuk tim pengembang budaya baca, bekerja sama dengan Perpusda, mendorong arisan buku, hibah buku, dan bazar buku murah, mendaulat siswa yang gemar membaca menjadi 'duta baca,' dan mendorong tradisi menulis cerita atau resume buku di kalangan siswa dan guru. Ara Hidayat, dosen UIN Bandung, sebut pelatihan ketiga ini sangat membantu kepala sekolah dalam hal pengembangan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. Kepala sekolah dibekali strategi dan langkah praktis menilai kinerja guru sebagai bagian dari upaya pengembangan profesi. “Jadi, ada semacam
2
USAID PRIORITAS/Asep Iryanto
sinergi yang kuat antara kepala sekolah, guru, dan komite sekolah untuk secara bersama menumbuhkan kemampuan literasi para siswa,” ujar Ara. Pelatihan membekali para calon pelatih daerah kab./kota untuk melatih pihak manajemen sekolah sedemikian rupa sehingga mereka mampu mendorong literasi siswa. Kepala sekolah dituntut menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga matematika, misalnya, menjadi semacam 'tradisi' sekolah yang menyenangkan siswa. USAID mendorong para kepala sekolah dapat memiliki integritas yang baik, mengelola sekolah secara transparan, dan mengorientasikan anggaran yang cukup untuk mendukung tumbuhnya literasi yang baik. [DS]
Nomor 12
Kabar Daerah
Kuningan Gencarkan Budaya Baca Dalam upaya menumbuhkan minat baca, pemerintah Kuningan luncurkan ‘Gerakan Budaya Baca’ ditandai dengan pelepasan Perpustakaan Keliling (Pusling) oleh Sekda Yosep Setiawan, Rabu (26/8.
arsip dan perpustakaan terus berupaya menumbuhkan minat baca.
Menurut Sekda, hadirnya mobil-mobil ke sekolah/madrasah dan desa akan bermakna strategis merangsang masyarakat untuk membaca. “Pemda berkomitmen untuk terus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai serta nyaman,” ujarnya.
Selain layanan Pusling, Perpusda juga membantu sekolah dalam mengelola perpustakaan secara baik dan benar.
Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Dudin Mufakir, mengatakan, perpustakaan keliling disebar ke 100 titik. “Saya melihat sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS sudah mempraktikkan program budaya baca, bukan hanya siswa melainkan juga para guru,” ungkapnya. Terdorong USAID, Dudin bertekad, kantor
Bantuan Teknis Sekolah
”Ini merupakan pembinaan rutin Arief Dwisaputra (kiri) melakukan asistensi di MI Cokroaminoto, Senin (03/08). terhadap sekolah, baik dasar, USAID PRIORITAS/AS Bahri menengah maupun atas. Tujuannya agar SDM di sekolah bisa Ilah berharap MI Cokroaminoto bisa dimaksimalkan,” ujar Arief Dwisaputra, menjadi MI teladan. staf pelaksana Perpusda Kab. Kuningan, di “Kami berterima kasih kepada USAID sela-sela asistensi sekolah. PRIORITAS yang telah melakukan Ilah Karmilah, ketua tim pengembang pembinaan dan membantu bahan bacaan,” budaya baca MI Cokroaminoto, mengaku ujar Tatat Pujiati, kepala MI Cokroaminoto. terbantu dengan adanya asistensi dari [ASB] Perpusda. Dengan budaya baca yang baik,
Pelatihan Putaran Tiga di Cimahi dan Bandung Barat
Asah Kemampuan Guru Genjot Keterampilan Informasi Siswa Sedikitnya 133 guru dan kepala sekolah se-Kota Cimahi mengikuki pelatihan putaran tiga pembelajaran dan manajemen di SMP/MTs, di Hotel Endah Parahyangan, Kamis-Sabtu (27-29/8/2015).
mengamati, menanya, menalar, mencipta, mencoba, dan menyajikan adalah proses belajar ideal. "Guru dituntut menggunakan pendekatan saintifik agar tumbuh sikap akademik siswa," jelasnya.
Plt Kadisdikpora Kota Cimahi Tata Wikanta mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, pembelajaran aktif dan kooperatif sangat penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dikatakannya, praktik belajar siswa melalui
Peserta mendapatkan pembekalan, pencerahan, sharing, diskusi, praktik mengajar, dan evaluasi berkelanjutan. Pihak pemerintah menilai, selama proses pelatihan dan pedampingan oleh USAID, guru mengalami banyak kemajuan.
“Saya berlatih banyak cara mendorong siswa aktif membaca, melakukan percobaan sains, dan kreatif menulis,” ujar Dian Surdijani, guru SMP 3 Cimahi. Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, menuturkan, tantangan menarik pasca pelatihan modul 3 adalah menumbuhkan keterampilan menulis pada setiap siswa. Agustina Piryanti, Kadisdikpora Bandung Barat, mendorong sekolah-sekolah mitra USAID untuk bersyukur telah mendapatkan bantuan pelatihan dan pendampingan dari USAID. “Tunjukkan rasa syukur itu dengan implementasi nyata di sekolah dan produktifitas sekolah,” pintanya. Piryanti yakin sekolah mitra USAID patut menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah lain. Didin, guru di MTs Al-Mukhtariyah menuturkan, “Cara belajar ini akan membuat anak lebih dekat dengan Bahasa Inggris.” Ia mengaku, dengan bahan bacaan yang disederhakan dan implementasinya dengan strategi yang menarik, akan lebih mudah mendampingi anak-anak di kelas.
Siswa tampak antusias melakukan percobaan sains untuk kemudian membuat laporan rinci hasil percobaan (14/9).
Engkus, Kepala SMPN 1 CIhampelas, mengaku yakin dengan pelatihan putaran 3 guru lebih kreatif meningkatkan kemampuan literasi siswa. [Pri/Air] USAID PRIORITAS/Asep Iryanto
Juli - September 2015
3
Kabar Daerah
Guru Harus Siap Hadapi MEA
Dosen mewakili kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok. USAID PRIORITAS/A Syaeful Bahri
Mitra kerja USAID PRIORITAS bukan hanya guru, komite, dan kepala sekolah di tingkat sekolah dasar dan menengah, melainkan juga menjangkau para dosen di perguruan tinggi sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Di Jawa Barat terdapat enam LPTK mitra USAID PRIORITAS meliputi UPI, UIN, Unpas, Uninus, STAI Siliwangi, dan IAID Ciamis. Program pelatihan dosen kemudian disebarluaskan ke LPTK non mitra seperti Unswagati Cirebon (di awal tahun ini) dan STKIP Muhammadiyyah Kuningan. Diseminasi program USAID PRIORITAS bagi para dosen STKIP Muhammadiyah
Kuningan diselenggarakan selama tiga hari dan diakhiri dengan praktik mengajar di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (1113/8). Pelatihan dibuka oleh Ketua STKIP dan diikuti oleh 48 orang dosen.
“Dosen-dosen perlu diberikan pelatihan semacam ini agar bisa meningkatkan kualitas perkuliahan yang mampu menjawab kebutuhan pendidikan di sekolah,” ujar Kasdar Ade Saputra, Ketua STKIP. “Dengan konsep contextual teaching learning, kami yakin bisa menghasilkan calon tenaga kependidikan yang berkualitas,'' tegasnya. Apalagi ke depan, dengan agenda MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), semua dituntut mempersiapkan diri dengan baik, karena tantangan bukan hanya datang dari dalam negeri, melainkan juga luar negeri. “Kita harus menghasilkan lulusan yang handal di bidangnya,” imbuhnya. Kasdar
juga sebut program USAID bersesuaian dengan visi STKIP Muhammadiyah Kuningan, yaitu keunggulan dan daya saing pada tahun 2020. Yudi Dirgantara, fasilitator pelatihan asal UIN Bandung, sebut tujuan pelatihan ini adalah bagaimana seorang dosen mampu kreatif dalam mengembangkan pembelajaran di dalam kelas untuk menghasilkan calon guru yang berkualitas dengan pendekatan kontekstual. “Ketika terjun di sekolah sebagai guru, alumni LPTK akan merasakan manfaat program ini karena dosen-dosen yang sekarang kita latih ini menularkan praktik pembelajaran yang baik kepada para mahasiswanya,” ujar Yudi. Khaerudin Kurniawan, dosen UPI Bandung yang juga ahli pengembangan LPTK, berharap para dosen STKIP Muhammadiyah Kuningan kiranya mempraktikkan hasil pelatihan dalam proses perkuliahan. “Perkuliahan seyogyanya diselenggarakan secara praktis seperti layaknya di sekolah agar para mahasiswa terbiasa dengan pola pembelajaran aktif dan kooperatif,” ucapnya. [ASB/DS]
Perluas Program ke Sekolah Nonmitra Komitmen Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan menyebarluaskan program USAID PRIORITAS ke sekolah nonmitra begitu tinggi. Hal ini terbukti antara lain dengan diadakannya pelatihan Modul 1 Contextual Teaching Learning untuk dua kecamatan nonmitra, yaitu Pasawahan dan Pancalang, kamis (06/08). Pelatihan yang diselenggarakan selama tiga hari sampai Sabtu ini
melibatkan empat sekolah, yaitu SMPN 1 Pancalang, SMPN 2 Pancalang, SMPN 1 Pasawahan, dan SMPN 2 Pasawahan dengan 90 orang peserta. “Saya melihat pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS berbeda dengan pelatihan lainnya,” kata Asep Taufik Rohman, Kepala Dinas Pendidikan, saat membuka kegiatan diseminasi tersebut (06/08). Abdul Hanan, salah seorang fasilitator daerah, sebut peserta melakukan praktik mengajar setelah merancang skenario pembelajaran. Untuk lebih matang, Hanan mengimbau guru-guru di sekolah-sekolah non mitra berkunjung ke sekolah-sekolah binaan USAID PRIORITAS di Kec. Cilimus dan Kec. Garawangi, guna mendapatkan gambaran lebih praktis. “Apalagi saat ini USAID PRIORITAS telah mengembangkan program budaya baca di setiap sekolah mitra,” katanya. Ini sejalan dengan program wajib baca sebelum belajar selama 15 menit dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Kepala SMPN 1 Pasawahan H. Momon Sukiman mengaku bangga atas terselenggaranya kegiatan diseminasi. “Saya yakin guru-guru yang berkualitas dapat menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas juga,” ungkapnya. [ASB/DS]
Kelompok IPS tampak serius bekerjasama menyusun skenario pembelajaran (7/8). USAID PRIORITAS/A Syaeful Bahri
4
Nomor 12
Praktik yang Baik
Kajiulang Praktik yang Baik
Perlu Dilakukan Terus-menerus Mengkaji ulang perangkat pembelajaran dan analisis hasil kerja/ pembelajaran sangat penting untuk peningkatan pembelajaran. Hal itu menjadi dasar utama dalam mempertimbangkan perbaikan maupun peningkatan kualitas proses pembelajaran. Inilah alasan mengapa dalam pelatihan modul II dan III selalu diawali dengan kaji ulang penerapan hasil pelatihan sebelumnya. Peserta Pelatihan III untuk Fasilitator Daerah Tingkat Provinsi Jawa Barat yang berlangsung tanggal 18-25 Agustus 2015 di Tasikmalaya, secara berkelompok mengkaji perangkat dan karya pembelajaran matematika di kelas IV terkait dengan KD
“Menentukan Jaring-jaring Kubus dan Balok.” Di atas meja tersaji silabus, RPP, LK yang sudah dikerjakan siswa dan dinilai guru, jaring-jaring kubus dan balok hasil karya siswa, dan lembar evaluasi yang sudah diisi siswa dan dinilai guru. Diskusi menarik terjadi dalam diskusi kelompok. “Silabus, RPP, LK, alat peraga/ media, sumber belajar, alat penilaian sudah lengkap dan baik.” Demikian disampaikan oleh Heri Hidayat, peserta dari UIN SGD Bandung “Menurut saya, tujuan pembelajaran sudah dirumuskan jelas dan spesifik sesuai dengan SK/ KD. Namun komponen pengantar atau masalah/ kasus pada LK
perlu diperbaiki agar menginspirasi dan menarik perhatian siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas,” tutur E. Siti Komariah, peserta dari Kota Cimahi. Empu Saefudin, seorang pengawas di Karawang menyampaikan pendapatnya. Menurutnya, langkah-langkah pembelajaran pada RPP sudah runtut dan menggambarkan PAKEM, mempertimbangkan gender, perbedaan individu, dan kebutuhan siswa. Ia mengingat soal pengorganisasian waktu. “Sepertinya waktu 3 x 35 menit dalam RPP masih kurang apabila melihat hasil karya pembelajaran siswa baik individu maupun kelompok yang demikian banyak,” ujarnya. Ia minta dirumuskan, apakah seluruh karya pembelajaran ini selesai dalam waktu tiga jam pelajaran itu atau sebagian tugas dikerjakan di luar jam pelajaran. [SMD]
Siswa tak Bisa Bertanya, Apa yang Bisa Guru Lakukan? “Malu bertanya, sesat di jalan.” Demikian pepatah lama menuturkan. Isyarat utama dari pepatah itu adalah betapa pentingnya kemampuan bertanya. Bertanya merupakan salah satu “senjata” penting dalam mencari, menemukan, atau mengumpulkan informasi. “Membuat pertanyaan yang relevan sebanyak-banyaknya, merupakan kegiatan utama dari langkah pertama keterampilan informasi. Jika siswa mampu merumuskan pertanyaan dengan baik, mereka akan lebih mudah mengerjakan langkah keterampilan informasi berikutnya.” Demikian penuturan Ai Sumiati, guru SDN Sukalarang ketika praktik mengajar keterampilan informasi bahasa Indonesia di kelas IV SDN 2 Sukaraja Ciamis dalam
ToT Tingkat Provinsi Jawa Barat (1721/8/2015) Namun, tidak semua siswa mampu bertanya dan merumuskan pertanyaan. Sudarjat, guru SDN Selaawi yang juga praktik mengajar di SDN 3 Sukaraja mengungkapkan, “Terkadang, siswa merasa lebih sulit untuk membuat pertanyaan daripada menjawab pertanyaan.” Hal itu diakui pula oleh Andika Maulana, salah seorang siwa kelas IV SDN 2 Sukaraja. Bagaimana caranya agar siswa mampu merumuskan pertanyaan? Bu Ai berusaha berbagi pengalaman ketika mengajarkan keterampilan informasi Bahasa Indonesia di kelas IV. Berikut kiat praktis yang bisa guru lakukan: 1. Tayangkan presentasi berisi gambar atau gambar berukuran besar sesuai tema di papan tulis agar jelas terlihat dari jarak cukup jauh.
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan buatan sendiri, siswa berhasil membuat peta konsep mengenai banjir.
Juli - September 2015
2. Lakukan tanya jawab singkat tentang hal atau peristiwa yang tampak
dalam gambar untuk menggiring siswa pada pemahaman yang sama. 3. Mintalah satu atau dua orang siswa untuk membuat sebuah pertanyan terkait gambar. 4. Tuliskan pertanyaan tersebut di papan tulis, lalu mintalah semua siswa mencermati pertanyaan. 5. Ingatkan kepada siswa bahwa pertanyaan bisa dirumuskan menggunakan kata tanya apa, siapa, berapa, mana (di mana, ke mana, dari mana), kapan, dan bagaimana (5W 1H). 6. Bagikan tiga lembar post it/ potongan kertas. 7. Minta siswa kembali melihat gambar dengan saksama. 8. Minta siswa menuliskan satu pertanyaan pada setiap post it (1 post it, satu pertanyaan) 9. Simpan potongan kertas yang sudah ditulisi pertanyaan di tengah meja. 10. Minta siswa bergiliran membaca setiap pertanyaan, kemudian tempelkan di kolom sub-tema yang sesuai. Para siswa kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: Apa yang menyebabkan air kotor? Siapa yang mencemarkan air? Kenapa air kotor? Kenapa air tercemar? Siapa yang membuang limbah di sungai? Bagaimana cara memperoleh air bersih? Mengapa sungai bisa banjir? [SMD]
5
Praktik yang Baik
Asyiknya Mencermati dan Menikmati Syair Nina Kurniani SMPN 3 Banjarsari, Ciamis Kuawali proses pembelajaran dengan memeriksa kehadiran siswa satu per satu menurut daftar hadir. Tanpa mereka sadari, pemanggilan itu mengingatkan mereka pada nomor urut masing-masing. Kubagi mereka dalam kelompok sesuai urutan daftar hadir. Nomor satu sampai dengan enam adalah anggota kel ompok Glosarium. Tujuh sampai dua belas Puisi. Tiga belas sampai delapan belas Indeks. Sembilan belas sampai dua puluh empat Fabel. Dua puluh lima sampai tiga puluh Prosa. Tanpa komando setiap siswa menuju meja berlabel nama kelompoknya. Kutulis di papan tulis kompetensi dasar (KD) 'Mendengarkan Syair' dan tujuan
pembelajaran 'menganalisis unsur-unsur syair.' Usai penjelasan singkat KD dan tujuan pembelajaran tersebut, kuputar lagu 'Burung Camar' dan semua siswa tampak antusias menikmati lagu. Kutanya kemudian para siswa mengenai arti lirik lagu tersebut dan pesan-pesan yang terkandung dalam lagu. Para siswa berlomba mengacungkan jari hendak merespon pancinganku tentang lirik dan pesan lagu itu. Wow, alangkah girang aku, sekira 90% penjelasan siswa relatif benar. Kucoba alunkan syair lain berupa salawat nabi berbahasa Sunda. Kini kuajak mereka menganalisis jumlah kata, jumlah baris, persajakan, serta pesan yang terkandung. Ternyata kemampuan mereka menangkap
Nina Kurniani
pesan syair salawat agak menurun. Lebih lemah lagi saat siswa diminta menjelaskan muatan pesan syair puisi lama. Mereka seperti kebingungan. Kuberi mereka kesempatan mempelajari unsur-unsur syair. Mereka diberi waktu lima belas menit mencari informasi mengenai unsur-unsur syair pada buku paket, perpustakaan, internet, wawancara, dan sumber informasi lain. Saat mereka kembali ke ruang kelas, aku luangkan lima menit bertanya jawab dengan siswa mengenai hasil penelusuran informasi soal unsur-unsur syair. Segera kemudian kubagi setiap kelompok lembaran syair untuk dibaca dan dicermati bersama. Sambil mereka bekerja, kubagi setiap kelompok LK guna memandu mereka menganalisis syair. Setiap kelompok tampak asyik bertukar pikiran dan bekerjasama. Sesekali ada kelompok memanggilku hendak berkonsultasi. Durasi kerja kelompok hanya tiga puluh menit. Tepat waktu, semua kelompok menyatakan selesai. Perwakilan setiap kelompok menyajikan hasil kerjanya secara bergiliran. Kelompok lain diberi kesempatan memberikan komentar. Seru, satu sama lain saling mengkritik dan melengkapi. Akhirnya, semua hasil kerja kelompok dipajang dan setiap komentar ditulis dan dilekatkan pada pajangan yang relevan. Anak-anakku tampak puas. []
Dua di antara hasil karya siswa mencermati syair.
6
Nomor 12
Praktik yang Baik
Percobaan Fotosintesis
Menghitung Gelembung Udara Lien Karlina SMPN 3 Kota Cimahi Siswa Kelas VIII SMPN 3 Kota Cimahi bereksperimen tentang fotosintesis tanaman Hydrilla Verticillata. Siswa mengobservasi peristiwa fotosintesis, membuat laporan, dan mempresentasikan hasil pengamatannya.
Kegiatan pertama, siswa melakukan pengamatan melalui bahan bacaan tentang tanaman Tradescantia berusia 40 tahun yang tumbuh dalam botol isolasi. Selama kurun waktu tersebut tanaman itu hanya sekali disiram air. Meski tak memiliki asupan air tetapi tanaman itu tetap bisa tumbuh berkat cahaya matahari. Proses fotosintesisnya diubah menjadi energi untuk mengembangkan diri. Peristiwa fotosintesis ini menghasilkan oksigen dan butiran air yang kemudian berfungsi sebagai "hujan" di dalam botol. Dengan adanya permasalahan yaitu bagaimana pengaruh cahaya terhadap kecepatan fotosintesis tanaman Hydrilla Verticillata? diharapkan siswa aktif mengemukakan pendapatnya serta membuktikan hipotesisnya melalui suatu percobaan. Secara berkelompok siswa dengan antusias melakukan percobaan fotosintesis Ingenhouz yang bertujuan untuk membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen. Satu rakitan diletakkan di bawah sinar matahari langsung dan rakitan lainnya di dalam yang tidak terkena cahaya. Jika di sekolah tidak tersedia alat praktikum, kita bisa menggunakan alat sederhana dari barang bekas seperti botol air mineral bekas, tabung reaksi bisa diganti dengan selang plastik kecil bekas untuk menampung oksigen yang dihasilkan. Anak-anak bertepuk tangan dan terlihat gembira saat melihat gelembung udara yang muncul pada tabung reaksi. Dengan senangnya, mereka mencatat jumlah
gelembung udara. Ternyata percobaan anakanak berhasil dengan terlihatnya gelembung udara. Gelembung-gelembung ini terkumpul pada dasar tabung reaksi yang dalam keadaan terbalik, sehingga membentuk rongga udara. Gas yang terkumpul ini diuji coba dengan menggunakan bara api dari lidi. Seperti yang diketahui, api dapat menyala jika ada oksigen di sekitarnya. Untuk membuktikan apakah gelembung udara yang terkumpul tersebut mengandung oksigen, maka siswa memasukkan bara api dari lidi ke mulut tabung reaksi. Ketika bara api dari lidi dimasukkan, ternyata bara api tersebut menyala (mengeluarkan api), hal tersebut membuktikan bahwa dalam proses fotosintesis gas yang dihasilkan adalah oksigen. Ini ditunjukkan dengan menyalanya bara api yang didekatkan dengan mulut tabung reaksi yang berisi gas hasil dari fotosintesis. Ternyata dengan kegiatan percobaan ini selain siswa menemukan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari, juga melatih kreativitas siswa melalui praktikum dengan alat percobaan sederhana dari barang-barang bekas yang ada di lingkungan sekitar. Tutur Bu Lien, guru yang mendampingi anak pada proses percobaan di atas. Beliau pun bertutur, “Saya sungguh senang, karena anak-anak kami sudah menjadi peneliti yang diharapkan nantinya akan menjadi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi.” []
Siswa di dalam kelompok kecil melakukan percobaan Ingenhouz (Uji Oksigen) pada tanaman Hydrilla Verticillata. SMPN 3 Kota Cimahi
Juli - September 2015
SMPN 3 Kota Cimahi
7
Praktik yang Baik
...dan Setiap Siswa pun Menjadi Ahli... Mempraktikkan Keterampilan Informasi dalam Pelajaran IPS Seluruh siswa dalam kelompok tampak tenggelam dalam kegiatan membaca. Lalu ketua kelompok menentukan anggotanya untuk mencari informasi melalui wawancara. Sesuai hasil bacaan dan wawancara, anggota kelompok ahli menentukan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan sub tema yang mereka dapatkan. Terus terang, ini sebuah cara baru yang saya lakukan dalam mengajar IPS. Anakanak dilatih sejumlah keterampilan informasi. Siswa tidak hanya menjawab pertanyaan berdasarkan informasi dari guru atau satu sumber bacaan, melainkan dari sejumlah teks bacaan baik yang relevan maupun yang tidak. Selain itu siswa pun merumuskan pertanyaan, memilah dan mengelompokkan pertanyaan sesuai tema/sub tema, dan melakukan wawancara sebelum kemudian menyusun laporan dan menyajikannya. Awalnya sempat ragu, tetapi melihat antusiasme anak-anak dan hasil belajar yang diperolehnya, saya menjadi yakin bahwa ini adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk mengembangkan keterampilan informasi siswa. Kegiatan inti keterampilan informasi ini terdiri atas enam langkah, yaitu 1) menentukan tema dan subtema; 2) menentukan sumber informasi dan mencari informasi; 3) memilih informasi yang relevan; 4) mengolah informasi; 5) mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi; dan 6) membuat laporan. Pertama, penentuan tema dan subtema dilakukan dengan cara: Siswa berkelompok beranggotakan
enam siswa (kelompok ini disebut kelompok asal); Siswa dibagi gambar kegiatan
dan modern), (2) jenis dan ciri-ciri kegiatan ekonomi di pasar, dan (3) manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat; Pertanyaan yang telah diklasifikasi ditulis
ulang pada kertas plano yang disediakan; Pertanyaan yang tidak terakomodir
dalam ketiga klasifikasi diletakkan di tempat tersendiri. Kedua, penentuan sumber dan penghimpunan informasi dilakukan dengan langkah: Siswa diminta menulis tema dan sub
tema; Siswa mengidentifikasi berbagai
kemungkinan sumber informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di atas (mis: teks, gambar, grafik, diagram, internet, video, informasi dari narasumber); Setiap siswa kelompok asal mendapat
dua kertas warna merah, kuning, dan hijau. Sehingga setiap anggota kelompok mendapat satu kertas warna. Ketiga, memilih informasi yang relevan dilakukan dengan langkah: Berdasarkan warna kertas yang diterima,
siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok ahli yang kemudian menjawab pertanyaan dari setiap satu sub tema berikut: (1) pengertian kegiatan ekonomi di pasar, (2) ciri-ciri kegiatan ekonomi di pasar, dan (3) manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat; Setiap kelompok ahli menentukan
seorang ketua; Siswa mendapat sumber informasi yang
relevan dan tidak relevan dengan sub tema;
Ali Nurdin SDN Rancairung IV Kab. Bandung Barat
Ketua menentukan anggotanya untuk
mencari sumber informasi melalui wawancara; Siswa di dalam kelompok ahli
menentukan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan berdasarkan bacaan dan wawancara. Keempat, mengolah Informasi: Siswa kembali ke kelompok asal; Siswa menggabungkan informasi dari
setiap kelompok ahli, sehingga di dalam kelompok asal tersebut sudah terkumpul informasi dari seluruh sub tema; Di dalam kelompok asal siswa
merancang kerangka laporan berdasar hasil gabungan informasi dari tiga sub tema; Siswa mendiskusikan dan menyepakati
informasi apa dan mana saja yang akan dimasukkan dalam laporan utuh (pendahuluan, inti, dan penutup). Kelima, mengidentifikasi cara penyajian: Setiap kelompok berdiskusi membuat
laporan berupa teks; Siswa secara individu menentukan
bentuk sajian laporan (misalnya berupa teks narasi, teks deskripsi, poster, leaflet, laporan pengamatan); Bisa ditambahkan kemungkinan laporan
akan dilengkapi foto, memasukkan lini masa, atau memasukkan sumber referensi. Terakhir, membuat Laporan: Setiap siswa membuat laporan sesuai
dengan bentuk laporan yang disepakati, dan memuat tiga bagian, yakni pendahuluan, inti, dan penutup; Setiap kelompok kemudian
ekonomi di pasar (gambar kegiatan usaha dan ekonomi di pasar);
diberi kesempatan untuk menyampaikan laporan/hasil kerja secara lisan di kelas secara bergiliran sementara siswa yang lain menanggapi;
Siswa mengamati gambar
kemudian merumuskan minimal tiga pertanyaan terkait tema masing-masing pada selembar kertas kecil;
Mereka juga bertukar
Setiap kelompok siswa
laporan hasil kerja dengan siswa lain dan saling mengomentari satu sama lain. []
mengklasifikasi pertanyaan yang sudah dibuatnya ke dalam tiga sub tema: (1) pengertian kegiatan ekonomi di pasar (pasar tradisional USAID PRIORITAS/Seno
8
Nomor 12
Praktik yang Baik
Problem-Based Learning
Kembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Rendahnya daya serap matematika dan lemahnya kemampuan pemecahan masalah matematis sangat mungkin disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang efektif. Padahal, kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting bagi fondasi akademik siswa. Guru perlu segera menemukan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Demikian guru MTs Negeri 2 Kota Bandung dan dosen UIN Bandung pada Konferensi Nasional Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Jakarta (8/9). Penelitian berfokus pada penerapan model problem based learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis kelas VII-G MTsN 2 Kota Bandung. Hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) ganjil menunjukkan rerata skor yang diperoleh siswa hanya 10 dari skor ideal 30. Model pembelajaran yang kami gunakan selama ini kurang membangun kemampuan pemecahan masalah matematis. Siswa terbiasa belajar secara menghafal konsep dan kurang mampu menerapkan konsep tersebut dalam situasi lain,” tutur Ida Weti, guru MTsN 2, mengenai data awal kondisi kelas. Menurut Iyon Maryono, dosen UIN Bandung, timnya mematok indikator keberhasilan PTK sebagai berikut: 1. 80 % siswa mendapat skor minimal 2 dari skor maksimal 3 dalam kemampuan mengidentifikasi masalah; 2. 50 % minimal 2 dari maksimal 3 dalam kemampuan merencanakan pemecahan masalah; 3. 50 % minimal 2 dari maksimal 4 dalam kemampuan menyelesaikan masalah; 4. 50 % nilai minimal 7 dari nilai maksimal 10 dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Aan Nurjanah, guru MTsN 2 Bandung, menyebutkan, pada siklus satu dilakukan tiga tindakan yang sama dengan materi yang berbeda, yakni materi Persegipanjang pada tindakan satu, Jajarangenjang pada tindakan dua, dan Belahketupat pada tindakan tiga. Tindakan tersebut adalah pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan PBL dengan tahapan yang sama setiap tindakan, yaitu: Orientasi siswa pada masalah, yakni
Juli - September 2015
siswa dihadapkan pada soal; Mengorganisasi siswa untuk belajar,
yakni siswa bekerja secara berkelompok terdiri atas 6 orang per kelompok dengan satu lembar kerja per kelompok; Membimbing siswa melakukan
penyelidikan, yakni guru berkeliling memantau proses diskusi. Jika ada kelompok yang bertanya, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk merangsang siswa memecahkan masalah secara mandiri; Memberikan kesempatan siswa
menyajikan hasil karya. Perwakilan kelompok melakukan presentasi hasil kerja kelompok sementara kelompok lain menanggapi. Hasil kerja kelompok lantas dipajang. Juariah, dosen UIN, menunjukkan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada siklus satu berdasarkan indikator keberhasilan penelitian: 1. Sebanyak 63% siswa (tindakan 1), 71% (tindakan 2), dan 77% (tindakan 3) mendapat skor minimal 2 dari skor maksimal 3 dalam kemampuan mengidentifikasi masalah;
memahami masalah, 92% mampu merencanakan penyelesaian masalah, 67% dapat menyelesaikan masalah, dan 64% mencapai skor maksimal 7. “Dengan demikian, target indikator keberhasilan penelitian telah tercapai,” ucap Juariah. Aan Nurjanah kemudian menyebut sejumlah pelajaran yang dapat dipetik. Semua instrumen yang digunakan
benar-benar menentukan keberlangsungan PTK. Lembar Kerja membantu
mempermudah guru dalam pembelajaran, membuat siswa lebih aktif, dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Lembar Observasi yang dikembangkan
untuk PTK harus dapat merekam tahapan-tahapan model PBL. “Terakhir,” kata Aan, “tingkat kesukaran tes pemecahan masalah diusahakan harus relatif sama, sehingga kita dapat menafsirkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.” [DS]
2. Sebanyak 69%, 26%, dan 49%, minimal 2 dari 3 dalam pemecahan masalah; 3. Sebanyak 74%, 26%, dan 34% minimal 2 dari 4 dalam menyelesaikan masalah; 4. Sebanyak 66%, 20%, dan 46% nilai minimal 7 dari 10 dalam tes pemecahan masalah matematis.
Siklus satu
Dampak tindakan siklus satu menunjukkan total 75% siswa mampu memahami masalah, 47% mampu merencanakan penyelesaian masalah, 33% dapat menyelesaikan masalah, dan 44% mencapai skor maksimal 7. “Maka, penelitian siklus satu belum berhasil dan diperlukan siklus berikutnya,” ujar Iyon. Tim lalu melakukan alur siklus dua, yang berlangsung seperti siklus satu, dengan sejumlah perbaikan. “Perbaikan dilakukan dengan penekanan proses pemecahan masalah, motivasi guru pada siswa lebih intens, anggota kelompok diperkecil menjadi empat orang, proses pengerjaan LKS lebih terbimbing, dan penyajian hasil Iyon Maryono dan Ida Weti diskusitengah lebih presentasi detail,” papar hasilIda. PTK pada konferensi (8/9). Usai siklus dua, dampak proses menunjukkan total 97% siswa mampu
Siklus dua
Siswa menyajikan hasil karya
9
Praktik yang Baik
Kafe Baca Sajikan Wawasan Pengetahuan Beragam terobosan ditempuh sekolah untuk menyediakan ruangbaca bagi segenap warga sekolah. Setiap sudut sekolah didesain sedemikian rupa agar setiap sudut sekolah menjadi sudut baca. Seolaholah, setiap individu warga didorong untuk bernyanyi, di sini baca di sana baca di mana-mana aku membaca Suasana ruang baca dengan konsep meja kursi a la kafe membuat siswasiswi semakin betah berlama-lama membaca. Selain tampak gaul, kafe baca yang berkonsep outdoor ini membuat para siswa tampak menikmati setiap lembar demi lembar bahan bacaan. Di sekeliling kafe, terdapat sejumlah slogan membaca guna menambah sugesti
Showcase
membaca. ‘Membaca adalah Jendela Ilmu,’ dan ‘Gunakan Waktu Luang untuk Membaca,’ misalnya. Rak buku dan bahan bacaan lain terletak tidak jauh dari meja-kursi kafe sehingga dapat diakses dengan mudah. hanya saja, koleksi buku masih didominasi buku paket. Kini sedang digalang sumbangan buku dari setiap warga sekolah dan telah diajukan pula permohonan kunjungan perpustakaan keliling dari Perpusda untuk mendukung kafe baca. Kafe baca tampak ramai pada pagi hari saat siswa baru tiba di sekolah sebelum proses pembelajaran dimulai. demikian juga pada jam istirahat dan jam kepulangan para siswa tampak menyempatkan diri menikmati sajian kafe baca. [ASB/DS] USAID PRIORITAS/A Syaeful Bahri
Dewi Cahyanti SDN Cibabat Mandiri 4 Kota Cimahi
Hening Membaca
Setelah membaca Alquran, kelas hening selama 10 menit sebelum pembelajaran. Para siswa asyik membaca buku. Kegiatan ‘Hening Membaca’ dilaksanakan pada setiap angkatan, kelas I sampai kelas VI. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Di setiap kelas disediakan buku bacaan
dari perpustakaan sebanyak jumlah siswa dan disimpan di kelas; Setiap hari siswa membaca buku sesuai
minat siswa 10 menit sebelum pembelajaran dimulai; Jika sudah selesai satu buku bisa tukar
dengan temannya; Buku yang sudah selesai dibaca dibuat
resume;
Salah seorang siswa diminta
membacakan cerita yang sudah dibacanya di depan kelas. Waktu 10 menit terasa kurang bagi mereka sehingga mereka melanjutkan membaca pada saat istirahat. “Bu, bisa minta waktu sebentar untuk membaca buku?” Demikian biasanya siswa minta tambahan waktu membaca setelah jam istirahat selesai. Hal ini membuktikan bahwa para siswa antusias membaca. Kegiatan ‘Hening Membaca’ sudah berjalan dua semester pada tahun pelajaran 20142015 di SDN Cibabat Mandiri 4. Kegiatan ini semakin terencana dan terarah setelah para guru mengikuti pelatihan USAID modul II. Hal ini didukung pula dengan adanya sumbangan buku dari USAID. Kegiatan membaca di SDN Cibabat Mandiri 4 semakin meningkat berkat dukungan dari kepala sekolah dan guruguru. Dari sini pulalah muncul ide untuk membentuk ekstrakurikuler CRH (Cimahi Reading Habit) yang sejalan dengan program Kota Cimahi yang dianjurkan oleh Walikota Cimahi. Kegiatan CRH dilaksanakan secara berkala dua kali dalam seminggu.
SDN Cibabat Mandiri 4/Dewi Cahyanti
10
Siswa sangat senang dengan kegiatan ini
karena mereka bisa memilih buku bacaan yang mereka sukai. Untuk menambah antusiasme para siswa terhadap membaca sesekali mereka diminta untuk mengungkapkan hasil bacaan dalam bentuk gambar ilustrasi. Sungguh di luar dugaan, ternyata mereka menyambut dengan sangat gembira karena mereka dapat berekspresi sesuai dengan daya imajinasi mereka masing-masing yang menggambarkan isi cerita buku bacaan. Dampak kegiatan 'Hening Membaca' antara lain: Hasil resume semakin baik; Wawasan siswa semakin meningkat; Mendapat piagam penghargaan dari
Kota Cimahi pada acara Jambore CRH pada tanggal 15 Juni 2015; Mendapat medali dari Gubernur Jawa
Barat pada acara “West Java Leader Challenge” pada tanggal 17 April 2015. Rata-rata siswa di kelas V-A khususnya dapat membaca sedikitnya 30 buah buku dalam dua semester. Konsekuensi kegiatan ‘Hening Membaca’ adalah jumlah buku bacaan harus ditambah. Ini tentunya berita gembira sekaligus tantangan manajemen sekolah. []
Nomor 12
Praktik yang Baik Wawat Mardiyah, MI Cicarulang, Tasikmalaya
Lihat lebih Dekat...! Manusia hidup di alam, berdampingan bersama makhluk hidup lainnya. Hewan adalah jenis makhluk yang hidup di sekitar manusia. Banyak ragamnya, banyak pula manfaatnya. Mengenal hewan sangat penting bagi manusia.Tak kenal maka tak sayang. Agar bisa mengenalnya dengan baik, lihat lebih dekat!
Pesan penting ini yang ingin disampaikan oleh Wawat Mardiyah, S.Pd, seorang guru kelas V di MIS Cicarulang Kab. Tasikmalaya kepada anak didiknya. Kegiatan inti mengamati berbagai jenis hewan yang hidup di sekitar sekolah dan tempat tinggal siswa dirancang dalam RPP. Tujuannya agar siswa mampu mengenal cara hidup hewan dan cara hewan melindungi diri dari musuhnya. “Cara yang paling tepat untuk mengenal hewan adalah melihat dari dekat,” kata Wawat. Langkah-langkah penting pembelajaran, ia tuliskan sebagai berikut:
Karya siswa dikerjakan pada lembar kerja.
Siswa yang berjumlah 22 orang dibagi menjadi empat kelompok beranggotakan 5-6 orang. Setiap kelompok diberi tugas mengamati sejumlah hewan yang mudah mereka temukan di lingkungan sekitar sekolah, seperti ayam, bebek, kambing, ulat, dan cecak. Siswa juga diberi tugas untuk membaca buku untuk melengkapi temuan dan
Wawat berikan bantuan pada kelompok siswa. USAID PRIORITAS/Dindin
pengetahuan mereka tentang hewan yang tidak mereka temukan langsung, seperti bunglon, cumi-cumi, dan kalajengking. Secara berkelompok mereka berdiskusi dan menuliskan hasil pengamatan mereka tentang cara hewan melindungi diri dari musuhnya pada LK. Setelah itu mereka pun bergiliran melakukan presentasi dan berbagi pengalaman. Dari lingkungannya anak belajar. Melalui inderanya anak mengamati dan mengetahui. Lewat perasaan dan pikirannya anak mengerti dan memahami. Lewat lakunya anak berlatih jadi terampil. Lihat dari dekat. Mulai dari yang dekat. Awali dari yang mudah. Biasakan dari hal yang sederhana. [SMD]
Menulis Itu Seperti Air Mengalir Menulis itu seperti “air mengalir,” tutur Nisa Syifana, siswa SMPN 7 Kota Cimahi. Pernyataan tersebut terlontar saat pembelajaran IPS selesai. Nisa mengaku ternyata menulis tidak sesulit yang dibayangkan. Ungkap dia, salah satu resepnya adalah tahapan penyajian sang guru membantu memudahkan menuliskan pikirannya tentang tema yang dibahas yakni ‘Penyimpangan Sosial.’ Mulai memutarkan video, menayangkan gambar-gambar, serta menyediakan bahan bacaan. Bu Wina Pujilestari (SMPN 8 Cimahi), Bu Siti Komariah (SMPN 2 Cimahi), dan Bu Nani Sobariyah (MTsN Sukasari Cimahi) tergabung dalam tim praktik mengajar di SMPN 7 Kota Cimahi. Untuk mengconect-kan siswa pada materi yang disampaikan, mereka menayangkan video yang berisi penyimpangan sosial yang marak terjadi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Tayangan video juga memuat foto-foto terkait.
Juli - September 2015
Berdasarkan tayangan video dan foto tersebut, guru mengajak anak untuk mengidentifikasi penyebab, dampak, dan cara mengatasi penyimpangan sosial. Beberapa anak menyampaikan hasil diskusi tersebut. Untuk memperkaya wawasan siswa, guru membagikan bahan bacaan terkait kasuskasus sosial. Untuk membatu anak menemukan poin penting dari bacaan tersebut, guru menyampaikan lembar kerja yang berisi penugasan yang harus dijawab, yakni: 1) Identifikasi bentukbentuk penyimpangan sosial di keluarga atau masyarakat; 2) apa faktor penyebabnya, dan 3) apa akibatnya. Tiga pertanyaan tersebut, menjadi guide untuk mengalirkan ide-ide tentang penyimpangan sosial. Secara umum, dalam satu kelas, semua anak mampu menulis laporan secara lengkap. Walhasil, kemampuan menulis anak sangat bisa diasah melalui proses
pembelajaran apa pun, termasuk IPS. Asalkan, guru siap memancing potensi anak menjadi sebuah kompetensi nyata yang kelak akan menjadi bagian penting profesi anak-anak kita. [YH]
11
Diseminasi Dampak Diseminasi
Kinerja Guru dan Siswa Membaik
Siswa SDN Cisaat Sukabumi melakukan percobaan mencangkok pohon. Tampak siswa merekam (video) dan mencatat proses percobaan sebagai bahan pelaporan kerja kelompok (27/8).
Selama kwartal dua belas (Juli-September 2015), serangkaian kegiatan diseminasi program USAID PRIORITAS berlangsung di Sukabumi, Bogor, Indramayu, Bandung Barat, Kuningan, Ciamis, Cimahi, Bekasi, Cirebon, Tasikmalaya, dan Karawang.
SDN Cisaat, Sukabumi, misalnya, para guru tampak asyik memfasilitasi proses pembelajaran. “Siswa begitu aktif terlibat dalam proses belajar yang menyenangkan dan guru pun tampak menikmati perannya yang lebih sebagai fasilitator pembelajaran,” ujar Utomo, Kasi Kurikulum dan Kesiswaan SD Disdik Sukabumi.
Di tingkat sekolah terjadi perubahan penting sebagai dampak positif penyebarluasan program USAID PRIORITAS. Di
Kegiatan diseminasi selama Juli-September 2015 telah menyerap 723 juta rupiah dana APBD dan swadana sekolah. Tabel berikut menunjukkan volume diseminasi selama kwartal 12. [DS]
, ‘, , , ‘, ‘, ‘, ‘‘, ‘ ‘ USAID PRIORITAS/Dindin
Pendekatan USAID PRIORITAS terbukti telah memberikan warna positif dalam proses belajar-mengajar. Jabar bertekad menyebarkan dan memelihara keberlanjutan program. Asep Hilman Kepala Disdikbud Jabar
Garut menaruh apresiasi terhadap dampak program USAID PRIORITAS. Memperhatikan perubahan pola pembelajaran di sekolah, program ini sangat penting bagi Garut. Helmi Budiman Wakil Bupati Garut
Pendekatan USAID sangat selaras dengan kebutuhan Kemenag. Pola ini kami adopsi baik di tingkat provinsi dan daerah kab/kota.
Harun Harosyid Kasi Kurikulum Kanwil Kemenag
Diseminasi program USAID PRIORITAS di Indramayu telah menjadi kebutuhan daerah guna menjamin akses pendidikan yang berkualitas. M. Ali Hasan Kepala Disdik Indramayu
Buletin PRIORITASkeun
Stuart Weston, Anwar Holil Erna Irnawati Dindin Solahudin Dindin Solahudin,Yeti Heryati, Seno M Daud, Makinuddin, Rudi Sopiana TI & Fotografi: Danang Tri Mulyanto, Irwan Rudiansyah Koordinator Daerah: Pribadi, Fery Apriadi, Ipin Rohana, A.Syaeful Bahri, Iin Rahmawati, H. Firdaus, Asep Iryanto, E. Sulaeman Tata Usaha: Ika Prasari Cessnarsi Bendahara: Eka Rosmitalia Distributor: Kastam Yanto, Deby Riyanto, Aji Waluyo Dewan Penasehat: Penanggung Jawab: Pemimpin Redaksi: Dewan Redaksi:
No
Paket
1 Diseminasi Modul 2 - Pembelajaran 2 Diseminasi Modul 1 - Pembelajaran 3 Diseminasi Modul 1 - Pembelajaran SMP/MTS , Gel. 1 4 Diseminasi Modul 1 - Pembelajaran SMP/MTS , Gel. 2 5 Diseminasi Modul 1 - Pembelajaran SMP/MTS , Gel. 3 6 Diseminasi Modul 1 - Pembelajaran 7 Diseminasi Modul 2 - Pembelajaran
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Diseminasi Modul 2 - Pembelajaran SMP Diseminasi Modul 1 & 2 - Pembelajaran SMP Diseminasi Modul 1 & 2 - Pembelajaran Diseminasi Modul 2 - PembelajaranSMP/MTS Diseminasi Modul 1 - Pembelajaran Diseminasi Modul 2 - Pembelajaran Diseminasi Modul 2 - MBS Diseminasi Modul 1&2 MBS Diseminasi Modul 1 - Pembelajaran Diseminasi Modul 2 - MBS Diseminasi Modul 2 - Pembelajaran SD Diseminasi Modul 2 - MBS
Peserta
Tempat/Waktu
57 orang 81 orang 45 orang
Bogor, 28 -31 Juli 2015 Kuningan, 6- 8 Agustus 2015
55 orang 60 orang 74 orang 75 orang 35 orang 52 orang 91 orang 130 orang 53 orang 126 orang 124 orang 156 orang 86 orang 20 orang 57 orang 43 orang
Bekasi, 26-28 Agustus 2015 Bekasi, 29-31 Agustus 2015 Ciamis, 5-7 September 2015 Ciamis, 25-28 September 2015 Cimahi, 15-18 September 2015 Cirebon, 14-16 September 2015 Indramayu, 25-28 Agustus 2015 Karawang, 1-2 September 2015 Kuningan, 10-12 September 2015 Sukabumi, 3-6 Agustus 2015 Sukabumi, 30 Juni - 1 Juli 2015 Sukabumi, 31 Juli - 3 Agustus 2015 Tasikmalaya, 26-28 Agustus 2015 Cimahi, 21-22 Sept 2015
Bekasi, 24-25 Agustus 2015
Cimahi, 21-22 & 25 Sept 2015 Cimahi, 28-29 Sept 2015
Keterangan
Pelatihan tingkat SD Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat MTs/Kemenag Pelatihan tingkat MTs/Kemenag Pelatihan tingkat MTs/Kemenag Pelatihan tingkat SD Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat SD Pelatihan tingkat SD Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat MTs/Kemenag Pelatihan tingkat SMP Pelatihan tingkat SD Pelatihan tingkat SD
Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh peran serta masyarakat. Sehingga perubahan mind set masyarakat soal pendidikan ‘gratis’ perlu didorong.
Pola pikir semua unsur yang terlibat harus berubah, dari pola pembelajaran konvensional menjadi interaktif berbasis gugus.
Toto Marwoto Kepala Disdikbud Ciamis
Maman Abdurahman Kepala Disdik Sukabumi
Kami sudah menerapkan pendekatan pelatihan berbasis gugus melalui kolaborasi dengan USAID PRIORITAS menunjukkan dampak penting.
Program USAID PRIORITAS membawa dampak luar biasa, sehingga kami “mewajibkan” semua KKM melakukan pelatihan pembelajaran aktif pola USAID PRIORTAS.
Dadan Sugarda Kepala Disdikpora Karawang
Ahmad Sanukri Kepala Kemenag Ciamis
USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) merupakan program lima tahun yang didanai oleh USAID dan dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas. Program USAID PRIORITAS dirancang berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang dipetik dari program Decentralized Basic Education (DBE) yang telah dilaksanakan pada tahun 2005-2010. Di Jawa Barat, USAID PRIORITAS meneruskan dukungan terbatas terhadap kabupaten/kota mitra DBE menyatakan kesediaan dan terpilih untuk menjadi mitra program. USAID PRIORITAS memberikan dukungan dan pembinaan secara penuh kepada kabupaten/kota baru di Jawa Barat selama 2012-2017.
Alamat: GRHA Commonwealth Life Lt 3 Jl. Sindang Sirna No. 38 Bandung 40153 Tlp 022-2003133 Fax 022-2007266 Email:
[email protected] www.prioritaspendidikan.org www.siapbelajar.com
12
Nomor 12