ANALISIS KUALITAS PENGUNGKAPAN INFORMASI PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI KESULITAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) Pingky Ongkowidjojo, Gatot Soepriyanto Binus University, Jln. Kebon Jeruk Raya No. 9, +62818983530,
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the quality of the information disclosure of the companies when facing financial distress. It is hypothesized the change of the quality of the information disclosure is influenced by the variables from the conditions change of the company, the change of Z-score, public ownership, the change of CEO, the leverage of the company, and the size of the company. This research used 62 samples from the companies in Indonesia that are listed at Indonesian Stock Exchange during 2007-2011 period with purposive sampling technique, considering the change from healthy companies into the companies with financial difficulty. The data were processed with the regresion analysis Binary Logistic. The research found 32 companies that improve the quality of information disclosure during the period of financial crisis and the variable of the condition of the company gives negative effect signficiant to the change of the quality of the information disclosure. Meanwhile, the variable of Z-score change, public ownership, the change of CEO, the leverage of the company, and the size of the company do not have any significance on the change of the quality of information disclosure. Keywords: the quality of the information disclosure, financial crisis, the change of company condition.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pengungkapan informasi pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Perubahan kualitas pengungkapan informasi dipengaruhi oleh variabel perubahan kondisi perusahaan, perubahan Z-Score, kepemilikan publik, pergantian CEO, leverage perusahaan, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan 62 sampel perusahaan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 dengan teknik purposive sampling, yang melihat perubahaan dari perusahaan sehat menjadi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Pengelohan data menggunakan model analisis Regresi Binary Logistic. Hasil penelitian menemukan 32 perusahaan meningkatkan kualitas pengungkapannya pada saat mengalami kesulitan keuangan dan variabel kondisi perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Sedangkan variabel perubahan Z-Score, kepemilikan publik, pergantian CEO, leverage perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Kata kunci : Kualitas pengungkapan informasi, kesulitan keuangan, perubahan kondisi perusahaan
PENDAHULUAN Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 yang bermula dari krisis di Amerika Serikat. Krisis yang terjadi disebabkan oleh subprime mortage default dan berdampak sistemik pada negara-negara di Uni Eropa dan Asia. Di Uni eropa krisis ditandai dengan permasalahan di sebuah bank kecil di Inggris yaitu Bank Northen Rock, terjadi penarikan dana besar-besaran yang dilakukan oleh nasabah sehingga mengakibatkan sentiment pasar yang negatif. Selain itu adanya krisis utang di Yunani yang menyebabkan defisit anggaran hingga 13,6 % dari produk domestik bruto dan menyatakan gagal bayar atas hutang yang diterbitkannya. Sedangkan di Asia krisis keuangan Global juga menyebabkan Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (-0.2) pada tahun 2009. Sementara China mengalami penurunan dari 11,9% pada tahun 2007 menjadi 9,7% pada tahun 2008 dan diprediksikan turun menjadi 8,4% pada tahun 2009. Demikian juga dengan India juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu 9,3% pada tahun 2007 menjadi 7,8% pada tahun 2008 dan diprediksikan menjadi 6,3% pada tahun 2009. Indonesia tidak luput terkena dampak dari krisis keuangan global, tetapi krisis yang terjadi di Indonesia tidak sedahsyat seperti yang terjadi di Amerika Serikat atau Uni Eropa. Dampak dari krisis tersebut memberikan sentimen negatif pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Angka IHSG pada bulan September 2008 mengalami penurunan hingga 50% dari level 2,745 menjadi level 1,355. Sedangkan pada tahun 2013 level IHGS mengalami penurunan sebesar 15% dari level 2,971 menjadi level 2,514. Dampak dari krisis dirasakan pada semua sektor industri yang banyak mengalami kesulitan keuangan, karena terjadinya pelemahan permintaan terhadap produk-produk ekspor, menurunnya komoditas internasional, dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Kesulitan keuangan jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan kebangkrutan. Laporan keuangan perusahaan umumnya akan memberikan informasi berupa penurunan likuiditas dan solvabilitas perusahaan, namun perusahaan dapat melakukan manipulasi laporan keuangan untuk berusaha menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya. Pengungkapan kondisi ketersedian uang tunai dan likuiditas perusahaan pada laporan keuangan bagian analisa dan pembahasan manajemen harus lakukan terutama pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Webb dan Cohen, 2007). Di Indonesia pengungkapan informasi perusahaan terdapat dalam laporan tahunan yang diatur oleh Bapepam dalam peraturan Nomor X.K.6 Lampiran keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep134/BL/2006 tentang penyampaian laporan tahunan. Adanya peraturan yang mengatur tentang pengungkapan digunakan untuk melindungi investor dari penyalahgunaan kecurangan oleh pelaku pasar modal terutama dalam hal pengungkapan. Pengungkapan informasi juga dapat membantu manajemen perusahaan dalam memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan dan membantu investor dalam mengambil keputusan yang tepat. Informasi dalam laporan tahunan terutama pada bagian Management Discussion and Analysis (MD&A) dapat membantu perusahaan dalam menginformasikan dan mengidenifikasi penyebab- penyebab terjadi kesulitan keuangan pada perusahaan. Oleh karena itu ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan perusahaan diharapkan dapat mempertahankan akuntabilitasnya dalam memberikan penjelasan secara rinci tentang kondisi perusahaan kepada stakeholders maupun investor (Webb dan Cohen, 2007). Laporan keuangan saja tidak cukup memadai untuk menilai suatu bisnis dan mengambil keputusan, karena itu dibutuh informasi MD&A yang secara kuantitas dan kualitas mampu memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas pengungkapan informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan menguji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan kualitas pengungkapan informasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain perubahan kondisi perusahaan, perubahan Z-Score, kepemilikan publik, pergantian CEO, leverage perusahaan, dan ukuran perusahaan.
Landasan Teori dan Hipotesis Kesulitan keuangan yaitu ketika perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya dan adanya masalah likuiditas. Perusahaan kehilangan sejumlah uang yang diakibatkan oleh tingkat labanya lebih kecil dari biaya modalnya. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan menunjukan kinerja perusahaan yang menurun. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) menyebabkan kekhawatiran di pasar akibat ketidakpastian kondisi dan prospek perusahaan. Kesulitan keuangan juga akan meningkatnya biaya
modal yang disebabkan adanya asimetri informasi antara manajer dan stakeholders. Reputasi manajer juga dapat terlihat buruk akibat adanya kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan. Selain itu terdapat risiko yang harus ditanggung supplier akibat kehilangan konsumen utama dan pemberian pinjaman yang sering meningkatkan biaya pinjaman demi mengantisipasi meningkatnya default risk. Pada saat mengalami kesulitan keuangan, perusahaan umumnya lebih sensitive terhadap kualitas pengungkapan informasi Management Discussion and Analysis (MD&A) karena pengungkapan tersebut dapat membantu investor untuk mengambil keputusan penting. Webb and Cohen (2007) menyatakan bahwa pada saat terjadi kesulitan keuangan, para manajer memiliki keahlian tinggi untuk dapat mengenali kondisi keuangan perusahaan dan menggunakan pengungkapan sebagai salah satu alat komunikasi bagi para pemangku kepentingan bahwa manajemen sedang berusaha mengeluarkan perusahaan dari masalah kesulitan keuangan yang lebih lanjut. Manajer juga meningkatkan transparansi pengungkapan, yang didorong oleh kebutuhan pemangku kepentingan terhadap informasi yang diperlukan dalam menilai prospek perusahaan. Informasi MD&A dapat memberikan kejelasan secara memadai tentang kondisi perusahaan dan perbaikan yang akan dilakukan oleh perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Selain itu, meningkatkan pengungkapan informasi MD&A perusahaan juga akan dapat mengantisipasi biaya yang lebih banyak dikeluarkan manajemen dalam melakukan perbaikan serta mengantisipasi gejolak-gejolak politik yang dapat merugikan perusahaan. Maka itu perubahan kualitas pengungkapan informasi perusahaan pada saat mengalami kesulitan keuangan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: Perubahan Kondisi Perusahaan dan Perubahan Kualitas Pengungkapan Informasi Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung untuk melakukan perbaikan kondisi perusahaan dengan cara restrukturisasi atau dengan merger dan akuisisi. Wijantini (2006) mengatakan bahwa perusahaan akan meningkatkan kualitas pengungkapannya pada saat perusahaan tersebut mengalami kesuliatan keuangan. Dengan harapan adanya peningkatan kualitas pengungkapan perusahaan akan dapat keluar dari masalah kesulitan keuangan yang dihadapi. Hasil penelitian Webb dan Cohen (2007) menyatakan ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan dengan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi kondisi perusahaan menjadi lebih baik pada tahun selanjutnya. Berdasarkan hasil agrumen tersebut maka hipotesis yang diajukan: Ha1 : Perubahan kondisi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungungkapan informasi
Perubahan Z-Score dan Perubahan Kualitas Pengungkapan Informasi Adanya kesulitan keuangan yang ditandai dengan menurunan kinerja perusahaan yang mengakibatkan terjadinya perubahaan pada Z-Score. Perubahan kondisi tersebut dapat diakibatkan oleh masalah keuangan. Sehingga jika tidak segera dilakukan perbaikan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Kesulitan keuangan juga menyebabkan adanya asimetri informasi diantara stakeholders dan manajer. Webb and Cohen (2007) dalam penelitiannya menyatakan dengan adanya krisis keuangan yang dilihat dari penurunan hasil Z-Score akan memicu manajemen dalam meningkatkan kualitas pengungkapan untuk menunjukan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Berdasarkan dari hasil agrumen tersebut maka hipotesis yang diajukan: Ha2 :
Perubahan Z-Score perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungungkapan informasi
Kepemilikan Publik dan Perubahan Kualitas Pengungkapan Informasi Kepemilikan saham merupakan suatu stuktur dalam perusahaan yang merupakan bagian dari tata kelola perusahaan dan tujuan dari perusahaan adalah memakmurkan pemilik perusahaan. Perusahaan dengan porsi kepemilikan publik yang besar akan mendorong manajemen memberikan informasi perusahaan yang lebih rinci. Penelitian Almilia (2008) menyatakan bahwa kepemilikan publik berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Semakin tinggi kepemilikan publik, maka perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang banyak dibandingkan dengan perusahaan yang kepemilikan publiknya rendah. Penelitian Trueman (1996) maupun Healy et al (1995) dalam penelitian Wijanti (2006) menjelaskan bahwa pada saat terjadi kesulitan keuangan, para manajer akan berimprovisasi untuk secara transparan menginformasikan kondisi perusahaan pada saat terjadi kesulitan keuangan. Salah satu motif yang mendorong peningkatan transparansi ini adalah bahwa para manajer meyakinkan para pemegang
saham bahwa perusahaan ini akan terus beroperasi. Berdasarkan dari hasil agrumen tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan: Ha3 :
Kepemilikan Publik berpengaruh pengungungkapan informasi
signifikan
terhadap
perubahan
kualitas
Pergantian CEO dan Perubahan Kualitas Pengungkapan Informasi Top management memiliki peran untuk membuat kinerja perusahaan semakin baik dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan serta keberlangsungan suatu perusahaan. Keputusan isi dari pengungkapan informasi manajemen banyak dipengaruhi oleh manajemen puncak. Pergantian CEO memungkinkan perusahaan mengubah kualitas serta isi dari pengungkapan informasi ketika perusahaan mengalami kesulitan keungan. Hal ini didukung oleh penelitian Webb and Cohen (2007) yang menyatakan bahwa pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan akan meningkatkan kualitas pengungkapan informasinya. Berdasarkan dari hasil agrumen tersebut maka hipotesis yang diajukan: Ha4 :
Pergantian CEO berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungungkapan informasi
Leverage Perusahaan dan Perubahan Kualitas Pengungkapan Informasi Perusahaan yang tingkat rasio leverage yang tinggi mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualitas pengungkapan informasi MD&A dalam laporan tahunnya. Hal ini menunjukan tingginya ketergantungan perusahaan terhadap kreditur dalam hal pembiayaan. Tetapi perusahaan cenderung untuk tidak meningkatkan pengungkapan informasi jika tingkat leveragenya tinggi. Sebaliknya jika tingkat leverage perusahaan rendah, perusahaan akan cenderung meningkatkan kualitas pengungkapan untuk mendapatkan pinjaman dari kreditur. Mujiyono dan Magdalena (2010) menyatakan rasio leverage dalam perusahaan memiliki hubungan keterkaitan dengan luas pengungakapan sukarela. Semakin tinggi tingkat leverage, manajemen mempunyai kewajiban untuk mengungkapkan lebih banyak informasi. Selain itu, Wijantini 2006 dalam penelitiannya menemukan bahwa variabel leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sukarela pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan dari hasil agrumen tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan: Ha5 :
Leverage perusahaan berpengaruh pengungungkapan informasi
signifikan
terhadap
perubahan
kualitas
Ukuran Perusahaan dan Perubahan Kualitas Pengungkapan Informasi Besar dan kecilnya suatu perusahaan dinilai dengan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total penjualan, total aktiva dan kapitalisasi pasar Ahn dan Lee (2004) menyatakan jika ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan MD&A. Mujiono dan Magdalana (2010) juga berpendapat bahwa informasi diungkapkan lebih banyak oleh suatu perusahaan yang besar. Penelitian Wijantini (2006) menemukan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sukarela pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan yang besar memiliki beragam produk dan beroperasi diberbagi tempat, termasuk di luar negeri, selain itu perusahaan yang besar juga memungkinkan untuk merekrut karyawan yang memiliki keterampilan tinggi untuk dapat mengungkapkan informasi yang lebih luas. Berdasarkan dari hasil agrumen tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan: Ha6 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungungkapan informasi
METODE PENELITIAN Sampel pada penelitian berjumlah 62 sampel perusahaan. Penetapan jumlah sampel berdasrkan metode purposive sampling yaitu menggunakan 1079 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang kemudian menggunakan formula dari Almant’s Z-score untuk menentukan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan selama periode 2007-2011.
Variabel independen dalam penelitian ini antara lain, perubahan kondisi perusahaan, perubahan Z-Score, kepemilikan publik, pergantian CEO, leverage perusahaan, dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, perubahan kualitas pengungkapan informasi pada saat perusahaan mengalami kesulitan. Untuk melihat kualitas pengungkapan informasi pada perusahaan menggunakan indeks penilaian dari jurnal Webb tahun 2007. Sedangkan untuk melihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan bantuan progam statistik SPSS versi 21.0 dengan menggunakan dua metode yaitu analisis statistik deskriptif dan regresi binary logistic. Analisis Tingkat Kualitas Pengungkapan Informasi Kualitas pengungkapan informasi dinilai menggunakan providing a tool for evaluating Management’s Discussion and Analysis dari Webb (2007) yang mengacu pada SEC. Indeks MD&A terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang terdiri dari 46 item dengan total nilai 82 poin. 4 bagian tersebut meliputi gambaran umum perusahaan, hasil operasi, sumber daya modal, dan likuiditas. Informasi tersebut disajikan oleh perusahaan pada laporan tahunan . Setelah melakukan penilaian terhadap 46 item dapat dilihat kualitas pengungkapan informasi perusahaan yaitu dengan cara total poin yang diterima oleh perusahaan dibagi dengan total poin yang tersedia. Total poin yang tersedia antar perusahaan tidak sama, karena ada itemitem yang tidak terdapat didalam perusahaan.
Metode Analisis Data Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif merupakan proses data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga dapat mudah dipahami dan diintepretasikan yang digunakan untuk mengetahui untuk mengetahui rata-rata (mean), minimum, maksimum, dan standar deviasi distribusi data yang menjadi sampel penelitian. Sedangkan untuk variabel dengan data nominal tidak diikutsertakan dalam perhitungan statistik deskriptif dengan tidak menentukan nilai rata-rata, nilai minimum, dan maksimum, dan standar deviasi, hal ini dikarenakan variabel-variabel tersebut memiliki ukuran dalam bentuk frekuensi dan presentase.
Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi binary logistic. Penelitian ini menggunakan regresi binary logistic karena variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel dikhotumus dimana angka 1 diberikan ketika perusahaan meningkatkan kualitas pengungkapan informasinya dan angka 0 diberikan ketika perusahaan menurunkan tingkat kualitas pengungkapan informasinya pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Adapun model regresi yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: CHGDQ = α - β1 OUTCOME- β2 CHGZ+ β3 PUBLIC+ β4 CHGMGT+ β5 LEV + β6 SIZE Keterangan: CHGDQ
OUTCOME CHGZ PUBLIC CHGMGT LEV SIZE α ε
: Perubahan kualitas pengungkapan informasi yang pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (perubahan positif ketika kualitas pengungkapan informasinya meningkat dan perubahan negarif ketika kualitas pengungkapan informasinya mengalami penurunan) : Perubahan perusahaan yang dari keadaan sehat menjadi tidak sehat dan berhasil melakukan pemulihan kondisi. : Perubahaan Z-Score pada kondisi perusahaan sebelum terjadi krisis keuangan (-1) dan pada saat terjadi krisis keuangan (0). : Presentase jumlah kepemilikan publik : Pergantian CEO : Leverage perusahaan : Ukuran perusahaan : Konstana : Error
HASIL DAN BAHASAN Analisis Tingkat Kualitas Pengungkapan Informasi Berdasarkan analisis tingkat kualitas pengungkapan informasi menggunakan indeks penilaian dari Webb (2007) didapat bahwa rata – rata kualitas pengungkapan informasi perusahaan di Indonesia sebesar 32% pada saat perusahaan sehat dan 34% pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Hasil tingkat kualitas pengungkapan informasi disajikan pada tabel berikut : Tabel 1 Tingkat Kualitas Pengungkapan Informasi
NO I II III IV
DISCLOSURE (%)
ELEMENTS Gambaran Umum Perusahaan Hasil Operasi Sumber Daya Modal Likuiditas
-1
0
77,16% 37,50%
75,63% 40,83%
9,54% 5,91%
11,56% 7,89%
TOTAL 32,28% 33,97% *) -1 (Tahun perusahaan sehat) dan 0 (Tahun perusahaan mengalami kesulitan keuangan) Hal ini menunjukan ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan cenderung untuk mengungkapan informasi lebih banyak untuk mengungkapkan kondisi perusahaan sehingga mengurangi asimetri informasi yang terjadi dan penilaian-penilaian yang salah mengenai perusahaan ketika perusahaan sedang mengalami krisis serta mengembalikan kepercayaan investor yang hilang akibat masalah kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan.
Analisis Statistik Deskriptif Analisis pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif statistik. Analisis deskriptif statistik digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata(mean), minimum, maksimum, dan standar deviasi pada setiap variabelnya. Berikut merupakan tabel dari hasil uji deskriptif dari setiap variabel: Tabel 2 Deskriptif Data Perubahan Kualitas Pengungkapan
Minimum 0,0
Maximum 1,0
Mean 0,645
Std. Deviation 0,4824
CHGZ
0,1005
10,0957
1,474891
1,7371412
PUBLIC
0,0052
1,0000
0,287310
0,2094850
0,0
1,0
0,18
0,3851
OUTCOME
CHGMGT LEV
0,0010
1,7955
0,533691
0,2653501
SIZE
23,5635
30,8665
27,498109
1,6954313
Berikut adalah penjelasan hasil uji statistik deskrtiptif dari variabel dependen dan independen: 1.
Perubahan kualitas pengungkapan informasi yang dilakukan oleh manajemen merupakan variabel dependen dari penelitian ini. Hasil dari uji frekuensi disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3 Deskriptif Data Perubahan Kualitas Pengungkapan
0
Dummy
Frequency 30
Percent 48,4
1
2.
32 51,6 Total *) 0: Kualitas pengungkapan menurun 1:Kualitas pengungkapan meningkat Perubahan kualitas pengungkapan perusahaan diukur dengan melihat kenaikan atau penurunan presentase kualitas pengungkapan yang diterima oleh perusahaan sampel. Untuk perusahaan yang kualitas pegungkapan informasi mengalami penurunan maka diberi angka 0 (nol) dan perusahaan yang meningkatkan kualitas pengungkapan diberi angka 1 (satu). Berdasarkan tabel diatas yang dihasilkan, terdapat 30 atau 48,4% perusahaan yang kualitas pengungkapannya menurun dan 32 atau 51,6% perusahaan yang meningkatkan kualitas pengungkapan informasi. Maka dapat disimpulkan lebih dari setengah perusahaan yang diamati meningkatkan kualitas pengungkapan pada saat mengalami kesulitan keuangan. Perubahan kondisi perusahaaan yaitu variabel yang melihat perubahan kondisi perusahaan setelah mengalami kesulitan keuangan berhasil melakukan recovery atau kondisi perusahaan menjadi semakin buruk dan berdasarkan nilai rata-rata terdapat 64,5% atau 40 perusahaan yang berhasil melakukan recovery setelah mengalami kesulitan keuangan.Sedangkan 35.5 % atau 22 perusahaan yang kondisi perusahaannya menjadi lebih buruk. Hasil pengujian statistik deskriptif variabel perubahan kondisi perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Deskriptif Data Perubahan Kondisi Perusahaan
Dummy
0
Frequency 22
Percent 35,5
1
40
64,5
62 100.0 Total *) 0 : perusahaan yang kondisinya lebih buruk. 1 : perusahaan yang berhasil melakukan recovery 3.
4.
5.
Perubahan Z-Score yaitu, ketika terjadinya kesulitan keuangan yang dilihat menggunkan metode Almant Z-Score dan hasil dari Z mengalami penurunan. Nilai rata-rata perubahan Z-Score adalah 1,474891, hal ini menggambarkan dari 62 data observasi nilai perubahaan Z-Score pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan menurun sebanyak 1,474 poin. Kepemilikan publik yaitu, variabel yang melihat presentase saham yang dimiliki oleh masyarakat dengan membandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai rata-rata kepemilikan publik 29% hal ini menunjukan bahwa kepemilikan publik pada sampel penelitian masih tergolong rendah. Pergantian CEO yaitu melihat adanya pergantian CEO atau tidak pada saat periode pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian hanya terdapat 11 perusahaan yang melakukan pergantian CEO pada data observasi. Hasil uji statistik deskriptif disajikan pada tabel berikut: Tabel 5 Deskriptif Data Pergantian CEO
Dummy Total
0
Frequency 51
Percent 82,3
1
11
17,7
62 100,0 *) 0 : Tidak melakukan pergantian CEO 1 : Melakukan pergantian CEO
6.
7.
Leverage perusahaan menunjukan ketergantungan perusahaan terhadap hutang untuk pembiayaan asetnya yang dilhat dengan membandingkan total debt dengan total aset perusahaan. Nilai rata-rata leverage yaitu 53,4 %. Hal ini menunjukan bahwa tingkat leverage pada perusahaan yang diamati cukup tinggi diatas 50%. Ukuran Perusahaan yaitu, menggambar besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan melihat total aset yang di logaritma. Nilai rata-rata ukuran perusahaan adalah 27,5. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan dalam sampel pengamatan merupakan perusahaan dengan ukuran yang cukup besar.
Analisis Regresi Binary Logistic Setelah dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji regresi binary logistic maka didapat hasil pada tabel berikut: Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis Model Regresi yang terbentuk : CHGDQ = -1,317 – 1,290 OUTCOME – 0,087 CHGZ + 0,156 PUBLIC + 0,596 CHGMGT + 1,001 LEV + 0,032 SIZE Hasil Pengujian Hipotesis Variabel OUTCOME
Koefisien -1,290
Sig. 0,026
Pengaruh
CHGZ
-0,087
0,625
Tidak Signifikan
PUBLIC
0,156
0,908
Tidak Signifikan
CHGMGT
0,596
0,416
Tidak Signifikan
LEV
1,001
0,398
Tidak Signifikan
SIZE
0,032
0,842
Tidak Signifikan
Constant
-1,317
0,778
Signifikan*
Tidak Signifikan *) Tingkat signifikansi : 0,05 (5%) CHGDQ (Perubahan kualitas pengungkapan), OUTCOME (Perubahan kondisi perusahaan) CHGZ : (Perubahan Z-Score), PUBLIC (Kepemilikan publik), CHGMGT (Pergantian CEO), LEV (Leverage perusahaan), SIZE (Ukuran perusahaan). Berdasarkan pada tabel hasil pengujian hipotesis, variabel perubahan kondisi perusahaan menunjukan nilai signifikan dibawah 0,05 yang berarti variabel perubahaan kondisi perusahaan berpengaruh terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Sedangkan tanda koefisen yang negatif menunjukan hubungan berlawan arah dengan perubahan kualitas pengungkapan. Hal ini berarti, perubahan kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan kemudian perusahaan berhasil melakukan recovery membuat perusahaan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi. Sedangkan, jika kondisi perusahaan menjadi lebih buruk pada tahun setelah terjadi krisis keuangan akan membuat perusahaan menurunkan kualitas pengungkapan informasinya. Pada hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan bahwa jumlah perusahaan dalam penelitian ini yang berhasil melakukan recovery adalah 40 perusahaan dari 62 perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Sedangkan jumlah perusahaan yang meningkatkan kualitas pengungkapannya sebanyak 32 perusahaan. Sisanya 8 perusahaan lainnya tidak meningkatkan kualitas pengungkapan. Oleh karena itu diduga 8 perusahaan lainnya mengalami kesulitan keuangan karena masalah internal yang tidak dapat diungkapkan ke publik, maka tidak meningkatkan kualitas pengungkapan informasinya. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Webb and Cohen (2007) yang menyatakan bahwa perubahan kondisi perusahaan berpengaruh terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Variabel Perubahan Z-Score menunjukan nilai signifikan diatas 0,05 yang berarti variabel tersebut tidak mempengaruh perusahaan dalam melakukan perubahan kualitas pengungkapan informasi. Hal ini dikarena penurunan Z-Score yang dilihat pada penelitian ini tidak signifikan dari perusahaan sehat menjadi perusahaan tidak sehat. Oleh karena itu perusahaan merasa tidak perlu melakukan perubahan kualitas pengungkapan informasi. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Webb and Cohen (2007) yang menyatakan bahwa perubahan Z-Score tidak berpengaruh terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Kepemilikan publik, yaitu presentase besarnya saham yang dimiliki oleh masyarakat. Berdasarkan pada tabel diatas nilai signifikan variabel kepemilikan publik menunjukan nilai 0,908 jauh diatas 0,05. Oleh karena itu variabel kepemilikan publik tidak mempengaruhi perubahan kualitas pengungkapan informasi. Hal ini dapat disebabkan karena rata-rata kepemilikan publik pada perusahaan yang diamati hanya sebesar 29%. Semakin rendah kepemilikan publik maka rendahnya tekanan kepada perusahaan untuk mengungkapakan informasi lebih banyak. Hasil ini Hasil ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mujiyono dan Magdalena (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan, karena seringkali investor menggunakan analisis teknikal daripada fundamental, maka tidak terlalu memperhatikan informasi keuangan maupun non keuangan. Pergantian CEO, ketika perusahaan melakukan pergantian CEO diharapkan adanya perubahan dalam pengungkapan kualitas pengungkapan informasi, tetapi berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis menunjukan nilai signifikan 0,416 diatas nilai signifikan 0,05. Hal ini berarti pergantian CEO tidak berpengaruh terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Tidak signifikannya variabel CEO disebabkan karena hasil dari uji statistik deskriptif sampel perusahaan yang melakukan pergantian CEO hanya 11 perusahaan dari 62 perusahaan yang diamati. Dengan demikian perusahaan banyak yang tidak melakukan pergantian CEO pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Selain itu CEO didalam perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas pengungkapan informasi dan CEO yang baru memiliki agenda dan strategi baru untuk perusahaan. Agenda dan strategi baru tersebut masih dinilai sebagai sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh kompetitor karena jika diketahui maka strategi tidak bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pergantian CEO tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Webb and Cohen (2007) pergantian CEO tidak berpengaruh terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Leverage perusahaan, variabel ini menunjukan ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam pembiayaan aset perusahaan. Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis menunjukan nilai signifikan 0,398 diatas 0,05 yang berarti variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Hal ini disebabkan hasil uji statistik deskriptif perusahaan yang diamati ratarata leveragenya cukup tinggi yaitu 53%. Oleh karena itu perusahaan sangat bergantung pada pinjaman luar untuk pembiayaan asetnya. Tingginya nilai leverage menyebabkan perusahaan menyembunyikan hal tersebut dan tidak meningkatkan kualitas pengungkapan. Sebaliknya tingkat leverage yang rendah berarti pembiayaan asetnya menggunakan modal sendiri. Semakin tinggi leverage perusahaan, manajemen akan cenderung tidak mengungkapkan kondisi perusahaan agar tetap memperoleh pinjaman dari pihak kreditor. Sebaliknya jika leverage perusahaan rendah, pengungkapan akan menjadi sebuah unsur yang dapat meningkatkan tingkat leverage perusahaan. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mujiyono dan Magdalena (2010) yang menyatakan bahwa leverage perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan, disebabkan karena kreditor maupun investor tidak terlalu memperhatikan kualitas leverage perusahaan, sehingga kurang berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Ukuran perusahaan yaitu melihat besar atau kecilnya ukuran suatu perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengungkapan informasinya karena adanya tekanan dari penyedia modal dan tekanan politik. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis nilai signifikan variabel ukuran perusahaan menunjukan nilai 0,778 diatas 0,05 maka variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi. Hal ini juga dikarenakan ukuran perusahaan pada perusahaan yang diamati cukup besar namun kecilnya saham perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat. Sehingga rendahnya tekanan dari publik kepada perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak.
SIMPULAN DAN SARAN Adapun simpulan yang dicapai dalam penelitian ini ialah bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia ketika mengalami kesulitan keuangan cenderung melakukan peningkatan kualitas pengungkapan informasi hal ini dikarenakan perusahaan ingin mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan dan mengembalikan kepercayaan investor yang hilang akibat adanya kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan. Dari hasil penelitian juga menemukan bahwa perubahan kondisi perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap perubahan kualitas pengungkapan informasi, dimana ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan perusahaan berusaha untuk melakukan perbaikan dengan cara restrukturisasi atau dengan melakukan merger dan akuisisi. Oleh karena itu perusahaan akan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi untuk memberikan keyakinan kepada investor mengenai kondisi perusahaan, maka perubahan kualitas pengungkapan informasi dipengaruhi oleh perubahan kondisi perusahaan. Adapun saran yang dapat diberikan adalah, bagi investor dapat digunakan sebagai analisa alternatif dalam menangkap gejala adanya kesulitan keuangan melalui pengungkapan informasi yang disajikan dalam laporan tahunan.
REFERENSI Ahn, T.S. & Lee, J. (2004) Determinants of Voluntary Disclosure in Management Disclosure and Analysis (MD&A): Evidence from Korea. College of Business Administration, Seoul National University, Korea. Almilia, L. S. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela “Internet Financial and Sustainability Reporting”. Jurnal Akuntansi dan Auditing, 12(2): 1-31. Altman, E. I. & Hotchkiss, E. (2006). Corporate financial distress and bankruptcy : Predict and Avoid Bankruptcy, Analyze and invest in Distressed Debt. 3rd Edition. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Bank Indonesia. (2008). Dampak Krisis Ekonomi Global pada Sektor Riil. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres. Diakses 2 mei 2013. Departemen Keuangan Republik Indonesia. (2008). Lehman Brothers dan Reformasi Birokrasi DJA. http:// www.anggaran.depkeu.go.id. Diakses 18 Maret 2013. Indonesia Commercial Newsletter. (2010). Kesulitan Keuangan Perusahaan Manufaktur. http://www.datacon.co.id. Diakses 18 Maret 2013. Indonesia Recovery. (2008). Krisis Global 2008. http://www.indonesiarecovery.com/ Diakses 10 Mei 2013 Kep-134/BL/2006. Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi emiten atau Perushaan Publik. www.bapepam.co.id. Diakses 1 April 2013 Mujiyono & Nany, M. (2010). Pengaruh Leverage, Saham Publik, Size, dan Komite Audit terhadap Luas Pengungkapan Sukarela. Jurnal dinamika Akuntansi, 2(2): 129-134. Nuswandari, C. (2009). Pengungkapan Pelaporan Keuangan Dalam Perspektif signaling Theory. Kajian Akuntansi : 48-57. Okezone.com. (2010). Krisis di Eropa dan Investasi di Indonesia. http://economy.okezone.com . Diakses 18 Mei 2013. Webb, L. H & Cohen, J. R. (2007). The Association between Disclosure, Distress, and Failure. Journal of Business Ethics, 75 : 301-314. Webb, L. H. (2007). The Question of Disclosure : Providing a Tool for Evaluating Managements’ Discussion and Analysis. Advance in Accounting Behavioral Research, 10 : 183-223. Wijantini. (2006). Voluntary Disclosure in The Annual Reports of Financially Distressed Companies in Indonesia. Gadjah Mada International journal of Business, 8(3) : 343-365.
RIWAYAT PENULIS Pingky Ongkowidjojo lahir di kota Surabaya pada 1 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi peminatan Auditing pada tahun 2013. Pada Juni 2013 penulis telah bekerja sebagai Associate Compliance pada PT Dipo Star Finance.