ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO, KEBIASAAN MEROKOK, KONSUMSI ALKOHOL DAN KUANTITAS TIDUR TERHADAP KEBUGARAN DAN KETERAMPILAN SHOOTING ATLET BASKET ASPAC JAKARTA Mahardika Ramacahya1, Kuswari Mury2, Angkasa Dudung2 1 Majoring Nutrition, Faculty Of Health Esa Unggul University West Jakarta 2 Departement of Nutrition, Faculty of Health, Esa Unggul University Jln. Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
[email protected] Abstract Background: Basketball is a sport with a high intensity that requires strength and resilience. Activities in the sport of basketball is a combination of aerobic activity and anaerobik and requires high energy. Objective : Knowing the relationship of energy intake and macro-nutrients, smoking habits, alcohol consumption and quantity of sleep to fitness and fitness to shooting skills of basketball athlete basketball club Aspac Jakarta. Methods: This study is a quantitative cross-sectional design. Sampling using total sampling and sample size is 14 athlete basketball club Aspac Jakarta. Data were analyzed using Spearman correlation Results: Average energy intake of athlete basketball Aspac Jakarta 2788.6±433.3 kkal, protein 132.9 ± 38.2 g, fat 91.4±28.04 g, carbohydrates 368.3±62.4 g. Total of 28.5% athlete basketball Aspac Jakarta smoked. Total of 85.7% athlete basketball Aspac Jakarta consume alcohol. There is a significant relation between energy intake, protein, fat to the fitness athlete with p<0.05. There is no significant relation between carbohydrate intake smoking habits, alcohol consumption and quantity of sleep to fitness with p>0.05. There is a significant relation between fitness to shooting skills. Conclusion: The role of nutrition is very important to supporting the fitness, especially skills athlete in the field of sports. It was necessary to counseling and nutritional counseling to increase knowledge for coaches and athlete basketball Aspac Jakarta related sports nutrition. Keywords: shooting skill, fitness, nutrient intake, smoking, alcohol, quantity sleep Abstrak Latar belakang: Bola basket merupakan olahraga dengan intensitas tinggi yang membutuhkan kekuatan dan ketahanan yang baik yang mebutuhkan energi tinggi. Tujuan: Mengetahui hubungan asupan energi dan zat gizi makro, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kuantitas tidur terhadap keterampilan shooting atlet basket klub basket Aspac Jakarta. Metode Penelitian: Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain penelitian cross- sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan total sampling berjumlah 14 responden. Menggunakan uji statistik korelasi spearman. Hasil: R at a- r ata Vo 2m ax 5 3 .4 l i te r/ me n i t . Rata-rata asupan energi atlet basket Aspac Jakarta 2788.6±433.3 kkal, protein 132.9±38.2 g, lemak 91.4±28.04 g, karbohidrat 368.3±62.4 g. Sebanyak 28.5% atlet basket Aspac Jakarta merokok. Sebanyak 85.7% atlet basket Aspac Jakarta konsumsi alkohol. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan protein, asupan lemak terhadap kebugaran dengan nilai p<0.05. Tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok, konsumsi alkohol serta kuantitas tidur terhadap kebugaran dengan nilai p>0.05. Ada hubungan kebugaran terhadap keterampilan shooting. Kesimpulan: Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kebugaran khususnya keterampilan atlet dalam bidang olahraga. Sehingga perlu diadakan penyuluhan dan konsultasi gizi untuk menambah pengetahuan bagi pelatih dan atlet basket Aspac Jakarta terkait dengan gizi olahraga. Kata Kunci : shooting, kebugaran, asupan zat gizi, merokok, alkohol, kuantitas tidur
Pendahuluan Kesehatan olahraga merupakan upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dengan olahraga atau latihan fisik yang benar akan dicapai tingkat kesegaran jasmani yang baik dan merupakan modal penting dalam peningkatan Kuantitas sumber daya manusia. Bola basket merupakan olahraga dengan intensitas tinggi yang membutuhkan kekuatan dan ketahanan yang baik. Aktivitas dalam olahraga bola basket merupakan kombinasi antara aktivitas yang bersifat aerobik dan anaeobik dan membutuhkan energi tinggi. Permainan bola basket memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kesegaran jasmani, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan dan kelentukan. Kekuatan otot merupakan kekuatan kontraksi maksimal otot yang dapat dikeluarkan pada tahapan tertentu. Shooting (menembak) adalah keahlian yang sangat penting di dalam keahlian olahraga basket. Teknik dasar seperti operan, dribbling, bertahan dan dan rebounding mungkin mengantar memperoleh peluang besar membuat skor, tapi tetap harus mampu melakukan tembakan. Menembak dapat menutupi kelemahan teknik dasar lainnya. Untuk keberhasilan sebuah tim harus memiliki pemain-pemain yang mampu melakukan tembakan (Wissel, 2000). Untuk melakukan tembakan dibutuhkan asupan energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) yang cukup. Semakin bertambahnya kebutuhan energi atlet dalam arti semakin berat, lamanya dan seringnya waktu latihan maka semakin banyak pula asupan zat gizi makro dan mikro bagi atlet (Fatmah & Ruhayati, 2011). Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh untuk melakukan adaptasi terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Kebugaran merupakan salah satu indikator dalam
menentukan derajat kesehatan seseorang. Seseorang yang memiliki fisik sehat dan bugar, maka seseorang dapat menjalankan aktivitas harian secara optimal (Fatmah & Ruhayati, 2011). Permainan bola basket merupakan olahraga yang dikategorikan ke dalam salah satu aktivitas tinggi yang membutuhkan kebugaran dan daya tahan otot yang tinggi sehingga menghabiskan banyak energi. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi otot dengan sangat cepat, yang sangat dipengaruhi oleh kekuatan otot. Keterampilan adalah kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh dan diperoleh melalui latihan-latihan. Seperti jenis olahraga lainnya, unutk dapat bermain bola basket setiap orang yang ingin menekuni olahraga tersebut, terlebih dahulu harus menguasai beberapa keterampilan dasar dalam permainan bola basket seperti passing, dribble, dan shooting. Pada permainan bola basket, untuk mendapatkan gerakan efektif dan efisien perlu didasarkan pada penguasaan keterampilan teknik dasar yang baik. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2017. Data pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari hasil penelitian di tempat latihan klub Aspac Jakarta di Gor Lokasari, aseba cometa sport dan di Mess Aspac Jakarta. Data karakteristik usia, berat badan dan tinggi badan melalui metode wawancara menggunakan kuesioner dan pengukuran menggunakan mictrotoise asupan energi dan zat gizi makro menggunakan metode recall 3 x 24 jam menggunakan food picture sebagai alat ban tu untuk memudahkan dalam mengestima si berat bahan makanan antara pewawan cara dan responden. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol serta kuantitas tidur wawancara menggunakan kuisioner keterampilan shooting menggunakan form penilaian yang sudah dikategorikan
berdasarkan bola yang masuk ke ring. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Populasi dalam penelitian ini berj umlah 14 orang dan sampel berjumlah 14 orang. Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik responden yang terdiri dari umur, berat badan dan tinggi badan. Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen yaitu asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat), kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kuantitas tidur dengan kebugaran. Hubungan antara kebugaran terhadap keterampilan shooting menggunakan uji statistik yaitu uji korelasi spearman. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan tabel 1 dibawah dapat diketahui bahwa nilai median usia 25.5 ± 1.08 tahun dengan nilai minumum 19 tahun dan maksimum 34 tahun. Nilai median berat badan 85.2 ±
3.49 67.1 dan 2.51 172
kg dengan nilai minumum sebesar kg dan maksimum sebesar 114.8 kg nilai median tinggi badan 185.7 ± cm dengan nilai minimum sebesar dan maksimum sebesar 205 cm. Nilai median yang didapat dari food recall 1 x 24 jam dengan 3 hari tanpa berturut-turut diperoleh asupan energi sebanyak 2915.5 ± 115.8 kkal dengan nilai minumum sebesar 1812.2 dan maksimum sebesar 3290.2 asupan protein sebanyak 127.5 ± 10.2 g dengan nilai minimum sebesar 69.5 dan maksimum sebesar 211.5, asupan lemak sebanyak 91.7 ± 7.4 g dengan nilai minimum sebesar 45.4 dan nilai maksimum sebesar 161.8 dan asupan karbohidrat sebanyak 363.4 ± 16.6 g dengan nilai minimum sebesar 273.9 dan nilai maksimum sebesar 486.2. Nilai median Kuantitas tidur atlet sebesar 8.1 ± 4.2 jam dengan nilai minimum 5.1 dan maksimal 11.1. Nilai median kebugaran 53.4 ± 1.04 ml/kg/menit serta nilai minimum dan maksimum 45.7 dan 61.7 ml/kg/menit.
Tabel 1 Distrubusi responden berdasarkan usia, tinggi badan, berat badan, asupan energi dan zat gizi makro, kuantitas tidur, VO2max Variabel Usia (tahun) Berat badan (Kg) Tinggi Badan (cm) Asupan Energi Asupan Protein Asupan Lemak Asupan Karbohidrat Kuantitas Tidur Kebugaran VO2max
n 14 14 14 14 14 14 14 14 14
Median 25.5 85.2 185.7 2915.5 127.5 91.7 363.4 8.1 53.4
Berdasarkan tabel 2 dibawah dapat diketahui bahwa kebiasaan merokok Atlet Basket Aspac Jakarta sebanyak 14 responden yang terdiri dari 3 responden (21.4%) merokok dan sebanyak 11 responden (78.6%) tidak merokok. Diketahui bahwa konsumsi alkohol Atlet Basket Aspac Jakarta sebanyak 14 responden yang terdiri dari 12 responden (85.7%) mengkonsumsi alkohol dan 2
SE 1.08 3.49 2.51 115.8 10.2 7.4 16.6 4.2 1.04
Min 19 67.1 172 1812.2 69.5 45.4 273.9 5.1 45.7
Max 34 114.8 205 3290.2 211.5 161.8 486.2 11.1 61.7
responden (14.3%) tidak mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan tabel 3 dibawah dapat diketahui bahwa keterampilan shooting atlet sebanyak 14 responden terdiri dari kategori kurang sebanyak 2 responden (14.2%), kategori cukup sebanyak 7 responden (50.0%), kategori baik sebanyak 5 responden (35.7%).
Tabel 2 Distribusi frekuensi Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan Keterampilan Shooting Variabel Kebiasaan Merokok Konsumsi Alkohol Keterampilan Shooting
Ya
n % 3 21.4 12 85.7 Baik Cukup 35.7% 50.0%
Berdasarkan tabel 3 dibawah diketahui Asupan Energi bahwa nilai koefisien korelasi r = 0.684 yang artinya variabel asupan energi terhadap kebugaran VO2max pada atlet basket Aspac Jakarta mempunyai kekuatan hubungan yang kuat positif, maka semakin tinggi asupan energi semakin baik kebugaran. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai P<0.05, berarti ada hubungan yang signifikan antara asupan energi terhadap kebugaran atlet basket Aspac Jakarta. Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembanga aktifitas otot, fungsi metabolisme lainnya, dan untuk memperbaki kerusakan jaringan dan tulang disebabkan oleh karena sakit dan cidera . Kebutuhan energi bervariasi tergantung aktifitas fisik (Almatsier, 2003). Kecukupan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makan sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Kecukupan energi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Saat melakukan olahraga atau aktifitas fisik, tubuh membutuhkan energi, saat jenis olahraga yang dilakukan adalah olahraga yang berat, dan untuk memenuhi kebutuhan energi yang optimal seseorang butuh konsumsi makanan sebelum dengan konsumsi makanan maka asupan energi dalam tubuh akan terpenuhi sehingga seseorang dapat siap dan bersemangat untuk melakukan olahraga. (Alawiyah et al ,2015). Menurut Irawan (2007) kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi yang tersimpan didalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% dari pemecahan protein. Pada olahraga dengan intensitas tinggi seperti basket,diperlukan asupan energi yang
Tidak
n 11 2 Kurang 14.2%
% 78.6 14.3
tinggi sebagai sumber tenaga selama pertandingan. Energi dari makanan akan ditransfer ke molekul penyimpanan yang disebut adenosin triposfat (ATP). Kontraksi otot untuk setiap olahraga atau aktivitas fisik yang dihasilkan oleh gerakan mengandung otot,didukung oleh energi yang dilepaskan dari pemisahan ikatan berenergi tinggi fosfat dari ATP. Meskipun ATP adalah sumber energi langsung untuk kontraksi otot,jumlah ATP yang hadir dalam otot sangat kecil (hanya sekitar 85 gram) yang harus terus diisiulang atau akan habis setelah beberapa detik olahraga intensitas tinggi (Irawan, 2007). ATP diisi kembali oleh dua sistem yang terpisah, sistem anaerob (yang menghasilkan ATP tanpa adanya oksigen dari tempat penyimpanan small ATPcreatine phosphate (CP) dan sistem laktat) dan aerobik atau menggunakan oksigen. Oleh karena itu, ATP sangat penting untuk kedua produksi kekuatan dari otot rangka. Sebagai latihan atlet, otot-otot yang menggunakan ATP sebagai sumber langsung energi (Nieman, 2011). Asupan Protein dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r = 0.657 yang artinya variabel asupan protein terhadap kebugaran mempunyai kekuatan hubungan yang kuat positif, maka semakin tinggi asupan protein, semakin meningkat kebugaran VO2max atlet basket. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai P<0.05, berarti ada hubungan yang signifikan antara asupan protein terhadap kebugaran atlet basket Aspac Jakarta. Menurut teori fungsi penting protein sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringanjaringan sebagian besar terdiri dari protein. Sehingga untuk meningkatkan kebugaran yang termasuk performa atlet dalam pertandingan dibutuhkan
protein yang lebih (Hoeger et al., 2001). Pengunaan protein sebagai sumber energi tubuh saat berolahraga biasanya akan dicegah karena hal tersebut akan menganggu fungsi utamanya sebagai bahan pembangun tubuh dan fungsi untuk memperbaiki jaringan- jaringan tubuh yang rusak. Dan dalam hubungannya dengan laju produksi energi di dalam tubuh, pemecahan protein jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat maupun lemak juga hanya akan memberikan kontribusi yang relatif kecil (Irawan, 2007). Protein berguna sebagai cadangan energi apabila tubuh kekurangan lemak dan karbohidrat. Orang dengan kebugaran yang baik lebih banyak memiliki masa otot yang sebagian besar terdiri dari protein. Sehingga untuk tetap bugar seseorang membutuhkan protein yang lebih (Hoeger et al., 2001). Asupan Lemak dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r = 0.771 yang artinya variabel asupan lemak terhadap kebugaran pada atlet basket Aspac Jakarta mempunyai kekuatan hubungan dengan kategori sedang positif, maka semakin tinggi asupan lemak, semakin meningkat kebugaran atlet. Hasil uji korelasi menunjukkan P<0.05, berarti ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak terhadap kebugaran pada atlet basket Aspac Jakarta. Lemak merupakan penghasil energi terbesar dan besarnya dua kali lebih besar dari energi yang dihasilkan karbohidrat maupun protein. Di dalam pemecahan lemak sampai menjadi energi diperlukan oksigen yang cukup banyak sehingga apabila seorang atlet memerlukan energi dalam waktu cepat, energi yang digunakan bukan berasal dari lemak melainkan dari karbohidrat (Fatmah, 2012). Hubungan signifikan disebabkan lemak dalam bentuk trigliserida akan tersimpan dalam jumlah yang cukup besar pada jaringan adipose. Ketika sedang berolahraga, trigliserida yang tersimpan dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fattyacid/FFA) untuk kemudian menghasilkan energi yang mendukung kebugaran (Irawan, 2007). Seorang atlet yang terlatih daya tahan (endurance) dapat menggunakan lemak sebagai sumber energi dalam
melakukan olahraga yang lebih berat dan selama olahrag aerobik ringan sampai sedang, simpanan lemak dapat mesuplai 50-60% kebutuhan energi. Asam lemak dapat digunakan setelah dipecah menjadi gliserol. Melalui darah gliserol Menuju hati untuk digunakan untuk memproduksi glukosa. Asam lemak bebas diangkut ke jaringan lain (otot) untuk digunakan sebagai cadangan energi pada saat latihan maupun pertandingan untuk tenaga performa atlet. (Moeleok, 1995 dalam Nurwidyastuti, 2012). Asupan Karbohidrat dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r =0.297 mempunyai kekuatan hubungan yang lemah positif yang mempunyai kekuatan hubungan yang lemah positif, maka semakin tinggi asupan karbohidrat, semakin meningkat kebugaran. Hasil uji korelasi menunjukkann nilai p= 0.303 (P>0.05) , berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat terhadap kebugaran atlet basket Aspac Jakarta. Hubungan yang tidak signifikan disebabkan kemungkinan asupan karbohidrat sudah habis dan terpakai untuk melakukan aktivitas fisik lainnya dan metode pengukuran kebugaran yang berbeda. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyebutkan karbohidrat merupakan sumber energi utama selama aktivitas fisik. Pemberian karbohidrat selama aktivitas fisik dapat mempertahankan kecukupan glukosa darah dalam menghasilkan produksi energi yang tinggi yang diperoleh dari glukosa dan simpanan glikogen otot. Ketahanan selama aktivitas fisik tidak dapat dilanjutkan saat simpanan energi didalam tubuh menurun. Kelelahan selama beraktivitas biasanya terjadi ketika glikogen otot berkurang. Rendahnya cadangan glikogen otot akan mengurangi kemampuan otot untuk memproduksi ATP melalui glikolisis sehingga mengganggu kontraksi otot (Utoro, 2011). Konsumsi karbohidrat yang dilakukan pada saat berolahraga, terutama olahraga dengan waktu yang panjang (>40 menit) dapat membantu tubuh dalam menjaga konsenterasi glukosa darah, menjaga ketersediaan glikogen hati serta menjaga agar laju pembakaran
karbohidrat tetap tinggi sehingga terjadinya kelelahan dapat ditunda dan performa atlet tetep terjaga dengan baik. (Irawan, 2007). Karbohidrat merupakan sumber energi utama atlet. Beberapa alasan yang menjadikan karbohidrat sebagai sumber energi utama atlet, yaitu karbohidrat merupakan satu-satunya zat gizi yang dapat digunakan untuk produksi ATP secara aerobik, selama latihan aerobik ringan-sedang, karbohidrat mensuplai setengah dari kebutuhan energi, pemecahan karbohidrat secara kontinu diperlukan agar lemak dapat diproses untuk menghasilkan energi sehingga mempengaruhi kesegaran jasmani (Wirasmita,2013). Kebiasaan merokok didapatkan nilai p 0.903 (p>0.05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan kebiasaan merokok terhadap kebugaran atlet basket Aspac. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang menyatakan kebiasaan merokok dapat menyebabkan peningkatan kolesterol darah. Setiap hisapan rokok dapat meningkatkan pacuan jantung dan tekanan darah, terjadi kekurangan oksigen dalam sirkulasi darah ke seluruh tubuh, penurunan kapasitas aerobik secara bertahap (Haryono,2007). Perilaku merokok mempengaruhi kebugaran atau daya tahan kardiovaskuler. Kadar karbonmonoksida (CO) pada rokok adalah 4% dengan daya ikatCO pada hemoglobin yaitu 200-300 kali lebih besar dari oksigen (Astrand, 1992 dalam Calely, 2015). Hal ini menyebabkan terhambatnya oksigen ke jaringan yang membutuhkan. Bila suplai oksigen tidak dipenuhi akan mengakibatkan produksi ATP secara anaerobik yang berdampak pada penumpukan asam laktat (Fatmah, 2011). Konsumsi alkohol didapatkan nilai p=0.478 (p>0.05) yang tidak ada
hubungan yang signifikan terhadap kebugaran atlet Aspac Jakarta. Hasil penelitian tidak sesuai teori kebiasaan konsumsi alkohol memiliki efek reaksi sebagai diuretic, sehingga menyebabkan penurunan cairan tubuh. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa kebiasaan minumal alkohol juga berpengaruh buruk terhadap risiko kegemukan, penyakit jantung, kanker dan berbagai penyakit lain yang akan memperburuk performa seseorang (Smokeout, 2000). Konsumsi alkohol dapat menurunkan kemampuan tubuh unuk menghasilkan glukosa sehingga energi yang terbentuk sedikit yang mempengaruhi Alkohol memiliki efek racun pada saluran pencernaan dan menurunkan absorbsi beberapa zat gizi (Williams dalam Calely, 2015). Kuantitas tidur didapatkan nilai p= 0.349 (p>0.05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan kuantitas tidur terhadap kebugaran atlet basket Aspac. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan (Guyton et al., 2007 dalam Saragih, 2015). Tidur terlalu lama maka tubuh menjadi kurang aktif. Hal ini megakibatkan tubuh hanya memiliki sedikit waktu untuk membakar energi yang kemudian justru disimpan sebagai lemak. Akibatnya hal ini bisa mengakibatkan peningkatan berat badan dan kebugaran semakin menurun (Nadler et al., 2003).
Tabel 3 Hasil uji korelasi Spearman asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak dan karbohidrat), kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kuantitas tidur dengan kebugaran VO2max atlet Variabel Asupan Energi (Kkal) Asupan Protein (Gr) Asupan Lemak (Gr) Asupan Karbohidrat (Gr) Kebiasaan Merokok Konsumsi Alkohol Kuantitas Tidur
Jumlah (n) 14 14 14 14 14 14 14
Hubungan Kebugaran VO2max Terhadap Keterampilan Shooting Atlet Basket Aspac Jakarta Berdasarkan tabel 4 dibawah dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r = 0.738 artinya kebugaran VO2max terhadap keterampilan shooting pada atlet basket Aspac Jakarta mempunyai kekuatan hubungan yang kuat positif, maka semakin tinggi kebugaran VO2max semakin baik keterampilan shooting atlet basket . Hasil uji korelasi menunjukkan nilai p=0.03 (p<0.05) berarti ada hubungan yang signifikan antara kebugaran VO 2max terhadap keterampilan shooting pada atlet konsentrasi, jarak tembak, mobilitas, dan daya ledak otot.
Korelasi (r) 0,680 0,651 0,550 0,543 0.036 0.478 -0,261
p-value 0,007 0,012 0,042 0,045 0.903 0.084 0,368
basket Aspac. Hubungan yang siginifikan disebabkan tingginya VO2max yaitu kapasitas maksimal oksigen yang diperoleh pada saat melakukan aktifitas intensif. Oksigen dibutuhkan oleh otot dalam melakukan setiap aktivitas berat maupun ringan. Semakin tinggi VO2max maka semakin meningkatnya kekuatan otot, kecepatan, dan keseimbangan atlet yang mendukung keberhasilan shooting basket (Abdin, 1999). Menurut Sumiyarsono (2002), selain dari kebugaran faktor teknis yang memengaruhi shooting basket meliputi
Tabel 4 Hubungan Kebugaran Terhadap Keterampilan Shooting Atlet Basket Aspac Jakarta Keterampilan Shooting Kebugaran VO2max r 0.738 Sig. (2-tailed) 0.03 n 14 Kesimpulan dan saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan asupan energi, protein, lemak terhadap kebugaran VO2max atlet. Tidak ada hubungan signifikan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kuantitas tidur terhadap kebugaran VO2max. Ada hubungan signifikan kebugaran terhadap
keterampilan shooting atlet basket Aspac Jakarta. Perlunya meningkatkan asupan energi, protein lemak, karbohidrat, untuk menunjang performa baik selama latihan ataupun pertandingan khususnya untuk peningkatan kebugaran khususnya keterampilan shooting untuk mencapai prestasi klub yang optimal.
Daftar Pustaka Andhini, R. A. (2011). Hubungan antara asupan gizi dan komposisi lemak tubuh dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet di sekolah atlet argunan Jakarta. Jurnal Instistus Pertanian Bogor , Vol 2 . Andianta, Z. (2015). Perbedaan Pengaruh Tingkat kesulitan dan Tinggi Badan terhadap hasil tembakan Free Throw Bola basket. Journal Sport and Sciences , Vol 4 (No.2). Aprianto, M., & Purnomo, E. (2013). Hubungan antara kebugaran jasmani dan keterampilan. Jurnal kesehatan olahraga , Vol 3 (no.2). Arsani, K. A. (2014). Manajemen Gizi Atlit Cabang Olahraga Unggulan di Kabupaten Buleleng. Journal Sains Teknologi, Vol 3 (no.1). Calely, Ewit Irdilla. (2015). Hubungan Asupan zat gizi, status gizi, aktivitas fisik dengan gaya hidup terhadap daya tahan kardiorespiratori pada mahasiswa UKM sepakbola Universitas Negeri Lampung tahun 2015. Program Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Esa Unggul. Depkes. (1997). Gizi Olahraga Untuk Prestas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Dewi, E. K., & Kuswari, M. (2013). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan status Gizi terhadap Kebugaran atlet bulu tangkis jaya Raya Atlet laki-laki dan perempuan di asrama ragunan tahun 2013. Nutrire Diaita Volume 5 Nomor 2 . Fatmah, & Ruhayati, Y. (2011). Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung. Fauziyana, N. (2012). Hubungan status gizi, Aktifitas fisik dan asupan gizi dengan tingkat kebugaran PT.Wijaya Karya. Journal National Public health , volume 11.
Hanum, F. N. (2011). Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi Pangan, dan Tingkat Kecukupan Gizi Terhadap Kebugaran atlet bola basket SMP/SMA Ragunan. Jurnal Gizi dan Pangan Institut Pertanian Bogor , Vol 3. Hapsari, A. t. (2013). Status Keterampilan Bermain bola basket pada club NBC (Ngaliyan Basketball Center). Skripsi Jurusan ilmu Keolahragaan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Hapsari, M., ST. Penggalih & E.Huriyati. 2007. Gaya Hidup, Status Gizi dan Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepak Bola. Berita Kedokteran Masyarakat, 23 (40), hal. 192-199. Hardkreader, H., Hogan,M.A., & Thobaben, M. (2007). Fundamental of nursing:Caring and clinical judgement. (3rd ed). St.Louis, Missouri:Saunders Elsevier. Haryono, Iswahyudi, dkk. 2007. Gaya Hidup, Status Gizi, dan Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepakbola. Program Studi Gizi Kesehatan. Yogyakarta: FK UGM. Hoeger, Werner W.K, Sharon A. Hoeger, dan Marie A. Boyle. (2001). Selected Chapter From Personal Nutrition: Principles and Labs For Fitness andWellness. USA: Wadsworth Group. Irawan, M. A. (2007). Metabolisme Energi Tubuh & Olahragawan. Sport Science Brief, Vol 01 No 7. Kemenkes Republik Indonesia. (2014). Pedoman Gizi Olahraga Prestasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Konig, D., Väisänen, Bouchard, C. Halle, M, Lakka. TA, Baumstark, MW, Alen. M, Berg. A, Rauramaa, R. (2003). Cardiorespiratory Fitness Modifies The Association Between Dietary Fat Intake and Plasma Fatty Acids. European Journal Clinical Nutrition. Kusumawati, M, Kushartanti, BM. Wara, Noerhadi, Moch. 2005. Hubungan Antara Pola Konsumsi Protein dan Fe dengan Kelincahan Pemain
Basket di UKM Basket UNJ tahun 2005. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Lutan, Rusli. (2002). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta. Depdiknas. Nadler S.F., D.J.Steiner, G.T.Erasala, D.A.Hengehold, Abelin, S., & K.W.Weingand. (2003). Overnight use of continuous low-level heatwrap therapy for relief of low back pin. Archive of Physical Medicine and Rehabilitation , 335342. Nieman, David C. 2011. Exercise Testing and Prescription: A Health Related Approach. New York, USA: McGrawHill Companie Inc. Nosa, A. (2012). Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Pada pemain Persatuan Sepakbola Indonesia Lumajang. Jurnal Prestasi olahraga , Vol 1 (No. 1). Nurwidyastuti, D. (2012). Hubungan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi dan Faktor-faktor lain dengan status kebugaran Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas tekhnik Universitas Indonesia. Jurnal Gizi Klinik Indonesia , Vol 3. Penggalih, M. H., & Huriyati, E. (2007). Gaya Hidup, Status Gizi DAN Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepakbola. Berita Kedokteran Masyarakat, , Vol. 23, (No. 4). Pertiwi, A. B. (2012). Pengaruh Asupan makan (Energi, Karbohidrat, protein, dan lemak Terhadap Daya Tahan Jantung Paru (VO2max) Atlet Sepak Bola. Journal of Sport Sciences and Fitenss , Vol 1 (No.1). Putra, R. N. (2014). Asupan Energi-Protein, Perilaku dan kebiasaan olahraga Kaitannya dengan Massa otot dan Performa Mahasiswa UKMmdan UKM Sepakbola IPB. Jurnal Gizi dan Pangan Institus Pertanian Bogor , Vol 3 (No. 2). Ramsbottom. (2001). A progressive shuttle run test to estimate maximal oxygen uptake.British Journal of Sports Medicine Vol 22: 141-5.
Saragih, E. O. (2015). Tingkat AKtifitas Fisik dan tingkat Stress serta Kualitas Tidur Mahasiswa Perempuan Gemuk dan Normal. Jurnal Fisologi Indonesia , Vol. 5 (No. 2). Sinamo, E. C. (2012). Hubungan Antara Status Gizi, Asupan Gizi dan Aktifitas Fisik dengan VO2max pada Mahasiswa program Studi Gizi FKM UI tahun 2012. Jurnal Gizi Klinik Indonesia , Volume 7. Setiowati, A. (2014). Hubungan Indeks Massa tubuh, persen Lemak tubuh, Asupan Zat gizi dengan kekuatan otot. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Volume 4 No.1. Utoro, B. f. (2011). Pengaruh Penerapan Carbohydrate Loading Modifikasi terhadap Kesegara Jasmani Atlet Sepakbola. Jurnal Kesehatan Olahraga , Vol 2 (No.1). Zulfiyani, L. (2015). Persepsi Atlet Terhadap Tingkat Kelelahan Pada Multistage Fitness Test dan Yo-Yo Intermittend Recovery test Di Tim basket Putra Sma Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Keolahragaan , Vol 3 (No.2).