BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Olahraga voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang berusaha mematikan bola di lapangan lawan dengan cara dipantulkan menggunakan pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam olahraga voli terdapat banyak teknik dasar sebagai acuan untuk dapat bermain voli secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting adalah smash. Pada olahraga voli banyak menggunakan kelompok otot-otot besar seperti otot lengan dan otot tungkai. Menurut data KONI Denpasar (2011), pada PORPROV IX Tahun 2009, kontingen Denpasar pada cabang bola voli memperoleh 1 mendali perak dan 1 medali perunggu. Hal yang sama juga didapatkan pada PORPROV X Tahun 2011 oleh kontingen Denpasar. Dari data tersebut, membuktikan tidak adanya peningkatan prestasi pada cabang bola voli di kota Denpasar. Hal tersebut disebabkan karena, kurangnya pengetahuan para pelatih tentang pentingnya aspek kondisi fisik dan tidak adanya pelatihan-pelatihan yang spesifik untuk meningkatkan kondisi fisik bagi setiap pemain. Aspek kondisi fisik dapat memegang peranan penting untuk permainan bola voli yang membutuhkan kualitas kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, kelincahan dan koordinasi gerak yang baik. Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan agar individu mampu bergerak dan bereaksi selama permainan. Berdasarkan hal tersebut salah satu komponen biomotorik dalam permainan bola 1
2
voli tidak lepas dari daya ledak otot tungkai karena dalam permainan bola voli dibutuhkan banyak lompatan saat melakukan blocking ataupun smash (Sharkey, 2003). Dalam olahraga voli, smash merupakan sebuah pukulan yang sering dijadikan serangan dalam mematikan bola untuk menambah angka atau memperoleh point. Saat melakukan smash pemain harus memiliki ketepatan dan kontrol terhadap tembakan. Oleh sebab itu untuk mempermudah dalam menempatkan bola, pemain bola voli juga harus ditunjang dengan kemampuan melompat yang baik untuk mempermudah dalam memperoleh point sekaligus dalam mematikan bola dengan smash. Kemampuan lompatan dapat menurun jika kekuatan dan daya ledak otot tungkai menurun (Fadiel, 2011). Daya ledak merupakan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Salah satu cabang-cabang olahraga yang gerakannya didominasi gerakan melompat salah satunya seperti bola voli. Setiap individu yang memiliki daya ledak seyogyanya memiliki derajat kekuatan otot, derajat kecepatan, dan derajat keterampilan yang tinggi dalam keterampilan. Daya ledak otot tungkai perlu ditingkatkan dengan bentuk pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan melompat salah satunya adalah pelatihan jinjit. Pelatihan jinjit merupakan kontraksi dari otot kaki dengan bertumpu pada ujung kaki/telapak kaki depan didukung dengan perluasan persendian pergelangan kaki. Gerakan-gerakan ini memberikan rangsangan kekuatan pada tungkai sehingga cepat sekali melelahkan otot kaki. Dalam pelatihan jinjit terjadi proses
3
kontraksi pada otot-otot tungkai yaitu otot gastroknemius dan soleus. Gastroknemius adalah otot betis yang menonjol dan mudah dilihat. Otot ini menempel pada tulang paha dan sebagian kecil menempel pada tendon achilles. Otot soleus adalah otot betis yang lebih kecil dan terletak di bawah otot gastroknemius. Daya ledak kedua otot ini sangat penting untuk ditingkatkan, karena membantu saat melakukan smash dalam permainan bola voli (Novitasari, 2013). Takaran pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai dengan beban di pinggang, kontraksi cepat, dalam repetisi kalau kecepatan berkurang pengulangan dihentikan (Satriya, dkk., 2007). Repetisi merupakan bentuk pengulangan. Dalam teori takaran beban dalam pelatihan daya ledak 40%-80% dari kemampuan maksimal (Satriya, dkk., 2007), sedangkan repetisi 12-15 dan set 3-5 (Harsono, 1988). Pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu sesuai untuk pemula yang akan menghasilkan peningkatan yang berarti (Fox, 1984). Pelatihan yang diterapkan pada penelitian ini menggunakan beban sama lebih menekankan pada perbedaan jumlah repetisi dan set. Beban di pinggang akan memberi beban tambahan pada otot-otot tungkai bagian bawah. Menurut Nala (2002), pengulangan yang tinggi akan menjadikan suatu pelatihan sangat efektif dan hal ini sangat baik dalam mengembangkan tipe serabut otot, terutama tipe otot putih yang sangat dibutuhkan dalam anggota gerak atas. Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti pengukuran dan hasil yang diperoleh mampu melakukan jinjit dengan beban di pinggang, beban maksimal yang diperoleh 11 kg. Hasil maksimal beban 11 kg dari beban ini
4
diambil 40% dari kemampuan maksimal yaitu empat kg. Repetisi dan set diperoleh antara 12-15 kali dengan tiga set, karena pelatihan ini diberikan kepada pemula sehingga takaran diambil dari yang terendah supaya semua sampel yang terpilih dapat melakukan pelatihan. Berdasarkan hasil ini diperoleh repetisi, set, dan beban dalam pelatihan jinjit dengan beban empat kg di pinggang, 12 repetisi, tiga set, dan sembilan repetisi, empat set dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai yang jumlah totalnya 36 kali. Penelitian dilakukan terhadap siswi ekstrakurikuler bola voli SMK Kesehatan PGRI Denpasar dengan beberapa pertimbangan seperti siswi menguasai teknik dasar bermain bola voli, ditinjau dari umurnya berada pada masa remaja (adolescence), dimana pada masa tersebut keterampilan secara maksimal dapat tercapai. Pertimbangan lainnya siswi ekstrakurikuler bola voli SMK Kesehatan PGRI Denpasar prestasinya kurang pada tingkat PORJAR Denpasar sehingga perlu diberikan pelatihan jinjit dengan beban yang digunakan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai dengan beban yang sama tetapi set dan repetisi yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan sebagai berikut: Apakah pelatihan jinjit beban empat kg di pinggang, 12 repetisi, dan tiga set dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu lebih baik dari pada pelatihan jinjit empat kg, sembilan repetisi, dan empat set dengan frekuensi tiga
5
kali seminggu selama enam minggu dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai olahraga bola voli siswi SMK Kesehatan PGRI Denpasar?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.3.1 Tujuan Umum Mendapatkan tipe pelatihan jinjit beban serta takaran pelatihan yang lebih baik dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai. 1.3.2
Tujuan Khusus Untuk mengetahui pelatihan jinjit beban empat kg di pinggang, 12 repetisi,
dan tiga set dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu lebih baik dari pada pelatihan jinjit empat kg, sembilan repetisi, dan empat set dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai olahraga bola voli siswi SMK Kesehatan PGRI Denpasar.
1.4 1.4.1
Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah memperoleh data
empirik tentang tipe dan takaran pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai demi perkembangan kasana ilmu pengetahuan di bidang olahraga.
6
1.4.2
Manfaat Praktis Sebagai pedoman bagi pelatih, guru dan pembina olahraga dalam upaya
meningkatkan prestasi cabang olahraga khususnya yang memerlukan daya ledak otot tungkai.