22
KRITIK TERHADAP Fll..SAFAT PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN BAHASA Olch Ikbsanudin
(Ilahasa lnggris, PBS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak:Pikiran filsafat pendidikan progresivisme telah merasuk ke dalam peudidi kan bahasa.. khususnya melalui flIsafat pragmatisme bahasa dan pcngajaran pragmarik. Rasukan tersebut te!ah mereduksi hakikat manusia menjadi sckadar maknluk individu dan makh!uk sosia! sehlngga pengajaran bahasa melupakan hakikat manusia sehagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Karenanya, perlu ada perluasan pemikiran dan pernerkayaan sudut pandang dalam kajian bahasa dan pengajaran bahasa. Kata Kllnei: Progrcsivisme, bahasa, pendidikan Pendahuluan
Kaj ian historis mengenai pengaruh pikiran-pikiran filsafat pendid ikan progresivisme John Dewey ke dalam pemikiran kebahasaan dan pendidikan babasa
telah dibahas dalam [urnal ini Volume 7 Nomor I (fkhsanudi n 2009). Dengan mengacu pada kajian tcrscbut, tcrutama hal-hal yang tcrkait dcngan karya-karya Dewey dan pcndukungnya (Dewey, John dan John L Childs. 1933:68 dan
Dewey 1967), kajian ini dilakukan untuk meninjuu
pengaruh
tersebut
secara lebih mendalam. Oleh karena itu, hal-hal e lementer terkait inti pik irati progresivrsme dan pengaruhnya dalam pendidikan bahasa tidak perlu lagi disinggung dalam kajian illi. Filsafat progreslvisme telah sangar mcrasuk dalam Icajianbahasa dan pendidikan bahasa, terutama mclalui pandangan-pandangan pragmatisme telah menjadi pusat kajian kcbahesean manpun pendldikan bahasa. Hahkan, dalam kajian
linguislik telah tumbuh suatu disiplin yang bernama pragmatik (pragmatic.,). lstilah pragmatlsme mula-mu la berasal dari bahasa Latin
'pragma" atau "pragmat-" yang berarti tindakan yang di lakukan secara scngaja atau secara sadar, r stilah tersebut pada abad 19 diserap ke dalam bahasa Inggris dengan padaan .,deed'. Dl dalam kajian filsafat, pragmatisme adalah suatu pendckatan etau cam berpikir yang menilai kebcnaran makna suatu teori atau kepercayaan atas dasar keberdayagunaannya atau keberhasilannya dalam penerapan praktis, Dalam pendidikan, filsafat pragmatisme menekankan keberhasilan peserta didik dalam belajllr untuk menghadapi keadaan sosial pada masa depannya. Pandangan
tersebut beririsan dengan pendangen progresivisme terutamn pada relativilas kebenaran. Me~kipun ada perbedaan, karena pragmatisme memandang kebenaran pada keberdayagunaan (efektivitas) atau
pernik iran
tcrscbut. studi kasus
keberhasilan daJam rnelakukan sesuatu sernentara progresivisme memandangnya sebagai sesuatu
mengnusi
yang dinamis
Gay. Mills, dan Airssian 424-444).
dan
bcrkembang
secara positlf (Ikhsanudin 2009). keduanya tidak memiliki perhatian
kepada kebenaran mutIak. Fokus utama tulisan ini adalah kandungan permkiran progresivisme dalam pendidikan bahasa pada, terutarna yang terjadi pada abad XX. Untuk menguraikannya diperlukan dua sub fokus kajian, yaitu filsafat progresivisrne John Dewey dan pandangan kntis Penulis, Subkajian filsafat progresivisme Dewey hanya diuraikan secara ringkas karena pada tulisan terdahulu pada 1umal ini (Ikhsanudin 2009). penulis telah menguraikan sisik-metik filsafat tersebut dan pengaruhnya pada pemildran pendidikan bahasa abad XX. Mllkalah ini secara khusus dibuat untuk rnemuat pandanganpandangan Penulis sesuai sud III pandang yang diyakininya rnengenai pemikiran Dewey tersebut, bahasa, dan pendidikan bahu~ Pandangan-pandangan tersebur disampaikan dalam sub bab tersendiri dengan lujuan mempermudah pcnegasan pendapat, terutsma pada aspek-aspek yang membuat penulis uu berbeda pandangan dari para ahli yang terlebih dahulu melakukan kajian. Tujuan penuiisan ini adalah mengkritisi rasukan progresivisme dalam pend idikan bahasa, Rasukanrasukan tersebut dikaji secara kritis dengan sudut pandong yang yang lebih meluas agar dua hal penting, yaitu filsaCat progresivisme dan pendidikan bahasa dapal dipandQJlg seeara lehih utuh. Unluk dapal
Penul is menggunakan
(lih. Richards, 2UIl:!, PI). 20-22;
.Iejak FlIsa(at Pr~ro::simme Joltn Dewey Pikiran-pikiran Progrcsivisme John Dewey menjadi perhauan dalam mekalah ini karena setakat ini pikiran-plkirannya nyaris
tldak
pernah
disinggung
dalam
sumber-sumbcr bacaan kebahasaan maupun pengajarnn bahasa. Dalam
pandangan penulis ini. pikiranpikiran progresivisme John Dewey telah mengakibatkan revolusi pernikirun pendidikan dan turut menyuburkan pemikiran demokrasi di Amerika Senkat, Meskipun pikiran-pikirdll John Dewey nyaris tidak pernah disinggung dalurn literature-lireratur kebanasean dan pendidikan bahasa, sangat mungkin pikiran-piklrun tersebur mernpengaruhi curu berpikir publik Arnerika pada aknir abad XIX dan awal sampai pertengshan abad XX. Dapat diduga, pikiran-pikiran progresivisme Dewey pada kadar
tertentu mernengaruhi pada bahasawan dan pcndidik bahasa kurena sccara umum peodidikan di Amerika sangat pernah mengalami. bahkan pada kodar tertentu sampai sekarang, pengaruh pikiran filsafat lersebut. Pikiran progresivisme John Dewey mengenai pendidikan tertuang dalam bukunya mengenai sekolah dan masyarakat dan demokrasi dalam pendidikan (c f
Dewey II!o9 dan 1916) sangal berpengaruh terhadap pendidikan Amerika pada akhir Hbutl XIX dall awal abad XX. Sepeni diulas (ll~h
Wilds dan Lottich (1970:43J-435). karya-karya Dewey tclah mernbuat tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat sostologis dan teknik-teknik sosialisasi aktual dalam pendidikan menjadi perhatian paling besar daripada mass-mass sebelumnya,
Pcmikiran-pemikiran Dewey diikuti oleh para murid dan pengikutnya, scpcrti: William H. Kllpatrik, Boyd H. Bode, Thomas H. Briggs, Ross L. Finney, dan George S. Counts. Mcskipun orang-{)rang tersebut ... yang juga dijuluki "Molders of the American mind" (pembentuk pcmikiran Amerika) - tidak sepenuhnya setuju dengan pemikiran Dewey. Meskipun demikian, mereka sependapat dengan Dewey dalam hal pentingnya filsafat sosial dalam pcndidikan. Kiprah Dewey datum pcnyuburkan pemlklran pragmatisme dimulai sejak dia mening-
galkun Universitas Michigan pada t 894 untuk mcnjadi Ketue Dcpancmen Filsafat dan Pendidikan di Universitas Chicago yang baru berdiri. Posisi barunya sangat pas untuk mengembangkan gagasangagasan pendidikan progresif yang memang juga tepat pada waktunya, t'ada 1896 Dewey mendirikan ~ekol8h Laboratorium (lab-school) - yang sekarang lebih dikenal dcngnn ;$Iilah Dewey School atau Sekolah De......:} (CI Mayhew dan Ed\vard~ 1936 Cremin 1959). Di sekolah tersebut ia dapar mengembangkan eksperimen praktis alas teori-tcorinya rnengenai pendidikan yang memasyarakat. Sekoiah Dewey adalah pclopor sckolah-sekolah sejems yang kemudian tumbuh di berbagai
tempat. Di Eropa tumbuh semarak
lembaga-lembaga experimental scperti sekolah-sekclah countryhome Herman Lietz di Jerman, di Prancis berdiri the French Ecole des Roches of Edmund Demolins, dan di Belgla
berdiri
sekolah-sekolah
progresif yang didirikan oleh Ovide Decroly, Di Amerika juga terJedi perturnbuhan sekolah yang sama menjamumya dengan di Eropa, sepertl: the Francis W. Parker School of Chicago, the Miriam School di Universitas Missouri, the Menonw1Jie School di Wisconsin, Ihe Lincoln Scoot dan the Speye r School di Unlversltas Columbia, dan the Fairhope (Albama) Scool,
Masih banyak sekolah serupa yang tidak dapat disebutkan di sini. Terkait
dcngan
pengelolaan
sekoleh-sekolah terseeut di Amerika didirikan the Progressive Education Association dan di Eropa didirikan
the New Education Fellowship (Wilds dan Lottich 1970:432-434). Pandangan Peaulls ManllSta dan Pendidikan Apapun benluk kajiannya, filsafat progresivlsrnc mengaj i halhal yang terkait dengan manusia dan kcmanusiaan. Setiap manusia dilahirkan dengan potensi yang sama - rneskipun dengan bllka! dan minat yang .berbeda-beda - dan dengan tugas dan kewajiban sarna. Manusia juga ditahirkan dengan martabet yang sarna rneski dengan
wama kulit dan suku yang berbedabeda, Tidak ada manusia yang dapat rnemilih akan dilahirkan sebagai suku apa dan bangsa apa. Perbedaan-perbedaan
yang .terjadi
pada diri manusia merupakan rahmat Allah untuk keberagaman dan persaudaraan sesama manusia.
Dengan takdimya sebagai malU1luk yang paling sempura di banding makhluk-makhluk lain,
ketundukan Pencipta.
manusia
berimpllkasi
merniliki
konsekwensi
kepada
kcpada sclain Sang Ketundukan manusia
sclain pods
Sang
Pcncipta si
rendahnya
makhlukmakhluk lain sehlngga tercipta kemakmuran di muka bumi, yaitu menjadi khalifah di muka bumi. Konsekwens i kekha lifahan adal all berlaku benar dan layak menjadi teladan serta bertanggongjawab terhadap semua yang ada daJam binaannya. Oleh karena itu, manusia sebagal khalifah harus selalu memel ihara dan meningkatkan kualitas dirinya agar dupat me'lilllankan tugas-tugas kekhalifahannya. Dengan tanggungjawab kckhalifahannya manusia hams dapac mengolah alam secara benar dengan
manusia rersebut karena pada
memperhatikan asas-asas manfaat, keber Janjutan, kead iIan, dan sebagainya. Tanggungjawab terse bur
kepada orang "suci" dan sebagainya. Lebih nista lagi apabila
untuk
"membina"
juga mengharuskan manusia dapat bermasyarakat dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan bermasyarakat bukan hanya melibatkan kegiatan manusia sebagai anggota rnasyarakat tetapi juga sebagai pemimpin dalam masyarakat. Dengan takdirnya sebagai hamba ciptaan AIlah, manu sia barus dapat rnenemptakan dirinya secara benar terhadap Allah. Sebagaimana makhluk-makhluk lain yang bergerak dan beredar sesua i dengan hukum-hukum
yang ditentukan oleh
Allah - Sang ?encipta, mlll1usia juga harus mengikuti ketenruanketentuan
Sang
Pencipta.
Sebagaimana ditulis olch R21is (1987 ;.13-17), sikap ylU1g benar manusia terhadap Sang Penclpta IIdalah kctundukan total tanpa sYlIrat dan membebaskan din dari
hnkikatnYII derajamya sudah linggi sejak di lahirlcan. Dengan ketunIlukannya kepada selain Allah, 51 man usia mcrcndankan harga dirinya. Misalnya, jika seorang manusia yang tunduk kepada manusia lain, maka harge dirinya menjadi di bawah manusia Jain tersebut. Oleh karena itu, sangarlah nista seseorsng yang tunduk kepada manusia lain, misalunya: seorang iSlri terhadap suami atau sebaliknya, seorang rakyat tunduk kepada
penguasa, si miskin tunduk kepada si
kaya,
orang
"biasa ,.
umduk
manusia tunduk kepada bendsbenda keramat, kepada iblis, kepada ada
hawa
nasfunya
sendiri,
kepada
uang, dun sebagainya, Tunduk kepada Allah secara mutlak rnemiliki beberapa dimensi penting. Dimensi pcnama adalah kepaiuhan, Maklduk yang bemama rnanusia harus patuh terhedap Allah. Sang Pencipta sernesta. Dimensi
kedua adalah kecintaan. Manusia yang palOh kepada Sang Pencipta mencintai penciptanya dan merasa bahwa Sang Poncipta adalah yang paling penting dalam kehidupannya. Kecintaan dan pcmentingan terscbu( merupakan konsekwensi kc:rcrikatannya kepada Sang Pencipra. Dimen si k~l iga ada lah ajaran. Manusia yang tunduk kepada Allah akan mengikuli ajaran AlIal! di alas ajaran-ajaran lain karena Alluh. Ajaran Sang Pt!ncipla dan yang Mahllkuasa adalllh ajaran yang
2()
.JuntJ} (:(Ifrawala
K"'/JetJdidikan '101.8. .1\"0./ .. 'danl 2010: 1- 100
terhaik dan ajaran yang kebenarannya mutlak. Adalah suaur kewajaran apabila sesuatu yang rnencipta dan memelihara secara sempuma memiliki ajaran yang benar dan juga merupakan kewajaran apabila ajaran yang benar ditempatkan di atas ajanm-:yaran yang lain. Hakikat pendidikan adalah
upaya menempatkan manusia pada takdirnya sebagai makhluk yang terhaik dan pada kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di muka bumi. Dengan kata lain. pendidiknn adalah upaya memanusiakan manusia dan untuk berjalannya (mamuliakan) kemanusiaan (IQ flourish humanity). Dua d imensi pendidikan - kehambaan dan
kekhallfahan-tersebut
dapat
diupa-yakan
melalui peningkatan iman dan ilmu, Iman tidak dapat berialan sendiri karena untuk mengokohkan keimanan diperlukan ilmu, llmu juga tidak dapat be~lalan sendiri karena pengalaman mcnunjukkan bahwa ilmu hanya dapat menyelesaikan pertanyaan apa dan bagairnana (Maarif 2U04:26).
Jadi, pendidikan harus dapat menycimbangkan kelmanan dan kcilmuan manusia untuk pada gihrannya terjadi juga manifestasi keimanan yang didukung dengan iImu yang cukup dan manifcstasi kellmuan yang dilandasi dengan keimanan yang memadai. Manusia yang belum bcriman secara henar kepada Sang Khalik adalah manusia yang belum rnerdeka dari penindasan sesama makhluk dan belum mcmahami slat US kemanusiaannya [Rajs 1987:15). Kcimanan yang benar anak herbuah pada karya-karya yang baik (amal saleh). Amal saleh
bukan IU1n)ol1 peribadan rirual seperti yang dipahami seeara sempil oleh sementara kalangan tetapi segala tindakan manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi makhluk lain (lkhsanudin 2001.ix), Masalah tersebut adalah masalah terbesar yang harus ditangani oteh pcndidikan. Babasa dan Pendldlkan Bahasa Bahasa memi liki IUngsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sebagai makhluk individu, manusia memerJukan bahasa untuk berpikir, berkomunikasi intrapersonal, dan memahami dunia sekitarnya, Sebagai makhluk religius. manusla memerlukan bahasa untuk mengekspresikan pengabdian dan menyampaikan doa-doanya kepada Tuhan yang dipujanya. Sebagai makhhik berbudaya, manusia memerlukan bahasa untuk memikirkan dan mcngaktuallsasikan pikiran, perasaan, karya, dan karsanya. Sebagai rnakhluk sosial, manusia memerlukan bahasa untul<.berinteraksi dengan sesame manusia, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, sampai dengan melakukan kegiatan-kegietan ekonomi. Pendeknya, tidak ada kiprah manusia di bumi yang tidak memerlukan bahasa. Definisidefinisi bahasa yang beredar setakat ini seperti yang disenaraikan oleh Ikhsanudin (200S), yailu pemikiranpcmikiran Sapir (1921), Bloch dan Tragger (1942). Chomsky (1957), Hall (1968), Wardaugh (1972), Pinnocbiaro (1974), Pei dan Gaynor (197S), dan Halliday (198S) masih belum cukuJl memadai. Dengon kata lain, masih diperlukan pengajian Icbih mendalam mengenai bahasa
rnemperoleh definisi yang komprehensif mengenai bahasa, Karena luas dan kompleksnya kegiatan manusia yang me-merhilum bahasa, dalam kehidupan manusla babasa memiliki fungsi untuk
yang
amat
luas-bukan
sekadar
untuk memahami dan menyarnpaikaa maksud kepada orang lain. Secara individu. manusia sangat terbantu oleh bahasa dalam rnengernbangkan dirinya, dari pengembangan
ernosi, spiritualitas,
intelcktualitas, sarnpai dengan kemampuan pslkomotorik, Secara religias, manusia dapat mcnjadi lebib dekat kepada Tuhannya dengan me lakukan ritual dan dUB menggunakan bahasa. Secara budaya, manusia menjadi lebih maju dalam peradaban karena mernanfaatkan bahasa unruk mCIl'8S8, berpikir, melahirkan kehendak, dan berkarya, Secara soslal, manusia dapat membangun komunltas,
bangsa,
negara
dan
kesejahteraan
bahkan
bersama,
mcnyelesai kan perse lisihan, dun sebagainya. Oleh karena itu, suatu bahasa yang telah disepakatl menjad i linguafranca da lam suatu Negara (seperti bahasa Indonesia) harus d ibangun agar dapat menjalankan fungsi-fungsi di alas dan dapat memuliakan man usia don kernanusiaan secara lebih optimal. Pendidikan bahasa bukan sekadar untuk membuat manusia mampu
berkomunikasi
interper-
sonal. Karena komoleksnya identitas manusia, luasnya fungsi dan mIst kemanusill8n, d8Jl pada kenyataannya banyak bahasa .yang clapsl digunakan untuk memonuhi kebutuhan identitas dan rungsi serm misi kemanusiaan tersebut, pend i-
dikau bahasa hendaknya dapal menycntuh optimelisasi kecerdasan berbahssa
unruk
rnernenuhi
kebutuhan identita» manusia dan fungsi serta misi kcrnanusiaan di muka bumi. Peran guru sebagai fasiluetor pcrnbelaiaran bahaso dan orang tua scbagai sosok dewasa yang menjadi suri tauladan dalarn membangun tradisi dan dan memuliakan kemanusian tidak mungkin dapor tergantikan. Pernikiran-pemikiran pragma-tisme
pada satu sisi telah
membcrikan sumbangan signifikan pada bidang pendidikan, kebahasaan, dan pendidikan bahasa. Gagasaa Dewey yang berisi demokratlsasi pendidikun, pengutamaan kemam-puan berpikir, pentingnya pengalaman langsung. pemecahan masaJah secara mandiri. pengorelasian
fakta-data-pengcta-
huan, dan pemunculan gagasan siswa dalam pemecahan masalah dapat merangsang perkem-bangun dapat rnempercepat perubahan
perilaku sebagai hasil belajar. Namun, perubahan perilaku yang tidak diarahkan seeara hati-hati dapat berefek samping pada perubahan peri laku yang tidak terkendali. Akibatnya, sangat mungkin terJadi kcmunduran ~t('Iback) tradisi dan peradaban suatu
masyarakat Terlebih
atau lagi,
kcbudayuan. perkem-bangan
religiusitas dan spiritualitas akan terganggu karena sangar mungkin pet'tentangan antara hawa nafsu dan akal dalam diri pcbelajar akan dimenangkan hawa nafsu akibal kebebasan yang teciptll. Dalam padl1 itu. pemikiran-pcmikiran kebahasaan dan pendidikan bahasa yang hanya mengutamakan rungsi
kamun ikati f dan kebudayaan pada satu sisi mcrupakan kemaj uan bcsar
karena telah menghasilkan kemajuan daJam pem bclajaran bahasa sehingga bahasa mcnjadi lebih mudah dikuasai, Namun. pads sisi lain, pemikiran-pcmlkiran tersebut telah mereduksi hakikat dan fungsi manusia serta misi kcmanusiaan sebagairnana dlaiarkan oleh agama. Oleh karena itu, diperlukan
perluasan
pem ikiran pendidikan,
kebahasaan, dan pendidikan bahasa ke arah hakikat manusia sebagai makhluk religius, Namun, hal tersebut tidak berarti tidak lagi
memperhatikan peningkatan pemikiran
terkait
sebagai
hakikat
makh luk
manusia
individu.
Perluasan pcmikiran tersebut pada
gilirannya akan rnembuat bahasa dan pcndidikan berfungsi lebih hoi istlk karena dUll alas an. Pertama, dengan perluasan pemikiran pcndidikan, kebahasaan, dan pendidikan hahasa ke arah rcligiusltas penutur bahasa dan pebelajar bahasa diharapkan bahasa
dan pcndidikan bahasa akan dapat mcnjangkau kebutuhan manusla sebagaunana hakikat, fungsi, dan mismya. Kedua, peningkatan pcmikiran di luar religiusitas diharapkan akan mcmbuat bahasa dan pendidikan bahasa lebih berdayaguna. Misalnya. bahasa dan pendidikan bahasa dapat menyentuh hal-hal seperti kcbangsaan, disiplin, dan kerjasama, Penutnp Jejak
pem ikiran IiIsafat progreslvlsmc seperti digambarkan
pnda bagian dua tumbun scbagai konsekwcnsi dari ajaran demokrasi yang bcrkcrnbang eli Amcrika dan
kemudian tumbuh suhur di pelbagai belahan dunia. Konsekwcnsi manusia sebagai makhluk individu dan makh luk sosial dalam pandangan filsafat progresivisme adalah perlunya kerjasama, berkooperasi dan berkolaborasi. T~iuan pendidikannya adalah agar
pebelajar dapat menghadapi kehidupan pada yang akan dlhadapi pada masa depannya. Tujuan pendidikan yang hanya memersiapkan manusia untuk hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial telah mereduksi haklkat manusia yang sebenamya, yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, diperlukan perluasan atau pemerkayaan alas pemikiran filsafal progrestvisme kearah hakekat manusia dengan sudut pandang religi dengan tetep mcmclibara kernajuan pemikiran manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, Kerumpangan perniklran [llsafat tersebut pada aspek rcligiusitas menjadi tantangan para pemikir kependidikan dan kcbahasaan. Karena mencoloknya kerumpangan tersebut. optimisme
akan adanya peduasan
pemikiran
tersebut sangat wajar. Di sam ping
karen a
jelasnya
kerumpangan
tersebut, efek globalisasi pada persuaan (encounle,.) pemikiran keagamaan, sains. dan filsafat juga dapat mcnjadi faktor pendukung
yang signifikan Harapan perluasan dan
penulis ini, pemerkayaan pemikiran kependidikan dan kebllhasan ke arah religiusitas akan rnenuju kepada pem ikiran yang lerbimbing kitab-kitab suci agama-
agama Y.lng ada rneskipun tetap menghargai variasi penafsirannya. Jika terlepas dari kitab suci,
peluasan
pernikiran
ke
iransenderual akan cenderung lepas dan
teramat
spekulatlf
Akibatnya, hasil-hasilnya tidek dapat dijadikan dasar dan patokan pengembangan kepandidikan dan kebahasaan yang muaranya adalah mutu sumber daya man usia. Daftar Pustaka
Bloch, Bernard and George L. Trager. 1942. Outlinll of Linguistic Analysis. Baltimore: linguistic Society of AmericalWaverly Press. p.5). Chomsky, Noam. 1957. Syntactic' Structures.
The
Hague:
Mouton. Cremin, Lawrence A. 1959. "John Dewey and the Progress! ve Education Movement, 1915· 1952," The Sclwof Review, vol. 67, no. 2 (Summer).
Dewey, John dan John L. Childs. 1933. "The Social-economic Situation and Education." Dalarn Kilpatrik (Ed.), pp.
68. Dewey, John. 1967. "Thinking in Educarion", Dalarn Raths, Pancclla, dan van Ness. 1967. Dewe r. John. 1899. The School and Society. Chicago: University of Chicago Press. Dewey, John. 1916. Democracy (J11Ii Education.
New
ar a Second Language From Theory 1(> Practice. New York: Regents Publishing
arab
religiusitas yang nota bene berflsat arah
Finnochiaro, Mary. 1974. Enf!.lish
York:
Crowell-Collier and Macmillan, Inc. Oalam Wild dan Louich 1970.
Company. lnc. R.A I96l1. An E.ssay (In Language. Philadelphia & New York: Chilton Hooks. Halliday, M.AK. IIJX5. .--lll
Hall.
lntroduction to Functional Grammar. London: Edrward Arnold, lkhsanudin. 200 I. "Penyucian Diri". Catatun eduor dalam uti Konsen liM. Al-lmlqod:
Sebuah Renungan. Kalimantan Barat: Yayasan Madanl Indonesia. lkhsanudin. 2005. "Understanding
Language and Linguistics." Al-Ribuath: Majalah' Ilmiah Universita« Muhammadiya/t Pomianak. Vol. 2, No.1. 2005. Ikhsanudin. 200'1. "Fllsafat
Pendidikan Progresivisme dan Pendidikan Bahasa." J urnal Cakrawal a Pendidikan Vol. 7 No. I, pp. 1-13. Kilpatrik, William H. 1933. The educational Frontier. New York: Appleton-CenturyCrol\s.
Maarif,
Ahmad
Syalii.
2004.
Mencari ldentitas Jalali! Kegalauan. Jakarta: Pusai
Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah.
Mayhew, K.C. dan A.L. Edwards. 1936. Thc Dewey School. New York: AppletonCentury-Crofts. Mill~, L.R., Geoffery E. Mill. dan Petcrasian. 2009.
Educational
Research:
30 JIt,'lul
(·tli",,*·utn /(eptl?didikan CIO/,
8..\'1>.
Competencies for Analysis and Applications. Upper Saddle river. NJ.: Pearson. Edlsi ke-9 (Edisi pertarna 1976). Pci, Mario and Frank Gaynor. 1975. Dicuonary of Linguistics. Littlefield. U.S.A: Adams & CII.
Rais,
Muhalllmad Amin. Cakrawala
Islam:
1987. omara
Cito dun Fokta Bandung: Milan. Raths, James, John R. Pancella. dan James S. van Ness. 19(,7. Teaching. Sit/dying
t .•WarJ!llOIO: I - I(}()
Englewood Cliffs, N.J.: Printice Hall, Inc, Richards, Keith, 2003, Qualitarjve Inquiry in TESOL. New York, Palgrave Macmillan, Sapir, Edward. 1921. Language. New York: Harcourt Brace, Wardaugh, Ronald. 1972, introduction to Linguistics. New York: McGraw-Hili, Inc. Wilds, Elmer Harrison dan Kenneth V. Lottlch, 1970. The Foundation of Modem Education.New York: Holt, Rinehart and Winston. Inc, Edisi kc-4.
[sSN 1693-5055
JURNAL CAKRAWALA KEPENDIDIKAN Diterbitkan dua kali serahun pada bulan Maret dan September, Berlsi tulisan yang dlangkat dari hasil kajian analitis kritis dan penelitian di bidang kependidikan. ISSN 1693-5055. Ketua Penyunting
Nanang Heryana Wak.i! Ketua Penyunting
Yulis Jamiah Sekrehlris Peoyunting
M, Nasrun Peuyunung Pelaksana Marmawi Aunurrahman Endang Susilawati Yami Sri Rezeki Adminisll'lIsi dan Sirkulasi Muhammad Riza Alarnat Redaksi: Unit Penerbitan dan Seminar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Ialan A. Yani, Pontianak, 18124 Kalimantan Barat TeleponIFax: (0561) 740144.
[email protected]. JURNAL CAKRAWALA KEPENDLDIKAN diterbitkan sejak 1 September 2003. OJeh Pakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKfP) Universitas TanJungpura Pontianak Dewan penyuming rnenerirna naskah/artikel yang belum pemah diterbitkan dalnm media lain. Naskah diketik eli alas kertas HVS ukuran A4 satu spasl, dua kolom, menggunakan hurufTime New Roman, ukuran huruf 12, lebih kurang 12 halaman. Pengiriman naskah sebanyak 2 eksemplar, disertai dlskef CD Format penulisan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam hafaman befakang jilid Naskah yang masuk, disunting dan dievaluasi, untuk kelayakan, kerapian, dan keseragaman format penulisan. Dicetak dan dlterbitkan oleh Penerbit "Edukasi Press" PKIP Untan Pontiaoak lsi di Iuer tanggung jawab percerakan ISSN 1693-5055