PETUNJUK TEKNIS
TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM
TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI
1.1
Ruang lingkup
Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama dan bangunan pelengkap, serta uji coba hidrolis Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dengan Sistem Kolam.
1.2
Pengertian
Yang dimaksud dengan: 1)
instalasi pengolahan lumpur tinja, yang selanjutnya disebut IPLT adalah seperangkat bangunan yang digunakan untuk mengolah tinja yang berasal dari suatu bangunan pengolah air limbah rumah tangga individual maupun komunal yang diangkut dengan mobil tinja;
2)
lumpur tinja adalah endapan lumpur yang berasal dari bangunan pengolah air limbah rumah tangga;
3)
bangunan pengolah limbah rumah tangga dapat berupa tangki septik, cubluk, tangki septik bermedia, UASB, dan lain-lain;
4)
sistem kolam adalah sarana transportasi yang berbentuk mobil tangki yang digunakan untuk menguras lumpur tinja dari bangunan pengolah air limbah rumah tangga yang kemudian dibawa ke IPLT untuk diolah;
5)
mobil tinja adalah sarana transportasi yang berbentuk mobil tangki yang digunakan untuk menguras lumpur tinja dari bangunan pengolah air limbah rumah tangga yang kemudian dibawa ke IPLT untuk diolah;
6)
sistem drainase adalah sistem pengeringan dan pembuangan air hujan;
7)
bak pengumpul adalah bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap air dengan desain persegi panjang, yang berfungsi untuk menampung dan homogenisasi lumpur tinja yang berasal dari mobil tangki;
8)
tangki imhoff adalah bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap air berfungsi untuk menurunkan kebutuhan oksigen biokimia dan suspended solid, serta pembusukan dari lumpur yang terendapkan dari efluen lumpur tinja bak pengumpul;
9)
kolam anaerobik adalah kolam penampung untuk menguraikan kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik karbon 500 mg/l, dari efluen lumpur tinja tangki imhoff, bentuk kolam empat persegi panjang dengan kedalaman 2,5-4 meter;
10) kolam aerasi adalah kolam yang berfungsi menguraikan dan mencernakan kandungan bahan organik yang terdapat dalam lumpur tinja dengan menggunakan biakan bakteri
pengurai aerob dan dengan tiupan udara bebas melalui kompresor untuk memasukkan oksigen atau secara alami; 11) kolam fakultatif adalah kolam penampung untuk menguraikan kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik 250 – 400 mg/l dari efluen lumpur tinja kolam anaerobik, bentuk kolam empat persegi panjang dengan kedalaman 1 –2 meter; 12) kolam maturasi adalah kolam penampung untuk menguraikan lebih sempurna sisa kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik dan membunuh bakteri coli dengan bantuan ganggang, bentuk kolam empat persegi panjang, dengan kedalaman 1 – 2 meter, dan kemiringan tanggul 1 : 3; 13) bak pengering lumpur adalah unit yang berfungsi kadar air dari endapan lumpur yang telah diproses (distabilisasi) pada kolam anaerobik dan atau fakultatif dan atau maturasi, yang dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari, dan selanjutnya dibuang atau dimanfaatkan lebih lanjut.
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN
2.1
Umum
Pembangunan IPLT harus memenuhi ketentuan umum sebagai berikut : 1)
tersedia lahan untuk IPLT;
2)
harus merupakan daerah yang bebas banjir dan gempa;
3)
harus merupakan daerah yang bebas longsor, dan bukan patahan;
4)
jarak kolam terhadap daerah permukiman terdekat tidak boleh kurang dari 500 m;
5)
mempunyai sarana jalan penghubung dari dan ke lokasi IPLT tersebut;
6)
terletak pada daerah yang relatif dekat dengan bahan penerima air;
7)
terletak pada lahan terbuka dengani intesitas penyinaran matahari yang cukup;
8)
terletak pada lahan yang tidak produktif;
9)
terletak pada daerah yang tanahnya kedap air;
10) surat rekomendasi penggunaan lahan dari instansi yang berwenang; 11) tersedia sarana parkir dan tempat pencucian mobil tinja; 12) perlu dilakukan pemagaran sekeliling lokasi.
2.2
Teknis
Pembangunan IPLT harus memenuhi ketentuan teknik sebagai berikut : 1)
harus ada gambar dan detail perencanaan yang jelas dan lengkap;
2)
pengawasan lapangan harus berpengalaman sesuai bidangnya;
3)
juru ukur harus yang berpengalaman;
4)
tersedia ruang kerja dan gudang;
5)
tersedia tenaga listrik;
6)
tersedia air untuk keperluan konstruksi dan pengoperasian;
7)
perlu dilakukan uji coba setelah konsultasi selesai.
BAB III CARA PENGERJAAN
3.1
Persiapan
Lakukan persiapan pekerjaan berikut : 1)
2)
3)
4)
3.2
pematangan lokasi (1)
lakukan pembersihan lokasi sesuai perencanaan;
(2)
ratakan tanah dengan mengurug dan atau menggali dan padatkan;
(3)
siapkan papan nama pembangunan IPLT.
penyiapan alat-alat (1)
siapkan alat ukur tanah yang sesuai kebutuhan;
(2)
siapkan alat angkut tanah yang memadai;
(3)
siapkan alat yang berat untuk menggali dan memadatkan tanah sesuai peruntukkannya;
(4)
siapkan alat pengaduk beton;
(5)
siapkan alat mekanik dari listrik;
(6)
siapkan alat-alat penunjang lain yang diperlukan.
penyiapan bahan-bahan (1)
siapkan tanah lempung untuk membuat tanggul;
(2)
siapkan pintu-pintu air sesuai peruntukannya;
(3)
siapkan perpipaan dan aksesories sesuai peruntukannya;
(4)
siapkan bahan pembuat beton bertulang;
(5)
siapkan bahan pembuatan pasangan batu kali, batu bata dan plesteran;
(6)
siapkan kayu, papan dan bahan lainnya sesuai kebutuhan.
pengukuran dan pematokan (1)
buat satu titik tetap untuk acuan ketinggian;
(2)
ukur dan tentukan ketinggian masing-masing bangunan;
(3)
pasang patok dan bowplank pada masing-masing bangunan.
Pelaksanaan pembangunan
IPLT terdiri dari gabungan seluruhnya atau sebagian dari unit-unit di bawah ini. 1)
bak pengumpul (1)
buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan gambar perencanaan;
2)
3)
(2)
buat bangunan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai perencanaan
(3)
pasang saringan baja pada lubang outlet;
(4)
pasang sistem perpipaan outlet dan perpompaan sesuai gambar perencanaan;
(5)
urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan;
(6)
buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan.
tangki imhoff (1)
buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan gambar perencanaan;
(2)
buat bangunan tangki imhoff dengan konstruksi beton bertulang sesuai perencanaan;
(3)
pasang sistem perpipaan outlet dan penguras lumpur dengan menggunakan jenis pipa sesuai perencanaan;
(4)
urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan;
(5)
buang sisa tanah galian ketempat yang telah disediakan.
kolam anaerobik (1)
buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan gambar perencanaan;
(2)
buat tanggul di sekeliling bangunan dari tanah liat dan padatkan pada setiap 15 – 25 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan perencanaan;
(3)
buat sudut-sudut kolam melengkung;
(4)
padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt, bila tidak demikian maka dasar kolam harus dilining;
(5)
buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar perencanaan;
(6)
buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar perencanaan;
(7)
buat lubang pemeriksa antara kolam anaerobik dengan kolam berikutnya yang ukurannya disesuaikan dengan perencanaan;
(8)
pasang saringan baja pada saluran outlet;
(9)
buat saluran drainase di sekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai perencanaan;
(10) pasang pipa inlet di bawah ketinggian muka rata-rata endapan lumpur sesuai perencanaan; (11) pasang pipa outlet di atas ketinggian maksimum endapan lumpur sesuai perencanaan; (12) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (13) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan. 4)
kolam aerasi (1)
buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan perencanaan;
(2)
buat tanggul disekeliling bangunan dari tanah liat dan padatkan pada setiap 15 – 25 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan perencanaan;
(3)
buat sudut-sudut kolam melengkung;
(4)
padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt, bila tidak demikian maka dasar kolam harus dilining;
(5)
buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar perencanaan;
(6)
buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar perencanaan;
(7)
buat lubang pemeriksa antara kolam aerasi dengan kolam berikutnya yang ukurannya disesuaikan dengan perencanaan;
(8)
pasang saringan baja pada saluran outlet;
(9)
buat saluran drainase di sekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai perencanaan;
(10) pasang pipa inlet dibawah ketinggian air rata-rata kolam sesuai perencanaan; (11) pasang pipa outlet dibawah permukaan air sesuai perencanaan; (12) pasang alat aerator sesuai kebutuhan yang tercantum dalam perencanaan; (13) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (14) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan. 5)
kolam fakultatif (1)
buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan perencanaan;
(2)
buat tanggul disekeliling bangunan dari tanah liat dan padatkan pada setiap 15 – 25 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan perencanaan;
(3)
baut sudut-sudut kolam melengkung;
(4)
padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt; bila tidak
(5)
demikian maka dasar kolam harus dilining;
(6)
buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar perencanaan;
(7)
buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar perencanaan;
(8)
buat lubang pemeriksa antara kolam fakultatif dengan kolam berikutnya yang ukurannya disesuaikan dengan perencanaan;
(9)
pasang saringan baja pada saluran outlet;
(10) buat saluran drainase di sekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai perencanaan; (11) pasang pipa inlet di bawah ketinggian air rata-rata kolam sesuai perencanaan; (12) pasang pipa outlet di bawah permukaan air seusai perencanaan; (13) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian di sekitar bangunan; (14) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan.
6)
kolam maturasi (1)
buat galian yang kedalamannya disesuaikan dengan perencanaan;
(2)
buat tanggul di sekeliling bangunan dan tanah liat dan padatkan pada setiap 15 – 35 cm sehingga mempunyai kepadatan kering 90%, tinggi dan kemiringan disesuaikan dengan perencanaan;
(3)
buat sudut-sudut kolam melengkung;
(4)
padatkan dasar kolam sehingga koefisien permeabilitas < 10-7 m/dt, bila tidak demikian maka dasar kolam harus dilining;
(5)
buat pasangan untuk dinding tanggul dan lantai dasar kolam sesuai gambar perencanaan;
(6)
buat jalan inspeksi di atas tanggul yang ukuran dan jenis pasangannya disesuaikan gambar perencanaan;
(7)
buat lubang pemeriksa antara kolam maturasi dengan outfall yang ukurannya disesuaikan dengan perencanaan;
(8)
pasang saringan baja pada saluran outlet;
(9)
buat saluran drainase disekeliling tanggul kolam sebelah luar sesuai perencanaan;
(10) pasang pipa inlet di bawah ketinggian muka rata-rata kolam sesuai perencanaan; (11) pasang pipa outlet di bawah permukaan sesuai perencanaan; (12) urug dengan tanah dan padatkan bekas galian disekitar bangunan (13) buang sisa tanah galian ke tempat yang telah disediakan; 7)
8)
3.3
bak pengering lumpur (1)
buat galian yang kedalamannya sesuai perencanaan;
(2)
buat bangunan pengering lumpur dengan konstruksi beton bertulang atau pasangan batu atau pasangan bata kedap air, sesuai perencanaan;
(3)
pasang perpipaan di atas dasar bangunan dengan sistem lateral atau menggunakan lantai miring sesuai perencanaan;
(4)
urug sistem perpipaan atau lantai miring tersebut dengan batu kerikil dengan ketebalan urugan sesuai dengan perencanaan;
(5)
urug pasir di atas urugan batu kerikil dengan ketebalan urugan sesuai dengan perencanaan;
(6)
urug pasir di atas urugan batu kerikil dengan ketebalan urugan sesuai dengan perencanaan;
Kantor, laboratorium, gudang, garasi, dan rumah jaga, dibangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Uji coba hidrolis
Lakukan uji coba hidrolis sebagai berikut : 1)
Kebocoran (1)
menentukan besarnya kebocoran; a)
isi masing-masing unit/kolam dengan air setinggi outletnya;
b)
tutup semua katup/pintu air pada inlet dan outlet;
c)
diamkan selama satu hari;
d)
periksa ketinggian air pada outlet setelah satu hari;
e)
bila terjadi penurunan tinggi muka air, periksa dengan rumus.
Qs L k = ( ---------------- ) (--------) 86400*A h keterangan : k
: angka permeabilitas max [m/detik]
Qs
: debit resapan max = 0,001 A s[m3/hari]
A
: luas dasar kolam [m2]
L
: kedalaman lapisan tanah dibawah dasar unit/kolam hingga mencapai lapisan tanah yang lebih permeable [m]
h
: tekan hidrolik = kedalaman air unit/kolam + L [m]
s
: tinggi air yang meresap kedalam tanah [mm/hari]
NO
HASIL PERHITUNGAN
PENANGANAN
KETERANGAN
1.
K > 10-6 m/detik
Perlu dihitung
Bocor
2.
10-6 < k < 10-6 m/detik
Perlu perbaikan tanah
3.
k < 10-8 m/detik
Tidak perlu dilining
4.
k < 10-9 m/detik
Tidak perlu dilining
Dapat terjadi Peresapan air Resapan akan tersumbat secara alami Kedap air
(2)
menentukan letak titik bocor pada unit/kolam a)
isi unit/kolam dengan air setinggi 1/3 bagian dari kedalaman unit/kolam bersangkutan;
b)
diamkan air dalam unit/kolam selama satu hari;
c)
setelah satu hari, periksa ketinggian air dalam unit/kolam;
d)
bila terjadi penurunan muka air yang besar sesuai nomor 1, pada tabel di atas, menunjukkan terjadi kebocoran pada unit/kolam yang berisi air, pada dinding atau lantai;
e)
keringkan unit/kolam dengan membuang airnya;
f)
periksa pada dinding atau dasar unit/kolam dan perhatikan adanya noda basah atau lembab yang proses pengeringannya lama;
g)
pada tempat yang terdapat noda basah atau lembab yang lama kering menunjukkan adanya kebocoran dan perlu diperbaiki atau dilining;
h)
2)
dengan cara yang sama secara bertahap, ulangi langkah nomor (1) sampai dengan (7), untuk 2/3 bagian di atasnya.
aliran (1)
buka katup/pintu air pada semua unit/kolam;
(2)
masukkan air melalui inlet bangunan awal secara terus menerus selama pengukuran;
(3)
periksa limpahan pada outlet masing-masing unit/kolam;
(4)
bila terjadi limpahan menunjukkan aliran air berlangsung secara gravitasi;
(5)
ukur ketinggian air pada masing-masing pelimpah;
(6)
bandingkan tinggi muka air tersebut dengan perencanaan;
(7)
bila tidak sama, periksa kembali ketinggian pelimpah masing-masing unit/kolam, dan perbaiki pelimpah yang salah, sesuai perencanaan.
Lampiran A Daftar istilah
bak pengering lumpur
: sludge drying bed
instalasi pengolahan lumpur tinja
: septage treatment plant
kolam
: lagoon
kolam aerasi
: aeration lagoon
kolam anaerobik
: anaerobic lagoon
kolam fakultatif
: facultativ lagoon
kolam maturasi
: maturasi lagoon
tangki imhoff
: imhoff tank
tanggul
: embankment
outlet
: pengeluaran
inlet
: pemasukan
Lampiran B
Gambar
1.
Contoh layout IPLT
2.
Gambar konstruksi dinding dan lantai
3.
Gambar platform / bak pengumpul
4.
Tangki imhoff
5.
Sludge drying bed
Layout IPLT Sistem Kolam
Kebutuhan lahan instalasi : 1 ha Pilihan Sistem I : - kolam 1 : kolam stabilisasi anaerobik primer (I) dan sekunder (II) - kolam 3 : kolam stabilisasi fakultatif - kolam 4 : kolam maturasi - kolam lainnnya: belum terbangun (untuk pengembangan) Pilihan Sistem II : - seperti pilihan I + tangki imhoff - kolam 2 : penampung lumpur kering (cake) Pilihan Sistem III: - kolam 1 : kolam aerasi - kolam 3 dan 5 : kolam stabilisasi fakultatif - kolam 4 dan 6 : kolam maturasi - kolam 7 : kolam maturasi sekunder (bila diinginkan kualitas tinggi)