PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN PERKEBUNAN
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 2013
I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Dalam budidaya tanaman perkebunan, perlindungan tanaman merupakan kegiatan yang penting, karena menjadi jaminan (assurance) bagi terkendalinya hama penyakit tanaman atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Undang-undang No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman dan PP No. 5 tahun 1995, mengamanat bahwa pengendalian OPT dilaksanakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan pelaksanaannya menjadi tanggung-jawab petani/masyarakat dan Pemerintah. PHT merupakan suatu cara pengelolaan OPT yang a sebagai suatmemperhatikan faktor teknis, ekonomis, ekologis dan sosiaologis. Pengelolaan OPT diarahkan pada cara yang ramah lingkungan dan aman terhadap manusia. Penanganan dengan cara seperti ini menjadi semakin penting di era globalisasi
karena
sebagian
besar
produk
perkebunan
merupakan komoditi ekspor yang dituntut harus memenuhi persyaratan seperti mutu, batas residu pestisida, kontinuitas pasokan agar mampu bersaing di tingkat pasar. Paradigma
baru
dalam
penerapan
PHT
adalah
memberdayakan petani sehingga mampu mengelola bisnis kebunnya sebagai suatu agribisnis yang berbasis PHT. Dalam
konsep ini petani diharapkan menjadi mampu dan mandiri serta dapat mengambil keputusan pengelolaan agroekosistem di areal pertanamannya secara optimal dan berkesinambungan berdasarkan prinsip-prinsip PHT. Dalam
implementasi
PHT
tersebut,
pengamat
merupkan kegiatan yang sangat penting dan mendasar dalam pengambilan keputusan pengendalian. Dengan pengamatan akan dapat diketahui sejak dini situasi OPT dan kondisi faktor pengendali perkembangannya, sehingga ledakan (eksplosi) hama penyakit dapat dicegah. Oleh karena itu pengamatan perlu dilakukan oleh petani secara periodik di kebun masingmasing. Pengendalian OPT dilakuan berdasarkan hasil Analisa Agro Ekosistem (AAES) dengan tujuan lebih mengutamakan pada berfungsinya faktor pengendali alami seperti predator, parasitoid dan patogen hama daripada menggunakan pestisida kimia.
Namun apabila dengan cara tersebut populasi dan
serangan hama terus meningkat melampaui tingkat toleransi ekonomis, petani dapat mempertimbangkan melakukan tindakan pengendalian dengan menggunakan pestisidnga kimia. Pengamatan adalah salah satu tahapan dalam kegiatan perlindungan
tanaman
perkebunan
yang
meliputi
pengumpulan informasi tentang populasi dan atau tingkat
serangan OPT serta keadaan pertanaman dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Idealnya pengamatan dilakukan sendiri oleh petani pemilik kebun secara
berkelompok/RPHP
dibawah
bimbingan
petugas
pengamat OPT perkebunan. Pengamatan
OPT
oleh
petugas
pengamat
OPT
bersama-sama kelompoktani/RPHP harus dilaksanakan secara profesional, teratur dan berkesinambungan terutama terhadap OPT penting pada komoditi utama/andalan di wilayah kerjanya dalam upaya meminimalkan kehilangan produksi akibat OPT.
b. Tujuan dan Sasaran Petunjuk teknis pengamatan dan pengendalian hama penyakit perkebunan ini bertujuan untuk : 1. Menyamakan persepsi tentang kegiatan pengamatan hama penyakit yang harus dilakukan oleh petugas pengamat OPT perkebunan
dan
kelompok
regu
pengendali
hama
penyakit/RPHP 2. Memberi
pedoman
bagi
petugas
pengamat
OPT
perkebunan dalam melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kegiatan pengamatan OPT perkebunan di lapangan serta menganalisa kehilangan produksi dan kerugian hasil tanaman perkebunan akibat serangan OPT.
II. BATASAN DAN TUGAS PENGAMATAN HAMA a. Definisi/Batasan Petugas Pengamat Petugas pengamat OPT adalah petugas yang mempunyai keahlian dan kemampuan dalam melakukan pengamatan OPT dan
ekosistemnya
(pada
komoditi
perkebunan)
serta
membimbing petani dalam melaksanakan pengamatan OPT. Petugas pengamatan OPT merupakan Unit Pembinaan Perlindungan
Tanaman
(UPPT)
Kabupaten atau Kecamatan.
yang
berkedudukan
di
Petugas ini harus selalu
berkoordinasi dengan Dinas yang membidangan perkebunan di Kabupaten dan merupakan petugas Dinas/funsional yang menangani perlindungan perkebunan.
b. Tugas Pengamat Hama 1.
Melakukan bimbingan tentang teknik pengamatan dan cara pengendalian OPT kepada kelompoktani/RPHP (Regu Proteksi Hama Penyakit)
2.
Melakukan pengamatan dan kompilasi OPT penting pada komoditi
utama
menginformasikan
di
wilayah
hasil
kerjanya
pengamatannya
serta kepada
petani/kelompoktani/RPHP untuk dapat mengambil keputusan pengendalian OPT. 3.
Melakukan komilasi dan analisis data pengamatan yang
diperoleh
dari
petani/kelompoktani/RPHP
secara
sederhana, berkelanjutan untuk membantu petani dalam pengambilan keputusan. 4.
Membantu petani dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi hasil pengendalian OPT yang telah dilaksanakan.
5.
Dalam rangka membangun system peringatan dini, petugas pengamat OPT menyampaikan laporan situasi OPT ke Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten secara berkala bulanan/triwulan.
Apabila
terindikasi peningkatan populasi OPT yang mengarah akan terjadinya eksplosi, maka petugas pengamatan OPT/UPPT
harus
menginformasikan
kepada
petani/kelompoktani/RPHP utnuk segera melakukan tindakan pengendalian dan melaporkan ke Dinas terkait agar secepatnya menfasilitasi petani dalam melakukan pengendalia.n secara massal dan serentak di areal yang terserang 6.
Membuat peta serangan OPT penting pada komoditi utama di wilayah kerjanya.
7.
Membuat koleksi OPT penting dan musuh alaminya secara sederhana.
8.
Bekerjasama dengan aparat penyuluhan di lapangan (PPL, PL2 dll) dalam memberikan bimbingan dan
penyuluhan
kepada
petani/kelompoktani/RPHP
khususnya di bidang perlindungan perkebunan.
III. PELAKSANAAN PENGAMATAN 01. Wilayah Pengamatan a.
Unit terkecil dari wilayah pengamatan adalah luasan kebun milik petani
b.
Luas satuan wilayah PHT adalah luas wilayah kelompok yang terdiri dari sejumlah kebun milik petani yang tergabung dalam satu hamparan kebun yang kompak pada suatu daerah agroekosistem.
Luasan dimaksud
bervariasi tergantung dari luas pemilikan petani dan jumlah anggota kelompoktani/RPHP c.
Wilayah pengamatan bagi petugas pengamat OPT adalah wilayah kerja/binaan UPPT yang telah ditentukan
02. Waktu Pengamatan Seorang petugas pengamat OPT dalam 1 (satu) minggu atau 5 (lima) hari kerja melakukan kegiatan sebagai berikut : a.
Tiga (3) hari melakukan pengamata OPT dan pembinaan petani. Pada saat pengamatan, petani pemilik kebun dilibatkan agar mereka memperoleh pengetahuan dan mengetahui kondisi kebunnya sehingga dapat segera melakukan tindakan pengendalian pada pohon yang menunjukkan peningkatan serangan OPT.
b.
Dua (2) hari berikutnya membuat laporan dan kegiatan lainnya.
c.
Pengamatan dilakukan secara rutin dengan interval satu minggu atau satu bulan sekali tergantung pada siklus hidup OPT dan sesuai dangan fase rentan tanaman atau saat mulai munculnya serangan. Untuk akuratan data, sebaiknya
lokasi
pengambilan
contoh
(lokasi
pengamatan) selalu berpindah setiap bulan. d.
Pengamatan untuk tujuan pemantauan dan evaluasi pengendalian dilakukan 1 (satu) minggu sampai dengan 2 (dua) bulan setelah pelaksanaan pengendalian OPT, tergantung pada jenis OPT sasaran.
e.
Hasil pengamatan dan pemantauan di evaluasi setiap akhir bulan untuk mengetahui perkembangan situasi OPT
dan
kesesuaian
teknik
pengamatan
yang
dilaksanakan.
03. Pengamatan Ekosistem Pengamatan ekosistem kebun dilakukan oleh petani yang sudah terlatih, dilaksanakan secara rutin setiap minggu atau setiap bulan di lokasi pengamatan yang mewakili dengan menggunakan metode pengamatan sesuai petunjuk agar menghasilkan data ekosistem secara kuantitatif dan kualitatif yang akurat.
04. Obyek Pengamatan Obyek-obyek yang harus diamati dan dicatat pada setiap hari pengamatan meliputi gejala serangan OPT, penyebab serangan,
persentase
tanaman
terserang,
intensitas
serangan, populasi OPT per unit contoh, populasi serangan netral atau organisme lain yang ditentukan, data cuaca seperti suhu, kelembaban, curah hujan, kondisi awan dan sebagainya.
05. Pengambilan Contoh Dalam proses pengamatan apabila tidak dapat dilakukan pada seluruh kebun, maka dilakukan pengambilan contoh berupa sebagaian tanaman atau kelompok tanaman yang dinilai keadaan areal yang diamati.
Untuk setiap kebun
petani diambil 5 (lima) unit contoh secara acak.
06. Sasaran Pengamatan/Unit Contoh Unit contoh yaitu unit yang diamati secara konsisten pada setiap kali pengamatan. Dilakukan agar dapat diperoleh data yang dikehendaki secara teliti. Unit contoh dapat berupa sebagian tanaman, rumpun tanaman atau bagian tanaman seperti batang, pelepah, helaian daun, bunga, buah dan sebagaiannya, yaitu : a.
Untuk tanaman semusim, unit contohnya sebaiknya baris tanaman atau jumlah tanaman
b.
Untuk tanaman tahunan, unit contohnya adalah satu pohon atau bagian dari pohon seperti pelepah, daun, pucuk tanaman dll.
Keberadaan
OPT
sasaran
dapat
diketahui
melalui
pengamatan populasi dan atau gejala serangannta. Teknik ini terutama diarahkan pada OPT yang dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Begitu sebaliknya, gejala serangan dan faktor yang mempengaruhi perkembangannya, misalkan suhu, kelembaban dan curah hujan.
Teknik ini terutama
diarahkan pada OPT yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
07. Intensitas Serangan Intensitas serangan yaitu ukuran yang menunjukkan derajat kerusakan
tanaman
akibat
serangan
OPT
tertentu.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada : a. Kepadatan populasi b. Derajad kerusakan tanaman yang ditentukan dengan scoring (berat-ringannya kerusakan). Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi : a. Berat
: Nyata diatas ambang rasa/kendali
b. Ringan
: Nyata dibawah ambang rasa/kendali
Ambang rasa atau kendali yaitu batas tertinggi kepadatan populasi OPT atau derajat kerusakan tanaman yang berdasarkan pengalaman petani secara ekonomi dan sosial
dirasakan masih dapat ditolerir. Dibawah kepadatan populasi tersebut
kerusakan
tanaman
dirasakan
tidak
nyata
mengurangi hasil dan pendapatan petani. Bila hasil pengamatan yang dilakukan petani menunjukkan bahwa batas atau ambang rasa tersebut terlampaui, petani harus segera melakukan pengendalian untuk mencegah kerusakan atau kerugian yang lebih luas. Besar nilai ambang rasa suatu jenis OPT ini dapat berbeda antara petani dan antar kelompoktani, karena sangat dipengaruhi oleh tempat dan waktu serta pengalaman petani.
08. Interval Pengamatan Interval pengamatan adalah tenggang atau jarak waktu antara suatu pengamatan sampai waktu pengamatan berikutnya, yaitu untuk : a. Tanaman semusim, interval pengamatan minimal 1 kali seminggu b. Tanaman tahunan, interval pengamatan minimal 1 kali sebulan Pengamatan dapat juga dilakukan sebelum sampai pada siklus pengamatan berikutnya misalnya setiap petani pekebun sekaligus melakukan pengamatan dan pencatatan hasil pengamatan.
09. Langkah Pengamatan a.
Menyiapkan bahan pengenalan OPT sasaran, meliputi gejala serangan dan kelemahan dari OPT sasaran
b.
Menyiapkan bahan pengenalan tanaman meliputi : periode kritis tanaman terhadap serangan OPT sasaran. Hal ini berkaitan dengan penentuan waktu yang tepat untuk pengamatan dan pengendalian OPT sasaran.
c.
Menyiapkan informasi tentang tanaman inang alternatif OPT sasaran
d.
Melakukan inventarisasi luas areal tanaman pada Kabupaten pengamatan dan dirinci per Kecamatan
e.
Menentukan Kecamatan dan Desa pengambilan sample. Dari setiap Kabupaten dipilih 3 (tiga) Kecamatan dan dari masing-masing Kecamatan dipilih 5 (lima) Desa sample yang akan diamati.
f.
Urutan prioritas pemilihan Kecamatan dan Desa adalah : -
Luas areal pertanaman.
Prioritas pertama
diberikan kepada Kecamatan dan Desa dengan areal pertanaman terluas (komoditi utama) -
Merupakan kantong serangan atau menurut sejarah pernah terserangan OPT sasaran
g.
Menentukan lokasi pengambilan sample. Dari masing-masing Desa selanjutnya ditentukan 5 (lima)
lokasi seluas ± 2,50 ha yang kompak secara diagonal. Lokasi tersebut dapat juga berupa hamparan areal yang saling terpisah dalam hal ini luasannya dapat kurang dari 2,50 ha tetapi harus lebih dari 1,00 ha. h.
Merencanakan data yang akan dikumpulkan di lapangan. Data yang akan dikumpulkan di lapangan berupa luas areal serangan, populasi atau intensitas serangan OPT sasaran, kondisi iklim (kelembaban, curah hujan). Sejauh mungkin dilengkapi dengan data tentang keberadaan musuh alami dan tindakan pengendalian yang telah dilakukan. Untuk
penghitungan
pendugaan
kerugian
hasil,
dilengkapi dengan data produksi dan produktivitas serta harga produk pada saat pengumpulan data. i.
Pengambilan contoh Pengamatan pada keseluruhan populasi tanaman tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu cukup dilakukan pengambilan sample atau contoh tanaman yang diperkirakan dapat mewakili kondisi populasi yang ada.
j.
Rute pengamatan Petugas pengamat melakukan pengamatan pada contoh yang diamati dengan arah pengamatan yang mencakup seluruh petak pengamatan yang ditentukan sebelum
pengamatan.
Pemilihan rute pengamatan sangat
ditergantung pada kenyamanan petugas pengamat. Ada beberapa pilihan rute yang dapat digunakan seperti pola diagonal, zig-zag dan lajur tanaman. k.
Kompilasi data Data
pengamatan
yang
diperoleh
kemudian
dikompilasikan setiap bulan dan digunakan untuk dasar pengambilan keputusan perlu atau tidaknya tindakan pengendalian
OPT.
Data
dibandingkan dengan
pengamatan
tersebut
data pengamatan bulan-bulan
sebelumnya untuk melihat trend atau kecenderungan serangan OPT sasaran. Analisa juga dilakukan terhadap luas pengendalian, apakah ada manfaat pengendalian yang telah dilakukan
IV. REGU PENGENDALI HAMA PENYAKIT/RPHP PERKEBUNAN Didalam
suatu
masyarakat
terdapat
potensi
kelembagaan, karena pada dasarnya selalu terjadi interaksi antar individu atau antar kelompok masyarakat yang terpola. Berbagai bentuk potensi kelembagaan yang ada pada masyarakat,
salah
satu
diantaranya
usaha
pada
lahan/hamparan yang sama seperti pembrantasan hama. Potensi kelembagaan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
modal untuk pembentukan dan pembinaan kelompoktani. Rasa sosial untuk saling tolong-menolong/bekerjasama perlu ditumbuh-suburkan agar modal sosial ini tidak terkikis kemajuan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, upaya untuk memberdayakan atau memandirikan petani baik individu maupun secara kelompok agar dapat mengaplikasikan teknologi PHT, maka dipandang perlu adanya pembentukan kelompok/regu pembrantas hama panyakit atau RPHP. Tujuan pembentukan RPHP adalah untuk meningkatkan peran serta
petani/kelompoktani dalam kegiatan pengendalian OPT
melalui sistem PHT, kearah tumbuhnya sumberdaya petani dalam pengendalian OPT secara swadaya. Kriteria pembentukan RPHP berasal dari kelompok alumni SLPHT kakao/kelapa/kopi/tebu/cengkeh
dengan
ketentuan
jumlah
anggota sebanyak 20 orang dan berdomisili di lokasi wilayah setempat. Adapun sasaran kinerja RPHP adalah : 1.
Melakukan kegiatan pengamatan dan pengendalian OPT perkebunan di wilayah kerjanya.
2.
Melakukan pemetaan wilayah sebaran OPT Perkebunan
3.
Melaksanakan pertemuan kelompok secara rutin dan berkelanjutan minimal 1 (satu) kali/bulan.
4.
Membuat program/rencana kerja kelompok terkait dengan kegiatan pengendalian OPT
5.
Melakukan koordinasi dengan petugas pengamat OPT terkait dengan perkembangan dinamika OPT perkebunan.
Guna mendukung kinerja RPHP, ada beberapa kelengkapan administrasi diantaranya seperti : a.
Susunan kepengurusan dan keanggotaan RPHP
b.
Data luas areal dan produksi komoditi perkebunan
c.
Data luas serangan dan pengendalian OPT perkebunan
d.
Data
Inventaris
sarana
dan
prasarana
perlindungan
perkebunan f.
Data kepemilikan lahan dan tanaman perkebunan yang diusahakan
g.
Papan koleksi Hama
h.
Papan pemetaan sebaran OPT perkebunan
i.
Buku Tamu
j.
Buku Notulen rapat/pertemuan
k.
Buku Daftar Hadir
l.
Buku Pembangunan/rencana kerja, dll
V. PENGENDALIAN PRINSIP PHT 1. Budidaya Tanaman Sehat Budidaya tanaman sehat sebagai prinsip pertama PHT yang perlu diterapkan dan selalu ditingkatkan kualitasnya dengan tujuan untuk : a. Memperkuat ketahanan tanaman terhadap OPT b. Meningkatkan berfungsinya musuh alami c. Mempertahankan kestabilan agroekosistem d. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap faktor-faktor lingkungan seperti kekeringan/kelebihan air. e. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi Sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan kebun untuk peningkatan produktivitas, kegiatan ini dapat menekan dan mempertahankan populasi OPT tetap berada dibawah ambang ekonomis, sehingga tidak diperlukan tindakan pengendalian secara khusus. Kegiatan budidaya tanaman sehat dilakukan dengan mengatur lingkungan kebun sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman dan berfungsinya faktor pengendali alami, tetapi tidak menguntungkan atau menekan perkembangan OPT. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan misalnya sanitasi, konservasi tanaman, pemeliharaan tanaman/memperbaiki
kondisi tanaman (pemupukan berimbang, pemangkasan) dan sebagainya.
2. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami Setiap petani harus berusaha untuk selalu melestarikan dan memanfaatkan musuh alami karena berbagai jenis musuh alami dapat mengendalikan OPT secara berkelanjutan. Kegiatan melestarikan dan memanfaatkan musuh alami dapat dilakukan
dengan
melakukan
konservasi
(pelestarian),
introduksi (pemasukan), augmentasi (penguatan), inundasi (perbanyakan massal) musuh alami. Tujuan kegiatan konservasi atau pelestarian musuh alami adalah menjaga keberadaan populasi dan peran musuh alami yang sudah ada di ekosistem setempat.
Untuk itu semua
kegiatan pengelolaan kebun yang berdampak negatif bagi musuh alami setempat seperti penggunaan pestisida kimia sintetik perlu dikurangi/dihindari. Kegiatan
introduksi
musuh
alami
bertujuan
untuk
memasukkan musuh alami seperti predator, parasitoid dan patogen yang baru dari luar ekosistem petani setempat. Tujuan augmentasi (penguatan) dan inundasi (perbanyakan massal) musuh alami adalah memperbanyak dan menyebarkan musuh alami ke lapangan. Musuh alami yang diperbanyak baik yang berasal dari dalam atau luar ekosistem. Peningkatan populasi musuh alami tidak dilakukan secara alami saja tetapi
dengan bantuan kegiatan manusia dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan ekosistem delam mengendalikan OPT.
3. Penggunaan Pestisida Nabati Pestisida nabati yang berasal dari bahan tumbuhan-tumbuhan yang ada di dalam dan disekitar kebun petani dapat dibuat sendiri oleh petani dan digunakan secara periodik untuk menekan atau mempertahankan populasi OPT pada tingkat dibawah ambang kendali. Pestisida nabati umumnya lebih cepat terdegradasi di alam
sehingga aman
terhadap
lingkungan. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu : -
Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
-
Menghambat pergantian kulit
-
Mengganggu komunikasi serangga
-
Menyebabkan seranga menolak makan
-
Menghambat reproduksi serangga betina
-
Mengurangi nafsu makan
-
Memblokir kemampuan makan serangga
-
Mengusir serangga
-
Menghambat perkembangan patogen penyakit
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman.
4. Teknik Eradikasi Tanaman Eradikasi tanaman merupakan kegiatan pemusnahan tanaman yang terserang OPT karena kerusakan sedemikian beratnya sehingga dinilai tidak ekonomis lagi apabila dilakukan tindakan pengendalian kuratif.
Dikhawatirkan juga bahwa tanaman
terserang berat tersebut dapat menjadi sumber penularan bagi tanaman yang belum terserang.
5. Penggunaan Pestisida Kimia Teknik ini hanya dilakukan jika perkembangan populasi OPT sulit
dikendalikan
dengan
teknik-teknik
lainnya
atau
berkembang sangat cepat sehingga jauh melampaui ambang kendali.
Bila petani memutuskan menggunakan pestisida
kimia maka jenis pestisida yang dipilih diusahakan jenis formulasi pestisida terdaftar dengan spektrum sempit, residunya
singkat
yang
ramah
lingkungan
tidak
membahayakan musuh alami, seranggga penyerbuk bunga dan sebagainya.
VI. PELAPORAN Data hasil pengamatan dan pengendalian OPT yang telah di kompilasi dilaporkan setiap triwulan ke jajaran perlindungan di tingkat Kabupaten dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.
Lampiran 1. Perlindungan Tanaman dalam Undang- Undang No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman BAB I. KETENTUAN UMUM Pasal 1
Pasal 1
ayat 7 Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan organisme pengganggu tumbuhan ayat 8 Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian pada tumbuhan
BAB III. PENYELENGGARAAN BUDIDAYA TANAMAN (BAGIAN KEENAM : PERLINDUNGAN TANAMAN)
Pasal 20
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
ayat 1 Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu ayat 2 Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam (ayat 1) menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dilaksanakan melalui kegiatan berupa : a. Pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dan tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku b. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan c. Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan ayat 1 Dalam melaksanakan perlindungan tanaman sebagimana dimaksud dalam Pasal 21, setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan sarana dan/atau cara yang dapat mengganggu kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan ganggguan dan kerusakan sumberdaya alam dan/atau lingkungan hidup
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 25
ayat 2 Ketentuan mengenai penggunaan sarana dan/atau cara sebagaimana dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah Setiap media pembawa organisme penggangggu tumbuhan yang dimasukkan ke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain didalam, dan dikeluarkan rai wilayah Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina tumbuhan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku ayat 1 Setiap orang atau badan hukum yang memiliki atau menguasai tanaman harus melaporkan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan pada tanamannya kepada pejabat yang berwenang dan yang bersangkutan harus mengendalikannya ayat 2 Apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan eksplosi, Pemerintah bertanggung jawab menanggulangi bersama masyarakat ayat 1 Pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukan eradikasi terhadap tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan ayat 2 Eradikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan apabila organisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara meluas
BAB IV. SARANA PRODUKSI (BAGIAN KEDUA : PESTISIDA) Pasal 38
ayat 1 Pestisida yang akan diedarkan didalam wilayah negara Republik Indonesia wajib terdaftar, memenuhi standart mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan
Pasal 38
Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41
Pasal 42
lingkungan hidup, serta diberi label ayat 2 Pemerintah menetapkan standart mutu pestisida sebagaimana dalam ayat (1), dan jenis pestisida yang boleh di impor Pemerintah melakukan pendaftaran dan mengawasi pengadaan, peredaran, serta penggunaan pestisida Pemerintah dapat melarang atau membatasi peredaran dan/atau penggunaan pestisida tertentu Setiap orang atau badan hukum yang menguasai pestisda yang dilarang peredarannya atau yang tidak memenuhi standart mutu atau rusak atau tidak terdaftar wajib memusnakannya Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40 dan Pasal 41, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Lampiran 2. Perlindungan Tanaman dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman BAB I. KETENTUAN UMUM Pasal 1
Pasal 1
Pasal 1
Pasal 1
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 2
Pasal 2
ayat 1 Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan organisme pengganggu tumbuhan. ayat 2 Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian pada tumbuhan. ayat 3 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. ayat 4 Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap tanaman, organisme pengganggu tumbuhan, dan benda lain yang membahayakan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan di lokasi tertentu. ayat 5 Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengantur tumbuh dan perangsang, bahan lain, serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman ayat 1 Perlindungan tanaman dilaksanakan pada masa pra tanam, masa pertumbuhan tanaman dan atau masa pasca panen ayat 2 Perlindungan tanaman pada masa pra tanam sebagaimana dalam ayat (1) dilaksanakan sejak penyiapan lahan atau media tumbuh lainnya sampai dengan penanaman. ayat 3 Perlindungan tanaman pada masa pertumbuhan tanaman sebagaimana dalam ayat (1) dilaksanakan sejak penanaman sampai dengan panen
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 3
Pasal 4
ayat 4 Perlindungan tanaman pada masa pasca panen sebagaimana dalam ayat (1) dilaksanakan sejak sesudah panen sampai dengan hasilnya siap dipasarkan. ayat 1 Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu ayat 2 Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan berupa : a. Pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dan tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundanganundangan yang berlaku b. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan c. Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam atau lingkungan
BAB II. PENCEGAHAN PENYEBARAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN Pasal 5 ayat 1 Pencegahan masuknya kedalam atau tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari suatu area di dalam wilayah negara Republik Indonesia sebagamana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a, dilaksanakan dengan cara mengenakan tindakan karantina pada setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina dimasukkan ke dalam atau dikirim dari suatu area lain didalam wilayah negara Republik Indonesia Pasal 5 ayat 2 Pemasukan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina baik berupa tumbuhan maupun bagian-bagian tumbuhan kedalam wilayah Republik Indonesia wajib a. Dilengkapai sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit b. Dilakukan melalui tempat-tempat pemasukkan
c.
Pasal 6
yang telah ditetapkan Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pemasukkan untuk keperluan tindakan karantina
ayat 1 Tindakan karantina sebagamana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) berupa : a. Pemeriksaan b. Pengasingan c. Pengamatan d. Perlakuan e. Penahanan f. Penolakan g. Pemusnahan h. pembebasan
BAB III. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN Pasal 8 Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu satuan Pasal 9 ayat 1 Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan melalui tindakan pemantauan dan pengamatan terhadap organisme pengganggu tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi perkembangannya serta perkiraan serangan organisme pengganggu tumbuhan Pasal 9 ayat 2 Apabila dari dasil pemantauan dan pengamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperkirakan akan timbul kerugian, maka dilakukan tindakan pengendalian terhadap organisme penggganggu tumbuhan dengan memperhatikan faktor ekologi, sosial dan efesiensi Pasal 10 ayat 1 Tindakan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal (8) dilakukan baik dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan organisme pengganggu tumbuhan Pasal 10 ayat 2 Tindakan pengendalian organisme penggangggu tumbuhan dilaksanakan dengan : a. Cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika
b. c. d. e.
f.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 11
tertentu Cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik manusia Cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanam Cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami organisme pengganggu tumbuhan Cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadap organisme pengganggu tumbuhan maupun terhadap tanaman Cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida, dan atau Cara lain sesuai perkembangan teknologi
g. ayat 3 Pelaksanaan tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Menteri ayat 1 Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan oleh a. Perorangan atau badan hukum yang memiliki dan/atau menguasai tanaman b. Kelompok dalam masyarakat yang dibentuk untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan c. pemerintah ayat 2 Pengendalian organisme pengganggu tumbuh oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c terutama dilakukan apabila terjadi eksplosi
Lampiran 3. Komoditi Utama Perkebunan dan Jenis OPT Penting No
1
Jenis Komoditi Perkebunan Kelapa
2
5 6 7
Batrachedra arenosella (Ngengat buah) Aleurodius destrutor (kutu kapuk)
8 9
11 12 13 14 15
Oryctes rhinoceros (Kumbang Nyiur) Rhynchophorus ferruginous (Kumbang sagu) Brontispa longissima Artona catoxantha (Ulat Perusak Daun) Hidari irava (Penggerek daun) Sexava nubila
3 4
10
Jenis OPT Penting
Kakao
Helminthosporium sp. (penyakit becak daun) Fusarium moniliforme (Penyakit busuk janur) Phytopthora palmivora (penyakit busuk pucuk dan gugur buah) Helopeltis, sp (Kepik penghisap buah) Canopomorpha cramerella (penggerek buah kakao/PBK) Zeuzera coffeae (Penggerek batang/cabang) Hyposidra talaca w (Ulat kilan) Darna trima moore (Ulat Api) Phytophthora palmivora bult (Penyakit busuk buah)
Jenis Pestisida
Curater 3 GR, Sevin 85 SP Diazinon 10 GR, Sidatan 410 SL Diazinon 10 GR Sevin 85 SP Metarhizium anisopliae Diazinon 600 EC Sevin 85 SP, Orthene 75 SP
Diazinon 600 EC Marshal 200 EC Diazinon 600 EC Dursban 200 EC Sevin 85 SP Daconil 75 WP, Dithane M-45 80 WP Daconil 75 WP, Dithane M-45 80 WP Agrifos 400 AS Folirfos 400 SL Matador 25 EC, Marshal 200 EC, Ambush 20 EC Matador 25 EC, Alika 247 ZC, Buldok 25 EC
Matador 25 EC, Sidador 30 EC, Atabron 50 EC Ambush 20 EC, Matador 25 CS Dithane M-45 40 WP, Amcozeb 80 WP, Folirfos 400 SL
16
Colletotrichum gloeosporioides (Penyakit Antraknose/becak daun) Botryodipiodia (Penyakit busuk buah)
17
18
20
Kopi
22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 32 33 34
Dithane M-45 40 WP, Amcozeb 80 WP, Folirfos 400 SL
Corticium salmonicolor (Penyakit jamur upas) Fomes noxius corner (Penyakit jamur akar coklat) Fomes lignosus klot (Penyakit jamur akar putih)
19
21
Antracol 70 WP, Ingrofol 50 WP
Cengkeh
Hypothenemus hampei (hama penggerek bubuk buah kopi) Planococcus citri (Hama kutu putih/dompolan) Xylosandrus compactus (Penggerek cabang hitam) Xylosandrus morigerus (Penggerek cabang coklat) Coccus viridis (Hama kutu hijau daun) Zeuzera coffeae (Penggerek batang merah/hama nonol) Hemileia vastatrix (Penyakit karat daun) Corticium salmonicolor (Penyakit jamur upas) Cercospora coffeicola (penyakit bercak daun) Pratylenchus coffeae (penyakit akar nematoda) Nothopeus hemipterus (Hama penggerek batang) Helopeltis antonii (Hama penghisap daun pucuk) Pseudomonas syzygii (penyakit bakteri pembuluh kayu) Phyllosticta sp (Penyakit cacar daun cengkeh)
Bevaria P, Brocap 250 SL Agent 50 SC, Sevin 85 SP, Alika 247 ZC
Agent 50 SC, Sevin 85 SP, Alika 247 ZC
Dithane M-45 80 WP, Kocide 77 WP, Bayleton 250 EC
Antracol 70 WP, Klorotop 75 WP Basamid GR, Curaterr 3 GR, Rugby 10 GR Furadan 3 GR, Orthene 75 SP Matador 25 EC, Marshal 200 EC, Ambush 20 EC
Antracol 70 WP, Delsene MX 80 WP, Dimazeb 80 WP
35
36 37
Tebu
38 39 40 41 42
43 44 45 46
47 48 49
50 51 52 53
Tembakau
Capnodium sp. (Penyakit Embun Jelaga) Cylindrocladium (penyakit bercak daun) Coccus viridis (Kutu tempurung perusak pucuk) Lepidiota stigma (hama uret akar) Scirpophaga novella intacta (Penggerek pucuk tebu) Chilo sacchariphagus (Penggerek batang Tebu) Rattus spp (Hama Tikus) Ustilago scitaminea (Penyakit pohkah bung) Ustilago scitaminea (Penyakit luka api) Marasmius sacchari (Penyakit dongkelan) Prodenia litura (Penggerek daun) Heliothis spp (penggerek pupus/pucuk) Agrotis sp (Ulat tanah) Bemisia tabaci (kutu kebul) Phytophthora nicotianae (Penyakit lanas/busuk pangkal) Pseudomonas solanacearum (Penyakit layu) Cercospora nicotianae (Penyakit bercak daun) Tobacco Virus Mozaic (penyakit kerupuk) Spodoptera litura (Ulat Grayak) Helicoverpa armigera (Ulat penggerek polong) Earias vittela
Dithane M-45 80 WP Agent 50 SC, Sevin 85 SP, Alika 247 ZC Diazinon 600 EC, Marshal 5 GR, Indofuran 3 G Furadan 3 GR, Petrofur 3 GR, Regent 50 EC Dharmabas 500 EC, Furadan 3 G, Orthene 75 SP Antikus 0,75 P, Racumin 0,0375 %, Pospit 80 WP
Curater 3 GR, Sevin 85 SP Diazinon 10 GR, Dursban 200 EC Sidador 30 EC, Methrisida 100 EC Acrobat 50 WP, Ridomigold 350 ES, Sultricob 93 WP
Dithane M-45 80 WP, Sidazeb 80 WP, Topsin M 70 WP
Ambush 20 EC, Atabron 50 EC, Dursban 200 EC Alika 247 ZC, Oscar 25 EC, Meteor 25 EC Ambush 20 EC, Atabron 50
54 55 56 57
Jarak pagar
58 59 60 61 62 63 64
Nilam
(Ulat penggerek pucuk) Empoasca biguffula (wereng kapas) Pectinophora gossypiella (Penggerek buah warna jingga) Sylepta derogate (Ulat Penggulung daun) Chrysochoris javanus Westw (kepik lembing) Spodoptera litura (Ulat Grayak) Cercospora ricinella. (Penyakit Bercak Daun Coklat) Xanthomonas ricinicola. (Penyakit Bercak Daun Bakteri) Pachyzaneba Stutalis (Ulat penggulung daun) Belalang (Orthoptera) Cryllidae ( Criket pemakan daun) Raistonia solanacearum (penyakit layu bakteri)
EC, Dursban 200 EC Sevin 85 SP, Lannate 25 WP Lannate 25 WP Ambush 20 EC, Atabron 50 EC, Dursban 200 EC Cakram 25 EC, Meteor 25 EC, Sniper 50 EC Alika 247 ZC, Ampligo 150 ZC Agrept 20 WP
Lampiran 4. Beberapa Musuh Alami pada OPT Perkebunan
No
Jenis Musuh Alami
OPT Sasaran
A 1
PATOGEN Beauveria bassiana
2
Spicaria sp
Helopeltis, sp Empoasca sp
3
Metarrhizium sp
Oryctes rhinoceros
4
Trichoderma sp
Fusarium sp Phytopthora sp
5
Paecilomyces sp
Ulat Jengkal Helopeltis, sp
6
Verticillium sp
Coccidis sp Aphis, Thrips Diptera, Homoptera
7
Nuclear polyhidrosis virus (NPV)
Spodoptera litura (SL)
8
Baculovirus oryctes
Oryctes sp
9
Empusa fomusa
Pseudococus citri
B 1
PREDATOR Curinus coeruleus
2
Gonaxis sp (siput)
Achatina sp
3
Dermaptera
Tirataba sp
Hypothenemus hampei Helopeltis, sp Empoasca sp Ulat Jengkal Ulat Api
Heteropsylla sp Aphis gossypii
Ket.
sp/Cocopet
Batrachedra sp
4
Belalang sembah (Mantidae)
Helopeltis, sp
5
Scymnus, apicifearusmots
Plenococcus citri
6
Canobatra sp
Kutu-kutu tebu (Ceratuvacuna sp)
7
Lalat buas (Asilidae)
larva Aderatus dan Phylophaga
8
Laba-laba
Berbagai OPT pada kopi dan kakao
9
Tungau buas
Kumbang sagu (Rhyncophorus)
10
Capung (Odonata)
Berbagai OPT
C 1
PARASITOID Cephalonomia stephanoderis
Hypothenemus hampei
2
Tetrastichus brontispae
Brontispa longissima
3
Compsomeria sp
larva Lepidiota sp
4
Tricgogramma japonicum
telur penggerek batang tebu (Schirpophaga sp)
5
Chelonus sp
Batrachedra sp.
Lampiran 5. Beberapa Tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida No
Jenis Tanaman
Keterangan
1
Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman. Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.
2
Tuba, Jenu (Derriseleptica)
3
Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.
4
Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
5
Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.
6
Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga. Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.
7
Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman.
8
Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.
9
Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.
10
Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.
11
Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
12
Kemangi (Ocimum sanetu)
13
Dringgo (Acarus calamus)
14
Tembelekan (Lantara camara)
15
Rumput Mala (Artimista vulgaris)
16
Tomat (Lycopersicum eskulentum)
17
Gamal (Gliricidia sepium)
18
Bunga Mentega (Nerium indicum)
19
Minyak Cengkeh
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami. Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga. daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun. Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk. Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman. Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga. Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut. Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di tingkat petani. Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai nilai jual tinggi. Minyak atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun penyulingan bagian daun atau bunga cengkeh. Minyak tersebut diketahui mengandung sampai dengan 80% eugenol dan berdasarkan uji laboratorium dan rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematode puru akar, M. incognita.