PETUNJUK TEKNIS KATA PENGANTAR Sistem integrasi ternak dan tanaman (SITT) dapat dilaksanakan di Provinsi Kepulauan Riau, mengingat di wilyah ini terdapat lahan pertanian yang cukup luas meliputi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Provinsi Kepulauan Riau memiliki ± 1.000 ha lahan sawah, 5.038 ha lahan bukan sawah dan 71.588 ha lahan perkebunan. Berdasarkan hasil penelitian, kapasitas tampung ternak potong dengan model SITT adalah 2-3 unit ternak (UT) per ha, sehingga diperkirakan dengan sistem ini dapat dipelihara ternak potong sebanyak ± 150.000 UT. Sistem ini merupakan pilihan yang tepat bagi petani dalam peningkatan produktivitas ternak dan tanaman yang diusahakan dengan memenfaatkan sumberdaya lokal secara efisien. Petunjuk teknis ini dibuat untuk memberikan penjelasan tentang sistem integrasi ternak dengan tanaman yang dibagi dalam empat bagian masing-masing adalah; Integrasi ternak sapi dengan tanaman padi, Integrasi ternak dengan tanaman kelapa sawit, Integrasi Ternak sapi dengan tanaman sayuran dan Integrasi ternak kambing dengan tanaman karet. Semoga informasi yang disajikan dalam bentuk petunjuk teknis ini berguna bagi para peternak, penyuluh dan pengguna lainnya.
Tanjung Pinang,
2013
Kepala LPTP Kepulauan Riau
Dahono, S.P. M.Si NIP. 19620411 199803 1001
i
PETUNJUK TEKNIS
DAFTAR ISI HALAMAN
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN TANAMAN PADI a. Pemilihan Bakalan b. Pembangunan Sarana dan Prasarana c. Bangunan Kandang d. Pakan e. Pembuatan Pupuk Organik
4
BAB III
INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN TANAMAN KELAPA SAWIT a. Pemilihan Ternak Sapi b. Sistem Perkandangan c. Pola Pemeliharaan Integrasi dengan Kelapa Sawit d. Sistem Pemeliharaan 1. Sistem Penggembalaan 2. Pemberian Pakan Tambahan dan Potensi Pakan Hijauan 3. Penggemukan Sapi dengan Pemanfaatan Limbah Agroindustri Kelapa Sawit
ii
4 5 6 10 15 18 18 19 20 21 21 23 25
PETUNJUK TEKNIS BAB IV
INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN TANAMAN SAYURAN
32
BAB V
INTEGRASI TERNAK KAMBING DENGAN PERKEBUNAN KARET a. Pemilihan Bibit b. Sistem Perkandangan c. Pakan d. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit e. Estimasi Kapasitas Tampung Lahan Perkebunan Karet Bagi Pengembangan Ternak
36
BAB VI
Daftar Pustaka
50
Lampiran
Lampiran
51
iii
37 39 41 44 47
PETUNJUK TEKNIS
DAFTAR TABEL
HALAMAN Tabel 1.
11
Tabel 2.
Perbandingan Nilai Nutrisi Jerami Padi Tidak Difermentasi dan Jerami Padi Yang Difermentasi Menggunakan Probiotik Pembagian Areal Penggembalaan
Tabel 3.
Daya Tampung Areal Perkebunan
22
Tabel 4.
Potensi Produksi Rumput Alam Segar 2 Per M dibawah Tanaman Kelapa Sawit Potensi Rumput B. Decumbens dan P. Dilatatum Formula Ransum Sapi Penggemukan dengan Bahan Baku Limbah Kebun dan Industri Kelapa Sawit Potensi Produksi Rumput Alam Segar Per M2 di bawah Tanaman Karet
24
Tabel 5. Tabel 6.
Tabel 7.
iv
22
25 28
49
PETUNJUK TEKNIS DAFTAR GAMBAR
HALAMAN Gambar 1.
Kandang Kelompok untuk ternak Sapi
8
Gambar 2.
Tempat pembuatan kompos asal
9
kotoran padat sapi Gambar 3.
Skema Pembuatan Jerami Padi
12
Fermentasi Gambar 4.
Skema Pembuatan Kompos Asal
16
Kotoran Sapi Gambar 5.
Pengangkutan dan Pencacahan
27
Pelepah dan Daun Sawit Gambar 6.
Skema Pembuatan Fermentasi Pelepah
30
dan Daun Sawit Gambar 7.
Sistem Integrasi Ternak dengan
33
Tanaman Sayuran Gambar 8.
Skema Pembuatan Pupuk Organik Cair
35
asal Urine Sapi Gambar 9.
Kambing Pejantan Calon Bibit
38
Gambar 10.
Kambing Betina Calon Bibit
38
Gambar 11.
Model kandang Panggung Bersekat
40
Untuk Ternak Kambing Gambar 12.
Bak Pakan dan Tempat Persediaan
40
Hijauan Gambar 13.
Skema Pembuatan Mineral Blok
v
43
PETUNJUK TEKNIS BAB I. PENDAHULUAN Peningkatan sumberdaya manusia tidak terlepas dari asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh manusia tersebut. Protein hewani adalah sumber nutrisi yang tidak dapat digantikan oleh bahan makanan lain karena mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan manusia. Protein hewani mengandung asam amino esensial yang mampu memacu fungsi otak. Daging ternak adalah salah satu sumber protein hewani yang sangat digemari karena nilai nutrisinya yang tinggi dan mempunyai citarasa yang enak. Sejalan
dengan
pertambahan
jumlah
penduduk,
perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi dari masyarakat dan perbaikan tingkat pendidikan, setiap tahunnya permintaan daging khususnya asal ternak potong secara nasional menunjukkan trend yang terus meningkat. Menurut Dwiyanto et al. (2006) konsumsi daging sapi penduduk Indonesia tahun 2020 diperkirakan akan meningkat sekitar 2-3 kali lipat dari rata-rata konsumsi saat ini kurang dari 2 kg/kapita/tahun Sejauh ini pasokan daging belum dapat mengimbangi permintaan dalam negeri sehingga diperlukan impor dalam jumlah cukup besar. Pada tahun 2002, impor sapi bakalan mencapai sekitar 400.000 ekor dan daging setara dengan 120.000 sapi potong, ini berarti sekitar 30% dari konsumsi daging sapi adalah impor. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Provinsi Riau. Secara geografis Provinsi Kepulauan
1
PETUNJUK TEKNIS Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana sekitar 95% - nya merupakan lautan dan hanya sekitar 5% merupakan wilayah darat. Tingkat konsumsi daging di provinsi ini setiap tahunnya juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau (2009), rata-rata terjadi peningkatan permintaan dan konsumsi daging sapi sekitar 9,31%/ tahun yang sebagian besar disuplai dari impor. Saat ini jumlah populasi sapi potong di Provinsi Kepri adalah 17.378 ekor (BPS Kepri 2011). Jika dilihat dari sumberdaya alam di provinsi ini terdapat potensi pengembangan ternak potong yang cukup besar terutama dari ketersediaan bahan pakan. Pola pemeliharaan terpadu antara tanaman dan ternak atau dikenal dengan sistem integrasi tanaman-ternak merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan populasi ternak potong dengan memanfaatkan sumberdaya suatu kawasan. Prinsipnya adalah zero waste, yaitu pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang berguna. Limbah tanaman dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan limbah ternak dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Beberapa jenis limbah tanaman maupun agroindustri yang dapat dimanfaatkan adalah jerami padi, pelepah dan daun sawit, ampas tahu, sayuran afkir dan ikan afkir. Jika luas sawah di Propinsi Kepulauan Riau saat ini adalah sekitar 1.500 ha, berarti dapat dikembangkan ternak sapi sekitar 600 ekor sapi/tahun. Sementara prediksi kapasitas tampung ternak dari
2
PETUNJUK TEKNIS keberadaan perkebunan adalah, untuk tiap hektar lahan perkebunan mampu menampung 1 ekor ternak sapi dewasa pertahun, berarti dengan keberadaan areal perkebunan sekitar 71.588
hektar di
Propinsi Kepulauan Riau mempunyai potensi pengembangan ternak sapi sebesar 71.588 ekor per tahun. Dengan demikian prediksi total potensi pengembangan ternak sapi
dengan cara integrasi dengan
tanaman adalah sekitar 72.188 juta ekor per tahun. Angka ini jauh melebihi dari populasi ternak sapi yang ada saat ini di Propinsi Kepulauan Riau tercatat 17.378 ekor pada tahun 2012. Sistem integrasi tanaman–ternak terbagi dalam 2 kombinasi yaitu kombinasi ternak dengan tanaman semusim (tanaman pangan dan hortikultura) dan kombinasi antara ternak dengan tanaman tahunan (tanaman perkebunan), sehingga dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi setempat.
3
PETUNJUK TEKNIS BAB II INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN TANAMAN PADI
a. Pemilihan Bakalan Pemilihan
ternak
bakalan
tergantung
pada
tujuan
pemeliharaan. Pemilihan bakalan untuk tujuan penggemukan harus memperhatikan syarat sebagai berikut : -
Bentuk tubuh seperti balok
-
Kulit longgar dan tidak tebal
-
Bulu mengkilat dan tidak kaku
-
Kepala pendek dan tidak lebar
-
Tidak cacat
-
Berpenampilan tenang.
Umur Umur bakalan sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas daging dan efisiensi pertumbuhan. Pilihlah ternak sapi jantan yang berumur 1,5 – 2,5 tahun karena umur ternak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi. Sapi bakalan yang muda (1,5 – 2,5 tahun) mempunyai tekstur daging lebih halus, kandungan lemak lebih rendah, warna lemak daging lebih muda sehingga menghasilkan daging dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan sapi tua ( umur diatas 2,5 tahun)
4
PETUNJUK TEKNIS Jenis kelamin Untuk tujuan penggemukan pilihlah ternak sapi jantan karena ternak jantan memiliki potensi pertumbuhan berat badan harian yang lebih tinggi dibanding sapi betina dan sapi betina
memiliki potensi
kandungan lemak yang tinggi. Bangsa Sapi Bangsa sapi yang baik untuk digemukkan adalah sapi jenis unggul, baik jenis lokal maupun import. Jenis sapi lokal adalah : Sapi Bali, Peranakan Ongole (PO),
dan madura. Sedangkan jenis sapi
import adalah : Brahman, Simmental, Ongole dll. Berat badan awal Berat badan awal ternak sapi penggemukan minimal
150
kg/ekor. Hasil penelitian terhadap sapi jantan yang digemukkan selama 105 hari dengan berat badan minimal 150 kg/ekor menghasilkan pertambahan berat badan 0,72 kg/ekor/hari, sedangkan ternak sapi yang mempunyai berat badan < 150 kg/ekor memiliki pertambahan berat badan yang lebih rendah . b. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pengembangan usaha peternakan sapi secara terintegrasi dengan tanaman pangan (padi) antara lain kandang kelompok, tempat pemprosesan limbah
5
PETUNJUK TEKNIS pertanian sebagai bahan pakan ternak sapi, tempat pemprosesan pupuk organik, sumber air. c. Bangunan Kandang Bangunan
kandang
yang
dianjurkan
adalah
kandang
kelompok dengan menerapkan pemeliharaan sistem
kereman,
dimana beberapa ekor ternak digabung dalam satu kandang yang bertujuan untuk memudahkan dalam pemeliharaan dan pengumpulan kotoran untuk pembuatan pupuk organik. Bangunan Tempat Pemprosesan Limbah Bangunan tempat pemprosesan limbah berfungsi untuk tempat fermentasi jerami padi sebagai pakan sumber hijauan bagi ternak . Bangunan dapat berbentuk bangunan permanen dari semen atau semi permanen terbuat dari kayu atau bambu. Lantai kandang terbuat semen atau tanah yang dipadatkan, sedangkan atap dapat terbuat dari seng, genting , terpal plastik dll. Syarat dari bangunan ini adalah tidak terkena hujan atau matahari langsung. Bangunan ini dibuat dekat dengan kandang ternak untuk memudahkan dalam pelaksanaan pemeliharaan. Bangunan Tempat Pemprosesan Pupuk Organik. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pemprosesan kotoran ternak/manure menjadi pupuk organik. Syarat kandang sama dengan dengan tempat pemprosesan limbah pertanian yaitu tidak boleh terkena hujan dan matahari langsung karena apabila terkena hujan
6
PETUNJUK TEKNIS dan matahari langsung akan berakibat proses fermentasi tidak berjalan dengan sempurna. Konstruksi kandang Konstruksi kandang haruslah kuat, mudah dibersihkan, sirkulasi udara baik dan terlindung dari faktor-faktor yang merugikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan kandang : 1. Arah kandang Kandang sebaiknya menghadap ke Timur
dan membujur
arah Utara - Selatan untuk mempermudah masuknya sinar matahari, sehingga ternak mendapatkan sinar matahari pagi yang cukup sebagai sumber vitamin D. 2. Ventilasi Ventilasi berperan untuk menciptakan suasanan kandang yang segar dan nyaman, udara dapat beredar dengan leluasa sehingga pertukaran udara berjalan lancar. 3. Atap Kandang Bahan atap dapat terbuat dari seng, asbes, daun kelapa, rumbia maupun ilalang. 4. Lantai kandang Lantai kandang dibuat tidak terlalu licin, relatif halus ( tidak kasar). Terbuat dari semen atau tanah yang dipadatkan.
7
PETUNJUK TEKNIS Lokasi Kandang -
Kandang dibuat pada tempat yang agak tinggi untuk menghindari genangan air.
-
Kandang ditempatkan pada tempat terbuka agar mudah memperoleh sinar matahari.
-
Kandang dibangun di sekitar rumah peternak dengan jarak 50 m.
Gambar 1. Kandang Kelompok untuk ternak sapi
8
PETUNJUK TEKNIS
Gambar 2. Tempat pembuatan kompos asal kotoran padat sapi Kebersihan dan Sanitasi. Pembersihan kandang meliputi pembuangan sisa makanan, pengumpulan
kotoran
ternak
untuk
dibawa
ke
bangunan
pemprosesan pupuk organik. Pembersihan kandang dari sisa makanan dilaksanakan setiap pagi hari sedangkan pembuangan kotoran dilaksanakan setiap 3 – 4 minggu sekali, kemudian dibawa ke tempat pemprosesan pupuk organik.
9
PETUNJUK TEKNIS d. Pakan Pakan hijauan Pemeliharaan ternak secara terintegrasi dengan tanaman padi memanfaatkan limbah tanaman padi berupa jerami untuk pakan ternak sebagai sumber hijauan. Jerami memiliki kandungan serat kasar yang tinggi yang mengakibatkan jerami sukar untuk dicerna oleh ternak. Salah satu cara untuk meningkatkan daya cerna dan kandungan gizi jerami melalui proses fermentasi dengan bantuan probiotik.
Proses Fermentasi Jerami 1. Alat dan bahan -
jerami segar ( memiliki kandungan air 65%) 1 ton
-
probiotik ( probion) 2 kg
-
urea 1 kg
2. Proses pembuatan Jerami ditumpuk dengan ketebalan 20 cm, kemudian taburkan campuran probion, urea dan TSP secukupnya. Tumpuk lagi jerami seperti cara pertama hingga 5 – 6 lapis. Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari . Setelah 21 hari jerami dijemur dibawah sinar matahari hingga cukup kering ( 1 hari). Setelah itu jerami disimpan pada tempat yang terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung. Jerami ini siap diberikan pada ternak sebagai pengganti hijauan dan tahan disimpan hingga tujuh bulan.
10
PETUNJUK TEKNIS Tabel 1. Perbandingan Nilai Nutrisi Jerami Padi Tidak Difermentasi dan Jerami Padi Yang Difermentasi Menggunakan Probiotik No
Parameter
1.
Protein (%)
2.
NDF /Neutral Detergent
Jerami Padi Tidak Fermentasi 3,5
Jerami Padi Fermentasi
80
77
28-30
50-55
7
Fiber (%) 3.
Daya cerna NDF (%)
Sumber : Lab. Balitnak Bogor
Pada Tabel
1 diatas, jerami
padi yang difermentasi
mengalami peningkatan kadar protein, nilai dan kecernaan NDF. Neutral Detergent Fiber (NDF) menggambarkan semua komponen karbohidrat struktural dalam dinding sel tanaman yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin (NRC, 2001). Kandungan NDF suatu pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan dan laju pengisian rumen.
11
PETUNJUK TEKNIS Gambar 3. Skema Pembuatan Jerami Padi Fermentasi sebagai Pakan Sapi Pengganti Hijauan
Pengumpulan jerami padi 1 ton
Proses pencampuran 2,5 kg Urea + 2,5 kg Probion/Starbio
Campuran Urea dan Probion/Starbio ditaburkan pada permukaan jerami tiap lapisan tumpukan jerami
12
PETUNJUK TEKNIS Setelah jerami ditaburi campuran probion/Starbio lalu dututup dengan terpal plastik Sekali seminggu tumpukan jerami dibalik
Setelah 3 minggu jerami dikering-anginkan
Jerami siap diberikan sebagai pakan pengganti hijauan atau sebagian disimpan
13
PETUNJUK TEKNIS
Pakan Penguat. Pemberian rumput / jerami fermentasi saja untuk tujuan penggemukan akan menghasilkan pertambahan berat badan yang sangat kecil ( 0,2 – 0,3 kg/ekor/hari) Pakan penguat/ konsentrat diberikan 3% dari berat badan. Pakan penguat/konsentrat sebagai sumber protein diantaranya bungkil kelapa, ampas tahu, bungkil Inti sawit, sedangkan sebagai sumber energi berupa dedak padi. Pakan Tambahan a.
Premix adalah campuran dari vitamin, mineral, antibiotik dan asam-asam amino. Contoh : Premix A, Mineral blok dll.
b.
Probiotik adalah bakteri
alam
yang telah terlatih untuk
melakukan fermentasi rumen secara efektif. Contoh : Probion, Starbio, Bioplus dll. Pemberian Pakan a.
Sumber hijauan diberikan secara ad libitum minimal 10% dari berat badan.
b.
Pakan penguat diberikan 2 kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 dan sore hari pukul 15.00 wib.
c.
Mineral blok digantung didalam kandang, apabila ternak kekurangan mineral, secara otomatis ternak akan menjilat mineral blok.
d.
14
Air minum selalu disediakan di dalam kandang
PETUNJUK TEKNIS
Contoh Susunan Ransum yang telah diuji coba: 1. Jerami fermentasi ad libitum Dedak padi Bungkil inti sawit ( BIS)
60% 40%
Pertambahan berat badan harian yang didapat 0,71 kg/ekor/hari terhadap sapi PO dengan pemeliharaan selama 105 hari. 3. Jerami fermentasi ad-libitum Dedak padi Bungkil inti sawit (BIS)
70% 30%
Pertambahan berat badan yang dihasilkan 0,49 kg/ekor/hari terhadap sapi PO yang dipelihara selama 105 hari e. Pembuatan Pupuk Organik 1. Alat dan bahan -
Kotoran ternak /manure 1 ton
-
Aktivator 2,5 kg
-
Urea 2,5 kg
-
TSP 2,5 kg
2. Proses Pembuatan Kotoran ternak yang dikumpulkan dari kandang ditumpuk pada bangunan tempat pemprosesan pupuk organik. Kotoran dicampur dengan campuran probion, urea dan TSP hingga merata. Campuran ini dibiarkan selama 3 – 4 minggu dan dilakukan
15
PETUNJUK TEKNIS pembalikan sebanyak tiga – empat kali yaitu satu kali seminggu. Setelah 3 – 4 minggu proses fermentasi selesai ,untuk mendapatkan partikel yang sama dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari kemudian ditumbuk dan selanjutnya campuran ini diayak. Pupuk organik ini siap dikemas
dan
digunakan
untuk
meningkatkan
kesuburan lahan sawah 1, 5 – 2 ton /ha tergantung pada tingkat kesuburan tanah. Gambar 4. Skema pembuatan kompos asal kotoran sapi Pencampuran activator 2, 5 kg ; urea 2,5 kg dan TSP 2,5 kg untuk tiap 1 ton bahan kompos
Proses Penaburan aktivator, urea dan TSP pada tiap lapisan bahan baku kompos (kotoran sapi)
16
PETUNJUK TEKNIS
Penyiraman bahan kompos yang telah ditaburi aktivator, urea dan TSP, hingga kadar air 40%
Penutupan bahan kompos dengan terpal plastik dan difermentasi selama 21 hari, tiap minggu dilakukan pembalikan
Setelah 3 minggu fermentasi selesai, kompos dikeringanginkan, digiling dan dikemas
17
PETUNJUK TEKNIS BAB. III INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN KELAPA SAWIT
a. Pemilihan Ternak Sapi Pemilihan ternak sapi yang akan dipelihara merupakan salah satu langkah awal penting dan menentukan tingkat keberhasilan dalam usahatani ternak. Secara umum pemilihan sapi yang akan dipelihara terintegrasi dengan kelapa sawit tidak jauh berbeda dengan persyaratan sapi pada kondisi pemeliharaan lainnya. Persyaratan tersebut antara lain :
Bentuk tubuh nampak seperti balok
Kepala pendek dan tidak lebar
Kulit longgar dan tidak tebal
Bulu mengkilat dan tidak kaku
Tidak cacat
Berpenampilan tenang
Umur Umur bakalan berpengaruh nyata terhadap kualitas daging dan efisiensi pertumbuhan. Efisiensi pertumbuhan lebih cepat pada umur 1,5 – 2,5 tahun. Pada umur ini tekstur daging lebih halus, kandungan lemak lebih rendah, warna lemak daging lebih muda sehingga menghasilkan produktivitas daging dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan sapi tua ( umur diatas 2,5 tahun).
18
PETUNJUK TEKNIS Jenis kelamin Untuk tujuan penggemukan pilihlah ternak sapi jantan karena ternak jantan memiliki potensi pertumbuhan berat badan harian yang lebih tinggi daripada betina. Selain itu ternak jantan memiliki potensi kandungan lemak yang rendah dibandingkan ternak betina. Bangsa Sapi Bangsa sapi yang baik untuk digemukkan dalam sistem integrasi dengan kelapa sawit sapi jenis unggul jenis lokal. Jenis sapi lokal diantaranya : Sapi Bali, Peranakan Ongole (PO), dan madura. Berat badan awal Berat badan yang baik untuk digemuk minimal 150 kg. Dari hasil penelitian didapat ternak sapi jantan yang digemukkan selama 105 hari dengan berat badan minimal 150 kg
menghasilkan
pertambahan berat badan 0,72 kg/ekor/hari sedangkan ternak sapi yang mempunyai berat badan kecil dari 150 kg memiliki pertambahan berat badan yang lebih rendah . b. Sistem Perkandangan Pola pemeliharaan ternak sapi yang terintegrasi dengan kelapa sawit harus didukung oleh kandang yang sehat dan memiliki sanitasi yang baik. Untuk membangun kandang sehat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain adalah :
Ukuran kandang 1,5 x 2 M2
19
PETUNJUK TEKNIS
Lantai tanah yang dikeraskan ataupun semen
Arah kandang menghadap ke Timur dan membujur arah Utara-Selatan
Atap dapat terbuat dari asbes, seng, rumbia ataupun daun kelapa
Lokasi kandang sebaiknya pada daerah terbuka agar sinar matahari cukup
c. Pola Pemeliharaan Integrasi Sapi-Kelapa Sawit Tujuan pola pemeliharaan dalam hal ini adalah mengoptimalkan setiap sumberdaya perkebunan kelapa sawit dan ternak dengan sasaran akhir peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Manfaat dari sistem usahatani integrasi sapi dengan kelapa sawit antara lain : Mengurangi persaingan antar tanaman kelapa sawit dari gulma dan rerumputan di bawah tanaman kelapa sawit Ternak sapi merupakan salah satu sumber pendapatan saat menunggu tanaman kelapa sawit menghasilkan Sebagai sumber pendapatan tambahan bagi petani baik selama tanaman kelapa sawit
belum
berproduksi
maupun sesudah berproduksi Meningkatnya kesuburan tanah karena kotoran dan air seni dapat berfungsi sebagai tambahan pupuk organik bagi kelapa sawit
20
PETUNJUK TEKNIS Pengoptimalan tenaga kerja keluarga tani dimana waktu terluang
dalam
usahatani
kelapa
sawit
dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan usaha ternak Merupakan suatu model diversifikasi usahatani untuk mengantisipasi akibat negatif dari fluktuasi harga jual komoditas pertanian d. Sistem Pemeliharaan
Penggemukan sapi dengan sistem penggembalaan di areal kebun kelapa sawit 1.
Sistem Pengembalaan
Ternak sapi digembalakan pada areal perkebunan kelapa sawit pada siang hari dan malamnya dikandangkan. Penggembalaan dilakukan dengan sistem bergilir (rotasi). Dalam sistem ini, areal penggembalaan dibagi menjadi beberapa lokasi penggembalaan kecil (paddock).
Penentuan
periode
penggembalaan
dan
interval
penggembalaan dipengaruhi oleh luasnya areal yang tersedia, kondisi hijauan dan jumlah pemeliharaan ternak. Penerapan periode penggembalaan berkisar antara 2 – 6 minggu dengan interval selama 3 bulan. Sistem pembagian areal penggembalaan disajikan pada Tabel 2.
21
PETUNJUK TEKNIS Tabel 2. Pembagian Areal Penggembalaan Pada Berbagai Periode Dengan Interval Penggembalaan 3 Bulan No.
Interval
Periode
Jumlah
Penggembalaan
Penggembalaan
Paddock
(Bulan)
( Minggu)
1.
3
2
7
2.
3
3
5
3.
3
4
4
4.
3
6
3
Sistem pembagian areal penggembalaan dapat disesuaikan dengan kondisi setempat, tergantung pada ketersediaan hijauan maupun tingginya investasi parasit atau arti lain periode penggembalaan bisa diperpanjang ataupun dipersingkat. Umur tanaman menentukan tingkat kapasitas daya tampung suatu areal perkebunan kelapa sawit, disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Daya Tampung Areal Perkebunan Terhadap Ternak Domba dan Sapi pada Berbagai Tingkat Umur Kelapa Sawit
No.
Umur Kelapa Sawit
Daya Tampung (Ekor/Ha)
(Tahun)
Domba Dewasa
Sapi Dewasa
1.
1–3
8 – 17
1.0 – 3.0
2.
4 – 10
3–6
0.4 – 0.8
3.
> 10
4–8
0.6 – 1.0
22
PETUNJUK TEKNIS 2.
Pemberian Pakan Tambahan dan Potensi Pakan Hijauan
Pola pemberian pakan dalam model ini memanfaatkan hijauan yang tumbuh di bawah kebun kelapa sawit sebagai sumber serat dan dedak sebagai sumber pakan tambahan. Untuk mendukung pemberian pakan tambahan ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain : Pakan tambahan (dedak halus) diberikan pada pagi hari sebelum digembalakan dengan jumlah 1% dari berat badan sapi Berikan probiotik untuk penyempurnaan sistem pencernaan berupa starbio atau probion sebanyak 5 gr/ 1 Kg dedak halus Berikan mineral blok yang dapat dibuat dari campuran bahan garam dapur 69%, mineral mix 20% dan semen 11% Berikan obat cacing pada awal penggemukan ataupun sekali 3 bulan yang disesuaikan dengan tingkat intensitas infeksi cacing Berikan vitamin B kompleks pada awal penggemukan Secara umum potensi pakan rumput dibawah kelapa sawit sangat bagus untuk pakan ternak. Vegetasi umum yang dijumpai antara lain adalah Paspalum conjugatum (rumput pahit), Setaria plicata (jamarak), Axonopus compressus (rumput pahitan), Mikania micrantha (mikania), Cyperus rotundus (teki). Potensi rumput segar
23
PETUNJUK TEKNIS sebagai pakan hijauan tergantung pada umur kelapa sawit disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Potensi Rumput Alam Segar Per Meter Persegi di Bawah Pohon Kelapa Sawit Sesuai Umur Tanaman Kelapa sawit Berat rumput segar ubinan Estimasi produksi rumput segar 2
(gr/m ) 5 – 10 Tahun
(ton/Ha/thn) 10 – 20
5 – 10 Tahun
10 – 20 Tahun
11
18
1
1.4
Tahun 523
740
Kap. Tampung
Bila dibutuhkan dalam
meningkatkan kapasitas tampung produksi
rumput di perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan mengintroduksikan hijauan pakan ternak unggul yang realtif tahan terhadap naungan pohon kelapa sawit. Beberapa jenis hijauan unggul tahan naungan antara lain Brachiaria decumbens dan Paspalun dilatatum, potensi rumput ini dapat dilihat pada Tabel 5. dibawah ini.
24
PETUNJUK TEKNIS Tabel 5. Potensi Rumput B. Decumbens dan P. Dilatatum di Bawah Pohon Kelapa Sawit Umur 7 Tahun Berat rumput segar ubinan
Estimasi produksi rumput
2
(gr/m )
segar (ton/Ha/thn)
B. decumbens
P. dilatatum
B. decumbens
P. dilatatum
2284
1614
Kap. Tampung
46
32
4.2
3.0
3. Penggemukan Sapi dengan Pemanfaatan Limbah Agroindustri Kelapa Sawit a. Pola Pemeliharaan Dalam
pola
pemeliharaan
ternak
sapi
yang
tidak
digembalakan di areal perkebunan kelapa sawit namun ditempatkan dalam kandang tertentu di sekitar areal kebun. Pola ini dimaksudkan untuk memanfaatkan hasil samping kebun kelapa sawit dan industri ikutannya baik berupa limbah kebun maupun limbah industri. Untuk penerapannya diperlukan suatu kawasan kebun yang memiliki pabrik pengolahan minyak kelapa sawit sehingga efisiensi usaha lebih tinggi. Ternak kebutuhan
sapi ditempatkan dalam areal kandang tertentu,
pakan
disuplai
dari
limbah
kebun
dan
industri
pengolahannya. Penggemukan dapat dilakukan dengan periode 4 – 6 bulan. Pemeliharaan sapi dilakukan secara intensif dengan tata laksana yang baik meliputi; pemberian obat cacing, vitamin B Kompleks, mineral blok.
25
PETUNJUK TEKNIS Untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, berkualitas dan kekompakan daging yang lebih baik, maka ternak sapi dikandangkan selama masa penggemukan dan sesekali dikeluarkan untuk exercise. b. Pemberian Pakan Pakan diberikan setiap hari dengan menggunakan bahan pakan dari limbah kebun dan industri pengolahan kelapa sawit. Beberapa bahan pakan yang digunakan antara lain ; pelepah dan daun kelapa sawit, lumpur sawit, bungkil inti sawit, dll. Penggunaan pelepah dan daun sawit dimaksudkan sebagai sumber serat pengganti rumput, sebagai sumber protein digunakan bungkil inti sawit. Untuk menyempurnakan tingkat kesukaan ternak akan pakan (palatabilitas), kedalam pakan dicampurkan dedak dan garam sebagai pakan konvensional. Tingkat palatabilitas pakan dengan bahan dasar limbah kebun dan indutri kelapa sawit cukup bagus dan memiliki tingkat konsumsi yang baik. Tahap penyesuaian ternak terhadap pakan yang bersumber dari limbah kebun dan industri pengolahan kelapa sawit perlu dilakukan
adaptasi sekitar 7 – 12 hari hingga konsumsi pakan
meningkat dan tetap. Pada pola penggemukan, kebutuhan rumput disubtitusi dengan pelepah sawit sehingga ketergantungan terhadap rumput untuk pemeliharaan ternak dapat dikurangi. Hal ini sangat menguntungkan karena tidak perlu mengarit rumput untuk ternak dan efisiensi pemeliharaan lebih tinggi. Susunan formula pakan dengan
26
PETUNJUK TEKNIS menggunakan bahan limbah kebun dan industri kelapa sawit menghasilkan kandungan protein dan energi yang cukup tinggi (Tabel 6).
Gambar 5.Pengangkutan dan pencacahan pelepah dan daun sawit untuk pakan ternak sapi menggunakan mesin chopper
27
PETUNJUK TEKNIS Tabel 6. Formula Ransum Sapi Penggemukan dengan Bahan Baku Limbah Kebun dan Industri Kelapa Sawit No.
Jenis bahan baku
Jumlah persentase dalam ransum
1.
Pelepah dan daun kelapa Sawit
60
2.
Lumpur Sawit
18
3.
Bungkil inti Sawit
18
4.
Dedak
4 Jumlah
100
Urea (% dari jumlah pakan)
0,4
Garam (% dari jumlah pakan)
0,1
Kandungan energi ransum (Kal/Kg) Kandungan Protein (%)
4760 7,8
Penggunaan pelepah dan daun kelapa sawit hingga 60% sangat menurunkan biaya produksi dengan asumsi bahwa pelepah tidak dibeli tetapi hanya diambil dari kebun kelapa sawit. Pelepah sawit juga memiliki ketersediaan terbatas mengingat tidak semua pelepah dapat digunakan sebagai pakan akan tetapi sebahagian digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah dengan cara menebar disekitar areal kebun kelapa sawit. Sedangkan pemberian bungkil inti sawit hingga 18% mengingat harga serta palatabilitasnya (kesukaan) yang sedikit lebih rendah. Lumpur sawit disukai oleh ternak namun pemberian lumpur sawit
harus memperhatikan
kandungan kadar air atau bahan keringnya. Kandungan bahan kering
28
PETUNJUK TEKNIS lumpur sawit harus diusahakan sekitar 75% agar dapat disimpan dalan jangka lama serta meningkatkan nilai palatabilitasnya. Pemberian pelepah dan daun kelapa sawit sebagai pakan sapi dapat dalam bentuk segar maupun melalui proses fermentasi. Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan dan palatabilitas ternak sapi. Proses fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit adalah sebagai berikut :
1. Cacahan pelepah dan daun sawit 1 ton dicampur dengan (probio/starbio/EM4 2,5 kg + urea 2,5 kg) sampai merata kemudian difermentasi secara anaerob selama 4 hari dalam plastik hitam. 2. Setelah 4 hari hasil fermentasi dicampur dengan bahan pakan tambahan (konsentrat), lalu siap diberikan pada sapi. 3. Pemberian pakan hasil fermentasi 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore. Takaran pemberian disesuaikan dengan berat badan sapi yaitu 10% dari berat badan. Sedangkan air minum harus selalu tersedia di kandang. Awal pemberian pakan hasil fermentasi biasanya sapi tidak mau mengkonsumsi, tapi apabila dibiasakan tanpa memberikan hijauan sama sekali akhirnya sapi akan mau memakannya. Untuk merangsang palatabilitas (kamauan memakan pakan) pakan dapat juga dicampur 0,2% garam, atau dipercikkan dengan larutan garam sampai sedikit lembab, hal ini dianjurkan pada saat masa adaptasi (sekitar 2 minggu).
29
PETUNJUK TEKNIS Gambar 6. Skema Pembuatan Fermentasi Pelepah dan Daun Sawit sebagai Pakan Sapi Pengganti Hijauan Probion/EM-4/Starbio 2,5 kg + Urea 2,5 kg
Semua bahan dicampur sampai merata
Hasil campuran di aduk dengan cacahan pelepah dan daun sawit 1 ton
30
PETUNJUK TEKNIS
Semua bahan difermentasi (dibungkus) secara anaerob (dalam plastik hitam/drum) selama 4 hari
Hasil Fermentasi di campur dengan konsentrat
Pakan siap diberikan pada sapi selama penggemukan (4-6 bulan)
31
PETUNJUK TEKNIS BAB IV. INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN TANAMAN SAYURAN Pola pemeliharaan ternak sapi secara terintegrasi dengan usahatani sayuran mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di Provinsi Kepulauan Riau, karena adanya rencanya pemerintah daerah untuk mengembangkan tanaman
sayuran di
wilayah ini dengan tujuan untuk memenuhi konsumsi domestik maupun ekspor. Limbah sayuran berupa sayur afkir yang dapat digunakan
sebagai
pakan
seperti
sawi,
kangkung,
bayam,
brangkasan kacang panjang dsb. Konsep ‘zero waste’, diterapkan dalam sistem ini, dimana terjadi saling ketergantungan antara ternak dan tanaman sayuran dan tidak ada limbah yang terbuang. Limbah dari sayuran yang berupa sayuran afkir ataupun brangkasannya dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan ternak menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagia pupuk organik bagi tanaman sayuran. Diperkirakan 5 % dari produksi sayuran merupakan limbah pertanian yang berupa sayuran afkir/rusak.
Selain memanfaatkan
limbah sayuran tersebut, di sekeliling areal perkebunan sayur dapat juga ditanami legume pohon yang berfungsi sebagai tanaman peneduh sekaligus daunnya digunakan sebagai pakan ternak, contohnya dengan penanaman pohon lamtoro, gamal ataupun turi.
32
PETUNJUK TEKNIS
Limbah Sayuran
Pakan
KC.PANJANG
SAWI
Sapi
KECIPIR
KANGKUNG
Limbah Kompos
Kompos
Gambar 7. Sistem integrasi ternak sapi dengan tanaman sayuran Penggunaan limbah sayuran dengan kombinasi legume pohon dapat menggantikan rumput sebagai pakan ternak. Dengan kombinasi ini nutrisi pakan hijauan menjadi lebih baik dibandingkan dengan pemberian rumput alam. Secara teknis, manajemen pemeliharaan ternak sapi dengan cara terintegrasi dengan tanaman sayuran sama dengan
33
PETUNJUK TEKNIS pemeliharaan sapi pada umumnya. Akan tetapi dalam hal pemberian pakan hijauan, diberikan sayuran afkir beserta limbahnya untuk menggantikan rumput. Pengelolaan kotoran ternak sapi berupa kotoran padat menjadi kompos telah diuraikan diatas. Selain kotoran padat sapi digunakan sebagai kompos, dapat juga dimanfaatkan kotoran cair sapi berupa urine sapi untuk dijadikan pupuk organik cair. Untuk mendapatkan urine sapi harus membuat parit penampungan di lantai kandang, dan terdapat bak penampungan di sudut kandang. Secara berkala jika bak tersebut telah penuh dapat dipindahkan isinya ke dalam
drum.
Metode
pembuatannya
adalah
dengan
cara
mengumpulkan urine sapi. Tiap 100 liter urine sapi ditambahkan aktivator sebanyak 0,5 liter, gula merah 0,5 kg dan empon-empon seperti kencur, jahe,kunyit dan lengkuas, masing-masing sebanyak 2 kg untuk tiap 100 liter urine sapi. Tujuannya adalah selain dihasilkan pupuk organic cair dari urine sapi, dengan penambahan emponempon tersebut juga dapat dijadikan sebagai pestisida organik. Selanjutnya semua bahan dicampur rata dan ditempatkan dalam sebuah drum plastik yang ditutup kain pada permukaannya. Fermentasi pupuk cair berlangsung selama 14 hari dan dilakukan pengadukan setiap hari hingga masa fermentasi selesai. Aktivator yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair dapat berupa EM4.
34
PETUNJUK TEKNIS Gambar 8. Skema pembuatan pupuk organik cair asal urine sapi
Persiapan bahan berupa urine sapi, aktivator dan emponempon
Pencampuran bahan dan pengadukan
fermentasi urine sapi selama 2 minggu dan dilakukan pengadukan tiap hari
Pupuk cair disaring dan dikemas
35
PETUNJUK TEKNIS BAB V. INTEGRASI TERNAK KAMBING DENGAN PERKEBUNAN KARET Ternak kambing memiliki kelebihan dibandingkan ruminansia lainnya, karena ternak ini sangat efisien dalam mengubah hijauan pakan menjadi protein hewani, perkembang biakan cukup pesat, modal usaha relatif kecil dan cukup adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan. Akan tetapi kenyataan yang ada, produktivitas ternak kambing ditingkat petani relatif rendah, ditandai dengan rata-rata berat potong 18,6 kg/ekor
dan pertambahan berat badan harian
(PBBH) antara 30-40 gr/ekor/hari. Dibandingkan dengan hasil penelitian PBBH ternak kambing dapat mencapai 68,00 – 88,88 gr/ekor/hari. Pemeliharaan ternak kambing secara terintegrasi dengan tanaman tahunan (karet) dilakukan dengan pola penggembalaan ternak diareal perkebunan pada siang hari dan malam hari ternak dikandangkan. Pola ini dapat mengurangi biaya penyiangan dan pemupukan karena gulma yang tumbuh di areal perkebunan dimakan ternak dan sebaliknya ternak memberikan kotoran sebagai pupuk bagi tanaman karet. Inovasi teknologi yang mendukung peningkatan produktivitas kambing secara terintegrasi dengan perkebunan karet meliputi: a. Pemilihan bibit b. Sistem perkandangan c.
36
Pakan
PETUNJUK TEKNIS d. Pengendalian dan pencegahan penyakit a. Pemilihan bibit Pemilihan bibit berkualitas merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha peternakan.
Pilihlah calon
pejantan atau induk yang baik dengan tanda sebagai berikut : Pejantan yang baik ditandai oleh : -
Sehat, tubuh besar (sesuai umurnya), relatif panjang dan
tidak cacat -
Dada dalam dan lebar
-
Kaki lurus dan tumit tinggi
-
Penampilan gagah
-
Buah zakarnya normal (2 buah, sama besar dan kenyal)
-
Alat kelamin kenyal dan dapat ereksi
-
Sebaiknya berasal dari keturunan kembar
-
Bulu bersih dan mengkilap.
-
Cermin hidung basah dan mengkilap.
Betina yang baik ditandai oleh : -
Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat
-
Kaki lurus dan kuat
-
Alat kelaminnya normal
-
Ambing/buah susu normal (halus,kenyal, tidak ada infeksi atau pembengkakan)
37
PETUNJUK TEKNIS -
Sebaiknya berasal dari keturunan kembar
-
Bulu bersih dan mengkilap.
-
Cermin hidung basah dan mengkilap.
Gambar 9. Kambing pejantan calon bibit
Gambar 10. Kambing betina calon bibit
38
PETUNJUK TEKNIS b. Sistem perkandangan Model kandang yang dianjurkan adalah kandang panggung. Bahan pembuatan kandang disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu bahan yang mudah diperoleh dan harganya murah. Lantai kandang berupa jeruji dengan jarak 1,5 cm, agar kotoran dan urine ternak dapat jatuh melalui celah lantai ke dalam kolong. Siapkan juga lubang dibawah kolong sedalam 40 –50 cm dengan luas tergantung luas kandang/kebutuhan. Agar penempatan pakan efisien, sediakan juga bak pakan. Penyekatan
ruang
didalam
kandang
juga
diperlukan
guna
memisahkan ternak sesuai dengan status fisiologisnya seperti untuk pejantan, induk bunting dan anak. Ukuran luas kandang juga harus disesuaikan dengan kondisi ternak yaitu:
-
Jantan dewasa (umur 12 bulan ) ………………….. 1,2 M2
-
Betina dewasa (umur 12 bulan) …………………... 1,0 M2
-
Induk menyusui …………………………………… 1,0 M2
Tambah 0,5 M2 untuk tiap anak. -
Jantan/betina muda (umur 7 – 12 bulan) …….…….0,75 M2
-
Sapihan (umur 3-7 bulan) ………………………….0,50 M2
39
PETUNJUK TEKNIS
Gambar 11. Model kandang panggung bersekat untuk ternak kambing
Gambar 12. Bak pakan dan tempat persediaan hijauan
40
PETUNJUK TEKNIS c. Pakan Pemberian hijauan yang disabitkan pada ternak dilakukan didalam bak pakan. Bak pakan diletakkan diluar dan menempel pada dinding
kandang.
Sebaiknya
dalam
pembuatan
bak
pakan
menggunakan engsel sehingga mudah dibersihkan. Tinggi bak pakan bagian atas ke lantai 50 cm, lebar 30 – 40 cm dan dalam 20 – 25 cm. Pakan ternak kambing dapat berupa hijauan, konsentrat dan pakan tambahan. Pemberian hijauan pakan pada ternak kambing disiang hari dengan cara penggembalaan di areal perkebunan karet. Waktu penggembalaan sebaiknya antara pukul 10.00 – 17.00 WIB. Pada pagi hari sebelum digembalakan, ternak diberi pakan tambahan berupa dedak halus yang dicampur dengan probiotik starbio. Jumlah pemberian dedak adalah sekitar 200 gram/ekor/hari. Pemberian probiotik starbio 5% dari jumlah pemberian dedak. Sehingga untuk 200 gr dedak, dicampurkan dengan probiotik starbio sebanyak 1 gr/ekor/hari. Selain
itu ternak juga membutuhkan mineral dalam
ransumnya. Mineral berguna untuk pertumbuhan tulang, gigi, penyerapan
nutrisi dan perangsang nafsu makan bagi ternak.
Pemberian mineral dapat diberikan dalam bentuk mineral blok. Mineral blok dapat dibuat sendiri oleh petani. Untuk 1 kg mineral blok dibutuhkan :
Ultra mineral 200 gram
Garam
690 gram
41
PETUNJUK TEKNIS
Semen
Air
110 gram (secukupnya)
Semua bahan dicampurkan secara merata sehingga menjadi adonan yang dapat dicetak dan diberi kawat sebagai penggantung. Hasil cetakan dijemur dipanas matahari. Setelah kering, mineral blok ditempatkan didalam kandang dengan cara digantung. Secara naluriah ternak kambing akan menjilat mineral blok tersebut dan akan berhenti jika kebutuhan mineral untuk tubuhnya tercukupi. Pada malam hari, ternak kambing diberi pakan hijauan berupa rumput yang disabitkan, daun kacang-kacangan maupun daun singkong. Air minum pada ternak kambing ditempatkan dalam ember plastik dan diletakkan berdekatan dengan pakan. Jumlah air minum yang diberikan secara ad libitum (tidak dibatasi).
42
PETUNJUK TEKNIS Gambar 13. Skema Pembuatan Mineral Blok Persiapan bahan : garam, ultra mineral, semen
Pencampuran bahan
Pengadukan bahan
Proses pencetakan mineral blok
Mineral blok basah siap dikeringkan
43
PETUNJUK TEKNIS d. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Penyakit ternak kambing yang sering muncul pada pola pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman karet adalah cacingan, kudis//buduk, kembung atau timpani dan orf (keropeng disekitar mulut). Semua penyakit tersebut kecuali penyakit kembung, merupakan
penyakit
menular.
Untuk menghindari
penyebaran
penyakit menular pada ternak lain dapat dilakukan dengan cara mengisolasikan ternak yang sakit. 1. Penyakit Cacingan Ternak kambing yang menderita cacingan ditandai dengan tubuh yang kurus (walaupun makannnya banyak), perut besar, lesu, bulu kasar dan tidak mengkilat, serta susah buang kotoran. Jika terlihat tanda-tanda cacingan, segeralah beri obat cacing pada semua kambing yang sekandang atau yang digembalakan pada satu areal yang sama. Pemberian obet cacing dapat dilakukan dengan cara injeksi ataupun oral setiap 3-6 bulan sekali tergantung jenis obat yang diberikan. Obat cacing dapat diperoleh di toko obat dan pakan ternak. Tindakan lain mengatasi cacingan, tingkatkan kebersihan kandang dan lingkungannya. 2. Penyakit Kudis/Buduk Kudis atau buduk adalah penyakit akibat infeksi parasit kulit. Tanda-tanda klinis ternak kambing yang terserang penyakit kudis atau buduk adalah adanya kerak-kerak pada permukaan kulit, ternak
44
PETUNJUK TEKNIS sering menggosok-gosokkan bagian tubuh yang terserang ke tiang/didinding kandang akibatnya terjadi kerontokan bulu dan kulit menjadi tebal dan kaku. Obatilah kambing yang terserang kudis dengan Ivomex atau dengan atau belerang yang dicampur oli bekas. Pemakai Ivomec dapat dilihat didalam brosur. Penggunaan oli bekas dan belerang adalah dengan mencampurkannya sehingga menjadi larutan yang kental. Sebelum ternak diolesi dengan campuran belerang dan oli bekas, ternak harus dimandikan dan disabuni sampai bersih kemudian dijemur. Setelah kering, bagian tubuh yang kudisan diobati dengan cara menggosokkan oli dan belerang secara merata. Pengobatan diulang 3 hari kemudian sampai ternak benar-benar sembuh dari kudisan. Untuk mencegah terulangnya penyakit ini, kandang harus disemprot dan dibersihkan dengan insektisida. 3. Kembung/Timpani Kembung pada ternak kambing berarti didalam perutnya banyak terisi angin. Kembung bisa terjadi karena adanya gangguan pencernaan. Gangguan ini disebabkan terjadinya proses fermentasi dalam perut kambing yang berlangsung terlalu cepat. Penyakit kembung diawali pada pakan banyak mengandung gas dan bila dimakan dalam keadaan tertentu bisa mengakibatkan perut ternak kembung. Misalnya tanaman muda atau tanaman yang masih banyak mengandung air/embun dan jenis kacang-kacangan. Pengobatan kembung dapat dilakukan dengan antibiotika (misalnya penicillin),
45
PETUNJUK TEKNIS berfungsi untuk mengurangi bakteri penghasil gas dalam perut besar (rumen). Penyakit kembung dapat dicegah dengan memperhatikan komposisi hijauan pakan ternak. Pemberian legum (daun kacangkacangan) jangan lebih dari 50% dari total pakan dan
tidak
meggembalakan ternak terlalu pagi diareal penggembalaan guna menghindari hijauan yang masih berembun. Bila ternak diberikan daun singkong, sebaiknya terlebih dahulu dilayukan, karena daun singkong mengandung asam sianida yang juga dapat membuat perut ternak kembung. 4. Orf (keropeng disekitar mulut) Orf merupakan penyakit menular, terutama menyebabkan luka-luka/keropeng bengkak dan meninbulkan bau disekitar mulut ( bibir, liang hidung) yang disebabkan oleh virus. Terkadang keropeng juga terlihat pada bagian tubuh lainnya, diantaranya pada kelopak mata, kaki, ambing, skrotum dan sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan dengan salep yang mengandung antibiotika dengan cara dioleskan, pada keropeng yang telah dikelupaskan.Biasanya orf menyebabkan ternak kesulitan makan, untuk itu perlu diberikan tambahan vitamin dan makanan/rumput yang lunak pada ternak yang sakit. Pencegahan penyakit orf melalui vaksinasi pada hewan yang sehat pada wilayah yang pernah terjangkit orf. Sedangkan pada daerah yang tidak ada kasus orf dilarang melakukan vaksinasi.
46
PETUNJUK TEKNIS e.
Estimasi Kapasitas Tampung Lahan Perkebunan Karet bagi Pengembangan Ternak. Kebutuhan hijauan pakan bagi ternak ruminansia adalah
sekitar 10 % dari berat badan ternak. Dalam usahatani ternak ruminansia , pakan hijauan dikategorikan sebagai makanan pokok, sehingga ketersediaannya haruslah secara berkesinambungan baik secara kuantitas maupun kualitas, jika tidak demikian produktivitas ternak dapat terganggu. Pemanfaatan vegetasi alam yang tumbuh di areal perkebunan sebagai hijauan pakan ternak melalui integrasi ternak dilahan perkebunan merupakan salah satu cara pemenuhan kebutuhan hijauan pakan secara kontinyu. Kapasitas
tampung
adalah
kemampuan
lahan
dalam
menyediakan hijauan pakan ternak selama satu tahun. Satuan yang digunakan adalah unit ternak. Sehingga dengan mengukur kapasitas tampung suatu lahan dapat diketahui berapa unit ternak yang dapat dipenuhi kebutuhan hijauan pakannya selama satu tahun dengan mengandalkan hijauan di lahan tersebut. Untuk memprediksi kapasitas tampung lahan perkebunan, dapat diukur dari produktivitas rumput alam. Pengukuran produktivitas rumput alam dilakukan dengan cara pengubinan rumput dan dihitung berat segar rumput per 1m2. Pengubinan rumput dilakukan secara acak dengan 5 ulangan per hektar.
Sebagai contoh estimasi
kapasitas tampung lahan perkebunan karet (umur 10 tahun) adalah sebagai berikut:
47
PETUNJUK TEKNIS
Jumlah pohon karet di perkebunan karet adalah 505 2
pohon/ha.
Luasan pohon karet 1 m , maka luas lahan 2
kebun yang ditumbuhi rumput alam adalah : 10.000 m - (505 x 1 m2 ) = 9495 m2 /ha. Jika dalam satu tahun tanaman karet disiangi 2 kali, maka total produksi hijauan adalah : 2
2 x 9495 m /ha x 543,6 gr/ m
2
= 10322964 gr/ha/th = 10,32
ton/ha/th. Perkiraan kebutuhan hijauan seekor sapi
berdasarkan pada
kebutuhan hijauan pokok (10% dari bobot badan) dengan standar bobot badan sapi rata-rata 300 kg/hari. Dalam setahun dibutuhkan 30 kg x 365 hari = 10950 kg rumput segar / tahun atau sebanyak 10,950 ton/thn/ekor. Dari uraian diatas maka didapatkan kapasitas tampung perkebunan karet adalah 0,94 unit ternak (UT)/ha/thn. Nilai konversi unit ternak (UT) untuk ternak lokal adalah 0,8 untuk kerbau, 0,7 untuk sapi, dan 0,05
untuk kambing. Sehingga
untuk kapasitas tampung 0,94 Ut/ha/thn dapat menampung sekitar 19 ekor kambing.
48
PETUNJUK TEKNIS Tabel 7. Potensi produksi rumput alam segar permeter persegi di bawah tanaman karet (umur 10 tahun) di Desa Sei Lala. No.
1 2 3 4 5 Rataan Kapasitas tampung
Berat rumput segar ubinan (gr/m2 ) 246 840 558 640 434 543,6
Estimasi produksi rumput segar (ton/ha/thn) 4,67 15,95 10,60 12,15 8,24 10,32 0,94 UT/ha/thn
49
PETUNJUK TEKNIS VI. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. 2011. Kepulauan Riau Dalam Angka. BPS Provinsi Kepulauan Riau. Diwyanto, K; Kusmaningsih; Katamso 2006. Pengembangan Pembibitan Sapi Dalam Pola Integrated Farming System. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan Deptan RI. Buku Panduan Seminar Nasional Pengembangan Usaha Pembibitan Ternak Sapi Pola Integrasi Tanaman Ternak Dalam Rangka Mendukung Kecukupan Daging 2010, Senin 14 Agustus 2006. Agustin, F. 1991. Penggunaan Lumpur Sawit Kering dan Serat Sawit dalam Ransum Pertumbuhan Sapi Perah. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Aritonang, D. 1986. Perkebunan kelapa sawit, sumber pakan ternak di Indonesia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 4 : 93
50
PETUNJUK TEKNIS LAMPIRAN
Lampiran 1. Kebutuhan pakan untuk sapi pembibitan No. Berat sapi PBBH Pakan Pakan Protein TDN (kg) (% BB) Kg/ekor/hari % dalam ransum 1. 200 0,25 4,6 2,3 10,0 57
2.
3
300
350
0,50
5,0
2,5
11,1
63
0,25
6,2
2,1
8,9
57
0,50
8,2
2,7
10,0
57
0,20
7,8
2,2
11,2
57
Lampiran 2. Kebutuhan pakan untuk penggemukan sapi potong No. Berat sapi PBBH Pakan Pakan Protein TDN (kg) (% BB) Kg/ekor/hari % dalam ransum 1. 180 0,45 4,7 2,6 10,4 58
2.
3.
230
270
0,70
4,9
2,7
11,8
62
0,90
5,0
2,8
13,1
66
0,45
5,5
2,4
9,7
58
0,70
5,8
2,5
10,7
62
0,90
5,9
2,6
11,7
66
0,45
6,3
2,3
9,2
58
0,70
6,6
2,4
10,0
62
0,90
6,8
2,5
10,8
66
51
PETUNJUK TEKNIS
Lampiran 3. Komposisi Nutrisi Lumpur, Bungkil Inti Kelapa Sawit, Daun dan Pelepah Kelapa Sawit Zat Nutrisi
Lumpur Sawit (a)
BIS (b)
Bahan Kering (%)
94,00
91,11
Daun &Pelepah Sawit (c) 86,20
Protein Kasar (%)
13,25
15,40
5,80
Lemak Kasar (%)
13,00
7,71
5,80
Serat Kasar
(%)
16,00
10,50
48,60
BETN
(%)
39,55
39,00
36,50
TDN
(%)
79,00
81,00
29,80
2840
2810
2412
EM (kkal/kg)
Keterangan: BIS=bungkil inti kelapa sawit TDN=total digestible nutrient EM=energy metabolis Sumber : (a) Lab. Nutrisi USU n(2000) (b) Agustin (1991) (c) Aritonang (1991)
52
PETUNJUK TEKNIS Lampiran 4. Keragaan ternak sapi betina dengan skor kondisi tubuh 1, 2 dan 3. Kondisi ini menyebabkan ternak sapi betina tersebut sukar birahi dan mengalami gangguan reproduksi hebat.
53