Juni EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
1
Ridwan
Vol. I, No. 1, Juni 2010, 1 - 15
PETA POTENSI EKONOMI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ridwan Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengenal dan memahami perkembangan UMKM di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang menyangkut profil, peluang dan potensi UMKM. Profil UMKM dianalisis berdasarkan jumlah dan penyebaran UMKM beserta tenaga kerja yang diserap, keterkaitan sektoral maupun aksesibilitas UMKM terhadap kredit perbankan. Potensi UMKM diteliti berdasarkan potensi kemampuan manajerial.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM di Kabupaten Kulon Progo sebagian besar berada pada sektor industri pengolahan, disusul sektor perdagangan dan pertanian Daya serap UMKM atas angkatan kerja cukup besar bila dibandingkan dengan industri besar dan industri sedang. Aspek kemampuan manajerial dan kewirausahaan pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo sudah termasuk kategori baik, sebahagian besar pengusaha UMKM sudah berorientasi pada pasar dan mengutamakan kualitas produksinya. Kata kunci : Profil UMKM, kemampuan manajerial dan kewirausahaan, komoditi potensial.
PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang
Pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam kerangka pemulihan ekonomi nasional memegang peranan yang cukup penting. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM secara keseluruhan di Indonesia sebesar 40 juta, jumlah tenaga kerja 88%, kontribusi terhadap PDB sebesar 56,7%. Disamping itu pada saat terjadi krisis ekonomi, industri kecil justru dapat bertahan dan menjadi tumpuan dalam rangka pemulihan ekonomi Indonesia. Beberapa faktor kendala yang dihadapi UMKM dalam meningkatkan daya saing produknya, adalah: modal kecil, Sumber Daya Manusia kurang berkualitas, rendahnya kemampuan dan pemahaman pada sains dan teknologi, manajemen, keterbatasan akses kepada sumber teknologi dan akses pasar.
Penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Kulon Progo Propinsi DIY meliputi berbagai bidang dan sektor, bertujuan mewujudkan masyarakat sejahtera dan berkeadilan melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan mengutamakan usaha kecil menengah dan koperasi yang bertumpu pada agrobisnis. Salah satu upaya Pemda Kulon Progo dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan dan pemberdayaan usaha-usaha kecil. UMKM di Kabupaten Kulon Progo merupakan sektor industri yang menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan sektor industri lain. UMKM juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kulon Progo, khususnya kontribusi dari sektor industri pengolah hasil pertanian dan kehutanan, pengolah mesin, logam dan kimia. Jumlah UMKM yang
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
2
ada di Kabupaten Kulon Progo sampai tahun 2008 sebanyak 3.525 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 11.243 jiwa (www.kulonprogo. go.id). Kebijaksanaan pembangunan Pemda Kulon Progo yang tertuang dalam rencana stratejik dengan sasaran terwujudnya pengembangan UMKM menjadi pengusaha kecil tangguh sebanyak 45 unit pada tahun 2005, 50 unit pada tahun 2006, 55 unit pada tahun 2007, dan 60 unit pada tahun 2008. Pengusaha kecil tangguh menjadi pengusaha kecil mandiri sebanyak 7 unit pada tahun 2005, dan 10 unit pada tahun 2006. Sedangkan pengusaha kecil mandiri menjadi pengusaha menengah sebanyak 1 unit per tahun sampai dengan tahun 2008. Oleh karena itu diperlukan suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta. Pola kemitraan itu hendaknya mencakup pembentukan institusi-insitusi baru, pembangunan industriindustri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan usaha-usaha baru dengann cara menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan dunia usaha, khususnya UMKM. 2.
Perumusan Masalah
1.
sektor/subsektor usaha atau komoditi yang manakah yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Kulon Progo Profil dan peluang usaha (baca: UMKM) apakah di Kabupaten Kulon Progo yang berpotensi berkembang di masa yang akan datang, khususnya yang menghendaki adanya penanganan lebih lanjut.
2.
TINJAUAN TEORI 1.
Definisi Usaha Kecil
a.
Menurut Sensus Industri 1974-75 : perusahaan yang mempekerjakan 1-4 orang dan tenaga mesin, atau 1-9 orang tanpa tenaga mesin,.kemudian berubah menjadi yang mempekerjakan 5- 19 orang”.
b.
Juni
f.
Departemen Perdagangan: apabila permodalannya kurang dari Rp 25 juta. Departemen Perindustrian : yang mempunyai aset tidak lebih dari Rp 600 juta. KADIN : yang aset maksimal Rp 250 juta, tenaga kerja paling banyak 300 orang dan nilai penjualan di bawah Rp 100 juta. Departemen Koperasi dan PPK, Bank Indonesia: omset usaha tidak lebih dari Rp 2 milyar dan kekayaan (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak lebih dari Rp 600 juta. UU No. 9 Th 1995: kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; Omzet per tahun paling banyak Rp 1 milyar, milik Warga Negara Indonesia; berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; berbentuk badan usaha orang perseorangan, tidak berbadan hukum, atau berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.
Profil Usaha Kecil
c. d.
e.
Karakteristik usaha kecil : a) tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan pengelola perusahaan, tenaga kerja dari keluarga dan kerabat, b) rendahnya akses terhadap lembaga kredit formal, c) belum berstatus badan hokum, d) sebagian besar bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC31) Pada umumnya usaha kecil tidak mampu berkembang dinamis, proses pertumbuhan terhambat, bukan proses yang kontinum, melainkan terpatah-patah seperti anak tangga. Sebagai akibatnya, terjadilah kekosongan yang besar di tengah (hollow middle) (Basri, 1995: 146). Fenomena ini terjadi antara lain karena struktur proteksi Pemerintah yang condong kepada industri besar dan sosio-kultural yang menghambat dinamika kewirausahaan.
Juni 3.
Pentingnya Mengembangkan Usaha Kecil
Alasan menumbuh kembangkan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKRT) Pertama, menyerap banyak tenaga kerja, intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di perdesaan (Simatupang, et.al., 1994; Kuncoro, 1997). Kedua, memegang peranan penting dalam ekspor non-migas, Ketiga, adanya urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk piramida pada PJPT I menjadi semacam gunungan pada PJPT II. 4.
Tantangan Bagi Usaha Kecil
Pertama, bagi pengusaha kecil dengan omset kurang dari Rp 50 juta adalah menjaga kelangsungan hidup usahanya, yakni dapat berjualan dengan aman, membutuhkan modal sekadar untuk kelancaran cashflow. Kredit dari BPR-BPR, BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal kerja mereka. Kedua, bagi pengusaha kecil dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 2 milyar adalah, a) sistem administrasi keuangan dan manajemen belum baik, b) ketidakmampuan menyusun proposal dan studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman bank, modal ventura, c) belum memiliki perencanaan bisnis, d) tidak punya akses terhadap teknologi dan informasi, e) kesulitan peroleh bahan baku berkualitas, f) minim kemampuan dalam perbaikan kualitas barang dan g) sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil (Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM,) 5.
3
Ridwan
Strategi Pemberdayaan Usaha kecil
Strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam: pertama, aspek manajerial, yang meliputi: peningkatan produkstivitas/omset/tingkat utilisasi/tingkat hunian., meningkatkan kemampuan pemasaran, dan pengembangan
sumberdaya manusia. Kedua, aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU). Ketiga, mengembangkan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem BapakAnak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura ataupun subkontrak. Keempat, pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (Permukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri). Kelima, pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu melalaui KUB 9Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan)
METODOLOGI PENELITIAN 1.
Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap para pengelola UMKM (pengusaha kecil) serta pimpinan dinas dan instansi teknis, Pemerintah Daerah dan perbankan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Statistik, Bappeda maupun buku laporan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, lembaga-lembaga swasta dan pihak perbankan. 2
Penentuan Sample
UMKM di Kabupaten Kulon Progo seluruhnya sebanyak 3.525 unit usaha, terdiri atas industri kecil bidang pengolah hasil pertanian dan kehutanan sebanyak 3.163 unit, industri kecil pengolah mesin, logam dan kimia sebanyak 213 unit, dan bidang aneka usaha/industri sebanyak 72 unit. Usaha/industri kecil tersebut tersebar di 12 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo (www. kulonprogo.go.id).
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
4
Jumlah sample dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan indek Location Quotients (LQ). Dengan indek LQ ini akan diketahui potensi keunggulan komparatif dan kemampuan sektor/subsektor industri atau komoditi bila dibandingkan dengan sektor/ subsektor industri atau komoditi yang lain. 3
Metode Analisis
3.1 Analisis Deskriptif Analisis yang dipakai terutama adalah analisis kualitatif deskriptif berdasarkan atas pengamatan dan hasil-hasil perhitungan atas dasar data dari daftar pertanyaan. Profil UMKM dianalisis berdasarkan jumlah dan penyebaran industri kecil beserta tenaga kerja yang diserap, kontribusi terhadap PDRB dan modal investasi yang ditanamkan, keterkaitan sektoral maupun aksesibilitas industri kecil terhadap kredit perbankan. Kecenderungan ekonomi dianalisis dengan melihat perkembangan sektoral untuk mengetahui sektor mana yang tumbuh dengan cepat serta memiliki potensi untuk berkembang di masa yang akan datang. Untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan suatu sektor disebabkan pengaruh sektor lainnya, terutama penekanan pada peranan industri kecil, dilakukan analisis keterkaitan antarsektor atau subsektor bidang ekonomi. Proses identifikasi juga memperhatikan faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan UMKM, yaitu kebijakan pemerintah/instansi terkait, perbankan dan keterlibatan pihak BUMN/Swasta. Kebijakan pemerintah dalam pembinaan UMKM dinilai berdasarkan perhatian masingmasing dinas atau instansi terkait melalui kegiatan pembinaan terhadap UMKM. Peranan pemerintah daerah dan perbankan, dinilai dalam kapasitasnya untuk meningkatkan kemampuan UMKM melalui berbagai bentuk bantuan teknis serta kebijakan kredit untuk UMKM. Sedangkan penilaian terhadap keterlibatan pihak swasta
Juni
dilakukan untuk dapat memberikan gambaran tentang peranan kelembagaan di Kabupaten Kulon Progo dalam rangka pengembangan UMKM. Potensi kemampuan manajerial UMKM diteliti berdasarkan potensi atau kemampuan dalam pemasaran, keuangan atau permodalan, produksi, pengadaan, personalia, organisasi, administrasi dan pembinaan usaha. Sedangkan kemampuan kewirausahaan dinilai berdasarkan analisis kemampuan pengusaha UMKM dalam membuat keputusan, kemandirian, keberanian mengambil risiko, kemampuan beradaptasi, kemampuan dalam menghadapi tantangan, penghargaan terhadap waktu, orientasi ke depan, penghargaan terhadap pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, ketekunan dan orientasi pada tujuan. Untuk mendukung analisis UMKM melalui faktor kewirausahaan dan manajerial tersebut dilakukan analisis aksesibilitas UMKM terhadap kredit perbankan, analisis potensi permintaan kredit dan potensi industri kecil menurut instansi terkait dan perbankan. 3.2 Indek Location Quotients (LQ) LQ Dipergunakan untuk menentukan sektor/ subsektor atau komoditi mana yang memiliki potensi/keunggulan. Kriteria penggolongan sektor/subsektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan dilihat dari aspek pendapatan yang diukur dari kontribusi (nilai tambah) sektor/ subsektor industri kecil tersebut terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo. Rumus menghitung LQ adalah: vi/vt
vi/Vi
Vi/Vt
vt/Vt
LQ =
vi : pendapatan (nilai tambah) dari sektor/subsektor UMKM vt : pendapatan total sektor/subsektor tersebut
Juni
Vi : pendapatan dari industri kecil sejenis secara regional Vt : pendapatan (PDRB) Kabupaten Kulon Progo Kriteia sektor/subsektor industri kecil yang memiliki potensi atau keunggulan didasarkan pada indek LQ berikut ini: (i) Bila indek LQ > 1 menyatakan bahwa sektor/subsektor tersebut memiliki keunggulan dibandingkan sektor/ subsektor industri kecil yang lain di Kabupaten Kulon Progo. (ii) Bila indek LQ < 1 menyatakan bahwa sektor/subsektor tersebut kurang potensi daripada sektor/subsektor industri kecil yang lain. (iii) Bila indek LQ = 1 menunjukkan bahwa potensi sektor/subsektor tersebut seimbang dengan potensi sektor/subsektor UMKM yang lain di Kabupaten Kulon Progo.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
5
Ridwan
UMKM di Kabupaten Kulon Progo
Bila kita menggunakan definisi usaha kecil menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), di mana usaha mikro, kecil dan menengah adalah semua usaha yang memiliki hasil penjualan (omset) tahunan lebih kecil dari
lima puluh miliar rupiah, maka dari seluruh usaha kecil non pertanian di Kabupaten Kulon Progo sebesar 20.376 unit merupakan usaha mikro, kecil dan menengah. Jumlah ini adalah sebesar 25,50 persen dari banyaknya usaha kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebaran usaha kecil di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan lapangan usahanya adalah seperti ditunjukkan oleh Tabel 1 di bawah ini. Dari tabel di atas dapat ditarik beberapa fakta menarik yaitu sebagian besar (60,41 %) UMKM di Kabupaten Kulon Progo bergerak di sektor industri pengolahan pangan, industri kerajinan dan umum sebesar 27,75%, industri kimia dan bahan bangunan 4,42%, industri sandang dan kulit sebesar 4,15%, sedangkan industri logam dan jasa sebesar 3,26%. Selanjutnya, bila kita mendefinisikan usaha kecil berdasarkan definisi yang diberikan Badan Pusat Statistik (BPS), di mana industri kecil adalah usaha yang mempekerjakan kurang dari 19 orang tenaga kerja, maka sebaran lokasi usaha
Tabel 1 Potensi Industri Kecil Berdasarkan Kelompok Industri di Kabupaten Kulon Progo, Tahun 2007 No.
Kelompok Industri
Jumlah Unit Usaha 12.310
Jumlah TK (orang) 32.045
Nilai Produksi (Rp 000) 192.948.000
Nilai Tambah (Rp 000) 89.019.640
Nilai Investasi (Rp 000) 21.656.691
1
Industri Pengolahan Pangan
2
Industri Sandang dan Kulit
845
2.826
17.852.652
7.690.824
2.182.070
3
Industri Kimia Bangunan
901
3.199
39.936.779
20.328.946
8.480.763
4
Industri Logam dan Jasa
665
1.844
8.061.707
4.203.936
1.638.885
5
Industri Kerajinan dan Umum
5.655
15.836
64.080.862
30.565.622
18.069.446
20.376
55.750
322.880.000
151.753.600
52.027.855
dan
Jumlah
Bahan
Sumber: Dinas Perindagkoptam Kabupaten Kulon Progo, 2007
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
6
kecil di Kabupaten Kulon Progo seperti ditunjukkan oleh Tabel 2. 2.
Daya Serap UMKM Atas Angkatan Kerja Pada tahun 2001, jumlah tenaga kerja yang
Juni
terserap di sektor industri ini ada 51.649 orang (9.913 orang di sektor industri kecil, sisanya 41.736 orang terserap di industri menengah) yang tersebar dalam 19.854 unit usaha (3.624 unit usaha kecil dan 16.420 unit usaha menengah). Sementara pada tahun 2003 dari 20.018 unit
Tabel 2. Sebaran Lokasi Usaha Kecil di Kabupaten Kulon Progo L o k a si N o.
K o m o d i ti
J u m la h D e sa
K e c a m a ta n 1
B a tik
T em on, L endah, K o kap
2
T ahu
3
G a m p in g
T e m o n , G a l u r , S e n to lo , P e n g a sih T e m o n , P e n g a sih
4
K o n v e k si
T e m o n , W a te s , N a n g g u la n
5
K rim p yin g
W a te s
6
E m p in g
W a te s, P e n g a sih
7
T em pe
W a t e s , P a n j a ta n , S e n to lo
8
M ebel K ayu
W a t e s , G a lu r , L e n d a h , S e n to l o , P e m g a sih , K o k a p , G irim u ly o
B o r d ir
W a te s
9
K u l u r , S id o r e j o , H a rg o m u ly o K u lu r, B ro so t, T u k so n o , T a w a n g sa ri K u l u t, K a r a n g s a r i K a r a n g W u lu h , W a te s , K em bang G ir i P e n i W a te s , K a r a n g s a r i, S id o m u l y o N g e s t ih a r j o , D e p o k , S a la m r e j o W a te s , G a l u r , N g e n t a k r e j o , K a lib a w a n g , K a r a n g s a r i , P e n g a sih , H a rg o re jo , K a lir e j o , J a tim u l y o , G ir ip u r w o W a te s
27 101 27 30 8 120 53
125
5
10
P a n d e B e si
W a te s
B endungan
33
11
K a le n g
W a te s
B endungan
10
12
M ebel L ogam
W a te s
W a te s
10
13
J e n a n g A lo t
P a n j a ta n
D epok
18
14
S a b u t K e la p a
G a lu r
B ro so t
24
15
A nyam an B am bu
L e n d a h , N a n g g u la n , G i r i m u l y o , K a l ib a w a n g
16
G u la K e la p a
L e n d a h , K o k a p , K a l ib a w a n g
17
G e ra b a h
L endah
G u lu re jo , K e m b a n g , G ir ip u r w o , J a t i m u l y o , B a n ja r A ru m , B a n ja r A sri N g e n t a k r e j o , H a r g o r e jo , K a lir e j o , H a r g o w il is , H a r g o m u l y o , H a r g o ti r to , B a n ja rh a rjo , B a n ja ro y o B u m ire jo
200
1 .4 7 8 35
18
G e n te n g
L e n d a h , K o k a p , N a n g g u la n , K a l ib a w a n g
B u m ire jo , W a h y u h a rjo , J a t ir e j o , G u lu r e j o , H a rg o m u ly o , H a r g o re jo T i m u r , H a r g o r e j o B a r a t, J a t is a r o n o , W ij im u l y o , B a n ja ro y o
19
I m i ta s i
L endah
G u lu re jo
20
A nyam an A gel
S e n to l o
S e n t o lo
105
21
W a y a n g G o le k
S e n to l o
S e n t o lo
2
22
M ebel B am bu
S e n to l o
S e n t o lo
23
T enun A T B M
S e n to l o , N a n g g u l a n
K a lia g u n g , J a t is a r o n o
24
K u lit
S e n to l o
T u kso no
Sumber: www.kulonprogo.go.id, data diolah.
207
11
5 13 7
Juni
7
Ridwan
Tabel 3 Kondisi Produksi UMKM Di Kabupaten Kulon Progo
usaha, tenaga kerja yang terserap 52.778 orang, dan pada tahun 2004 dengan 20.065 unit usaha, tenaga kerja yang terserap 54.505 orang. Kenaikan jumlah tenaga kerja ini mengikuti kenaikan nilai investasi dan nilai produksi. Nilai investasi sektor industri pada tahun 2003 sebesar Rp 44.062.695.000 dengan nilai produksi Rp 183.368.735.000, sedangkan pada tahun 2004 nilai investasi sektor ini naik menjadi Rp 47.411.687.000 dengan nilai produksi Rp 268.113.181.000 Kondisi inilah yang kemudian membuat terjadinya penyerapan jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Kenaikan nilai investasi yang ada dibarengi dengan konsekuensi logis bagi peningkatan nilai produksi membutuhkan jumlah tenaga kerja yang diperbesar. 3.
Peluang UMKM
Berbagai kebijakan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (dinas pembina teknis tiap sektor), dan dunia perbankan akan mempengaruhi gerak dinamis usaha kecil. 3.1. Kondisi Produksi dan Permintaan Produksi Tabel 3 menggambarkan bahwa secara keseluruhan, karakteristik pasar UMKM tergolong dalam kriteria baik. Selain sudah lebih berorientasi pasar, juga sudah relatif baik dalam segmentasi pasar dan pemilihan pasar sasaran. Dari karakteristik pasar ini, pengusaha kecil masih lemah dalam cara pencarian informasi pasar, dan pemanfaatan peluang ekspor. Sebagian besar pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo sudah mencari informasi dari berbagai sumber tertentu, khususnya informasi pasar ekspor tetapi mereka tetap masih lemah dalam pemanfaatan peluang ekspor.
Sumber: Data Primer, diolah.
Dilihat lebih jauh, pengusaha UMKM Modus Proporsi 1terutama berada dalam pasar yang sangat Karakteristik Pasar kompetitif. Meskipun persaingan sangat tinggi, a. Orientasi Pasar 3 65,6% tingkat kecenderungan permintaan akan produk b. Segmen Pasar 3 57,4% UMKM di masa depan cenderung meningkat. c. Mencari Informasi Pasar 2 Tingkat keunggulan kualitas produk52,5% UMKM d. Informasi Pasar Ekspor 2 30,5% tergolong dalam klasifikasi sedang. Komponen Pemanfaatan Peluang Eskpor produksi 1 UMKM 18,4% laine. dalam komposisi adalah padaf. Banyaknya pemilikan UMKM Pesaingmerek produksi. 3 78,5% tidak memiliki merek untuk 2 produk g. Trend Permintaan 44,7% yang 2dihasilkannya, karena kurangnya pengetahuan Komposisi Produksi para pengusaha UMKM tentang Hak atas a. Kualitas Produksi 3 66,2% Kekayaan Intelektual (HAKI). Sebagian besar b. Pemilikan Merek Produk 2 47,7% pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo c. Upaya Pengembangan Produk 3 48,5% sudah berorientasi pasar dan telah melakukan segmentasi dan memiliki pasar sasaran yang jelas. Dalam hal mencari informasi pasar, baik ekspor maupun non ekspor, pengusaha UMKM telah memanfaatkan berbagai sarana informasi pasar yang disediakan baik oleh Pemerintah Daerah maupun dari berbagai sumber. Namun tetap masih rendah dalam hal pemanfaatan peluang ekspor yang ada dikarenakan lemahnya kemampuan
No.
Komponen Kondisi Produksi
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
8
komunikasi para pengusaha UMKM dengan para pembeli asing. Tingkat persaingan antar pengusaha UMKM di daerah Kabupaten Kulon Progo relatif tinggi. Sedangkan berdasarkan trend permintaan atas produk-produk UMKM, sebagian besar pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo beranggapan bahwa trend permintaan atas produk-produknya akan terus meningkat. 3.2 Saluran Distribusi Pemasaran Produk UMKM Sebagian besar pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo tidak atau belum melakukan saluran distribusi formal. Pemasaran sebagian besar UMKM di Kabupaten Kulon Progo adalah pada tingkat lokal/kabupaten/regional karena pengetahuan ekspor dari para pengusaha UMKM belum memadai. Demikian juga dengan kemampuan pengusaha UMKM memberikan trade margin belum termasuk kategori baik. Namun demikian sebagian besar pengusaha kecil sudah relatif mampu dalam menjamin persediaan produk. Tabel 4 Sistem Distribusi UMKM di Kabupaten Kulon Progo No.
Saluran Distribusi Pemasaran Usaha Kecil
Modus
Proporsi
Sistem Distribusi
Juni
para pemilik usaha. Sebaliknya, cara penjualan dengan promosi sudah didominasi oleh para pengusaha UMKM tersebut. Juga terlihat bahwa sebagian besar pengusaha UMKM beranggapan bahwa cara promosi yang sudah dilakukan sesuai dengan sasarannya. Tabel 5 menjelaskan bahwa sebagian besar pengusaha UMKM mampu memenuhi pesanan dengan tepat, namun respon terhadap perubahan permintaan masih dalam kategori sedang. Akibatnya, tingkat pertumbuhan volume penjualan UMKM pun masih tergolong dalam kategori sedang. Tabel 5 Keterpaduan Penjualan UMKM di Kabupaten Kulon Progo No.
Saluran Distribusi Pemasaran Usaha Kecil
Modus
Proporsi
2
57,76%
2
45,70%
1
60,75%
2
68,58%
3
52,34%
Keterpaduan Penjualan 1 2 3 4 5
Keterlibatan karyawan dalam pemasaran Respon terhadap konsumen Sistem penjualan Ketepatan memenuhi pesanan Pertumbuhan volume penjualan
Sumber: Data Primer, diolah.
1
Pemanfaatan saluran distribusi formal
1
66,75%
2
Ruang lingkup daerah pemasaran
2
65,42%
3
Pengetahuan ekspor
1
28,25%
4
Cara melakukan ekspor
2
19,55%
5
Kemampuan memberikan trade margin
3
28,85%
6
Jaminan persediaan produk
3
68,55%
7
Golongan konsumen akhir
2
65,00%
Sumber: Data Primer, diolah.
Pengusaha UMKM sudah mulai meninggalkan cara penjualan secara pribadi, dan berganti dengan menggunakan cara promosi yang terencana. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa cara penjualan secara pribadi hanya dilakukan oleh
3.3 Keterkaitan Sektor UMKM Keterkaitan sektor UMKM ditunjukkan oleh Tabel 6. Keterkaitan sektor UMKM dilihat dari aspek sumber bahan baku dan tujuan penjualan produk UMKM. Aspek sumber bahan baku ditentukan oleh sumber bahan baku, transportasi bahan baku, kualitas bahan baku, jenis pemasok bahan baku, jumlah pemasok bahan baku, potensi penyediaan bahan baku, pola kebutuhan bahan baku, dan tingkat stabilitas harga bahan baku. Sedangkan aspek penjualan produk usaha UMKM, ditentukan oleh ruang lingkup daerah pemasaran, kemampuan memberikan trade margin, dan golongan konsumen akhir.
Juni
9
Ridwan
Dilihat dari sumber bahan bakunya, keterkaitan UMKM dengan pemasok bahan baku sudah relatif kuat. Sebagian besar UMKM di Kabupaten Kulon Progo memperoleh bahan baku dari daerah sekitar Propinsi DIY. Beberapa alasan mengapa sumber bahan baku UMKM berasal dari propinsi DIY adalah karena: transportasi bahan baku tergolong lancar, kualitas bahan baku sudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengusaha UMKM, potensi penyediaan bahan baku tergolong melimpah setiap musim. Namun demikian, walaupun pola kebutuhan bahan baku cenderung ada setiap musim, namun tingkat harga bahan baku yang dihadapi oleh pengusaha UMKM tergolong dalam kategori tidak stabil.
usaha kecil dengan kegiatan ekonomi lainnya. Dalam hal trade margin, pengusaha UMKM sudah relatif mampu memberikannya. Selain itu, karena sifat UMKM yang relatif sederhana dan keadaan ekonomi makro Kabupaten Kulon Progo yang termasuk dalam kategori menengah, maka golongan konsumen akhir dari pengusaha UMKM terutama terfokus pada golongan konsumen berpendapatan menengah. 4
Aksesibilitas UMKM
4.1 Akses UMKM Terhadap Informasi Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa aksesibilitas UMKM di Kabupaten Kulon Progo terhadap informasi sudah relatif baik. Sebagian besar
Tabel 6 Keterkaitan Sektor UMKM di Kabupaten Kulon Progo N o. A.
B.
A spek K eterkaitan
M odus
P roporsi
1. Sum ber bahan baku
3
75,60%
2. Transportasi bahan baku
2
80,60%
3. K ualitas bahan baku
3
75,85%
4. Jenis pem asok bahan baku
3
45,50%
5. Jum lah pem asok bahan baku
2
43,45%
6. Potensi ketersediaan bahan baku
3
70,50%
7. Pola kebutuhan bahan baku
3
55,20%
8. Tingkat stabilitas harga bahan baku
3
60,75%
1. R uang lingkup daerah pem asaran
2
74,55%
2. K em am puan m em berikan trade m argin
3
25,80%
3. G olongan konsum en akhir
2
60,30%
K riteria P oten si B ah an B aku
P enju alan P rodu k
Sumber: Data Primer, diolah.
Dari aspek penjualan produknya, keterkaitan UMKM juga sudah cukup baik. Ruang lingkup daerah pemasaran produk usaha kecil adalah pada tingkat lokal/kabupaten/regional. Kemampuan memberikan trade margin juga merupakan salah satu indikator yang dapat memperkuat keterkaitan
pengusaha kecil masih mencari informasi secara pasif/seadanya, seringkali mengetahui peluang ekspor tetapi kurang mampu memanfaatkannya, kemampuan menggunakan saluran distribusi formal masih rendah, dan belum mengetahui berbagai informasi tentang program pembinaan usaha kecil dari pemerintah.
10
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
4.2 Akses UMKM Terhadap Bahan Baku Pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo telah memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi terhadap bahan baku, artinya sangat mudah mendapatkan bahan baku (karena terutama berasal dari dalam propinsi), transportasi dari sumber bahan baku ke lokasi produksi sudah lancar, bahan baku yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan pengusaha UMKM, jumlah pemasok bahan baku relatif banyak, dan ketersediaan bahan baku melimpah di setiap musim. 4.3 Akses UMKM Terhadap Teknologi Sebagian besar pengusaha UMKM di Kabuapaten Kulon Progo masih memiliki tingkat aksesibilitas sedang. Sebahagian besar pengusaha UMKM masih menggunakan teknologi tradisional, namun akibat adanya pembinaan pemasaran yang cukup baik, pengusaha UMKM sudah berupaya untuk secara terus menerus melakukan pengembangan produk, melakukan pengawasan usaha, dan peningkatan kondisi kualitas produksi hingga sesuai dengan standar industri. 4.4 Akses UMKM Terhadap Kredit Aksesibilitas UMKM terhadap kredit, masih sangat rendah. Dari tabel 7 menunjukkan bahwa walaupun struktur modal sudah hampir seimbang (modal sendiri sama dengan modal pinjaman), tetapi kredit yang dibutuhkan masih lebih besar daripada realisasi pinjaman yang disetujui oleh perbankan, dan hubungan bank dengan UMKM masih sebagai nasabah (penabung). Sebahagian besar pengusaha UMKM tidak pernah mengalami kemacetan pengembalian kredit yang diperolehnya. Walaupun ada juga pengusaha UMKM yang pernah mengalami kredit macet, namun bukan karena faktor intern tetapi akibat perubahan-perubahan eksternal yang tidak bisa diantisipasi oleh pengusaha UMKM.
5
Juni
Potensi Pengembangan UMKM
5.1 Kemampuan Kewirausahaan Faktor-faktor yang menentukan potensi pengembangan UMKM itu dapat bersumber dari luar lingkungan usaha kecil (faktor eksternal) baik yang sifatnya mikro maupun makro, dan dari dalam usaha kecil itu sendiri (faktor internal). Beberapa faktor lingkungan eksternal itu adalah: kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah; perkembangan kegiatan ekonomi di semua sektor; kebijakan khusus dari sistem perbankan; dan lainlain, yang pada akhirnya akan menentukan tingkat aksesibilitas UMKM. Sedangkan dari lingkungan internal, faktor yang sangat penting dalam pengembangan UMKM adalah kemampuan kewirausahaan, dan kemampuan manajerial dari pengusaha UMKM itu sendiri. Semakin baik kemampuan kewirausahaan dan kemampuan manajerial dari pengusaha kecil semakin tinggi pula potensi pengembangannya. Pada tabel 8 ditunjukkan kondisi obyektif sikap kewirausahaan pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo. Terdapat sebelas sikap kewirausahaan yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha UMKM agar perkembangan usaha yang dijalakannya dapat berjalan secara serasi dengan perubahan lingkungan usahanya. Dari tabel 8 di bawah terlihat bahwa sebahagian besar pengusaha UMKM mempunyai sikap kewirausahaan yang baik. Pengusaha UMKM telah mampu menggunakan waktu secara efisien, menunjukkan kesungguhan dalam mengelola usahanya, selalu merencanakan setiap kegiatan usaha, memahami arti kegagalan usaha sebagai bahan pelajaran demi keberhasilan, responsif terhadap perubahan-perubahan yang akan selalu terjadi, memahami arti disiplin dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, sudah berani berdiri sendiri atau independen, sudah dapat melihat dan memanfaatkan kesempatan yang ada, dan menghargai kepercayaan yang diberikan oleh orang lain pada dirinya. Namun
Juni
11
Ridwan
Tabel 7 Aksesibilitas UMKM di Kabupaten Kulon
No. Aksesibilitas Usaha Kecil A. Akses Terhadap Informasi 1. Cara memperoleh informasi pasar 2. Cara memperoleh informasi ekspor 3. Penggunaan saluran distribusi formal 4. Informasi ttg. Pembinaan UMKM B. Akses Terhadap Bahan Baku 1. Sumber bahan baku 2. Transportasi bahan baku 3. Kesesuaian bahan baku dng. Kebutuhan 4. Jumlah pemasok bahan baku 5. Potensi penyediaan bahan baku C. Akses Terhadap Teknologi 1. Penggunaan Teknologi 2. Pemilikan merek produk 3. Pengemabngan produk 4. Respon terhadap permintaan konsumen 5. Perencanaan usaha 6. Pemabgian tugas 7. Pengawasan usaha 8. Kualitas produksi 9. Pembinaaan manajemen 10. Pembinaan pemasaran D. Akses Terhadap Kredit 1. Sumber modal usaha 2. Besar kredit yang dibutuhkan 3. Kredit yang telah diperoleh 4. Struktur permodalan 5. Pembinaan bank thd. UMKM 6. Hubungan bank dengan UMKM Sumber: Data Primer, diolah.
Modus
Proporsi
3 2 2 1
54,25% 22,45% 65,55% 58,55%
2 3 2 3 3
75,45% 74,50% 75,55% 55,50% 65,30%
1 2 3 2 3 2 3 2 1 3
40,75% 50,60% 55,75% 54,50% 40,25% 45,75% 60,25% 70,45% 50,50% 50,25%
2 3 1 3 2 2
45,00% 40,80% 45,75% 47,25% 79,00% 80,65%
12
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
demikian, ada dua sikap kewirausahaan yang masih harus terus diperbaiki, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh pembinaan eksternal. Kedua sikap tersebut adalah keberanian dalam mengambil risiko yang masih lemah, dan sikap hemat. 5.2 Kemampuan Manajerial Kemampuan manjerial biasanya akan semakin tinggi bila pengusaha UMKM memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai. Pada penelitian ini, kemampuan manajerial akan dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen sumberdaya manusia (personalia) dan manajemen umum (organisasi). Kondisi obyektif kemampuan manajerial pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel 9. Terlihat bahwa secara keseluruhan, kemampuan manajerial para pengusaha kecil masih rendah. 5.3 Kemampuan Dalam Manajemen Keuangan Pada aspek manajemen keuangan, sebahagian besar pengusaha UMKM yang ada di Kabupaten Kulon Progo belum melakukan
Juni
pemisahan keuangan. Namun, sistem pembukuan sudah dilakukan walaupun masih sederhana, sedangkan perencanaan keuangan sudah dilakukan walaupun belum tertulis. 5.4 Kemampuan Dalam Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen personalia usaha kecil masih rendah akibat kaderisasi tenaga kerja, pelatihan dan perputaran karyawan yang belum baik. Jumlah pekerja yang terutama ada pada UMKM adalah 5 hingga 20 orang karyawan. Dasar rekruitmen tenaga kerja sudah berdasarkan pada hubungan usaha dan bukan hubungan keluarga, tetapi belum berdasarkan tingkat pendidikan karena lebih mengutamakan yang dapat dibayar murah, bukan profesional. 5.5 Kemampuan Dalam Manajemen Produksi Sebahagian besar pengusaha UMKM sudah memiliki kemampuan pengelolaan yang baik. Para pengusaha telah memasang semua kapasitas produksinya dan telah mampu memanfaatkan secara optimal kapasitas produksi yang terpasang. Namun demikian, tetapi kualitas produksinya masih belum sesuai dengan standar industri.
Tabel 8 Kondisi Kemampuan Kewirausahaan UMKM di Kabupaten Kulon Progo
No. Komponen Kemampuan Kewirausahaan UMKM 1 Penggunaan waktu 2 Kesungguhan 3 Perencanaan 4 Arti kegagalan 5 Keberanian dalam mengambil risiko 6 Keterbukaan pada perubahan 7 Disiplin dan tanggung jawab 8 Kepercayaan pada diri sendiri 9 Pemanfaatan situasi 10 Arti penting kepercayaan 11 Sikap hemat Sumber: Data Primer, diolah.
Modus 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2
Proporsi 58,85% 80,50% 55,75% 75,25% 60,20% 70,55% 65,35% 70,60% 56,80% 87,25% 65,45%
Juni
Keadaan ini berarti bahwa manajemen produksi UMKM masih terfokus pada pencapaian kuantitas daripada kualitas.
demikian, para pengusaha UMKM telah melakukan fungsi pengawasan usaha dengan baik.
Tabel 9 Kondisi Kemampuan Manajerial Pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo
6.
No. Komponen Kemampuan Manajerial a.
b.
c.
Modus
Proporsi
1. Kapasitas produksi terpasang
3
49,80%
2. Kapasitas produksi terpakai
3
52,50%
3. Standar kualitas
3
40,50%
1. Pemisahan keuangan
3
50,00%
2. Pengelolaan keuangan
2
50,40%
3. Sumbre modal
2
53,60%
4. Sistem pembukuan
3
50,30%
5. Perencanaan keuangan
3
45,60%
2
45,30%
2. Jumlah tenaga kerja
2
40,50%
3. Kaderisasi tenaga kerja
1
40,15%
4. Pelatihan
2
40,56%
5. Perputaran tenaga kerja
2
70,70%
1. Perencanaan usaha
2
45,60%
2. Pembagian tugas
3
45,80%
3. Pengawasan usaha
3
60,60%
Produksi
Keuangan
Personalia 1. Dasar rekruitmen karyawan
d.
13
Ridwan
Manajemen & Organisasi
4. Kesesuaian pekerjaan harian dengan rencana 5. Struktur organiasasi
3
45,80%
1
40,20%
Sumber: Data Primer, diolah.
5.6 Kemampuan Dalam Manajemen Umum Dan Organisasi Komponen kemampuan manajerial pengusaha UMKM lainnya yang termasuk dalam kategori sedang adalah kemampuan manajemen dan organisasi. Pada umumnya para pengusaha UMKM sudah memiliki perencanaan usaha, dan pembagian tugas,. Namun demikian, struktur organisasi yang jelas belum ada, hingga kesesuaian pekerjaan harian dengan rencana pun termasuk dalam kategori sedang. Namun
Prioritas Pengembangan UMKM
6.1 Komoditi Sangat Potensial Secara umum komoditas yang termasuk dalam kategori sangat potensial adalah komoditi yang memiliki keunggulan pada aspek pemasaran, kewirausahaan, bahan baku, prospek pertumbuhan, dan dukungan kebijakan dari pemerintah. Komoditas dalam kriteria sangat potensial di Kabupaten Kulon Progo terbanyak adalah industri pengolahan. Komoditasnya terdiri atas kerajinan kayu, sarung tangan, kerajinan bambu, dan kerajinan kulit. Sektor lain yang termasuk kriteria sangat potensial adalah angkutan, sektor perdagangan dan pertanian. Sedangkan pada sektor pertanian, komoditi yang sangat potensial adalah tanaman obat-obatan. 6.2 Komoditi Potensial Ciri dari komoditi potensial ditunjukkan oleh keunggulan yang dimiliki dalam bidang pemasaran, kewirausahaan, dan dukungan kebijakan. Kondisi aspek pemasaran termasuk dalam kategori unggul karena tren permintaan atas komoditi yang bersangkutan cenderung meningkat sepanjang waktu. Di bidang kewirausahaan, yang diperhatikan adalah motivasi dan mental pengelolanya dalam menjalankan usahanya. Kelemahan utama komoditi yang termasuk kategori potensial adalah ketersediaan bahan baku, prasarana, dan prospek pertumbuhan yang masih dalam kategori kurang baik. Kelemahan utama dari beberapa komoditi yang termasuk dalam kategori potensial adalah ketersediaan bahan baku dan prospek pertumbuhan yang masih rendah. Kondisi ketersediaan bahan baku dan prospek pertumbuhan termasuk kategori kurang baik. Kondisi ketersediaan bahan baku masih sangat
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
14
rendah karena lokasi yang jauh, transportasi kurang lancar, stabilitas harga tidak menentu, dan persediaan bahan baku yang jumlahnya tidak pasti. Sedangkan aspek prospek pertumbuhan sangat rendah karena kurangnya ketersediaan prasarana yang masih minim dan ongkos trasnportasi yang mahal.
SIMPULAN DAN SARAN 1
6)
7)
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis potensi ekonomi UMKM di Kabupaten Kulon Progo dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. 1) Sebaran UMKM di Kabupaten Kulon Progo terbanyak di sektor industri pengolahan pangan (60,41%), disusul sektor industri kerajinan dan umum sebesar 27,75%. 2) Lokasi UMKM di Kabupaten Kulon Progo tersebar di 12 kecamatan. Kecamatan Lendah, Kokap, Kalibawang merupakan kecamatan yang mempunyai UMKM terbanyak yakni sebesar 1.478 unit usaha. 3) Daya serap angkatan kerja UMKM di Kabupaten Kulon Progo termasuk cukup besar yakni sebesar 72,40%, dari keseluruhan angkatan kerja. Namun demikian, daya serap angkatan kerja usaha kecil per satu unit usaha tergolong rendah yakni hanya 3 orang tenaga kerja per unit usaha, sedangkan usaha besar dan sedang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 121 tenaga kerja per unit usaha. 4) Karakteristik pasar UMKM di Kabupaten Kulon Progo sudah termasuk kriteria baik. sudah berorientasi pasar, juga sudah relatif baik dalam segmentasi pasar dan pemilihan pasar sasaran, namun masih lemah dalam cara pencarian informasi pasar, dan pemanfaatan peluang ekspor. 5) Dilihat dari kepemilikan merek, UMKM Kulon Progo belum memiliki merek untuk produk yang dihasilkannya. Namun demikian secara umum, pengusaha kecil
8)
9)
10)
Juni
selalu melakukan pengembangan produk sesuai permintaan yang dihadapinya. Sebagian besar pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo tidak atau belum melakukan saluran distribusi formal. Lingkup pemasarannya : lokal/kabupaten/ regional, karena pengetahuan ekspor dari para pengusaha UMKM belum memadai. Dilihat dari sumber bahan bakunya, keterkaitan UMKM dengan pemasok bahan baku sudah relatif kuat. Sebagian besar UMKM di Kabupaten Kulon Progo memperoleh bahan baku dari daerah sekitar Propinsi DIY. Sebagian besar UMKM di Kabupaten Kulon Progo masih menggunakan teknologi tradisional, namun mereka secara terus menerus melakukan pengembangan produk, peningkatan pengawasan usaha dan kualitas produksi. Kemampuan manajerial pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo masih rendah, terutama kemampuan manajemen keuangan dan personalia, namun sudah menggunakan sistem pembukuan sederhana. Kemampuan kewirausahaan pengusaha UMKM di Kabupaten Kulon Progo sudah relatif baik, kecuali yang segera perlu dikembangkan adalah keberanian dalam mengambil risiko dan sikap hemat.
2
Saran
a.
Diperlukan keterlibatan dari berbagai pihak. Pemerintah Daerah beserta instansi terkait perlu membuka akses yang lebih luas dalam hal informasi tentang peluang pasar baik yang sifatnya regional maupun pasar ekspor, mendorong para pengusaha UMKM untuk selalu menjaga kualitas dan kontinuitas produksi dengan melakukan pembinaan dalam hal penggunaan teknologi yang lebih modern.
Juni b.
c.
d.
e.
15
Ridwan
Bagi pihak perbankan, perannya sangat diperlukan untuk memudahkan UMKM dalam akses permodalan. Prosedur pemberian kredit lebih disederhanakan dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan manajemen UMKM. Perbankan juga dapat berperan dalam pembinaan manajemen keuangan UMKM, penyediaan barangbarang modal dan pemberian informasi mengenai cara-cara promosi yang baik. Bentuk pendampingan oleh Perguruan Tinggi berupa konsultasi bisnis dalam upaya meningkatkan kemampuan manajemen dan kemampuan kewirausahaan pengusaha UMKM. Pengusaha UMKM juga dituntut selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam mengelola usahanya, baik melalui pelatihan-pelatihan teknis maupun manajemen, harus dapat memahami kondisi lingkungan eksternal mikro maupun agar mampu menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat. Perlu diformulasikan sebuah mekanisme kelembagaan koperasi yang mewadahi para pelaku UMKM. Inisiatif oleh Pemda Kulon Progo. Keberadaan koperasi akan baik dalam memenuhi stok bahan baku maupun menampung barang-barang hasil olahan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 1997, Sensus Ekonomi 1996 Propinsi DIY, BPS, Yogyakarta. _________________, 1999, Statistik Ekonomi Indonesia 1998, BPS, Jakarta. _________________, 2002, Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2007. BPS dan BAPPEDA, Kabupaten Kulon Progo. Bank Indonesia dan PAU Ekonomi UGM, 1999, Penelitian Dasar Potensi Ekonomi (Baseline Economic Survey) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Ringkasan eksekutif, kerjasama Bank Indonesia dan PAU Ekonomi UGM, Yogyakarta. Basri, Faisal, 1995, Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI: Distorsi, Peluang dan Kendala, Erlangga, Jakarta. Kuncoro, Mudrajat., 1997, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. McCawley, Peter & Anne Booth (eds) (1990), Ekonomi Orde Baru, LP3ES, Jakarta. Rachbini, J. Didik, 1999, Peluang Kemitraan Kawasan dan Perdesaaan, dalam Hasan Basri (penyunting), Pembangunan Ekonomi Rakyat di Pedesaan, Bina Rena Pariwara, Jakarta. Suparmoko, 1996, Metode Penelitian Praktis: BPFE, Yogyakarta. www.kulonprogo.go.id