Perubahan Kualitas Hidup Penderita Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka Usul M. Sinaga, Harry B., Aznan Lelo
Abstrak: Pembesaran kelenjar prostat jinak pada laki-laki terbanyak dijumpai pada usia 60-70 tahun. Penyakit ini menimbulkan gejala gangguan berkemih berupa kencing mengedan, pancaran kencing lemah, sakit, sering-sering berkemih. Gangguan klinis ini akan mengurangi kualitas hidup dari penderita. Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dilakukan tindakan operasi prostatektomi terbuka pada 52 orang penderita, usia diantara 54-87 tahun. Dijumpai perbaikan kualitas hidup penderita. Kata kunci: pembesaran kelenjar prostat jinak, operasi prostatektomi terbuka, perbaikan kualitas hidup
Abstract: The incidence of benign prostat hypertrophy mostly occurred in 60-70 years old male. The clinical signs and symptoms are difficult passing urine, hesistency, pain, and frequency. These reduce the quality of life of patient. We found an increase quality of life on 52 male patients between 54-87 years old post open prostatectomy. Keywords: benign prostat hyperthropy, open prostatectomy, increase quality of life
PENDAHULUAN Pembesaran prostat jinak merupakan kelainan yang sering ditemukan pada pria usia pertengahan sampai usia lanjut. Pada usia 50-60 tahun angka kejadiannya sekitar 40%, pada usia 60-70 tahun sekitar 70% dan pada usia 80 tahun ke atas lebih dari 80% di mana separuhnya akan memberikan tanda dan gejala klinik. Etiologi sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat ada kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotetosteron dan proses penuaan. Penatalaksanaan terhadap pembesaran prostat jinak secara umum adalah dengan medikamentosa dan operatif. Menurut Gacci M dkk. (2004) tindakan prostatektomi terbuka dapat mengatasi gejala obstruksi dan memperbaiki kualitas hidup.2 Kualitas hidup dinilai dari International Prostate Symptom Score (IPPS) dan International Continence Society-Quality of Life (ICS-QoL).
bulan dari Maret 2005 s.d. Agustus 2005. Sampel adalah penderita pembesaran prostat jinak yang menjalani operasi prostatektomi terbuka. Dicatat skor International Prostate Symptom Care (IPPS)3,7 dan International Continence Society-Quality of Life (ICS-QoL) pra dan pasca-operasi. Data yang diperoleh adalah nilai skor dan dapat ditentukan rataratanya, dengan demikian data yang diperoleh dianalisis dengan uji T berpasangan. Sedangkan data komplikasi dengan Chi-Squared Test. Dari 52 penderita pembesaran prostat jinak yang menjalani operasi prostatektomi terbuka, usia paling muda adalah 54 tahun dan tertua adalah 87 tahun, di mana terbanyak adalah antara usia 60-70 tahun (51,9%). Kelihatannya pada hasil penelitian ini peningkatan kualitas hidup berupa peningkatan yang tinggi pada skor variabel aktivitas kerja dan rasa percaya diri, sedangkan pada variabel hasrat seksual4,5,10, disfungsi ereksi dan inkontinensia urin menunjukkan perbaikan yang tidak begitu besar.
TUJUAN PENELITIAN Membandingkan kualitas hidup penderita pembesaran prostat jinak sebelum (pra) dan setelah operasi (pasca) prostatektomi terbuka.
HASIL PENELITIAN
BAHAN DAN CARA Penelitian dilakukan di RS Haji Adam Malik Medan dan RS Pirngadi Medan selama 6
Karakteristik Peserta Penelitian Dalam periode 6 bulan penelitian, total 52 penderita BPH yang menjalani operasi prostatektomi terbuka, di: - Rumah Sakit Pirngadi Medan: 37 orang - Rumah Sakit HAM: 15 orang
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
189
Laporan Kasus
Dari 52 penderita terdapat 2 penderita yang terbebas dari komplikasi pada 2 bulan pasca operasi dan 3 penderita yang terbebas dari komplikasi pada 4 bulan pasca-operasi. Dari Tabel 1 terlihat bahwa retrograd ejakulasi merupakan komplikasi terbanyak yang terjadi pada 2 bulan pasca-operasi. Sifatnya yang irreversibel membuat komplikasinya masih tampak dalam jumlah besar pada 4 bulan pascaoperasi. Komplikasi kedua terbanyak adalah nyeri. Jumlah ini termasuk 9 penderita yang mengalami infeksi. Namun pada 4 bulan pascaoperasi tampak penurunan angka penderita yang masih mengeluhkan nyeri. Hasil perhitungan menginformasikan bahwa ada perbedaan (p < 0,001 ) komplikasi antara 2 bulan pasca operasi dengan 4 bulan pasca-operasi. Gambar 2 menunjukkan jumlah penderita yang mengalami penurunan skor, peningkatan skor dan jumlah penderita yang tidak mengalami perubahan skor pada variabel kualitas hidup yang dinilai 2 bulan dan 4 bulan pasca-operasi.
30
Jumlah Penderita
25 50 - 60
20
60 - 70
15
70 - 80 10
80 - 90
5 0 USIA (tahun) Gambar 1. Distribusi umur penderita
Gambar 1 menunjukkan distribusi penderita berdasarkan usia. Usia termuda 54 tahun sebanyak 3 orang. Usia tertua 87 tahun satu orang. Rata-rata usia 66,43 tahun ± 0,997. Hasil Pasca-operasi Tabel 1. Jumlah Komplikasi yang Terjadi Pasca-operasi Komplikasi
2 bulan pasca-operasi (jumlah penderita)
4 bulan pasca-operasi (jumlah penderita)
32
13
Nyeri Hematuri
-
-
Striktur
5
2
Urgensi
8
6
Uinfeksi
9
3
Retrograd ejakulasi
43
44 Menurun
Jumlah Penderita
Tidak berubah Meningkat
40 35 30 25 20 15 10 5 0
1 = Aktivitas kerja 2 = Rasa percaya diri 3 = Hasrat seksual 4 = Disfungsi ereksi 5 = Inkontinensia urin 1
2
3
4
5
Variabel
Gambar 2. Perubahan skor masing-masing variabel kualitas hidup 4 bulan pasca-operasi Tabel 2. Jumlah penderita berdasarkan perubahan skor pada tiap variabel kualitas hidup yang dinilai Variabel Aktivitas Kerja
Menurun
Tidak Berubah
Meningkat
2 bulan
4 bulan
2 bulan
4 bulan
2 bulan
4 bulan
1
-
6
1
45
51
Rasa percaya diri
1
-
7
7
44
45
Hasrat Seksual
23
17
25
30
4
5
Disfungsi Ereksi
16
16
33
29
3
7
190
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
Usul M. Sinaga dkk.
Perubahan Kualitas Hidup Penderita...
Inkontinensia Urin
38
18
11
19
3
15
Tabel 3. Distribusi skor penderita 2 bulan pasca-operasi dan 4 bulan pasca-operasi 2 bulan
Variabel
4 bulan
Turun
Tetap
Naik
Turun
Tetap
Aktivitas Kerja
1
6
45
0
1
Naik 51
Rasa percaya diri
1
7
44
0
7
45
Hasrat Seksual
23
25
4
17
30
5
Disfungsi Ereksi
16
33
3
16
29
7
Inkontinensia Urin
38
11
3
18
19
15
Tabel 4. Perubahan kualitas hidup sebelum operasi, 2 bulan pasca operasi dan 4 bulan pasca operasi Item
Pra-operasi
2 bln pasca-operasi
4 bln pasca-operasi
Mean
12,8
14,1
16,25
Tabel 2 menunjukkan perbandingan jumlah penderita yang mengalami perubahan skor pada tiap variabel yang dinilai 2 bulan pasca operasi dan 4 bulan pasca operasi. Peningkatan ataupun penurunan skor penderita diatas tidak selalu menggambarkan hasil yang maksimal karena bisa saja naik-turunnya skor tersebut hanya 1 atau 2 tingkatan saja. Tabel 2 ini memberi gambaran bahwa tindakan operasi prostatektomi terbuka memberikan hasil yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup. Perbedaan 2 bulan pasca operasi dan 4 bulan pasca operasi bermakna p < 0,001. Tabel 3 menunjukkan distribusi skor penderita 2 bulan pasca operasi dan 4 bulan pasca operasi di mana terjadi peningkatan yang
tidak merata pada semua variabel. Perbedaan dikatakan bermakna dengan p < 0,001. Tabel 4 menunjukkan perbandingan kualitas hidup sebelum operasi, 2 bulan pasca operasi dan 4 bulan pasca operasi semakin membaik. Perbandingan ini bermakna dengan p < 0,001. PEMBAHASAN Pembesaran prostat jinak adalah kelainan pada prostat yang paling sering dijumpai (Burkit, 1990). Pembesaran ini terjadi karena hiperplasia sel prostat. Penyebab pasti dari pembesaran prostat jinak ini belum diketahui, namun ada beberapa teori mengenai patofisiologi pembesaran kelenjar prostat (Walsh PC dkk., 1998):1,3,6
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
191
Laporan Kasus
Penelitian ini menunjukkan bahwa usia terbanyak penderita pembesaran prostat jinak sesuai dengan kriteria inklusi yang datang berobat ke rumah sakit adalah antara 60 – 70 tahun sebanyak 27 orang (51.9%). Kedua terbanyak adalah penderita dengan usia antara 70 – 80 tahun sebanyak 14 orang (26,9%) diikuti dengan penderita dengan usia antara 50 – 60 tahun sebanyak 9 orang (17,3%) dan terakhir penderita dengan usia antara 80 – 90 tahun sebayak 2 orang (3,8%). Skor kualitas hidup IPPS seluruh penderita (100%) adalah 5 menunjukkan semua penderita tidak bahagia dengan fungsi berkemih saat menderita pembesaran prostat jinak. 2-4 bulan pasca-operasi dijumpai komplikasi operasi yang tinggi berupa nyeri dan retrograd ejakulasi. Komplikasi berupa urgensi, striktur, dan infeksi tidak banyak dijumpai pada 2 bulan pascaoperasi. Pada empat bulan pasca operasi, skor nyeri turun karena proses penyembuhan luka dan skor komplikasi infeksi juga sudah turun. Komplikasi retrograd ejakulasi (dry ejaculation) ditemukan pada seluruh penderita. Komplikasi ini tidak dapat dihindarkan karena pada saat dilakukan pengangkatan kelenjar prostat terjadi kerusakan pada bladder neck dan duktus ejakulatorius yang bermuara pada kelenjar prostat. Retrograd ejakulasi merupakan komplikasi yang bersifat irreversibel (Junior PD dkk., 2001), sehingga tidak tampak penurunan komplikasi ini pada 4 bulan pasca-operasi. Untungnya penderita pembesaran prostat jinak umumnya adalah orang yang berusia lanjut yang biasanya tidak lagi mengharapkan keturunan sehingga komplikasi ini tidak secara signifikan mengganggu kualitas hidup. Komplikasi ini harus dijelaskan sebelum operasi supaya dapat diterima oleh pasien. Dari seluruh penderita terdapat 1 orang (1,9%) penderita mengalami penurunan aktivitas kerja di mana pada 2 bulan pasca-operasi penderita ini mengalami striktur akibat bladder neck kontraktur. Ini merupakan salah satu komplikasi umum dari tindakan prostatektomi (De la Rosette JJMCH dkk., 2001). Enam penderita (11,5%) lain mengalami hal yang sama tetapi tidak mengalami gangguan dalam aktivitas kerja. Angka ini menurun menjadi 1 penderita pada 4 bulan pasca-operasi. Dijumpai ada 45 penderita (86,5%) yang meningkat menjadi 51 (98,1%) pada 4 bulan pasca-operasi. Gambaran di atas menunjukkan manfaat dari tindakan prostatektomi terbuka untuk meningkatkan aktivitas kerja.
192
Penurunan rasa percaya diri dijumpai pada 1 penderita (1,9%) 2 bulan pasca-operasi dan pada 4 bulan pasca operasi didapatkan perbaikan yang bermakna. Penderita yang tidak mengalami perubahan skor 2 bulan pasca-operasi ada 7 orang (13,4%) dan skor ini tidak berubah pada 4 bulan pasca-operasi. 44 penderita (84,6%) mengalami peningkatan skor rasa percaya diri pada 2 bulan pasca-operasi dan skor ini meningkat menjadi penderita 45 (86,5%) pada 4 bulan pasca-operasi. Hasrat seksual dan disfungsi ereksi memberikan gambaran yang hampir sama di mana pada 2 bulan pasca-operasi terdapat 23 penderita (44,2%) mengalami penurunan hasrat seksual dan pada 4 bulan pasca-operasi angka ini menurun menjadi 17 penderita (32,6%). 25 penderita (48,1%) tidak mengalami perubahan hasrat seksual pada 2 bulan pasca-operasi dan skor ini meningkat menjadi 30 (57,7%) pada 4 bulan pasca-operasi. Penderita yang mengalami peningkatan hasrat seksual 2 bulan pascaoperasi adalah sebanyak 4 orang (7,6%), dan skor ini menjadi 5 (9,6%) pada 4 bulan pascaoperasi. Penurunan skor disfungsi ereksi terjadi pada 16 penderita (30,7%) pada 2 bulan pascaoperasi dan skor ini tidak berubah pada 4 bulan pasca-operasi. Penderita yang tidak mengalami perubahan disfungsi ereksi pada 2 bulan pascaoperasi adalah 33 orang (63,4%) dan pada 4 bulan pasca-operasi terdapat 29 orang (55,7%). Peningkatan skor disfungsi ereksi 2 bulan pascaoperasi terdapat pada 3 orang (5,7%) dan meningkat menjadi 7 (13,4%) pada 4 bulan pasca-operasi. Kedua variabel ini (hasrat seksual dan disfungsi ereksi) tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Gacci dkk. (2004) ternyata dijumpai peningkatan angka pada hasrat seksual setelah dilakukannya tindakan prostatektomi terbuka. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Bartsch G. Dkk. (2004) dikatakan bahwa fungsi seksualitas menurun dua kali lipat pada penderita pembesaran prostat jinak. Inkontinensia urin dijumpai pada 38 penderita (73,1%) dua bulan pasca-operasi dan angka ini menurun menjadi 18 (34,6%) pada 4 bulan pasca-operasi. Penderita yang tidak mengalami perubahan skor inkotinensia urin dua bulan pasca-operasi ada 11 orang (21,1%) dan skor ini meningkat menjadi 19 orang (36,5%) pada 4 bulan pasca-operasi. 3 penderita (5,7%) mengalami peningkatan skor inkontinensia urin pada 2 bulan pasca-operasi dan skor ini
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
Usul M. Sinaga dkk.
meningkat menjadi 15 penderita (28,8%) pada 4 bulan pasca operasi. Angka variabel ini menunjukkan bahwa setelah 4 bulan pasca operasi masih dijumpai penderita yang mengeluhkan adanya inkontinensia walaupun derajat inkontinensianya sudah berkurang dan penderita tersebut masih di-follow-up hingga saat ini. Penderita pembesaran prostat jinak yang mengalami inkontinensia urin disarankan sementara memakai doek. Biasanya operasi prostatektomi terbuka yang dilakukan denga prosedur yang baik dapat menghindarkan komplikasi inkontinensia urin. Secara keseluruhan penelitian menunjukan perbaikan kualitas hidup yang bermakna bila dibandingkan sebelum operasi, 2 bulan pasca-operasi dan 4 bulan pasca-operasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian eksperimental terhadap 52 orang penderita pembesaran prostat jinak yang dilakukan tindakan prostatektomi terbuka diperoleh: 1. Skor IPPS dan ICS-Qol dapat memberikan informasi perubahan kualitas hidup penderita pembesaran prostat jinak yang menjalani operasi prostatektomi terbuka. 2. Masih ditemukan beberapa komplikasi operasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita. 3. Komplikasi operasi retrograd ejakulasi ditemukan pada hampir semua penderita pasca-operasi prostatektomi di mana komplikasi ini dapat diterima semua penderita karena usia yang sudah tua sehingga tidak mempermasalahkan keturunan lagi. 4. Operasi prostatektomi terbuka memperbaiki kualitas hidup.
Perubahan Kualitas Hidup Penderita...
DAFTAR PUSTAKA 1. Walsh PC, Retik AB, Vaughan Jr ED, Wein AJ. Campbell’s Urology, 7th edition;1998, 2851-64. 2. Gacci M, Bartoletti R, Figlioli S, Sarti E. Urinary Symptoms, Quality of Life and Sexual Function in Patients with Benign Prostatic Hyperthropy Before and After Prostatectomy : a prospective study. 3. Junior PD, Koff WJ, Berger M, Boeno RL Toniazzo G, Neto BS. Correlation Between Urinary Blood Flow, Quality of Life and International Prostat Symptom Score (IPPS) in Patient with Benign Prostat Hyperplasia (BPH), Braz J.Uro;4; 2001,353-7. 4. Yoichi A, Yoshitaka A, Kazutoshi O, Hiroshi M. Impact of Interventional Therapy for Benign Prostatic Hyperplasia on Quality of Life and Sexual Function, Journal of Urology;2000, 164(4), 1206-11. 5. Ellis, Shaw J. Sexual Dysfunction and PBH; 2003. 6. Jones DA. Benign Prostatic Hyperthropy and Lower Urinary Tract Dysfunction, in Comperehensive Urology; Mosby Int. Ltd.; London: 451-64; 2001. 7. Kimura A, Kurimoto S, Hosaka Y, Kitamura T, Nakamura S. International Prostate Symptom Score (IPPS) Overestimate the Treatment Efficacy;//A:\JJEE.htm; 2003. 8. Peters PC, Boone TB, Frank I, McConnel JD, Preminger GM. Benign Prostatic Hyperplasia in Principles of Surgery, 6th edition; McGraw-Hill Inc; New York;1994; 1752-7. 9. Dull P, Reagen RW, Bahson RR. Urinary Incontinence and Bladder Control, Vol 66; July, 2002. 10. Donovan JL. The Measurement of Symptoms, Quality of Life and Sexual Function; BJU, Intl: 85,10;2000.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
193