KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh: MARYAM HANIFAH BINTI IDRIS F 100 110 138
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
i
KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh:
MARYAM HANIFAH BINTI IDRIS F 100 110 138
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii
iii
iv
menambahkan
PENDAHULUAN Penyakit
kanker
penjelasan
bahwa
merupakan
kualitas hidup penderita kanker dapat
salah satu penyakit kronis yang paling
diungkap melalui aspek-aspek berikut:
mematikan di dunia. Menurut statistik
a. Kesehatan
fisik
mencakup
Amerika Serikat, kanker menyumbang
kesehatan umum, nyeri, energi dan
sekitar 23% dari total jumlah kematian
vitalitas, aktivitas seksual, tidur,
di
istirahat.
negara
tersebut
dan
menjadi
penyakit kedua paling mematikan
b. Kesejahteraan psikologis mencakup
setelah penyakit jantung (Anand, dkk,
cara
2008).
konsentrasi, emosi. Kanker
tentu
memberikan
berpikir,
c. Hubungan
belajar,
sosial
memori,
mencakup
dampak yang besar bagi penderitanya,
hubungan sosial dan dukungan
baik secara fisik, psiokologis, ekonomi
sosial.
maupun aspek kehidupan lainnya. Hal
d. Hubungan
dengan
lingkungan
tersebut tentu mempengaruhi kualitas
mencakup keamanan, lingkungan
hidup penderita kanker (WHO, 1996).
rumah, kepuasan kerja.
WHO
(1996)
juga
menjelaskan
Adapun beberapa faktor yang
kualitas hidup merupakan persepsi
mempengaruhi
mengenai posisi individu di dalam
penderita kanker, seperti penderita
konteks budaya dan hubungannya
kanker memiliki kemungkinan dua kali
dengan tujuan, harapan dan standar
lebih banyak mengalami gangguan
mereka.
emosional dibandingkan dengan orang
WHO
(1997)
juga 1
kualitas
hidup
yang tidak menderita kanker pada
menanggung biaya pengobatan dan
status sosial ekonomi yang rendah. Hal
perawatan kanker, ini menjadi indikasi
ini berkaitan dengan beban yang harus
bahwa kanker berpotensi membuat
ditanggung penderita penyakit kronis,
keluarga
seperti mahalnya biaya pengobatan,
rendah
tidak adanya jaminan kesehatan yang
(Anna, 2011).
memadai, dan sedikitnya pengetahuan tentang
penyakit
yang
ekonomi menjadi
Faktor-
diderita
menengah semakin
faktor
dan
miskin
lain
yang
mempengaruhi kualitas hidup menurut
(Bastaman dalam Hadi, 2004). Yani
Pradono, dkk (2009) antara lain:
(2007) memperkuat pendapat tersebut,
a. Usia, diklasifikasikan berdasarkan
bahwa sedikitnya pengetahuan tentang
golongan usia muda (40- 60 tahun)
kanker membuat kesadaran penderita
dan lanjut usia (di atas 60 tahun)
untuk melakukan perawatan lebih dini
oleh Hurlock (2012). Penelitian
rendah
finansial
Rochmayanti (2011) menunjukkan
menjadi salah satu faktor yang ditakuti
bahwa semakin bertambahnya usia
oleh penderita kanker karena biaya
maka semakin meningkat kualitas
yang besar untuk pengobatan.
hidupnya.
Hal
semakin
bertambahnya
dan
Studi
kebutuhan
awal
dari
kegiatan
ini
dikarenakan usia,
ACTION (ASEAN CosTs in Oncology)
seseorang lebih matang terutama
menunjukkan bahwa 85% pasien dan
dari
keluarga dari 2.400 kasus kanker
kesiapan
mengalami kebangkrutan karena harus
kondisi sakit. Selain itu menurut 2
segi
psikologis, ketika
termasuk
menghadapai
Havighurst (dalam Hurlock, 2012),
perempuan lebih matang secara
usia
emosi
dewasa
madya
memiliki
dan
lebih
tahan
ketika
tuntutan mencapai tanggung jawab
menghadapi tekanan/permasalahan
sosial,
(Santrock, 2009).
menjadi
membantu
anak
orang
dewasa
remaja yang
c. Pendidikan, Masyarakat
dengan
bertanggungjawab dan mencapai
tingkat pendidikan yang rendah
prestasi dalam berkarir. Jika pada
berisiko
1,2
masa tersebut seseorang mengalami
kualitas
hidup
kondisi
akan
dibandingkan
karena
berpendidikan
kronis,
menimbulkan
maka
tekanan
kali
mempunyai
yang
kurang
dengan
yang
tinggi.
membatasi produktivitas mereka.
(2008)
Sedangkan dewasa akhir, menurut
pendidikan
akan
Santrock
pola
seseorang.
(2009)
lebih
dapat
Muttaqin
menambahkan,
pikir
mempengaruhi Semakin
menerima kondisi fisiknya yang
tinggi
menurun karena sakit dibandingkan
seseorang akan lebih antisipatif
yang lebih muda dikarenakan beban
(berpikir
tanggung jawab yang telah dilewati.
penanganan
b. Jenis Kelamin, laki-laki berisiko 1,3
tingkat
tingkat
pendidikannya,
panjang),
sehingga
penyakit
dapat
dilakukan lebih cepat.
kali lebih besar untuk memiliki
d. Pekerjaan,
secara
umum
kualitas hidup yang rendah jika
digolongkan
dibandingkan dengan perempuan.
seseorang yang memiliki pekerjaan
Hal
dan yang tidak memiliki pekerjaan.
tersebut
dikarenakan 3
dengan
bisa
kategori
Rochmayanti
(2011)
mengungkapkan
kanker
mempengaruhi
hasil
kualitas
seseorang
semakin
tinggi
yang bekerja memiliki kualitas
diderita
maka
hidup yang lebih baik daripada
kecemasan penderitanya sehingga
seseorang yang tidak bekerja.
berdampak
penelitiannya
melalui
pasien
bahwa
e. Perilaku Berisiko, seperti merokok, kurang
aktivitas
fisik,
hidup
pula
minum
yang
meningkatkan
pada
semakin
(2009) mengaitkan faktor pencetus stadium
dapat
pengetahuan
faktor
stadium
rendahnya kualitas hidup. Rasjidi
alkohol atau kurang makan serat menjadi
penderitanya,
utama
kanker dengan tingkat penderitanya,
terjadinya penyakit tidak menular
rendahnya pengetahuan membuat
dan gangguan emosional. Jangka
penderita
panjang dari kondisi ini dapat
pengobatan dan tidak jarang telat
menurunkan kualitas hidup.
mendapatkan penanganan medis,
kanker
menunda
f. Penyakit Kronis, masyarakat yang
sehingga membuat kondisi kanker
memiliki penyakit kronis 2,6 kali
sudah parah dan menyebar atau
lebih
stadium lanjut.
berisiko
untuk
memiliki
kualitas hidup yang rendah daripada
g. Gangguan
Mental,
masyarakat
masyarakat yang tidak memiliki
dengan gangguan mental ringan
penyakit
(1998)
sekalipun berisiko 4,1 kali lebih
penderita
besar untuk memiliki kualitas hidup
kronis.
mengkhususkan
Keliat pada
kanker bahwa tingkat kronis pada
kurang 4
dibandingkan
dengan
masyarakat yang tidak memiliki
kehilangan waktu produktif untuk
gangguan emosional. Rochmayanti
menghasilkan uang.
(2011) menjelaskan lebih rinci,
Adapun
bagi
masyarakat
bahwa seseorang dengan gangguan
dengan status sosial ekonomi rendah
kecemasan,
pemerintah
signifikan
depresi dapat
secara
menurunkan
ekonomi
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
kualitas hidup seseorang. h. Status
melalui
Kesehatan
telah
menggalakkan
(pendapatan),
program bagi penderita kanker yang
masyarakat dengan status ekonomi
kurang mampu dalam pembiayaan
yang rendah lebih berisiko memiliki
pengobatan
kualitas hidup yang rendah jika
(Kementerian Sosial, 2011).
dan
perawatan
dibandingkan dengan masyarakat
Sebagaimana yang dijelaskan
ekonomi tinggi. Marastuti (2012)
di atas, penyakit kanker pada kalangan
juga menjelaskan bahwa kejadian
ekonomi
penyakit kronis tidak menular di
memiliki
dunia lebih banyak dialami oleh
karena
masyarakat pada golongan ekonomi
seluruh aspek kehidupan penderitanya.
menengah ke bawah. Selain itu,
Selain secara fisik dan psikis, secara
kondisi ekonomi penderita penyakit
sosial-ekonomi
kronis juga mengalami penurunan,
Biaya pengobatan dan perawatan yang
di satu sisi biaya pengobatan yang
dibutuhkan penderita kanker tidak
mahal dan di sisi lain mereka
sedikit sehingga seringkali pengobatan 5
menengah kondisi berkaitan
ke
yang dengan
juga
bawah kompleks hampir
berpengaruh.
tertunda karena
tidak ada
biaya.
Bref
yang
telah
diadaptasi
dari
Meskipun pemerintah menggalakkan
penelitian yang dilakukan Wulandari
program untuk membantu pembiayaan
dan Wibisono (2007). Teknik analisis
pengobatan, namun masih banyak
data menggunakan analisi komparasi
faktor
independent sample T-Test dan one
lain
yang
mempengaruhi
kualitas hidup penderitanya sehingga
way Anova.
muncul penelitian ini bertujuan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui
pada
Penelitian ini mengajukan lima
penderita kanker dengan status sosial
variabel bebas yang nantinya masing-
ekonomi
rendah
dan
masing variabel tersebut akan menjadi
perbedaan
kualitas
hidup
rendah
faktor-faktor
yang
berdasarkan
kualitas
hidup
menguji
dasar
pembanding
kualitas
hidup
Adapun
hasil
dari
subjek.
mempengaruhinya.
perbandingan adalah sebagai berikut: 1.
Hipotesis
I.
Kualitas
hidup
penderita kanker usia dewasa madya
METODE PENELITIAN Subjek yang diambil dalam
ekonomi
dengan
status
sosial
rendah lebih rendah
penelitian ini sebesar 60 penderita
daripada penderita kanker usia
kanker di bangsal Mawar III, RS Dr.
dewasa akhir dengan status sosial
Moewardi,
ekonomi rendah.
Surakarta
dengan
usia
minimal 40. Metode pengumpulan
Rata-rata skor kualitas hidup
data menggunakan skala WHOQOL-
penderita kanker usia dewasa 6
madya sebesar 74,07, sedangkan
umumnya
yang
berusia
dewasa
sudah dewasa.
sebesar
80,82.
Hasil
independent
uji
2. Hipotesis
II.
mereka
Kualitas
hidup
T-Test
penderita kanker perempuan dengan
menunjukkan nilai t(2,00172) =
status sosial ekonomi rendah lebih
2,283 maka (t hitung > t table).
tinggi daripada penderita kanker
Nilai signifikansi dua ekor = 0,018
laki-laki
(p<0,05).
ekonomi rendah.
dikatakan
sample
akhir
anak-anak
Sehingga bahwa
dapat perbedaan
dengan
status
sosial
Rata-rata skor kualitas hidup
tersebut signifikan.
perempuan
sebesar
77,22,
Havighurst (dalam Hurlock,
sedangkan laki-laki sebesar 77,65.
2012) menjelaskan usia dewasa
Hasil uji independent sample T-Test
madya memiliki tuntutan peran
menunjukkan nilai t(2,00172) =
sosial yang tinggi. Jika pada masa
0,159, maka (t hitung < t tabel).
tersebut
seseorang
Nilai signifikansi dua ekor = 0,875
kondisi
kronis,
mengalami maka
akan
(p>0,05). Sehingga dapat dikatakan
membatasi produktivitas mereka.
bahwa perbedaan tersebut tidak
Santrock (2009) menambahkan
signifikan.
masa dewasa akhir adalah masa
Verauli (dalam Azizah, 2008)
yang lebih ringan tanggungjawab
menjelaskan
pada
dasarnya
terhadap keluarga karena pada
perempuan dan laki-laki memiliki potensi stres yang sama ketika 7
menghadapai suatu kondisi yang
penderita kanker stadium 4 sebesar
menekan. Baik perempuan dan laki-
74,8. Hasil uji one way anova
laki mengalami gejala yang sama,
menunjukkan nilai F sebesar 0,653
seperti adanya reaksi fisiologis
dan signifikansi menunjukkan nilai
seperti mudah lelah, reaksi biologis
0,584 (p>0,05) yang artinya secara
seperti otot yang tegang, dan reaksi
umum perbedaan kualitas hidup
emosional seperti mudah marah
tersebut tidak signifikan sehingga
atau
hipotesis yang diajukan ditolak.
apatis.
Pendapat
ini
menjelaskan mengapa tidak ada
Hasil
ini
dijelaskan
oleh
perbedaan yang signifikan antara
Rasjidi (2009) bahwa rendahnya
penderita kanker perempuan dan
pengetahuan
laki-laki.
kanker kurang memahami tingkat
3. Hipotesis
III.
Ada
perbedaan
membuat
pasien
keparahan penyakit yang diderita.
kualitas hidup penderita kanker
Kondisi
dengan
ekonomi
kemungkinan bahwa pasien kanker
rendah antara stadium 1, stadium 2,
dengan pengetahuan rendah tentang
stadium 3 dan stadium 4.
penyakitnya
status
sosial
Rata-rata skor kualitas hidup
tersebut
tidak
membuka
mengetahui
tingkat stadium yang diderita dan
penderita kanker stadium 1 sebesar
pengaruhnya
73,88, penderita kanker stadium 2
perkembangan
sebesar
78,9,
tidak ada perbedaan kualitas hidup
stadium
3
penderita
sebesar
kanker
77,2,
dan
terhadap kanker,
sehingga
yang signifikan di antara penderita 8
kanker dengan stadium 1, 2, 3 dan
menemukan hasil yang sama bahwa
4.
hubungan antara faktor pendidikan
4. Hipotesis
hidup
memiliki hubungan yang sangat
berpendidikan
lemah (r=0,003) dan kurang baik
menengah dengan status sosial
dalam menjelaskan kualitas hidup
ekonomi
rendah
(R2=0,000). Hasil uji statistik yang
daripada
yang
penderita
IV.
Kualitas
kanker
lebih
tinggi
berpendidikan
dilakukan
rendah.
tidak
ada
hubungan yang signifikan antara
Rata-rata skor kualitas hidup sebesar
penderita
faktor pendidikan dengan kualitas
kanker
hidup (p=0,931).
berpendidikan rendah adalah 77,84
5. Hipotesis
dan penderita kanker berpendidikan
penderita
menengah sebesar 76,59.
rendah
Hasil uji independent sample T-Test
adalah
menunjukkan
nilai
V.
Kualitas
kanker dengan
ekonomi
rendah
daripada
yang
hidup
berpendapatan status
sosial
lebih
rendah
berpendapatan
t(2,00172) = 0,452 maka (t hitung <
menengah dengan status sosial
t table). Nilai signifikansi dua ekor
ekonomi rendah.
= 0,653 (p>0,05). Sehingga dapat
Rata-rata skor kualitas hidup
dikatakan bahwa perbedaan tersebut
penderita
signifikan.
rendah sebesar 76,28, sedangkan
Penelitian Nurhasanah,
sebelumnya dkk
oleh
penderita
(2009)
kanker
kanker
berpendapatan
berpendapatan
menengah sebesar 79,07. Hasil uji 9
independent
sample
T-Test
daripada penderita kanker usia
menunjukkan nilai t(2,00172) =
dewasa madya.
1,196, maka (t hitung < t tabel).
2.
ada
perbedaan
yang
Nilai signifikansi dua ekor = 0,273
signifikan antara kualitas hidup
(p>0,05). Sehingga dapat dikatakan
penderita kanker perempuan dan
bahwa perbedaan tersebut tidak
laki laki.
signifikan.
3.
Penelitian
sebelumnya
Tidak
ada
perbedaan
yang
oleh
signifikan antara kualitas hidup
(2009)
penderita kanker stadium 1 ,
menemukan hasil yang sama bahwa
stadium 2, stadium 3, dan stadium
hubungan antara faktor pendapatan
4.
Nurhasanah,
dkk
memiliki hubungan yang sangat
4.
Tidak
ada
perbedaan
yang
lemah (r=0,092) dan kurang baik
signifikan antara kualitas hidup
dalam menjelaskan kualitas hidup
penderita kanker berpendidikan
(R2=0,008). Hasil uji statistik yang
rendah dan menengah..
dilakukan
adalah
tidak
ada
5.
Tidak
ada
perbedaan
yang
hubungan yang signifikan antara
signifikan antara kualitas hidup
faktor pendapatan dengan kualitas
penderita kanker berpendapatan
hidup (p=0,079).
menengah dan rendah. 6.
KESIMPULAN 1.
Tidak
Tingkat kualitas hidup penderita
Kualitas hidup penderita kanker
kanker
usia dewasa akhir lebih tinggi
ekonomi rendah di bangsal Mawar 10
dengan
status
sosial
III RS Dr. Moewardi, Surakarta tergolong
sedang
2.
yang
bagi penderita kanker usia dewasa
ditunjukkan oleh rerata empirik
madya diharapkan dapat membagi
(RE=77,38) dan rerata hipotetik
tanggungjawab dengan anggota
(RH=78).
keluarga
yang
lain
sehingga
memperingan
SARAN-SARAN 1.
Bagi penderita kanker, terutama
beban
Peneliti selanjutnya, diharapkan
tanggungjawabnya
dapat
keluarga maupun peran sosial.
melakukan
penelitian
baik
dalam
Selain itu, hasil penelitian ini
lanjutan dengan jumlah subjek yang lebih banyak sehingga dapat
diharapkan
dilakukan generalisasi yang lebih
penderita
luas, penelitian lanjutan terhadap
meningkatkan kualitas hidupnya.
jenis kanker tertentu, sehingga
Penderita kanker usia dewasa
informasi yang didapat lebih lebih
madya
spesifik
regenerasi sel yang lebih baik dari
dan
memperluas
mendalam wilayah
dan
dewasa
subjek
dapat
memotivasi
kanker
untuk
memiliki
akhir
potensi
sehingga
penelitian sehingga tidak hanya
memungkinkan untuk sembuh dan
mencakup subjek dengan status
beraktivitas secara normal. 3.
sosial ekonomi yang rendah saja,
Bagi
institusi
pendidikan
psikologi,
di
namun juga status sosial ekonomi
bidang
diharapkan
menengah dan tinggi.
dapat menumbuhkan kepedulian mahasiswanya terhadap penderita 11
kanker dengan aktif mengadakan
hidup penderita kanker dengan
sosialisasi
status sosial ekonomi rendah dan
melalui
kemahasiswaan.
kegiatan Kemudian
menjadi
membekali mahasiswanya dengan
petugas
keterampilan dalam mendampingi
memberikan penanganan paliatif
penderita kanker, terutama pada
bagi penderita kanker di samping
penderita berusia dewasa madya
pengobatan medis.
agar
dapat
mengoptimalkan
pedoman
dan
acuan
kesehatan
dalam
DAFTAR PUSTAKA Anand, P., Kunnumakara, A. B.,
kemampuannnya dan mencapai
Sundaram, C., Harikumar, K.
kualitas hidup yang tinggi.
B., Tharakan, S. T., Lai, O. S., 4.
Bagi
praktisi
penderita
kanker,
memberikan kepada
madya
… Aggarwal, B. B. (2008). Cancer
diharapkan
perhatian
penderita
dewasa
penanganan
a
Preventable
Disease that Requires Major
lebih
kanker
is
usia
Lifestyle
Changes.
Pharmaceutical
Research,
25(9), h. 2097-2116.
sebagai
pertimbangan dalam memberikan Anna, L. K. (2011, 17 Desember). 85 penanganan, mengingat mereka
Persen
Pasien
Kanker
Keluarga Bangkrut. Kompas.
juga mengalami banyak tekanan
Diakses pada 23 Desember
dalam peran sosial dan keluarga.
2014 5.
Bagi
institusi
diharapkan
dapat
dan
kesehatan,
dari
http://health.kompas.com Azizah, S. (2008). Analisis Prestasi
membantu
Belajar
memberikan gambaran kualitas 12
Mahasiswa
Akper
PGRI di Kota Kediri tahun 2008
(Ditinjau
Kelamin
dari
Nurhasanah., Kushadiwijaya, H., dan
Jenis
dan
Marchira, C. (2009). Hubungan
Urutan
Tingkat
Depresi
Kelahiran). Tesis. Universitas
Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Sebelas Maret.
Kronis Rumah Sakit Umum Daerah
Keliat,
dengan
B.
A.
(1998).
Keperawatan: Koping,
Seri
Tubuh,
h. 1-8.
dan
Seksual pada Klien Kanker. Jakarta:
Penerbit
Berita
Kedokteran Masyarakat 25(1),
Gangguan
Citra
Sleman.
Pradono, J., Hapsari, D., dan Sari, P.
Buku
(2009).
Kedokteran EGC.
Kualitas
Hidup
Penduduk Indonesia menurut International Classification of
Kementerian
Sosial.
Pemberdayaan
(2011). Sosial
Functioning , Dissability, and
dan
Health (ICF) dan Faktor-faktor
Penanggulangan Kemiskinan.
yang
Mempengaruhinya
Diakses pada 6 Mei 2015 dari
(Analisis
http://www.kemsos.go.id
RISKESDAS 2007). Buletin
Lanjut
Data
Penelitian Kesehatan. hal. 1Marastuti, A. (2012). Psikologi untuk Kesejahteraan
10.
Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rasjidi, I. (2009). Deteksi Dini dan Pencegahan
Muttaqin, A. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Penyakit
Klien
Kronis.
Kanker
pada
Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
dengan
Rochmayanti. (2011). Analisis Faktor-
Jakarta:
faktor
Salemba Humanika.
yang
Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta. Thesis. 13
Fakultas
Ilmu
Keperawatan
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Universitas
Indonesia.
World Health Organization. (1996). WHOQOL-Bref: Introduction, Administration, Scoring, and Generic
Version
of
the
Assessment. Diakses pada 23 September
2014
dari
http://www.who.int/mental_hea lth/media/en/76.pdf
Wulandari, W. A., dan Wibisono, S. (2007).
Penentuan
Validitas
WHOQOL-100 dalam Menilai Kualitas Hidup Pasien Rawat Jalan
di
Indonesia).
RSCM Tesis.
Kedokteran
(Versi Fakultas
Universitas
Indonesia.
Yani, D. I. (2007). Pengalaman Hidup Klien
Kanker
Serviks
Bandung. Skripsi.
di
Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.
14