Perubaha n j umlah dan di ameter ser at otot gastrok nemius da n soleus Damianus Journal of Medicine; Vol.13 No.1 Februari 2014: hlm. 39–49pa da tik us ber usi a 1 ha ri , 3 bulan , dan 12 bulan
ARTIKEL PENELITIAN
PERUBAHAN JUMLAH DAN DIAMETER SERAT OTOT GASTROKNEMIUS DAN SOLEUS PADA TIKUS BERUSIA 1 HARI, 3 BULAN, DAN 12 BULAN CHANGES IN NUMBER AND DIAMETER OF MUSCLE FIBER OF GASTROCNEMIUS AND SOLEUS IN RATS AGED 1 DAY, 3 MONTHS, AND 12 MONTHS Veronika Maria Sidharta
Departemen Histologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara 14440 Korespondensi: Veronika Maria Sidharta, Departemen Histologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara 14440. E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Background: Skeletal muscle is a dynamic tissue. Its development and regeneration processes are influenced by various growth factors. There are many opinions on how the number and diameter of muscle fiber changes during developmental period. The total number of skeletal muscle fibers has traditionally considered unchanged. Objectives: The purpose of this study was to determine whether there is an increase in the number and diameter of skeletal muscle fiber in the rats of 3 different age groups. It is assumed that with age increase, there will be increment of the number and diameter of skeletal muscle. Methods: This is a cross-sectional study. Subjects are male Sprague-Dawley rats, divided into 3 age groups: 1-4 days (A), 3-4 months (B), and 12-16 months (C). Gastrocnemius and soleus muscle was chosen as each represent different types of skeletal muscle. Slides were made and stained with hematoxylineosin. Microphotographs were analysed using Digimizer Image Analyzer. Results: Mean number of muscle fiber from gastrocnemius muscle are 3127±68, 10766±380, and 11867±387, from soleus muscle are 307±15, 2866±281, and 2936±162 for the group A, B, and C, respectively. Mean diameter of muscle fiber from gastrocnemius muscle are (5.64±0.12) µm, (22.14±1.31) µm, and (38.61±1.16) µm, from soleus muscle were (5.42±0.9) µm, (21.11±1.21) µm, and (27.67±0.89) µm for the group A, B, and C, respectively. Conclusion: The number and diameter of skeletal muscle fiber is increase according to age. Key Words: fiber diameter, fiber number, skeletal muscle development
ABSTRAK Latar belakang: Otot rangka adalah jaringan yang dinamis. Proses perkembangan dan regenerasinya dipengaruhi oleh berbagai faktor pertumbuhan. Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai perubahan jumlah dan diameter serat otot selama masa perkembangan. Pada awalnya jumlah serat otot rangka dianggap tidak mengalami perubahan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan memastikan adanya peningkatan jumlah dan diameter serat otot rangka pada 3 kelompok usia tikus. Dihipotesiskan bahwa
Vol. 13, No.1, Februari 2014
39
DAMIANUS Journal of Medicine
seiring bertambahnya usia akan terjadi peningkatan jumlah dan diameter otot rangka. Metode: Desain penelitian ini adalah perbandingan potong lintang. Subjek adalah tikus Sprague-Dawley jantan usia 1-4 hari (A), 3-4 bulan (B), dan 1216 bulan (C). Serat otot gastroknemius dan soleus dipilih karena mewakili jenis serat otot rangka yang berbeda. Sediaan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Fotomikro dianalisis dengan menggunakan Digimizer Image Analyzer. Hasil: Secara berurutan dari kelompok A, B, dan C, rerata jumlah serat otot gastroknemius adalah 3127±68, 10766±380, dan 11867±387, sedangkan rerata jumlah serat otot soleus adalah 307±15, 2866±281, dan 2936±162. Kemudian secara berurutan pula dari kelompok A, B, dan C, rerata diameter serat otot gastroknemius adalah (5,64±0,12) µm, (22,14±1,31) µm, dan (38,61±1,16) µm, sedangkan rerata diameter serat otot soleus adalah (5,42±0,9) µm, (21,11±1,21) µm, dan (27,67±0,89) µm. Kesimpulan: Jumlah dan diameter serat otot rangka mengalami peningkatan seiring pertambahan usia. Kata Kunci: diameter serat, jumlah serat, perkembangan otot rangka
PENDAHULUAN
sulin. Hormon-hormon ini akan meningkatkan
Pada pertumbuhan pascalahir, serat otot
sintesis protein anabolik dan penyerapan protein
bertambah panjang dan tebal, hingga mencapai
oleh serat otot. Sebaliknya serat otot juga bisa
diameter 10-70 µm, tergantung jenis otot dan
menjadi lebih tipis bila tidak digunakan dalam
spesiesnya. Serat-serat otot dari otot yang samapun bisa bervariasi tebalnya. Pada masa dewasa, serat otot dapat mengalami peningkatan diameter lebih lanjut sebagai respons terhadap
waktu cukup lama, misalnya akibat imobilisasi dengan plaster of Paris (gips) karena tulang patah, disebut atropi akibat tidak digunakan (atrophy of disuse).
aktivitas otot yang terus-menerus, disebut
Selain hipertrofi, juga terjadi hiperplasia, yaitu per-
hipertrofi akibat penggunaan (hypertrophy of
tambahan jumlah serat otot.2,3 Ada dua meka-
use).1
nisme terjadinya hiperplasia otot. Pertama adalah
Hipertrofi otot bisa terjadi pada miofibril atau sarkoplasma. Hipertrofi miofibrilar disebabkan tegangan otot tingkat tinggi, sedangkan hipertrofi sarkoplasmik disebabkan kelelahan glikolitik tingkat tinggi. Olah raga beserta kerusakan dan deplesi yang disebabkannya akan meningkatkan
pembelahan serat otot melalui pembelahan longitudinal serat otot.2,4,5 Kedua adalah pembentukan serat baru yang dihasilkan oleh sel satelit.2,6-12 Hiperplasia disebabkan oleh tegangan otot yang sangat tinggi disebabkan kontraksi dan peregangan.
berbagai hormon, seperti somatotropin (growth
Berkat adanya sel satelit ini pula, bila terjadi ke-
hormone, GH), somatomedin (terutama insulin-
rusakan serat otot, rangka dapat memperbaiki
like growth factor-1, IGF-1), testosteron, dan in-
diri, sehingga tidak terjadi pengurangan massa
40
Vol. 13, No.1, Februari 2014
Perubaha n j umlah dan di ameter ser at otot gastrok nemius da n soleus pa da tik us ber usi a 1 ha ri , 3 bulan , dan 12 bulan
Gambar 1. Reaksi seluler pada pembentukan otot rangka embrional yang terulang pada proses regenerasi otot rangka11
otot. Kerusakan serat otot dapat terjadi akibat
Pada model aves dan mamalia, sel satelit secara
penggunaan sehari-hari (wear and tear). Proses
dinamis berperan dalam perbaikan otot rangka
pertumbuhan otot dan rangsangan pada otot,
sepanjang masa dewasa, kemudian aktivitasnya
misalnya olah raga atau terjadinya kerusakan,
mulai menurun pada proses penuaan. Proses
dapat mengaktifkan sel satelit yang kemudian
penuaan akan meningkatkan kerentanan sel
akan mengalami serangkaian respons selular
satelit terhadap apoptosis, sehingga akan terjadi
yang kesinambungan. Sel satelit berproliferasi
penurunan jumlah sel satelit. Akibatnya terjadi pe-
dan berdiferensiasi menjadi mioblas lalu miosit,
nurunan respons regenerasi bila terjadi kerusak-
berfusi satu sama lain atau dengan serat otot
an. Perubahan ini diduga disebabkan oleh per-
yang lama. Proses ini sama dengan yang terjadi
ubahan pada lingkungan mikro (niche) yang akhir-
pada masa embrional.6,11 Dengan demikian,
nya menghambat regulasi sel satelit. Proses
terbentuklah serat otot rangka yang baru untuk
penuaan juga memengaruhi komposisi matriks
menggantikan yang rusak. (Gambar 1)
ekstraselular di sekitar otot, termasuk berbagai
Proses penuaan akan menyebabkan penurunan fungsi dan massa otot rangka (atropi). Otot tetap harus digunakan dan pasti akan mengalami
molekul dan faktor-faktor pertumbuhan yang disekresinya, yang berpengaruh pada proses regenerasi otot rangka.8-12
kerusakan yang memerlukan perbaikan. Sel
Berkaitan dengan proses penuaan otot rangka,
punca, dalam hal ini sel satelit, berperan untuk
terdapat berbagai pendapat mengenai perbedaan
mempertahankan jumlah dan fungsi serat otot,
jumlah dan diameter otot rangka antar usia. Ada
serta memperbaiki kerusakan. Namun seiring
yang berpendapat bahwa jumlah serat otot
bertambahnya usia, kemampuan otot rangka
rangka akan berkurang seiring bertambahnya
yang rusak untuk memperbaiki diri akan menurun.
usia dari lahir sampai tua. Pendapat lain me-
Vol. 13, No.1, Februari 2014
41
DAMIANUS Journal of Medicine
nyatakan bahwa penurunan jumlah serat baru
Coba Puslitbang Biomedis dan Farmasi Depkes
terjadi sejak usia 60 tahun. Penelitian-penelitian
RI. Kaji etik dikeluarkan oleh Litbangkes Depkes
pada berbagai mamalia lainnya (tikus, anjing,
RI. Penelitian dilakukan di Laboratorium
babi, dan sapi) menunjukkan adanya penurunan
Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Uni-
jumlah serat otot rangka dari usia muda ke de-
versitas Indonesia.
wasa. Di lain pihak ada juga yang justru tidak menemukan perubahan jumlah serat otot mencit usia satu hari sampai enam bulan. Penelitian pada perkembangan otot pterigoideus tikus berbagai usia menunjukkan bahwa jumlah serat otot pada tikus jantan bertambah dua kali lipat antara sejak lahir dan enam minggu kemudian. Peningkatan ini kemudian diikuti oleh penurunan sampai lebih dari 10% antara usia enam minggu sampai tahap dewasa. Jumlah serat pterigoideus lateral meningkat sekitar 45% antara sejak lahir hingga dewasa.13 Penelitian perkembangan pada 12 ekor tikus dari usia remaja (25 hari) sampai dewasa (365 hari) menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan, dalam hal ini penurunan jumlah serat dari usia remaja sampai dewasa. 14 Beberapa penelitian menemukan bahwa pada proses penuaan akan terjadi atropi otot rangka, terutama tipe II. Tetapi beberapa penelitian yang lain justru tidak menemukan adanya perbedaan
Jenis kelamin ditentukan sama, yaitu jantan, untuk menyamakan kondisi hormonal subjek penelitian, karena hormon (estrogen/testosteron) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan otot. Penentuan usia neonatus untuk melihat kondisi pada saat laju pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat, serta pada saat ini regenerasi diketahui berlangsung sangat baik. Usia remaja dipilih 3-4 bulan karena sudah masuk masa puber, sehingga sudah ada pengaruh hormon tapi tidak terlalu jauh dengan usia neonatus dan usia dewasa, dibandingkan dengan usia manusia kira-kira 15 tahun, perkembangan masih cukup pesat, kapasitas regenerasi masih baik. Usia dewasa dipilih dengan membandingkan dengan usia manusia kira-kira 30 tahun, yaitu sudah mencapai masa akhir perkembangan, semua organ bisa dikatakan sudah matur, juga kapasitas regenerasi sudah menurun.15,16 (Tabel 1 dan 2)
diameter.9-12
Permasalahan yang timbul adalah ketika harus METODE
mengambil otot gastroknemius dan otot soleus dari tungkai belakang tikus neonatus karena
Hewan Coba
masih sangat halus sehingga sulit dibedakan.
Subjek penelitian adalah 27 ekor tikus putih jantan
Oleh karena itu, keseluruhan tungkai belakang
galur Sprague-Dawley, dibagi dalam tiga kelom-
diambil dan diproses sampai menjadi blok parafin
pok usia, yaitu neonatus (kelompok A, usia 1-4
dengan mengatur posisi tungkai sedemikan rupa,
hari), remaja (kelompok B, usia 3-4 bulan), dan
sehingga diperkirakan akan mendapatkan
dewasa (kelompok C, usia 12-16 bulan).15 Sub-
potongan melintang terbaik yang mengenai kedua
jek penelitian diperoleh dari Laboratorium Hewan
otot yang diinginkan. Setelah dilakukan
42
Vol. 13, No.1, Februari 2014
Perubaha n j umlah dan di ameter ser at otot gastrok nemius da n soleus pa da tik us ber usi a 1 ha ri , 3 bulan , dan 12 bulan
Tabel 1. Perbandingan usia manusia dengan usia tikus pada berbagai tahapan kehidupan16
Periode
Usia tikus
Usia manusia
Sepanjang hidup Masa penyapihan
13,2 hari 42,4 hari
= 1 tahun
Masa prepubertas
3,3 hari
Masa remaja
10,5 hari
Dewasa Menua
11,8 hari 17,1 hari
Rerata
16,4 hari
Tabel 2. Perbandingan Usia Tikus dengan Usia Manusia15,16 Usia tikus (bulan)
Usia tikus (tahun)
Usia tikus dibandingkan dengan usia manusia
1,5 bulan (pubertas)
0,125 tahun
12,5 tahun (pubertas)
6 bulan (kematangan sosial)
0,5 tahun
18 tahun (kematangan sosial)
12 bulan
1 tahun
30 tahun
18 bulan
1,5 tahun
45 tahun
24 bulan
2 tahun
60 tahun
30 bulan
2,5 tahun
75 tahun
36 bulan
3 tahun
90 tahun
42 bulan
3,5 tahun
105 tahun
45 bulan
3,75 tahun
113 tahun
48 bulan
4 tahun
120 tahun
pewarnaan, identifikasi kedua otot dilakukan
JPEG. Pada sediaan otot neonatus, fotomikro otot
berdasarkan posisinya terhadap kulit, tulang tibia,
gastroknemius dan otot soleus langsung dilaku-
dan fibula, serta orientasi dengan otot-otot
kan tanpa pemindaian, setelah sebelumnya diten-
lainnya.17 (Gambar 2)
tukan terlebih dahulu posisi kedua otot tersebut. Dari masing-masing sediaan diambil 5 lapangan
Metode Penghitungan
pandang besar (10x40) yang dipilih secara acak,
Pada tahap pertama, diambil tiga buah sediaan
lalu dibuat fotomikro dengan kamera digital Kodak
otot terbaik dari tiap subjek (otot gastroknemius
EasyShare V1003 dalam format JPEG. Mikro-
dan otot soleus), yaitu bagian median panjang
meter okuler sudah terpasang di lensa okuler, se-
otot, paramedian kiri, dan paramedian kanan.
hingga pada foto akan terlihat dan bisa dijadikan
Pada subjek remaja dan dewasa, sebelumnya
panduan pengukuran. Setelah itu, dengan piranti
sediaan dipindai dengan pemindai Canoscan
lunak Digimizer Image Analyzer (versi 3.6.1.0,
N640P, kemudian hasil disimpan dalam format
Belgium) dilakukan penilaian.
Vol. 13, No.1, Februari 2014
43
DAMIANUS Journal of Medicine
Gambar 2. Skema anatomis tungkai belakang tikus17
Hasil pemindaian sediaan otot tikus remaja dan
HASIL
dewasa dianalisis luas masing-masing penampang ototnya (satuan mm2). Fotomikro (neonatal, remaja, dan dewasa) dianalisis dengan
Gambaran Histologi Otot Rangka Ketiga Kelompok Usia
Digimizer Image Analyzer, ditentukan area peng-
Gambaran histologi otot gastroknemius dan so-
hitungan dengan panduan mikrometer, lalu
leus tikus neonatus memperlihatkan sel-serat
dihitung seluruh jumlah serat yang ada dalam area
otot yang berukuran kecil, inti terletak di tepi, rasio
tersebut dengan sistem tagging. Dihitung rerata-
inti dan sitoplasma lebih kecil dibandingkan serat
nya dari kelima lapangan pandang. Penghitungan
otot remaja dan dewasa. Masih bisa dijumpai sel
jumlah serat otot dilakukan dengan membagi luas penampang otot dengan luas area pemandu, dikali jumlah rerata serat. Hasil berupa data
mesenkim. (Gambar 3) Perbedaan Jumlah Serat Otot Rangka Ketiga Kelompok Usia
numerik. Jumlah serat otot rangka yang dihitung dalam tiap Diukur diameter terpendek dari lima buah serat
sediaan paling sedikit di kelompok A (gastro-
otot rangka, dengan panduan mikrometer. Serat
knemius = 3127±68; soleus = 307±15), jumlah-
otot dipilih secara acak dari tiap sediaan, posisi
nya meningkat di kelompok B (gastroknemius =
kiri atas, kanan atas, tengah, kiri bawah, kanan
10766±380; soleus = 2866±281) dan kelompok
bawah. Hasil pengukuran diambil nilai reratanya.
C (gastroknemius = 11867±387; soleus =
Hasil berupa data numerik.
2936±162). (Gambar 4)
44
Vol. 13, No.1, Februari 2014
Perubaha n j umlah dan di ameter ser at otot gastrok nemius da n soleus pa da tik us ber usi a 1 ha ri , 3 bulan , dan 12 bulan
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Gambar 3. Perbandingan gambaran histologis potongan melintang otot rangka tikus Sprague-Dawley pada ketiga kelompok usia (perbesaran 400x)
Perbedaan Diameter Serat Otot Rangka
seluruh gambaran histologi tidak memperlihatkan
antara Ketiga Kelompok Usia
adanya matriks ekstrasel yang masih utuh. Inti
Diameter serat otot rangka di kelompok A merupakan yang terkecil (gastroknemius = 5,64µm±0,12; soleus = 5,42µm±0,9), bertambah besar di kelompok B (gastroknemius =
sel fibroblas dan sel darah dapat terlihat di ruang ekstrasel, namun tidak terlihat substansi dasar dan serat-serat sebagai komponen matriks ekstrasel. Penyebabnya adalah hilangnya
22,14µm±1,31; soleus= 21,11µm±1,21) dan ter-
komponen matriks ekstrasel pada saat proses
besar di kelompok C (gastroknemius =
pembuatan sediaan.
38,61µm±1,16; soleus = 27,67µm±0,89).
Uji normalitas data (One-Sample Kolmogorov-
(Gambar 5)
Smirnov) menunjukkan data jumlah serat otot gastroknemius dan otot soleus pada ketiga
PEMBAHASAN
kelompok usia terdistribusi normal. Tetapi uji
Gambaran histologi otot tikus remaja serupa
homogenitas data menunjukkan bahwa data pada
dengan gambaran otot rangka tikus dewasa. Pa-
ketiga kelompok usia tidak homogen. Uji statistik
da kedua kelompok umur tersebut jelas terlihat
yang dipilih untuk menilai perbedaan jumlah serat
peningkatan ukuran serat otot rangka, terutama
otot gastroknemius dan otot soleus pada ketiga
dibandingkan dengan tikus neonatus. Inti terletak
kelompok usia tersebut bermakna atau tidak
di tepi, rasio inti dan sitoplasma lebih besar diban-
adalah One-Way Anova. Analisis perbandingan
dingkan serat otot tikus neonatus. Perbedaan an-
dengan uji Least Significant Difference (LSD)
tara otot tikus remaja dengan tikus dewasa
menunjukkan perbedaan antar kelompok usia
adalah pada jumlah dan diameter sel per lapang-
satu dengan yang lain. Semuanya menunjukkan
an pandang. Ruang antar serat otot rangka pada
perbedaan yang bermakna, kecuali pada jumlah
Vol. 13, No.1, Februari 2014
45
DAMIANUS Journal of Medicine
Gambar 4. Perbandingan jumlah serat otot gastroknemius dan soleus ketiga kelompok usia
serat otot soleus kelompok usia remaja dan
bermakna. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah
dewasa. Jumlah serat otot gastroknemius antar
serat otot soleus tidak mengalami peningkatan
kelompok usia berbeda bermakna. Tetapi jumlah
jumlah yang berarti dari usia remaja sampai
serat otot soleus antara kelompok remaja dan
dewasa. Penambahan massa otot bukan
dewasa tidak menunjukkan perbedaan
terutama karena hiperplasi otot.
46
Vol. 13, No.1, Februari 2014
Perubaha n j umlah dan di ameter ser at otot gastrok nemius da n soleus pa da tik us ber usi a 1 ha ri , 3 bulan , dan 12 bulan
Gambar 5. Perbandingan diameter serat otot gastroknemius dan soleus ketiga kelompok usia
Uji normalitas dan homogenitas data diameter
antar kelompok sangat bermakna. Analisis
serat otot gastroknemius dan otot soleus ketiga
perbandingan (multiple comparison) dengan LSD
kelompok usia menunjukkan distribusi normal dan
menunjukkan perbedaan bermakna antar
homogen. Hasil Uji Anova adalah perbedaan dia-
kelompok usia satu dengan yang lain. Semuanya
meter serat otot gastroknemius dan otot soleus
menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Vol. 13, No.1, Februari 2014
47
DAMIANUS Journal of Medicine
Perubahan diameter serat otot rangka meng-
of Histology. 12th ed. New York: Chapman
gambarkan proses hipertrofi serat otot rangka.
and Hall; 1994.
Serat otot rangka tikus masih imatur. Serat otot
2. Tamaki T, Akatsuka A, Yoshimura S, Roy RR,
rangka remaja berada pada masa pertumbuhan
Edgerton VR. New fiber formation in the in-
dan perkembangan sehingga diameter seratnya
terstitial spaces of rat skeletal muscle dur-
lebih besar dari serat otot rangka neonatus, tetapi
ing postnatal growth. J Histochem Cytochem.
lebih kecil dari serat otot tikus dewasa. Serat otot rangka tikus dewasa sudah mengalami maturasi lengkap, sehingga diameternya paling besar di
2002; 50(8):1097-111. 3. Lewis SEM, Kelly FJ, Goldspink DF. Pre- and post-natal growth and protein turnover in smooth muscle, heart and slow- and fast-
antara ketiga kelompok usia.
twitch skeletal muscles of the rat. Biochem J. 1984; 217:517-26.
KESIMPULAN
4. Goldspink G, Ward PS. Changes in rodent Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat
muscle fibre types during post-natal growth,
disimpulkan bahwa seiring bertambahnya usia
undernutrition and exercise. J Physiol.
otot rangka, maka (1) jumlah serat otot rangka
1979;296;453-69
akan mengalami peningkatan, dari yang paling
5. Ho KW, Roy RR, Tweedle CD, Heusner
sedikit pada kelompok usia neonatus sampai
WW, Van Huss WD, Carrow RE. Skeletal
paling banyak pada kelompok usia dewasa dan
muscle fiber splitting with weight-lifting exer-
(2) diameter serat otot rangka akan mengalami
cise in rats. Am J Anat. 1980; 157(4):433-40.
peningkatan diameter, dari yang paling kecil pada
6. Le Grand F, Rudnicki MA. Skeletal muscle
kelompok usia neonatus sampai paling besar
satellite cells and adult myogenesis. Curr
pada kelompok usia dewasa.
Opin Cell Biol. 2007;19(6):628-33. 7. Hurme T, Kalimo H. Adhesion in skeletal
UCAPAN TERIMA KASIH
muscle during regeneration. Muscle Nerve.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap staf Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, khususnya staf laboran, atas bantuannya selama proses penelitian berlangsung dari awal sampai akhir. Ucapan terima kasih juga diberikan ke pihak Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya atas bantuan
1992;15(4):482-9. 8. Williams GN, Higgins MJ, Lewek MD. Aging skeletal muscle: physiologic changes and the effects of training. Phys Ther. 2002; 82:628. 9. Nicks DK, Beneke WM, Key RM, Timson BF. Muscle fibre size and number following immobilization atrophy. J Anat. 1989; 163:1-5.
dana penelitian, sehingga penelitian ini dapat 10. Siu PM, Pistilli EE, Always SE. Apoptotic re-
terlaksana dengan baik.
sponses to hindlimb suspension in gastrocnemius muscles from young adult and aged
DAFTAR PUSTAKA
rats. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol.
1. Fawcett DW. Bloom and Fawcett: A Textbook 48
2005; 289:1015-26.
Vol. 13, No.1, Februari 2014
Perubaha n j umlah dan di ameter ser at otot gastrok nemius da n soleus pa da tik us ber usi a 1 ha ri , 3 bulan , dan 12 bulan
11. Chargé SBP, Rudnicki MA. Cellular and molecular regulation of muscle regeneration. Physiol Rev. 2004; 84:209-38.
muscle fibre number in the rat from youth to adulthood. J Anat. 1990; 173:33-6 15. Hanson A. How old is a rat in human years?
12. Grounds MD, W hite JD, Rosenthal N, Bogoyevitch MA. The role of stem cells in skeletal and cardiac muscle repair. J Histochem Cytochem. 2002; 50(5): 589-610.
[document on the Internet]. 2012 [cited 2014 Apr
28].
Available
from:
http://
www.ratbehavior.org/RatYears.htm. 16. Sengupta P. The laboratory rat: relating its age with human's. Int J Prev Med. 2013 June;
13. Rayne J, Crawford GNC. Increase in fibre numbers of the rat pterygoid muscles during postnatal growth. J Anat. 1975; 119(2):347-57
4(6): 624-30 17. Wang LC, Kernell D. Quantification of fibre type regionalisation: an analysis of lower hindlimb muscles in the rat. J Anat. 2001;
14. Timson BF, Dudenhoeffer GA. Skeletal
198:295-308
Vol. 13, No.1, Februari 2014
49