ANALISIS PENCEMARAN UDARA O3 DAN PM10 PADA BULAN TERBASAH DAN BULAN TERKERING (STUDI KASUS: DKI JAKARTA)
Oleh : PONCO IKSAN
G24103018
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada tanggal 9 Januari 1985 sebagai anak kelima dari lima bersaudara, anak dari pasangan Bapak Suradji dan Ibu Tjasmirah. Penulis sekolah dasar di SDN 08 Sumur Batu Jakarta, melanjutkan ke SLTP Negeri 10 Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMUN 5 Jakarta. Penulis diterima di IPB tahun 2003 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Berkaitan dengan salah satu mata kuliah wajib mahasiswa Program Studi Meteorologi, penulis melakukan kegiatan Praktek Lapang di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jakarta dari bulan Juli-Agustus 2006.
ABSTRAK PONCO IKSAN. Analisis Pencemaran Udara O3 dan PM10 pada Bulan Terbasah dan Bulan Terkering (Studi kasus : DKI Jakarta). Dibimbing oleh IMAM SANTOSA dan TEGUH PRAYUDI. Penelitian ini bertujuan unuk melihat pengaruh faktor meteorologi terhadap konsentrasi dan persebaran polutan pada bulan terbasah dan bulan terkering serta mengetahui kualitas udara di DKI Jakarta berdasarkan kategori ISPU. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai Juni 2008 di BPLHD Jakarta dan Laboratorium Meteorologi dan Kualitas Udara Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB. Kualitas udara di kota besar seperti DKI Jakarta setiap tahun semakin menurun. Penurunan kualitas udara ini disebabkan oleh pencemaran udara yang disebabkan, diantaranya oleh polutan Ozon (O3) dan Particulate matter 10 (PM10) yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia. O3 merupakan polutan berbentuk gas dan merupakan polutan sekunder yang terbentuk dari reaksi polutan primer, sedangkan PM10 berupa partikulat atau debu. Faktor meteorologi dapat mempengaruhi konsentrasi dan persebaran polutan secara langsung maupun tidak langsung. Konsentrasi polutan O3 dan PM10 berbeda antara bulan terbasah dan bulan terkering. Hal ini terkait dengan sifat curah hujan yang dapat bertindak sebagai ”pencuci”. Berdasarkan hasil korelasi antara faktor meteorologi dan konsentrasi polutan dapat diketahui bahwa untuk polutan O3 pengaruh faktor meteorologi lebih berpengaruh terhadap konsentrasinya dibandingkan dengan polutan PM10. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi (R2). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor meteorologi yang paling berpengaruh terhadap konsentrasi O3 dan PM10 berturut-turut adalah suhu udara, radiasi matahari, RH dan kecepatan angin. Konsentrasi polutan antara bulan terbasah dan terkering berbeda nyata berdasarkan hasil uji t. Penumpukan polutan pada bulan terbasah dan terkering dipengaruhi oleh arah angin dan arah angin di DKI Jakarta dipengaruhi oleh letak geografis yang dekat dengan laut.
ANALISIS PENCEMARAN UDARA O3 DAN PM10 PADA BULAN TERBASAH DAN BULAN TERKERING (STUDI KASUS: DKI JAKARTA)
Oleh : PONCO IKSAN
G24103018
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN Judul : Analisis Pencemaran Udara O3 dan PM10 pada Bulan Terbasah dan Bulan Terkering (Studi kasus : DKI Jakarta) Nama : Ponco Iksan NRP : G24103018
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Imam Santosa, M.S NIP. 132215102
Ir. Teguh Prayudi NIP. 680002717
Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. Drh. Hasim, DEA NIP. 131578806
Tanggal lulus:
PRAKATA Alhamdulillah dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai Juni 2008 di BPLHD Jakarta dan Laboratorium Meteorologi dan Kualitas Udara Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB. Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini tercapai atas dukungan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua, bapak dan ibu tercinta atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang tiada henti. Kakak-kakak dan seluruh keluarga yang juga telah memberikan dukungan. 2.
Bapak Dr. Ir. Imam Santosa, M.Si dan Ir Teguh Prayudi sebagai pembimbing atas masukan dan arahannnya.
3.
Ibu Ana Turyanti, S.Si, M.T. atas saran dan diskusinya.
4.
Bapak Amin yang telah memberi ijin untuk melaksanakan tugas akhir di BPLHD Jakarta, Bapak Andi di bagian pengumpulan data, serta seluruh staf laboratorium udara di BPLHD atas saransarannya.
5.
Bapak Winarno dari BMG Ciputat yang telah menyediakan data curah hujan, dan juga kepada Bapak Urip dari BMG Pondok Betung untuk data curah hujan wilayah Pondok Betung.
6.
Haqiqi sebagai teman seperjuangan selama skripsi di BPLHD atas saran dan diskusinya dan DhaDha atas pinjaman buku panduan minitab 14.
7.
Teman-teman GFM 40 atas semangat dan kebersamaannya.
8.
Staf administrasi Departemen GFM: Mas Azis, Pa Toro, Bu Inda, Pa Djun, Pa Pono, Pa Udin, Mba Wanti dan Mba Icha, terimakasih untuk segala bantuannya.
9.
Lia Dahlia, seseorang yang khusus dan special yang selalu memberi dukungan serta motivasi yang sangat berharga di saat suka maupun duka.
10. Semua orang yang telah membantu secara moril, yang telah memberikan saran dan bimbingannya yang tidak disebutkan penulis.
Bogor, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................
Halaman i ii ii iii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1.2 Asumsi ...................................................................................................................... 1.3 Tujuan.......................................................................................................................
1 1 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Umum DKI Jakarta ................................................................................... 2.2 Pengertian Pencemaran Udara ................................................................................. 2.3 Sumber Pencemaran Udara ...................................................................................... 2.4 Indeks Standar Pencemar Udara .............................................................................. 2.5 Partikulat 10 ............................................................................................................. 2.6 Ozon (O3) Permukaan ............................................................................................. 2.7 Pengaruh Faktor Meteorologis ................................................................................ 2.8 Pengaruh Musim Terhadap Persebaran Polutan Udara ........................................... 2.9 Analisis Regresi ...................................................................................................... 2.10 Uji t ......................................................................................................................
1 2 3 3 3 4 5 6 6 6
III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat.......................................................................................................... 3.2 Metode ......................................................................................................................
5 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi Polutan O3 dan PM10 pada Bulan Terbasah dan Bulan Terkering ........ 4.2 Analisa Kondisi Meteorologi dan Konsentrasi Polutan .......................................... 4.3 Uji Korelasi .............................................................................................................. 4.4 Regresi Berganda ..................................................................................................... 4.5 Regresi Stepwise ...................................................................................................... 4.6 Indeks Standar Pencemar Udara ............................................................................... 4.7 Persebaran Polutan O3 dan PM10 di DKI Jakarta ..................................................... 4.8 Uji t ......................................................................................................................
9 12 14 14 14 15 20 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 5.2 Saran .........................................................................................................................
23 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... LAMPIRAN......................................................................................................................
24 25
i
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) ...................................................................... 3 Tabel 2. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien di Provinsi DKI Jakarta .......................... 7 Tabel 3. Batas Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) ............................................................ 9 14 Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Berganda O3 dan Faktor Meteorologi ...................................... 14 Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Berganda PM10 dan Faktor Meteorologi .................................. 15 Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Stepwise antara O3 dan Faktor Meteorologi ............................ 15 Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Stepwise antara PM10 dan Faktor Meteorologi ........................ 16 Tabel 8. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 Tahun 2002 ................................... 16 Tabel 9. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 Tahun 2003 ................................... 16 Tabel 10. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 Tahun 2004 ................................. 16 Tabel 11. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 Tahun 2006 ................................. 18 Tabel 12. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 Tahun 2002 ............................. 18 Tabel 13. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 Tahun 2003 ............................. 18 Tabel 14. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 Tahun 2004 ............................. 18 Tabel 15. Kualitas Udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 Tahun 2006 ............................. 22 Tabel 16. Hasil Uji t antara polutan O3 Bulan Terbasah dan Bulan Terkering ......................... 23 Tabel 16. Hasil Uji t antara polutan PM10 Bulan Terbasah dan Bulan Terkering .....................
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Iklim di Bumi ..................................... 2 Gambar 2. Peta Lokasi Stasiun dan Data Display ISPU di DKI Jakarta ..................................... 7 Gambar 3. Sebaran Curah Hujan di DKI Jakarta Tahun 2002, 2003, 2004, dan 2006 ................ 10 17 Gambar 4. Grafik ISPU O3 Tahun 2002 di DKI Jakarta ............................................................. 17 Gambar 5. Grafik ISPU O3 Tahun 2003 di DKI Jakarta ............................................................. 17 Gambar 6. Grafik ISPU O3 Tahun 2004 di DKI Jakarta ............................................................. 17 Gambar 7. Grafik ISPU O3 Tahun 2006 di DKI Jakarta ............................................................. 17 Gambar 8. Grafik ISPU PM10 Tahun 2002 di DKI Jakarta ......................................................... 17 Gambar 9. Grafik ISPU PM10 Tahun 2003 di DKI Jakarta ......................................................... 17 Gambar 10. Grafik ISPU PM10 Tahun 2004 di DKI Jakarta ....................................................... 17 Gambar 11. Grafik ISPU PM10 Tahun 2006 di DKI Jakarta .......................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Fluktuasi Faktor Meteorologi dan O3 pada Bulan Terbasah .................................. Lampiran 2. Fluktuasi Faktor Meteorologi dan O3 pada Bulan Terkering ................................. Lampiran 3. Fluktuasi Faktor Meteorologi dan PM10 pada Bulan Terbasah .............................. Lampiran 4. Fluktuasi Faktor Meteorologi dan PM10 pada Bulan Terkering ............................. Lampiran 5. Peta Persebaran Ozon (O3) di DKI Jakarta ............................................................. Lampiran 6. Peta Persebaran Partikulat 10 (PM10) di DKI Jakarta ............................................. Lampiran 7. Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Berganda ....................................................... Lampiran 8. Baku Mutu Udara Ambien Nasional (Peraturan Pemerintah NO. 41 tahun 1999) ..
25 33 39 46 53 57 61 61
iii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta adalah salah satu kota yang mengalami masalah pencemaran udara yang cukup serius. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi serta pembangunan fisik di DKI Jakarta ikut memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap terjadinya pencemaran udara di wilayah ini. Keadaan tersebut diperburuk pula dengan semakin banyaknya buangan kendaraan bermotor, kegiatan industri dan kegiatan lain yang melebihi batas aman bagi lingkungan. Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan meningkatnya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalulintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara. Pencemaran udara terjadi apabila, laju emisi yang dibuang ke udara melebihi kemampuan udara menyerap pada kondisi mutu udara yang sudah mendekati baku mutu udara ambien. Pencemaran udara diantaranya disebabkan oleh polutan O3 dan Partikel PM10 dan sudah menjadi permasalahan lingkungan hidup di daerah perkotaan, terutama DKI Jakarta, yang dihasilkan oleh berbagai kondisi dan aktivitas dalam menunjang kehidupannya. Aktivitas berkendara misalnya, merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dihindari karena dalam menjalani kehidupan sehari-hari membutuhkan kendaraan untuk mempermudah kelangsungan hidupnya, atau bisa juga dari industri-industri. Masalah pencemaran udara memang cukup luas dengan berbagai aspeknya, baik yang menimbulkan dampak negatif maupun usaha-usaha pencegahan serta penanggulangan yang dapat dilaksanakan dari segi teknis, institusional dan sosial ekonomi. Maka dari itu penduduk Jakarta perlu mengetahui seberapa baik kualitas udara dari segi pencemar O3 dan PM10 yang akan mempengaruhi kesehatan. Penyajian informasi kualitas udara sebagai salah satu informasi lingkungan hidup masih terbatas keberadaannya, padahal masyarakat memiliki hak untuk mengetahui lebih jauh mengenai informasi lingkungan hidupnya. Sejauh ini infomasi kualitas udara yang disajikan hanya berupa table-tabel dalam
laporan pemantauan kualitas udara dan angkaangka yang termuat pada layer informasi stasiun pemantau kualitas udara ambien otomatis, sehingga fenomena kualitas udara secara spasial belum terungkap dengan jelas. Masuknya bahan-bahan polutan dengan konsentrasi tertentu akan mempengaruhi kualitas udara di suatu wilayah. Tingkat kualitas udara tersebut bervariasi, tergantung pada sumber pencemar, kondisi wilayah persebaran, faktor-faktor meteorologis, terutama keadaan musim yang sedang terjadi, apakah itu musim hujan hujan atau terkering. 1.2 Asumsi Ketinggian permukaan di DKI Jakarta sama di setiap wilayah. Ketinggian gedung - gedung di DKI Jakarta dianggap sama di setiap wilayah. Faktor yang mempengaruhi persebaran polutan hanya faktor meteorologis. 1.3 Tujuan 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh musim terhadap konsentrasi polutan di DKI Jakarta. 2 Melihat korelasi antara faktor meteorologi dan polutan menggunakan analisis regresi. 3 Melihat kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU. 4 Mengetahui persebaran polutan di DKI Jakarta antara bulan terbasah dan terkering.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Umum DKI Jakarta 2.1.1 Luas dan Letak Geografis Secara geografis wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terletak pada posisi 106°22`42" BT sampai 106°58`18" BT dan 5°19`12" LS sampai 6°23`54" LS. DKI Jakarta mempunyai luas wilayah berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 adalah berupa daratan seluas 661,52 km² dan berupa laut seluas 6.977,5 km², terdapat tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, terdapat pula sekitar 27 buah sungai/saluran/kanal yang digunakan
1
sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan (BPS Jakarta, 2004). Batas-batas wilayah DKI Jakarta, yaitu sebelah utara membentang pantai dari Barat ke Timur sepanjang ± 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, sementara di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan wilayah provinsi Jawa Barat, sebelah Barat dengan Provinsi Banten, sedangkan di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa. Wilayah administrasi provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif yaitu kotamadya Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara serta kabupaten Kepulauan Seribu. Tiap kotamadya dikepalai oleh seorang Walikota yang membantu mempersiapkan perencanaan wilayahnya, sedangkan Kepulauan Seribu dikepalai oleh seorang Bupati yang bertanggung jawab dalam bidang keuangan. Masing-masing wilayah kota membawahi sejumlah kecamatan dan kelurahan. Di seluruh DKI Jakarta terdapat 43 kecamatan dan 265 kelurahan. 2.1.2 Keadaan Topografi Provinsi DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah datar dan landai, dengan ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal antara 0 – 10 meter di atas permukaan laut (dari titik 0 Tanjung Priok), sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling selatan wilayah DKI Jakarta antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang tergenang air pada musim hujan. Bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 sampai 75 meter. 2.1.3 Keadaan Iklim Jakarta beriklim tropis, suhu rataratanya mencapai 27oC dan kelembaban (nisbi) 80-90 %. Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara November dan April, sedangkan angin musim timur antara Mei dan Oktober, selain hal tersebut karena letak kota Jakarta dekat dengan laut, maka keadaan sehari-hari dipengaruhi angin laut dari Utara-Selatan. Curah hujan ratarata tahunan 2.000 mm dengan curah hujan
Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi iklim di bumi (sumber : BPLHD Jatim, 2008) tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan September (Pemda DKI Jakarta, 2005). 2.2 Pengertian pencemaran udara Udara sebagai salah satu unsur lingkungan merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungannya sekitarnya. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sebagai pelindung bagi kehidupan di dunia ini (Rahmawati, 1997). Pencemaran udara adalah masuknya zat pencemar baik berbentuk gas maupun partikel kecil/aerosol ke dalam udara (Soedomo, 2001). Menurut kementerian lingkungan hidup (1988) pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, kantor atau pencemaran yang biasa disebut pencemaran dalam ruang (indoor pollution) ataupun juga terjadi di luar ruang (outdoor pollution) mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan, hingga ke tingkat
2
regional bahkan saat ini sudah menjadi gejala global. Pencemaran udara pada tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar/polutan yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Beberapa diantara sekian banyak polutan udara yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah O3 dan PM10 (partikel debu dengan diameter kurang dari 10 mikrometer). 2.3 Suber Pencemaran Udara Sumber pencemar udara dibedakan menjadi sumber pencemar primer dan sumber pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami (natural) dan kegiatan antropogenik (Soedomo, 2001). Contoh sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan dan lain sebagainya. Pencemaran udara akibat aktivitas manusia (antropogenik), secara kuantitatif jauh lebih besar. Aktivitas manusia yang menghasilkan zat-zat pencemar antara lain transportasi (merupakan sumber utama), industri, pembakaran sampah, industri rumah tangga dan aktivitas lainnya. 2.4 Indeks Standar Pencemar Udara Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien Tabel 1. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Indeks Kategori Warna 1-50
Baik
Hijau
51-100
Sedang
Biru
101-199
Tidak Sehat
Kuning
200-299
Sangat
Merah
Tidak Sehat >300
Berbahaya
Hitam
di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999). Baku mutu udara ambien dapat dilihat pada Lampiran 8. Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks standar pencemar udara diperlukan sebagai pedoman teknis dalam pelaksanaan perhitungan, pelaporan dan sistem informasi indeks standar pencemar udara bagi instansi terkait dan Gubernur Kepala Daerah tingkat I, serta Bupati atau Walikota. Indeks Standar Pencemar Udara dapat digunakan sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang kualitas udara ambien dilokasi dan waktu tertentu dan bahan pertimbangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara. Nilai ISPU dan pengaruhnya terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. 2.5 Partikulat 10 (PM10) Partikulat dengan diameter kurang dari 10 mikrometer atau PM10 merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara. Secara alamiah PM10 dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang
Penjelasan
Tingkat kualitas udara yang tidak memberi efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunaan ataupun nilai estetika Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manuisa ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika. Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segemen populasi yang terpapar Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang seius pada populasi.
Sumber : MENLH dalam BPLHD, 2006
3
tidak terpelihara dengan baik juga dapat menghasilkan PM10. PM10 juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butirbutiran tar. Dibandingkan dengan pembakaran batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umumnya menghasilkan PM10 lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber PM10 yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor (Soedomo, 2001). PM10 yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility). Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam PM10 di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara. Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang berasal dari makanan atau air minum. Oleh karena itu konsentrasi logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian. 2.6 Ozon (O3) Permukaan Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran oleh ozon troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia. Emisi gas buang berupa NOx adalah senyawa-senyawa pemicu (precursor) pembentukan ozon. Senyawa ozon di lapisan atmosfer bawah (troposfer bawah, pada ketinggian 0 – 2000m) terbentuk akibat adanya reaksi fotokimia pada senyawa oksida nitrogen (NOx) dengan bantuan sinar matahari. Oleh karena itu potensi produksi ozon troposfer di daerah beriklim tropis seperti Indonesia sangat tinggi (Bappenas, 2008). Reaksi O3 yang
terbentuk dari polutan Nox adalah sebagai berikut. NO2 + sinar matahari → NO + O O + O2 → O3 Ozon di muka bumi terbentuk oleh sinar ultraviolet yang menguraikan molekul O3 membentuk unsur oksigen. Unsur oksigen ini bergabung dengan molekul yang tidak terurai dan membentuk O3. Kadangkala unsur oksigen akan bergabung dengan N2 untuk membentuk nitrogen oksida, jika bercampur dengan cahaya mampu membentuk ozon. Di atmosfer ozon berguna sebagai pelindung dari radiasi ultraviolet. Namu ada ancaman yang diketahui dapat mengganggu keseimbangan ozon, yaitu kloroflorokarbon (CFC) buatan manusia yang meningkatkan kadar penipisan ozon menyebabkan kemerosotan berangsur-angsur dalam tingkat ozon global. CFC digunakan oleh masyarakat modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya, dalam kulkas, bahan dorong dalam penyembur, pembuatan busa dan bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik. Masa hidup CFC berarti 1 molekul yang dibebaskan hari ini bisa ada 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan. Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 – 50 km). Di atas lapisan ozon utama, pertengahan julat ketinggian 20 – 25 km, kurang sinar UV diserap oleh ozon. Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan UV, dan membebaskan atom klorin. Atom klorin ini juga berupaya untuk memusnahkan ozon dan menghasilkan lubang ozon (Wikipedia, 2008). Ozon berwarna biru pucat, dan merupakan gas yang sangat beracun, serta berbau sangit. Ozon mendidih pada suhu -119oc (-162.52 oF), mencair pada suhu -192.5oc (314.5 oF), dan memiliki gravitasi 2.144; ozon terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya O3 dapat dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbukan oleh mesin-mesin bertenaga listrik. Secara kimiawi O3 lebih aktif ketimbang oksigen biasa dan juga merupakan agen oksidasi yang lebih baik (BPLHD, 2005). Ozon bersifat unik karena sebagai polutan sekunder dan juga bersifat oksidator. Sebagai polutan sekunder ozon mengalami pembentukan yang cepat dimana membutuhkan waktu selama satu jam (Sudrajad, 2005). Sinar UV matahari berenergi tinggi dengan panjang gelombang lebih dari 240 nm menabrak molekul O2 maka ia akan terurai
4
menjadi dua atom oksigen tunggal, atom oksigen bebas ini kemudian bergabung dengan molekul oksigen dan membentuk molekul ozon (O3) : O2 + cahaya (λ < 240 nm) → O + O O + O2 + M → O3 + M M adalah faktor kesetimbangan dan momentum energi Pada siang hari radiasi surya sangat tinggi sehingga mempercepat terjadinya proses fotokimia. Sinar UV matahari mengenai NO2 di udara menyebabkan NO2 dan atom Oksigen radikal (O). Atom Oksigen radikal ini akan bereaksi dengan Oksigen (O2) membentuk senyawa ozon dipermukaan bumi. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan konsentrasi 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari. Sekitar 57 spesies tanaman rentan terhadap ozon. Ozon berdifusi melalui stomata dan mematikan sel palisade menghasilkan bercak-bercak kuning kecoklatan. Konsentrasi O3 0.08-0.10 ppm selama 4 jam menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman tembakau (Santosa, 2004). 2.7 Pengaruh Faktor Meteorologis Kondisi iklim di DKI Jakarta yang tropis mempengaruhi persebaran polutan di udara. Pencemaran yang diemisikan dari setiap sumber yang ada akan tersebar di atmosfer melalui proses difusi, dispersi, transformasi kimiawi dan pengenceran. Pencemaran tersebut dapat berpindah tempat dari sumbernya melalui pergerakan angin. Pergerakan polutan di dalam atmosfer terjadi secara horizontal, vertikal dan transvesal. Tingkat pencemaran udara di suatu daerah akan mempengaruhi kualitas udara lingkungan sekitar pada sistem atmosfer yang merupakan hasil dari faktor alami maupun faktor manusia. 2.7.1 Curah Hujan Curah hujan adalah bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi (Tjasjono, 1999). Kabut, embun, dan embun beku mempunyai sifat yang sama seperti curah hujan, yaitu berperan sebagai alih kebasahan dari atmosfer ke permukaan bumi, tapi tidak ditinjau sebagai endapan. Bentuk endapan adalah hujan, gerimis, salju dan batu es. Curah
hujan diukur dalam satuan milimeter dan biasanya waktu pengukurannya harian. Jumlah curah hujan 1 mm artinya tinggi air yang menutupi permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer. Proses hujan dalam mengurangi konsentrasi zat pencemar di udara terdiri dari dua mekanisme, yaitu rain out dan wash out. Mekanisme rain out terjadi pada saat pembentukan butiran air dan zat pencemar tersebut bertindak sebagai inti kondensasi. Sedangkan mekanisme wash out merupakan proses penyapuan zat pencemar pada saat air hujan turun. Kedua proses ini sangat efektif mengurangi partikel-partikel padat dan gas pencemar dari udara (Liu, dan Liptak, 2000). 2.7.2 Radiasi Matahari Radiasi matahari merupakan sumber utama energi di atmosfer, pengendali cuaca dan iklim, penyebab utama perubahan dan pergerakan di atmosfer serta sebagai sumber energi dari segala kehidupan di bumi. Radiasi matahari yang diterima di permukaan bumi mengalami pengurangan, baik jumlah maupun kualitas spektrumnya. Radiasi matahari mempengaruhi polusi udara secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu mempangaruhi proses-proses kimia di atmosfer dengan interaksi antarmolekul yang bertindak sebagai fotoreseptor seperti aldehid, asam nitrit, (HNO2), dan Ozon (O3). Sedangkan secara tidak langsung mempengaruhi persebaran polusi udara yaitu sebagai energi penggerak udara karena menyebabkan perbedaan pemanasan permukaan bumi sehingga menimbulkan angin dan turbulensi dan sebagai input energi dari kesetimbangan energi sehingga mempengaruhi terjadinya inversi dan stabilitas udara (Suharsono, 1985). 2.7.3 Angin Angin merupakan gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi dan bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah (Tjasjono, 1999). Konsentrasi polutan di suatu tempat banyak dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin. Semakin tinggi kecepatan angin maka pengenceran dan pencemaran polutan dari sumber emisi di atmosfer semakin besar. Adanya bangunan-bangunan yang tinggi di dalam kota, mengakibatkan kecepatan angin berkurang dan arah angin berubah.
5
2.7.4 Suhu udara Suhu udara berperan penting dalam proses biofisika dan biokimia. Di dekat permukan, suhu memiliki karakterisitik yang berbeda dengan suhu udara. Hal ini disebabkan pertukaran bahang yang terjadi di dekat permukaan berlangsung melalui proses konveksi bebas yang ditunjukkan dengan pergerakan laminar dan konveksi paksa dengan gerakan turbulen. Pada siang hari, penerimaan bahang oleh permukaan menyebabkan suhu pemukaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pada lapisan di atasnya. Turbulensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap persebaran polutan di udara dimana pengaruhnya akan bertambah kecil dengan bertambahnya ketinggian, khususnya untuk debu. 2.7.5 Kelembaban Udara Kelembaban udara (RH) juga salah satu unsur cuaca yang memegang peranan dalam proses polusi udara. RH tinggi akan menyebabkan terhalangnya radiasi matahari ke bumi karena terbentuknya awan di atmosfer. Selain itu, konsentrasi partikel yang tersuspensi yang meningkat di udara juga akan berakibat pada berkurangnya jarak pandang (visibilty) karena udara yang berkabut (Oke, 1987). 2.8 Pengaruh Musim terhadap Persebaran Polutan Udara Konsentrasi polutan di udara bervariasi dari periode musim yang memiliki rata-rata curah hujan yag relatif selalu tinggi, rata-rata curah hujan relatif selalu rendah atau kering, hingga rata-rata jumlah curah hujan yang relatif berfluktuasi tinggi. Adanya variasi pada beberapa periode musim yang bersangkutan disebabkan oleh perbedaan curah hujan sebagai faktor pengencer atau pencuci polutan di udara (Munn dan Engelmann dalam Rahmawati, 1999). 2.9 Analisis Regresi Analisis regresi sangat berguna bagi penelitian karena dapat digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel respons (y) dan variabel prediktor (x) dan dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh serta memprediksi suatu atau beberapa variabel prediktor terhadap variabel respons (Iriawan dan Astuti, 2006). Variabel respons
adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel prediktor atau dapat disebut juga variabel tidak bebas, sedangkan variabel prediktor disebut juga variabel bebas. Kedua variabel dihubungkan dalam bentuk persamaan matematika yang dinyatakan sebagai berikut: y = a + b1x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + b5 x5 ...... (1) a adalah nilai variabel respons ketika variabel prediktor bernilai nol, sedangkan b1, b2, ... adalah konstanta atau parameter model pada variabel x1, x2, ... Persamaan 1 dapat disebut juga persamaan regresi berganda. Dalam regresi berganda antarvariabel prediktor tidak boleh berkorelasi, jika ada korelasi maka taksiran parameter model tidak tepat. Kejadian ini disebut juga multikolinear. Cara mendeteksi multikolinear adalah membuat korelasi antar variabel, parameter model adalah 0, atau tanda parameter model regresi berganda berlawanan dengan tanda nilai korelasi antara variabel prediktor dengan variabel respons (Iriawan dan Astuti, 2006). Jika ada multikolinear maka regresi linier berganda tidak tepat, maka untuk mengatasinya dilakukan regresi stepwise. Dalam regresi stepwise tiadak semua variabel dimasukkan dalam model regresi, cukup memasukkan salah satu variel karena sudah mewakili variabel lain. 2.10 Uji t Untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan benar atau salah, penelitian memerlukan uji hipotesis secara statistik. Uji hipotesis statistik adalah pernyataan mengenai populasi yang digunakan untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh dari populasi. Dalam statistika, uji hipotesis dilakukan untuk membandingkan rata-rata suatu populasi (Iriawan dan Astuti). Dalam penelitian ini yang hipotesis statistik yang digunakan adalah uji t karena ragamnya tidak diketahui (Iriawan dan Astuti, 2006). Ada beberapa elemen uji hipotesis statistik, yaitu: Hipotesis awal (H0) Hipotesis alternatif (H1) Statistik uji yang diperoleh dari data sampel Daerah penolakan yang menunjukkan nilai statistik uji berarti menolak hipotesis awal. Pernyataan dalam suatu hipotesis bisa benar atau salah dan dinyatakan dalam hipotesis awal
6
(H0) pernyataan benar dan hipotesis alternatif (H1) adalah pernyataan salah. Untuk melakukan uji t yang dilakukan adalah: menentukan hipotesis nol (H0) dan untuk hipotesis tandingannya (H1) alternatif dua sisi menghitung nilai rata-rata ( X ) dan standar deviasi (s) masing-masing data dengan rumus: n ∑ ( X i − X )2 2 S = i=1 n −1
........... (2)
menghitung t hitung dengan menggunakan rumus: Gambar 2. Peta lokasi stasiun dan data display ISPU di DKI Jakarta (Sumber : BPLHD, 2006)
X 1− X 2
thit
=
........... (3) S1
2
S2
2
+ n1
2.
n2
menghitung derajat bebas (v) dengan rumus: v=
(
S12 / n1+ S 22 / n 22 2 2 S12 / n1 S 22 / n 2 + n1−1 n 2−1
) (
)
.......... (4)
menetapkan level toleransi α, nilai yang biasa digunakan adalah 5% dengan tingkat kepercayaan 95% serta daerah kritis (daerah penolakan H0) dan titik kritis (titik batas suatu hipotesis H0 akan diterima atau ditolak) mengggunakan kurva distribusi t
3.
4.
dapat dilihat pada Gambar 2 dan peruntukannya pada Tabel 2. Data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Data meteorologi, yaitu radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, serta kecepatan dan arah angin selama 30 menitan. Data curah hujan. Data curah hujan hanya digunakan untuk menentukan bulan
Tabel 2. Lokasi pemantauan kualitas udara ambien di provinsi DKI Jakarta No 1
Nama Lokasi
Wilayah
Peruntukan
Ketinggian (m)
Walikota madya Jakarta Timur (JAF1) Kemayoran (JAF2)
Penggilingan
Pemukiman
3.0
Kemayoran
pemukiman
6.0
kesimpulan berupa penolakan H0 jika nilai t hitung > t tabel (Iriawan dan Astuti, 2006).
2
3
Masjid Pondok Indah (JAF3)
Pondok Indah
Campuran
3.0
III. METODOLOGI
4
Walikota madya Jakarta Barat (JAF4) Gel. Senayan (JAF5)
Kembangan
Perkantoran
3.0
Senayan
Sarana Olahraga
3.0
3.1 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data ambien ozon (O3) dan partikulat 10 (PM10) selama 30 menitan. Lokasi stasiun
5
(Sumber : BPLHD, 2006).
7
terbasah dan bulan terkering, tidak dianalisa secara langsung bagaimana pengaruhnya terhadap konsentrasi dan persebaran polutan karena lokasi stasiun yang berbeda dengan lokasi stasiun pengukur polutan ambien. Data ambien dan data ISPU serta data meteorologi kecuali curah hujan didapatkan dari BPLHD Jakarta di stasiun JAF1 sampai JAF5. Data curah hujan didapatkan dari BMG Ciputat. Seluruh data merupakan data pada tahun 2002-2004 serta 2006. Tahun 2005 tidak dianalisis karena data tidak tersedia. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat personal computer yang didukung oleh perangkat lunak Microsoft Office (Word dan Excell), Minitab 14, Arc View GIS 3.3, dan Surfer 8. 3.2 Metode 3.2.1 Korelasi Konsentrasi Polutan dan Faktor Meteorologi Data polutan dan meteorologi diinformasikan melalui grafik terhadap waktu dengan data polutan sebagai respons dan faktor meteorologi sebagai prediktor. Grafik ini untuk melihat pengaruh masing-masing faktor meteorologi terhadap konsentrasi polutan dengan melihat nilai R2. Untuk melihat pengaruh faktor meteorologi secara bersama-sama digunakan metode regresi berganda dengan menggunakan minitab 14. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk memperoleh hubungan empat faktor meteorologi secara bersama-sama terhadap konsentrasi polutan, sehingga dapat diketahui hubungan faktor meteorologi dan konsentrasi polutan secara umum. Akan tetapi jika ada korelasi antarfaktor meteorologi maka perlu dilakukan analisis selanjutnya yaitu regresi stepwise. Regresi stepwise dilakukan karena ada korelasi antarfaktor meteorologi. Cara menentukan ada korelasi atau tidak adalah dengan membuat korelasi antarfaktor meteorologi, yang ditandai dengan nilai korelasi mendekati 1. Kedua, tanda koefisien korelasi antara konsentrasi polutan dengan faktor meteorologi pada hasil korelasi dengan regresi berganda berbeda tanda (Iriawan dan Astuti, 2006). Analisis regresi stepwise dilakukan jika ada korelasi antarfaktor metorologi maka tidak semua faktor meteorologi, dalam hal ini adalah radiasi
matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin dimasukkan dalam persamaan. Hasil analisis korelasi antara faktor meteorologi dengan konsentrasi polutan ,untuk membuktikan bahwa hasil korelasi lebih meyakinkan, perlu dilakukan uji korelasi. Hipotesis yang dibuat adalah: H0 : Tidak ada koelasi antarvariabel ( rij = 0) H1 : Ada korelasi antarvariabel (rij ≠ 0) dengan nilai α yang digunakan adalah 5%. Jika p value > α, maka tolak Ho. Artinya ada korelasi antarvariabel. 3.2.2 Perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Indeks Standar Pencemar Udara atau ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999). Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks standar pencemar udara diperlukan sebagai pedoman teknis dalam pelaksanaan perhitungan, pelaporan dan sistem informasi indeks standar pencemar udara bagi instansi terkait dan Gubernur Kepala Daerah tingkat I, serta Bupati atau Walikota. Indeks Standar Pencemar Udara dapat digunakan sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang kualitas udara ambien dilokasi dan waktu tertentu dan bahan pertimbangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara. Perhitungan ISPU menggunakan metode yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997, yaitu :
I=
Ia − Ib ( Xx − Xb) + Ib ...…(5) Xa − Xb
Dimana I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = Ambien batas atas Xb = Ambien batas bawah
8
Tabel.3 Batas ISPU menurut Keputusan Kepala BPLHD No. KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 ISPU 50 100 200 300 400 500
24 jam PM10 μg/m3 50 150 350 420 500 600
24jam SO2 μg/m3 80 365 800 1600 2100 2620
8 jam CO μg/m3 5 10 17 34 46 57.5
1 jam O3 μg/m3 120 235 400 800 1000 1200
1 jam NO2 μg/m3 (2) (2) 1130 2260 3000 3750
(Sumber : Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999). Xx = Konsentrasi ambien nyata hasil pengukuran Nilai Ia, Ib, Xa, dan Xb dapat dilihat pada tabel 3. 3.2.3 Analisa Persebaran Pencemar Udara Persebaran Polutan O3 dan PM10 hanya berdasarkan data konsentrasi dari lima stasiun yang ada di Jakarta serta kategori kualitas udara berdasarkan ISPU. Arah angin juga dipetakan untuk melihat pengaruhnya terhadap persebaran polutan. Analisis persebaran pencemar udara menggunakan distribusi frekuensi dan selanjutnya dilakukan pemetaan distribusi pencemar dengan langkahlangkah sebagai berikut. 1. Penyediaan peta dasar, yaitu peta DKI Jakarta serta peta administratif dan data konsentrasi polutan O3 dan PM10 serta data arah angin. 2. Digitasi peta dasar menggunakan Arc View 3.3. 3. Memplot titik stasiun pengukuran berdasarkan lintang dan bujur di peta yang sudah dilakukan digitasi. 4. Membuat peta persebaran pencemar udara. 5. Peta persebaran pencemar udara ditumpangtindihkan (overlaping) dengan peta administrasi DKI Jakarta menggunakan Arc View 3.3. 6. Selanjutnya membuat isoplet peta yang telah ditumpangtindihkan sehingga dapat diketahui wilayah yang terkena pencemar udara paling berat. 7. Memetakan arah angin menggunakan Surfer 8. 8. Menumpangtindihkan peta arah angin dengan peta persebaran pencemar udara dan peta administrasi DKI Jakarta.
3.2.4 Uji t Uji t dua sampel bebas dilakukan dengan menggunakan minitab 14. Uji ini untuk mengetahui apakah konsentrasi O3 dan PM10 berbeda nyata atau tidak antara bulan terbasah dan bulan terkering. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah: H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 keterangan : µ1 = rata-rata konsentrasi polutan pada bulan terbasah µ2 = rata-rata konsentrasi polutan pada bulan terkering. Jika |t hit| > t tabel atau nilai p-value < nilai α maka H0 akan ditolak, artinya konsentrasi polutan antara bulan terbasah dan bulan terkering berbeda nyata. Nilai α yang digunakan dalam penelitian adalah 5%, karena pada umumnya nilai α 5% yang banyak digunakan. Nilai t tabel adalah nilai dari |tα/2 | dengan derajat bebas (n – 1) adalah ∞ dan nilai t tabelnya adalah 1.96.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi Polutan O3 dan PM10 pada Bulan terbasah dan Bulan terkering Berdasarkan Gambar 3 didapatkan bahwa bulan terbasah terjadi pada bulan Januari 2002, Februari 2003 dan 2004, serta Januari 2006, sedangkan bulan terkering terjadi pada bulan Agustus 2002, Juli 2003, serta September 2004 dan 2006. Tahun 2005 tidak dianalisa karena data tidak tersedia selama lebih dari enam bulan. Pengambilan sampel data pada bulan terbasah berupa empat hari hujan berurutturut, sedangkan pada bulan terkering dilihat dari empat hari tidak hujan berturut-turut.
9
Grafik Curah Hujan Lima Stasiun Klimatologi BMG Tahun 2003 di DKI Jakarta
4000
2000
3500
1800 Curah Hujan (mm)
Curah Hujan (mm)
Grafik Curah Hujan Lima Stasiun Klimatologi BMG Tahun 2002 di DKI Jakarta
3000 2500 2000 1500 1000 500
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
0 Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Nov
Jan
Des
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Nov
Des
Nov
Des
Bulan
Bulan
Grafik Curah Hujan Lima Stasiun Klimatologi BMG Tahun 2006 di DKI Jakarta
Grafik Curah hujan Lima Stasiun Klimatologi BMG Tahun 2004 di DKI Jakarta 1800
2500
Curah Hujan (mm)
Curah Hujan (mm)
1600 2000 1500 1000 500
1400 1200 1000 800 600 400 200 0
0 Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Bulan
Bulan
Gambar 3. Sebaran curah hujan di DKI Jakarta tahun 2002, 2003, 2004, dan 2006 4.1.1 Ozon (O3) Fluktuasi konsentrasi O3 tidak beraturan, namun pada umumnya meningkat pada pagi hari ketika radiasi matahari telah muncul dan menurun pada malam hari. Hal ini dipengaruhi kondisi meteorologi. Konsentrasi O3 tahun 2002 pada bulan terbasah sampel data polutan O3 yang digunakan adalah pada tanggal 28-31, sedangkan pada bulan terkering tanggal 7-10 Agustus (Lampiran 1 dan 2). Konsentrasi O3 rata-rata pada bulan terbasah tahun 2002 sebesar 32.06 ug/m3, dengan nilai tertinggi yang terukur 272.03 ug/m3. Pada bulan terkering konsentrasi O3 rata-rata sebesar 62.90 ug/m3 dengan nilai tertinggi yang terukur sebesar 366.32 ug/m3. Konsentrasi O3 maksimum yang terukur di lima stasiun baik pada bulan terbasah maupun terkering cenderung terjadi pada pukul 09.30-13.00 WIB. Hal ini terkait dengan penerimaan radiasi matahari tertinggi sekitar pukul 12.00. Konsentrasi O3 yang terukur mempunyai fluktuasi yang cukup tinggi, kecuali di stasiun JAF1 yang relatif stabil pada bulan Januari. pada Konsentrasi O3 cenderung menurun malam hari ketika radiasi matahari tidak ada.
Hal ini dapat dipahami karena pembentukan O3 dipengaruhi langsung oleh radiasi matahari. Perbedaan konsentrasi O3 pada bulan Januari dan bulan Agustus terlihat jelas pada fluktuasi hariannya, pada bulan Agustus konsentrasi terlihat jelas pada pagi hari akan naik sampai siang hari, namun ketika konsentrasi sudah maksimum maka fluktuasinya akan turun drastis hingga sore hari dan cenderung stabil pada malam hari. Hal ini tidak terlihat jelas pada bulan Januari yang disebabkan pembentukan awan pada bulan ini cukup tinggi. Tahun 2003 sampel data konsentrasi O3 yang digunakan pada bulan terbasah adalah tanggal 25-28 Februari dan 27-30 Juli pada bulan terkering (Lampiran 1 dan 2). Konsentrasi O3 rata-rata pada bulan terbasah tahun 2003 sebesar 37.12 ug/m3, dengan nilai tertinggi 249.05 ug/m3. Konsentrasi O3 maksimum di lima stasiun pada bulan terbasah terjadi pada pukul antara 11.00-12.00 WIB. Bulan terkering sampel data yang digunakan hanya stasiun JAF2 dan JAF4, tiga stasiun lainnya tidak ada data. Konsentrasi O3 rata-rata pada bulan terkering tahun 2003 sebesar 51.85 ug/m3, dengan nilai tertinggi sebesar 356.56
10
ug/m3. Konsentrasi O3 maksimum di kedua stasiun terjadi pada pukul 11.30 WIB. Fluktuasi O3 cenderung stabil pada malam hari dan pada pagi hari akan naik secara drastis hingga siang hari Tahun 2004 sampel data yang digunakan tanggal 16-19 Februari pada bulan terbasah dan tanggal 17 - 20 September pada bulan terkering (Lampiran 1 dan 2). Bulan terbasah tahun ini hanya menggunakan sampel data dari empat stasiun karena pada stasiun JAF3 tidak ada data. Konsentrasi O3 ratarata pada bulan terbasah tahun 2004 sebesar 45.32 ug/m3, dengan nilai tertinggi yang terukur 210.77 ug/m3. Konsentrasi O3 maksimum terjadi pada pukul 10.00-16.30 WIB. Tiga stasiun menunjukkan konsentrasi maksimum terjadi diatas pukul 14.00 WIB. Hal ini karena puncak radiasi matahari lebih lambat waktu terjadinya dibandingkan musim sebelumnya. Konsentrasi O3 maksimum sebesar 120.03 ug/m3 yang terukur di stasiun JAF5 pada pukul 16.30 WIB. Bulan terkering sampel data yang digunakan hanya dua stasiun, yaitu stasiun JAF4 dan JAF5, dengan konsentrasi maksimum terjadi pada pukul 10.30 WIB sebesar 242.22 ug/m3. Konsentrasi O3 rata-rata pada bulan terkering sebesar 70.28 ug/m3, dengan nilai tertinggi yang terukur 437.13 ug/m3. Tahun 2006 sampel data yang digunakan adalah tanggal 23-26 Januari pada bulan terbasah dan tanggal 1-4 September pada bulan terkering (Lampiran 1 dan 2). Data konsentrasi O3 pada bulan Januari hanya dua stasiun yang terukur, yaitu stasiun JAF4 dan JAF5. Konsentrasi O3 rata-rata pada bulan terbasah sebesar 46.71 ug/m3, dengan nilai tertinggi yang terukur 307.75 ug/m3. dan konsentrasi maksimum terjadi pada pukul 12.30 WIB. Sedangkan pada bulan September dua stasiun tidak ada data, yaitu stasiun JAF2 dan JAF3. Konsentrasi rata-rata pada bulan terkering sebesar 70.82 ug/m3, dengan nilai tertinggi sebesar 338.57 ug/m3. Konsentrasi maksimum terjadi pada pukul antara 11.30-13.30 WIB. Konsentrasi O3 pada bulan terkering lebih tinggi dibandingkan pada bulan terbasah. Hal ini disebabkan pada bulan terbasah radiasi matahari yang diterima permukaan bumi lebih rendah dibandingkan pada bulan terkering karena faktor keawanan turut mempengaruhi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vedal et all (2003) yang juga menyebutkan konsentrasi O3 pada musim panas lebih tinggi dibandingkan pada musim dingin. 4.1.2 Partikulat Matter 10 (PM10) Fluktuasi konsentrasi PM10 cenderung lebih tidak beraturan dibandingkan O3 karena konsentrasinya tergantung dari sumber emisi, seperti kendaraan bermotor dan industri serta juga lebih mudah terjadi “pencucian” oleh curah hujan. Lampiran 3 dan 4 menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi tidak menentu baik pada pagi hari, siang hari, maupun malam hari. Sampel data yang digunakan dari tahun 2002, 2003, 2004, dan 2006 adalah tanggal yang sama dengan sampel data O3. Konsentrasi PM10 tahun 2002 pada bulan terbasah hanya empat stasiun ynag ada datanya sedangkan satu stasiun tidak ada data, yaitu stasiun JAF4. Konsentrasi rata-rata PM10 pada bulan terbasah tahun 2002 sebesar 52.22 ug/m3, dengan nilai tertinggi 324.14 ug/m3. Konsentrasi PM10 pada bulan ini cenderung mengikuti kepadatan arus lalu lintas di DKI Jakarta yang, biasanya terjadi pada pagi hari pukul 06.00-12.30 WIB, cenderung naik dan kemudian setelah itu turun hingga pukul 05.00 WIB dan kemudian naik kembali hingga malam hari. Pada bulan terkering konsentrasi PM10 lebih berfluktuasi dibandingkan O3 namun konsentrasi PM10 maksimum biasanya terjadi antara pukul 06.30-9.00 WIB, artinya mengikuti waktu padatnya lalu lintas. Konsentrasi rata-rata pada bulan terkering sebesar 93.27 ug/m3, dengan nilai tertinggi 508.85 ug/m3. Tahun 2003 konsentrasi PM10 pada bulan terbasah relatif stabil dengan rata-rata dibawah 100 ug/m3 di lima stasiun. Namun ada fenomena menarik, yaitu terjadi kenaikan konsentrasi PM10 yang cukup drastis pada tanggal 28 Februari pada pukul 22.00-24.00 WIB di stasiun JAF1, JAF3, JAF4 dan JAF5 dengan konsentrasi yang cukup jauh dari jamjam sebelumnya. Hal ini menunjukkan ada suatu kondisi yang secara tiba-tiba membuat konsentrasi PM10 naik. Konsentrasi maksimum di empat stasiun pada saat itu antara 187.64 ug/m3 di stasiun JAF3 dan 257.37 ug/m3 di stasiun JAF1, akan tetapi konsentrasi maksimum di stasiun JAF1 dalam Lampiran 3 bukanlah maksimum pada waktu tersebut, tapi tepatnya pada hari sebelumnya dengan konsentrasi 337.84 ug/m3 yang terjadi pada pukul 21.00 WIB. Bulan terkering sampel
11
datanya hanya dari stasiun JAF2, JAF4, dan JAF5. Lampiran 4 menunjukkan bahwa pada bulan ini konsentrasi PM10 cenderung naik pada pukul 07.00-10.10 WIB. Hal ini dapat dipahami karena pada waktu tersebut biasanya kepadatan lalu lintas cukup padat. Konsentrasi rata-rata PM10 pada bulan terbasah tahun 2003 sebesar 46.25 ug/m3. Konsentrasi PM10 maksimum yang terukur sebesar 224.10 ug/m3 di stasiun JAF4 yang terjadi pada pukul 08.30 WIB. Tanggal 28 Juli mulai pukul 19.00 WIB sampai dini hari konsentrasi PM10 mencapai lebih dari 100 ug/m3, pada waktu yang sama di hari lainnya konsentrasinya kurang dari 100 ug/m3, artinya pada tanggal 28 lalu lintas pada malam hari cukup padat dibandingkan hari lainnya. Tahun 2004 stasiun JAF1 dan JAF3 tidak ada data pada bulan Februari (bulan terbasah). Konsentrasi PM10 di bulan ini dari tiga stasiun dapat dilihat bahwa konsentrasi maksimum 130.09 ug/m3 di stasun JAF2 pada pukul 21.30 WIB, 2971.42 ug/m3 di JAF4 pukul 09.00WIB, dan 15.16 ug/m3 di JAF5 pukul 23.30. Fluktuasinya cukup bervariasi dengan konsentrasi rata-rata di bawah 60 ug/m3 (Lampiran 3), sedangkan pada bulan September (bulan terkering) data hanya berasal dari dua stasiun, yaitu stasiun JAF1 dan JAF5 (Lampiran 4). Konsentrasi PM10 rata-rata pada bulan ini diatas 100 ug/m3 dengan konsentrasi maksimum sebesar 242.45 ug/m3 di JAF1 pada pukul 07.00 WIB dan 380.08 ug/m3 di JAF5 pada pukul 08.00 WIB. Tahun 2006, pada bulan Januari (bulan terbasah) hanya stasiun JAF1 dan JAF5 yang ada data konsentrasi polutan PM10, dengan konsentrasi rata-rata di bawah 60 ug/m3 (Lampiran 3). Data konsentrasi PM10 di stasiun JAF1 hanya setengah dari jumlah data seharusnya. Konsentrasi maksimum sebesar 70.09 ug/m3 di stasiun JAF1 dan 134.56 ug/m3 di stasiun JAF5. Bulan September (bulan terkering) stasiun JAF2 dan JAF3 tidak ada data konsentrasi polutan PM10. Konsentrasi PM10 rata-rata di tiga stasiun diatas 60 ug/m3 (Lampiran 4. Konsentrasi maksimum diatas 200 ug/m3 di tiga stasiun. Konsentrasi PM10 pada bulan terkering lebih tinggi dibandingkan pada bulan terbasah. Hal ini terkait dengan curah hujan yang diterima pada bulan terkering lebih rendah dibandingkan pada bulan terbasah. Hasil analisis ini juga sesuai dengan penelitian
Rahmawati (1997) tentang kualitas udara di Jakarta untuk polutan PM10. 4.2 Analisa Kondisi Meteorologi dan Konsentrasi Polutan 4.2.1 Radiasi Matahari Radiasi matahari merupakan sumber utama energi di atmosfer, pengendali cuaca dan iklim, penyebab utama perubahan dan pergerakan di atmosfer serta sebagai sumber energi dari segala kehidupan di bumi. Berdasarkan Lampiran 1 sampai 4 bulan Januari (bulan terbasah) 2002 radiasi matahari rata-rata di DKI Jakarta di lima stasiun adalah 152 W/m2 dengan radiasi tertinggi 975.61 W/m2, sedangkan pada bulan Agustus (bulan terkering) radiasi matahari rata-rata yang diterima adalah 171.09 W/m2 dan radiasi tertinggi sebesar 829.22 W/m2. Bulan Februari 2003 (bulan terbasah) radiasi matahari rata-rata yang diterima sebesar 133.12 W/m2 dan radiasi tertinggi 1014.10 W/m2, sedangkan pada bulan Juli (bulan terkering) radiasi matahari rata-rata yang diterima sebesar 153.94 W/m2 dan radiasi tertinggi sebesar 736.13 W/m2. Bulan Februari 2004 radiasi matahari rata-rata yang diterima sebesar 118.03 W/m2 dengan radisi tertinggi sebesar 974.53 W/m2, sedangkan pada bulan September sebesar 192.19 W/m2 dengan radiasi tertinggi sebesar 865.13 W/m2. Bulan Januari 2006 (bulan terbasah) radiasi matahari rata-rata sebesar 120.23 W/m2 dengan radiasi tertinggi 958.16 W/m2, sedangkan pada bulan september radiasi matahari rata-rata sebesar 143.59 W/m2 dengan radiasi tertinggi 751.42 W/m2. Puncak radiasi matahari biasanya terjadi antara pukul 11.30 WIB – 14.30 WIB. Fluktuasi radiasi matahari mempunyai pengaruh positif terhadap fluktuasi polutan O3 dan PM10 yang ditunjukkan dengan nilai koefisien positif. Artinya semakin tinggi radiasi matahari maka semakin tinggi pula konsentrasi polutan. Nilai R2 antara fluktuasi radiasi matahari dan konsentrasi O3 antara 0.24 sampai 0.75, sedangkan nilai R2 antara fluktuasi radiasi matahari dan fluktuasi konsentrasi PM10 0.002 sampai 0.5. 4.2.2 Kecepatan Angin Berdasarkan Lampiran 1 sampai 4 kecepatan angin rata-rata bulan Januari 2002 di lima stasiun adalah 2.15 m/s dengan kecepatan angin tertinggi mencapai 17.59 m/s, sedangkan pada bulan Agustus 2002 kecepatan angin rata-
12
rata 2.28 m/s dengan kecepatan angin tertinggi mencapai 16.70 m/s. Bulan Februari 2003 kecepatan angin rata-rata sebesar 2.08 m/s dengan kecepatan angin tertinggi sebesar 14.90 m/s, sedangkan pada bulan Juli kecepatan angin rata-ratanya 1.25 m/s dengan kecepatan tertinggi mencapai 6.06 m/s Kecepatan angin rata-rata bulan Februari 2004 sebesar 1.29 m/s dengan nilai teringgi mencapai 5.66 m/s, sedangkan bulan September 2004 kecepatan angin rata-ratanya 0.95 m/s dengan kecepatan tertinggi mencapai 4.85 m/s. Bulan Januari 2006 kecepatan angin rata-ratanya 1.01 m/s dengan kecepatan tertinggi mencapai 4.37 m/s, sedangkan pada bulan September 2006 kecepatan angin rata-rata 0.84 m/s dengan kecepatan tertinggi mencapai 4.07 m/s. Berdasarkan data kecepatan angin rata-rata dari tahun 2002 sampai 2006 mengalami penurunan. Kecepatan angin tertinggi biasanya terjadi pada siang hari sampai sore hari, sedangkan pada pagi dan malam hari biasanya rendah. Hal ini terkait dengan adanya penerimaan radiasi matahari di DKI Jakarta yang tidak merata dan juga stabilitas atmosefer. Fluktuasi kecepatan angin mempunyai pengaruh yang positif terhadap fluktuasi polutan O3, hal ini ditandai dengan nilai korelasi yang positif. Nilai R2 antara fluktuasi kecepatan angin dengan fluktuasi polutan O3 antara 0.0013 sampai 0.6. Fluktuasi kecepatan angin dan fluktuasi konsentrasi PM10 berkorelasi negatif, dengan nilai R2 antara 0.001sampai 0.65. Nilai R2 yang relatif kecil baik pada O3 maupun PM10 menunjukan bahwa fluktuasi kecepatan angin tidak terlalu berpengaruh terhadap fluktuasi polutan. 4.2.3 Suhu Udara Berdasarkan Lampiran 1 sampai 4 suhu udara rata-rata di DKI Jakarta pada bulan Januari 2002 (bulan terbasah) adalah 270C dengan suhu udara tertinggi mencapai 36.660C, sedangkan pada bulan September (bulan terkering) suhu udara rata-ratanya 28.290C dengan suhu udara tertinggi mencapai 34.810C. Pada bulan Februari 2003 suhu udara rataratanya 26.910C dengan suhu tertinggi mencapai 34.290C, sedangkan pada bulan Juli 2003 suhu udara rata-rata 28.20C dengan suhu udara tertinggi mencapai 35.030C. Suhu udara rata-rata pada bulan Februari 2004 26.830C dengan suhu tertinggi mencapai 33.110C, sedangkan pada bulan September 2004 suhu
udara rata-rata sebesar 28.800C dengan suhu tertinggi mencapai 36.720C. Bulan Januari 2006 suhu udara rata-rata sebesar 26.450C dengan suhu tertinggi mencapai 33.670C, sedangkan pada bulan September 2006 suhu udara rata-rata sebesar 28.240C dengan suhu tertinggi mencapai 36.020C. Suhu udara tertinggi biasanya terjadi pada siang hari pukul 12.00 WIB – 14.30 WIB. Fluktuasi suhu udara berkorelasi positif terhadap fluktuasi konsentrasi O3, dengan nilai R2 antara 0.40 sampai 0.85; Fluktuasi suhu udara terhadap konsentrasi PM10 berkorelasi positif pada bulan terbasah dengan nilai R2 0.001 sampai 0.20; sedangkan pada bulan terkering berkorelasi negatif dengan nilai R2 antara -0.0006 sampai -0.6. Korelasi antara fluktuasi suhu udara dengan PM10 berbeda antara bulan terbasah dan terkering, menunjukan bahwa pengaruh suhu udara terhadap konsentrasi PM10 kecil, yang ditunjukan oleh nilai R2 yang kecil. 4.2.4 Kelembaban Udara Berdasarkan Lampiran 1 sampai 4 dapat diketahui bahwa kelembaban udara ratarata di DKI Jakarta pada bulan Januari 2002 mencapai 83.36%, sedangkan pada bulan Agustus 2002 hamya 68.63%. Bulan Februari 2003 kelembaban udara rata-rata mencapai 82.89%, sedangkan pada bulan Juli 2003 hanya 69.58%. Bulan Februari 2004 kelembaban udara rata-rata mencapai 82.78%, sedangkan pada bulan September 2004 (bulan terkering) hanya 69.16%. Kelembaban udara rata-rata bulan Januari 2006 mencapai 83.97 %, sedangkan pada bulan September 2006 (bulan terkering) hanya 66.97%. Fluktuasi kelmbaban udara berkrelasi negatif terhadap fluktuasi konsentrasi O3, dengan nilai R2 antara 0.20 sampai 0.81. Fluktuasi kelembaban udara pada bulan terbasah berkorelasi negatif terhadap fluktuasi konsentrasi PM10, dengan nilai R2 antara -0.01 sampai -0.09, sedangkan pada bulan terkering berkorelasi positif terhadap fluktuasi konsentrasi PM10, dengan nilai R2 antara 0.0006 sampai 0.6. Fluktuasi kelembaban udara mempunyai pengaruh yang berbeda antara bulan terbasah dan terkering terhadap fluktuasi PM10 menunjukan bahwa pengaruhnya kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai R2-nya.
13
Tabel 4. Hasil analisis regresi linier berganda antara O3 (ug/m3) dengan faktor iklim Koefisien No Stasiun dterminasi Persamaan regresi (R2) 1 JAF1 72.7% O3 = -66.1 + 6.37 T udara + 0.0237 Rad - 0.798 RH - 0.88 Kec angin 2 JAF2 35.0% O3 = -180 + 5.52 T udara + 0.0226 Rad + 0.490 RH - 1.19 Kec angin 3 JAF3 64.5% O3 = -61.9 + 4.59 T udara + 0.0491 Rad - 0.334 RH - 0.491 Kec angin 4 JAF4 45.6% O3 = 116 + 0.662 T udara + 0.0212 Rad - 0.990 RH - 4.08 Kec angin 5 JAF5 52.5% O3 = -114 + 4.02 T udara + 0.0700 Rad + 1.31 RH - 8.19 Kec angin Tabel 5. Hasil analisis regresi linier berganda antara PM10 (ug/m3) dengan faktor iklim Koefisien No Stasiun dterminasi Persamaan regresi (R2) 1 JAF1 37.0% PM10 = 215 - 5.64 T udara + 0.0742 Rad + 0.790 RH - 11.8 Kec angin 2 JAF2 15.2% PM10 = -161 + 6.10 T udara + 0.0139 Rad + 0.614 RH - 11.3 Kec angin 3 JAF3 12.9% PM10 = -595 + 18.1 T udara - 0.0305 Rad + 2.11 RH - 2.49 Kec angin 4 JAF4 16.4% PM10 = -660 + 19.5 T udara - 0.0258 Rad + 2.40 RH - 15.2 Kec angin 5 JAF5 52.5% PM10 = -69.5 + 5.17 T udara + 0.0970 Rad - 0.370 RH - 10.3 Kec angin 4.3 Uji Korelasi Berdasarkan Lampiran 7 dapat diketahui bahwa ada korelasi antara faktor meteorologi dengan konsentrasi polutan O3. Hal ini dapat ditunjukan oleh nilai p value yang lebih besar dari nilai α di seluruh stasiun, sehingga kesimpulannya adalah tolak H0. Lampiran 7 juga menunjukan bahwa hasil uji korelasi antara faktor meteorologi dengan konsentrasi polutan PM10. Hasil uji korelasi menunjukan bahwa tidak semua faktor meteorologi berkorelasi terhadap konsentrasi polutan PM10. Pada stasiun JAF1 ada korelasi antara faktor meteorologi dan konsentrasi PM10. Stasiun JAF22 hanya kecepatan angin yang berkorelasi dengan konsentrasi PM10. Stasiun JAF3 hanya kecepatan angin dan suhu udara yang berkorelasi dengan konsentrasi PM10. Stasiun JAF4 dan JAF5 hanya suhu udara yang tidak berkorelasi dengan konsentrasi polutan. Dari stasiun JAF1 sampai JAF5 dapat diketahui bahwa kecepatan angin berkorelasi dengan konsentrasi PM10. Hal ini karena partikulat mudah terjadi dispersi oleh angin sehingga sangat berpengaruh terhadap konsentrasinya. 4.4 Regresi Berganda Rendahnya nilai korelasi pada salah satu faktor meteorologi karena analisis yang dilakukan hanya berupa korelasi tunggal pada masing-masing faktor meteorologi. Sedangkan keempat faktor meteorologi secara bersamasama mempengaruhi konsentrasi polutan. Untuk itu dilakukan regresi berganda. Hasil
regresi berganda antara faktor meteorologi dan konsentrasi polutan dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Berdasarkan Tabel 4, Tabel 5, dan Lampiran 7 hasil regresi berganda kurang tepat karena menunjukan ada korelasi kuat diantara fakor meteorologi itu sendiri atau disebut ada multikolinieritas. Untuk itu dilakukan analisis regresi stepwise. 4.5 Regresi Stepwise Metode ini untuk mengetahui faktor meteorologi mana yang paling berpengaruh terhadap konsentrasi polutan di DKI Jakarta. Metode regresi stepwise merupakan solusi bagi regresi linier berganda yang peubah-peubah bebasnya saling berkorelasi atau disebut juga ada multikolinearitas (Iriawan dan Astuti, 2006). Berdasarkan Lampiran 7 ada multikolinieritas antarfaktor meteorologi sehingga perlu dilakukan regresi stepwise. Hasil analisis regresi stepwise dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7, yang menunjukan pada tiap stasiun pengukur terdapat faktor meteorologi yang tidak dimasukkan sebagai peubah bebas atau faktor yang mempengaruhi polutan dan ada juga yang tetap dimasukkan sebagai fakor yang mempengaruhi polutan O3 dan PM10. Hal ini disebabkan diantara faktor-faktor meteorologi tersebut ada yang saling berkorelasi kuat sehingga ada faktor meteorologi yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
14
Tabel 6. Hasil analisis regresi stepwise antara O3 (ug/m3) dengan faktor meteorologi No
Stasiun
1 2 3 4 5
JAF1 JAF2 JAF3 JAF4 JAF5
Variabel yang dihilangkan Kec angin Tidak ada Tidak ada T udara Tidak ada
Koefisien dterminasi (R2) 72.77% 34.97% 64.50% 45.54% 52.53%
Persamaan regresi O3 = -65.7 + 6.27 T udara + 0.0241 Rad - 0.779 RH O3 = -180 + 5.52 T udara + 0.0226 Rad + 0.490 RH - 1.19 Kec angin O3 = -61.9 + 4.59 T udara + 0.0491 Rad - 0.334 RH - 0.491 Kec angin O3 = 141.8 + 0.0223 Rad - 1.081 RH - 4.01 Kec angin O3 = -69.5 + 5.17 T udara + 0.0970 Rad - 0.370 RH - 10.3 Kec angin
Tabel 7. Hasil analisis regresi stepwise antara PM10 (ug/m3) dengan faktor meteorologi No
Stasiun
1 2 3 4 5
JAF1 JAF2 JAF3 JAF4 JAF5
Variabel yang dihilangkan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Koefisien dterminasi (R2) 36.95% 15.32% 12.88% 16.44% 52.15%
Persamaan regresi PM10 = 215 - 5.64 T udara + 0.0742 Rad + 0.790 RH - 11.8 Kec angin PM10 = -161 + 6.10 T udara + 0.0139 Rad + 0.614 RH - 11.3 Kec angin PM10 = -595 + 18.1 T udara - 0.0305 Rad + 2.11 RH - 2.49 Kec angin PM10 = -660 + 19.5 T udara - 0.0258 Rad + 2.40 RH - 15.2 Kec angin PM10 = -114 + 4.02 T udara + 0.0700 Rad + 1.31 RH - 8.19 Kec angin
Tabel 6 menunjukan bahwa korelasi antara faktor meteorologi dengan polutan O3 cukup erat yang ditunjukkan dengan nilai R2 yang besar. Stasiun JAF1 menunjukkan bahwa kecepatan angin tidak perlu dimasukkan dalam model regresi. Artinya kecepatan angin berkorelasi dengan faktor meteorologi lainnya sehingga sudah diwakili oleh faktor meteorologi lainnya, sedangkan di JAF4 suhu udara yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Rata-rata nilai R2 pada Tabel 6 diatas 50%, artinya faktor meteorologi mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap konsentrasi polutan. Tabel 7 menunjukkan bahwa pengaruh faktor meteorologi terhadap polutan PM10 tidak terlalu berpengaruh, yang ditunjukkan dengan nilai R2 yang kecil. Hal ini dapat dipahami karena polutan yang terukur belum tentu berasal dari daerah lokasi stasiun pengukuran. Sumber emisi, seperti kendaraan bermotor dan juga faktor meteorologi lainnya, yaitu curah hujan juga berpengaruh terhadap konsentrasi PM10. Seluruh faktor meteorologi dimasukan dalam persamaan, artinya ada korelasi antara faktor metorologi dengan konsentrasi plutan namun tidak cukup kuat. 4.6 Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di DKI Jakarta Nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang dianalisis adalah pada bulan terbasah dan bulan terkering tahun 2002, 2003, 2004, dan 2006. Nilai ISPU di DKI Jakarta pada tahun-tahun tersebut bervariasi dengan
kategori “baik” sampai “tidak sehat”. Nilai ISPU dalam lima tahun tersebut pada bulan terbasah mayoritas termasuk kategori “baik”, hanya beberapa wilayah yang termasuk kategori “sedang” dan “tidak sehat”. Pada bulan terkering, mayoritas didominasi oleh nilai ISPU dengan kategori “sedang”, namun ada juga beberapa wilayah yang termasuk kategori “baik” dan “tidak sehat”. 4.6.1 Ozon (O3 ) Ketersediaan data O3 harian pada tahun 2002 berbeda-beda di setiap stasiun pengamatan. Data yang tersedia pada bulan terbasah tahun 2002 di JAF1 96.8% dan pada bulan terkering 87.1%, JAF2 pada bulan terbasah data tidak tersedia dan pada bulan terkering 64.5%, JAF3 93.5% pada bulan terbasah dan pada bulan terkering 100 %, JAF4 100% pada bulan terbasah dan terkering, serta JAF5 83.9% pada bulan terbasah dan 100% pada bulan terkering. Berdasarkan kategori ISPU, dari kelima stasiun tersebut JAF4 merupakan stasiun terburuk, yaitu mempunyai satu hari tidak sehat pada bulan terbasah dan sepuluh hari tidak sehat pada bulan terkering (Tabel 8). Hal ini dapat dimengerti karena lokasinya yang berada di daerah perkantoran sehingga lalu lintas di sana cukup padat. Tahun 2003 data O3 harian yang tersedia di stasiun JAF1 82.1% pada bulan terbasah dan 22.6% pada bulan terkering, di stasiun JAF2 71.4% pada bulan terbasah dan 29% pada bulan terkering, di stasiun JAF3 64.3% pada bulan terbasah dan pada bulan
15
Tabel 8. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 tahun 2002 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 29
JAF4 Bulan Kering 1
Bulan Basah 19
JAF5 Bulan Kering 12
Baik
Bulan Basah 19
Bulan Kering 8
Bulan Basah 0
Bulan Kering 10
Bulan Basah 24
Sedang
11
17
0
9
5
21
1
20
5
12
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
2
0
1
0
10
1
10
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
1
4
31
11
2
0
0
0
7
0
Jumlah Hari
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
Tabel 9. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 tahun 2003 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 24
JAF4 Bulan Kering 26
Bulan Basah 28
JAF5 Bulan Kering 4
Baik
Bulan Basah 17
Bulan Kering 3
Bulan Basah 17
Bulan Kering 7
Bulan Basah 15
Sedang
6
4
3
2
3
0
4
1
0
18
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
5
24
8
22
10
31
0
4
0
7
Jumlah Hari
28
31
28
31
28
31
28
31
28
31
Tabel 10. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 tahun 2004 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 24
JAF4 Bulan Kering 1
Bulan Basah 20
JAF5 Bulan Kering 2
Baik
Bulan Basah 22
Bulan Kering 2
Bulan Basah 20
Bulan Kering 0
Bulan Basah 0
Sedang
7
0
0
0
0
0
1
13
9
16
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
0
28
9
30
29
30
4
15
0
10
Jumlah Hari
29
30
29
30
29
30
29
30
29
30
Tabel 11. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU O3 tahun 2006 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 3
JAF4 Bulan Kering 0
Bulan Basah 24
JAF5 Bulan Kering 4
Baik
Bulan Basah 0
Bulan Kering 2
Bulan Basah 0
Bulan Kering 0
Bulan Basah 0
Sedang
0
20
0
0
0
0
4
18
6
24
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
6
0
0
0
0
0
12
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
31
2
31
30
31
30
24
0
1
1
Jumlah Hari
31
30
31
30
31
30
31
30
31
30
16
Gambar 4. Grafik ISPU O3 tahun 2002 di DKI Jakarta
Gambar 5. Grafik ISPU O3 tahun 2003 di DKI Jakarta Grafik Nilai ISPU O3 Tahun 2003 di DKI Jakarta
Grafik ISPU O3 Tahun 2002 di DKI Jakarta 100
140
90
70
80
60
ISPU
80
100
IS P U
120
60
50 40
40
30
20
20 10
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
0
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Bulan JAF1
JAF2
JAF3
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Bulan
JAF4
JAF5
JAF1
Gambar 6. Grafik ISPU O3 tahun 2004 di DKI Jakarta
JAF2
JAF3
JAF4
JAF5
Gambar 7. Grafik ISPU O3 tahun 2006 di DKI Jakarta Grafik Nilai ISPU O3 Tahun 2006 di DKI Jakarta
Grafik Nilai ISPU O3 Tahun 2004 di DKI Jakarta 160
120
140
100
120
80
ISPU
ISPU
100 80
60
60
40 40
20
20 0
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Se p
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Bulan JAF1
JAF2
JAF3
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Bulan JAF4
JAF5
terkering data tidak tersedia, di stasiun JAF4 100% pada bulan terbasah dan 87.1% pada bulan terkering, sedangkan JAF5 100% pada bulan terbasah dan 77.4% pada bulan terkering. Berdasarkan Tabel 9, stasiun JAF5 pada bulan terbasah merupakan yang paling baik, yaitu selama satu bulan penuh merupakan hari “baik”, tetapi ketika bulan terkering merupakan stasiun terburuk, yaitu memiliki dua hari “tidak sehat”, hal ini berkaitan dengan besarnya radiasi matahari yang diterima. Data O3 harian yang tersedia tahun 2004 di stasiun JAF1 100% pada bulan terbasah dan 6.67% pada bulan terkering, di JAF2 69% pada bulan terbasah dan data tidak tersedia pada bulan terkering, di JAF3 data tidak tersedia, di JAF4 86.2% pada bulan terbasah dan 50% pada bulan terkering, sedangkan di JAF5 100% pada bulan terbasah dan 66.67% pada bulan terkering. Berdasarkan Tabel 10, stasiun JAF5 merupakan yang terburuk dibandingkan stasiun lainnya, yaitu mempunyai sembilan hari “sedang” pada bulan terbasah dan dua hari “tidak sehat” pada bulan terkering. Tahun 2006 ketersediaan data O3 harian di JAF1 tidak ada pada bulan terbasah dan 93.3 % pada bulan terkering, di JAF 2 dan
JAF1
JAF3
JAF4
JAF5
JAF3 data tidak tersedia, di JAF4 22.6% pada bulan terbasah dan 100% pada bulan terkering, sedangkan di JAF5 96.8% pada bulan terbasah dan 96.67% pada bulan terkering. Berdasarkan Tabel 11 stasiun JAF5 mempunyai kategori ISPU terburuk pada bulan terbasah dibandingkan stasiun lainnya, yaitu mempunyai enam hari “sedang”, sedangkan pada bulan terkering JAF1 mempunyai kategori ISPU terburuk dibandingkan stasiun lainnya, yaitu mempunyai enam hari “tidak sehat” selama satu bulan. Nilai ISPU selama satu tahun dari tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 4, 5, 6, dan 7. 4.6.2 Partikulat Matter 10 (PM10) Ketersediaan data ISPU dari tahun 2002 sampai 2006 untuk PM10 pada lima titik stasiun pengukuran berbeda-beda. Tahun 2002 pada bulan terbasah data yang tersedia di stasiun JAF1 sebesar 96.8% dan pada bulan terkering 100%, di JAF2 data tidak tersedia pada bulan terbasah dan 74.2% pada bulan terkering, JAF3 71% pada bulan terbasah dan 100% pada bulan terkering, JAF4 hanya 16.1% pada bulan terbasah dan 100% pada bulan terkering, sedangkan di JAF5 100% pada bulan
17
Tabel 12. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 tahun 2002 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 3
JAF4 Bulan Kering 0
Bulan Basah 19
JAF5 Bulan Kering 0
Baik
Bulan Basah 13
Bulan Kering 0
Bulan Basah 0
Bulan Kering 0
Bulan Basah 13
Sedang
17
30
0
23
9
31
2
31
12
30
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
1
0
31
8
9
0
26
0
0
0
Jumlah Hari
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
Tabel 13. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 tahun 2003 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 9
JAF4 Bulan Kering 0
Bulan Basah 5
JAF5 Bulan Kering 0
Baik
Bulan Basah 11
Bulan Kering 0
Bulan Basah 17
Bulan Kering 0
Bulan Basah 14
Sedang
6
7
8
9
4
0
7
27
2
29
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
11
24
3
22
10
31
12
4
21
2
Jumlah Hari
28
31
28
31
28
31
28
31
28
31
Tabel 14. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 tahun 2004 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
Baik
Bulan Basah 0
Bulan Kering 0
Bulan Basah 9
Bulan Kering 0
Bulan Basah 0
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 17
JAF4 Bulan Kering 0
Bulan Basah 10
JAF5 Bulan Kering 0
Sedang
2
23
1
0
0
0
8
6
6
30
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
27
7
19
30
29
30
4
24
13
0
Jumlah Hari
29
30
29
30
29
30
29
30
29
30
Tabel 15. Kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan ISPU PM10 tahun 2006 Jumlah Hari JAF1
Kategori
JAF2
JAF3 Bulan Kering 0
Bulan Basah 6
JAF4 Bulan Kering 0
Bulan Basah 26
JAF5 Bulan Kering 0
Baik
Bulan Basah 4
Bulan Kering 0
Bulan Basah 0
Bulan Kering 0
Bulan Basah 14
Sedang
17
29
0
0
5
0
1
30
4
29
Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak Terukur
10
0
31
30
12
30
24
0
1
1
Jumlah Hari
31
30
31
30
31
30
31
30
31
30
18
Gambar 8. Grafik ISPU PM10 tahun 2002 di DKI Jakarta
Gambar 9. Grafik ISPU PM10 tahun 2003 di DKI Jakarta Grafik ISPU PM10 Tahun 2003 di DKI Jakarta
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
90 80 70 60 ISPU
ISPU
Grafik ISPU PM10 Tahun 2002 di DKI Jakarta
50 40 30 20 10 0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Bulan JAF1
JAF2
JAF3
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Bulan JAF4
JAF5
JAF1
Gambar 10. Grafik ISPU PM10 tahun 2004 di DKI Jakarta
JAF2
JAF3
JAF4
JAF5
Gambar 11. Grafik ISPU PM10 tahun 2006 di DKI Jakarta Grafik ISPU PM10 Tahun 2006 di DKI Jakarta
Grafik ISPU PM10 Tahun 2004 di DKI Jakarta 90
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
80 70 60 ISPU
ISPU
Jun
50 40 30 20 10 0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
JAF1
JAF2
JAF3
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Bulan
Bulan JAF4
JAF5
terbasah dan terkering. Stasiun JAF1 memiliki jumlah hari yang terburuk dibandingkan stasiun lainnya, yaitu memiliki 17 hari “sedang” pada bulan terbasah dan satu hari “tidak sehat” pada bulan terkering (Tabel 12). Stasiun JAF1 merupakan peruntukan wilayah pemukiman (Tabel 2). Tahun 2003 ketersediaan data di JAF1 sebesar 60.7% pada bulan terbasah dan hanya 22.6% pada bulan terkering, JAF2 89.3% pada bulan terbasah dan 29% pada bulan terkering, di stasiun JAF3 sebesar 64.3% pada bulan terbasah dan pada bulan terkering tidak ada data, di stasiun JAF4 57.1 % pada bulan terbasah dan 87.1% pada bulan terkering, sedangkan di stasiun JAF5 sebesar 25% pada bulan terbasah dan 93.5% pada bulan terkering. Perbandingan diantara kelima stasiun pada tahun 2003, stasiun JAF4 merupakan yang terburuk yatiu memiliki tujuh hari “sedang” pada bulan terbasah dan 27 hari “sedang” pada bulan terkering (Tabel 13). Stasiun JAF4 merupakan peruntukan wilayah perkantoran sehingga banyak kendaraan yang melewati wilayah tersebut.
JAF1
JAF2
JAF3
JAF4
JAF5
Data PM10 harian yang tersedia tahun 2004 di JAF1 pada bulan terbasah sebesar 6.9% dan pada bulan terkering 76.6%, di JAF2 pada bulan terbasah 34.5% dan tidak ada data pada bulan terkering, di JAF3 tidak ada data pada bulan terbasah dan terkering, di JAF4 86.2% pada bulan terbasah dan pada bulan terkering 20%, sedangkan di JAF5 55.2% pada bulan terbasah dan 100% pada bulan terkering. Diantara kelima stasiun, kualitas udara di JAF5 merupakan yang terburuk berdasarkan ISPU, yaitu memilki enam hari “sedang” pada bulan terbasah dan 30 hari atau sebulan penuh “sedang” pada bulan terkering (Tabel 14). Stasiun JAF5 merupakan peruntukan wilayah permukiman. Tahun 2006 ketersediaan data di JAF1 sebesar 67.7% pada bulan terbasah dan 96.6% pada bulan terkering, di JAF2 data tidak tersedia baik pada bulan terbasah maupun terkering, di JAF3 ketersediaan data pada bulan terbasah sebesar 61.3% dan pada bulan terkering tidak ada data, di JAF4 ketersediaan data pada bulan terbasah sebesar 22.6% dan pada bulan terkering sebesar 100%, sedangkan di JAF5 ketersediaan data pada bulan terbasah
19
sebesar 96.8% dan pada bulan terkering sebesar 96.6%. Berdasarkan Tabel 15 stasiun JAF1 mempunyai kategori ISPU terburuk baik pada bulan terbasah maupun terkering. Hal ini ditunjukkan pada bulan terbasah mempunyai 17 hari kategori “sedang” dan satu hari “tidak sehat” pada bulan terkering. Nilai ISPU selama satu tahun pada tiap bulan dapat dilihat pada Gambar 8, 9, 10, dan 11. 4.7 Persebaran Polutan O3 dan PM10 di DKI Jakarta Persebaran Polutan O3 dan PM10 hanya berdasarkan data konsentrasi dari lima stasiun yang ada di Jakarta serta kategori kualitas udara berdasarkan ISPU yang dipengaruhi oleh faktor meteorologi, yaitu arah angin yang diterima pada bulan terbasah dan terkering. Data curah hujan yang terukur hanya digunakan untuk mengetahui musim yang sedang terjadi di Jakarta karena lokasi stasiun pengukurnya berbeda dengan stasiun pengukur polutan dan faktor meteorologi lainnya. 4.7.1 Ozon (O3 ) 4.7.1.1 Bulan terbasah Konsentrasi O3 pada bulan terbasah terjadi peningkatan, dari 19-36 ug/m3 tahun 2002 menjadi 28-64 ug/m3 pada tahun 2006 artinya terjadi peningkatan sebesar 32% - 44 % selama lima tahun. Menurut ISPU, kondisi udara Jakarta dari tahun 2002-2006 termasuk kategori “baik”, hanya pada tahun 2006 terdapat beberapa wilayah yang termasuk kategori “sedang” (Lampiran 5). Artinya, kualitas udara Jakarta selama lima tahun ini tidak berpengaruh pada kesehatan manusia (keputusan menteri lingkungan hidup no. 45, 1997). Arah angin yang mendominasi pada tahun 2002 bertiup dari arah selatan dan barat ke arah timur dengan kecepatan rata-rata antara satu sampai lima meter per detik. Hal ini menyebabkan terjadi penumpukan konsentrasi O3 di bagian timur Jakarta. Kualitas udara pada bulan terbasah tahun 2002 termasuk kategori “baik”, dengan kisaran nilai ISPU 40. Pada tahun 2003 arah angin yang mendominasi bertiup dari arah utara menuju tenggara dan juga menuju selatan melalui barat dengan kecepatan rata-rata antara 0.6 sampai 5.4 meter per detik. Hal ini mengakibatkan terjadi penumpukan konsentrasi O3 di bagian timur sampai tenggara Jakarta seperti di
kecamatan Cakung dan bagian barat Jakarta seperti di kecamatan Kembangan. Terjadinya penumpukan konsentrasi O3 di wilayah tersebut karena lokasi pengukuran yang berada di kecamatan Cakung (JAF1) dan kecamatan Kembangan (JAF4). Menurut ISPU, pada tahun ini Jakarta termasuk kategori “baik” dengan nilai antara 20 sampai 44. Tahun 2004, ada dua arah angin yang mendominasi, yang pertama dari selatan bertiup ke arah timur, sedangkan yang kedua dari arah utara menuju barat. Kecepatan angin rata-rata tahun ini hampir merata di seluruh wilayah Jakarta, yaitu sekitar satu meter per detik. Persebaran konsentrasi O3 tertinggi di wilayah pusat Jakarta, yaitu di kecamatan Setiabudi, yang disebabkan oleh pertemuan dua arah angin yang bertiup. Konsentrasi O3 rata-rata pada tahun ini berkisar antara 8-70 ug/m3. Menurut kategori ISPU, kualitas udara pada tahun ini “baik”. Tahun 2006, arah angin yang mendominasi bertiup dari utara menuju timur Jakarta dengan kecepatan rata-rata sekitar satu meter per detik. Kualitas udara Jakarta pada tahun ini sebagian besar “baik” menurut kategori ISPU, hanya beberapa wilayah yang termasuk kategori “sedang”, seperti di kecamatan Cengkareng, sebagian besar kecamatan Kalideres, Kembangan dan Kebon Jeruk, serta sebagian kecil kecamatan Grogol Petamburan dan Penjaringan. Hal ini karena curah hujan yang terukur di Jakarta Barat tepatnya di Cengkareng lebih rendah dibandingkan yang terukur di Halim, Tanjung Priok dan Jakarta Observatorium. Namun kondisi ini masih tidak mempengaruhi kesehatan manusia (Tabel 1). 4.7.1.2 Bulan terkering Konsentrasi O3 di bulan terkering dari tahun 2002 sampai 2006 terjadi peningkatan sebesar 22.86%. Tahun 2002 rata-rata konsentrasi O3 adalah 53.49 ug/m3 sampai 75.54 ug/m3, sedangkan tahun 2006 meningkat menjadi 45.79 ug/m3 sampai 97.58 ug/m3. Konsentrasi O3 di bulan terkering lebih bervariasi menurut kategori ISPU dibandingkan dengan di bulan terbasah, misalnya tahun 2006, ada beberapa wilayah yang termasuk kategori “baik”, namun ada juga wilayah yang termasuk kategori “tidak sehat” menurut ISPU (Lampiran 5). Namun secara keseluruhan selama lima tahun konsentrasi O3 di bulan
20
terkering lebih besar dibandingkan dengan di bulan terbasah, hal ini terkait dengan besarnya penerimaan radiasi matahari yang mempengaruhi pembentukan O3. Tahun 2002, arah angin yang mendominasi adalah dari utara dan selatan menuju timur serta dari utara dan selatan menuju barat (Lampiran 5) dengan kecepatan rata-rata antara 1.03 sampai 1.62 meter per detik. Kualitas udara tahun ini menurut ISPU adalah “sedang”, yang artinya tidak mempengaruhi kesehatan manusia, dengan nilai ISPU rata-rata antara 58 sampai 98. Arah angin pada tahun 2003 didominasi oleh angin yang bertiup dari arah utara menuju selatan dengan kecepatan rata-rata antara 0.95 sampai 1.67 meter per detik sehingga menyebabkan terjadi penumpukan konsentrasi O3 di timur, pusat dan selatan Jakarta (Lampiran 5). Wilayah-wilayah tersebut termasuk kategori “sedang” berdasarkan ISPU, sedangkan wilayah lainnya termasuk kategori “baik” (Lampiran 5). Dibandingkan tahun 2002, terjadi peningkatan kualitas udara untuk polutan O3. Tahun 2004 didominasi oleh arah angin yang bertiup dari utara menuju timur dan selatan (Lampiran 5) dengan kecepatan ratarata antara 0.43 sampai 1.43 meter per detik. Maka dari itu terjadi penumpukan konsentrasi ozon di bagian timur Jakarta. Kualitas udara untuk polutan O3 pada tahun ini terjadi penurunan dibandingkan tahun 2003 yang disebabkan oleh tingginya radiasi matahari ratarata yang diterima, yaitu antara 185.44 W/m2 sampai 201.19 W/m2 sehingga konsentrasi polutan O3 meningkat. Kualitas udara pada tahun 2006 hampir sama dengan tahun 2004, hanya terdapat beberapa kecamatan yang mengalami penigkatan dan penurunan kualitas udara untuk polutan O3 berdasarkan ISPU. Penurunan konsentrasi polutan terjadi di sebagian kecamatan Setiabudi, Tebet, Mampang Prapatan, Kebayoran Baru dan Tanah Abang., sedangkan peningkatan konsentrasi polutan O3 terjadi di sebagian besar kecamatan Kembangan dan sebagian kecamatan Kebon Jeruk serta Cengkareng (Lampiran 5). Konsentrasi O3 rata-rata tahun ini antara 46 ug/m3 sampai 98 ug/m3. Arah angin yang mendominasi pada tahun ini bertiup dari arah barat menuju timur dengan kecepatan rata-rata
berkisar antara 0.67 sampai 1.13 meter per detik. 4.7.2 Partikulat Matter 10 (PM10) 4.7.2.1 Bulan terbasah Kualitas udara untuk polutan PM10 dari tahun 2002 sampai 2006 terjadi peningkatan. Artinya konsentrasi polutan selama lima tahun tersebut terjadi penurunan, dengan persentase sebesar 10.72% - 33.07%. Menurut kategori ISPU, kualitas udara selama lima tahun tersebut “baik”, hanya pada tahun 2004 ada beberapa wilayah yang “sedang”, yaitu kecamatan Cakung, sebagian kecamatan Cilincing, Duren Sawit, makasar dan Cipayung (Lampiran 6). Kualitas udara tahun 2002 pada bulan terbasah di Jakarta termasuk kategori “baik” menurut ISPU untuk polutan PM10 (Lampiran 6), dengan nilai ISPU rata-rata 47.86 sampai 47.94. Arah angin yang mendominasi pada tahun 2002 bertiup dari arah selatan dan barat ke arah timur dengan kecepatan rata-rata antara satu sampai 5 meter per detik sehingga konsentrasi polutan PM10 lebih banyak di bagian timur Jakarta. Tahun 2003, konsentrasi polutan PM10 di Jakarta menurut kategori ISPU tidak ada perbedaan, yaitu termasuk kategori “baik” (Lampiran 6). Arah angin yang mendominasi bertiup dari arah utara menuju tenggara dan juga menuju selatan melalui barat dengan kecepatan rata-rata antara 0.6 sampai 5.4 meter per detik. Maka dari itu konsentrasi PM10 ratarata di bagian timur Jakarta lebih besar dibandingkan dengan wilayah lainnya, yaitu sebesar 52.70 ug/m3. Konsentrasi PM10 rata-rata di wilayah lainnya antara 34.89 samapai 52.52 ug/m3. Kualitas udara untuk polutan PM10 pada tahun 2004 sebagian besar dalam kategori “baik” berdasarkan ISPU, kecuali bagian timur Jakarta termasuk kategori “sedang” (Lampiran 6). Wilayah yang termasuk kategori “sedang” adalah sebagian kecamatan Cilincing, Cakung, Duren Sawit, Makasar dan Cipayung. Hal ini berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2003. Arah angin yang mendominasi bertiup dari selatan menuju timur, maka dari itu terjadi penumpukan konsentrasi polutan PM10 di bagian timur Jakarta . Kecepatan rata-rata angin yang bertiup adalah 0.92 sampai 1.77 meter per detik. Konsentrasi polutan PM10 rata-rata tahun ini antara 30.57 ug/m3 sampai 79.83 ug/m3.
21
Tabel 16. Hasil uji t polutan O3 antara bulan terbasah dan bulan terkering Stasiun JAF1 JAF2 JAF3 JAF4 JAF5
Tahun 2002 T-Value = -11.87 P-Value = 0.000 T-Value = -20.00 P-Value = 0.000 T-Value = -20.48 P-Value = 0.000 T-Value = -21.16 P-Value = 0.000 T-Value = -17.63 P-Value = 0.000
Nilai T-Value dan P-Value Tahun 2003 Tahun 2004 T-Value = -6.65 T-Value = -3.20 P-Value = 0.000 P-Value = 0.002 T-Value = -16.44 Tidak Ada Data P-Value = 0.000 T-Value = -3.09 Tidak Ada Data P-Value = 0.003 T-Value = -2.09 T-Value = -15.07 P-Value = 0.036 P-Value = 0.000 T-Value = -20.33 T-Value = 3.55 P-Value = 0.000 P-Value = 0.000
Konsentrasi polutan PM10 tahun 2006 menurun sebesar 14.82% sampai 47.19% dengan konsentrasi rata-rata antara 35.89 ug/m3 sampai 42.16 ug/m3. Arah angin yang mendominasi bertiup dari arah utara menuju timur dengan kecepatan rata-rata antara 0.76 sampai 1.32 meter per detik. 4.7.2.2 Bulan terkering Kualitas udara di bulan terkering dari tahun 2002 sampai 2006 terjadi peningkatan untuk polutan PM10, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya konsentrasi polutan PM10 sebesar 0.06% sampai 4.14%. Artinya berbeda dibandingkan pada bulan terbasah. Namun konsentrasi rata-rata polutan PM10 dalam kurun waktu yang sama lebih tinggi dibandingkan di bulan terbasah. Konsentrasi polutan PM10 ratarata di bulan terkering dari tahun 2002 sampai 2006 termasuk kategori “sedang” menurut ISPU, kecuali tahun 2004, ada dua kecamatan yang sebagian wilayahnya termasuk kategori “tidak sehat”, yaitu kecamatan Cakung dan Duren Sawit (Lampiran 6). Kualitas udara di Jakarta pada tahun 2002 untuk polutan PM10 termasuk kategori “sedang”, dengan konsentrasi rata-rata antara 87.87 ug/m3 sampai 111.92 ug/m3. Arah angin yang mendominasi ada dua arah, yaitu dari utara dan selatan menuju timur, yang kedua bertiup dari arah utara dan selatan menuju barat. Maka dari itu konsentrasi polutan PM10 di tahun ini menyebar merata di seluruh Jakarta. Kecepatan angin rata-rata tahun ini di bulan terkering adalah 1.19 sampai 6.22 meter per detik. Tahun 2003 konsentrasi polutan PM10 di Jakarta meningkat, yaitu sebesar 88.90 ug/m3 sampai 114.57 ug/m3. Artinya terjadi peningkatan sebesar 1.16 % sampai 2.31 %.
Tahun 2006 Tidak Ada Data Tidak Ada Data Tidak Ada Data T-Value = -20.54 P-Value = 0.000 T-Value = -10.97 P-Value = 0.000
Walaupun konsentrasi PM10 meningkat, menurut kategori ISPU tahun 2003 sama dengan 2002 yaitu “sedang” di seluruh Jakarta. Arah angin yang mendominasi bertiup dari arah utara menuju selatan dengan kecepatan rata-rata antara 0.95 sampai 1.67 meter per deik. Arah angin yang mendominasi di tahun 2004 bertiup dari arah utara menuju timur sehingga terjadi penumpukan konsentrasi PM10 di bagian timur Jakarta (Lampiran 6), tepatnya di kecamatan Cakung dan Duren sawit yang ditunjukan dengan kategori “sedang”. Kecepatan angin rata-rata yang bertiup sebesar 0.43 sampai 1.43 meter per detik.. Tahun 2006 seluruh wilayah jakarta termasuk kategori “sedang” berdasakan ISPU, dengan konsentrasi PM10 rata-rata 84.23 ug/m3 sampai 111.85 ug/m3 dan nilai ISPU antara 67.23 sampai 80.80. Arah angin yang mendominasi pada bulan ini bertiup dari arah utara ke arah timur dengan kecepatan rata-rata antara 0.74 sampai 1.13 meter per detik. 4.8 Uji t Uji hipotesis dilakukan untuk membandingkan rata-rata suatu populasi (Iriawan dan Astuti, 2006). Uji ini untuk mengetahui konsentrasi polutan pada bulan terbasah dan bulan terkering berbeda nyata atau tidak dengan melihat rata-ratanya. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uii t dua sampel bebas dengan nilai level toleransi (α) 5%. Alasan penggunaan uji t karena data yang ada merupakan dua data yang independent, masing-masing data merupakan data kuantitatif, dan standar deviasi tidak diketahui (Iriawan dan Astuti, 2006). Data polutan yang digunakan adalah data pada bulan bulan terbasah dan bulan bulan terkering pada tahun 2002, 2003, 2004, dan 2006.
22
Tabel 17. Hasil uji t polutan PM10 antara bulan terbasah dan bulan terkering Stasiun JAF1 JAF2 JAF3 JAF4 JAF5
Tahun 2002 T-Value = -29.47 P-Value = 0.000 T-Value = -35.04 P-Value = 0.000 T-Value = -25.68 P-Value = 0.000 T-Value = -8.63 P-Value = 0.000 T-Value = -27.80 P-Value = 0.000
Nilai T-Value dan P-Value Tahun 2003 Tahun 2004 T-Value = -26.18 T-Value = -4.66 P-Value = 0.000 P-Value = 0.000 T-Value = -27.47 Tidak Ada Data P-Value = 0.000 T-Value = -10.93 Tidak Ada Data P-Value = 0.000 T-Value = -20.14 T-Value = -12.63 P-Value = 0.000 P-Value = 0.000 T-Value = -27.89 T-Value = -31.37 P-Value = 0.000 P-Value = 0.000
4.8.1 Ozon (O3) Nilai t Tabel untuk α 5% adalah 1.96 dengan derajat bebas (df) ∞. Hasil uji beda nyata (uji t) antara konsentrasi O3 pada bulan terbasah dan bulan terkering pada tahun 2002 di stasiun JAF1 sampai JAF5 adalah berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai |t hit| > t Tabel dan juga nilai p-value < nilai α 5% yang artinya tolak Ho (Tabel 16). Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2003, 2004, 2006. Artinya konsentrasi polutan O3 antara bulan terbasah dan bulan terkering berbeda nyata secara statistik. Hal ini menunjukan konsentrasi polutan O3 sangat dipengaruhi oleh musim di Jakarta, ketika bulan terbasah curah hujan di Jakarta lebih tinggi dan radiasi matahari yang diterima lebih rendah dibandingkan bulan terkering. Keadaan ini terkait dengan faktor pembentukan O3 yang dipengaruhi langsung oleh radiasi matahari dan faktor curah hujan yang bersifat sebagai “pencuci”. 4.8.2 Partikulat Matter 10 (PM10) Hasil uji t menunjukan konsentrasi polutan PM10 berbeda nyata secara statistik antara bulan terkering dengan bulan terbasah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17 dengan nilai |t hit| > t Tabel dan juga nilai p-value < nilai α 5 % pada kelima stasiun dari tahun 2002, 2003, 2004, dan juga 2006. Artinya hipotesis awal ditolak (tolak Ho). Kondisi ini dapat dimengerti karena partikulat sangat dipengaruhi oleh curah hujan, ketika terjadi hujan maka partikulat yang ada diatmosfer akan “tercuci” sehingga hasilnya berbeda nyata antara bulan terbasah dan bulan terkering.
Tahun 2006 T-Value = -41.14 P-Value = 0.000 Tidak Ada Data Tidak Ada Data T-Value = -30.16 P-Value = 0.000 T-Value = -48.46 P-Value = 0.000
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Konsentrasi polutan tahun 2002 sampai 2004 dan 2006, baik O3 maupun PM10 pada bulan terkering lebih tinggi dibandingkan pada bulan terbasah. Konsentrasi rata-rata O3 pada bulan terbasah antara 32.06 ug/m3 sampai 46.71 ug/m3, sedangkan pada bulan terkering antara 62.90 ug/m3 sampai 70.82 ug/m3. Konsentrasi PM10 pada bulan terbasah antara 38.96 ug/m3 sampai 52.22 ug/m3, sedangkan pada bulan terkering antara 90.90 ug/m3 sampai 97.21 ug/m3. Hal ini menunjukan pengaruh musim, tepatnya curah hujan terhadap konsentrasi polutan, yaitu bersifat sebagai ‘pencuci’. Pengaruh fluktuasi faktor meteorologi, yaitu radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin terhadap fluktuasi konsentrasi polutan O3 cukup besar. Hal ini ditunjukan oleh nilai R2 yang lebih besar daripada terhadap fluktuasi konsentrasi polutan PM10. Nilai R2 antara fluktuasi faktor meteorologi terhadap fluktuasi konsentrasi O3 rata-rata mencapai 0.5, sedangkan terhadap fluktuasi konsentrasi PM10 nilai R2 rata-rata di bawah 0.5. Hal in menunjukan ada faktor lain diluar faktor meteorologi, yaitu radiasi matahari, suhu udara, kecepatan dangin dan kelembaban udara yang berpengaruh terhadap konsentrasi PM10. Diantaranya kendaraan bermotor yang melintas dan juga sumber emisi, serta faktor meteorologi curah hujan. Kualitas udara di DKI Jakarta pada bulan terbasah adalah ‘baik’ untuk polutan O3 dan PM10, sedangkan pada bulan terkering kualitas udara untuk polutan O3 sebagian besar ‘tidak sehat’ , sedangkan untuk PM10 seluruh
23
wilayahnya ‘tidak sehat’. Persebaran polutan di DKI Jakarta pada umumnya wilayah bagian lebih selatan lebih tinggi dibandingkan bagian utara. Persebaran ini mengikuti arah angin yang bertiup. Uji t dua sample bebas menunjukkan bahwa konsentrasi polutan pada bulan terbasah dan bulan terkering berbeda nyata secara statisitk. Rata-rata konsentrasi polutan pada bulan terkering lebih besar dibandingkan pada bulan terbasah. Hal ini berarti musim atau tepatnya curah hujan yang terjadi di DKI Jakarta sangat mempengaruhi konsentrasi polutan yang ada di DKI Jakarta. 5.2 Saran Untuk analisis yang lebih dalam sebaiknya BPLHD juga mengukur curah hujan di stasiun JAF1 sampai JAF5 karena curah hujan sangat berperan sebagai “pencuci” polutan. Bagi yang berminat untuk melanjutkan permasalahan seperti ini untuk tugas akhir sebaiknya dalam menganalisis pencemaran udara diperlukan juga data jumlah kendaraan bermotor dan ketinggian gedung di DKI Jakarta. Data jumlah kendaraan bermotor yang lewat dipelukan karena sumber utama pencemaran udara di kota besar seperti DKI Jakarta adalah kendaraan bermotor, sedangkan data ketinggian gedung terkait dengan persebaran polutan. Untuk Kementerian Negara Lingkungan Hidup sebaiknya pembuatan kategori ISPU didasarkan pada masing-masing polutan karena karakterisitik dan dampaknya terhadap kesehatan manusia berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA [BPLHD] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Jakarta. 2005. Pemantauan Kualitas Udara Ambien DKI Jakarta. Jakarta. [BPLHD] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Jakarta. 2006. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Http://bplhd.jakarta.go.id [14 Desember 2006]. [BPLHD] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Jawa Timur2007. Perubahan Iklim Global. http://www.bapedal-jatim.co .id [8 Mei 2008].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Jakarta. Http//bpsjakarta.co.id [01 Desember 2006]. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Udara Kota. http://udara kota.bapenas.go.id [ 4 September 2008] Iriawan, N. dan Astuti S.P. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Penerbit Andi. Liu, David H.F. dan Liptak, B. G.. 2000. Air Pollution. Lewis Publishers : Boca Raton. Oke T. R. 1987. Boundary Layer Climates. Ed ke-2 London : Routledge. [Pemda DKI Jakarta] Pemerintahan Daerah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. 2005. Jakarta. Http//www.jakarta.go.id [10 Oktober 2006]. Rahmawati, F. 1999. Kualitas Udara di DKI Jakarta Tahun 1997. Skripsi. Jurusan Geografi. Depok: UI. Santosa, I. 2005. Model Pencemaran Udara dari Kendaraan Bermotor Menggunakan metode volume Terhingga (Studi Kasus di Kota Bogor). Disertasi. Jurusan Agrometeorologi. Bogor: IPB. Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: Penerbit ITB. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito. Sudrajad, A. 2005. Pencemaran Udara Suatu Pendahuluan. Inovasi Online 5 :17. Jakarta: Universitas Darma Persada. Suharsono, H. 1985. Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Polusi Udara. Tidak di Publikasikan. Tjasjono, B. 1999. Klimatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB. Turyanti, A. Dan Santikayasa, I. P.. 2006. Analisis Pola Unsur Meteorologi dan Konsentrasi Polutan di Udara Ambien (Studi Kasus Jakarta dan Bandung). J Agromet Indonesia 20 (2): 25-37. Vedal, S. et all. 2003. Air Pollution and Daily Mortality in a City with Low Levels of Pollution. Enviromental Health Perspectives. 111: 45-51. Wikipedia. 2008. Ozon. http://i d.wikipedia.org/wiki/Ozon [ 4 September 2008]
24
Lampiran 1. Fluktuasi faktor meteorologi dan O3 pada bulan terbasah HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI 70.00
900.00
40.00
500.00
30.00
400.00 300.00
20.00
O 3 (ug/m2)
600.00
Radiasi (W/m2)
700.00 50.00
700
100
600
200.00 10.00
500
80
400 60 300 40
200
20
100
100.00
Januari 2002 (JAF1)
1,200.00
70.00
4.50
1,000.00
60.00
80.00
4.00
800.00
50.00
60.00 50.00
600.00
40.00 400.00
30.00
O 3 (ug/m2)
3.00
40.00
2.50
30.00
2.00 1.50
20.00
1.00
200.00
10.00
10.00 0.00
Januari 2002 (JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 00:30
O3 Radiasi
Waktu
0.50
0.00
22:00
05:30 11:00 16:30
07:30 13:00 18:30 24:00
15:00 20:30 02:00
Waktu
O3 Kecepatan Angin
Januari 2002 (JAF1)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI 1,000.00
100.00
5.00
40.00
2.00
30.00
300.00
30.00
1.50
20.00
200.00
20.00
1.00
10.00
100.00
10.00
0.50
0.00
0.00
12:30 18:30
00:30 06:30
18:30
06:30 12:30
18:30 00:30
06:30 12:30
00:30
12:30 18:30
00:30 06:30
00:30
0.00
0.00
O3 Radiasi
Waktu
18:30
400.00
12:30
2.50
40.00
06:30
50.00
00:30
500.00
18:30
3.00
50.00
12:30
60.00
06:30
600.00
00:30
3.50
60.00
18:30
70.00
12:30
700.00
06:30
4.00
70.00
00:30
80.00
18:30
800.00
12:30
4.50
80.00
06:30
90.00
O3 (ug/m2)
900.00
Radiasi (W/m2)
90.00
O3 Kecepatan Angin
Waktu
Januari 2002 (JAF2)
Januari 2002 (JAF3)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI 1000
100.00
16.00
80
900
90.00
14.00
70
800
80.00
600 500 400 300
20
200
10
100
2.00
10.00
0.00
O3 Radiasi
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
22:00
16:30
11:00
05:30
24:00
18:30
13:00
07:30
02:00
20:30
15:00
09:30
04:00
22:30
17:00
11:30
Januari 2002 (JAF4)
4.00
20.00 0.00
0
Waktu
6.00
30.00
00:30
0
8.00
40.00
18:30
30
10.00
50.00
12:30
40
60.00
06:30
50
12.00
70.00 O 3 (ug/m2)
700
60
Radiasi (W/m2)
90
06:00
Kecepatan Angin (m/s)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN 100.00
Kec epatan Angin (m/s)
17:00 22:30 04:00 09:30
00:30 06:00 11:30
0.00
12:30
20.00
06:30
O 3 (ug/m2)
Radiasi (W/m2)
3.50
70.00
Kec epatan Angin (m/s )
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
90.00
00:30
O3 Radiasi
Januari 2002 (JAF5)
100.00
O 3 (ug/m2)
22:00
Waktu
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
O3 (ug/m2)
16:30
11:00
05:30
24:00
18:30
13:00
07:30
02:00
20:30
15:00
09:30
04:00
22:30
17:00
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
O3 Radiasi
Waktu
0
0
0.00
11:30
0.00
06:00
O3 (ug/m2)
120
800.00
60.00
Radiasi (W/m2)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
O3 Kecepatan Angin
Januari 2002 (JAF3)
25
Lampiran 1. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
80.00
90.00
60.00 50.00
2.00
40.00
1.50
30.00
1.00
20.00
15.00
40.00
10.00 5.00
10.00
0.00
0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
16:30 22:00
05:30 11:00
18:30 24:00
07:30 13:00
20:30 02:00
O3 Kecepatan Angin
Januari 2002 (JAF4)
Januari 2002 (JAF3) HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
120.00
3.50
90.00
100.00
3.00
80.00
0.00
10.00
5.00
0.00
0.00
Waktu
Suhu U dara (0C )
22:00
11:00 16:30
20.00 60.00 15.00 40.00
10.00 5.00
0.00
0.00 00:30
20.00
O3 Suhu Udara
Januari 2002 (JAF1)
25.00
80.00
Suhu Udara (0C )
10.00
30.00
05:30 11:00 16:30 22:00
20.00
100.00
13:00 18:30 24:00
15.00
35.00
20:30 02:00 07:30
30.00
120.00
06:00 11:30 17:00 22:30
20.00
O 3 (ug/m 2)
40.00
11:00 16:30 22:00
25.00
18:30 24:00 05:30
50.00
20:30 02:00 07:30 13:00
30.00
O3 Suhu Udara
Waktu
Januari 2002 (JAF5)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 100.00
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
35.00
90.00
60.00
20.00
50.00 40.00
15.00
30.00
10.00
20.00
5.00
10.00
0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
0.00
Waktu
O3 Suhu Udara
70.00
120.00
60.00
100.00
50.00
80.00
40.00 60.00 30.00 40.00
20.00 10.00
20.00
0.00
0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
25.00
O 3 (ug/m2)
70.00
Suhu U dara (0C )
30.00
80.00
Kelembaban Udara (% )
04:00 09:30 15:00
60.00
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
35.00
06:00 11:30 17:00 22:30
24:00 05:30
Januari 2002 (JAF4)
70.00
00:30
O 3 (ug/m 2)
O3 Suhu Udara
Waktu
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
O 3 (ug/m2)
18:30
O3 Kecepatan Angin
Januari 2002 (JAF5)
0.00 00:30 06:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
5.00
10.00
0.00
0.00
10.00
20.00
0.50
07:30 13:00
20.00
15.00
30.00
02:00
1.00
15:00 20:30
40.00
20.00
40.00
04:00 09:30
1.50
25.00
50.00
22:30
60.00
30.00
60.00
11:30 17:00
2.00
35.00
70.00 O 3 (ug/m2)
2.50
80.00
Kecepatan Angin (m/s)
O 3 (ug/m2)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
Januari 2002 (JAF2)
O3 Suhu Udara
Waktu
04:00 09:30 15:00
09:30 15:00
22:30 04:00
11:30 17:00
00:30 06:00
Waktu
20.00
50.00
20.00
0.00
0.00
25.00
60.00
30.00
0.50
10.00
30.00
70.00 O 3 (ug/m2)
2.50
80.00
Kecepatan Angin (m/s )
O 3 (ug/m2)
70.00
35.00
100.00
3.00
Suhu Udara (0C )
3.50
90.00
Waktu
O3 Kelembaban Udara
Januari 2002 (JAF1)
26
Lampiran 1. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA 120.00
80.00
60.00 50.00
60.00
40.00 40.00
30.00 20.00
20.00
10.00 0.00
160.00
800.00
140.00
700.00
120.00
600.00
100.00
500.00
80.00
400.00
60.00
300.00
40.00
200.00
20.00
100.00
0.00
Januari 2002 (JAF2) HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
O3 Kelembaban Udara
Waktu
Januari 2002 (JAF3)
Radiasi (W/m2)
22:00
16:30
11:00
05:30
24:00
18:30
13:00
0.00 07:30
100.00
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
200.00
5.00 02:00
0.00
0.00
300.00
10.00
20:30
10.00
400.00
15:00
20.00
500.00
15.00
09:30
20.00
600.00
20.00
04:00
30.00
700.00
25.00
22:30
40.00
800.00
30.00
17:00
40.00
900.00
35.00
11:30
60.00
50.00
40.00
06:00
80.00
60.00
O 3 (ug/m2)
70.00
Kelembaban Udara (% )
100.00
80.00
O3 Radiasi
Waktu
Februari 2003 (JAF2)
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI 120.00
700.00
100.00
80.00
20.00
200.00
20.00
10.00
0.00
Januari 2002 (JAF4)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
00:30
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
0.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
100.00
10.00
0.00
0.00
300.00
30.00
12:30
20.00
40.00
06:30
40.00
30.00
400.00
50.00
18:30
40.00
500.00
60.00
12:30
60.00
70.00
06:30
50.00
600.00
80.00 O 3 (ug/m2)
80.00
60.00
90.00 Kelembaban Udara (% )
100.00
70.00
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
80.00
80.00
60.00
60.00
40.00
40.00
20.00
20.00
80.00
800.00
70.00
700.00
60.00
600.00
50.00
500.00
40.00
400.00
30.00
300.00
20.00
200.00
10.00
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 12:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
18:30 O3 Kelembaban Udara
100.00
0.00 06:30
Waktu
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00
00:30
0.00
Radiasi (W/m2)
100.00
O3 (ug/m2)
100.00
Kelembaban Udara (% )
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI 120.00
00:30
O3 Radiasi
Waktu
Februari 2003 (JAF3)
120.00
Januari 2002 (JAF5)
Radiasi (W/m2)
90.00
00:30
O 3 (ug/m2)
12:30
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
120.00
90.00
O 3 (ug/m2)
O3 Radiasi
Waktu
Februari 2003 (JAF1)
100.00
O 3 (ug/m2)
06:30
00:30
18:30
12:30
O3 Kelembaban Udara
Waktu
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00 06:30
O 3 (ug/m2)
70.00
O3 (ug/m2)
100.00
80.00
Kelembaban Udara (%)
90.00
Radiasi (W/m2)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
100.00
O3 Radiasi
Februari 2003 (JAF4)
27
Lampiran 1. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI 800.00
80.00
3.50
700.00
70.00
3.00
200.00
1.50 1.00
20.00
0.50
0.00
3.50
25.00
3.00
20.00
2.50
15.00
2.00 1.50
10.00
1.00
5.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
10.00
20.00
5.00
0.00
0.00
O3 Suhu Udara
Waktu
40.00
35.00
12.00
35.00
30.00
8.00
50.00 6.00 4.00
Waktu
5.00
5.00
0.00
0.00
0.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
2.00
O3 Kecepatan Angin
Waktu
00:30 06:30 12:30 18:30
10.00
10.00
10.00
00:30 06:30 12:30
20.00
15.00
15.00
06:30 12:30 18:30
30.00
20.00
20.00
12:30 18:30 00:30
40.00
25.00
25.00
18:30 00:30 06:30
60.00
30.00 O 3 (ug/m 2)
10.00
70.00
Kecepatan Angin (m/s)
80.00
14.00
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
90.00
18:30
18:30
15.00
60.00
Februari 2003 (JAF1)
100.00
12:30
12:30
20.00
80.00
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
06:30
06:30
25.00
100.00
O3 Kecepatan Angin
Februari 2003 (JAF2)
00:30
00:30
30.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
35.00
140.00
40.00
0.00
0.00
160.00
120.00
0.50
18:30
O3 Kecepatan Angin
Suhu U dara (0C )
30.00
18:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
Waktu
O 3 (ug/m 2)
4.00
Kecepatan Angin (m/s)
4.50
12:30
Kecepatan Angin (m/s)
2.00
40.00
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
35.00
12:30
18:30
2.50
Februari 2003 (JAF5)
5.00
06:30
12:30
3.00
60.00
O3 Kecepatan Angin
40.00
00:30
06:30
3.50
80.00
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
06:30
00:30
4.00
Februari 2003 (JAF1)
00:30
18:30
4.50
100.00 O3 (ug/m2)
0.00
120.00
Kecepatan Angin (m/s)
0.00 18:30
0.50 12:30
20.00 06:30
1.00
00:30
40.00
18:30
1.50
12:30
60.00
06:30
2.00
00:30
80.00
18:30
2.50
12:30
100.00
06:30
3.00
00:30
120.00
18:30
3.50
12:30
140.00
06:30
4.00
00:30
O3 (ug/m2)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
160.00
Waktu
O3 (ug/m2)
12:30
Februari 2003 (JAF4)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
O3 (ug/m2)
O3 Kecepatan Angin
Waktu
Februari 2003 (JAF5)
Februari 2003 (JAF3)
06:30
O3 Radiasi
00:30
0.00 18:30
0.50
0.00 12:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
10.00 00:30
0.00
Waktu
1.00
20.00
100.00
0.00
1.50
30.00
06:30
20.00
2.00
40.00
00:30
300.00
40.00
2.50
50.00
18:30
400.00
60.00 O3 (ug/m2)
500.00
60.00
Radiasi (W/m2)
O 3 (ug/m2)
600.00 80.00
12:30
100.00
06:30
120.00
Kecepatan Angin (m/s)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
O3 Suhu Udara
Februari 2003 (JAF2)
28
Lampiran 1. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA 40.00
30.00
35.00
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00
25.00
15.00 10.00
100.00
30.00 O 3 (ug/m 2)
20.00
120.00
80.00
25.00
60.00
20.00 15.00
40.00
10.00
20.00 10.00 0.00
5.00
Februari 2003 (JAF3)
0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
0.00
O3 Suhu Udara
Waktu
20.00
5.00
0.00
Februari 2003 (JAF2)
120.00
70.00
30.00
90.00 80.00
100.00
15.00
30.00
10.00
20.00
Februari 2003 (JAF4)
20.00
0.00
0.00
Waktu
O3 Kelembaban Udara
Februari 2003 (JAF3)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA 80.00
100.00
30.00
70.00
20.00 60.00 15.00 10.00
80.00
50.00
60.00
40.00 30.00
40.00
20.00
0.00
0.00
0.00
0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
O3 Suhu Udara
Februari 2003 (JAF5)
Februari 2003 (JAF4)
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
80.00
60.00
60.00
40.00
40.00 20.00
20.00 0.00 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
0.00
Waktu
O3 Kelembaban Udara
100.00
80.00
80.00
60.00
60.00
40.00
40.00
20.00
20.00
0.00
0.00
Waktu
18:30
80.00
100.00
120.00
100.00
18:30 00:30 06:30 12:30
120.00
120.00
00:30 06:30 12:30
100.00
O 3 (ug/m 2)
140.00
Kelem baban U dara (% )
120.00
18:30 00:30 06:30 12:30
160.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
18:30 00:30 06:30 12:30
Waktu
20.00
10.00
12:30 18:30
5.00 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30
20.00
Kelem baban U dara (% )
40.00
100.00
60.00 O 3 (ug/m 2)
25.00
80.00
120.00 Kelem baban U dara (% )
35.00
Suhu U dara (0C )
120.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30
O 3 (ug/m 2)
40.00
20.00 10.00
O3 Suhu Udara
Waktu
60.00
50.00 40.00 30.00
12:30 18:30
18:30 00:30 06:30
06:30 12:30
18:30 00:30
0.00 00:30 06:30 12:30
0.00 12:30 18:30
5.00 00:30 06:30
10.00
80.00
60.00
12:30 18:30
20.00
40.00
12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30
50.00
70.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30
O 3 (ug/m 2)
25.00
O 3 (ug/m 2)
100.00
Suhu U dara (0C )
35.00
Kelem baban U dara (% )
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
80.00
60.00
O 3 (ug/m 2)
O3 Kelembaban Udara
Waktu
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
Februari 2003 (JAF1)
Kelem baban U dara (% )
35.00
Suhu U dara (0C )
O 3 (ug/m 2)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 100.00 90.00 80.00
O3 Kelembaban Udara
Februari 2003 (JAF5)
29
Lampiran 1. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
120.00
450.00
120.00
3.50
100.00
3.00
250.00 60.00
200.00
40.00
150.00
O3 (ug/m2)
300.00
Radiasi (W/m2)
2.50
80.00
2.00 60.00 1.50 40.00
1.00
100.00
Februari 2004 (JAF1)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
35.00
4.00
30.00
500.00
30.00
3.50
400.00
25.00
20.00 300.00 15.00 200.00
10.00
O3 (ug/m2)
600.00
3.00 2.50
20.00
2.00 15.00
1.50
10.00
Februari 2004 (JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 12:30
0.50
0.00 06:30
O3 Radiasi
Waktu
1.00
5.00
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
Februari 2004 (JAF2)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
100.00
350.00
90.00
100.00
300.00
60.00
200.00
50.00 40.00
150.00
30.00
100.00
2.50
70.00 60.00
2.00
50.00 1.50
40.00 30.00
20.00
1.00
20.00
50.00
10.00
3.00
80.00 O 3 (ug/m2)
250.00
Radiasi (W/m2)
70.00
3.50
90.00
80.00
0.50
10.00 0.00
0.00
Februari 2004 (JAF4)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
O3 Radiasi
Waktu
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
O3 Kecepatan Angin
Kecepatan Angin (m/s)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 12:30
0.00 06:30
100.00
00:30
5.00
Kecepatan Angin (m/s)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
35.00
Radiasi (W/m2)
O3 Kecepatan Angin
Waktu
Februari 2004 (JAF4)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
140.00
450.00
140.00
3.50
120.00
3.00
100.00
2.50
80.00
2.00
60.00
1.50
100.00
40.00
1.00
50.00
20.00
0.50
0.00
0.00
0.00
Waktu
Februari 2004 (JAF5)
Waktu
Kecepatan Angin (m/s)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
O3 Radiasi
12:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
20.00
00:30
40.00
18:30
150.00
12:30
200.00
06:30
60.00
00:30
250.00
00:30
80.00
O3 (ug/m2)
300.00
Radiasi (W/m2)
350.00 100.00
06:30
400.00
120.00
12:30
O3 (ug/m2)
O3 Kecepatan Angin
Februari 2004 (JAF1)
25.00
O3 (ug/m2)
12:30
Waktu
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
O3 (ug/m2)
06:30
O3 Radiasi
Waktu
00:30
0.00 18:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.50
0.00 00:30
0.00
0.00
20.00
12:30
50.00
06:30
20.00
18:30
O3 (ug/m2)
350.00
80.00
Kecepatan Angin (m/s)
400.00 100.00
O3 Kecepatan Angin
Februari 2004 (JAF5)
30
Lampiran 1. Lanjutan
25.00
80.00
20.00 60.00 15.00 40.00
10.00
20.00
5.00
0.00
0.00
120.00
100.00
100.00
80.00
80.00
60.00
60.00
40.00
40.00
20.00
20.00
0.00
0.00 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
120.00
O3 Suhu Udara
Waktu
Februari 2004 (JAF1)
Waktu
100.00
25.00
25.00
20.00
20.00
15.00
15.00
10.00
10.00
5.00
5.00
0.00
0.00
O 3 (ug/m 2)
25.00
60.00 15.00 40.00
5.00
20.00
0.00
0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
00:30 06:30 12:30 18:30
10.00
O3 Suhu Udara
Februari 2004 (JAF2)
80.00
20.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
Februari 2004 (JAF2)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
100.00
70.00 60.00
80.00
50.00
60.00
40.00 30.00
40.00
20.00 10.00
20.00
0.00
0.00
25.00 20.00
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
15.00 10.00 5.00 0.00
Waktu
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
O3 Suhu Udara
Februari 2004 (JAF4)
00:30 06:30 12:30 18:30
120.00
90.00 80.00 O 3 (ug/m 2)
100.00
30.00
Kelem baban U dara (% )
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
35.00
Suhu U dara (0C )
100.00 90.00 80.00 70.00 60.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
O3 Kelembaban Udara
Waktu
Februari 2004 (JAF4)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 35.00
140.00
120.00
120.00
30.00
120.00
100.00
100.00
25.00
80.00
20.00
60.00
15.00
40.00
10.00
20.00
5.00
0.00
0.00
Waktu
O 3 (ug/m 2)
80.00
80.00 60.00 60.00 40.00
40.00 20.00
20.00
0.00
0.00
Waktu
12:30 18:30
O3 Suhu Udara
100.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
Suhu U dara (0C )
140.00
Kelem baban U dara (% )
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30
O 3 (ug/m 2)
Kelem baban U dara (% )
30.00
Suhu U dara (0C )
30.00
06:30 12:30 18:30
120.00
30.00
12:30 18:30 00:30
35.00
18:30 00:30 06:30
35.00
00:30 06:30 12:30
O 3 (ug/m 2)
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
35.00
Waktu
O 3 (ug/m 2)
O3 Kelembaban Udara
Februari 2004 (JAF1)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
Februari 2004 (JAF5)
Kelem baban U dara (% )
30.00
O 3 (ug/m 2)
100.00
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
35.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
O 3 (ug/m 2)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 120.00
O3 Kelembaban Udara
Februari 2004 (JAF5)
31
Lampiran 1. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI 800.00
120.00
35.00
100.00
30.00
700.00
100.00
60.00
400.00 300.00
40.00
O 3 (ug/m 2)
500.00
Radiasi (W/m2)
25.00
80.00
20.00 60.00 15.00 40.00
10.00
200.00 20.00
20.00
5.00
0.00
0.00
100.00
0.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
O3 Radiasi
Waktu
Januari 2006 (JAF4)
Januari 2006 (JAF4)
80.00
35.00
70.00
700.00
70.00
30.00
60.00
600.00
60.00
50.00
500.00
40.00
400.00
30.00
300.00
20.00
200.00
20.00
100.00
10.00
5.00
0.00
0.00
15.00
30.00
O3 Radiasi
Waktu
Januari 2006 (JAF5)
18:30
O3 Suhu Udara
Waktu
Januari 2006 (JAF5)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
20.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Waktu
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
O 3 (ug/m 2)
20.00
Kecepatan Angin (m/s)
0.50
18:30
40.00
20.00
12:30
40.00
06:30
1.00
00:30
60.00
40.00
18:30
60.00
12:30
1.50
06:30
80.00
60.00
00:30
80.00
18:30
2.00
12:30
100.00
80.00
06:30
100.00
00:30
120.00
2.50
18:30
120.00
100.00
12:30
3.00
06:30
120.00
00:30
O3 (ug/m2)
18:30 00:30 06:30 12:30
10.00
00:30 06:30 12:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
20.00
40.00
18:30 00:30 06:30 12:30
0.00
25.00
50.00
18:30 00:30 06:30 12:30
10.00
O 3 (ug/m 2)
800.00
O3 Kecepatan Angin
Januari 2006 (JAF4)
Waktu
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
0.50
10.00
0.00
0.00
0.00
Waktu
100.00 80.00
50.00 40.00
60.00
30.00
40.00
20.00 20.00 0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
O3 Kecepatan Angin
120.00
60.00 O 3 (ug/m 2)
Kecepatan Angin (m/s)
10.00 18:30
1.00
12:30
20.00
06:30
1.50
00:30
30.00
18:30
2.00
12:30
2.50
40.00
06:30
50.00
00:30
3.00
18:30
60.00
12:30
70.00
06:30
3.50
00:30
70.00
18:30
80.00
12:30
4.00
06:30
80.00
00:30
O3 Kelembaban Udara
Januari 2006 (JAF4)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
Januari 2006 (JAF5)
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
80.00
Radiasi (W/m2)
O3 (ug/m2)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
O3 (ug/m2)
O3 Suhu Udara
Waktu
Kelem baban U dara (% )
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
Kelem baban U dara (% )
O3 (ug/m2)
600.00 80.00
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
120.00
Waktu
O3 Kelembaban Udara
Januari 2006 (JAF5)
32
Lampiran 2. Fluktuasi faktor meteorologi dan O3 pada bulan terkering HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
800.00
160.00
700.00
800.00
300.00
700.00
600.00 500.00
100.00 400.00 300.00
100.00
50.00
100.00
0.00
Waktu
Agustus 2002 ( JAF1)
120.00
700.00
160.00
600.00
140.00
400.00 300.00 200.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
0.50
0.00
Agustus 2002 ( JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
O3 Radiasi
Waktu
1.00
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
Agustus 2002 ( JAF1)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN 800.00
300.00
700.00
4.50
140.00
4.00
120.00 600.00
400.00 300.00
40.00
100.00
20.00
1.00 0.50
0.00 18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
O3 Radiasi
Agustus 2002 ( JAF3)
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00
Waktu
1.50
00:30
0.00
2.00
200.00
18:30
50.00
2.50
60.00
12:30
100.00
3.00
80.00
06:30
150.00
3.50 100.00 O 3 (ug/m2)
500.00
200.00
Radiasi (W/m2)
250.00
Waktu
O3 Kecepatan Angin
Agustus 2002 ( JAF2)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
250.00
700.00
350.00
600.00
400.00
100.00
300.00 200.00
16.00 14.00
250.00 O 3 (ug/m2)
150.00
Radiasi (W/m2)
500.00
18.00
300.00
200.00
12.00
200.00
10.00
150.00
8.00 6.00
100.00
4.00
50.00 100.00
Waktu
Agustus 2002 ( JAF4)
2.00 0.00
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
O3 Radiasi
12:30
0.00 06:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00
50.00
00:30
0.00 00:30
Kec epatan Angin (m/s)
350.00
00:30
O3 Kecepatan Angin
Kec epatan Angin (m/s)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
1.50
60.00
20.00
0.00 06:30
2.00
80.00
40.00
100.00
0.00
2.50
100.00
18:30
20.00
3.00
120.00
12:30
40.00
3.50
06:30
60.00
O 3 (ug/m2)
500.00
80.00
180.00
Kec epatan Angin (m/s)
800.00
00:30
06:30
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
140.00
Radiasi (W/m2)
O3 (ug/m2)
00:30
Agustus 2002 ( JAF5)
100.00
O3 (ug/m2)
O3 Radiasi
Waktu
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
O3 (ug/m2)
18:30
O3 Radiasi
12:30
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
200.00
06:30
0.00
100.00
00:30
20.00
300.00
200.00
18:30
40.00
400.00 150.00
12:30
60.00
500.00 200.00
06:30
80.00
600.00
250.00 O3 (ug/m2)
120.00
Radiasi (W/m2)
O3 (ug/m2)
140.00
350.00
Radiasi (W/m2)
180.00
O3 Kecepatan Angin
Agustus 2002 ( JAF3)
33
Lampiran 2. Lanjutan
20.00
60.00
15.00
40.00
10.00
20.00
5.00
0.00
0.00
2.50 2.00
100.00
1.50 1.00
50.00
0.50 18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
O3 Kecepatan Angin
Agustus 2002 ( JAF4)
Agustus 2002 ( JAF3) HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
1.00
10.00 5.00 0.00
0.00
18:30 O3 Kecepatan Angin
Agustus 2002 ( JAF4)
Agustus 2002 ( JAF5)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 350.00
35.00
160.00
35.00
300.00
30.00
140.00
30.00
250.00
25.00
200.00
20.00
150.00
15.00
100.00
10.00
120.00
25.00
100.00 20.00
80.00
15.00
60.00
O 3 (ug/m2)
40.00
Suhu U dara (0C )
180.00
0.00
0.00
0.00 00:30 06:00 11:30
O3 Suhu Udara
Agustus 2002 ( JAF5)
Agustus 2002 ( JAF1)
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 180.00
35.00
160.00
140.00
30.00
140.00
20.00
5.00
20.00
0.00
0.00
0.00
Agustus 2002 ( JAF2)
40.00
20.00
O3 Suhu Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00 00:30
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
10.00
Waktu
40.00
60.00
40.00
18:30
60.00
60.00
80.00
12:30
15.00
80.00
100.00
06:30
80.00
100.00
120.00
00:30
20.00
120.00
06:30
25.00
100.00
O 3 (ug/m2)
40.00
160.00
Suhu U dara (0C )
180.00
120.00
O3 Suhu Udara
Waktu
12:30
Waktu
22:00
5.00
0.00
05:30 11:00 16:30
50.00
07:30 13:00 18:30 24:00
5.00
15:00 20:30 02:00
10.00
20.00
17:00 22:30 04:00 09:30
40.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
O 3 (ug/m2)
O3 Suhu Udara
Waktu
Suhu Udara (0C)
Waktu
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 12:30
0.00 06:30
0.50 00:30
50.00
15.00
50.00
Kelembaban Udara (% )
100.00
20.00 100.00
Suhu Udara (0C)
1.50
22:00
150.00
25.00
05:30 11:00 16:30
2.00
30.00
150.00
07:30 13:00 18:30 24:00
200.00
35.00 200.00
18:30
O 3 (ug/m2)
2.50
40.00
15:00 20:30 02:00
3.00
250.00
00:30 06:00 11:30
3.50
O 3 (ug/m2)
4.00
300.00
Kecepatan Angin (m/s )
350.00
250.00
O 3 (ug/m2)
O3 Suhu Udara
Waktu
17:00 22:30 04:00 09:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
00:30 06:00 11:30 17:00
0.00
0.00
22:00
25.00
80.00
3.00 150.00
24:00 05:30 11:00 16:30
30.00
100.00
3.50
20:30 02:00 07:30 13:00 18:30
120.00
22:30 04:00 09:30 15:00
35.00
4.00
O 3 (ug/m2)
O 3 (ug/m2)
200.00
4.50
Kec epatan Angin (m/s)
250.00
140.00
Suhu Udara (0C)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
O3 Kelembaban Udara
Agustus 2002 ( JAF1)
34
Lampiran 2. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
100.00 80.00
80.00 60.00 60.00 40.00
40.00 20.00
20.00
0.00
0.00
800.00 700.00
200.00
600.00 500.00
150.00
400.00 100.00
300.00 200.00
50.00
Agustus 2002 ( JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
Juli 2003 (JAF2)
120.00
700.00
100.00
100.00
600.00
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
100.00 40.00 50.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
100.00
100.00
80.00
200.00 60.00 150.00 40.00
100.00
80.00
5.00 0.00 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
18:30
12:30
06:30
0.00
00:30
0.00 18:30
0.00 12:30
15.00 10.00
20.00
06:30
20.00
40.00
20.00
00:30
25.00
60.00
50.00
Waktu
35.00 30.00
O 3 (ug/m 2)
250.00
40.00
Suhu U dara (0C )
120.00
300.00
Kelembaban Udara (% )
120.00
18:30
O3 Suhu Udara
Juli 2003 (JAF2)
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
12:30
06:30
Waktu
350.00
06:30
0.00 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
Agustus 2002 ( JAF4)
00:30
5.00
0.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
18:30
00:30
15.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
100.00
10.00
0.00
0.00
20.00
50.00
20.00
06:30
18:30
25.00 150.00
Suhu U dara (0C )
60.00
30.00
200.00 O 3 (ug/m 2)
80.00 150.00
35.00
250.00 Kelembaban Udara (% )
100.00
200.00
00:30
O3 Radiasi
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 120.00
12:30
12:30
Waktu
Juli 2003 ( JAF4)
250.00
06:30
0.00 00:30
Agustus 2002 ( JAF3)
00:30
100.00
0.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
Agustus 2002 ( JAF5)
200.00
20.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 12:30
0.00 06:30
20.00
00:30
50.00
300.00 40.00
06:30
40.00
100.00
400.00 60.00
00:30
150.00
500.00
80.00
18:30
60.00
12:30
200.00
06:30
80.00
O3 (ug/m2)
120.00
300.00
Kelembaban Udara (% )
350.00
Radiasi (W/m2)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
250.00 O 3 (ug/m2)
O3 Radiasi
Waktu
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
O 3 (ug/m2)
06:30
O3 Kelembaban Udara
Waktu
O 3 (ug/m2)
00:30
18:30
12:30
0.00 06:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
100.00 0.00 00:30
O 3 (ug/m2)
100.00
250.00
Radiasi (W/m2)
120.00
O3 (ug/m2)
120.00
Kelembaban Udara (% )
140.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
O3 Suhu Udara
Juli 2003 ( JAF4)
35
Lampiran 2. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
800.00
4.00
3.00 150.00
2.50 2.00
100.00
1.50 1.00
50.00
200.00 O3 (ug/m2)
3.50
Kecepatan Angin (m/s )
700.00 600.00
150.00
500.00 400.00
100.00
300.00 200.00
50.00
100.00
0.50 0.00 18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
O3 Kecepatan Angin
O3 Radiasi
Waktu
September 2004 (JAF4)
Juli 2003 (JAF2)
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN 300.00
5.00
3.50
80.00
3.00 60.00
2.50 2.00
40.00
1.50 1.00
20.00
700.00 O3 (ug/m2)
4.00
250.00
Kecepatan Angin (m/s)
100.00
900.00 800.00
4.50
200.00
600.00 500.00
150.00 400.00 100.00
300.00 200.00
50.00 100.00
0.50 0.00
100.00 40.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
1.50 60.00 1.00
40.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
0.00 18:30
0.50
0.00
12:30
20.00
06:30
20.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00
2.00
80.00
00:30
50.00
100.00
O3 Kecepatan Angin
Waktu
September 2004 (JAF4)
Juli 2003 (JAF2)
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA 120.00
140.00
3.00
100.00
100.00
120.00
2.50
Kelembaban Udara (% )
120.00
100.00
2.00
80.00
60.00
60.00
40.00
40.00
20.00
20.00
20.00
0.50
0.00
0.00
0.00
Waktu
Juli 2003 ( JAF4)
80.00 1.50 60.00 1.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
40.00
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00
O3 (ug/m2)
80.00
00:30
Kecepatan Angin (m/s)
60.00
00:30
18:30
2.50
150.00
18:30
12:30
3.00
120.00
80.00
12:30
06:30
140.00
100.00
O3 (ug/m2)
200.00
120.00
Kelembaban Udara (% )
250.00
06:30
00:30
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
00:30
O3 Radiasi
Waktu
September 2004 (JAF5)
Juli 2003 ( JAF4)
O 3 (ug/m2)
18:30
O3 Kecepatan Angin
Waktu
O 3 (ug/m2)
12:30
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
0.00
Radiasi (W/m2)
120.00
O 3 (ug/m2)
00:30
18:30
12:30
06:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
0.00 00:30
0.00
0.00
Kecepatan Angin (m/s)
O 3 (ug/m2)
200.00
900.00
250.00
4.50
Radiasi (W/m2)
250.00
O3 Kecepatan Angin
September 2004 (JAF5)
36
Lampiran 2. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
200.00
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
700.00
250.00
20.00 15.00
100.00
10.00 50.00
O3 (ug/m2)
25.00
150.00
Suhu U dara (0C )
200.00
600.00
5.00
0.00
500.00
200.00
400.00 150.00 300.00 100.00
200.00
50.00
100.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
0.00 0.00
September 2004 (JAF5)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
O3 Suhu Udara
Waktu
Radiasi (W/m2)
300.00
35.00 30.00
O3 Radiasi
Waktu
September 2006 ( JAF4)
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
100.00 80.00
150.00 60.00 100.00 40.00 50.00
20.00
0.00
0.00
300.00
800.00 700.00
250.00
600.00 200.00
500.00
150.00
400.00 300.00
100.00
200.00
00:30 06:30 12:30 18:30
100.00
0.00 18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
O3 Kelembaban Udara
September 2004 (JAF4)
0.00 00:30
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
50.00
Waktu
Radiasi (W/m2)
200.00
O3 (ug/m2)
120.00 Kelem baban U dara (% )
250.00
Waktu
O3 Radiasi
September 2006 ( JAF5)
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
400.00
120.00
3.00
400.00 350.00
200.00
60.00
150.00
40.00
100.00 20.00
50.00
350.00
2.50
300.00 O3 (ug/m2)
80.00
250.00
Kelembaban Udara (%)
100.00
300.00
2.00
250.00
1.50
200.00 150.00
1.00
100.00 0.50
50.00
September 2004 (JAF5)
0.00
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
O3 Kelembaban Udara
0.00 00:30
0.00
0.00
Kecepatan Angin (m/s)
O 3 (ug/m 2)
00:30
HUBUNGAN O3 DENGAN RADIASI
40.00
250.00
O3 (ug/m2)
O3 Radiasi
Waktu
September 2006 ( JAF1)
300.00
O 3 (ug/m 2)
18:30
0.00 00:30
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
50.00
0.00
O3 Suhu Udara
September 2004 (JAF4)
100.00
50.00 12:30
0.00
Waktu
150.00
100.00
5.00 0.00
250.00
150.00
06:30
10.00
50.00
300.00
200.00
00:30
15.00
350.00
250.00
18:30
100.00
400.00
12:30
20.00
450.00
06:30
25.00
150.00
500.00
350.00 300.00 O3 (ug/m2)
O 3 (ug/m 2)
30.00
Suhu U dara (0C )
35.00 200.00
400.00
Radiasi (W/m2)
40.00
250.00
O3 Kecepatan Angin
September 2006 ( JAF1)
37
Lampiran 2. Lanjutan HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
Waktu
O 3 (ug/m 2)
30.00
10.00 50.00
O3 Kecepatan Angin
150.00 1.00 100.00 0.50
70.00 60.00
250.00 200.00
50.00 40.00
150.00
30.00 20.00
50.00
10.00 0.00
0.00 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
O3 Kecepatan Angin
September 2006 ( JAF5)
O3 Kelembaban Udara
Waktu
September 2006 ( JAF1)
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA
350.00
35.00
300.00
30.00
O 3 (ug/m 2)
40.00
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
400.00
300.00
120.00
250.00
100.00
200.00
80.00
150.00
60.00
100.00
40.00
25.00
200.00
20.00
150.00
15.00
100.00
10.00
50.00
5.00
50.00
20.00
0.00
0.00
0.00
0.00
O3 Suhu Udara
September 2006 ( JAF1)
September 2006 ( JAF4) HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN O3 DENGAN SUHU UDARA 300.00
40.00
200.00
25.00
150.00
20.00 15.00
100.00
10.00 50.00
5.00
0.00
Waktu
September 2006 ( JAF4)
300.00
100.00
250.00
90.00 80.00
200.00
70.00 60.00
150.00
50.00
100.00
40.00 30.00
50.00
20.00 10.00
0.00
0.00 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
0.00
O 3 (ug/m 2)
30.00
Suhu U dara (0C )
35.00
250.00
O3 Kelembaban Udara
Waktu
O3 Suhu Udara
Waktu
00:30 06:30 12:30 18:30
Waktu
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
250.00
Kelem baban U dara (% )
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
90.00 80.00
100.00
0.00
0.00
100.00
350.00
Kelem baban U dara (% )
50.00
400.00
Kelem baban U dara (% )
1.50
18:30
O3 Suhu Udara
300.00 O 3 (ug/m 2)
200.00
Kecepatan Angin (m/s)
2.00
12:30
0.00
Waktu
2.50
06:30
5.00
HUBUNGAN O3 DENGAN KELEMBABAN UDARA
250.00
00:30
15.00
September 2006 ( JAF5)
300.00
O3 (ug/m2)
20.00
100.00
HUBUNGAN O3 DENGAN KECEPATAN ANGIN
O 3 (ug/m 2)
25.00
150.00
0.00
September 2006 ( JAF4)
O 3 (ug/m 2)
35.00
200.00
00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
0.00 18:30
0.50
12:30
50.00
06:30
1.00
00:30
100.00
18:30
1.50
12:30
150.00
06:30
2.00
40.00
Suhu U dara (0C )
2.50
250.00
200.00
00:30
O3 (ug/m2)
250.00
3.00
Kecepatan Angin (m/s)
300.00
300.00
O3 Kelembaban Udara
September 2006 ( JAF5)
38
Lampiran 3. Fluktuasi faktor meteorologi dan PM10 pada bulan terbasah HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 120.00
4.50
800.00
500.00 60.00
400.00 300.00
40.00
PM10 (ug/m2)
600.00
80.00
4.00
100.00
700.00 Radiasi (W/m2)
3.50
80.00
3.00 2.50
60.00
2.00
40.00
1.50
200.00 100.00
0.00
Januari 2002 (JAF1)
800.00
80.00 600.00 60.00 400.00 200.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
2.50 2.00
40.00
1.50 1.00 0.50
0.00
PM10 Radiasi
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00 00:30
12:30 18:30
06:30
18:30 00:30
06:30 12:30
18:30 00:30
Waktu
Januari 2002 (JAF2)
Januari 2002 (JAF2) HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 1,000.00
120.00
16.00
900.00 100.00
800.00
600.00 60.00
500.00 400.00
40.00
300.00
12.00 PM10 (ug/m2)
80.00
Radiasi (W/m2)
700.00
80.00
10.00
60.00
8.00 6.00
40.00
4.00
200.00
20.00
14.00
100.00
20.00
2.00
100.00
0.00
Waktu
PM10 Radiasi
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
0.00 00:30
12:30 18:30
06:30
18:30 00:30
06:30 12:30
18:30 00:30
06:30 12:30
00:30
12:30 18:30
00:30 06:30
0.00
06:30
0.00
Waktu
PM10 Kecepatan Angin
Januari 2002 (JAF3)
Januari 2002 (JAF3) HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 120.00
3.50
100.00
600.00
100.00
3.00
Waktu
Januari 2002 (JAF5)
PM10 Radiasi
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00 18:30
0.50
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00
12:30
0.00
1.00
20.00
06:30
100.00
00:30
20.00
1.50 40.00
18:30
200.00
12:30
40.00
2.00 60.00
06:30
300.00
00:30
60.00
2.50
80.00
18:30
400.00
12:30
80.00
06:30
500.00
PM10 (ug/m2)
700.00
Radiasi (W/m2)
120.00
00:30
Kec epatan Angin (m/s)
120.00
PM10 (ug/m2)
PM10 Kecepatan Angin
Kec epatan Angin (m/s)
06:30 12:30
3.00
60.00
20.00
0.00 00:30
3.50
80.00
18:30
0.00
4.00
12:30
20.00
4.50
100.00
06:30
40.00
5.00
Kec epatan Angin (m/s)
120.00 PM10 (ug/m2)
140.00
1,000.00 Radiasi (W/m2)
1,200.00
120.00
12:30 18:30
12:30
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
100.00
PM10 (ug/m2)
PM10 Kecepatan Angin
Januari 2002 (JAF1)
140.00
00:30 06:30
06:30
Waktu
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
PM10 (ug/m2)
00:30
PM10 Radiasi
Waktu
0.50
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
18:30
0.00
1.00
20.00
12:30
20.00
06:30
PM10 (ug/m2)
100.00
Kec epatan Angin (m/s )
900.00
120.00
PM10 Kecepatan Angin
Januari 2002 (JAF5)
39
Lampiran 3. Lanjutan
30.00
100.00
100.00
80.00
80.00
60.00
60.00
40.00
40.00
25.00
80.00
20.00 60.00 15.00 40.00
10.00
PM10 (ug/m2)
120.00
100.00
Suhu U dara (0C )
120.00
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
Januari 2002 (JAF1)
120.00
120.00
30.00
120.00
100.00
100.00
25.00
100.00
80.00
20.00
60.00
15.00
40.00
10.00
20.00
5.00
20.00
20.00
0.00
0.00
0.00
0.00
PM10 (ug/m2)
140.00
Waktu
80.00
80.00 60.00 60.00 40.00
PM10 Suhu Udara
Januari 2002 (JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
00:30
12:30
40.00
06:30
Suhu U dara (0C )
35.00
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Januari 2002 (JAF2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
120.00
100.00
100.00
80.00
80.00
60.00
60.00
25.00
80.00
20.00 60.00 15.00 40.00
PM10 (ug/m2)
120.00
30.00 Suhu U dara (0C )
35.00
100.00
PM10 Suhu Udara
Januari 2002 (JAF3)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
00:30
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00 Waktu
18:30
0.00 12:30
0.00 06:30
0.00
00:30
20.00
0.00
18:30
20.00
12:30
40.00
5.00
10.00
06:30
40.00
20.00
Kelembaban Udara (%)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
120.00
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Januari 2002 (JAF3)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
Waktu
Waktu
Kelembaban Udara (% )
18:30
12:30
06:30
00:30
00:30
PM10 Suhu Udara
18:30
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
0.00
12:30
0.00
0.00
06:30
20.00
5.00
20.00
00:30
40.00
20.00
18:30
60.00
40.00
12:30
10.00
80.00
60.00
06:30
15.00 40.00
80.00
00:30
20.00 60.00
100.00
18:30
25.00
80.00
120.00
100.00
12:30
30.00
120.00
06:30
100.00
PM10 (ug/m2)
35.00
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
120.00
Januari 2002 (JAF5)
Kelembaban Udara (%)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
140.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
PM 10 (ug/m2)
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
PM 10 (ug/m2)
00:30 06:30
00:30
PM10 Suhu Udara
Januari 2002 (JAF1)
PM10 (ug/m2)
18:30
0.00 12:30
0.00 06:30
0.00 11:00 16:30 22:00
20.00
0.00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30
20.00
09:30 15:00 20:30 02:00
5.00
06:00 11:30 17:00 22:30 04:00
20.00
00:30
PM10 (ug/m 2)
35.00
Kelembaban Udara (% )
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 120.00
PM10 Kelembaban Udara
Januari 2002 (JAF5)
40
Lampiran 3. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
400.00
800.00
200.00
800.00
350.00
700.00
180.00
700.00
300.00
600.00
250.00
500.00
200.00
400.00
150.00
300.00
100.00
200.00
50.00
100.00
400.00
80.00
300.00 200.00
40.00
100.00
20.00 0.00
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
PM10 Radiasi
Waktu
18:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
Februari 2003 (JAF1)
Februari 2003 (JAF2) HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
180.00
700.00
160.00
5.00
600.00
140.00
4.50
500.00
120.00
120.00
400.00
100.00 80.00
300.00
60.00
200.00
PM10 (ug/m2)
140.00
Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
160.00
4.00 3.50
100.00
3.00
80.00
2.50
60.00
2.00 1.50
40.00
1.00
40.00
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI 800.00
200.00
700.00
180.00
300.00 200.00 100.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
6.00
60.00
4.00
40.00
2.00
20.00
PM10 Radiasi
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
80.00
0.00
0.00
Waktu
8.00
100.00
00:30
0.00
10.00
120.00
18:30
50.00
140.00
12:30
100.00
PM10 (ug/m2)
400.00
Radiasi (W/m2)
500.00
12.00
160.00
600.00
150.00
14.00
06:30
200.00
18:30
PM10 Kecepatan Angin
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
250.00
12:30
18:30
Waktu
Februari 2003 (JAF2)
Februari 2003 (JAF3)
06:30
12:30
PM10 Radiasi
Waktu
00:30
06:30
0.00 00:30
0.50
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
18:30
0.00
12:30
20.00
20.00 06:30
100.00
Kec epatan Angin (m/s )
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
200.00
Februari 2003 (JAF4)
PM10 Kecepatan Angin
Kec epatan Angin (m/s)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
12:30
100.00
06:30
20.00
00:30
0.00
200.00
18:30
0.50
0.00
40.00
12:30
1.00
50.00
300.00
06:30
1.50
100.00
60.00
00:30
2.00
150.00
400.00
18:30
2.50
200.00
500.00 80.00
12:30
3.00
250.00
600.00
100.00
06:30
300.00
00:30
700.00
18:30
3.50
120.00
12:30
4.00
350.00
06:30
400.00
800.00
PM10 (ug/m2)
900.00
140.00
Radiasi (W/m2)
160.00
Kec epatan Angin (m/s )
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
0.00
PM10 (ug/m2)
PM10 Radiasi
Waktu
Februari 2003 (JAF5)
Februari 2003 (JAF1)
PM10 (ug/m2)
18:30
0.00 12:30
PM10 Radiasi
Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
500.00
100.00
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
120.00
60.00
0.00
Waktu
600.00
140.00
06:30
0.00
160.00
Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
PM10 Kecepatan Angin
Februari 2003 (JAF3)
41
Lampiran 3. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 3.50
35.00
180.00
150.00
2.00
100.00
1.50 1.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
Waktu
25.00
120.00
20.00
100.00 80.00
15.00
60.00
10.00
40.00
0.50
20.00
0.00
0.00
5.00 0.00
PM10 Kecepatan Angin
Februari 2003 (JAF4)
Februari 2003 (JAF3) HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
160.00
3.50
140.00
3.00
120.00
2.50
100.00
2.00
80.00
1.50
60.00
Waktu
30.00
200.00
25.00 150.00
20.00 15.00
100.00
10.00 50.00
5.00
0.00
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Kecepatan Angin
Februari 2003 (JAF5)
Februari 2003 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
30.00
250.00
20.00
200.00 15.00
150.00
10.00
100.00
Waktu
25.00
140.00 120.00
20.00
100.00 15.00
80.00 60.00
10.00
40.00
5.00
20.00 0.00
11:00 16:30 22:00
07:30 13:00 18:30 24:00 05:30
0.00 09:30 15:00 20:30 02:00
0.00
0.00
PM10 Suhu Udara
Februari 2003 (JAF1)
PM10 Suhu Udara
Waktu
Februari 2003 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
350.00
25.00
300.00
150.00
20.00
PM10 Suhu Udara
Waktu
18:30
12:30
00:30
0.00 06:30
0.00 00:30
0.00
18:30
0.00
12:30
50.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
5.00
Waktu
40.00
100.00
20.00
06:30
10.00
40.00
60.00
200.00
00:30
15.00
60.00
80.00
250.00
18:30
20.00
80.00
12:30
100.00
100.00
06:30
120.00
120.00
Kelembaban Udara (% )
400.00
30.00 PM10 (ug/m2)
35.00
140.00
Suhu U dara (0C )
160.00
12:30
06:00 11:30 17:00 22:30 04:00
5.00
00:30
50.00
30.00
160.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
PM10 (ug/m2)
25.00
35.00
180.00
Suhu Udara (0C )
350.00
200.00
PM10 (ug/m2)
35.00
Suhu U dara (0C )
400.00
300.00
PM 10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
00:30 06:30
12:30
06:30
0.00 00:30
0.00 18:30
20.00
0.50 12:30
1.00
06:30
40.00
35.00
250.00
Suhu Udara (0C )
4.00
PM10 (ug/m2)
4.50
180.00
Kec epatan Angin (m/s)
200.00
00:30
PM10 (ug/m2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
Februari 2003 (JAF2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
140.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
50.00
30.00
160.00
PM 10 (ug/m2)
PM10 (ug/m2)
2.50
Kec epatan Angin (m/s)
3.00
200.00
Suhu U dara (0C )
250.00
200.00
PM10 Kelembaban Udara
Februari 2003 (JAF1)
42
Lampiran 3. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
100.00 80.00
100.00
60.00
80.00 60.00
40.00
40.00 20.00
20.00
140.00
600.00
120.00
500.00
100.00
400.00
80.00 300.00 60.00 200.00
40.00
100.00
20.00
0.00 0.00
Februari 2003 (JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
80.00
120.00 60.00
100.00 80.00
40.00
60.00 40.00
PM10 (ug/m2)
140.00
Kelembaban Udara (%)
100.00
160.00
350.00
350.00
300.00
300.00
250.00
250.00
200.00
200.00
150.00
150.00
100.00
100.00
50.00
50.00
0.00
0.00
Radiasi (W/m2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
120.00
180.00
20.00
20.00
Februari 2003 (JAF3)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
06:30
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
12:30
0.00
0.00
06:30
PM10 Radiasi
Waktu
Februari 2004 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
150.00 60.00 100.00 40.00
400.00
140.00
350.00
120.00
300.00
100.00
250.00
80.00
200.00
Februari 2003 (JAF4)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
00:30
Waktu
18:30
0.00
PM10 Kelembaban Udara
12:30
50.00
0.00 06:30
20.00 00:30
100.00
0.00
18:30
150.00
40.00
12:30
60.00
20.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
450.00
160.00
06:30
50.00
180.00
Waktu
Radiasi (W/m2)
80.00
PM10 (ug/m2)
100.00
200.00
Kelembaban Udara (%)
120.00
250.00
PM10 Radiasi
Februari 2004 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
140.00
80.00
120.00 60.00
100.00 80.00
40.00
60.00 40.00
20.00
20.00
PM10 (ug/m2)
100.00
160.00
Kelembaban Udara (% )
180.00
140.00
4.00
120.00
3.50 3.00
100.00
2.50
80.00
2.00 60.00
1.50
40.00
1.00
20.00
0.50
0.00
0.00
Februari 2003 (JAF5)
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
18:30
12:30
PM10 Kelembaban Udara
06:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
00:30
0.00
0.00
Kec epatan Angin (m/s )
120.00
200.00
00:30
PM10 (ug/m2)
06:30
Februari 2004 (JAF2)
200.00
PM10 (ug/m2)
PM10 Radiasi
Waktu
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
PM10 (ug/m2)
00:30
18:30
12:30
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
0.00 06:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
00:30 06:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
00:30
PM10 (ug/m2)
120.00
PM10 (ug/m2)
140.00
Kelembaban Udara (% )
120.00
Radiasi (W/m2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
160.00
PM10 Kecepatan Angin
Februari 2004 (JAF2)
43
Lampiran 3. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 3.50
35.00
2.50
200.00
2.00
150.00
1.50
100.00
20.00
80.00
15.00
60.00
10.00
40.00 5.00 0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Kecepatan Angin
Februari 2004 (JAF4)
Februari 2004 (JAF5)
3.50
2.50
100.00
2.00
80.00
1.50 1.00
40.00
Waktu
80.00
80.00 60.00 60.00 40.00
40.00
PM10 Kecepatan Angin
Februari 2004 (JAF5)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
0.00 06:30
0.00 00:30
20.00
0.00
18:30
0.50
20.00
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Februari 2004 (JAF2)
25.00
250.00
80.00
20.00
60.00
15.00
40.00
10.00
20.00
5.00
50.00
20.00
0.00
0.00
0.00
0.00
PM10 (ug/m2)
100.00
100.00
80.00
200.00 60.00 150.00 40.00
PM10 Suhu Udara
Waktu
Februari 2004 (JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
00:30
06:30
100.00
11:00 16:30 22:00
Suhu U dara (0C )
300.00
07:30 13:00 18:30 24:00 05:30
30.00
09:30 15:00 20:30 02:00
120.00
120.00
06:00 11:30 17:00 22:30 04:00
350.00
00:30
35.00
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Februari 2004 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
350.00
35.00
300.00
30.00
250.00
25.00
200.00
20.00
150.00
15.00
120.00
180.00 160.00
100.00
100.00
10.00
PM10 (ug/m2)
Suhu U dara (0C )
PM10 (ug/m 2)
140.00
80.00
120.00 100.00
60.00
80.00
40.00
60.00 40.00
Waktu
20.00
20.00 0.00
PM10 Suhu Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
11:00 16:30 22:00
07:30 13:00 18:30 24:00 05:30
09:30 15:00 20:30 02:00
0.00 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00
5.00
0.00 00:30
50.00
Februari 2004 (JAF4)
Kelembaban Udara (% )
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 140.00
Kelembaban Udara (% )
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
100.00
100.00
12:30
20.00
120.00
120.00
06:30
60.00
140.00
00:30
120.00
PM10 (ug/m2)
PM10 (ug/m2)
140.00
Kec epatan Angin (m/s)
3.00
18:30
160.00
06:30
180.00
Kelembaban Udara (% )
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
PM10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
12:30
12:30
0.00
06:30
0.00 00:30
20.00
0.00 18:30
0.50
12:30
1.00
50.00
06:30
25.00
120.00
100.00
Waktu
30.00
140.00
PM 10 (ug/m2)
3.00
250.00
Kec epatan Angin (m/s)
300.00
00:30
PM10 (ug/m2)
160.00
Suhu U dara (0C )
350.00
180.00
PM10 Kelembaban Udara
Februari 2004 (JAF5)
44
Lampiran 3. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI 80.00
600.00
70.00
30.00
500.00
60.00
300.00
30.00
200.00 100.00
0.00
15.00
30.00
10.00
10.00
5.00
0.00
0.00
00:30 06:00 11:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Radiasi
Waktu
Januari 2006 (JAF1)
Januari 2006 (JAF1)
800.00
160.00
35.00
140.00
700.00
140.00
30.00
120.00
600.00
120.00
100.00
500.00
80.00
400.00
60.00
300.00
40.00
200.00
20.00
100.00
0.00
PM10 (ug/m2)
160.00
15.00
60.00
10.00
20.00
5.00
0.00
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Radiasi
Januari 2006 (JAF5)
Januari 2006 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA 120.00
80.00
3.00
80.00
2.00
50.00
1.50
40.00 30.00
1.00
20.00 0.50
10.00
60.00
40.00 30.00
40.00 20.00
10.00
0.00
0.00 00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Kecepatan Angin
Waktu
Januari 2006 (JAF1)
Januari 2006 (JAF1)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
4.00
160.00
140.00
3.50
140.00
120.00
3.00
100.00
2.50
60.00
60.00
40.00
40.00 20.00
PM10 Kecepatan Angin
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
06:30
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00
00:30
20.00
0.00 18:30
0.50
0.00 12:30
20.00 06:30
1.00
00:30
40.00
18:30
1.50
12:30
2.00
06:30
80.00
80.00
60.00
00:30
100.00
100.00
80.00
Waktu
120.00
120.00 PM10 (ug/m2)
Kec epatan Angin (m/s)
160.00
Januari 2006 (JAF5)
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
12:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
80.00
50.00
20.00
0.00
0.00
100.00
60.00 PM10 (ug/m2)
2.50
60.00
Kec epatan Angin (m/s )
70.00
70.00 PM10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
Kelembaban Udara (% )
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
20.00
80.00
40.00
0.00
Waktu
25.00
100.00
Suhu Udara (0C )
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
PM10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
Kelembaban Udara (% )
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
20.00
40.00
20.00
20.00 10.00
25.00
50.00
17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
40.00
PM 10 (ug/m2)
400.00
50.00
Radiasi (W/m2)
60.00 PM10 (ug/m2)
35.00
70.00
Suhu U dara (0C )
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 80.00
PM10 Kelembaban Udara
Januari 2006 (JAF5)
45
Lampiran 4. Fluktuasi faktor meteorologi dan PM10 pada bulan terkering HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI 350.00
800.00
200.00
800.00
300.00
700.00
180.00
700.00
300.00
Agustus 2002 (JAF1)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
Agustus 2002 (JAF2)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
PM10 Radiasi
Waktu
06:30
Waktu
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 800.00
4.50
250.00 200.00
500.00
150.00
400.00 300.00
100.00
PM10 (ug/m2)
200.00
Radiasi (W/m2)
600.00
200.00 50.00
3.50 3.00
150.00
2.50 2.00
100.00
1.50 1.00
50.00
100.00
0.50 0.00
Agustus 2002 (JAF3)
300.00 200.00
50.00 100.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
8.00
100.00
6.00 4.00
50.00
2.00 0.00
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Radiasi
12:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
10.00
0.00
0.00
Waktu
12.00
150.00
06:30
0.00
14.00
200.00
00:30
100.00
16.00 Kecepatan Angin (m/s )
400.00
PM10 (ug/m2)
150.00
Radiasi (W/m2)
500.00
18.00
250.00
200.00
12:30
06:30
300.00
600.00
06:30
00:30
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 700.00
00:30
PM10 Kecepatan Angin
Agustus 2002 (JAF2)
250.00
18:30
18:30
Waktu
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
12:30
12:30
PM10 Radiasi
Waktu
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
0.00
Kec epatan Angin (m/s)
4.00
700.00
250.00
06:30
PM10 Kecepatan Angin
Agustus 2002 (JAF1)
300.00
00:30
Kec epatan Angin (m/s)
0.00 00:30
0.50
0.00 18:30
1.00
50.00
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
1.50
100.00
12:30
0.00
2.00
150.00
06:30
100.00
2.50
200.00
00:30
200.00
50.00
3.00
250.00
18:30
300.00
3.50
300.00
12:30
400.00 100.00
PM10 (ug/m2)
500.00
150.00
Radiasi (W/m2)
600.00
350.00
06:30
800.00
200.00 PM10 (ug/m2)
06:30
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
700.00
PM10 (ug/m2)
00:30
Agustus 2002 (JAF5)
250.00
Agustus 2002 (JAF4)
PM10 Radiasi
Waktu
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
PM10 (ug/m2)
18:30
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
100.00
0.00
PM10 Radiasi
Waktu
200.00
20.00
0.00 00:30
300.00
40.00
100.00
0.00
400.00
80.00 60.00
200.00
50.00
500.00
100.00
12:30
100.00
120.00
06:30
150.00
600.00
140.00
Radiasi (W/m2)
400.00
PM10 (ug/m2)
500.00
200.00
Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
160.00
600.00
250.00
PM10 Kecepatan Angin
Agustus 2002 (JAF3)
46
Lampiran 4. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
250.00
3.50 3.00
150.00
2.50 2.00
100.00
1.50 1.00
50.00
40.00 35.00 30.00
200.00
25.00
150.00
20.00 15.00
100.00
10.00 50.00
5.00
0.50
0.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Kecepatan Angin
Agustus 2002 (JAF3)
Agustus 2002 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
140.00 120.00
2.50
100.00
2.00
80.00
1.50
60.00
1.00
40.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
Waktu
30.00 25.00
150.00
20.00 100.00
15.00 10.00
50.00
5.00 0.00
0.00
PM10 Kecepatan Angin
Agustus 2002 (JAF4)
Agustus 2002 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
40.00
200.00
300.00
35.00
180.00
25.00
200.00
20.00 150.00
15.00
100.00
10.00
120.00
60.00
0.00
5.00 0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
11:00 16:30 22:00
20.00
07:30 13:00 18:30 24:00 05:30
10.00
40.00
0.00 09:30 15:00 20:30 02:00
15.00
80.00
0.00
PM10 Suhu Udara
Agustus 2002 (JAF1)
PM10 Suhu Udara
Waktu
Agustus 2002 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 350.00
120.00
30.00
300.00
100.00
25.00
250.00
150.00
20.00
100.00
15.00 10.00
Waktu
40.00
100.00
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
00:30
PM10 Suhu Udara
06:30
0.00 00:30
20.00
0.00 18:30
50.00
0.00
18:30
5.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
0.00
60.00 150.00
06:30
50.00
80.00
200.00
Kelembaban Udara (% )
35.00
PM10 (ug/m2)
200.00
Suhu U dara (0C )
250.00
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
12:30
06:00 11:30 17:00 22:30 04:00
20.00
100.00
5.00 00:30
25.00
140.00
50.00
Waktu
30.00
160.00
PM10 (ug/m2)
30.00
250.00
35.00
Suhu Udara (0C )
350.00
Suhu U dara (0C )
PM10 (ug/m2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
PM 10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
12:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
0.00 06:30
0.00 00:30
20.00
0.50
35.00 200.00
Suhu Udara (0C )
3.00
06:30
PM10 (ug/m2)
160.00
40.00
250.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
3.50
PM10 (ug/m2)
4.00
180.00
Kecepatan Angin (m/s)
200.00
Agustus 2002 (JAF2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
00:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
0.00
0.00
Suhu U dara (0C )
4.00
PM 10 (ug/m2)
PM10 (ug/m2)
200.00
4.50
Kecepatan Angin (m/s )
250.00
300.00
PM10 Kelembaban Udara
Agustus 2002 (JAF1)
47
Lampiran 4. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA 300.00
100.00
250.00
50.00
0.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
200.00 100.00 0.00 18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
00:30
0.00
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Radiasi (W/m2)
300.00
50.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Radiasi
Waktu
Juli 2003 (JAF4)
Agustus 2002 (JAF3)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA 250.00
120.00
80.00 150.00 60.00 100.00 40.00 50.00
800.00 700.00
200.00 PM10 (ug/m2)
200.00
Kelembaban Udara (% )
100.00
250.00
600.00 500.00
150.00
400.00 100.00
300.00 200.00
50.00
20.00
Radiasi (W/m2)
12:30
0.00 06:30
0.00 00:30
20.00
18:30
50.00
12:30
40.00
06:30
100.00
400.00
100.00
06:30
60.00
500.00 150.00
00:30
150.00
600.00 200.00
18:30
80.00
700.00
12:30
200.00
250.00
06:30
100.00
PM10 (ug/m2)
120.00
250.00
Kelembaban Udara (% )
300.00
00:30
18:30
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
PM10 (ug/m2)
PM10 Radiasi
Waktu
Juli 2003 (JAF2)
Agustus 2002 (JAF2)
PM10 (ug/m2)
12:30
00:30
0.00
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Radiasi (W/m2)
100.00
0.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
300.00 200.00
20.00
0.00
400.00
100.00
06:30
50.00
500.00
150.00
00:30
40.00
600.00 200.00
18:30
100.00
700.00
12:30
60.00
800.00
06:30
80.00 150.00
PM10 (ug/m2)
PM10 (ug/m2)
200.00
120.00
Kelembaban Udara (%)
250.00
100.00 0.00
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
Waktu
Juli 2003 (JAF5)
Agustus 2002 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA 200.00
120.00
300.00
100.00
250.00
4.50
Waktu
0.50
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
00:30
0.00 12:30
0.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
1.00
06:30
0.00
20.00
1.50
00:30
50.00
18:30
20.00
12:30
40.00
2.00
100.00
06:30
40.00
60.00
2.50
00:30
80.00
3.00
150.00
18:30
60.00
100.00
3.50
200.00
12:30
80.00
120.00
4.00
06:30
140.00
PM10 (ug/m2)
PM10 (ug/m2)
160.00
Kelembaban Udara (% )
180.00
Agustus 2002 (JAF5)
PM10 Radiasi
Kec epatan Angin (m/s)
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
0.00
PM10 Kecepatan Angin
Juli 2003 (JAF2)
48
Lampiran 4. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 250.00
5.00
250.00
250.00
200.00
200.00
150.00
150.00
100.00
100.00
50.00
50.00
0.00
0.00
3.50 150.00
3.00 2.50
100.00
2.00 1.50
50.00
1.00
Suhu Udara (0C )
4.00
PM10 (ug/m2)
PM10 (ug/m2)
200.00
Kec epatan Angin (m/s)
4.50
Waktu
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
PM10 Kecepatan Angin
Juli 2003 (JAF4)
Juli 2003 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
250.00
5.00 4.00 3.50
150.00
3.00 2.50
100.00
2.00 1.50
50.00
1.00
PM10 (ug/m2)
200.00
Kec epatan Angin (m/s)
4.50
PM10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
300.00
120.00
250.00
100.00
200.00
80.00
150.00
60.00
100.00
40.00
50.00
20.00
0.00
0.00
Kelembaban Udara (% )
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
0.00
09:30 15:00 20:30
0.50
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Kecepatan Angin
Juli 2003 (JAF5)
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Juli 2003 (JAF2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA 35.00
250.00
30.00
120.00
250.00
100.00
10.00
50.00
5.00
0.00
0.00
80.00 150.00 60.00 100.00 40.00 50.00
20.00 0.00
0.00 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30 00:30 06:30 12:30 18:30
PM10 Suhu Udara
Waktu
Juli 2003 (JAF2)
00:30 06:30 12:30 18:30
15.00 100.00
PM 10 (ug/m 2)
20.00 150.00
Suhu U dara (0C )
200.00 25.00
200.00
Kelem baban U dara (% )
300.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
PM 10 (ug/m 2)
12:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
0.50 0.00
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
Juli 2003 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
250.00
40.00
120.00
250.00
25.00
150.00
20.00 100.00
15.00
100.00
200.00 PM10 (ug/m2)
30.00
Suhu Udara (0C)
80.00 150.00 60.00 100.00 40.00
10.00
Juli 2003 (JAF4)
0.00
PM10 Suhu Udara
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
0.00 00:30
11:00 16:30 22:00
24:00 05:30
13:00 18:30
07:30
20:30 02:00
09:30 15:00
22:30 04:00
17:00
06:00 11:30
00:30
Waktu
20.00
00:30
0.00
18:30
5.00 0.00
50.00
12:30
50.00
06:30
PM 10 (ug/m 2)
200.00
Kelembaban Udara (% )
35.00
PM10 Kelembaban Udara
Juli 2003 (JAF5)
49
Lampiran 4. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 900.00 800.00
40.00 35.00
250.00
250.00 600.00 500.00 150.00 400.00 100.00
300.00
30.00
PM 10 (ug/m2)
200.00
Radiasi (W/m2)
200.00
25.00
150.00
20.00 15.00
100.00
10.00
200.00
50.00
50.00
5.00
100.00 0.00
0.00
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
PM10 Radiasi
Waktu
September 2004 (JAF1)
September 2004 (JAF1)
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 900.00
400.00
40.00
350.00
800.00
350.00
35.00
300.00
700.00
300.00
30.00
250.00
25.00
200.00
20.00
150.00
15.00
100.00
10.00
50.00
5.00
0.00
0.00
600.00
250.00
500.00 200.00 400.00 150.00
300.00
100.00
PM 10 (ug/m2)
400.00
Radiasi (W/m2)
200.00
50.00
100.00
0.00 18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
Waktu
PM10 Radiasi
September 2004 (JAF5)
September 2004 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
90.00
4.00
3.00
200.00
2.50
150.00
2.00 1.50
100.00
1.00
50.00
PM10 (ug/m2)
3.50
250.00
Kec epatan Angin (m/s)
250.00
100.00
300.00
4.50
300.00
80.00 70.00
200.00
60.00 150.00
50.00 40.00
100.00
30.00 20.00
50.00
10.00
0.50
Waktu
PM10 Kecepatan Angin
September 2004 (JAF1)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 12:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
0.00
0.00 00:30
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
September 2004 (JAF1) HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 400.00
3.00
300.00
2.50
250.00
100.00
Waktu
September 2004 (JAF5)
10.00 0.00
PM10 Kecepatan Angin
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
0.00
20.00
00:30
50.00
30.00
50.00
18:30
0.50
40.00
12:30
1.00
100.00
50.00
100.00
06:30
150.00
60.00 150.00
00:30
1.50
200.00
70.00
18:30
250.00
80.00
200.00
06:30
2.00
PM10 (ug/m2)
300.00
Kec epatan Angin (m/s)
90.00
350.00
12:30
PM10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
Kelembaban Udara (% )
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
PM10 (ug/m2)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
PM10 (ug/m2)
PM10 Suhu Udara
Waktu
Suhu U dara (0C )
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
Kelembaban Udara (% )
PM10 (ug/m2)
700.00
Suhu U dara (0C )
300.00
300.00
PM10 Kelembaban Udara
September 2004 (JAF5)
50
Lampiran 4. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
300.00
500.00
250.00
3.00
300.00 150.00
250.00 c
200.00
100.00
150.00
PM10 (ug/m2)
350.00
200.00
100.00
50.00
2.50
200.00 Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
400.00
2.00 150.00 1.50 100.00 1.00 50.00
0.50
50.00
0.00
September 2006 (JAF1)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
PM10 Radiasi
Waktu
0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
06:30
0.00
Kecepatan Angin (m/s )
450.00 250.00
Waktu
PM10 Kecepatan Angin
September 2006 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN 700.00
250.00
250.00
2.50
200.00
2.00
150.00
1.50
100.00
1.00
50.00
0.50
0.00
0.00
September 2006 (JAF4)
Waktu
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
PM10 Radiasi
Waktu
12:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
September 2006 (JAF5)
HUBUNGAN PM10 DENGAN RADIASI
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA 800.00
300.00
40.00
700.00
400.00 c 300.00
30.00
PM 10 (ug/m2)
500.00
150.00
Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
600.00
200.00
25.00
150.00
20.00 15.00
100.00
10.00
200.00
50.00
50.00
100.00
PM10 Radiasi
September 2006 (JAF5)
Waktu
HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
2.50
200.00
2.00
35.00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
0.00 12:30
0.00 06:30
0.50
00:30
50.00
18:30
1.00
12:30
100.00
06:30
1.50
00:30
150.00
40.00
PM10 Kecepatan Angin
200.00
30.00 25.00
150.00
20.00 100.00
15.00 10.00
50.00
5.00 0.00
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
250.00
250.00
PM 10 (ug/m2)
3.00
Kec epatan Angin (m/s )
300.00
September 2006 (JAF1)
PM10 Suhu Udara
September 2006 (JAF1)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KECEPATAN ANGIN
Waktu
0.00
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
Waktu
5.00
0.00
0.00
0.00
PM10 (ug/m2)
35.00
250.00
200.00
Suhu U dara (0C )
250.00
100.00
Kec epatan Angin (m/s)
PM10 Kecepatan Angin
Suhu U dara (0C )
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
00:30
0.00
0.00
06:30
100.00
00:30
50.00
18:30
200.00
12:30
300.00
PM10 (ug/m2)
400.00 c
100.00
Radiasi (W/m2)
PM10 (ug/m2)
500.00 150.00
06:30
600.00 200.00
Waktu
PM10 Suhu Udara
September 2006 (JAF4)
51
Lampiran 4. Lanjutan HUBUNGAN PM10 DENGAN SUHU UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
250.00
40.00
120.00
250.00
0.00
20.00 0.00
PM10 Suhu Udara
Waktu
September 2006 (JAF5)
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
00:30
00:30 06:00 11:30 17:00 22:30 04:00 09:30 15:00 20:30 02:00 07:30 13:00 18:30 24:00 05:30 11:00 16:30 22:00
0.00 12:30
0.00
40.00 50.00
5.00
06:30
10.00
50.00
60.00 100.00
00:30
15.00
18:30
100.00
80.00 150.00
12:30
20.00
100.00
06:30
150.00
PM10 (ug/m2)
25.00
Suhu U dara (0C )
PM10 Kelembaban Udara
Waktu
September 2006 (JAF4)
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
HUBUNGAN PM10 DENGAN KELEMBABAN UDARA
100.00
300.00
100.00
300.00
90.00
Waktu
September 2006 (JAF1)
0.00
Waktu
18:30
12:30
06:30
PM10 Kelembaban Udara
10.00 0.00 00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
18:30
12:30
06:30
00:30
0.00
20.00
18:30
0.00
30.00
50.00
12:30
10.00
06:30
50.00
40.00
00:30
20.00
50.00
100.00
18:30
30.00
12:30
100.00
60.00 150.00
06:30
40.00
70.00
00:30
50.00
18:30
150.00
80.00
200.00
12:30
60.00
06:30
200.00
90.00
00:30
70.00
250.00 PM10 (ug/m2)
80.00
Kelembaban Udara (% )
PM10 (ug/m2)
250.00
Kelembaban Udara (% )
PM10 (ug/m2)
30.00
200.00
Kelembaban Udara (% )
35.00 200.00
PM10 Kelembaban Udara
September 2006 (JAF5)
52
Lampiran 5. Peta persebaran ozon (O3) di DKI Jakarta
53
Lampiran 5. Lanjutan
54
Lampiran 5. Lanjutan
55
Lampiran 5. Lanjutan
56
Lampiran 6. Peta persebaran partikulat matter 10 (PM10) di DKI Jakarta
57
Lampiran 6. Lanjutan
58
Lampiran 6. Lanjutan
59
Lampiran 6. Lanjutan
60
Lampiran 7. Hasil analisis korelasi dan regresi berganda JAF1
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, O3 (ug/m3) TEMPAIR 0.817 0.000
GRAD
-0.895 0.000
-0.779 0.000
KEC angin
0.733 0.000
0.571 0.000
-0.741 0.000
O3
0.836 0.000
0.739 0.000
-0.818 0.000
GRAD
HUMair
(ug/m3)
HUMair
KEC angin
0.629 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: O3 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin The regression equation is O3 (ug/m3) = - 66.1 + 6.37 TEMPAIR + 0.0237 GRAD - 0.798 HUMair - 0.88 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -66.13 6.3741 0.023667 -0.79802 -0.877
S = 23.7325
SE Coef 18.70 0.5379 0.005114 0.08578 1.193
R-Sq = 72.8%
T -3.54 11.85 4.63 -9.30 -0.73
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.463
VIF 6.6 3.2 5.7 2.4
R-Sq(adj) = 72.7%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 1238 1242
SS 1864284 697283 2561566
MS 466071 563
F 827.49
P 0.000
Seq SS 1788210 24704 51066 304
61
Lampiran 7. Lanjutan JAF2
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, O3 (ug/m3) TEMPAIR 0.741 0.000
GRAD
-0.940 0.000
-0.669 0.000
KEC angin
0.628 0.000
0.583 0.000
-0.603 0.000
O3
0.541 0.000
0.532 0.000
-0.459 0.000
GRAD
HUMair
(ug/m3)
HUMair
KEC angin
0.318 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: O3 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin The regression equation is O3 (ug/m3) = - 180 + 5.52 TEMPAIR + 0.0226 GRAD + 0.490 HUMair - 1.19 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -179.81 5.5191 0.022620 0.48991 -1.1946
S = 16.0250
SE Coef 16.09 0.4087 0.001884 0.06627 0.2965
R-Sq = 35.0%
T -11.17 13.50 12.01 7.39 -4.03
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
VIF 10.9 2.4 8.8 1.7
R-Sq(adj) = 34.9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 2610 2614
SS 360441 670248 1030689
MS 90110 257
F 350.90
P 0.000
Seq SS 301337 39618 15316 4169
62
Lampiran 7. Lanjutan JAF3
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, O3 (ug/m3) TEMPAIR 0.759 0.000
GRAD
-0.956 0.000
-0.740 0.000
KEC angin
0.732 0.000
0.689 0.000
-0.747 0.000
O3
0.766 0.000
0.734 0.000
-0.749 0.000
GRAD
HUMair
(ug/m3)
HUMair
KEC angin
0.589 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: O3 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin The regression equation is O3 (ug/m3) = - 61.9 + 4.59 TEMPAIR + 0.0491 GRAD - 0.334 HUMair - 0.491 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -61.95 4.5947 0.049089 -0.33402 -0.4908
S = 17.0288
SE Coef 21.38 0.5530 0.002659 0.08810 0.1556
R-Sq = 64.5%
T -2.90 8.31 18.46 -3.79 -3.15
P 0.004 0.000 0.000 0.000 0.002
VIF 12.4 2.6 12.2 2.5
R-Sq(adj) = 64.4%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 2240 2244
SS 1179948 649552 1829499
MS 294987 290
F 1017.27
P 0.000
Seq SS 1073463 100700 2900 2885
63
Lampiran 7. Lanjutan JAF4
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, O3 (ug/m3) TEMPAIR 0.717 0.000
GRAD
-0.949 0.000
-0.682 0.000
KEC angin
0.635 0.000
0.536 0.000
-0.632 0.000
O3
0.638 0.000
0.524 0.000
-0.659 0.000
GRAD
HUMair
(ug/m3)
HUMair
KEC angin
0.354 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: O3 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin The regression equation is O3 (ug/m3) = 116 + 0.662 TEMPAIR + 0.0212 GRAD - 0.990 HUMair - 4.08 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef 116.43 0.6616 0.021244 -0.98960 -4.0817
S = 17.9467
SE Coef 14.02 0.3593 0.002026 0.05626 0.4086
R-Sq = 45.6%
T 8.31 1.84 10.49 -17.59 -9.99
P 0.000 0.066 0.000 0.000 0.000
VIF 11.2 2.1 10.2 1.7
R-Sq(adj) = 45.5%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 5137 5141
SS 1385731 1654544 3040275
MS 346433 322
F 1075.60
P 0.000
Seq SS 1238570 27389 87629 32143
64
Lampiran 7. Lanjutan JAF5
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, O3 (ug/m3) TEMPAIR 0.770 0.000
GRAD
-0.895 0.000
-0.737 0.000
KEC angin
0.665 0.000
0.423 0.000
-0.638 0.000
O3
0.627 0.000
0.693 0.000
-0.599 0.000
GRAD
HUMair
(ug/m3)
HUMair
KEC angin
0.265 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: O3 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin The regression equation is O3 (ug/m3) = - 69.5 + 5.17 TEMPAIR + 0.0970 GRAD - 0.370 HUMair - 10.3 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -69.53 5.1737 0.096988 -0.36971 -10.2813
S = 33.0509
SE Coef 15.18 0.4283 0.003367 0.06685 0.6648
R-Sq = 52.5%
T -4.58 12.08 28.80 -5.53 -15.47
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
VIF 6.5 2.6 5.3 1.9
R-Sq(adj) = 52.5%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 4985 4989
SS 6025932 5445424 11471356
MS 1506483 1092
F 1379.11
P 0.000
Seq SS 4504551 1249898 10208 261276
65
Lampiran 7. Lanjutan JAF1
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, PM10 (ug/m3) GRAD
TEMPAIR 0.799 0.000
GRAD
-0.929 0.000
-0.746 0.000
0.784 0.000
0.598 0.000
-0.763 0.000
-0.545 0.000
-0.314 0.000
0.551 0.000
HUMair
KEC angin
PM10 (ug/m3)
HUMair
KEC angin
-0.527 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: PM10 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, ... The regression equation is PM10 (ug/m3) = 215 - 5.64 TEMPAIR + 0.0742 GRAD + 0.790 HUMair - 11.8 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef 214.74 -5.6362 0.074210 0.79010 -11.750
S = 41.2582
SE Coef 20.01 0.5504 0.004485 0.08954 1.058
R-Sq = 37.0%
T 10.73 -10.24 16.55 8.82 -11.11
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
VIF 10.0 2.8 7.5 2.7
R-Sq(adj) = 36.9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 4673 4677
SS 4661854 7954572 12616426
MS 1165463 1702
F 684.66
P 0.000
Seq SS 3750021 509337 192539 209957
66
Lampiran 7. Lanjutan JAF2
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, PM10 (ug/m3) GRAD
TEMPAIR 0.729 0.000
GRAD
-0.942 0.000
-0.634 0.000
0.661 0.000
0.605 0.000
-0.619 0.000
-0.020 0.326
-0.011 0.587
0.054 0.007
HUMair
KEC angin
PM10 (ug/m3)
HUMair
KEC angin
-0.289 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: PM10 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, ... The regression equation is PM10 (ug/m3) = - 161 + 6.10 TEMPAIR + 0.0139 GRAD + 0.614 HUMair - 11.3 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -161.09 6.1012 0.013891 0.6137 -11.3360
S = 28.7791
SE Coef 30.95 0.7886 0.003545 0.1256 0.5589
R-Sq = 15.3%
T -5.21 7.74 3.92 4.89 -20.28
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
VIF 12.2 2.4 9.4 1.9
R-Sq(adj) = 15.2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 2467 2471
SS 369520 2043265 2412784
MS 92380 828
F 111.54
P 0.000
Seq SS 941 62 27742 340775
67
Lampiran 7. Lanjutan JAF3
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, PM10 (ug/m3) TEMPAIR 0.781 0.000
GRAD
-0.957 0.000
-0.750 0.000
KEC angin
0.496 0.000
0.433 0.000
-0.484 0.000
PM10 (ug/m3)
0.105 0.000
-0.003 0.851
-0.029 0.119
GRAD
HUMair
HUMair
KEC angin
-0.135 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: PM10 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, ... The regression equation is PM10 (ug/m3) = - 595 + 18.1 TEMPAIR - 0.0305 GRAD + 2.11 HUMair - 2.49 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -595.02 18.1035 -0.030522 2.1088 -2.4921
S = 34.4976
SE Coef 37.67 0.9893 0.004490 0.1517 0.2190
R-Sq = 12.9%
T -15.80 18.30 -6.80 13.90 -11.38
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
VIF 13.4 2.6 11.8 1.3
R-Sq(adj) = 12.8%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 2955 2959
SS 519686 3516693 4036379
MS 129921 1190
F 109.17
P 0.000
Seq SS 44831 75971 244709 154175
68
Lampiran 7. Lanjutan JAF4
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, PM10 (ug/m3) TEMPAIR 0.702 0.000
GRAD
-0.955 0.000
-0.693 0.000
KEC angin
0.622 0.000
0.497 0.000
-0.607 0.000
PM10 (ug/m3)
0.005 0.792
-0.098 0.000
0.082 0.000
GRAD
HUMair
HUMair
KEC angin
-0.218 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: PM10 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, ... The regression equation is PM10 (ug/m3) = - 660 + 19.5 TEMPAIR - 0.0258 GRAD + 2.40 HUMair - 15.2 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -660.23 19.450 -0.025777 2.3985 -15.238
S = 34.3565
SE Coef 39.07 1.006 0.005288 0.1547 1.032
R-Sq = 16.4%
T -16.90 19.33 -4.87 15.50 -14.76
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
VIF 12.1 2.0 11.5 1.7
R-Sq(adj) = 16.3%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 2782 2786
SS 646282 3283787 3930068
MS 161570 1180
F 136.88
P 0.000
Seq SS 98 79589 309281 257313
69
Lampiran 7. Lanjutan JAF5
Correlations: TEMPAIR, GRAD, HUMair, KEC angin, PM10 (ug/m3) GRAD
TEMPAIR 0.779 0.000
GRAD
-0.900 0.000
-0.747 0.000
0.629 0.000
0.392 0.000
-0.597 0.000
-0.015 0.251
0.144 0.000
0.105 0.000
HUMair
KEC angin
PM10 (ug/m3)
HUMair
KEC angin
-0.191 0.000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Regression Analysis: PM10 (ug/m3) versus TEMPAIR, GRAD, ... The regression equation is PM10 (ug/m3) = - 114 + 4.02 TEMPAIR + 0.0700 GRAD + 1.31 HUMair - 8.19 KEC angin
Predictor Constant TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
Coef -113.86 4.0209 0.069964 1.30783 -8.1901
S = 36.2506
SE Coef 15.80 0.4447 0.003449 0.06821 0.6424
R-Sq = 15.1%
T -7.20 9.04 20.29 19.17 -12.75
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
VIF 6.8 2.8 5.5 1.8
R-Sq(adj) = 15.1%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TEMPAIR GRAD HUMair KEC angin
DF 1 1 1 1
DF 4 5736 5740
SS 1345753 7537711 8883463
MS 336438 1314
F 256.02
P 0.000
Seq SS 2044 550534 579556 213619
70
Lampiran 8. Baku Mutu Udara Ambien Nasional (Peraturan Pemerintah NO. 41 tahun 1999). No
Paramater
Waktu
Baku Mutu
Metode Analisis
Peralatan
Pararosanilin
Spektrofotometer
NDIR
NDIR Analyzer
Saltzman
Spektrofotometer
Chemilumines
Spektrofotometer
Pengukuran 1
SO2 (Sulfur Dioksida)
2
CO (Karbon Monoksida)
3
NO2 (Nitrogen Dioksida)
4
5 6
7
8
O3 (Oksidan)
1 jam
900 µg/Nm3
24 jam
3
365 µg/Nm
1 tahun
60 µg/Nm3
1 jam
30.000 µg/Nm3
24 jam
10.000 µg/Nm3
1 jam
400 µg/Nm3
24 jam
3
150 µg/Nm
1 tahun
100 µg/Nm3
1 jam
235 µg/Nm3
1 tahun
3
50 µg/Nm
cent
3 jam
160 µg/Nm3
Flame Ionization
Gas Chromotografi
PM10 (Partikel < 10 µm)
24 jam
3
Gravimetric
Hi-Vol
PM2.5 (Partikel < 2.5 µm)
24 jam
65 µg/Nm3
1 tahun
15 µg/Nm3
24 jam
230 µg/Nm3
Gravimetric
Hi-Vol
1 tahun
90 µg/Nm3
24 jam
2 µg/Nm3
Gravimetric
Hi-Vol
1 tahun
3
Ekstraktif
AAS
HC (Hidro Karbon)
TSP (Debu)
Pb (Timah Hitam)
150 µg/Nm
1 µg/Nm
Pengabuan 9
Dustfall
30 hari
(Debu Jatuh)
2
10 Ton/km /Bulan
Gravimetric
Cannister
(Pemukiman) 20 Ton/km2/Bulan (Industri)
10
Total Flourides (as F)
11
Fluor Indeks
12
Khlorine
dan
24 jam
3 µg/Nm3
Spesific ion
Impinger atau
90 hari
3
Electroda
Continous Analyzer
2
Colourimetric
Limited Filter Paper
Spesific Ion
Impinger atau
Electrode
Continous Analyzer
Colourimetric
Lead Peroxida
30 hari Khlorine
0.5 µg/Nm
40 µg/100 cm
24 jam
150 µg/Nm3
30 hari
3
Dioksida 13
Sulphat Indeks
1 mg SO3/100 cm
Candle
71