PERTUMBUHAN TUJUH PROVENAN SENGON (Falcataria mollucana) PADA TIGA JARAK TANAM ( Growth of Seven provenances of Falcataria mollucana in three spacing) Oleh/By: Ary Widiyanto, M. Siarudin dan Encep Rachman Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Jl Raya Ciamis-Banjar KM 4, Ciamis email:
[email protected] ABSTRACT Sengon is one of the fast-growing species widely cultivated in Agroforestry pattern, especially in Java. As a component of trees in agroforestry, information regarding growth (increment) is one of the important parameter. The purpose of this study was to determine the growth rate of seven provenances of Sengon (Biak, Wamena, Candiroto, Kediri, Subang, Wonogiri and Ciamis) in 3 various spacing (2m x 2m, 2m x 3m, 2m x 4 m). The result showed that provenance of Biak examined the highest total height increment (3.91 m / year), while Ciamis provenance showed the highest stem diameter increment (5.20 cm /year). In terms of spacing, the highest growth performance was performed by the space of 2m x 4m. Analysis of variance showed that spacing treatments differ significantly in terms of total height and dbh of sengon. However, there was no significantly difference neither dbh nor total height between provenances. Keywords: Growth, Sengon, Provenance, Spacing ABSTRAK Sengon merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh yang paling banyak dibudidayakan dengan pola Agroforestry oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Sebagai komponen pohon dalam sistim agroforestry, informasi mengenai pertumbuhan (riap) tanaman Sengon merupakan salah satu parameter penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tujuh provenan Sengon umur 7 tahun yang terdiri dari provenan Biak, Wamena, Candiroto, Kediri, Suban, Wonogiri dan Ciamis. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa provenan Biak memiliki rata-rata pertumbuhan (riap) tinggi terbesar yaitu 3,91 m/tahun, provenan Ciamis memiliki rata-rata pertumbuhan (riap) diameter terbesar yaitu 5,20 cm/tahun. Jarak tanam 2m x 4m memberikan hasil pertumbuhan tinggi dan diameter terbaik. Hasil analisis sidik ragam menunjukan jarak tanam berpengaruh sangat nyata pada dbh dan tinggi pohon Sengon. Sebaliknya provenan tidak berpengaruh terhadap pertumbuham dbh dan tinggi. Kata kunci: Pertumbuhan, Sengon, Provenan, Jarak tanam 1
I.
PENDAHULUAN Pohon sengon (Falcataria mollucana) termasuk jenis pionir yang dapat tumbuh
mulai dari daerah pesisir hingga hutan pegunungan. Pada wilayah persebaran alaminya di Papua, sengon tumbuh bersama jenis-jenis seperti Agathis labillardieri, Celtis spp., Diospyros spp., Pterocarpus indicus, Terminalia spp. dan Toona sureni (Soerianegara dan Lemmens 1993). Jenis sengon ini dapat mencapai ketinggian 30 m dengan diameter 60 cm (ERDB, 2010). Pada daerah yang subur, pohon sengon berumur di atas 15 tahun bahkan dapat mencapai ketinggain 40 m dan diameter 110 cm (Heyne, 1987). Sengon banyak dibudidayakan masyarakat hampir di seluruh wilayah nusantara baik dalam sistem pertanian tradisional maupun secara komersial. Jenis ini dipilih karena pertumbuhannya yang cepat, mampu beradaptasi pada berbagai jenis tapak, dan kualitas kayunya yang dapat dimanfaatkan untuk industry panel maupun kayu pertukangan (Krisnawati et al. 2011). Meskipun kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan kelas kuat IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49), kayu sengon mudah digergaji dan dapat
dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang berarti (Martawijaya dan Kartasujana, 1977). Pertumbuhan (riap) merupakan salah satu parameter utama untuk menentukan produktivitas satu jenis tanaman. Menurut Alder (1983) dalam Hani dan Mile (2006), pertumbuhan suatu jenis pohon dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter, diantaranya tingkat kepadatan populasi, faktor tempat tumbuh, umur pohon, persaingan, stratum tegakan pohon, dan faktor genetik. Meskipun dikenal sebagai jenis cepat tumbuh, namun informasi mengenai hubungan tempat asal benih (provenan) sengon terhadap tingkat pertumbuhannya masih terbatas. Selain itu, informasi mengenai kepadatan tegakan (jarak tanam) yang menghasilkan pertumbuhan paling optimal untuk berbagai provenan sengon tersebut juga masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tujuh provenan sengon yaitu provenan Biak, Ciamis, Candiroto, Wamena, Kediri, Subang dan Wonogiri, yang ditanam dengan 3 (tiga) jarak tanam 2m x 4m, 2m x 3m dan 2m x 2m.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemilihan provenan sengon dan perlakuan jarak tanam yang akan diterapkan untuk menghasilkan riap pertumbuhan yang optimal.
2
II.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan riap pertumbuhan dilaksanakan pada bulan Juni 2008 dan bulan Januari 2012 pada plot penelitian Sengon di Areal Balai Penelitian Agfoforestry (BPTA), Dusun Pamalayan Kecamatan Cijeungjing Ciamis, pada ketinggian 130m dpl. Tipe tapak di bawah tegakan Sengon di lokasi penelitian Ciamis termasuk jenis tanah Tipic Halpudults ultisol (Hani dan Mile, 2006). Lokasinya merupakan perbukitan kecil dengan pola random, bahan induk tuf, berstruktur agak gembur, dalam tekstur lempung liat berpasir, tanahnya dalam, drainase baik. Hasil analisa kimia dari contoh tanah komposit menunjukkan bahwa kandungan unsur hara makro relatif sedang dan pH 5,4 (Mile dan Siarudin (2007).
B. Metode Penelitian Pengamatan dilakukan pada plot tanaman Sengon yang berasal dari tujuh provenan yaitu pronenan Biak, Ciamis, Candiroto, Wamena, Kediri, Subang dan Wonogiri, dengan tiga kombinasi jarak tanam yaitu 2m x 4m, 2m x 3m dan 2m x 2m. Plot ini dibangun pada akhir tahun 2005, sehingga pohon-pohon pada plot tersebut tersebut telah berumur 6 tahun pada saat pengamatan terakhir dilakukan. Jumlah pohon yang diamati yaitu 12 pohon untuk tiap provenan pada jarak tanam 2m x 4m, 15 pohon untuk tiap provenan pada jarak tanam 2m x 3m dan 21 pohon untuk tiap provenan pada jarak tanam 2m x 2m. Parameter utama yang diukur meliputi tinggi total dan diameter pohon, kemudian data yang diperoleh dibandingkan dengan data pada pengukuran sebelumnya yaitu pada bulan Juni tahun 2008. Menurut Prodan (1968), riap tahunan pertumbuhan tinggi dan diameter bisa diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Pertumbuhan tinggi tahunan (m/th) = Tinggi pohon Umur Pertumbuhan diameter tahunan (cm/th) = Diameter setinggi dada Umur
3
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh pada pengamatan ini, yaitu tinggi total dan diameter pohon
Sengon dibandingkan dengan data hasil pengamatan tahun 2008. Selisih waktu pengamatan adalah 3,5 tahun, yaitu selang waktu antara Juni 2008 dan Januari 2012. Angka inilah yang dipakai sebagai pembagi untuk menghitung riap tumbuh tahunan tujuh provenan Sengon pada 3 (tiga) jarak tanam. Setelah dilakukan perhitungan riap tumbuh, diperoleh data rata-rata pertumbuhan tahunan tujuh provenan Sengon sebagai berikut: Tabel 1 .Rata-rata pertumbuhan tujuh provenan Sengon pada tiga jarak tanam Table 1 . Mean of growth of seven provenances of Sengon in three spacing plant Pertumbuhan tahunan berdasarkan provenan dan jarak tanam
Provenan Biak Ciamis Candiroto Wamena Kediri Subang Wonogiri
Jarak Tanam 2 x 4 Ttot dbh (m) (cm) 1,88 2,40 1,32 1,92 1,09 1,49 1,25 2,49 0,63 1,58 0,67 0,77 1,16 2,25
Jarak Tanam 2 x 3 Ttot dbh (m) (cm) 0,64 0,93 0,66 1,14 0,58 1,64 1,28 0,61 0,85 1,30 0,94 1,41 0,77 1,07
Jarak Tanam 2 x 2 Ttot dbh (m) (cm) 0,83 0,62 0,76 1,40 0,73 1,05 0,52 0,07 0,84 0,55 0,71 1,21 0,60 0,41
Rata-rata Ttot dbh (m) (cm) 1,12 1,32 0,91 1,48 0,80 1,39 1,02 1,06 0,77 1,14 0,77 1,13 0,84 1,24
Rata-rata
1,14
0,82
0,71
0,89
1,84
1,16
0,76
1,25
Sumber/source: Data primer (2008), data primer (2012) Keterangan/remarks: Ttot = Tinggi total / total high Dbh = Diameter setinggi dada / diameter of breast high A. Pertumbuhan (riap) tinggi Tabel 1 menunjukan bahwa tanaman Sengon provenan Biak pada jarak tanam 2m x 4m memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi total tahunan terbesar (tertinggi) yaitu 1,88 m/tahun. Sedangkan rata-rata pertumbuhan terendah dimiliki provenan Wamena dengan jarak tanam 2m x 2m yaitu 0,52 m/tahun. Pertumbuhan rata-rata tahunan pada jarak tanam 2m x 4m yaitu 1,14 m/tahun juga lebih besar dari pertumbuhan rata-rata tahunan umumnya sebesar 0,89 m/tahun. Gambar 1 menunjukan pada tahun 2008 atau ketika pohon berumur 2,5 tahun terlihat bahwa 4
tinggi rata-rata ketiga jarak tanam hampir sama. Namun pada umur 6 tahun, jarak tanam terlebar (2 m x 4 m) tampak menghasilkan pertumbuhan tinggi yang paling optimal dibanding kedua perlakuan jarak tanam lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Adlard (1992) bahwa pertumbuhan tinggi pada tanaman Eucalyptus tereticornis berumur 4 tahun akan lebih tinggi pada jarak tanam terlebar. Demikian juga hasil penelitian Schonau dan Coetzee (1989) pada tanaman Eucalyptus grandis yang menunjukkan adanya penurunan tinggi tanaman dengan berkurangnya jarak tanam. 13.06
Tingggi Total (m)
14.00 12.00 10.00
11.40
11.12 9.06
8.00
8.26
8.91
6.00
2008
4.00
2012
2.00 -
2x4
2x3
Jarak Tanam
2x2
Gambar 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi pada tiga jarak tanam/ Figure 1. Mean of height of seven provenances of Sengon in three spacing plant Gambar 1 di atas menunjukan rata-rata pertumbuhan tinggi dari setiap jarak tanam. Pada pengukuran tahun 2012 ketika pohon berumur 6 tahun, diperoleh hasil bahwa jarak tanam 2m x 4m memiliki perbedaan tinggi rata-rata yang cukup besar dibandingkan jarak 2m x 3m dan 2m x 2m. Jadi data pertumbuhan tinggi tujuh provenan dirata-rata untuk setiap jarak tanam. Dari data tersebut diketahui bahwa jarak tanam 2m x 4m memiliki rata-rata pertumbuhan terbaik untuk keseluruhan provenan. Adapun rata-rata pertumbuhan untuk setiap provenan pada ketiga jarak tanam bisa dilihat pada Gambar 2. Nilai pertumbuhan tinggi ini merupakan nilai ratarata dari 3 (tiga) jarak tanam untuk masing-masing provenan.
5
Pertumbuhan tinggi rata-rata (m)
4.50 4.00
3.91
3.50
3.56 3.20 2.81
2.70
Ciamis Candiroto Wamena
Kediri
3.00
2.71
2.94
2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 -
Biak
Provenan
Subang Wonogiri
Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan tinggi pada tujuh provenan Sengon/ Figure 2. Mean of height of seven provenances of Sengon Hasil sidik keragaman dengan faktor jarak tanam dan provenan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa hanya jarak tanam yang berpengaruh sangat nyata pada tinggi total pohon Sengon, sementara provenan tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut (Lampiran 1) menunjukkan bahwa perlakuan sengon pada jarak tanam 2m x 4 m menghasilkan tinggi total pohon Sengon tertinggi dan berbeda nyata dengan kedua jarak tanam lainnya. Sementara tinggi total pohon Sengon pada jarak tanam 2m x 3m dan 2 m x 2m tidak berbeda nyata. Tabel 2. Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan provenan terhadap tinggi total pohon Sengon Table 2. Analysis of variance of spacing and provenance to the total height of Sengon Sumber keragaman (Sources) Jarak tanam (spacing) Provenan (Provenance) Jarak tanam x provenan (spacing x provenance)
Derajat bebas (degree of freedom)
Kwadrat tengah (Mean square)
F Hitung (F calc,)
Nilai-p (p-value)
2 6
50,263 3,497
15,471 1,076
0,000 ** 0,378 ns
12
4,284
1,318
0,210 ns
Keterangan (Remarks): ** = sangat nyata (highly significant); * = nyata (significant) ns = tidak berbeda nyata (not significant) Pengaruh jarak tanam pada pertumbuhan tinggi pohon Sengon diduga berkaitan erat dengan cahaya. Hal ini sesuai dengan Mayer (1952) dalam Hani dan Mile (2006),
6
makin bertambahnya intensitas cahaya yang diberikan, makin bertambah pula pertumbuhan memanjang dari batang, ketebalan atau kekerasan batang. Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Sebaliknya semakin rapat jarak tanam semakin banyak jumlah pohonnya dan persaingan untuk mendapatkan sinar matahari maupun unsur hara semakin ketat. Meskipun demikian pertumbuhan tinggi pada jarak tanam 2m x 2m dengan 2m x 3m ternyata tidak berbeda secara signifikan. Nilai pertumbuhan ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian CIFOR pertumbuhan sengon di Ciamis (Krisnawati et al., 2011). Berdasarkan hasil penelitian Krisnawati et al. (2011) diketahui bahwa pohon-pohon sengon yang berumur 5–10 tahun mempunyai rentang tinggi rata-rata 9,9–27,9 m, untuk tegakan yang lebih tua atau tegakan umur 12 tahun tercatat memiliki tinggi 15,3–36,2 m. Sumarna (1961) membuat prediksi pertumbuhan Sengon berdasarkan 134 petak contoh yang dibangun di beberapa lokasi di Kediri (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat). Mereka mencatat bahwa sampai umur 5 tahun pada tempat tumbuh dengan kualitas sedang, rata-rata pertumbuhan (riap) tinggi Sengon pada setiap tahunnya adalah sekitar 4 m dan kemudian berkurang dengan bertambahnya umur. Pada umur 8–9 tahun rata-rata pertumbuhan tinggi sekitar 1–1,5 m dan pada umur 10 tahun rata-rata pertumbuhan tinggi hanya sekitar 1 m.
B. Pertumbuhan (riap) diameter Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat bahwa tanaman Sengon provenan Wamena pada jarak tanam 2m x 4m memiliki rata-rata riap diameter tahunan terbesar yaitu 2,49 cm/tahun. Nilai ini lebih besar dua kali lipat dibandingkan nilai rata-rata total riap diameter semua jenis dan jarak tanam yang sebesar 1,25 cm/tahun. Seperti halnya pertumbuhan tinggi, rata-rata riap terendah dimiliki provenan Wamena dengan jarak tanam 2m x 2m yaitu sebesar 0,07 cm/tahun. Data ini juga menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam diameternya semakin tinggi, sedangkan semakin rapat jarak tanam diameternya semakin kecil. Hal ini disebabkan karena jarak tanam yang lebar jumlah pohonnya lebih sedikit, sehingga persaingan unsur hara lebih kecil. Selain itu jarak tanam yang lebar keterbukaan tajuk lebih besar, sehingga jumlah cahaya matahari yang diserap untuk proses fotosintesa 7
bagi tanaman lebih banyak. Menurut Mayer (1952) dalam Hani dan Mile (2006), makin bertambahnya intensitas cahaya yang diberikan, makin bertambah pula
Diameter (cm)
pertumbuhan memanjang dari batang, ketebalan atau kekerasan batang. 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 -
16.88
10.43
12.02 7.97
11.41 8.77
2008 2012
2x4
2x3
Jarak Tanam
2x2
Gambar 3. Rata-rata pertumbuhan diameter pada tiga jarak tanam/ Figure 3. Dbh growth average in three plantation spacing Gambar 3 di atas menunjukan bahwa pada umur 3,5 tahun (2008), rata-rata diameter pada ketiga jarak tanam tidak berbeda jauh, walaupun rata-rata diameter pada jarak tanam 2m x 2m lebih besar daripada jarak tanam 2m x 3m. Hal yang berlawanan terjadi saat sengon berumur 6 tahun, terlihat bahwa semakin lebar jarak tanam maka semakin besar pula pertumbuhan diameternya. Diketahui bahwa rata-rata diameter sengon pada umur ini adalah 13,44 cm. Ukuran diameter ini relatif sama dibandingkan hasil penelitian Krisnawati et al. (2011) yang menyebutkan bahwa pada pohon-pohon yang berumur 5–10 tahun dan tumbuh di lokasi yang sama, mempunyai rentang diameter rata-rata berkisar 8,7–40,1 cm. Sedangkan pada tegakan sengon yang lebih tua, atau berkisar umur 12 tahun tercatat memiliki diameter hingga mencapai sebesar 24,6–74 cm. Adapun rata-rata pertumbuhan untuk setiap provenan pada ketiga jarak tanam bisa dilihat pada Gambar 4. Nilai pertumbuhan tinggi ini merupakan nilai rata-rata dari 3 (tiga) jarak tanam untuk masing-masing provenan.
8
6.00
Diameter (cm)
5.00
5.20
4.88
4.60
3.70
4.00
4.00
3.95
4.35
3.00 2.00 1.00 -
Biak
Ciamis Candiroto Wamena
Provenan
Kediri
Subang Wonogiri
Gambar 4. Rata-rata pertumbuhan tinggi pada tiga jarak tanam/ Figure 2. Dbh growth average of seven Sengon provenans Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 3, diketahui bahwa jarak tanam menyebabkan perbedaan sangat nyata pada pertumbuhan diameter (dbh) sengon, sementara perbedaan provenan tidak mempengaruhi pertumbuhan diameter. Hasil uji lanjut Tukey pada Lampiran 1 menunjukkan jarak tanam 2m x 4 m menunjukkan nilai dbh tertinggi dan berbeda nyata dengan kedua jarak tanam lainnya. Sementara jarak tanam 2m x 3 m dan 2 m x 2 m menghasilkan dbh sengon yang relatif seragam. Kecenderungan ini tampaknya konsisten dengan kecenderungan pada nilai tinggi total sengon. Tabel 3. Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan provenan terhadap dbh pohon Sengon Table 3. Analysis of variance of spacing and provenance to the dbh of Sengon Sumber keragaman (Sources)
Derajat bebas (degree of freedom)
Kwadrat tengah (Mean square)
F Hitung (F calc,)
Nilai-p (p-value)
Jarak tanam (spacing)
2
478,428
21,401
0,000 **
Provenan (Provenance) Jarak tanam x provenan (spacing x provenance)
6 12
30,931 45,482
1,384 2,034
0,222 ns 0,023 *
Keterangan (Remarks): ** = sangat nyata (highly significant); * = nyata (significant) ns = tidak berbeda nyata (not significant); dbh = diameter setinggi dada (diameter at breast height)
9
Krisnawati et al. (2011), menyatakan bahwa adanya variasi dalam diameter dan tinggi ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi tempat tumbuh termasuk kualitas tempat tumbuh, ketinggian, kelerengan dan perlakuan silvikultur yang diterapkan. Sama dengan apa yang dikemukakan Alder (1983) dalam Hani dan Mile (2006), yang menyatakan bahwa pertumbuhan suatu jenis pohon tergantung dari beberapa parameter, di antaranya tingkat populasi, faktor tempat tumbuh, umur pohon, persaingan, stratum tegakan pohon, dan faktor genetik. Karena kondisi tempat tumbuh dan perlakuan relatif sama, maka perbedaan ini kemungkinan disebabkan perbedaan jarak tanam, dimana semakin lebar jarak tanam maka semakin besar pula pertumbuhan diameternya. Semakin lebar jarak tanam, pemenuhan hara akan semakin baik dengan makin sedikitnya persaingan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Provenan Biak memiliki rata-rata pertumbuhan (riap) tinggi terbesar yaitu 3,91 m/tahun. Provenan Ciamis memiliki rata-rata pertumbuhan (riap) diameter terbesar yaitu 5,20 cm/tahun. 2. Jarak tanam 2m x 4m memberikan hasil pertumbuhan tinggi dan diameter terbaik. 3. Hasil analisis sidik ragam menunjukan jarak tanam berpengaruh sangat nyata pada dbh dan tinggi pohon sengon dan sebaliknya perbedaan provenan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi maupun diameter. B. Saran Kegiatan budidaya Sengon perlu memperhatikan jarak tanam yang optimal bagi pertumbuhan, baik tinggi maupun diameter. Jarak tanam 2m x 4m sangat mungkin dikembangkan untuk kegiatan penanaman dengan pola agroforestry. Jarak atau ruang sela diantara pohon bisa dimanfaatkan untuk penanaman tanaman pertanian semusim. Untuk dua tahun pertama bisa ditanam jenis yang tidak tahan naungan (misalnya kacang tanah dan jagung) dan untuk selanjutnya dengan tanaman yang lebih toleran terhadap naungan (misalnya kapolaga).
10
DAFTAR PUSTAKA Adlard, P.G., 1992. Research strategy for Monitoring Tree Growth and Site Change. Dalam I.R. Clader, R.L. Hall and P.G. Adlard (ed) Growth and Water Use of Forest Plantations. John Willey & Sons. New York. Page 48-62. ERDB (Ecosystems Research and Development Bureau). 2010. Entry and Citation Traditional and Emerging Species for Furniture and Handicraft Industries. ERDB, College, Laguna. 206 p. Krisnawati, H., E.Varis., M. Kallio dan M. Kanninen. 2011. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. CIFOR. Bogor. Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang, Y.I., S.A. Prawira, dan K. Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor, Indonesia. Mawazin dan H. Suhaendi. 2008. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Diameter Shorea parvifolia Dyer. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol. 5 No. 4 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Litbang Kehutanan, Departmen Kehutanan Hani, A dan M.Y. Mile. 2006. Uji Silvikultur Sengon Asal Tujuh Sumber Benih. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol. 3 No. 2 2006, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Litbang Kehutanan, Departmen Kehutanan Heyne, K. 1987. Paraserianthes falcate. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Hal 869-870 Martawijaya. A, dan I. Kartasujana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No. 41. LPHH, Bogor. Mile, M.Y dan M. Siarudin. 2007. Potensi biomas dan stok karbon hutan rakyat Sengon, pada beberapa tipte tapak dan implikasinya dalam pemanfaatan jasa lingkungan perdagangan karbon. Prosiding Hasil penelitian hutan rakyat Balai Penelitian Kehutanan Ciamis, Puslitbang Hutan Tanaman, Badan Litbang Kehutanan, Bogor Prodan, M. 1968. Forest Biometrics. Pergamon Press. Oxford. London Schonau, A.P.G. and J. Coetzee. 1989. Initial Spacing, Stand Density and Thinning in Eucalypt Plantations. Forest Ecology and Management Journal. Vol 29. Elsevier Science Publisher B.V., Amsterdam. Netherland. Page 245-266 Soerianegara , I. dan R.H.M.J Lemmens.1993. Plant resources of South-East Asia 5(1): Timber trees: major commercial timbers. Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, Belanda. Sumarna, K. 1961. Tabel Tegakan Normal Sementara untuk Albizia falcataria. Pengumuman No. 77. Lembaga Penelitian Kehutanan, Bogor, Indonesia.
11