PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) PADA PENDEDERAN DI DALAM BAK DENGAN PADAT PENEBARAN 100 HINGGA 175 EKOR/M2
MUHAMMAD ARIS DARMANSAH
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) PADA PENDEDERAN DI DALAM BAK DENGAN PADAT PENEBARAN 100 HINGGA 175 EKOR/M2
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2011
Muhammad Aris Darmansah C1406248
ABSTRAK
MUHAMMAD ARIS DARMANSAH. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus) pada pendederan di dalam bak dengan padat penebaran 100 hingga 175 ekor/m2. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan YANI HADIROSEYANI.
Pendederan lobster umumnya dilakukan di akuarium. Bak memiliki sifat lingkungan yang berbeda dengan akuarium sehingga memungkinkan terjadi perbedaan produktivitas lobster di kedua wadah tersebut. Penelitian ini bertujuan mendapatkan produktivitas optimal pendederan lobster di bak. Lobster dengan panjang rata-rata 3,15+0,22 cm atau bobot rata-rata 0,794+ 0,19 gram dipelihara di dalam bak berukuran 200x150x50 cm dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2. Selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan berupa pelet, oligochaeta, wortel dan pengelolaan kualitas air melalui penyifonan dan pergantian air. Hasil pendederan menunjukkan bahwa perlakuan padat penebaran tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan pertumbuhan panjang mutlak (p> 0,05). Hasil analisis ekonomi menunjukkan
bahwa
perlakuan
dengan
padat
penebaran
125
ekor/m2
menghasilkan kinerja produksi yang terbaik.
Kata kunci : lobster air tawar, padat penebaran, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, efisiensi ekonomi
ABSTRACT
MUHAMMAD ARIS DARMANSAH. Growth and survival rate crayfish red claw (Cherax quadricarinatus) reared in tanks with the density at the range of 100 to 175 fish/m2. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and YANI HADIROSEYANI.
Lobster rearing is usually carried out an aquarium. Rearing tank has a different environmental characteristics compared with the aquarium so leads to divergence productivity of both rearing receptacles. This research aims at obtain an optimum productivity of rearing lobster in the tank. Lobster average length of 3,15+0,22 cm or average weight of 0,794+0,19 gram are kept on the vessels measuring of 200x150x50 cm at densities of 100, 125, 150, and 175 fish/m2. During the rearing, the lobsters were fed pellet, oligochaeta, carrot, and water quality managed through siphoning and water exchange. Result of the experiment showed that the stocking density had no significant effects on survival, daily growth rate, and growth in absolute length (p> 0,05). The results showed that 125 fish/m2 produces the best economic performance.
Keyword : redclaw, stocking density, survival rate, specific growth of rate, growth of absolute length, efficiency of economic
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) PADA PENDEDERAN DI DALAM BAK DENGAN PADAT PENEBARAN 100 HINGGA 175 EKOR/M2
MUHAMMAD ARIS DARMANSAH
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada pendederan di dala bak dengan padat penebaran 100 hingga 175 ekor/m2
Nama Mahasiswa
: Muhammad Aris Darmansah
Nomor pokok
: C.14062448
Menyetujui
Pembimbing 1
Pembimbing II
Ir. Dadang Shafruddin, M.Si
Ir. Yani Hadiroseyani, MM.
NIP. 19551015 198003 1 004
NIP. 19600131 198603 2 002
Mengetahui Ketua Departeman Budidaya Perairan
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP.195912221986011001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya Sehingga karya Ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2010 berlokasi di Johanes Fish and Lobster Farm, Desa Cogreg, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, dengan judul “Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) pada Bak dengan Padat Penebaran 100 hingga 175 ekor /m2 ” Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Dadang Shafruddin M.Si, Ir. Yani Hadiroseyani M.M selaku dosen pembimbing, dan Dr. Munti Yuhana selaku dosen pembimbing akademik. Disamping itu penulis menyampaikan terima kasih kepada ayahanda Maman Sukirman dan Ibunda Dewi Hasimah, Adik, Paman, Bibi, Adek Mia atas do’a dan kasih sayangnya. Tak lupa kepada Yayasan Almuslim (Keluarga Ibu Hj. Adang, Keluarga Ibu Adung, Bapak Abdurrahman di Jedah, Bapak Djalil, Bapak Umar, Bapak Sobardi dan lainnya) dan keluarga Ibu Mewa, yang telah memberikan bantuan dan motivasi agar terus melanjutkan program studi sarjana, Kang Abe, Bang Ponco, Bang Gatot, kawan-kawanku Pondok Alghuroba, CV Mitra Mina Nusantara (Agus 41, Prawira 41, Fauzan 38, Iyal 38, Yasir 38, Riki 38, Eko 38, Ana 38, Kang Iis, Kang Mamad, Doni, Kang Juju, Kang Iwan, Kang Udin) dan Om Yohanes yang telah memberikan kesempatan dan bantuannya, serta teman-teman BDP 43 (Anantyo, Rifal, Toim, Rifki, sistetek’ers, dan teman-teman lainnya) atas segala bantuan, kerjasama, dan persahabatan yang diberikan.
Bogor , April 2011
Muhammad Aris Darmansah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 17 April 1986 dari Ayah Maman Sukirman dan Ibu Dewi Hasimah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SDN Kawung Luwuk 2 Bogor (1994-2000), SLTPN 5 Bogor (2000-2003), dan SMAN 1 Bogor (2003-2006). Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, dan Ilmu Kelautan. Selama di bangku kuliah, penulis aktif mengikuti pelatihan dan seminar tentang kewirausahaan dan budidaya perikanan. Penulis juga melakukan kegiatan magang dan praktek kerja lapangan di Balai Seafarming, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dengan komoditas ikan kerapu macan. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Pada Pendederan di dalam Bak Dengan Padat Penebaran 100 hingga 175 ekor / m2”.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
iv
I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
II. BAHAN DAN METODE.................................................................. 2.1 Rancangan percobaan................................................................... 2.2 Pelaksanaan penelitian............................................................ 2.2.1 Persiapan wadah.................................................................... 2.2.2 Penebaran benih .................................................................... 2.2.3 Pemberian pakan .................................................................. 2.2.4 Pengelolaan kualitas air ......................................................... 2.3 Parameter penelitian..................................................................... 2.3.1 Kelangsungan hidup .............................................................. 2.3.2 Laju pertumbuhan harian ....................................................... 2.3.3 Pertumbuhan panjang mutlak................................................. 2.3.4 Analisis usaha........................................................................ 2.3.5 Kualitas air ........................................................................... 2.3.6 Analisis data.........................................................................
3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 7 7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 3.1 Hasil ............................................................................................ 3.1.1 Tingkat kelangsungan hidup .................................................. 3.1.2 Laju pertumbuhan harian ...................................................... 3.1.3 Pertumbuhan panjang mutlak................................................. 3.1.4 Keragaman ukuran................................................................. 3.1.5 Penggunaan pakan ................................................................. 3.1.6 Kualitas air ............................................................................ 3.1.7 Analisis usaha....................................................................... 3.2 Pembahasan .................................................................................
9 9 9 10 11 12 12 13 13 16
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 4.1 Kesimpulan .................................................................................. 4.2 Saran............................................................................................
24 24 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
24
LAMPIRAN ..........................................................................................
26
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Metode pengukuran parameter fisika kimia air ..........................
7
Tabel 2. Jumlah pakan yang dihabiskan selama 30 hari pemeliharaan lobster air tawar Cherax quadricarinatus ................................
12
Tabel 3. Nilai kimia fisika air media pada setiap perlakuan .....................
13
Tabel 4. Efisiensi ekonomi Lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama 30
hari pemeliharaan dengan padat penebaran 100,
125, 150, dan 175 ekor/m2 (dalam ribuan rupiah) .....................
14
ii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup (%) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari. ......................................................................................... Gambar
2.
Bobot
(gram)
rata–rata
tiap
sampling
9
Cherax
quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari.............................................................
10
Gambar 3. Laju pertumbuhan harian (%) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari. .........................................................................................
10
Gambar 4. Panjang (cm) rata – rata tiap sampling Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari.............................................................
11
Gambar 5. Pertumbahan panjang mutlak (cm) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari ..........................................................................................
11
Gambar 6. Keragaman ukuran (%) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari. .......
12
Gambar 7. Hubungan biaya total dan penerimaan pada pendederan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ...........................
15
iii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Denah penelitian ..................................................................
27
Lampiran 2. Data sampling berat rata-rata (gram) lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada perlakuan 100,125,150,dan 175 ekor/m2 selama 30 hari pemeliharaan.................................
28
Lampiran 3. Data sampling panjang rata-rata (cm) lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada perlakuan 100,125,150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari pemeliharaan................................
29
Lampiran 4. Zat gizi pakan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)....
30
Lampiran 5. Tingkat kelangsungan hidup (%) Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari ...................................................
30
Lampiran 6. Analisis statistik data kelangsungan hidup............................
30
Lampiran 7. Laju pertumbuhan harian (%) Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari ....................................................
31
Lampiran 8. Analisis statistik data laju pertumbuhan harian .....................
31
Lampiran 9. Pertambahan panjang mutlak (cm) Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari ....................................................
31
Lampiran 10. Analisis statistik data pertambahan panjang mutlak ............
31
Lampiran 11. Data kualitas air selama penelitian......................................
32
Lampiran 12. Keragaman ukuran Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari................................................................ Lampiran 13. Efisiensi ekonomi
32
Lobster Air Tawar (Cherax
quadricarinatus) selama 30 hari pemeliharaan dengan padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 (dalam ribuan rupiah) .....................................................................................
33
iv
I. PENDAHULUAN Lobster air tawar capit merah atau dikenal sebagai red claw (Cherax quadricarinatus) merupakan udang konsumsi yang mulai dikembangkan untuk dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 2000 (Sukmajaya dan Suharjo, 2003). Kelebihan lobster dari jenis ini dibandingkan dengan lobster air tawar lainnya adalah mudah dibudidayakan, tidak mudah terserang penyakit, pemakan tumbuhan sekaligus hewan (omnivora), pertumbuhannya relatif cepat, serta memiliki fekunditas yang tinggi (Sukmajaya dan Suharjo, 2003). Karena memiliki kelebihan tersebut para peneliti dan praktisi budidaya
ikan berupaya
mengembangkan usaha budidaya lobster ini. Walaupun mempunyai beberapa kelebihan, produktivitas pemeliharaan lobster masih belum optimal karena terdapat kendala. Salah satu kendalanya yaitu padat penebaran pada lobster yang masih rendah. Padat penebaran merupakan faktor kunci pembatas pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada organisme budidaya. Hal ini terkait dengan masalah yang akan ditimbulkan terutama pada sistem budidaya intensif yang mempunyai tujuan untuk memaksimalkan jumlah organisme budidaya dalam wadah yang terbatas. Masalah akan lebih banyak lagi apabila organisme yang dipelihara merupakan organisme bentik yang tidak menggunakan kolom air. Organisme bentik akan cenderung berkerumun sehingga intensitas pertemuannya cukup tinggi (Barki et al, 2005). Rouse (1997) menambahkan bahwa Cherax jenis Red claw relatif suka berkerumun dan toleran terhadap kondisi yang padat, akan tetapi pada umur yang muda sering menunjukkan sifat agresif yang tinggi dan perilaku kanibalisme. Untuk mengatasi kendala yang ada pada kegiatan pendederan lobster, upaya yang telah dilakukan diantaranya adalah pengaturan rasio shelter, penggunaan pakan yang berkualitas, dan pengaturan kepadatan ikan. Shelter berfungsi memberi tempat yang aman bagi lobster untuk moulting sehingga terhindar dari serangan lobster lain, melindungi lobster dari sinar matahari, tempat istirahat, dan mencari makan (Sukmajaya dan Suharjo, 2003). Percobaan pengaturan rasio shelter dilakukan oleh Sumbaga (2009) menyatakan bahwa rasio shelter yang digunakan untuk pendederan lobster air tawar dengan sistem pergantian air adalah 0,5.
Percobaan pengaturan kepadatan ikan dilakukan oleh Tanribali (2007) dan Sumbaga (2009). Menurut Tanribali (2007) padat penebaran optimal untuk pendederan lobster air tawar dengan menggunakan sistem resirkulasi mencapai 100 ekor/m2. Sedangkan Sumbaga (2009) melaporkan padat penebaran optimal untuk pendederan lobster air tawar dengan menggunakan sistem pergantian air mencapai 125 ekor/m2. Selama ini penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan akuarium di dalam ruangan tertutup (indoor). Penerapan teknologi dalam wadah yang lebih luas dan dilakukan di luar ruangan (outdoor) perlu penyesuaian. Budidaya di dalam bak dan di outdoor memiliki kelebihan yaitu area yang lebih luas sehingga lobster yang lemah memiliki areal yang lebih leluasa untuk menghindari serangan lobster lain, volume air yang besar yang memungkinkan lingkungan lebih stabil dibanding di akuarium, Adanya penyinaran matahari membuat suhu air jadi hangat pada siang hari, dan tanaman air dapat menyerap metabolit yang berlebihan. Kondisi demikian memungkinkan penggunaan bak outdoor memiliki kinerja produksi yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produktivitas pendederan yang optimum melalui analisis padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbahan panjang mutlak, dan efisiensi ekonomi pada pendederan lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus) yang dipelihara dalam bak di luar ruangan (outdoor).
2
II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2010 selama 30 hari di CV Mitra Mina Nusantara Desa Cogreg, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. 2.1 Rancangan percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan masing-masing menggunakan tiga ulangan, yaitu : 1) Perlakuan A dengan kepadatan 100 ekor/m2 2) Perlakuan B dengan kepadatan 125 ekor/m2 3) Perlakuan C dengan kepadatan 150 ekor/m2 4) Perlakuan D dengan kepadatan 175 ekor/m2 Model Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Yij
= µ + σi + εij (Steel dan Torrie, 1982)
Keterangan : Yij
= Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah dari pengamatan
σi
= Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
εij
= Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan j
2.2 Pelaksanaan penelitian 2.2.1 Persiapan wadah Penelitian ini menggunakan wadah berupa bak beton berukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 200 cm, 150 cm, dan 50 cm sebanyak 12 unit. Sebelum digunakan bak tersebut dicuci terlebih dahulu dengan air bersih kemudian dikeringkan dan dijemur selama satu hari. Setelah itu, pada setiap bak diletakkan paranet berukuran 1 m x 1 m dan tempat persembunyian (shelter) berupa pipa paralon berdiameter 0,75 inci dengan panjang 7 cm yang jumlahnya setengah dari padat penebaran ikan. Selanjutnya ke dalam bak dimasukkan air sumur hingga ketinggian 40 cm. Pada setiap bak pemeliharaan di tambahkan tanaman air kapu-kapu (Pistia stratiotes) sebanyak 20% dari luas permukaan bak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen setiap bak dilengkapi dengan aerasi.
2.2.2 Penebaran benih Lobster air tawar yang digunakan pada penelitian berumur 4 minggu sebanyak 4.950 ekor dengan ukuran panjang 3,15+0,22 cm dan bobot 0,794+0,19 gram. Lobster ini ditebar ke dalam bak pemeliharaan dengan tingkat kepadatan sesuai dengan perlakuan yakni 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 atau 300, 375, 450, dan 525 ekor/bak. 2.2.3 Pemberian pakan Selama masa pemeliharaan lobster diberi pakan berupa pelet udang komersil, cacing, dan wortel. Kandungan nutrien yang terdapat pada pelet, oligochaeta (cacing sutera), dan wortel disajikan pada Lampiran 4. Pelet diberikan setiap hari pada jam 08.00 WIB. Pada sore hari pakan yang diberikan pelet, oligochaeta, dan wortel masing-masing 3 hari sekali secara bergantian pada jam 16.00 WIB. Tingkat pemberian pakan (FR) untuk pelet 2-3%, oligochaeta 15%, dan wortel 15% dari berat tubuh lobster. 2.2.4 Pengelolaan kualitas air Selama pemeliharaan dilakukan pengelolaan kualitas air yang berupa pemasangan aerasi pada setiap bak, penyifonan kotoran lobster setiap 3 hari sekali dan pergantian air sebanyak 50% setiap 10 hari sekali. 2.3 Parameter penelitian Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah ikan, panjang dan bobot tubuh, jumlah pakan, serta kualitas air. Penghitungan jumlah lobster pada akhir penelitian dilakukan dengan cara menghitung semua populasi lobster yang hidup (sensus). Pengukuran panjang dan bobot dilakukan setiap 10 hari sekali dengan melakukan sampling pada 30 lobster setiap bak perlakuan. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal, tengah (15 hari), dan akhir penelitian. Pengukuran jumlah pakan dilakukan setiap hari dengan menggunakan timbangan digital. Selanjutnya data hasil pengukuran parameter tersebut digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertambahan panjang mutlak, efisiensi ekonomi, dan analisa kualitas air.
4
2.3.1 Kelangsungan hidup Tingkat kelangsungan hidup (SR) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Goddard,1996) :
Keterangan : SR = Kelangsungan hidup /Survival Rate (SR)(%) NT = Jumlah lobster yang hidup di akhir penelitian (ekor) NO = Jumlah Lobster yang hidup di awal penelitian (ekor) 2.3.2 Laju pertumbuhan harian Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Huisman, 1987) :
Keterangan :
α = Laju pertumbuhan harian (%) Wt = Bobot rata-rata akhir (gram) Wo = Bobot rata-rata awal (gram) t = Waktu pemeliharaan (hari)
2.3.3 Pertumbuhan panjang mutlak Ukuran panjang pada lobster adalah antara ujung rostrum hingga ujung telson lobster. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus Effendi (1979) :
Keterangan : Pm = Pertambahan panjang mutlak Lt = Rata-rata panjang individu pada hari ke-t (cm) Lo= Rata-rata panjang individu pada hari ke-0 (cm) 2.3.4 Analisis usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung (Soekartawi, 2002). Komponen yang digunakan dalam analisa usaha penelitian ini adalah analisa penerimaan usaha, keuntungan,
5
harga pokok produksi, dan Revenue-cost rasio Penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga produk tersebut. Harga lobster yang dihasilkan ditentukan oleh ukuran panjang dari ujung rostrum sampai ujung telson. Penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Martin et. al., (1991):
Keterangan:
TR = Total Revenue (total penerimaan) Q
= Quantity (jumlah ikan yang dijual)
P
= Price (harga)
Analisa pendapatan usaha adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Pendapatan usaha dapat dihitung dengan rumus Martin et.al., (1991):
Keterangan:
π
= Laba
TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total pengeluaran) Harga pokok produksi merupakan nilai atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit produk. Harga pokok produksi dapat dihitung dengan rumus Rahardi et.al.,(1998) HPP =
Biaya produksi total Volume produksi
Analisis Revenue of Cost
(R/C) merupakan perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya. R/C ratio dapat dihitung dengan rumus Rahardi et.al., (1998) :
Keterangan:
R/C ratio
= Perbandingan penerimaan dan pengeluaran
∑TR
= Jumlah dari Total Revenue (total penerimaan)
∑TC
= Jumlah dari Total Cost (total pengeluaran)
Break Event Point merupakan suatu nilai yang menyatakan hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Break Event Point dapat dihitung dengan rumus Rahardi et.al.,(1998)
6
: Biaya tetap BEP (Rp) = 1 - ( Biaya variabel) Penerimaan 2.3.5 Kualitas air Parameter fisika yang diukur selama penelitian meliputi suhu, sedangkan parameter kimia yang diukur meliputi pH, Oksigen terlarut (DO), ammonia, nitrit, alkalinitas, dan kesadahan. Parameter suhu, pH, oksigen terlarut (DO), alkalinitas, dan kesadahan diukur secara insitu. Analisis ammonia dan nitrit dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini disajikan dalam Tabel 1. Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu pada hari ke-0, hari ke-15, dan hari ke-30. Tabel 1. Metode pengukuran parameter fisika kimia air Parameter
Satuan
Metode
Suhu
o
Pembacaan skala
Oksigen terlarut
Mg/l
Titrimetri
Ph
Unit
Pembacaan skala
Ammonia
Mg/l CaCO3
Spektrofotometri
Alkalinitas
Mg/l CaCO3
Titrimetri
Kesadahan
Mg/l CaCO3
Titrimetri
Nitrit
Mg/l CaCO3
Spektrofotometri
C
2.3.6 Analisis data Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah, panjang tubuh total, bobot tubuh, jumlah pakan, serta kualitas air. Selanjutnya data hasil pengukuran parameter tersebut digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertambahan panjang mutlak, efisiensi pakan, efisiensi ekonomi, dan analisa kualitas air.
7
Data beberapa parameter penelitian yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan program SPSS 16 , yang meliputi : 1) Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. 2) Analisis deskriptif kuantitatif, digunakan untuk menentukan efisiensi ekonomi dan kualitas air pada media pemeliharaan Cherax quadricarinatus yang disajikan dalam bentuk tabel.
8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Tingkat kelangsungan hidup Tingkat kelangsungan hidup lobster selama 30 hari pemeliharaan mengalami penurunan pada masing-masing perlakuan dengan kisaran 71,17% hingga 78,13%
(Lampiran 5). Nilai tertinggi diperoleh pada kepadatan 125
ekor/m2 sedangkan nilai terendah diperolah pada kepadatan 175 ekor/m2. Namun setelah dilakukan
analisis ragam, peningkatan kepadatan lobster
tidak
memberikan perbedaan nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup (p>0,05) (Lampiran 6).
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup (%) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari.
3.1.2 Laju pertumbuhan harian Selama 30 hari masa pemeliharaan benih lobster air tawar telah terjadi peningkatan bobot dari 0,74-0,93 gram menjadi 3,08-3,51 gram (Lampiran 2). Laju pertumbuhan bobot harian pada masa pemeliharaan berkisar antara 4,52% hingga 5,24% (Lampiran 7). Hasil analisis ragam menunjukkan peningkatan kepadatan tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian (p>0,05) (Lampiran 8).
Gambar 2. Bobot (gram) rata–rata tiap sampling Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari.
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
Gambar 3. Laju pertumbuhan harian (%) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari.
10
3.1.3 Pertumbuhan panjang mutlak Lobster air tawar Cherax quadricarinatus mengalami pertumbuhan panjang selama 30 hari pemeliharaan dari 3,12-3,29 cm menjadi 4,67-4,85 cm (Lampiran 3). Pertumbuhan panjang mutlak berkisar antara 1,54 cm hingga 1,67 cm (Lampiran 9). Hasil analisis ragam menunjukkan peningkatan kepadatan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak (p>0,05) (Lampiran 10).
Gambar 4. Panjang (cm) rata – rata tiap sampling Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari.
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
Gambar 5. Pertumbahan panjang mutlak (cm) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari
11
3.1.4 Keragaman ukuran Selama 30 hari pemeliharan lobster air tawar, didapatkan lobster dengan 3 ukuran yang berbeda yaitu diatas 1,8 inch (> 4,572 cm) disebut grade besar, 1,5 hingga 1,8 inch (3,81-4,572 cm) disebut grade sedang, dan dibawah 1,5 inch (< 3,81 cm) disebut grade kecil. Persentase grade besar berkisar antara 23,20 % hingga 36,76% persentase grade sedang berkisar antara 38,72% hingga 52,02%, sedangkan presentase grade kecil berkisar antara 20,58% hingga 29,01%.
Gambar 6. Keragaman ukuran (%) Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari. 3.1.5 Penggunaan pakan jumlah pakan yang dihabiskan setiap perlakuan berbeda-beda. Jumlah pakan yang habis selama 30 hari pemeliharaan lobster ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah pakan yang dihabiskan selama 30 hari pemeliharaan lobster air tawar Cherax quadricarinatus Pakan (gram) Perlakuan Pellet Oligochaeta Wortel 100 ekor
191.30
440.42
407.12
125 ekor
250.85
579.71
536.77
150 ekor
328.54
760.51
697.73
175 ekor
319.15
738.73
680.20
12
3.1.6 Kualitas air Nilai kualitas air media pemeliharaan pada setiap perlakuan disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Nilai kimia fisika air media pada setiap perlakuan Hari ke-
Perlakuan
Alkalinitas
Kesadahan
Amoniak
Nitrit
(mg/l CaCo3)
(mg/l CaCo3)
(mg/l)
(mg/l)
7,3
34
132,97
0,0053
0,041
7,3
40
147,74
0,0098
0,088
7,30
7,1
40
132,97
0,0029
0,092
29,7
5,40
7,2
40
132,97
0,0032
0,092
100
26,5
6,12
7,2
16
147,74
0,0088
0,023
125
26,9
6,40
7,2
20
118,19
0,0134
0,012
150
26,4
5,44
7,1
20
118,19
0,0097
0,027
175
26
5,44
7,2
20
147,74
0,0196
0,063
100
30,4
6,24
7,9
32
132,97
0,0197
0,016
125
30,7
6,30
7,9
28
118,19
0,0106
0,006
150
29,7
5,86
7,5
32
132,97
0,0145
0,027
175
29,7
5,24
7,5
24
103,42
0,0143
0,081
Suhu (0C)
DO(mg/l)
pH
100
30,7
6,74
125
30,6
6,20
150
29,8
175
(ekor/m2)
0
15
30
Nilai kualitas air selama 30 hari pemeliharaan lobster air tawar berada dalam kisaran yang cukup baik. Suhu air berkisar antara 26 0 hingga 30,70C. Kandungan oksigen terlarut (DO) berkisar antara 5,24 hingga 6,74 mg/l. Kandungan pH berkisar antara 7,1 hingga 7,9. Kandungan alkalinitas berkisar antara 20 hingga 40 mg/l. Kandungan kesadahan Selama masa pemeliharaan berkisar antara 103,42 hingga 147,74 mg/l. Konsentrasi amoniak berkisar antara 0,0029 hingga 0,0197 mg/l. Konsentrasi nitrit berkisar antara 0,006 hingga 0,092 mg/l. 3.1.7 Analisis usaha Analisis usaha pada penelitian ini dihitung selama 1 tahun produksi. Analisis usaha dilakukan dengan menghitung keuntungan yang diperoleh, R/C rasio, harga pokok produksi (HPP), dan Break Event Point (BEP). Asumsi yang digunakan dalam usaha ini adalah menggunakan 200 bak dan 10 siklus dengan masa pemeliharaan 30 hari. Asumsi kelangsungan hidup yang digunakan adalah studi kasus dari nilai kelangsungan hidup yang didapatkan selama penelitian. Efisiensi ekonomi usaha pendederan Lobster Air Tawar disajikan pada Tabel 4.
13
Tabel 4. Efisiensi ekonomi Lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama 30 hari pemeliharaan dengan padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 (dalam ribuan rupiah) No
Komponen
100 ekor/m2
125 ekor/m2
150 ekor/m2
175 ekor/m2
1
Penerimaan Grade A
336.000
348.000
370.666
350.666
Grade B
335.466
538.966
521.700
717.800
Grade C
190.400
205.133
324.133
312.800
Total penerimaan
861.866
1.092.100
1.216.500
1.381.266
Pembuatan bak
100.000
100.000
100.000
100.000
Blower
10.000
10.000
10.000
10.000
Paralon
480
480
480
480
Selang aerasi
110
110
110
110
Batu aerasi
300
300
300
300
Pengatur aerasi
130
130
130
130
Selang sifon
200
200
200
200
Keranjang
500
500
500
500
Total investasi
111.720
111.720
111.720
111.720
Listrik
9.600
9.600
9.600
9.600
Gaji pegawai
28.800
28.800
28.800
28.800
Gaji manajer
18.000
18.000
18.000
18.000
Penyusutan
11.566
11.566
11.566
11.566
Total biaya tetap
67.966
67.966
67.966
67.966
450.000
562.500
675.000
787.500
Pelet
5.249,828
6.736,902
9.437,211
9.349,192
Cacing
6.913,202
8.896,418
12.484,026
12.365,194
Wortel
4.254,129
5.492,332
7.637,007
8.377,187
Total biaya variabel
466.417,159
583.625,652
704.558,244
817.591,573
4
Total Pengeluaran
534.383,159
651.591,652
772.524,244
885.557,573
5
Profit
327.483,507
440.508,348
443.975,756
495.709,094
6
R/C rasio
1,61
1,68
1,57
1,56
7
HPP
1.168,03
1.112,02
1.175,49
1.191,21
8
BEP
69.285,781
69.306,672
73.889,571
166.548,373
2
3
Investasi
Pengeluaran Biaya tetap
Biaya variable Biaya benih Biaya pakan
14
Total penerimaan diperoleh dari jumlah lobster dikalikan dengan harga produksi. Jumlah lobster saat panen dibagi ke dalam 3 ukuran yaitu diatas 1,8 inch (> 4,572 cm) disebut grade besar (A), 1,5-1,8 inch (3,81-4,572 cm) disebut grade sedang (B), dan dibawah 1,5 inch (< 3,81 cm) disebut grade kecil (C). Harga benih lobster berturut-turut adalah Rp 2.000,00 ; Rp 1.850,00 ; dan Rp 1.700,00. Penerimaan pada masing-masing perlakuan adalah Rp 861.866.000,00 untuk perlakuan 100 ekor/m2, Rp 1.092.100.000,00 untuk perlakuan 150 ekor/m2, Rp 1.216.500.000,00 untuk perlakuan 150 ekor/m2, dan Rp 1.381.266.000,00 untuk perlakuan 175 ekor/m2. Biaya yang dikeluarkan dalam pendederan lobster air tawar terdiri dari 2 komponen yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya listrik, gaji pegawai, dan penyusutan. Biaya tetap pada semua perlakuan jumlahnya sama yaitu Rp 67.966.000,00. Biaya variabel terdiri dari biaya benih dan pakan. Biaya variabel pada masing-masing perlakuan adalah Rp 466.417.159,00 untuk perlakuan 100 ekor/m2, Rp 583.625.652,00 untuk perlakuan 125 ekor/m2, Rp 704.558.244,00 untuk perlakuan 150 ekor/m2, dan Rp 817.591.573,00 untuk perlakuan 175 ekor/m2. Tabel 4. menunjukan biaya total yang dikeluarkan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya padat penebaran. Walaupun demikian, terjadi peningkatan penerimaan dengan meningkatnya padat penebaran. Hubungan biaya total dan penerimaan ditunjukkan oleh Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan biaya total dan penerimaan pada pendederan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)
15
3.2 Pembahasan Kegiatan pendederan lobster yang dilakukan secara intensif atau dengan kepadatan yang tinggi memerlukan pakan yang baik untuk pertumbuhannya. Pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai nutrisi yang lengkap. Kebutuhan nutrisi lobster pada penelitian ini tercukupi melalui pemberian pelet, cacing, dan wortel. Pemberian pakan terutama pakan pelet akan berpotensi menurunkan kualitas air media pemeliharaan. Pakan yang tidak tercerna oleh lobster dikeluarkan menjadi feses dan pakan yang tidak termetabolisir dikeluarkan dalam bentuk urine. Semakin tinggi kepadatan ikan, maka feses dan urine yang dikeluarkan akan semakin banyak. Sisa pakan dan buangan metabolit yang terdapat di dasar wadah merupakan komponen yang dapat memicu peningkatan ammonia (Boyd, 1990). Ammonia akan berbahaya bagi organisme yang dipelihara karena bersifat racun. Kegiatan penyifonan dan pergantian air secara berkala mampu mengurangi konsentrasi ammonia dalam perairan. Metabolisme pada ikan merupakan proses yang terjadi di dalam tubuh. Karena proses metabolisme membutuhkan energi, sedangkan penyaringan energi dari makanan membutuhkan oksigen maka laju metabolisme dapat diduga dari laju konsumsi oksigen (Fujaya, 2004). Proses perombakan feses dan sisa pakan oleh mikroba juga memerlukan oksigen. Dengan demikian akan terjadi persaingan antara ikan dan mikroba dalam mendapatkan oksigen. Aerasi yang diberikan pada setiap bak pemeliharaan mampu menyuplai oksigen yang cukup untuk kelangsungan hidup lobster air tawar. Selain itu, proses fotosintesis yang berlangsung pada tanaman kapu-kapu memungkinkan adanya penambahan kandungan oksigen melalui difusi. Oksigen terlarut merupakan faktor yang menentukan dalam budidaya perikanan yang intensif, keberhasilan dan kegagalan pemeliharaan ikan sering tergantung kepada kemampuan petani untuk mengatasi masalah oksigen terlarut yang rendah (Boyd, 1990). Nilai kelangsungan hidup pada penelitian ini berkisar antara 71,17 % hingga 78,13 %. Walaupun tingkat kelangsungan hidup yang cenderung menurun dengan semakin tingginya padat penebaran, ternyata setelah dilakukan analisis
16
ragam, peningkatan padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup lobster. Hal ini berkaitan dengan kualitas air pada percobaan yang masih bisa ditoleransi oleh lobster. Kemampuan lobster untuk bertahan hidup dan tumbuh dipengaruhi oleh kualitas air media pemeliharaan. Pada penelitian ini lobster yang ditebar berukuran panjang 3,14+0,20 cm dengan bobot 0,768+0,181 gram. Setelah 30 hari pemeliharaan lobster mengalami pertumbuhan menjadi panjang 4,75+0,17 cm dengan bobot 3,198+0,352 gram. Peningkatan padat penebaran tidak diikuti dengan perbedaan pertumbuhan harian dan panjang mutlak. Hal ini bisa terlihat dari nilai laju pertumbuhan harian yang berkisar antara 3,81% hingga 6,1 % dan panjang mutlak yang berkisar antara 1,29 cm hingga 1,96 yang tidak berpengaruh nyata setelah dilakukan analisis ragam. Hal ini terkait dengan kemampuan lobster dalam memanfaatkan pakan yang ditebar secara merata dan sampai kepadatan 175 ekor/m2 wadah pemeliharaan masih mendukung lobster untuk tumbuh. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) pada ikan, peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan jika jumlah pakan, oksigen terlarut, serta buangan metabolit tidak mampu disesuaikan sehingga menghambat pertumbuhan. Pada penelitian ini, penurunan pertumbuhan dapat diatasi dengan pemberian pakan dan oksigen terlarut yang cukup. Pertumbuhan pada lobster air tawar tidak akan terjadi tanpa didahului oleh pergantian kulit (moulting). Oleh karena itu, pertumbuhan lobster air tawar bersifat diskontinu karena hanya terjadi setelah moulting, yaitu pada saat eksoskeleton (kerangka luar) belum mengeras sempurna (Iskandar, 2003). Frekuensi ganti kulit udang dipengaruhi oleh umur dan makanan yaitu jumlah dan mutu makanan yang diserap. Udang yang makanannya berkualitas baik dalam jumlah yang banyak akan lebih cepat mengalami pergantian kulit daripada makanannya sedikit ataupun yang kualitasnya kurang baik (Ling, 1976). Kombinasi pakan yang terdiri dari pelet, Oligochaeta, dan wortel cukup efektif dalam meningkatkan pertumbuhan lobster. Pelet yang digunakan adalah pelet komersil yang kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu 40 %. Menurut Sukmajaya (2003) standar kandungan protein dalam pakan yang diberikan pada lobster air tawar memiliki nilai optimum 35-40%. Oligochaeta diketahui memiliki
17
kandungan nutrisi penting seperti vitamin, karbohidrat, lemak dan protein sekitar 50 hingga 60%. Dengan kandungan nutrisi demikian, cacing sutera tergolong pakan alami yang baik sebagai sumber pakan lobster air tawar (Anonim, 2011). Menurut Marian dan Pandian (1984) Oligochaeta merupakan salah satu makanan yang paling baik dan murah untuk ikan, udang, dan katak. Oleh karena itu lobster yang diberi pakan cacing sutera tumbuh dengan cepat.
Wortel memiliki
kandungan karbohidrat yang cukup baik. Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat menggantikaan atau menghemat penggunaan protein (protein sparring effect) yang lebih mahal sebagai sumber energi (Millamena et. al., dalam SEAFDEC, 2002) Pengaruh padat penebaran yang berbeda pada setiap perlakuan berpengaruh terhadap keragaman ukuran yang dihasilkan. Lobster yang ditebar dengan ukuran yang sama, setelah dipelihara selama 30 hari menghasilkan 3 ukuran yang berbeda yaitu grade besar (A), grade sedang (B), dan grade kecil (C). Lobster yang dipelihara dengan kepadatan yang lebih rendah akan menghasilkan grade besar dengan presentase lebih tinggi dan grade sedang dengan presentase yang lebih rendah. Sedangkan lobster yang dipelihara dengan kepadatan yang lebih tinggi akan mengahasilkan grade besar dengan presentase lebih rendah dan grade sedang dengan presentasi yang lebih tinggi. Adanya keragaman ukuran ini disebabkan oleh persaingan antara lobster dalam mendapatkan makanan dan wilayah teritorialnya. Pada budidaya lobster dengan kepadatan yang cukup tinggi (intensif), peningkatan padat penebaran akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan pakan, oksigen, dan kotoran (metabolit dan sisa pakan). Menurut Hepher dan Pruginin (1981), selama oksigen dan pakan terpenuhi dan keberadaan metabolit dapat dikendalikan, ikan akan dapat tumbuh sesuai kapasitasnya (maksimal). Akibat dari persaingan akan terasa apabila persediaan makanan tidak mencukupi, apabila ketersediaan makanan terpenuhi, penggunaan sumber makanan yang sama tidak akan terasa akibatnya. Padat penebaran lobster yang tinggi akan mengakibatkan penurunan kualitas air, persaingan makanan, dan persaingan tempat perlindungan (shelter). Pengelolaan kulitas air yang dilakukan dengan melakukan penyifonan dan
18
pergantian air serta keberadaan aerasi untuk mempertahankan
kandungan
oksigen terlarut cukuf efektif untuk mempertahankan kualitas air dalam kisaran yang masih bisa ditoleransi oleh lobster untuk hidup dan tumbuh. Menurut Boyd (1982), pergantian air dapat mengurangi muatan unsur hara dan mengencerkan konsentrasi ammonia dan nitrit. Pergantian air merupakan satu diantara teknik pengelolaan air yang efektif untuk melindungi ikan dari daya racun ammonia dan nitrit. Kualitas air selama pemeliharaan berada dalam kisaran yang masih bisa ditoleransi oleh lobster untuk tumbuh dan hidup. Kisaran suhu berada antara 260 hingga 30,70 C. Menurut Rouse (1977) Cherax jenis redclaw mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu 240 hingga 290C. Walaupun dalam beberapa media pemeliharaan suhunya berada diatas kisaran optimum, akan tetapi kisaran tersebut masih layak untuk pemeliharaan lobster. Suhu mengalami fluktuasi harian yang cukup tinggi dengan kondisi penelitian yang dilakukan dalam bak terbuka (outdoor). Hal ini terkait dengan kondisi cuaca yang selalu berubah-ubah setiap harinya. Untuk mengatasi hal ini, pada setiap media pemeliharaan lobster, ditambahkan tanaman air kapu-kapu (Pistia stratiotes). Tanaman kapu-kapu berfungsi sebagai media untuk menahan
sengatan
cahaya
matahari
yang
berlebihan (Anonim, 2011). Adanya kapu-kapu mampu menjaga suhu wadah pemeliharaan dalam kisaran yang bisa ditoleransi oleh lobster. Kandungan oksigen terlarut (DO) merupakan faktor penting yang harus dijaga dalam pemeliharaan lobster selama penelitaian berlangsung. Pemberian aerasi cukup efektif mempertahankan kandungan oksigen terlarut setiap perlakuan dalam kisaran normal untuk mendukung kelangsungan hidup lobster air tawar yaitu berkisar antara 5,4 hingga 7,3 mg/l. Menurut Boyd (1982), kisaran nilai optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan crustacea adalah 5 mg/l. Meskipun demikian, kandungan oksigen telarut 4,21 hingga 5,43 mg/l masih dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik. Ammonia
merupakan
parameter
kualitas air yang
penting
untuk
diperhatikan terkait dengan pertumbuhan lobster. Boyd (1990) menyatakan bahwa keberadaan amonia mempengaruhi pertumbuhan karena mereduksi masuknya O2 yang disebabkan rusaknya insang sehingga menambah energi untuk
19
keperluan detoksifikasi, mengganggu proses osmoregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan. Mosigh (1998) menyatakan bahwa lobster air tawar dapat mentoleransi ammonia pada kisaran 0,5 mg/l. Pada awal pemeliharaan, kandungan ammonia media pemeliharaan berada`dalam kisaran 0,0028 hingga 0,0097 mg/l. Seiring dengan berjalannya waktu, terjadi peningkatan kandungan ammonia yang disebabkan oleh buangan metabolit dan sisa pakan yang tidak termakan oleh lobster. Pengecekan kualitas air pada pertengahan pengamatan menunjukan kandungan berkisar antarra 0,0087 hingga 0,019 mg/l. Pengecekan kualitas air pada akhir pengamatan menunjukan kandungan ammonia yang berkisar antara 0,010 hingga 0,019 mg/l. Walaupun terjadi peningkatan ammonia, pergantian air yang dilakukan cukup efektif mempertahankan nilai ammonia pada kisaran yang masih bisa ditoleransi oleh lobster. Selain itu, tanaman air kapu-kapu dapat menyerap zat racun yang dikeluarkan oleh kotoran dan urine ikan (Anonim, 2011). Dalam hal ini tanaman air sangat efektif untuk mengontrol pertumbuhan lumut sehingga serapan hara untuk ikan dapat maksimal. Walaupun pada beberapa bak pengamatan kandungan ammonia cenderung meningkat, efek toksisitas dapat dikurangi dengan kandungan oksigen yang tinggi melalui aerasi. Kandungan alkalinitas selama masa pemeliharaan berkisar antara 16 hingga 40 mg/l mampu menyangga pH pada kisaran 7,1 hingga 7,9 sedangkan kandungan kesadahan selama masa pemeliharaan berkisar antara 103,42 mg/l hingga 147,74 mg/l. Alkalinitas dan kesadahan berkaitan dengan kandungan kalsium, mineral tersebut terutama dibutuhkan saat lobster mengalami moulting untuk mempercepat pembentukan dan pengerasan eksoskeleton. Sesuai dengan pendapat Holiday (1965) yang menyatakan bahwa dengan makin tingginya kandungan kalsium (Ca) pada media akan mendorong proses pembentukan serta pengerasan kulit udang. Mineral kalsium berfungsi dalam tubuh udang dalam membantu proses metabolisme, pengaturan tekanan osmosis serta pembentukan kulit tubuh. Kandungan alkalinitas dan kandungan pH dalam pemeliharaan lobster air tawar masih berada dalam kisaran normal. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mosigh (1998), lobster air tawar dapat hidup pada kisaran pH 6 hingga 9 dan memiliki kisaran optimum pH 7 hingga 8,5. Menurut Rouse (1997),
20
lobster mengalami pertumbuhan terbaik pada kisaran alkalinitas dan kesadahan berkisar antara 20 hingga 300 mg/l. Hasil percobaan pada penelitian ini menunjukkan kinerja produksi yang lebih baik dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Irawan (2007) dan Tanribali (2007) melakukan percobaan padat penebaran lobster dengan sistem resirkulasi. Hasil percobaan Irawan menunjukkan bahwa perlakuan padat penebaran 50 ekor/m2 mencapai kinerja produksi yang terbaik dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 92,59% dan laju pertumbuhan harian 0,707%. Sedangkan pada percobaan Tanribali (2007) kinerja produksi terbaik diperoleh sampai kepadatan 100 ekor/m2 dan rasio shelter 1 dengan tingkat kelangsungan hidup yang mencapai 83,33% dan laju pertumbuhan harian 4,19%. Nilamsari (2007) dan Sumbaga (2009) melakukan percobaan padat penebaran lobster dengan pergantian air. Hasil percobaan Nilamsari (2007) menunjukkan kinerja produksi terbaik dicapai sampai kepadatan 70 ekor/m2 dengan tiingkat kelangsungan hidup mencapai 85,71% dan laju pertumbuhan harian 3,86%. Sedangkan pada percobaan Sumbaga (2009), sampai kepadatan 125 ekor/m2 kinerja produksi masih tinggi dengan tingkat kelangsungan hidup yang mencapai 73,81% dan laju pertumbuhan harian 3,97%. Secara bioteknis, penelitian ini masih optimal sampai kepadatan 175 2
ekor/m . Namun, perlu dilakukan analisis usaha untuk mengetahui perlakuan yang paling efisien secara ekonomi yang dapat diterapkan pada usaha pendederan lobster air tawar. Total penerimaan terbesar diperoleh pada perlakuan 175 ekor/m2 yaitu Rp 1.381.266.667,00 dan biaya total yang dikeluarkan adalah Rp 885.557.573,00. Sehingga keuntungan yang didapat pada perlakuan ini adalah Rp 495.709.094,00. Besarnya penerimaan yang didapatkan dari hasil penjualan lobster ditentukan oleh tingkat kelangsungan hidup, ukuran panjang benih, dan padat penebaran. Semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup, maka penerimaan yang akan diterima pun akan semakin tinggi. Padat penebaran akan mempengaruhi ukuran lobster yang dihasilkan. Semakin tinggi padat penebaran, maka penerimaan meningkat karena jumlah ikan yang akan dihasilkan semakin banyak. Walaupun keuntungan tertinggi diperoleh pada perlakuan 175 ekor/m2,
21
R/C rasio terbesar diperoleh pada padat penebaran 125 ekor/m2 yaitu sebesar 1,69, berarti setiap 1 rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar 1,69. Hal ini disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan pada perlakuan 125 ekor/m2 lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan 175 ekor/m2. Harga pokok produksi (HPP) pada perlakuan dengan padat penebaran 125 ekor/m2 nilainya paling rendah yaitu Rp 1.183,59, artinya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 ekor lobster adalah Rp 1.183,59. Break Event Point (BEP) pada semua perlakuan berada dibawah nilai penerimaan, sehingga usaha pendederan Lobster Air Tawar pada semua perlakuan berada pada titik untung. BEP yang terbaik diperoleh pada perlakuan 125 ekor/m2 yaitu sebesar Rp 146.045.237,00 karena nilainya paling rendah. Metode Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. BEP atau analisis ttitk impas adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui sampai batas mana kegiatan usaha yang dijalankan masih mendatangkan keuntungan (Rahardi et. al., 2005). Hasil analisis usaha diatas menunjukkan padat penebaran 125 ekor/m2 merupakan perlakuan terbaik ditinjau dari efisiensi ekonomi. Walaupun keuntungan tertinggi diperoleh pada perlakuan 175 ekor/m2, akan tetapi R/C rasio, HPP, dan BEP terbaik diperoleh pada perlakuan dengan padat penebaran 125 ekor/m2.
22
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Hasil pemeliharaan lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan ukuran panjang 3,14+0,20 cm dan bobot 0,768+0,181 gram selama 30 hari menunjukkan perlakuan dengan padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap kelangungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan pertumbuhan panjang mutlak. Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukkan keuntungan semakin tinggi dengan meningkatnya padat penebaran tetapi R/C rasio, HPP, dan BEP terbaik dicapai pada perlakuan dengan padat penebaran 125 ekor/m2. 4.2 Saran Secara bioteknis padat penebaran pada pendederan lobster air tawar masih bisa ditingkatkan dengan frekuensi atau persentase pergantian air yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2011. Manfaat Tanaman Air. http:www.wikipedia.com[28 Februari 2011] Anonim, 2011. Budidaya Cacing Sutera (Tubifex sp). http:www.wikipedia.com [28 Februari 2011] Anonim, 2011. Kandungan Nutrisi Wortel. http.wikipedia.com [28 Februari 2011] Barki, A.,Karplus, I., Manor, R.,Parnes, S., 2005. Growth of Red Claw Crayfish (Cherax quadricarinatus) in a Three – Dimensional Compartment System : Does a Neighbor Water?. Department of Life Science and The National Institute for Biotechnology in The Negev, Ben – Gurion University of The Negev. Israel. Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University. Alabama. Effendie, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Effendi, I., 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta. Fujaya, Y., 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta. Goddard. S., 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and Hall, New York. Hepher, B. and Pruginin, Y., 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. Holiday, R. G., 1965. Growth in The Biology Crustacea, Vol 2 Academic Press. New York. Huisman. E.A., 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of Aquaculture. Wageningen University, Netherland. Irawan, D. Y., 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) pada Sistem Resirkulasi dengan Kepadatan Berbeda. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta
Ling, Sw., 1976. A General Account on the Biology of the Giant Fresh Water Prawn Macrobrachium rosenbergii and Method for its Rearing and Culturing. FAQ. 18p Marian, M. P. and Pandian, T. J., 1984. Culture and Harvesting Technique for Tubifex Tubifex. School of Biological Science, Madurai Kamaraj University India. Martin, J.D., Petty, J.W., Keown, A.J.,Scott, D.F., 1991. Basic Financial Management 5 th edition. Prentice Hall Inc. New Jersey Millamena O. M., R. M. Colloso, and F.P. Pascual. 2002. Nutrition in Tropical Aquaculture. SEAFDEC. Philipines, 221 pp. p:127 Mosigh, J., 1998. The Australian Yabby Farmer. 2th edition. Australia. Lanklink Press. Nilamsari, D., 2007. Pengaruh Perbedaan Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Rahardi, F., Kristiawati, R., Nazarudin., 1998. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Rouse, D. B.,1997. Production of Australian Red Claw Crayfish. Auburn University. Alabama. USA Soekartawi. 1981. Manajemen Penelitian Usaha Tani untuk Pengembangan Petani Kecil. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Stell, G. D., Torrie, J. H., 1981. Prinsip – Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sukmajaya, Y. dan I. Suharjo., 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sumbaga, E., 2009. Pengaruh Padat Penebaran 75, 100, 125 ekor/m2 dan Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air TAwar (Cherax quadricarinatus). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Tanribali., 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Pada Sistem Resirkulasi dengan Padat Penebaran dan Rasio Shelter yang Berbeda. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah penelitian A106
A105
A104
A103
A102
A101
150 ekor/m2 ulangan 2
100 ekor/m2 ulangan 1
150 ekor/m2 ulangan 1
125 ekor/m2 ulangan 3
150 ekor/m2 ulangan 3
175 ekor/m2 ulangan 1
125 ekor/m2 ulangan 1
175 ekor/m2 ulangan 3
125 ekor/m2 ulangan 2
100 ekor/m2 ulangan 2
175 ekor/m2 ulangan 2
100 ekor/m2 ulangan 3
A82
A83
A84
A85
A86
A87
27
Lampiran 2. Data sampling berat rata-rata (gram) lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada perlakuan 100,125,150,dan 175 ekor/m2 selama 30 hari pemeliharaan Hari kePerlakuan Ulangan ∆b 0 10 20 30 1 0,69 1,29 1,49 3,19 2,5 2 0,95 1,73 1,93 2,92 1,97 2 100 ekor /m 3 0,58 1,72 1,79 3,66 3,08 rataan 0,77 1,73 1,86 3,29 2,53 sd 0,26 0,01 0,10 0,52 0,56 1 0,54 1,61 2,16 3,11 2,57 2 0,75 1,63 1,95 2,71 1,96 125 ekor /m2 3 1 1,95 2,13 3,44 2,44 rataan 0,76 1,73 2,08 3,09 2,32 sd 0,23 0,19 0,11 0,37 0,32 1 1,07 1,81 2,23 3,73 2,66 2 0,89 1,79 2,61 3,62 2,73 2 150 ekor /m 3 0,83 1,95 2,29 3,18 2,35 rataan 0,93 1,85 2,38 3,51 2,58 sd 0,12 0,09 0,20 0,29 0,20 1 0,53 1,36 1,77 3,01 2,48 2 0,69 1,36 1,72 2,86 2,17 2 175 ekor /m 3 1,01 1,9 2,26 3,37 2,36 rataan 0,74 1,54 1,92 3,08 2,34 sd 0,24 0,31 0,30 0,26 0,16
28
Lampiran 3. Data sampling panjang rata-rata (cm) lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada perlakuan 100,125,150, dan 175 ekor/m2 selama 30 hari pemeliharaan Hari ke Perlakuan Ulangan ∆ pt 0 10 20 30 1 2,89 3,58 3,83 4,73 1,84 2 3,23 3,85 4,03 4,61 1,38 2 100 ekor /m 3 3,02 3,84 4,25 4,92 1,90 rataan 3,13 3,85 4,14 4,77 1,64 sd 0,15 0,01 0,16 0,22 0,28 1 2,82 3,86 4,19 4,56 1,74 2 3,23 3,93 4,17 4,52 1,29 125 ekor /m2 3 3,37 4,07 4,24 4,94 1,57 rataan 3,14 3,95 4,20 4,67 1,53 sd 0,29 0,11 0,04 0,23 0,23 1 3,4 3,82 4,38 4,9 1,50 2 3,25 3,96 4,45 5 1,75 2 150 ekor /m 3 3,21 4,07 4,26 4,66 1,45 rataan 3,29 3,95 4,36 4,85 1,57 sd 0,10 0,13 0,10 0,17 0,16 1 2,83 3,62 4 4,8 1,97 2 3,06 3,65 3,92 4,52 1,46 2 175 ekor /m 3 3,48 4 4,49 4,8 1,32 rataan 3,12 3,76 4,14 4,71 1,58 sd 0,33 0,21 0,31 0,16 0,34
29
Lampiran 4. Zat gizi pakan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) Jenis pakan Zat gizi Pelet udang (a) Cacing sutera (b) Wortel ( dalam 100 gram)(c) Kadar protein 40% 41,1 % 1,2 gram Kadar lemak 5% 20,9% 0,3 gram Kadar air 3% Kadar abu 16% 6,7% Serat kasar 11% 1,3% BETN 30% Karbohidrat 9,3 gram Vitamin A 2813 ug Kalori 42 kal Ca 0,039 gram P 0,037 gram Fe 0,8 gram Vitamin C 0,006 gram Vitamin B1 0,00006 gram Karoten 0,012 gram Sumber : (a). Label data pakan Feng-li (b). Lab. Pakan Ternak Univ. Airlangga, 2009, dan (c). United States Department of Health and Human Service, 2004
Lampiran 5. Tingkat kelangsungan hidup (%) Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari Ulangan
100 ekor/m2
125 ekor/m2
150 ekor/m2
175 ekor/m2
1 2 3 rata-rata
84,67 68,00 78,00 76,89 + 7.07a
77,33 77,87 79,20 78,13 + 0.96 a
76,44 70,22 72,67 73,11 + 3.13 a
69,14 65,90 78,48 71,17 + 6.53 a
keterangan : Huruf superscript dibelakang nilai standard deviasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata perlakuan padat tebar (p > 0.05)
Lampiran 6. Analisis statistik data kelangsungan hidup Anova Sumber keragaman Perlakuan Sisa Total
JK 94,456 247,61 342,066
Db 3 8 11
KT 31,485 30,951
F hit 1,017
P 0,434
Kesimpulan : P > 0.05 berarti perlakuan padat penebaran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian
30
Lampiran 7. Laju pertumbuhan harian (%) Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari Ulangan
100 ekor/m2
125 ekor/m2
150 ekor/m2
175 ekor/m2
1 2 3 rata-rata
5,34 3,81 6,46 5,20 + 1.33a
5,85 4,38 4,31 4,85 + 0.24a
4,45 4,79 4,32 4,52 + 0.24a
6,10 5,12 4,50 5,24 + 0.81a
Keterangan : Huruf superscript dibelakang nilai standard deviasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata perlakuan padat tebar (p > 0.05)
Lampiran 8. Analisis statistik data laju pertumbuhan harian Anova Sumber Keragaman Perlakuan Sisa Total
JK 1,031 6,471 7,503
Db 3 8 11
KT 0,344 0,809
F hit 0,425
P 0,740
Kesimpulan : p > 0.05 berarti perlakuan padat penebaran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian
Lampiran 9. Pertambahan panjang mutlak (cm) Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari Ulangan
100 ekor/m2
125 ekor/m2
150 ekor/m2
175 ekor/m2
1 2 3 rata-rata
1,84 1,44 1,90 1,73 + 0.25a
1,74 1,29 1,58 1,54 + 0.23a
1,52 1,75 1,45 1,57 + 0.16a
1,96 1,46 1,37 1,58 + 0.34a
keterangan : huruf superscript dibelakang nilai standard deviasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata perlakuan padat tebar (p > 0.05)
Lampiran 10. Analisis statistik data pertambahan panjang mutlak Anova Sumber keragaman JK Db KT F hit Perlakuan 0,061 3 0,020 0,341 Sisa 0,480 8 0,060 Total 0,542 11
P 0,796
Kesimpulan : p > 0.05 berarti perlakuan padat penebaran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan panjang mutlak
31
Lampiran 11. Data kualitas air selama penelitian Hari ke-
0
15
30
Perlakuan (ekor/m2)
Suhu (0C)
DO(mg/l)
pH
Alkalinitas (mg/l CaCo3)
Kesadahan (mg/l CaCo3)
Ammonia (mg/l)
Nitrit (mg/l)
100
30,7
6,74
7,3
34
132,97
0,0053
0,041
125
30,6
6,20
7,3
40
147,74
0,0098
0,088
150
29,8
7,30
7,1
40
132,97
0,0029
0,092
175
29,7
5,40
7,2
40
132,97
0,0032
0,092
100
26,5
6,12
7,2
16
147,74
0,0088
0,023
125
26,9
6,40
7,2
20
118,19
0,0134
0,012
150
26,4
5,44
7,1
20
118,19
0,0097
0,027
175
26
5,44
7,2
20
147,74
0,0196
0,063
100
30,4
6,24
7,9
32
132,97
0,0197
0,016
125
30,7
6,30
7,9
28
118,19
0,0106
0,006
150
29,7
5,86
7,5
32
132,97
0,0145
0,027
175
29,7
5,24
7,5
24
103,42
0,0143
0,081
Lampiran 12. Keragaman ukuran Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan 30 hari Grade (ekor) Grade (%) Perlakuan SR (%) Ulangan A B C A B C 1 92 103 59 36,22 40,55 23,23 84,67 2 82 83 39 40,20 40,69 19,12 68,00 2 100 ekor /m 3 78 86 70 33,33 36,75 29,91 78,00 rataan 36,76 38,72 24,52 76,89 sd 4,85 2,78 7,63 7,07 1 85 166 39 29,31 57,24 13,45 77,33 2 60 149 83 20,55 51,03 28,42 77,87 2 125 ekor /m 3 116 122 59 39,06 41,08 19,87 79,20 rataan 29,64 49,78 20,58 78,13 sd 9,26 8,15 7,51 0,96 1 117 132 95 34,01 38,37 27,62 76,44 2 94 129 93 29,75 40,82 29,43 70,22 2 150 ekor /m 3 67 162 98 20,49 49,54 29,97 72,67 rataan 28,08 42,91 29,01 73,11 sd 6,91 5,87 1,23 3,13 1 66 216 81 18,18 59,50 22,31 69,14 2 78 167 101 22,54 48,27 29,19 65,90 2 175 ekor /m 3 119 199 94 28,88 48,30 22,82 78,48 rataan 23,20 52,02 24,77 71,17 Sd 5,38 6,48 3,83 6,53
32
Lampiran 13. Efisiensi ekonomi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) selama 30 hari pemeliharaan dengan padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 (dalam ribuan rupiah) No 1
2
3
4
100 ekor/m2
Komponen
125 ekor/m2
u1
u2
u3
rata-rata
u1
u2
u3
rata-rata
Penerimaan Grade A
368.000
328.000
312.000
336.000
340.000
240.000
464.000
348.000
Grade B Grade C
381.100 200.600
307.100 132.600
318.200 238.000
335.466 190.400
614.200 132.600
551.300 282.200
451.400 200.600
538.966 205.133
Total penerimaan
949.700
767.700
868.200
861.866
1.086.800
1.073.500
1.116.000
1.092.100
Pembuatan bak Blower
100.000 10.000
100.000 10.000
100.000 10.000
100000 10000
100000 10000
100000 10000
100000 10000
100000 10000
Paralon Selang aerasi
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
Batu aerasi Pengatur aerasi
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
Selang sifon Keranjang
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
Total investasi
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
Biaya tetap Listrik
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
Gaji pegawai Gaji manajer
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
Penyusutan Total biaya tetap
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
Biaya variable Biaya benih
450.000
450.000
450.000
450.000
562.500
562.500
562.500
562.500
Biaya pakan Pelet Cacing Wortel
4.835,784 6.312,387 3.914,872
5.553,954 7.425,635 4.447,482
5.359,745 7.001,584 4.400,030
5.249,828 6.913,202 4.254,128
6.512,569 8.570,218 5.399,255
6.147,379 8.135,807 4.990,438
7.550,758 9.983,227 6.087,303
6.736,902 8.896,417 5.492,332
Investasi
Pengeluaran
33
Lampiran 13. Efisiensi ekonomi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) selama 30 hari pemeliharaan dengan padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 (dalam ribuan rupiah) 5 6 7 8 9 10
Total biaya variabel Total pengeluaran Keuntungan R/C rasio HPP BEP
465.063,044 533.029,044 416.670,955 1,78 1.049,27 133.186,933
467.427,072 535.393,072 232.306,927 1,43 1.312,24 173.766,908
466.761,360 534.727,360 333.472,639 1,62 1.142,58 146.991,533
16.417,159 534.383,159 327.483,507 1,61 1.168,03 151.315,125
582.982,043 650.948,043 435.851,956 1,67 1.122,32 146.611,385
581.773,625 649.739,625 423.760,374 1,65 1.112,57 148.378,254
586.121,288 654.087,288 461.912,711 1,71 1.101,16 143.146,071
21.125,652 651.591,652 440.508,347 1,68 1.112,02 146.045,237
34
Lampiran 13. Efisiensi ekonomi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) selama 30 hari pemeliharaan dengan padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 (dalam ribuan rupiah) No 1
2
3
4
150 ekor/m2
Komponen
175 ekor/m2
u1
u2
u3
rata-rata
u1
u2
u3
rata-rata
Penerimaan Grade A
468.000
376.000
268.000
370.666
264.000
312.000
476.000
350.666
Grade B Grade C
488.400 323.000
477.300 316.200
599.400 333.200
521.700 324.133
799.200 275.400
617.900 343.400
736.300 319.600
717.800 312.800
Total Penerimaan
1.279.400
1.169.500
1.200.600
1.216.500
1.338.600
1.273.300
1.531.900
1.381.266
Pembuatan bak Blower
100.000 10.000
100.000 10.000
100.000 10.000
100.000 10.000
100.000 10.000
100.000 10.000
100.000 10.000
100.000 10.000
Paralon Selang aerasi
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
480 110
Batu aerasi Pengatur aerasi
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
300 130
Selang sifon Keranjang
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
200 500
Total investasi
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
111.720
Investasi
Pengeluaran Biaya tetap Listrik
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
9.600
Gaji pegawai Gaji manajer
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
28.800 18.000
Penyusutan Total biaya tetap
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
11.566 67.966
Biaya variabel Biaya benih
675.000
675.000
675.000
675.000
787.500
787.500
787.500
787.500
Biaya pakan Pelet
972.452,662
9.920,432
8.666,673
9.437,210
8.606,338
8.759,001
10.682,234
9.349,191
Cacing Wortel
12.821,311 7.791,697
13.146,453 8.079,903
11.484,313 7.039,420
12.484,026 7.637,007
11.344,555 7.080,123
11.597,471 9.426,554
14.153,554 8.624,883
12.365,193 8.377,187
35
Lampiran 13. Efisiensi ekonomi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) selama 30 hari pemeliharaan dengan padat penebaran 100, 125, 150, dan 175 ekor/m2 (dalam ribuan rupiah) 5 6 7 8 9 10
Total biaya variabel Total Pengeluaran Keuntungan R/C rasio HPP BEP
705.337,535 773.303,535 506.096,464 1,65 1.123,99 151.474,283
706.146,789 774.112,789 395.387,210 1,51 1.224,86 171.545,670
702.190,406 770.156,406 430.443,593 1,56 1.177,61 163.720,724
975.242,430 772.524,243 443.975,756 1,57 1.175,49 162.246,892
814.531,018 882.497,018 456.102,981 1,52 1.215,56 173.601,741
817.283,027 885.249,027 388.050,972 1,44 1.279,26 189.776,067
820.960,671 888.926,671 642.973,328 1,72 1.078,79 146.450,071
817.591,572 885.557,572 495.709,093 1,56 1.191,21 166.548,373
36