PERTEMUAN I
I.
Newstainment, Bebek Bertelur Emas Newstainment merupakan program televisi yang memadukan unsur berita (news) dan hiburan (entertainment). Kemunculan newstainment erat kaitannya dengan hasil produksi stasiun TV yang tayang selama 24 jam. Dengan durasi tayang yang panjang itu, para pelaku industri pertelevisian berlomba-lomba menggaet penonton dengan informasi yang dikemas secara menghibur. Fenomena itu mulai menggejala di Amerika Serikat awal 1980-an, sejumlah TV kabel yang beroperasi sehari penuh seperti CNN, Fox News, MSNBC, dan CNBC berani merombak konsep konvensional program news—news anchor statis, intonasi bicara tegas, narasi berita singkat dan melulu 5 w + 1 h, latar belakang di studio, dll. Awalnya keberadaan newstainment dicibir, karena gaya penampilan news anchor atau pembawa berita yang centil dan seringkali mengumbar senyum. serta menyajikan berita secara bombastis dengan kata-kata yang cenderung melebih-lebihkan, mempermainkan emosi penonton dengan melontarkan narasi ―tudingan‖ dan seringkali menggunakan teknik editing yang ekstrem. Di Indonesia, program berita seperti itu terlebih dulu direproduksi secara berani lewat program berita hiburan para selebritas atau infotainment (info & entertainment). Sayangnya, keberadaan infotainment dianggap melanggar kode etik jurnalisme dalam melakukan reportase sekaligus cara penyampaian beritanya. Sebagai contoh: seorang penyanyi yang terbelit masalah perceraian menolak untuk diwawancarai. Para reporter berupaya keras untuk mengejarnya. Di dalam tayangan, penonton diperlihatkan aksi perburuan reporter terhadap penyanyi tersebut. Di mata penonton, pemandangan tersebut dramatis layaknya sebuah film, apalagi dibarengi dengan ilustrasi musik yang menderu dan teknik montage yang memikat emosi penonton. Namun dalam kode etik jurnalisme, perbuatan reporter tersebut tidak dibenarkan karena seorang reporter wajib menghargai hak privat narasumber. Pengejaran investigatif baru bisa dilakukan apabila berulang kali narasumber tidak bersedia diwawancarai dan pembongkaran kasus atau permasalahan tersebut mendesak dilakukan karena perbuatan narasumber mengganggu hak publik (masyarakat). Contoh berikutnya: seorang reporter mewawancarai seorang anak artis yang menjadi korban perceraian orangtuanya. Dalam tayangan berita, si anak menangis dan menjatuhkan pilihan supaya diasuh oleh bapaknya. Perbuatan reporter tersebut melanggar kode etik jurnalisme dan Undang-Undang Perlindungan Anak. Anak korban kekerasan dilarang untuk 1
dipublikasikan karena berpotensi besar menuai opini dan respons yang berdampak pada intimidasi psikologis maupun fisik terhadap si anak. Fenomena tumbuh suburnya infotaiment di jagat pertelevisian Indonesia sangat menarik untuk dipelajari. Jelas-jelas dari kacamata jurnalistik, tayangan tersebut melanggar kode etik, namun uniknya, rating infotainment, menurut A.C. Nielsen, jauh melesat meninggalkan rating program news. Fakta di atas kertas itu membuktikan, berdasarkan perolehan penonton, tayangan infotainment lebih banyak dikonsumsi dan menariknya lagi, isu-isu seputar selebritas yang diekspos di TV tak jarang menjadi bahan pembicaraan di ruang pergaulan (water cooler talk). Pergunjingan di lingkup awam itu menjadi indikator kuat bahwa tayangan infotainment berhasil menyita perhatian penonton. Dalam satu hari, satu stasiun televisi bisa menayangkan infotainment sebanyak 3 kali. Awalnya, pada periode tahun 1990-an, infotainment hanya diputar pada siang dan sore hari. Slot tayangan di siang sampai sore hari memang dikenal banyak mendapat perhatian penonton, karena pada jam-jam tersebut, penonton sedang menikmati makan siang sambil nonton TV dan di sore harinya, para karyawan sedang siap-siap untuk pulang kerja kantor. Namun di awal tahun 2000-an, banyak stasiun TV menjajal tren baru. Mereka memasang slot tayangan infotainment di pagi hari—padahal jam pagi dikenal kering rating alias kurang laku untuk ditonton. Perlahan namun pasti, keberadaan infotainment di pagi hari ternyata mampu menggaet penonton, otomatis mendongkrak rating, dan praktis banyak iklan yang datang mengisi ruang commercial break. Asal tahu saja, mayoritas infotainment diproduksi oleh production house. Baru, pada tahun 2004, segelintir TV membuat sendiri tayangan infotainment tersebut. Tetapi, biasanya, mereka hanya memilih salah satu slot waktu tayangan infotainment. Entah itu tayangan infotainment di pagi, siang, atau sore hari. Sedangkan slot waktu tayangan infotainment yang lain tetap diproduksi oleh rumah produksi. Sebagai contoh: di RCTI, tayangan infotainment di pagi hari—Go Spot, siang hari— Intens (pengganti Silet), dan sore hari—Cek & Ricek/ Kabar-Kabari. Tayangan infotainment yang murni dibuat oleh RCTI secara in house (mandiri) adalah Go Spot, sementara yang lain adalah buatan production house (rumah produksi). Alasan RCTI membuat tayangan infotainment Go Spot secara in house cenderung pada pertimbangan ―kue omzet‖ dan keinginan untuk menyuguhkan infotainment yang santun, namun untuk alasan kedua, akhirnya terdistorsi juga. Sekadar informasi, ―kue omzet‖ yang ditangguk oleh RCTI dari Go Spot dalam sebulan bisa mencapai miliaran rupiah. Jumlah itu diperoleh dari pemasukan iklan. Padahal biaya produksinya boleh dibilang minim, sebut saja biaya operasional untuk tim liputan dan produksi, gaji karyawan yang terlibat di program tersebut, pemeliharaan alat dan pembelian media rekam, sewa kostum presenter, honor presenter, dll. Boleh dibilang, pengeluaran rutin itu rasionya lebih kecil daripada keuntungan yang didapat. Jadi sudah jelas,
2
tayangan infotainment adalah produk ―murah-meriah‖ tapi bisa mendulang laba raksasa, layaknya ―bebek bertelur emas‖.
II.
News Department, Jantung Keberlangsungan Newstainment Kesuksesan infotainment dalam soal rating, sedikit-banyak dijadikan motivasi bagi tim programming, tim pemberitaan, dan kreatif program news. Mereka mengadopsi hal-hal positif dari infotainment, meski jauh sebelumnya program news sudah mengawali gebrakan. Seperti kita ketahui, di awal tahun 1990, saat RCTI menjadi televisi swasta pertama di Indonesia, wajah penyajian tayangan news secara radikal berubah. Pastinya, perubahan itu Dulu, tayangan program berita di TVRI—televisi pemerintah yang menjadi satu-satunya kanal penyiaran publik sejak 24 Agustus 1962 sampai tahun1990—selalu menampilkan tayangan berita yang kurang interaktif. Jikalau diperhatikan, ketika itu, cara penyajian berita nyaris belum tereksplorasi secara menyeluruh. News anchor (penyaji berita) masih jarang mengumbar tawa dan senyum, jarang melemparkan banyolan, di dalam studio hanya menggunakan satu sudut pengambilan gambar (singlecam), dan immobile (tidak beranjak dari tempat duduk). Namun, news anchor di televisi swasta terlihat ramah, sudah berani mobile (bergerak), tak jarang melontarkan banyolan, dan selalu menyapa sehingga terbangun suasana interaktif dengan penonton. Sedangkan teknik la prise de vue (pengambilan gambar) di dalam studio sudah mulai variatif dengan menggunakan dua atau lebih sudut pengambilan gambar (multikamera). Rating memang menjadi kiblat kesuksesan suatu program. Dengan kemasan yang menghibur itu, penonton sangat menikmati untuk mengikuti perkembangan berita terkini. Terlebih lagi, seiring perubahan pola mata pencaharian—era industri, profesi karyawan dan buruh menjadi profesi yang jamak dijumpai, penonton lebih suka program berita yang menghibur karena mereka butuh hiburan sebagai pelepas penat di tengah rutinitas yang membelenggu. Oleh sebab itu, setiap program tayangan, khususnya tayangan berita mutlak memperhatikan segmen penonton atau karakter penonton yang disasar. Jikalau sudah membidik salah satu segmen, misal segmen penonton berusia 20+ (dewasa), kemasan tayangan harus menyesuaikan dengan tren dan ritme kehidupan golongan muda usia 20+ yang cenderung dinamis. Konsekuensinya, tim kreatif, programming, redaksi, dan produksi di dalam news department harus berpikir bagaimana grafis visual dan ilustrasi musik yang sesuai dengan selera anak muda, gaya bahasa news anchor yang santai tapi tetap santun, gaya bahasa dalam narasi yang dramatis namun tidak berbelit-belit, gaya editing yang dinamis dengan stok gambar yang melimpah. Nah sekarang sudah jelas, daya magnet program newstainment terletak pada kemasan program tayangan atau ekspresi pemberitaan yang diciptakan oleh tim redaksi. Mereka adalah
3
para peracik bumbu berita yang berusaha keras ―memasak‖ berita menjadi sajian yang menarik perhatian penonton. Layaknya konsekuensi dari industri pertelevisian, mereka juga berlomba-lomba dengan tim redaksi televisi lain untuk menampilkan suguhan yang memiliki angle berita menarik sekaligus nikmat ditonton. Bicara soal bagaimana mengemas news atau berita yang bisa tepat menyasar pasar, tim redaksi yang tergabung di dalam news department (departemen pemberitaan) sebelum mencari berita dan menentukan headline terlebih dahulu melakukan rapat budgeting (rapat perencanaan). Rapat itu dilakukan tiap hari dan melibatkan pemimpin redaksi, executive producer (produser eksekutif), producer (produser), reporter, cameraman (kameramen), chief post production (kepala editor), koordinator liputan, dan scriptwriter (penulis naskah). Semua pihak yang hadir dalam rapat itu wajib urun pikiran dan suara. Dalam rapat itu membahas: 1. Topik atau isu berita yang diliput. 2. Narasumber yang wajib diwawancarai. Siapa saja narasumber yang baik dari segi kapabilitas dan kapasitas serta layak ―jual‖. Pilih narasumber yang berpengalaman dan memiliki otoritas di bidangnya. Dengan demikian, reporter terlebih dulu bisa mengidentifikasi permasalahan, mengajukan pertanyaan, dan mendapatkan jawaban yang akurat dari narasumber. 3. Kebijakan redaksi (editorial policy) atau keberpihakan redaksi atas suatu kasus. Artinya redaksi harus menentukan sikap dan sudut pandangnya terhadap suatu masalah, berada di pihak mana dan harus melontarkan peluru kritik pada siapa. Selain itu, redaksi juga menawarkan alternatif solusi terhadap suatu permasalahan. Penentuan sikap ini sangatlah penting sebagai panduan reporter dalam melihat suatu permasalahan dan menyusun materi pertanyaan. 4. Kemungkinan kendala-kendala yang terjadi selama liputan, produksi, hingga pascaproduksi dan membahas kemungkinan solusinya. 5. Proyeksi penentuan headline dan penyusunan rundown (segmentasi) program tayangan. 6. Menginventarisasi stok gambar yang harus disiapkan sekaligus stok gambar yang dibutuhkan sehingga kameramen bisa merekamnya untuk keperluan kelengkapan penulisan naskah dan editing. 7. Rambu-rambu reportase, penulisan naskah, dan editing. Artinya mengidentifikasi apa saja yang wajib dilakukan dan larangan yang dihindari saat meliput, menulis naskah, dan mengedit gambar, sehingga tayangan bisa memberikan edukasi bagi penonton dan tetap dalam koridor kode etik jurnalistik. 8. Persiapan news anchor atau presenter seperti kostum dan kemungkinan gaya ekspresif yang ditampilkan saat membawakan berita, termasuk penggunaan angle kamera dalam merekam news anchor. 4
9. Perkiraan kebutuhan anggaran liputan.
Kerja sama tim, itulah kunci penentu keberhasilan tayangan: bisa on air atau tidak dan apakah berita yang disuguhkan bisa menjadi referensi berita aktual dan positif bagi publik sehingga siapa saja membicarakan isi berita itu di dalam ruang pergaulan mereka. Kerja sama itu tak lepas dari pembagian tugas dalam tubuh redaksi.
A. Alur kerja dalam proses produksi berita Di stasiun televisi, departemen pemberitaan mengakomodasi cukup banyak sumber daya manusia yang terbagi di dalam bagian praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Ibarat mata rantai, wilayah pekerjaan antara satu dan lainnya saling berhubungan. Jadi apabila di bagian hulu terjadi kesalahan, pasti kesalahan itu akan berdampak di bagian hilir. Tahap praproduksi: jajaran redaksi menggodog ide tentang isu apa saja yang layak untuk diangkat, melakukan riset atas isu yang dibangun itu, perencanaan angle berita, pemilihan narasumber dan semua itu dibicarakan di dalam rapat budgeting. Dalam rapat budgeting itu pada intinya tim redaksi melakukan proses penyeleksian berita yang layak untuk disiarkan. Setelah penentuan berita, reporter membuat wishlist (daftar perencanaan liputan) agar di dalam melakukan peliputan, reporter memiliki bekal referensi saat menghadapi narasumber. Berita-berita yang dinilai memiliki bobot itu kemudian disusun dalam sebuah segmentasi (rundown). Pembagian durasi per segmen diatur berdasarkan nilai berita; berita yang dinilai paling ―menjual‖ dijadikan headline dan ditaruh di segmen awal. Biasanya, program berita berdurasi setengah jam terbagi menjadi tiga segmen. Setiap segmen maksimal enam menit. Di dalam ranah redaksi, proses identifikasi, seleksi, serta penentuan segmentasi berita itu dinamakan proses gatekeeping. Sedangkan para pelaku gatekeeping disebut gatekeeper—pemimpin redaksi, produser eksekutif (executive producer), produser (producer), koordinator liputan, reporter, kameramen, dan copy editor/scriptwriter.
Tahap produksi: reporter dan kameramen melaksanakan tugas liputan berdasarkan proyeksi berita yang diputuskan dalam rapat budgeting dan wishlist yang disusun.Tak jarang di tengan peliputan, ada peristiwa yang menarik dan layak ditayangkan. Maka, koordinator liputan bekerja sama dengan produser memerintahkan reporter dan kameramen untuk meliput peristiwa itu. Selama berada di lapangan, reporter wajib berkoordinasi dengan produser supaya pengumpulan fakta, pembaruan informasi, dan
5
angle liputan tetap konsisten terhadap hasil rapat budgeting. Namun tantangan menghadang manakala kondisi di lapangan berbeda dengan rencana yang sudah disusun secara rapi dan itu sangat sering muncul. Tak jarang, narasumber-narasumber yang sudah ditetapkan mendadak berhalangan, tim liputan kehilangan kesempatan/moment akibat hal di luar dugaan, atau ada peristiwa yang tak kalah penting terjadi sehingga menuntut pengalihan tim liputan. Praktis, produser dan koordinator liputan pun memutar haluan untuk mencari narasumber alternatif. Usai melakukan peliputan, reporter menulis berita sedangkan kameramen mengecek hasil rekaman (preview), mencatat time code yang berisi stock visual hasil rekaman, atau melakukan edit rough cut (pemotongan gambar). Pencatatan itu bermanfaat untuk membantu reporter maupun editor dalam memvisualkan hasil reportase. Artinya, dalam menulis naskah reportase, reporter mutlak menulis naskah reportase berdasarkan fakta yang direkam dalam media audio-visual. Jadi artinya, setiap fakta yang ditulis di dalam naskah reportase wajib merujuk pada rekaman peristiwa, wawancara, stock visual, ataupun suara yang direkam oleh kamera. Itulah yang membedakan gaya penulisan naskah reportase untuk media televisi dengan naskah reportase untuk media cetak. Namun ada juga, hasil liputan ditulis oleh scriptwriter/copy editor. Biasanya itu terjadi di dalam program infotainment. Reporter sebatas memberikan laporan hasil liputan. Usai menulis berita, reporter atau scriptwriter/copy editor menyerahkannya kepada produser untuk diperiksa.
Tahap pasca-produksi: naskah yang sudah diperiksa dan diedit produser selanjutnya diserahkan kepada editor. Hasil pencatan time code gambar oleh kameramen atau hasil rough cut pun diserahkan kepada editor. Setelah naskah sudah siap, dubber atau reporter membaca naskah reportase itu untuk di-dubbing. Produser memeriksa hasil akhir tayangan yang sudah selesai edit. Jikalau masih ada kesalahan terkait isi berita atau durasi berlebih, produser meminta editor dan reporter atau scriptwriter/copy editor untuk memperbaiki naskah reportase itu. Usai benar-benar tidak ada kesalahan atau kesalahan mendekati 0%, hasil edit itu siap ditayangkan. Selanjutnya, naskah yang akan dibaca oleh presenter atau news anchor dimasukkan ke dalam teleprompter. Tak lupa, rundown tayangan yang sudah dibuat oleh produser diserahkan ke bagian studio sebagai pegangan staf master control room yang berada di studio.
B. Pengenalan struktur organisasi news department
6
Memang, ujung tombak program berita adalah reporter dan kameramen. Mereka punya wewenang penuh untuk mencari, menulis, dan merekam berita. Mereka menyuplai berita yang menjadi bahan baku utama program news. Meski demikian, mereka tidak akan bergerak apabila tidak ada dukungan dan perintah dari pemegang kebijakan redaksi dan juga berita yang dikumpulkan oleh reporter jelas tidak akan menjadi tayangan layak tonton tanpa andil editor ataupun scriptwriter/copy editor. Jadi jelas, news department merupakan sebuah organisasi karena di dalamnya terbangun rantai hierarki, ada aturan main, dan diatur oleh manajemen pemberitaan yang saling terkoneksi antara satu dan yang lain. Dan sebagai penanggung jawab program tayangan news dipegang oleh pemimpin redaksi. Dialah secara formal pemegang wewenang tertinggi di news department. Berikut ini struktur organisasi di dalam news department dimulai dari yang tertinggi. 1. Pemimpin Redaksi: bertanggung jawab terhadap sumber daya manusia di redaksi, bertanggung jawab terhadap mekanisme kerja dalam memproduksi tayangan berita, dan bertanggung jawab terhadap semua produk tayangan redaksi. Selain itu, ia juga memikul tanggung jawab penuh dalam menentukan kebijakan redaksi yang berpengaruh pada penentuan angle berita, keberpihakan pemberitaan, gaya pemberitaan, jenis-jenis tayangan, dan penentuan metode bagaimana berita atau program berita itu layak untuk ditayangkan. Oleh sebab itu, jikalau suatu program berita digugat secara hukum, pemimpin redaksi menjadi sosok yang menjadi ―sasaran tembak‖. Selain itu, apabila suatu peristiwa penting terjadi di luar jam tayang program berita, pemimpin redaksi berhak untuk memutuskan penayangan breaking news. 2. Produser eksekutif (executive producer): merancang sebuah konsep program acara TV. Konsep program dibuat secara detail, dari estimasi biaya produksi, jumlah personel (SDM) yang dibutuhkan, target penonton, target rating, isi program, kemasan produk tayangan, hingga setting lokasi termasuk dekorasi sesuai dengan konsep program yang dibuat; membuat rundown program tayangan; melakukan supervisi terhadap hasil kinerja personel di bawah otoritasnya; bertanggung jawab penuh atas keberhasilan dan kegagalan atas suatu program tayangan; pemegang keputusan terhadap susunan rundown berita, termasuk 3. Produser (producer): menentukan berita apa saja yang layak untuk ditayangkan; berhak menentukan angle berita; menentukan narasumber berita; menentukan susunan rundown dan durasi berita; menentukan format penyajian berita; mengoreksi naskah reportase yang ditulis oleh reporter atau 7
scriptwriter, bertanggung jawab penuh atas kinerja reporter dan kameramen yang menjadi tim kerjanya. 4. Koordinator liputan: bertanggung jawab atas semua yang akan diliput dan diberitakan; membagi tugas liputan kepada reporter dan kameramen; melakukan briefing kepada reporter mengenai target-target berita yang harus didapat; memantau proses peliputan reporter selama di lapangan; memberikan solusi saat reporter menemukan kesulitan dalam mencari berita dan melakukan peliputan. 5. Reporter:
mencari
berita
sesuai
dengan
acuan
perintah
produser;
berkomunikasi dengan koordinator liputan; jikalau menemui kendala saat meliput, sebaiknya reporter tidak mengambil keputusan sendiri agar berita yang diliput tidak ditolak karena tidak sesuai dengan harapan produser; selalu berkoordinasi dengan koordinator liputan terkait angle berita, karakter dan informasi narasumber; perkembangan isu terkini; informasi tentang suatu peristiwa; dan lain-lain; menulis hasil reportase; 6. Kameramen: merekam peliputan; mencari stock gambar sebanyak mungkin berkaitan dengan liputan; mencatat stock gambar dan proses liputan secara offline atau melakukan rough edit; bertanggung jawab penuh atas kualitas sekaligus kuantitas gambar yang didapat. 7. Scriptwriter: menulis naskah berita sesuai dengan gaya redaksional sebuah tayangan; tulisan dibuat berdasarkan data dari reporter atau data-data dari sumber lain yang disetujui oleh produser; mutlak menguasai kemampuan bahasa yang baik dan memahami ekonomi bahasa. 8. Editor: melakukan edit audio-visual sesuai dengan gaya atau jiwa tayangan; merekam voice over dari reporter atau dubber. 9. News anchor: menguasai materi yang disampaikan; memiliki artikulasi dalam berbicara yang jelas; memiliki kemampuan berbahasa; memiliki kemampuan intra dan interpersonal yang baik sehingga dapat berinteraksi dengan penonton dan reporter secara santun. 10. Production Assistant: bertanggung jawab atas administrasi dan tugas-tugas kesekretariatan terkait produksi sebuah tayangan berita. Termasuk di dalamnya: menyiapkan kostum news anchor; melakukan kesepakatan dengan agen rental mobil, akomodasi, administrasi penyediaan perlengkapan liputan dan editing, atau travel agent untuk tugas liputan; mendistribusikan naskah rundown kepada staf di studio.
PERTEMUAN II 8
I.
Kaidah Jurnalistik Tim redaksi yang terlibat dalam proses produksi tayangan berita, mutlak mengetahui dan memamahi kode-kode etik jurnalistik karena jurnalis merupakan pilar demokrasi dan praktis mengemban amanat dari rakyat untuk memberitakan informasi yang mendidik dan bermanfaat. Dan, untuk mendapatkan kebenaran atas informasi itu, jurnalis harus menerapkan kegiatan jurnalistik demi mengungkap kebenaran yang berpihak pada masyarakat. Dari pengertian itu, kode etik jurnalistik meliputi kaidah/prinsip dan cara atau metode jurnalistik. Namun dari penjelasan itu, muncul pertanyaan, apa itu jurnalistik? Jurnalistik tak lain adalah aktivitas yang menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme dan para pelakunya bernaung dalam perusahaan pers. Sedangkan jurnalisme sendiri merupakan kesatuan aktivitas yang di dalamnya meliputi aktivitas mengumpulkan data, melontarkan pertanyaan, investigasi, dan berani bersikap dalam mencari kebenaran atas suatu fakta. Tujuannya untuk memberikan informasi ke publik lewat media massa.
Saat ini, mayoritas jurnalis di Indonesia sudah mengetahui kaidah dan menjalankan metode reportase yang memenuhi kode etik jurnalistik, hanya saja mereka sulit untuk bersikap independent. Mengapa demikian? Fenomena itu menjadi ―seolah-olah wajar‖ karena para pemilik media massa kebanyakan berprofesi sebagai penguasaha yang berafiliasi pada salah satu partai. Sebagai contoh di stasiun TV One, saat memberitakan isu kecuragan Pemilu 2009 yang dimuat dalam buku Membongkar Gurita Cikeas, TV One menghadirkan pengamat-pengamat yang berpihak pada Partai Demokrat. Sedangkan TV lain, terutama Metro TV, bersikap sebaliknya, ia menghimpun para pengamat kritis yang beroposisi terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat. Dari sudut pandang kebijakan redaksional yang tampak sudah jelas, bagaimana keberpihakan 2 stasiun TV itu.
Tidak jauh beda dengan media infotainment. Beberapa waktu lalu, isu keretakan rumah tangga pasangan Cut Tari dan Yusuf Subrata ditengarai oleh kehadiran pria idaman lain. Kedekatan Cut Tari dengan Wishnutama, Direktur Utama Trans Corp, waktu itu. Kedekatan itu terekam pada moment ulang tahun program Insert kedua. Beberapa kamera wartawan infotainment merekam mereka berciuman. Di Trans TV, berita itu dilarang untuk dipublikasikan sedangkan di TV lain, Cut Tari menjadi bulan-bulanan. Begitulah fenomena ―perang‖ kepentingan media massa di Indonesia. Meski demikian, tetap masih ada program-program news yang masih memegang prinsip-prinsip 9
jurnalistik. Terlebih belakangan tren citizen journalisme (jurnalisme warga) makin marak. Terbukti, sejumlah stasiun televisi mulai mengakomodasi liputan yang dilakukan oleh masyarakat. Setidaknya, fungsi media massa sebagai sarana mediasi masyarakat sudah terwujudkan lewat saluran berita citizen journalisme. Jurnalis yang berintegritas harus memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab penuh pada profesi dan setia pada suara masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis itu menerapkan kaidah kerja jurnalistik dan prinsip-prinsip etisnya yang tertuang dalam kode etik jurnalistik dan sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach. Bill Kovach adalah wartawan senior berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja untuk The New York Time. Sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach yaitu: 1. Kewajiban utama jurnalisme adalah mencari kebenaran. 2. Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara. 3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi. 4. Jurnalis harus menjaga independensi atau netralitas terhadap objek liputan. 5. Jurnalis harus berperan sebagai alat kontrol terhadap kekuasaan. 6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi. 7. Jurnalis harus membuat hal penting menjadi menarik dan relevan. 8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional. 9. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nuraninya. Sejak angin reformasi berhembus, kebebasan pers sudah dijamin dengan UndangUndang No. 40 tahun 1999. Di dalamnya juga mengatur kode etik jurnalistik. Dengan demikian, aktivitas jurnalisme mendapatkan perlindungan sekaligus memperoleh pedoman. Pedoman dalam hal ini berisi tentang fungsi, hak, kewajiban, konsekuensi hukum, serta rambu-rambu yang harus ditaati dan dihindari oleh pelaku jurnalisme. Tak akan ada pembredelan atau pencabutan hak siar jikalau perusahaan pers melakukan pelanggaran. Semua permasalahan antara masyarakat dan pers diselesaikan secara bertahap. Artinya, masyarakat atau pihak yang merasa dirugikan dengan pemberitaan media tertentu diarahkan untuk menggunakan hak jawab, hak koreksi, pengaduan ke Dewan Pers, atau proses perdata. Hal itu diatur dalam nota kesepahaman antara Dewan Pers dan Kepolisian Negara RI. Nota kesepahaman itu mengatur dua aspek yaitu koordinasi operasional penegakan hukum dan koordinasi perlindungan kemerdekaan pers (jurnalis sangat rentan menjadi korban kekerasan). Apabila jalur perdata tidak terselesaikan, masyarakat atau pihak yang bersengketa dengan media pers diarahkan untuk lapor ke Dewan Pers dan membereskannya lewat jalur pidana.
Berikut ini isi dari Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers
10
UU 40/1999, PERS Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 40 TAHUN 1999 (40/1999) Tanggal: 23 SEPTEMBER 1999 (JAKARTA) _________________________________________________________________ Tentang: PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin; b. bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa; c. bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun; d. bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; e. bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, dan e, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia; 11
Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERS.
Daftar isi 1 BAB I KETENTUAN UMUM 2 BAB II ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS 3 BAB III WARTAWAN 4 BAB IV PERUSAHAAN PERS 5 BAB V DEWAN PERS 6 BAB VI PERS ASING 7 BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT 8 BAB VIII KETENTUAN PIDANA 9 BAB IX KETENTUAN PERALIHAN 10 BAB X KETENTUAN PENUTUP
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan: 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. 2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi. 3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi. 4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. 5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. 6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia. 7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers asing.
12
8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik. 9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum. 10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya. 11. Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. 12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. 13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan. 14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.
BAB II ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS
Pasal 2 Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Pasal 3 (1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. (2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Pasal 4 (1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. (2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran. (3) Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
13
(4) Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. Pasal 5 (1) Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah. (2) Pers wajib melayani Hak Jawab. (3) Pers wajib melayani Hak Koreksi. Pasal 6 Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan; c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar; d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
BAB III WARTAWAN
Pasal 7 (1) Wartawan bebas memilih organisasi wartawan. (2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pasal 8 Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.
BAB IV PERUSAHAAN PERS
Pasal 9 (1) Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. (2) Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia. Pasal 10 Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya. Pasal 11 Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal. 14
Pasal 12 Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan. Pasal 13 Perusahaan pers dilarang memuat iklan: a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat; b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok. Pasal 14 Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.
BAB V DEWAN PERS
Pasal 15 (1) Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen. (2) Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain; b. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers; c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik; d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers; e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah; f. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturanperaturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan; g. mendata perusahaan pers. (3) Anggota Dewan Pers terdiri dari: a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan; b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. (4) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota. (5) Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Presiden. 15
(6) Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya. (7) Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari: a. organisasi pers; b. perusahaan pers; c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.
BAB VI PERS ASING
Pasal 16 Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 17 (1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan. (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: a. memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers; b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.
BAB VIII KETENTUAN PIDANA
Pasal 18 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
16
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19 (1) Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku atau tetap menjalankan fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini. (2) Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini, wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambatlambatnya 1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20 Pada saat undang-undang ini mulai berlaku: 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2815 ) yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3235); 2. Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan Terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2533), Pasal 2 ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletinbuletin, surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan berkala; dinyatakan tidak berlaku. Pasal 21 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, 17
ttd MULADI LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 166 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS I. UMUM Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Pers yang meliputi media cetak, media elektronik dan media lainnya merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan tersebut. Agar pers berfungsi secara maksimal sebagaimana diamanatkan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 maka perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers. Fungsi maksimal itu diperlukan karena kemerdekaan pers adalah salah satu perwujudan kedaulatan rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Dalam kehidupan yang demokratis itu pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin, sistem penyelenggaraan negara yang transparan berfungsi, serta keadilan dan kebenaran terwujud. Pers yang memiliki kemerdekaan untuk mencari dan menyampaikan informasi juga sangat penting untuk mewujudkan Hak Asasi Manusia yang dijamin dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, antara lain yang menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hak Asasi Manusia Pasal 19 yang berbunyi: "Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batasbatas wilayah". Pers yang juga melaksanakan kontrol sosial sangat penting pula untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, maupun penyelewengan dan penyimpangan lainnya. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu dituntut pers yang profesional dan terbuka dikontrol oleh masyarakat. Kontrol masyarakat dimaksud antara lain : oleh setiap orang dengan dijaminnya Hak Jawab dan Hak Koreksi, oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pemantau media 18
(media watch) dan oleh Dewan Pers dengan berbagai bentuk dan cara. Untuk menghindari pengaturan yang tumpang tindih, undang-undang ini tidak mengatur ketentuan yang sudah diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Perusahaan pers dikelola sesuai dengan prinsip ekonomi, agar kualitas pers dan kesejahteraan para wartawan dan karyawannya semakin meningkat dengan tidak meninggalkan kewajiban sosialnya. Pasal 4 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara" adalah bahwa pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan, dan atau penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin. Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab profesi yang dijabarkan dalam Kode Etik Jurnalistik serta sesuai dengan hati nurani insan pers. Ayat (2) Penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran tidak berlaku pada media cetak dan media elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan jurnalistik diatur dalam ketentuan undang-undang yang berlaku. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Hak tersebut dapat digunakan jika wartawan dimintai keterangan oleh pejabat penyidik dan atau diminta menjadi saksi di pengadilan. Hak Tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan. Pasal 5 Ayat (1) Pers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak menghakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih dalam proses peradilan, serta dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak yang terkait dalam pemberitaan tersebut. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 6 Pers nasional mempunyai peranan penting dalam memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mengembangkan pendapat umum, dengan menyampaikan informasi
19
yang tepat, akurat dan benar. Hal ini akan mendorong ditegakkannya keadilan dan kebenaran, serta diwujudkannya supremasi hukum untuk menuju masyarakat yang tertib. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan "Kode Etik Jurnalistik" adalah kode etik yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers. Pasal 8 Yang dimaksud dengan "perlindungan hukum" adalah jaminan perlindungan Pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 Ayat (1) Setiap warga negara Indonesia berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja sesuai dengan Hak Asasi Manusia, termasuk mendirikan perusahaan pers sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang penting dan strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, negara dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk lembaga atau badan usaha untuk menyelenggarakan usaha pers. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 10 Yang dimaksud dengan "bentuk kesejahteraan lainnya" adalah peningkatan gaji, bonus, pemberian asuransi dan lain-lain. Pemberian kesejahteraan tersebut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara manajemen perusahaan dengan wartawan dan karyawan pers. Pasal 11 Penambahan modal asing pada perusahaan pers dibatasi agar tidak mencapai saham mayoritas dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 Pengumuman secara terbuka dilakukan dengan cara : a. media cetak memuat kolom nama, alamat, dan penanggung jawab penerbitan serta nama dan alamat percetakan; b. media elektronik menyiarkan nama, alamat, dan penanggungjawabnya pada awal atau akhir setiap siaran karya jurnalistik; c. media lainnya menyesuaikan dengan bentuk, sifat dan karakter media yang bersangkutan. Pengumuman tersebut dimaksudkan sebagai wujud pertanggungjawaban atas karya jurnalistik yang diterbitkan atau disiarkan. Yang dimaksud dengan "penanggung jawab" adalah penanggung jawab perusahaan pers yang meliputi bidang usaha dan bidang redaksi. Sepanjang menyangkut pertanggungjawaban pidana menganut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 20
Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Ayat (1) Tujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kualitas serta kuantitas pers nasional. Ayat (2) Pertimbangan atas pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d adalah yang berkaitan dengan Hak Jawab, Hak Koreksi, dan dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik Jurnalistik. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Untuk melaksanakan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat dibentuk lembaga atau organisasi pemantau media (media watch). Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Dalam hal pelanggaran pidana yang dilakukan oleh perusahaan pers, maka perusahaan tersebut diwakili oleh penanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 12. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3887 CATATAN
II.
Mempersiapkan Reportase Televisual Dengan mengetahui dan memahami kaidah-kaidah jurnalistik, menjadi fondasi bagi jurnalis
untuk melakukan peliputan (news gathering) secara berimbang, pro-rakyat kecil, dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi publik. Nah, untuk mempersiapkan liputan, terlebih dahulu tim redaksi mengadakan rapat redaksi (rapat budgeting). Dalam rapat itu, ditentukan news angle 21
(hook/persepsi redaksi berdasarkan kebijakan redaksi) dari news peg (isu besar yang memiliki bobot berita). Nah, news angle itulah yang membedakan persepsi antara media yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh: kisruh PSSI menyebabkan institusi PSSI terbelah jadi dua, kubu Johar Arifin dan kubu La Nyalla Matalitti, Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Dampaknya sistem kompetisi terpecah menjadi dua yaitu ISL dan LPI (news peg). Eriyanto (16 tahun), kapten terbaik di perhelatan Milan Junior Camp Day Tournament 2010 yang diadakan oleh AC Milan, tidak kunjung diberikan beasiswa oleh pemerintah. Padahal pemerintah menjanjikan beasiswa untuknya. Remaja asal desa Nagrak Sukabumi itu putus sekolah dan memilih menggembala kambing. (news angle). Setelah mendapatkan news peg dan menentukan news angle. Reporter melakukan riset terhadap kisruh PSSI dan permasalahannya serta menggali informasi tentang Eriyanto dan persoalan yang dihadapinya. Riset bisa dilakukan dengan menggunakan data sekunder (data yang sudah tersedia dan terdokumentasi, semisal mencari arsip-arsip berita seputar ricuh PSSI dan riwayat permasalahan yang dihadapi Eriyanto) dan data primer (data yang diambil langsung dari sumber data, semisal mewawancarai pihak-pihak PSSI dan KPSI, Eriyanto, orangtua Eriyanto, Menpora, dll.) Pemilihan narasumber harus mempertimbangkan kompetensi narasumber terhadap permasalahan itu. Praktis, untuk mencari dan menggali informasi lewat wawancara itu, harus mencari tahu kontak narasumber. Kontak personal bisa didapat dari sesama teman jurnalis, sosial media, institusi PSSI dan KPSI, bahkan Kemenpora. Selanjutnya, reporter membuat wish list atas data primer dan sekunder yang ia peroleh. Wishlist adalah daftar daftar sejumlah hal yang diharapkan dapat diperoleh tim liputan saat berada di lapangan. Salah satu unsur dalam wish list adalah urutan visual/shot list. Visual/shot list adalah urutan gambar yang diinginkan produser sehingga bisa dikatakan bahwa wishlist merupakan bentuk sederhana dari storyboard. Wish list juga seringkali disamakan dengan TOR atau Terms Of Reference. Dengan berpegang pada wish list, reporter bisa merencanakan liputan secara detail termasuk di dalamnya kemungkinan shot-shot apa saja yang harus diambil, merumuskan masalah secara tercatat dan tersistematis termasuk di dalamnya daftar pertanyaan, mencari solusi, dan bekerja secara efektif karena di dalamnya juga memperhitungkan lama waktu liputan sekaligus deadline. Berikut ini contoh wish list.
WISH LIST Reporter/Cameraman: ... / ... Lokasi liputan: Durasi liputan: ... menit Deadline: ... WIB
22
Program berita: Produser: Permasalahan: (uraikan permasalahan, pertanyaan-pertanyaan berdasarkan permasalahan, dan kemungkinan tawaran solusi yang akan diverifikasi kepada narasumber) ............................................................... Narasumber: .... (sebutkan siapa saja nama narasumber yang akan diwawancarai) Soundbyte target: (kemungkinan-kemungkinan pernyataan narasumber yang harus bisa terekam) ............................................................... Target data: (data-data sementara yang berhasil dihimpun sebagai pegangan dalam merumuskan masalah serta argumen ketika data-data itu ditanyakan oleh narasumber. Selain data-data yang sudah dikumpulkan, uraikan juga data-data yang mutlak diperoleh selama proses liputan) Visual/shot list: (berisi rencana pengambilan gambar apa saja yang akan direkam) Vox populi: (wawancara beberapa orang awam sebagai representasi suara masyarakat)
A. Elemen-elemen yang mempengaruhi bobot berita Mencari berita yang layak tonton dan sesuai dengan segmen penonton tidaklah mudah. Terlebih lagi reporter diberikan target untuk mendapatkan berita sebanyak mungkin dan harus bersaing dengan banyak stasiun TV yang berlomba-lomba mencari berita terbaik. Berita memiliki bobot (kualitas) apabila mengandung dua unsur pokok yaitu aktual dan faktual. Aktual adalah berita terkini (baru saja terjadi atau sedang berlangsung); faktual adalah sesuai dengan kenyataan atau memiliki fakta (bukti/bukan rekaan). Berdasarkan dua unsur pokok berita itulah, reporter bisa menyusun skala prioritas dalam pencarian berita demi mendapatkan berita terhangat. Berikut ini panduan bagi reporter dalam penyusunan skala prioritas saat mencari berita:
1. Sesuatu yang baru atau new: misalnya Rhoma Irama dijagokan menjadi calon presiden; 2. Human interest: cerita mengenai manusia dan kehidupannya yang menyentuh emosi, semisal: perjuangan hidup Ferrasta Soebardi ―Pepenk‖ dalam menjaga semangatnya di tengah deraan penyakit langka, multiple sclerosis. Ketagaran istrinya dalam menemani sang suami. 3. Tren: kecenderungan perilaku, gaya hidup, dan perikehidupan manusia lainnya, semisal: Ariel memiliki hobi melukis. Ia menghasilkan karya lukis yang banyak selama dalam penjara. 23
4. Notoriété (orang terkenal): informasi memiliki nilai berita jika menyangkut orang penting atau organisasi penting. ―Man makes news.‖ Semakin terkenal atau semakin penting orang itu semakin tinggi nilai beritanya. Contoh: berita duka kematian Mbah Surip yang mendadak. 5. Konflik: perselisihan atau perbedaan pendapat dua orang atau kelompok. Contoh: konflik antara Arumi Bachsin dan orangtuanya hingga menyebabkan Arumi kabur dari rumah. 6. Kontroversi: kasus-kasus perselisihan yang banyak mengundang perdebatan. Contoh: kasus pencabulan di bawah umur, Andika, eks vokalis Kangen band; 7. Proximité (kedekatan): informasi yang dekat dengan keseharian penonton berdasarkan lokasi, relevansi isu, dan tokoh. Contoh: berita tentang artis yang lebih memilih Jokowi ketimbang Foke jauh lebih menjadi daya magnet daripada berita terpilihnya kembali Presiden Barrack Obama; 8. Drama dan tragedi: peristiwa atau kejadian yang membangkitkan emosi. Contoh: anakanak Bambang Trihatmodjo melabrak rumah Mayangsari. 9. Si le sang coule, le sujet sera porteur (peristiwa berdarah jadi berita utama): berita pembunuhan. Contoh: Lidya Pratiwi divonis bersalah terkait kasus pembunuhan Naek Gonggom; 10. Seks: persoalan skandal seksual selalu menduduki rating tinggi. 11. Impact (dampak): peristiwa yang memberikan dampak besar pada penonton lebih tinggi nilai beritanya. 12. Rapidité (waktu): informasi yang baru bernilai berita tinggi. ―Baru‖ sangat tergantung dari sifat medianya. Kejadian seminggu yang lalu adalah ―baru‖ bagi terbitan mingguan. Tetapi bagi media online, harian, dan televisi, kejadian beberapa menit yang lalu dan 24 jam sebelum terbit atau tayang adalah baru; 13. Aneh dan unik; 14. Developpement (pembangunan): permasalahan ―dunia ketiga‖ yaitu kemiskinan pasti memiliki nilai berita.
B. Mempersiapkan dan melakukan wawancara Setelah menentukan narasumber, reporter terlebih dahulu mengontaknya. Atur jadwal dengan narasumber kapan bisa diwawancarai. Perlu diingat, jangan pernah memaksa narasumber agar bersedia dikorek keterangannya karena di dalam kode etik jurnalistik, reporter atau jurnalis harus menghormati hak privat seseorang. Jikalau terjadi pemaksaan, jelas memunculkan intimidasi psikis yang ujung-ujungnya mencederai hak asasi manusia. Nah, membuat janji untuk wawancara, barangkali sulit untuk direncanakan sebelumnya apabila reporter 24
mendapati isu atau news peg yang tak terduga. Semisal, mendadak ada musibah yang menimpa seseorang dan peristiwa itu mutlak menjadi headline bahkan breaking news (berita terkini saat peristiwa berlangsung). Praktis reporter harus segera mencari informasi secepat mungkin terhadap tokoh atau peristiwa yang terjadi. Contoh, tragedi kecelakaan komedian Taufik Savalas. Kecelakaan naas itu terjadi menjelang tengah malam. Kabar kecelakaan itu didapat dari kepolisian setempat kemudian menyebar di kalangan jurnalis. Menyikapi informasi yang sangat mendadak itu, reporter harus menggali fakta-fakta,terlebih dahulu menghubungi kepolisian untuk menanyakan kronologi, bekerja sama dengan kepolisan mencari tahu siapa saja saksi mata yang ada di tempat kejadian peristiwa (TKP), menghubungi keluarga Taufik Savalas (alamat dan nomor kontak keluarga Taufik Savalas bisa diperoleh dari pihak kepolisian, rumah sakit, teman-teman sesama wartawan, bisa juga dari call center Telkom [apabila kita sudah menggenggam identitas dan alamat jelas Taufik Savalas]). Tak lupa, reporter mutlak mempelajari riwayat Taufik Savalas supaya memilki referensi cukup dan bisa memainkan news angle saat mewawancarai keluarga, kerabat, dan sahabat Taufik Savalas sehingga reporter bisa memunculkan banyak pertanyaan kepada mereka. Patut digarisbawahi, sebagai reporter televisi harus memiliki kesadaran penuh untuk merekam dan mendokumentaasikan penelusuran fakta itu, karena televisi adalah media audiovisual. Jadi seluruh fakta harus bisa ditonton dan didengar oleh penonton. Bertanya, terus mencari fakta, dan menginformasikan fakta itu ke publik, itulah tugas pokok seorang reporter. Prinsip dasar pertanyaan menganut prinsip 5W + 1H (who, what, where, when why, how). Jadi kelima unsur pertanyaan itu minimal harus terakomodasi dalam whist list, wawancara, dan hasil reportase. Berikut ini tahap dasar menembus narasumber dengan wawancara: 1.
Persiapkan perlengkapan. (bolpoin, buku saku, kamera, tripot atau monopot, microphone, dll.);
2.
Siapkan draf pertanyaan sesuai dengan tipe narasumber 5 W 1 H;
3.
Membuat list narasumber yang akan dikunjungi;
4.
Mengetahui sedikit tentang riwayat dan kepribadian dari narasumber;
5.
Lebih banyak mendengar daripada menerangkan;
6.
Menjaga sikap di depan narasumber dan dapat membawa kenyamanan ketika melakukan wawancara.
Media-media pencarian data: 1.
Internet;
2.
Perpustakaan;
3.
Surat kabar, artikel, kesaksian, dan riset.
25
PERTEMUAN III
I.
La Prise de Vue Pengambilan gambar (la prise de vue) khususnya gambar-gambar jurnalistik itu befungsi untuk memvisualkan informasi kepada publik. Gambar-gambar yang mengandung elemen audio-visual itu harus memiliki nilai berita (menyuratkan rekaman fakta dan aktualitas), nilai etis-estetika (nilai-nilai keindahan, kelayakan, dan menjaga kode etik jurnalistik), dan dramatisasi (mampu membangkitkan daya magnet dan emosi bagi penonton). Kameramen mengambil peranan penting dalam merekam fakta sedangkan reporter memegang peranan membongkar fakta. Keduanya bersinergi atau bekerja sama untuk menyebarluaskan fakta. Dalam hal ini, kameramen harus memahami prinsip-prinsip dasar pengambilan gambar:
A.
Berdasarkan luas bidang pandangan
Le plan general=extreme long shot: montre une grande partie de l'espace soit pour situer le film ou situer le sujet par rapport à l'espace dans lequel il se trouve. Les personnages sont difficiles à identifier. C'est un plan essentiellement descriptif.
Extreme long shot berfungsi untuk mendeskripsikan suasana dan kesan secara keseluruhan
26
Le plan d'ensemble=long shot: révèle un large espace qui permet de situer le film dans son environnement géographique ou son milieu social. Les personnages sont identifiables.
Long shot bertujuan untuk menekankan atmosfir lingkungan terhadap subjek. Le plan demi ensemble=medium long shot: le decor est reduit par rapport au plan d’ensemble; souvent les personnages sont groupes; ils sont plus importants que le decor. Ce plan situe ainsi les personnage dans leur decor.
Medium long shot memperlihatkan peran dan keberadaan subjek di dalam ruang
27
Le plan moyen=medium shot: permet de montrer des groupes, en coupant le decor autour d’eux, on montre leurs eccupations. Ce plan cadre un ou des personnages en entier, des pieds a la tete. A partir de ce cadrage, l’action a predominance sur le decor.
Medium shot: menekankan aksi subjek dan dilatarbelakangi oleh setting tempat
Le plan americain=medium close shot: coupe les personnages plus bas que la ceinture. Ce plan tirerait son appellation des western: on cadre souvent les cowboys de la tete aux revolvers colts. Ce type de cadrage est usite lors de scenes de discussion entre deux personnages; ce procede prend ainsi une valeur dramatique. des sujets coupés à mi-corps, d'habitude des genoux en haut.
Medium close shot: mengangkat nilai-nilai dramatis
28
Le plan rapproche = close shot: permet l’approche d’un groupe, montre un acteur en buste; on s’interesesse a son jeu, ses mimiques,ses reactions. On fixe alors l’attention sur un personnage; l’action est moins importante que la psychologie du personnage.
Close shot: cenderung untuk memperlihatkan kondisi psikologis subjek daripada aksi
Le gros plan = close up: peut montrer en detail un visage, detailler un objet. Il a une grande capacite de renseignement, un pouvoir suggestif. Il a evidemment une valeur dramatique et essentiellement psychologie.
Close up: cenderng untuk mengangkat nilai dramatis dari subjek
29
Le tres gros plan ou plan serre = extreme close up: peut focaliser sur les levres, les yeux d’un perssonnage ou sur un bouton de commande, un objet. Il peut donner une acuite monstreuese, creer une tension. Il isole souvent un detail du corps ou du visage qui prend une importance dramatique.
Extreme close up: cenderung mengangkat nilai-nilai dramatis L’insert = cut in: est tourne separement pour etre intercale, insere ensuite lors du montage. Il montre en gros plan un objet ou un detail.
Cut in: cenderung mengangkat salah satu detail dari suatu kronologi aksi
30
Gros plan moyen: medium close-up: de la poitrine au visage.
Medium close up: cenderung mengangkat bahasa tubuh, profil, dan emosi
b. Angle camera (sudut pengambilan gambar) Sejumlah teknik dalam mengambil sudut pengambilan gambar antara lain: 1. Bird Eye View: sudut pengambilan gambar yang dilakukan di atas, seolah menjadi mata burung yang terbang dan mampu melihat suasana dan aktivitas di bawahnya.
seperti burung terbang yang melihat ke bawah. Sudut
pengambilan gambar dilakukan di atas gedung ataupun dengan helikopter. 2. High Angle (plongée): sudut pengambilan gambar yang tepat di atas objek. 3. Low Angle (contre-plongée): sudut pengambilan gambar yang diambil dari bawah objek atau subjek. Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. 4. Eye Level: sudut pengambilan gambar dengan sudut sejajar dengan mata subjek atau objek.
c.
Pergerakan kamera 1. Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Panning right: gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan. Panning left: gerak kamera mendatar dari kanan ke kiri. 2. Tilting adalah gerakan kamera secara vertikal (posisi kamera tetap di tempat) dari atas ke bawah atau sebaliknya. Tilt up: gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas.
31
Tilt down: gerak kamera secara vertikal dari atas ke bawah. 3. Tracking adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi subjek atau objek. Track in: gerak kamera mendekati subjek atau objek. Track out: gerak kamera menjauhi subjek atau objek. 4. Follow adalah gerakan kamera mengikuti kemana pun subjek atau objek bergerak. 5. Zoom in dan zoom out adalah gerakan kamera menggunakan fitur kamera untuk memperbesar dan memperkecil subjek atau objek. Di sini kameramen tanpa harus melakukan perpindahan, cukup memanfaatkan fitur kamera.
32
PERTEMUAN IV Menjadi Jurnalis yang Peka dan Berwawasan Jurnalisme tidak hanya sekadar mengumpulkan informasi, jurnalisme juga menyangkut penulisan naskah dan editing. Oleh sebab itu definisi sederhana dari jurnalisme adalah ―melaporkan, menulis dan mengedit berita untuk diterbitkan atau disiarkan‖. Namun demikian seorang jurnalis yang hebat tidak hanya sekedar mengumpulkan fakta-fakta dan menyiarkannya. Seorang jurnalis harus meletakkan konteks, perspektif dan latar belakang dalam menyampaikan laporan, serta menulis naskah dan melakukan editing.
Mengembangkan Diri Sebagai Jurnalis Seorang jurnalis butuh pengembangan diri. Untuk itu dibutuhkan pengembangan karakter sebagai berikut:
1. News junkie (suka kepada berita) Pertama-tama seorang reporter yang andal haruslah seseorang yang menyukai berita. Mereka merasa lapar dan bersemangat untuk mengikuti berita. Berita adalah aliran darahnya. Newsroom yang terbaik adalah dipenuhi dengan news junkie ini. Ketika terjadi breaking news mereka ingin menjadi yang pertama memberitakannya. Mereka juga mengamati stasiun televisi lain cara memberitakan breaking news. Mereka ingin tahu gambar yang terbagus dan informasi yang paling akurat. Mereka merupakan orang-orang yang berdaya saing tinggi.
2. General knowledge (pengetahuan umum) Sikap lainnya yang dimiliki jurnalis adalah mereka memiliki pengetahuan umum dan informasi tentang dunia serta bagaimana bergerak. Bagaimana kita tahu sesuatu informasi ini penting? Di mana akan ditempatkan dalam rundown? Apakah kita memiliki latar belakangnya untuk disampaikan kepada pemirsa? Inilah alasan mengapa kita harus memiliki pengetahuan sebanyak mungkin.
3. Knowledge challenge Jika reporter tidak memiliki pengetahuan dasar, reporter akan menghadapi kesalakan yang serius dalam menentukan berita mana yang penting. Keputusan memilih berita yang buruk dan kelalaian akan menyebabkan lunturnya kepercayaan pemirsa. Lebih buruk lagi jika kita membiarkan berita yang salah mengudara maka kredibilitas stasiun televisi menjadi taruhannya. Jika pemirsa tidak
33
percaya lagi kepada berita yang kita siarkan maka mereka tidak akan menoleh lagi kepada stasiun kita.
4. Jeopardy (berpengetahuan luas dan serba tahu) Jeopardy merupakan game televisi yang populer di Amerika Serikat soal kuis berbagai topik seperti sejarah, seni budaya, sains, olahraga dan geografi. Bayangkan Anda menjadi salah satu kontestannya yang akan menghadapi pertanyaan dengan berbagai topik. Reporter bukanlah ahli namun reporter harus tahu banyak. Untuk itu reporter biasa disebut tahu ―satu mil lebar dan satu inci dalamnya‖ mengenai sesuatu informasi.
Lalu bagaimana memperoleh pengetahuan yang luas ini. Resepnya: membaca, membaca, dan membaca. Bacalah semua jenis majalah, buku, surat kabar dan situs internet. Membaca setiap hari akan membuat reporter berwawasan mengenai isu-isu dalam berita hangat masa kini.
34
PERTEMUAN V
I.
Menulis Berita Dalam menulis berita di televisi, kita harus memilih kata-kata yang mudah dicerna dan bisa ditangkap secara jelas oleh telinga. Untuk itu, kita harus belajar dan mempraktikkan lima unsur
dalam
menulis
berita:
Conversational/Courant,
Clear/Clair,
Concise/Concis,
Compelling/Convaincant, dan Cliché.
1. Conversational/Courant Saat kita menulis berita untuk disiarkan, maka kita menulis untuk didengarkan oleh telinga pemirsa. Pemirsa mendengar dan melihat berita dalam televisi maka televisi merupakan perangkat paling baik dalam menyampaikan informasi kepada publik. Namun kelemahannya pemirsa hanya memiliki satu kali kesempatan untuk menyimak berita. Ini berarti kita harus menggunakan bahasa percakapan karena dengan cara itu mereka tak perlu berpikir panjang dalam mengetahui informasi. Cara ini membantu mereka memahami berita dengan cepat.
Tulislah berita seperti cara orang berbicara. Kita memberitahukan berita apa yang yang paling penting dan menarik. Oleh karena itu dalam urutan segmentasi berita, berilah pemirsa berita paling penting dulu dan menjadi isu santer. Dalam percakapan
kita
juga jarang menggunakan kalimat yang kompleks dengan anak kalimat. Janganlah hal ini dilakukan dalam siaran berita.
2. Clear/Clair Batasi satu kalimat dengan satu kalimat utuh tanpa banyak anak kalimat. Cara ini mempermudah pemirsa untuk memagami sebuah gagasan. Saat kita menggunakan sambung ―dan‖ atau koma maka kalimatnya akan menjadi kompleks. Dalam pencantuman atribusi (penjelas adegan/aksi) sangatlah penting (pemahaman ganda), subjek diletakkan sebelum kata
penulisan
kata berita,
supaya tidak muncul ambiguitas
kerja. Sebuah kutipan kalimat tanpa atribusi
mengesankan pendapat dari penyiar. Contoh bermakna ganda: Jokowi mengerenyitkan dahi saat menyaksikan Pintu Air Manggarai tertutup oleh sampah. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya peranan sungai dalam kehidupan masih rendah.
35
Contoh tepat: Jokowi mengerenyitkan dahi saat menyaksikan Pintu Air Manggarai Jakarta Timur tertutup oleh sampah. Menurutnya, pengetahuan masyarakat akan pentingnya peranan sungai dalam kehidupan masih rendah.
Jangan pula menuliskan terlalu banyak angka. Angka sulit untuk diikuti. Batasi satu kalimat satu angka dan usahakan jangan meletakkan angka pada kata pertama karena akan membingungkan. Contoh bermakna ganda: Tiga belas orang tewas ketika kereta api anjlok di dekat Bekasi, namun seratus lima puluh penumpang selamat dalam kecelakaan kereta api.
Contoh tepat: Kecelakaan kereta api dekat Bekasi menewaskan tiga belas penumpang. Terhitung, seratus lima puluh penumpang selamat dari musibah kereta anjlok ini.
3. Concise/Concis Gunakan kalimat singkat. Kalimat deklaratif atau pernyataan merupakan jantung dari penulisan berita televisi. Letakkan subjek di bagian pertama, disusul dengan kata kerja
dan
objek. Tuliskan kalimat pendek karena kalimat pendek mudah dipahami dan lebih kuat.
4. Compelling/Convaincant Tuliskan kalimat aktif. Reporter atau penulis berita menggunakan kalimat aktif karena bentuk aktif lebih kuat daripada kalimat pasif. Menulis kalimat aktif sulit dilakukan dengan baik, namun ini merupakan ciri dari karakter penulisan berita TV.
Contoh buruk: Bola ditendang oleh Andik Firmansyah ke luar lapangan.
Contoh baik : Andik Firmansyah menendang bola ke luar lapangan.
5. Cliché Klise merupakan penyakit bagi berita televisi. Bahasa klise menyiratkan bahwa media tersebut belum memiliki fakta kuat. Usahakan menghindari bahasa klise dalam
penulisan
naskah.
Berikut ini kata-kata yang dianggap cliché. 36
1.
Diduga/disangka: inilah klise yang tidak berguna dalam naskah siaran. Banyak penulis naskah siaran menggunakan kata ―disangka‖ karena mereka tidak mau melaporkan seseorang itu bersalah atas sebuah kejahatan.
2.
Dilaporkan/diberitakan: ini adalah kata lain yang banyak digunakan produser dan reporter karena mereka malas mendapatkan informasi akurat dan atribusi yang jelas.
3.
Tampaknya: kata-kata ini dengan dengan dilaporkan.
4.
Belum dipastikan: jika kita tidak tahu jangan menyebutkan info yang belum pasti.
5.
Tersangka: kata ini sering disalahgunakan. Yang berarti polisi memiliki nama seseorang yang melakukan kejahatan. Kecuali kalau identitas jelas dan orang itu diketahui jangan gunakan kata ―tersangka‖.
6.
―Pejabat mengatakan ....‖: kita akan mengetahui siapa yang mengatakan atau tidak sama sekali. Jangan menggunakan sumber yang mengambang.
7.
Laporan baru-baru ini: terkadang produser dan reporter menggunakan kalimat ini karena beritanya tidak baru dan mereka berusaha menyembunyikan fakta.
II.
Hard News/Straight News dan Feature/Soft News Dalam menyajikan berita aktual dan faktual, reporter sudah harus mempersiapkan peruntukan liputannya. Artinya dalam rapat redaksi sudah diplot, apakah liputan tersebut digunakan untuk hard news (berita terkini yang ditayangkan segera mungkin karena jika tidak segera ditayangkan, berita itu akan ―basi‖ atau tidak lagi memiliki unsur aktualitas) atau soft news (berita yang disajikan dengan cara bertutur, lebih mendalam dan tidak harus segera ditayangkan). Oleh karena itu, dengan memperhatikan kriteria berita itu, reporter wajib memperhatikan 4 pendekatan dalam melakukan peliputan. –
Pendekatan waktu: dalam hal ini, informasi berupa fakta atau peristiwa harus mengutamakan kekinian dan harus kronologis (runtut).
–
Pendekatan geografis: isu-isu yang diangkat harus berhubungan dengan kejadian atau peristiwa lokal.
–
Pendekatan sosial: dalam hal ini, reporter harus memperhatikan isu atau masalah dengan latar belakang segmen pemirsa.
–
Pendekatan psikologis: reporter harus mencari permasalahan-permasalahan yang berdampak pada kehidupan publik (pemirsa).
37
–
Menyampaikan informasi yang mengandung unsur 5 W+1 H. Dalam penulisannya, ekspresi jurnalistik mutlak memenuhi pertanyaan-pertanyaan 5 W+1 H dan jangan lupa, untuk berita televisi, fakta berupa audio visual menjadi panglima dalam penulisan berita. Dalam menulis hasil reportase, perhatikan hierarki penulisan berita yaitu menganut
metode piramida terbalik. Artinya, metode tersebut memaparkan hal terpenting di awal tulisan, kemudian diikuti referensi-referensi yang mendukung hal tersebut. Penulisan berita disajikan dengan kalimat pendek sehingga mudah dipahami pemirsa. Jangan membuat kalimat yang memiliki anak-anak kalimat.
Feature/Soft News Soft news atau feature mengangkat kisah-kisah yang mengangkat fakta mendalam, bisa juga mengangkat berita yang menghibur, bisa juga mengangkat tema ―human interest‖ dan tidak terikat waktu. Hasil reportase ditulis dan ditayangkan dengan gaya bertutur. Tujuan dibuat feature untuk memberikan berita yang mendalam dan menghibur pada penonton. Nilai sebuah feature adalah kebaruan dan kejelian sudut pandang reporter dalam mengangkat permasalahan yang belum diangkat oleh media lain. Feature tak hanya memberikan informasi, tapi juga harus memperhatikan elemen ―how‖ dan ―why‖ yang jauh lebih mendalam daripada hardnews. Jadi feature harus lebih detil, harus bisa menjelaskan peristiwa secara jelas. Pendeknya, feature ibarat menyajikan berita dalam bentuk cerita pendek. Lain halnya dengan hardnews yang benar-benar memadatkan durasi dengan informasi terkini dan ditulis dengan kalimat-kalimat pendek. Genre feature meliputi: explanation feature dan argumentative feature. –
Explanation feature: penuturan bersifat penjelasan atau pemaparan. Contohnya: news feature (sisi-sisi unik dalam sebuah berita [hard news]), memoir tokoh, sejarah, wisata, human interest, ritual atau perayaan.
–
Argumentative feature: penuturan bersifat pembongkaran fakta dan investigatif. Contoh: In-depth news (tayangan investigasi), tayangan ilmiah tapi disajikan secara populer (tentang sains dan dunia binatang), dan analisis berita (editorial).
38
PERTEMUAN VI I.
Struktur Berita Televisi Judul atau lead in sebaiknya mencuri perhatian pemirsa ―eye catching/ tape à l’oeil‖, memakai kalimat yang singkat/pendek, langsung ke inti persoalan. Lead in/teras berita merupakan bagian terpenting
dalam berita TV karena mengantarkan berita, mampu
mendiskripsikan isi berita, setidaknya unsur-unsur 5W+1H ada di dalamnya. Setelah lead in dibuat, reporter membuat isi berita dengan menggunakan kalimat yang mudah dicerna, hindari kalimat bersayap
(kalimat
yang
memiliki
banyak
anak
kalimat), dan memakai kaidah ekonomi kata. Jenis-jenis lead: –
Hard lead: langsung ke inti persoalan, biasanya digunakan untuk berita hard news. •
Contoh penulisan berita: DEMONSTRASI MAHASISWA SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA BERAKHIR TANPA ADA TITIK TERANG// SENIN KEMARIN/ AKSI RIBUAN MAHASISWA YANG MENGEPUNG GEDUNG PUSAT UGM DI JALAN KALIURANG KILOMETER LIMA/ DITERIMA PIHAK REKTORAT// REKTOR UGM/ SUJARWADI/
BERJANJI/
DALAM
WAKTU
SATU
BULAN/
MENGELUARKAN KEBIJAKAN YANG AKAN MENGAKOMODASI ASPIRASI MAHASISWA SEKOLAH VOKASI// Keterangan: dalam naskah berita televisi. Tulisan memakai huruf kapital semua agar news anchor mudah membacanya di teleprompter (piranti untuk menampilkan tulisan yang dibaca di studio). Tanda / (pengganti tanda koma) dan tanda // (pengganti tanda titik). –
Soft lead: biasanya digunakan untuk berita ―soft news‖ atau ―feature‖, lebih memfokuskan pada sudut pandang ―human interest‖ atau pembongkaran fakta (investigatif). Penggunaan kalimat lebih luwes daripada hard lead. Contoh: BERJANJI/ YA/ UNGKAPAN ITULAH YANG DILONTARKAN/ SUJARWADI/ REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA/ SAAT MEREDAM AKSI UNJUK RASA MAHASISWA SEKOLAH VOKASI UGM// SENIN KEMARIN/ SUJARWADI MENGAKU SIAP UNTUK MEMBUAT
PROGRAM
DIPLOMA
EMPAT
SESUAI
DENGAN
TUNTUTAN MAHASISWA//
39
–
Quote lead: menggunakan pernyataan narasumber atau pihak yang diberitakan sebagai pengantar berita. Contoh:
PEGANG
KATA-KATA
SAYA/
BEGITULAH
UNGKAPAN
HARNO/
KAPOLRES SLEMAN/DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA// SENIN KEMARIN/ IA MENGAKU SIAP MENGAMANKAN AKSI TURUN KE JALAN FORUM PECINTA BINATANG YANG SANTER DIISUKAN DITUNGGANGI PIHAK ASING// –
Suspense lead: permasalahan kunci sengaja disembunyikan untuk menggugah rasa penasaran pemirsa. –
Contoh:
EKSPRESI
WAJAH
LESU
DAN
CELETUKAN
UMPATAN/
MEWARNAI AKHIR AKSI TURUN KE JALAN MAHASISWA SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA// SENIN KEMARIN/ MEREKA SUDAH
MENDENGAR JANJI DAN TAWARAN SOLUSI DARI PIHAK
REKTORAT// NAMUN MENGAPA/ PARA MAHASISWA MASIH BELUM PUAS DENGAN SOLUSI YANG DIPAPARKAN?// Bahasa jurnalistik sering disebut sebagai bahasa koran atau bahasa media massa. Penggunaan kalimat yang menganut asas ekonomi kata atau kalimat pendek memiliki ciri utamanya. Mengapa menggunakan kalimat pendek? Karena pembaca atau pemirsa secara psikologis menginginkan berita yang mudah dicerna, tidak bertele-tele, dan bernas (berisi dan ringkas). Dalam menulis berita wajib memilih bahasa yang santun, menggunakan kalimat dan alinea yang pendek, akurat, berimbang, dan tidak dibenarkan memakai kata-kata kasar untuk menyakiti perasaan orang lain. Harus jujur dalam mengutip pernyataan dari sumber berita. Etika dalam akurasi penulisan berita, semua rujukan sumber berita wajib dicantumkan secara jelas supaya terhindar dari tuntutan hukum. Contoh berita yang tidak jelas atau tidak akurat: DINI HARI TANGGAL 30 FEBRUARI 2012/ TERJADI PEMBUNUHAN DI KOMPLEKS KELAPA GADING PERMAI ATAS DIRI CAMADEHA/ SEORANG PENGUSAHA GARMEN YANG SEDANG MENANJAK// PELAKUNYA MELARIKAN DIRI KE ARAH BY PASS// SEKARANG POLISI SEDANG MENCARI PELAKU ITU// Mengingat bahasa jurnalistik adalah bahasa yang ditujukan untuk umum, maka perlu digarisbawahi lagi bahwa kalimat jurnalistik harus komunikatif, runut, akurat, tidak bertele-tele (ekonomi kata), memakai bahasa populer dan tidak membuat pemirsa bertanya-tanya. Arti alinea dalam sebuah penulisan jurnalistik berbeda dengan arti alinea dalam istilah komposisi bahasa. Dalam
40
penulisan jurnalistik, alinea adalah kelompok kalimat saja. Alinea dalam penulisan berita dibuat untuk menghentikan napas pemirsa supaya mata tidak letih dan muda menangkap pesan yang disampaikan. Ingat, pemirsa atau pembaca hanya memiliki memori yang pendek terhadap suatu tayangan peristiwa. Untuk menghindari kerancuan, sebaiknya kata atau kalimat yang berfungsi menerangkan, diletakkan sesudah bagian diterangkan. Susunan kalimat tidak harus memenuhi kaidah SPOK seperti dalam pelajaran tata bahasa. Keterangan bisa diletakkan di mana saja. Contoh: Saya makan di restoran, Senin sore kemarin. Senin sore kemarin, saya makan di restoran. Saya Senin sore kemarin makan di restoran. Contoh berita: KOMISI PEMILIHAN UMUM AKAN MEMBUKA KEMBALI PENDAFTARAN BAGI LEMBAGA PEMANTAU/ UNTUK PEMILU PRESIDEN-WAKIL PRESIDEN MULAI 30 APRIL DAN DITUTUP 15 MEI TAHUN 2013// LEMBAGA YANG
SEBELUMNYA
PEMANTAUAN
TELAH
PEMILU
PEMANTAU
MENDAPATKAN
ANGGOTA
AKREDITASI
LEGISLATIF/
JUGA
PEMILU UNTUK HARUS
MENDAFTARKAN ULANG KE KPU// Kalimat tersebut sebaiknya ditambahi supaya jelas: ... harus mendaftarkan ulang ke KPU jika ingin menjadi pemantau dalam pemilu presiden-wakil presiden.
II. Susunan Kalimat Jurnalistik Kalimat yang baik menurut Gorys Keraf, harus memperlihatkan kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok, jikalau memiliki lebih dari satu gagasan atau ide harus memakai bentuk majemuk. Mengandung pola SPOK, tapi jangan terpaku pola tersebut secara kaku. Menganut pola Diterangkan Menerangkan atau Menerangkan Diterangkan. Pola penulisan jurnalistik memakai penalaran deduktif yaitu ide atau gagasan pokok diletakkan di awal paragraf, kemudian diikuti paragraf penjelasan atas gagasan pokok, dan diakhiri kesimpulan. Contoh kalimat: DUA PULUH LIMA TAHUN/ PASTI BUKAN WAKTU YANG SINGKAT UNTUK URUSAN KARIER// HAL ITU JUGA YANG TERJADI
PADA
RANO
KARNO//
USIANYA BARU MENGINJAK 11 TAHUN SAAT PERTAMA KALI MAIN FILM BERJUDUL MALIN KUNDANG// FILM INI DIPUTAR TAHUN 1971// DALAM FILM 41
INI, RANO BERPERAN SEBAGAI SEORANG ADIK MANJA/ SEDANGKAN ROY MARTEN BERPERAN SEBAGAI KAKAKNYA//
42
PERTEMUAN VII I.
Membuat News Angle “Hook” yang Beda dari Kerumunan Untuk menarik pemirsa, sebaiknya kita membuat atau menyantumkan ―hook‖ di awal lead in berita. Seperti sudah disinggung di awal, seorang reporter dalam melakukan pekerjaan jurnalistik harus memperhatikan nilai berita. Nilai berita tersebut berkaitan dengan ―news peg‖. ―News peg‖ artinya isu atau peristiwa yang mempunyai elemen-elemen bobot berita. ―Hook‖ merupakan kaitan sebuah isu atau peristiwa yang diungkapkan secara perseptif (dibeberkan sesuai dengan persepsi reporter). Jadi ―Hook‖ inilah yang memberikan kekhasan atau warna lain dalam sebuah isu. Di saat banyak media memberitakan satu isu atau peristiwa, maka reporter harus bisa melihat isu atau peristiwa tersebut dari persepsinya supaya beda dengan pemberitaan media lain. Pertanyaan-pertanyaan untuk memunculkan ―hook‖ Apakah fakta tersebut berada di dalam ―news peg‖ ? Apakah fakta tersebut benar-benar nyata dan memiliki l’attrait emotionnel (emotional appeal)? Apakah fakta tersebut bisa mempengaruhi psikologi pemirsa? Apakah fakta atau informasi tersebut sudah pernah terjadi atau dilakukan oleh subjek, jikalau sudah, apakah ada sesuatu yang baru terhadap aksi si subjek atau fakta tersebut? Apakah informasi tersebut, bisa membuat pemirsa menghasilkan keputusan penting? Apakah informasi tersebut berkaitan dengan tren? Apakah informasi tersebut berkaitan dengan aspek kesehatan, ekonomi, dan keamanan pemirsa? Apakah informasi tersebut berpotensi menjadi water cooler story atau le cafe du commerce dalam sebuah komunitas?
43
II. Selain Membuat Lead In, Reporter Juga Menyiapkan Lead Out Jika lead in bermakna membuka berita, lead out bermakna menutup berita atau mengantarkan berita ke segmen berikutnya. Contoh lead in yang dibaca news anchor atau presenter di studio. Dalam hal ini memakai 2 sudut pengambilan kamera, karena itulah dibagi dua paragraf: AIR MATA DAN AIR MATA// ITULAH YANG MENJADI WARNA NYATA/ SAAT JENAZAH ALMARHUM TAUFIK SAVALAS TIBA DI RUMAH DUKA/ KAMIS PAGI KEMARIN// KETEGARAN YANG DIBANGUN ISTRI ALMARHUM/ RINA ROSDIANA-PUN RUNTUH// IBU DARI MUHAMMAD ABIZAR DAN ADINDA FATIMA ITU-PUN JATUH PINGSAN BEGITU TANGANNYA MENYENTUH PETI YANG BERISI JENAZAH SUAMI TERCINTA// Contoh lead out, dalam hal ini memakai 1 sudut pengambilan gambar. Oleh karena itu, hanya satu paragraf. KEPERGIAN TAUFIK SAVALAS MEMANG BEGITU MENGEJUTKAN DAN TRAGIS// MENOREHKAN DUKA YANG AMAT DALAM UNTUK KELUARGA/ SERTA PARA SAHABAT// NAMUN/ CINTA TULUS YANG SELAMA INI DIRETAS MENDIANG KOMEDIAN/ SEKALIGUS PRESENTER TERNAMA ITU/ MEMBERI KEHARUMAN TERSENDIRI// Dari contoh tersebut, bisa ditarik benang merah bahwa lead out berisi tentang pesan, tawaran solusi, atau mengkritisi suatu kasus.
44
PERTEMUAN VIII
I.
Menulis Isi Berita Televisi Setelah reporter melakukan liputan, reporter melakukan proses offline atau preview duntuk mencatat time code (kode-kode angka pada kamera terkait durasi rekaman wawancara atau peristiwa). Hukum tidak tertulis, reporter mencatat dan mencantumkan satu pernyataan atau sound byte (suara atau audio yang direkam oleh kamera) maksimal berdurasi 20 detik. Pembatasan itu terkait porsi durasi paket berita yang minim. Ada banyak teknik dalam penulisan paket isi berita televisi. Dalam hal ini, kami memakai teknik pembagian kolom video dan audio dengan format tabel. Dalam kolom audio di sini berisi narasi yang harus dibaca oleh dubber. Sedangkan kolom video berisi rekaman pernyataan (sound byte) narasumber yang sudah dipilih oleh reporter atau scriptwriter. Dalam kolom video, tertulis Kaset: RK (ini merujuk kode kaset), STAT (singkatan dari statement: pernyataan narasumber. Di sini harus ditulis nama lengkap berikut kapasitasnya), time code (semisal: dalam narasi pertama ditulis KASET: RK; STAT: AGUNG (FANS ALM. TAUFIK SAVALAS) 13.05.0613.25.19. Time code 13.05.06-13.25.19, merujuk pada durasi lama rekam kamera terhadap narasumber. Ukuran untuk ―menit‖ terlihat di digit 05-25. Jadi durasi wawancara 20 detik. Sedangkan sebagai penjelas di bawah time code cukup ditulis kalimat awal dan kalimat akhir dari ucapan narasumber sesuai dengan time code.
N O
1
AUDIO SEGMEN 1 7 HARI TAUFIK SAVALAS
VIDEO DURASI 04. 00
HINGGA HARI KE TUJUH KEMATIANNYA / MAKAM TAUFIK SAVALAS MASIH KERAP DIKUNJUNGI PEZIARAH// PASANGAN MUDA MUDI INI MISALNYA/ SELAIN MENABUR BUNGA KEDUANYA JUGA MELAFASKAN DOA DI DEPAN MAKAM TAUFIK// KEDUANYA PENGGEMAR BERAT TAUFIK SAVALAS DAN TEROBSESI UNTUK BERTEMU LANGSUNG DENGAN TAUFIK// OBSESI KEDUANYA MEMANG TERCAPAI / NAMUN YANG KINI MEREKA TEMUI HANYALAH MAKAM TAUFIK SAVALAS//
KASET: RK STAT: AGUNG (FANS ALM. TAUFIK SAVALAS) 13.05.06-13.25.19 Udah lama….infotainment
45
2
TAUFIK SAVALAS DIMAKAMKAN TAK JAUH DARI MAKAM KERAMAT SYECH TUBAGUS ACHMAD DAN SYECH TUBAGUS CHULUK// SEMASA HIDUPNYA ALMARHUM TAUFIK KERAP BERZIARAH KE DUA MAKAM KERAMAT INI// KELAMBU PUTIH YANG MENYELUBUNGI MAKAM/ NAMPAK TERJAGA KEBERSIHANNYA // MAKLUM SAJA/ ALMARHUM TAUFIK TAK PERNAH LUPA UNTUK MENCUCIKANNYA JIKA SUDAH MULAI KOTOR// SEHARI SEBELUM KEMATIANNYA/ ALMARHUM TAUFIK BARU SAJA MENCOPOT KELAMBU YANG SUDAH MULAI KOTOR DAN MENCUCIKANNYA DI LAUNDRY// KELAMBU ITU SUDAH KEMBALI DARI TEMPAT PENCUCIAN DAN MASIH DIBIARKAN TERONGGOK OLEH KUNCEN MAKAM//
KASET: RK STAT: KUNCEN MAKAM 23.08.12-23.17.19 Ini kelambu…yang taufik
3
SEMENTARA ITU DI KEDIAMAN ALMARHUM TAUFIK DI VILLA ILHAMI/ KARAWACI/ TANGERANG / SEMALAM DIGELAR TAHLILAN TUJUH HARI MENINGGALNYA TAUFIK SAVALAS// SEJAUH MATA MEMANDANG / BAIK DI DALAM RUMAH DAN HALAMAN RUMAH TAUFIK PENUH SESAK DENGAN ORANG// ISTERI TAUFIK/ RINA ROSDIANA SEMPAT TAK KUASA MENAHAN HARU MELIHAT BEGITU BANYAKNYA ORANG YANG IKUT MENDOAKAN TAUFIK// BANYAKNYA ORANG YANG HADIR DI ACARA PERINGATAN TUJUH HARI MENINGGALNYA TAUFIK /MEMBUAT KEKAGUMAN ULFA DWIYANTI KEPADA ALMARHUM SEMAKIN TEBAL//
SS: KASET: RK -27.45.16- ISTERI TAUFIK NANGIS DI TAHLILAN
4
PERINGATAN TUJUH HARI MENINGGALNYA TAUFIK HANYA BERSELANG SEHARI DENGAN ULANG TAHUN PERNIKAHAN TAUFIK DAN RINA YANG KE 9/ YANG JATUH PADA 19 JULI// TAK SEPERTI BIASANYA/ MENJELANG KEMATIANNYA TAUFIK MEMINTA KEPADA RINA SUPAYA ULANG TAHUN PERNIKAHAN MEREKA…DIRAYAKAN// ALMARHUM TAUFIK BAHKAN MINTA DIPESANKAN KUE TART KEPADA RINA//
KASET: RU STAT: RINA ROSDIANA 31.00.18-31.24.01 Selama….saya lihat baru itu
5
APA BOLEH BUAT/ ALMARHUM TAUFIK MENINGGAL SEBELUM MENCICIPI KUE TART YANG SUDAH DIPESANNYA SEJAK JAUH-JAUH HARI// RENCANANYA HARI INI RINA AKAN MEMPERINGATI ULANG TAHUN PERNIKAHANNYA DENGAN ALMARHUM TAUFIK /DENGAN BERZIARAH KE MAKAM SUAMINYA/ SEKALIGUS MENGOBATI RASA KANGENNYA KEPADA ALMARHUM//
KASET: RU STAT: RINA ROSDIANA 28.45.14-29.14.17 NGOROKNYA….YA ALLAH
KASET: RU STAT: ULFA DWIYANTI 18.59.19-19.31.14 Saya baru melihat….orang banyak
46
II.
Format Penyajian Berita
A. Reader Reader adalah format berita TV yang paling sederhana. Reporter cukup menuliskan lead in/teras berita saja untuk dibacakan oleh presenter atau penyiar berita. Berita ini sama sekali tidak memiliki gambar. Berita ini dibuat karena diperoleh menjelang deadline atau ketika program berita tengah mengudara. Berita ini dapat ditulis dengan ketentuan: 1. Memiliki nilai berita penting 2. Sudah dicek kebenarannya 3. Gambar belum tersedia 4. Peristiwa terjadi menjelang atau saat program berita tengah mengudara 5. Beritanya dapat berhubungan dan tidak berhubungan dengan berita yang tengah ditayangkan. 6. Durasi maksimal 30 detik. B. Voice Over Voice over adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan penyiar seluruhnya. Sementara penyiar tengah membacakan isi tubuh berita, gambar pun menyertainya sesuai konteks naskah. Atmosphere sound yang terekam dalam gambar dapat dihilangkah atau dimunculkan bila memang dapat membangun suasana peristiwa. Sebelum menulis berita ini, Anda harus terlebih dahulu melihat gambar yang tersedia dan mencatat gambar-gambar yang diperlukan. Sebab gambar yang diambil seorang juru kamera biasanya panjang, sementara Anda hanya memerlukan gambar beberapa detik saja. Ukurlah waktu gambar yang dapat Anda gunakan dan baru tulis berita sesuai gambar yang tersedia, sehingga berita yang Anda sajikan selaras dengan gambarnya. Berita ini dapat disajikan dengan ketentuan: 1. Memiliki nilai berita 2. Data yang tersedia terbatas 3. Gambar yang tersedia datar dan kurang dramatis 4. Durasi 20-30 detik
C. VO-Grafik VO-Grafik adalah format berita televisi yang lead in dan isi beritanya seluruhnya dibacakan penyiarnya. Ketika penyiar membacakan tubuh berita, gambar pendukungnya hanya berupa grafik dan tulisan. Tidak ada sama sekali gambar peristiwa, karena saat berita ini dibuat peristiwanya tengah berlangsung dan redaksi belum meneria kiriman gambarnya. Format Berita ini disusun dengan ketentuan: 1. Memiliki nilai berita besar 2. Gambar belum tersedia 3. Memiliki data yang cukup 4. Durasi maksimal 20 detik. D. Sound On Tape (SOT) Sound on Tape (SOT) adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan statement (pernyataan) narasumber. Penyiar hanya membacakan lead in berita, kemudian diikuti
47
pernyataan narasumber. Pernyataan yang dikemukakan narasumber tidak boleh mengulang isi lead in. SOT harus merupakan kelanjutan kalimat dari lead in. Berita ini dapat disajikan dengan ketentuan: 1. Memiliki nilai berita 2. Pernyataan yang dikemukakan narasumber lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam bentuk narasi 3. Kalau dibuat dalam format lain, pernyataan narasumber menjadi tidak utuh dan tidak menarik 4. Narasumber yang mengemukakan pernyataan bisa lebih dari satu orang, baik saling mendukung maupun bertentangan 5. Format ini bisa dibuat sebagai pelengkap berita diatasnya dan bisa juga berdiri sendiri 6. Durasi maksimal satu menit. Namun, jika pernyataan itu luar biasa pentingnya maka boleh lebih dari satu menit dan sesuaikan dengan kebutuhan. E. Voice Over –Sound on Tape (Vo – SOT) VO-SOT adalah format berita TV yang memadukan antara voice over dengan sound on tape. Lead dan isi tubuh berita dibacakan penyiar. Pada akhir berita dimunculkan SOT narasumber sebagai pelengkap berita yang telah dibacakan. Jadi, ekor sebuah berita diakhiri dengan SOT atau sync dan tidak ada lagi naskah yang dibacakan penyiar. VO-SOT dapat disusun dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Memiliki nilai berita 2. Gambar yang tersedia kurang menarik dan dramatis 3. Ada bagian pernyataan narasumber (SOT) yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi pada akhir berita 4. Durasi maksimal 60 menit, yang terdiri atas 40 detik VO dan 20 detik SOT. Namun jika memungkinkan, sebaiknya durasi keseluruhan dibawah 60 menit supaya berita tidak bertele-tele. F. Package (PKG) Package adalah format berita yang lead in-nya dibacakan penyiar, tetapi isi berita dibacakan (dubbing) oleh reporter bersangkutan atau narator lainnya. Pada bagian tubuh berita disisipkan SOT narasumber dan berita ditutup dengan narasi yang dibacakan reporter atau narator lainnya. Berita package dapat disajikan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Memiliki nilai berita 2. Data yang diperoleh lengkap 3. Gambar menarik dan dramatis 4. Jika gambar memiliki atmosphere sound/natural sound yang menarik dan dramatis dari peristiwa harus dimunculkan supaya memikat penonton 5. Kalau dirasakan penting, reporter dapat muncul (stand up) pada awal maupun akhir berita 6. Durasi maksimal 2 menit 30 detik. G. Live on Tape (LOT) Live on tape atau LOT sesungguhnya merupakan berita dengan format paket atau package (PKG). Namun, dalam berita berformat LOT, reporter muncul dalam paket berita, untuk membuktikan bahwa sang reporter berada ditempat kejadian. Kemunculan reporter bisa di awal, tengah, atau akhir paket berita. Reporter muncul di awal ketika membuka paket berita. Jika di tengah, reporter menjembatani informasi awal dan 48
informasi akhir paket berita. Sewaktu muncul di akhir, reporter merangkum paket berita atau menyampaikan informasi tambahan. Berita LOT sering disebut dangan half live report. H. Live on Cam Merupakan liputan langsung di lapangan. Biasanya terjadi interaksi dan antara news anchor yang berada di studio dan reporter yang berada di lapangan. Reportase itu disiarkan secara langsung dan real time.
49
PERTEMUAN IX Breaking News Mendapatkan berita besar merupakan impian setiap reporter. Berita besar seperti kecelakaan pesawat, bencana alam, pemboman, skandal tokoh terkenal, vonis hukum tokoh ternama, pernikahan akbar seorang tokoh, dan musibah yang menimpa tokoh yang dikenal oleh banyak orang, menjadi materi berita yang sangat bernilai jikalau disiarkan secara langsung di tempat kejadian. Berikut ini tahapantahapan yang dilakukan apabila teknik breaking news diwujudkan:
Roll everything (Putar semuanya) Ketika breaking news terjadi penonton akan mulai mencari liputan terbaik dan informasi terbaru. Oleh sebab itu penting stasiun televisi menayangkan liputannya secara cepat. Ketika beritanya penting untuk pemirsa hentikan program rutin. Jangan terhambat oleh keterbatasan.
Team Coverage (Liputan tim) Salah satu cara untuk meliput berita besar adalah melalui liputan tim. Ini berarti caranya dengan menugaskan reporter untuk meliput setiap aspek dari berita besar. Dengan mengerahkan satu tim ini menunjukkan komitmen untuk menggarap berita yang menjadi perhatian. Tim yang baik ini merupakan bagian dari alat promosi namun juga kerja jurnalisme yang baik.
Stay with the story Berita besar akan menyita energi redaksi. Ketika setiap orang di redaksi lelah menggarap berita besar, maka penonton malah sering ingin lebih banyak lagi liputan yang ditayangkan. Untuk itu, temukan news angle baru dan berbeda.
Covering disaster Setiap redaksi perlu memiliki rancangan untuk menghadapi liputan bencana. Rencana liputan bencana harus berisi mengenai daftar penugasan. Misalnya produser yang menangani buletin, staf yang mengendalikan control room terus menerus, staf yang bertindak antara desk, tape editing dan show producer serta menangani permintaan dari stasiun tv lain dan jaringan tv lain.
50
PERTEMUAN X I.
Mengembangkan Lead untuk Naskah Presenter Banyak sekali cara maupun perdebatan perihal bagaimana membuat konsep yang bagus untuk berita utama. Namun setiap orang setuju bahwa berita yang kuat menyebabkan banyak orang tersentuh secara emosional dan intelektual. Biasanya jikalau berita tersebut berhasil mencuri perhatian pemirsa, akan menjadi water-cooler talk, berita yang dibicarakan di tempat bekerja mereka. Untuk membuat naskah news anchor atau presenter, terlebih dulu menentukan segmentasi dan rundown berita, karena presenter atau news anchor dalam membaca naskah sudah harus urut sesuai dengan susunan berita (segmentasi dan rundown berita).
II.
Menentukan Rundown dan Menyusun Segementasi Berita Rundwon merupakan daftar berita yang diatur dengan segmentasi berita yang logis. Segmentasi artinya komposisi antara hardnews dan softnews. Hardnews wajib diletakkan di awal segmen karena memiliki nilai berita tinggi, mengingat psikologi pemirsa yang ingin mendapatkan informasi paling gress. Rundown ini ibarat peta jalan dari berita dan produksi. Menjelang siaran, tim produser membagi tugas seperti penulisan naskah, mengatur prioritas editing dan grafik, serta menentukan durasi setiap berita. Setiap rundown memerlukan berita utama yang memberikan awal yang kuat dan menarik pada pemirsa. Tanpa berita utama yang kuat kita seperti memberitahukan pemirsa tidak ada sesuatu yang penting terjadi hari ini dan tidak ada alasan bagi pemirsa untuk tetap duduk menonton.Dalam pengembangan rundown, memilih berita utama merupakan keputusan yang paling penting. Keputusan tersebut menjadi otoritas produser, namun seringkali keputusan tersebut bukanlah suatu kemutlakan karena pemimpin redaksi memiliki otoritas paling menentukan dalam memutuskan mana yang menjadi berita utama. Supaya rundown terbangun dengan baik, rencanakan berita utama seawal mungkin. Bekerja lebih awal akan membuat para reporter memiliki peluang mengembangkan persepsi yang berbeda dan memproduksi berita yang membuat liputannya beda dari persepsi media lain.
51
III.
Packaging The Lead/L’Emballage du Lead Terdapat beberapa cara untuk membuat paket berita utama terlihat penting. Cara yang populer adalah liputan besar dan tim yang besar. Untuk membuat berita utama, paket durasinya harus panjang. Buatlah berita utama lebih dari satu berita jikalau satu berita itu benar-benar mendalam, banyak fakta yang dikeluarka. Kembangkan berita tersebut dalam konteks human interest/la dimension humaine sehingga emosi penonton terbangun. Biasanya cara yang biasa dilakukan untuk menjual berita utama adalah dengan laporan live report dari lokasi peristiwa; membuat teaser (cuplikan berita penting yang sudah diedit) untuk menjangkau penonton sebanyak mungkin yang seringkali ditayangkan sebelum program tayangan disiarkan; mempersingkat opening dan membuat highlights (kilasan intisari berita yang diletakkan di awal program berita). Pembukaan biasanya dengan menyebutkan nama presenter dan tagline (kata-kata yang menjunjung ―jiwa‖ atau merek program berita itu. Semisal untuk tayangan infotainment go spot memiliki tagline ―Anda Tak Perlu Was-Was Ketinggalan Berita‖). Buat naskah presenter seringkas mungkin karena dengan mempresentasikan berita secepat mungkin akan memberi kesempatan untuk merangkul pemirsa lebih cepat. Nah, lead in dan lead out yang dibuat scriptwriter atau reporter berdasarkan segmentasi, akan dibaca oleh presenter atau news anchor. Berikut ini contoh naskah presenter program infotainment Go Spot yang terbagi menjadi empat segmen. Segmen pertama mengangkat kedekatan hubungan antara Gleen Alinsky dan Chelsea Olivia. Isu itu menjadi segmen 1 karena pasangan artis itu ketika itu sedang digandrungi banyak ibu dan remaja. Popularitas mereka menanjak setelah membintangi sebuah sinetron. Sinetron tersebut menduduki rating tinggi karena banyak penonton yang suka dengan kemunculan wajah-wajah baru pesinetron muda.
SCRIPT GO SPOT – EPISODE 794 ON AIR SCHEDULE:10 JULI 2007 HOST: NELLA ANNE SEGMEN 1 1. OBB 2. HIGHLIGHT LIPUTAN – KOMBINASI ALL LIPUTAN (30”) 3. TAG HOST (20”) 52
HOST: PERUBAHAN : SELAMAT PAGI PEMIRSA/ SELAMAT BERGABUNG KEMBALI DENGAN.... GO SPOT BERSAMA SAYA NELLA ANNE// PEMIRSA...SETELAH BERPACARAN KURANG LEBIH HAMPIR SETAHUN/ AKHIRNYA CHELSEA OLIVIA DAN RICKY HARUN PUTUS CINTA// GOSIPNYA NIH/ GLENN ALIENSKI DISEBUT-SEBUT SEBAGAI PENYEBAB BUBARNYA HUBUNGAN CHELSEA DENGAN RICKY//
SEJAUH YANG KITA TAHU/ CHELSEA BERTEMAN DEKAT DENGAN GLENN//...MENGAPA TIBA-TIBA SAJA KEDUANYA DITERPA KABAR TAK SEDAP?// LANGSUNG SAJA KITA SAKSIKAN JAWABAN DARI CHELSEA DAN GLENN//
4. LIPUTAN 1 (04.00) – CHELSEA&GLENN 5. VT CUPLIKAN NEXT SEGMEN (15”) 6. BUMPER COMMERCIAL BREAK SEGMEN 2 7. BUMPER 8. TAG HOST (20’’) HOST: PEMIRSA… SIKAP TEGAS KRISTINA MENGGUGAT AL AMIN NASUTION/ MENOREHKAN KEPRIHATINAN TERSENDIRI BUAT EMILIA CONTESSA// MAKLUM/ AKTRIS SENIOR ITU-LAH YANG DULU BERPERAN BANYAK MENYATUKAN KRISTINA DENGAN AMIN// APALAGI/ DALAM PERKEMBANGANNYA/ PELANTUN HITS JATUH BANGUN ITU JUGA TERKESAN MENYALAHKAN IBUNDA DENADA ITU///
KABAR BURAM KRISTINA DAN EMILIA CONTESSA/ AKAN DIRANGKAI DENGAN REALITA YANG SANGAT KONTRAS// YAKNI/ CERITA BAHAGIA PASANGAN ADJIE PANGESTU DAN NADIA AL KHOLIFI/ YANG TENGAH MENIKMATI MUSIM BULAN MADUNYA///
9. LIPUTAN (04.00) – KRISTINA&ADJIE PANGESTU&NADIA 10. VT CUPLIKAN NEXT SEGMEN (10”) 11. BUMPER
53
COMMERCIAL BREAK SEGMEN 3 12. BUMPER 13. TAG HOST (20’’) HOST: PEMIRSA...MAUDY KOESNADI DAN ERIK MEIJER SEJAK DINI MEMPERKENALKAN KEBUDAYAAN BELANDA PADA BUAH HATI MEREKA// LAIN CERITA DENGAN/ PASANGAN PENGANTIN BARU IRFAN HAKIM DAN DELLA SABRINA INDAH PUTRI// KEDUANYA KINI TENGAH BERBULAN MADU SEKALIGUS UMROH DI TANAH SUCI DENGAN HARAPAN PUNYA ANAK KEMBAR//
BICARA SOAL BULAN MADU/ SAHRUL GUNAWAN JUSTRU MEMILIH BERBULAN MADU SETELAH INDRI/ ISTRINYA MENGANDUNG 6 BULAN// MENGAPA ALUL MEMILIH BERBULAN MADU SETELAH ISTRINYA HAMIL DULUAN YA?//..SEBELUM MENDENGARKAN CERITA DARI ALUL/ KITA SIMAK DULU PENGALAMAN SPIRITUAL TOMMY KURNIAWAN BERTEMU DENGAN ALMARHUM ADI FIRANSYAH SEWAKTU DI TANAH SUCI BERIKUT INI//
14. LIPUTAN 3 (04.00.) - TOMMY GUNAWAN&MAUDY KOESNADI 15. VT CUPLIKAN NEXT SEGMEN (15”) 16. BUMPER
KURNIAWAN&IRFAN
HAKIM&SAHRUL
COMMERCIAL BREAK SEGMEN 4 17. BUMPER 18. TAG HOST (20”) HOST: PEMIRSA... KAMI SELALU MENYAJIKAN BERITA TERHANGAT DAN PALING AKTUAL DARI PARA SELEBRITI KITA// DAN 3 BERITA SINGKAT BERIKUT INI/ KHUSUS DISAJIKAN TIM REDAKSI GO SPOT UNTUK MENJADI SAJIAN PENUTUP KITA PAGI INI// MASING-MASING DARI FIVE-V RAHMAWATI/ RUDI SUJARWO DAN NENG SORAYA SERTA ADITYA HERPAVI RAHMAN// ADA KABAR APA DARI MEREKA?// INI DIA HASIL LIPUTANNYA!//
19. LIPUTAN 4 (03.00)-FIVE V&RUDI SUDJARWO&ADITYA RAHMAN 54
20. CLOSING BY HOST (20”) HOST: NAH PEMIRSA...TERUS SAKSIKAN GO SPOT/ GOSIP TERDEPAN SEPUTAR ORANG TERNAMA/ SENIN SAMPAI SABTU PUKUL TUJUH PAGI/ DAN HARI MINGGU PUKUL SETENGAH TUJUH PAGI/ BERSAMA SAYA NELLA ANNE DAN REKAN SAYA CAHAYA HANYA DI RCTI YANG SEMAKIN O-K//SAMPAI JUMPA// 21. CREDIT TITLE
55
PERTEMUAN XI
I.
Taktis Mengatur Segmentasi dalam Rundown Berita Segmentasi merupakan urutan penyajian program berita. Urutan tersebut dibuat semenarik mungkin untuk merangkul penonton. Penempatan materi berita harus memperhatikan aktualitas. Jadi berita yang paling aktual/hardnews ditempatkan di awal segmen, sedangkan berita softnews ditempatkan setelah segmen hardnews. Untuk dicamkan, reporter harus memberikan berita yang bermanfaat. Kriteria berita bermanfaat memiliki standar-standar: etika, objektif, akurat, faktual, komunikatif, edukatif, dan mempunyai nilai untuk kepentingan banyak orang. Pada segmen terakhir, dapat juga kita tayangkan berita terbaru atau breaking news (berita tercepat dan terbaru atas suatu kejadian).
II.
Cara Mendapatkan Berita Bisa melihat hal menarik dan relevan di sekeliling kita seperti: 1. Kita melihat sesuatu ketika berangkat ke tempat kerja atau kuliah; 2. Tetangga kita bercerita tentang sebuah skandal; 3. Selebaran dari sebuah organisasi; 4. Anggota keluarga yang bekerja di pemerintahan bercerita mengenai isu internal di tingkat birokrasi; 5. Keluhan melalui telepon atau surat ke redaksi yang mendorong untuk diliput karena menyangkut topik sensiti; 6. Seorang teman terkena penyakit atau kasus yang belum pernah kita dengar. Produser memiliki peranan besar dalam menentukan susunan segmentasi berita. Faktor besar yang menentukan berita apa yang akan muncul di stasiun televisi tergantung pada pasar dan penonton. Karena setiap pasar dan komunitasnya berbeda maka pilihan terhadap berita oleh seorang produser akan berbeda. Karena berbeda itulah, maka produser yang andal akan selalu belajar mengenai pasar dan komunitasnya.
56
PERTEMUAN XII
Reportase Investigasi Il est considéré comme la matière la plus noble du journalisme, avant de démontrer que le journalisme d’investigation ne fonctionne pas de manière intrinsèque mais est dépendant d’autres univers sociaux et des sources. Reportase investigasi merupakan derajat tertinggi dalam tatataran jurnalisme. Hal itu dilakukan apabila kaidah-kaidah jurnalisme sudah dilampaui dan tidak berfungsi dalam menembus narasumber serta membongkar fakta.
Prinsip investigasi narasumber Kode Etika jurnalistik; UU Pers; Menguasai psikologi; Menciptakan hubungan antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Faktor pendukung investigasi narasumber Anggaran; Peralatan dan perlengkapan; Faktor dukungan emosional.
Tipe narasumber Narasumber pelaku ( pihak yang terkait kasus tertentu); Narasumber berkonflik (pihak yang terlibat kasus dengan pelaku); Narasumber netral (pihak yang tidak memihak antara satu narasumber dan narasumber lain).
Unsur-unsur yang sering dialami pelaku narasumber Unsur melawan hukum/melanggar hukum; Unsur menyalahgunakan kewenangan/ kesempatan/ sarana yang ada padanya karena jabatan/ kedudukannya (abuse of power); Unsur kerugian keuangan/ kekayaan/ perekonomian negara; Unsur memperkaya diri sendiri.
57
Tahapan penting investigasi narasumber Mencari referensi kasus serupa atau menjelaskan kasus yang terjadi dengan metode 5W 1 H; Skema kasus/le schéma d’operation: mencakup pihak-pihak yang diduga terlibat untuk mempermudah pemahaman; Kesaksian (sulit, biasanya wawancara anonim); Mendapatkan dokumen/surat; Keterangan tersangka (sangat sulit); Barang bukti mutlak didokumentasikan; Keterangan ahli.
Tradisi kelupaan dalam investigasi narasumber Salah target wawancara narasumber; Tidak lengkap peralatan wawancara; Salah bertanya, karena tidak mengetahui situasi keadaan (informasi).
Kendala reporter ketika melakukan investigasi di lapangan Narasumber tidak ingin bicara dengan alasan yang bermacam-macam; Narasumber tidak ada di tempat; Masyarakat apatis atau menebar cerita bohong/mengada-ada; Pihak berwajib yang berpura-pura tidak tahu.
Terpaksa “mencuri” ―Penyamaran‖ atau kenekatan dalam mengambil gambar yang jelas-jelas sudah dilarang apakah termasuk dalam kategori ―mencuri‖? Padahal reporter tidak boleh mencuri, baik itu mencuri gambar, pembicaraan, dokumen, dan lain-lain. Ada beberapa motivasi ―mencuri‖ yang masih merujuk pada kode etik jurnalistik. Pertama, motivasi melakukan pencurian atau penyamaran tujuannya murni untuk kepentingan publik. Reporter tdk mencari sensasi. Reporter juga tdk mengejar hadiah di bidang jurnalisme. Artinya, ada sebuah isu yang harus diungkap ke publik. Secara masuk akal, reporter memperhitungkan isu tersebut supaya publik tahu. Masalah selingkuh manakala kedua belah pihak saling suka, tentu saja, akan diperdebatkan bila masuk ranah publik. Atau malingmaling kecil. Namun kejahatan kerah putih, pelanggaran hak asasi manusia, dan kebohongan publik tentu lebih mudah diterima orang bila dimasukkan dalam ranah publik.
58
Kedua, reporter sudah melakukan prosedur yang biasa untuk mendapatkan data, informasi, dokumen gambar atau suara, dengan sekuat tenaga, namun belum berhasil mendapatkan apa yang dicarinya. Artinya, ada dugaan si sumber memang hendak menyembunyikan informasi. Bill Kovach menekankan pentingnya prosedur normal ini ditempuh. Reporter tidak boleh langsung saja menyamar. Harus mencoba prosedur biasa dulu. Kovach juga orang yang tidak terburu-buru memberi label ―investigasi.‖
Ketiga, pekerjaan mencuri harus dilakukan atas izin atasan reporter. Artinya, ini pekerjaan di luar standar normal. Maka dari itu pemimpin redaksi harus tahu dan memberikan izin. Siapa tahu kelak ada gugatan hukum. Lebih baik wartawan bekerja dengan sepengetahuan atasan. Sebagai wartawan/jurnalis, tidak kebal hukum. Jadi jangan sampai ada anggapan, seorang wartawan dengan ID-nya akan dapat lolos dari cegatan polisi yang memeriksa kelengkapan kendaraan.
Keempat, ketika hasil kebohongan publk ini disajikan ke publik lewat televisi, reporter juga harus transparan menjelaskan bahwa ia mendapatkannya dengan cara mencuri, namun prosedur itu terpaksa ditempuh karena prosedur normal tidak berhasil. Reporter harus memberikan kesempatan kepada audiens/penonton untuk menilai sendiri. Reporter tentu juga harus minta tanggapan dari pihak yang ia ―curi‖ untuk dimuat tanggapannya bersama dengan presentasi hasil penyamaran. Tanggapan ini sepantasnya tidak dimuat saat penyamaran. Tanggapan tersebut tayang setelah tayangan investigasi itu mengudara.
59
PERTEMUAN XIII
Keluar Dari Kerumunan/En Dehors De La Foule Mencari, menyusun, dan menayangkan berita di luar kerumunan. Artinya, menggali news peg yang tidak dilirik oleh media lain. Strategi tersebut memiliki peranan yang besar saat tidak ada berita menarik dan tak ada berita eksklusif. Strategi untuk menghadapi keadaan yang minim berita dinamakan strategi entrepris reporting. Strategi Enterprise Reporting 1. Tentukan target berita, sedikitnya dua berita orisinal; 2. Bekerja lebih awal, artinya proyeksi dan siapkan news peg untuk hari berikutnya; 3. Reporter berdiskusi dengan produser mengenai berita yang dikembangkan termasuk soal kemungkinan wawancara. 4. Doronglah agar setiap orang di newsroom/redaksi mengajukan usulan tidak hanya reporter dan produser. 5. Mengkaji rencana liputan.
Elemen Kunci Enterprise Reporting yaitu: Observasi: metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung. Investigasi: aktivitas penelitian, penyelidikan, pengusutan, pemeriksaan, dan pengumpulan semua info untuk membuktikan suatu masalah.
Program berita berdasarkan waktu penyajian: Breaking news:berita terkini saat peristiwa penting masih berangsung. Rolling dengan menggunakan teknik live on cam. Gunakan team coverage (liputan tim). Ketika breaking news di pelbagai stasiun TV muncul, penonton akan mulai mencari liputan terbaik dan informasi terbaru. Oleh sebab itu penting stasiun televisi menayangkan cepat liputannya. News bulletin adalah program berita yang berisi ragam berita dari yang paling aktual hingga yang paling ringan. Biasanya terdiri dari hard news dan soft news bahkan juga bisa disisipi breaking news. News magazine adalah program berita yang ditayangkan seminggu sekali, kebanyakan berisi tentang isu faktual. Titik berat program ini adalah penggalian fakta (indepth)dan membidik sudut pandang human interest.
60
PERTEMUAN XIV
Memahami Pasar Dalam televisi berita, kita dipaksa untuk berhadapan dengan istilah pasar dan komunitas. Stasiun televisi kita memasang iklan berdasarkan sebuah pasar sehinga kesuksesan program tayangan didasarkan pada kemampuan untuk meraup rating pasar. Untuk membuat keputusan pemilihan berita dan bobot berita maka mengetahui komunitas (kelompok masyarakat) merupakan sesuatu yang penting. Sebaiknya kita bertanya kepada diri sendiri sebagai tolok ukur penyeleksian berita yang sesuai dengan komunitas dan pasar. Pertanyaan itu seperti: Apakah seseorang di luar kita peduli akan berita ini? atau Apakah berita ini begitu kuat sehinga setiap orang di pasar kita akan tertarik? Lalu apa yang bisa membuat berita itu menjadi berita yang penting dan mendapat perhatian penonton? Itu yang menjadi permasalahan klasik. Di pasar mana pun, memproduksi sebuah berita hampir tidak mungkin untuk memuaskan semua orang. Karakter dari pasar televsi kita akan membentuk setiap program berita apakah pasar menyukai berita kriminal, sport, politik, ekonomi atau lingkungan. Kita harus bisa menentukan apa yang diliput, bagaimana meliputnya, dan bagaimana menayangkannya sehingga bisa dinikmati oleh penonton. Penonton menjadi faktor penentu. Mengetahui audiens kita merupakan tantangan yang sulit. Kita berbeda dengan penonton kita. Pengalaman hidup kita, minat dan kepedulian berbeda dengan audiens kita. Untuk mempelajari pasar, kita bisa membaca surat kabar, membeli buku best seller sesuai dengan tempat kita berada, membeli peta, menjelajah internet, menjelajah kota, menjalin kedekatan dengan pengusaha, dan terlibat dalam kegiatan sosial atau menjadi relawan. Seorang jurnalis yang andal tidak hanya sekadar mengumpulkan fakta-fakta dan menyiarkannya. Sebagai jurnalis, kita harus menceritakan kepada pemirsa televisi mengapa satu berita ini penting dan bagaimana mempengaruhi kehidupan mereka. Karena kita seorang jurnalis maka kita harus meletakkan konteks, perspektif, latar belakang dalam naskah reportase.
61