PERTEMUAN 2 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 2.1
Menjelaskan hakikat pengetahuan.
2.2. Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan. 2.3. Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan dan penelitian
B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 2.1: Menjelaskan hakikat pengetahuan
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu ingin tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Rasa keingintahuan inilah yang menjadi magnet bagi manusia untuk mendapatkan informasi penjelasan dari berbagai macam peristiwa yang terjadi di lingkungannya tersebut. Informasi penjelasan ini bisa dikatakan sebagai pengetahuan (Seniati, dkk., 2015: 1). Hal tersebut membuat manusia berada pada kondisi sebagai masyarakat informasi (information age). Pengetahuan digunakan manusia untuk tetap eksis dengan dunia ini dan manusia lainnya. Pengetahuan menyebabkan manusia bisa bertahan hidup, menemukan hal baru untuk terus berkembang, dan menyebabkan manusia bisa berada pada posisi yang lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya. Namun secara kultural, pengetahuan manusia memang ada, tetapi kebenarannya tetap berada di bawah syarat-syarat eksistensi manusia.
Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan runtut serta melalui metode ilmiah. Metode ilmiah atau metode penelitian adalah langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah. 2. Menyusun kerangka berpikir. 3. Merumuskan hipotesis. 4. Menguji hipotesis. 5. Menarik kesimpulan. Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara memperoleh dan menyusun pengetahuan. Jadi bisa diibaratkan bahwa pengetahuan adalah bahan yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Adapun menurut Helmstadter (dalam Christensen, 2001) menyatakan bahwa ada 6 cara manusia untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu: 1. Tenacity Metode ini berdasarkan pada kebiasaan atau takhayul di masyarakat yang seolah-olah seperti sebuah fakta, sehingga kita terarah untuk meyakininya secara kontinu. Pengetahuan dirasa benar karena kita terus mempercayainya. Contoh tenacity adalah sebagai berikut: Nana Supriyatna mempunyai sebuah baju “ajaib” pemberian kakaknya, yang menurutnya dapat membuatnya selalu mendapat nilai bagus dalam ujian. Hal ini terjadi karena selama ini, dirinya sering gagal ujian karena memakai baju yang berbeda. Namun, ketika mengerjakan ujian kalkulus yang dianggapnya paling sulit, dengan baju pemberian kakaknya itu, ia berhasil lulus dengan nilai yang bagus. Karena itu Nana Supriyatna menganggap bajunya itu ajaib sehingga ia senang jika ujian menggunakan baju tersebut dan ternyata selalu berhasil.
Kekukuhan pendapat (tenacity) terjadi karena Nana Supriyatna percaya bahwa baju itu selalu membuatnya berhasil ujian. Kekukuhan pendapat juga terjadi pada masyarakat atau suku tertentu. Contohnya, orang Sunda percaya bahwa jika bangun kesiangan maka tidak akan kebagian rezeki. Metode ini punya kelemahan: (1) terkadang tenacity tidak sesuai dengan kenyataan, (2) Tidak adanya mekanisme untuk mengevaluasi tenacity yang bertentangan dengan kenyataan. Namun demikian, walaupun metode ini mempunyai kelemahan, bukan berarti metode ini tidak dipakai dalam penelitian ilmiah. Tenacity terjadi bila peneliti sangat yakin bahwa pendapat atau hipotesisnya benar, meskipun banyak dikritik berbagai pihak, misalnya teori dari Freud yaitu teori Psikoanalisa. 2. Authority Metode ini berdasarkan pada pendapat yang dianggap berkuasa atau memiliki otoritas. Pengetahuan ini dipaksakan oleh para tokoh yang berkuasa karena memiliki kekuatan untuk memaksa dan memberi sanksi bagi yang menolaknya. Contoh authority adalah sebagai berikut: Sibuea adalah pemimpin jemaat pondok nabi, ia meramalkan bahwa kiamat terjadi tanggal 10 November 2003. Oleh karena itu, ia memerintahkan pengikutnya untuk menyerahkan seluruh hartanya dan berkumpul di Baleendah, Bandung. Para pengikutnya mempercayainya dan berkumpul sambil menyanyi dan menari tanggal 9 November 2003 untuk menyambut datangnya kiamat. Namun, hingga saat ini belum terjadi kiamat. Metode ini punya kelemahan, yaitu pengetahuan yang didapat dari pihak otoritas belum tentu benar atau tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya lagi, ketika seorang mahasiswa yang berkonsultasi tentang masalah penelitiannya dengan seseorang yang ahli dalam bidangnya, maka pendapat dari seorang ahli tersebut dianggap benar dan dipercayainya begitu saja.
3. Intuition Metode ini dilakukan tanpa melalui proses penalaran (reasoning) atau pengambilan kesimpulan yang benar. Metode ini sesuai akal sehat dan mementingkan penjelasan pribadi. Contoh intuition adalah sebagai berikut: Suatu hari, Abel sedang mengendarai motornya menuju sekolah melalui jalan yang biasa ia lalui. Namun, entah kenapa tiba-tiba ia berpikir bahwa jalan tersebut akan macet dan ia akan telat untuk datang ke sekolah. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk lewat jalan lain dan ternyata ia tidak telat datang ke sekolah. Metode ini punya kelemahan, yaitu (1) tidak dapat memisahkan antara pengetahuan yang akurat dengan yang tidak akurat, (2) Bersifat self evident. Penggunaan metode intuisi terjadi ketika peneliti membentuk hipotesis. 4. Rationalism Metode ini dikenal sebagai metode deduktif karena mengandalkan pemikiran rasional yang pembuktiannya akan dicari pada situasi sehari-hari. Metode ini sering diapaki oleh para filsuf. Contoh rationalism adalah sebagai berikut: Aristoteles adalah seorang filsuf terkenal, ia menyatakan bahwa secara logika, benda yang lebih berat akan jatuh lebih dahulu dari pada benda yang lebih ringan jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Secara logika, pendapat ini dapat diterima sebagian orang, bahkan sampai sekarang. Pendapat Aristoteles tersebut tampak benar, namun ketika di uji ternyata pendapat tersebut tidak benar. Walaupun demikian, metode ini adalah bagian penting dalam ilmu. Rasionalisme digunakan saat peneliti menghubungkan teori-teori untuk dijadikan hipotesis, karena jika peneliti tidak menggunakan
rasionalisme dalam merumuskan landasan teorinya maka penelitian tersebut dianggap tidak berdasar ilmiah. 5. Empiricism Metode ini mengutamakan metode rasionalisme dan intuisi. Metode ini menganggap bahwa suatu hal dianggap benar jika sesuai pengalaman atau hasil observasi. Metode ini dikenal sebagai metode induktif karena membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman. Contoh empiricism adalah sebagai berikut: John Locke membuat tiga percobaan dengan tiga buah ember: ember pertama diisi air hangat, ember kedua diisi air hangat dan dingin, dan ember ketiga diisi dengan air dingin. Seseorang diminta memasukkan tangan kanannya ke ember pertama dan tangan kirinya di ember ketiga. Pasti tangan kanannya hangat dan tangan kirinya dingin. Setelah itu, secara bersama kedua tangannya dimasukkan ke dalam ember kedua sehingga terasa tangan kananya terasa sejuk dan tangan kirinya terasa hangat, padahal sama-sama ada di ember yang sama. Contoh di atas membuktikan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya dan setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda-beda sehingga empirisme tidak selalu sesuai dengan kenyataan. 6. Science Metode ini adalah metode yang terbaik untuk mendapat pengetahuan, karena berusaha sedekat mungkin memperoleh informasi dengan kenyataan. Metode ini disebut juga sebagai a method or logic of inquiry. Metode ini adalah metode yang menggabungkan antara metode rasionalisme dan metode empirisme. Dalam metode ini, pengetahuan diperoleh secara objektif, terkontrol, sistematis, dan bisa diuji melalui metode induktif dan metode
deduktif. Metode ilmiah juga bersifat self-correction sehingga pengetahuan yang didapatkan bisa dikembangkan dan bisa diperbaiki.
Tujuan Pembelajaran 2.2: Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan
Ilmu bukan hanya sebatas sebuah pengetahuan, melainkan mengumpulkan kumpulan pengetahuan yang dapat diuji menggunakan metode ilmiah. Manusia mendapatkan ilmu setelah mereka menelusuri lebih jauh pengetahuanpengetahuan yang sudah didapatkannya. Hal tersebut dilakukan karena ilmu pengetahuan dibutuhkan untuk meraih kemajuan dan perkembangan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan melakukan pengendalian tentang suatu hal. Jadi, ilmu pengetahuan adalah sekumpulan pengetahuan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis menggunakan metode keilmuan, sehingga dapat dipelajari dan diajarkan serta bernilai guna. Menurut Conant (Seniati, dkk., 2005: 15) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan skema konseptual yang saling berkaitan, yang kemudian dikembangkan sebagai bagian output dari eksperimen dan observasi. Lebih lanjut, J. B. Connant, Kerlinger, dan Lee (2000) serta Guigan (1990) menyimpulkan ada 2 pandangan tentang ilmu, yaitu pandangan statis dan pandangan dinamis. Pandangan statis menyatakan bahwa ilmu merupakan bagian aktivitas untuk menambah informasi yang telah ada sebelumnya secara sistematis terhadap dunia. Sedangkan pandangan dinamis, memandang ilmu sebagai keseluruhan bagian aktivitas yang dilakukan ilmuwan sehingga pengetahuan sekarang diperlukan untuk sebuah teori dan penelitian lanjutan guna “menemukan” hal baru, terutama menemukan pemecahan masalah, maka pandangan ilmu pengetahuan ini juga disebut sebagai pandangan heuristik.
Ilmu Pengetahuan
Statis
Dinamis
Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang terintegrasi.
Ilmu adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menemukan variabel-variabel yang berperan penting dalam kehidupan, mencari hubungan antara variabel-variabel tersebut dan menemukan hukum atau aturan yang bisa menjelaskan hubungan tersebut.
Ilmu berfungsi untuk menemukan fakta-fakta baru dan menambahkannya pada pengetahuan sebelumnya dalam rangka mengembangkan pengetahuan tersebut.
Ilmu berfungsi untuk membangun hukum-hukum umum mengenai tingkah laku dari kejadian empiris, sehingga memungkinkan ilmuwan untuk menghubungkan pengetahuan mengenai kejadiankejadian yang telah diketahui dan membuat prediksi yang reliabel mengenai kejadian yang belum diketahui. Gambar dua pandangan ilmu pengetahuan (Seniati, dkk., 2005: 15) Syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki objek dan metode ilmiah, atau memiliki aspek-aspek sebagai berikut: 1. Aspek ontologis, yaitu aspek yang berkaitan dengan apa yang dipelajari objek studi. Aspek ini berkenaan dengan apa yang ingin diketahui, apa yang dipikirkan atau apa yang menjadi sebuah masalah. Contoh aspek ontologis dalam ilmu ekonomi adalah perilaku manusia yang dihadapkan pada
persoalan sumber daya manusia yang terbatas dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas. 2. Aspek epistimologis, yaitu aspek yang berkaitan dengan bagaimana ilmu mempelajari objek studinya dengan menggunakan metode keilmuan tertentu yang ditunjang oleh sarana pemikiran ilmiah. 3. Aspek aksiologis, yaitu aspek yang berkaitan dengan kegunaan ilmu. Nilai guna ini bisa dilihat secara positif dan normatif. Secara positif, ilmu berguna untuk menjelaskan, mendeskripsikan, dan memprediksi berbagai fenomena yang sesuai dengan objek studi yang dipelajari. Secara normatif, ilmu berguna untuk mengendalikan berbagai fenomena ke arah yang dikehendaki. Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengembangkan prinsip-prinsip yang akan digunakan manusia untuk memecahkan masalah hidupnya dan untuk memahami dunia dimana manusia tinggal. Tujuan ini berlaku untuk masyarakat umum dan masyarakat awam. Ilmu pengetahuan tidak mengamati gejala secara superficial, melainkan menuntut adanya pengujian, pembentukan gambaran jelas tentang gejala tersebut, sehingga diharapkan bisa memprediksi gejala yang terjadi di masa depan serta bisa mengontrol gejala tersebut. Cristensen (Seniati, dkk., 2005: 16) menyebutkan ada empat tujuan ilmu pengetahuan, yaitu: 1. Description, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai suatu gejala secara tepat. 2. Explanation, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk memecahkan masalah manusia. 3. Prediction, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk memprediksi atau meramalkan gejala yang pernah terjadi dengan munculnya gejala yang sama di masa depan dengan melihat variabel-variabel penyebabnya.
4. Control, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengendalikan munculnya gejala atau tingkah laku tertentu guna menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif dari gejala tersebut. Sesuai dengan karakteristik ilmu yang rasional, logis, objektif, dan terbuka, maka seorang ilmuwan haruslah memiliki sikap-sikap ilmiah sebagai berikut: 1. Sikap ingin tahu, artinya bahwa ilmuwan selalu ingin bertanya atau sangat penasaran terhadap suatu hal yang masih bersifat gelap, tidak wajar, atau halhal kesenjangan. 2. Skeptik, artinya bahwa bersifat ragu terhadap temuan-temuan yang dasar pembuktiannya masih belum kuat. 3. Kritis, artinya cakap dalam menentukan divergensi dan konvergensi tentang suatu hal dan cakap dalam menunjukkan batas-batas persoalan. 4. Objektif, artinya bersifat objektivitas (tidak memihak siapapun). 5. Fre from etique, artinya ilmu itu untuk menilai mana yang baik dan mana yang benar. Ilmu pengetahuan pada hakikatnya memiliki berbagai komponen, sebagai berikut: 1. Teori, artinya generalisasi dari kebenaran yang telah di uji secara ilmiah. 2. Fakta, artinya sesuai dengan keadaan sesungguhnya dan tidak dibuat-buat. 3. Fenomena, artinya gejala alam yang ditangkap oleh panca indera yang kemudian dijadikan konsep singkat dari fenomena tersebut. 4. Konsep, artinya istilah yang mengandung pengertian singkat dari fenomena.
Gambar Jalinan Antara Komponen-komponen Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan berkembang melalui scientific research, diawali melalui observasi, identifikasi masalah, kerangka berpikir, pengumpulan data, hipotesis, uji hipotesis, analisis dan interpretasi data, sampai penarikan kesimpulan. Perhatikanlah proses pengembangan ilmu di bawah ini:
Gambar Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Tujuan Pembelajaran 2.3: Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan dan penelitian
Orang berilmu pengetahuan sering dipanggil sebagai orang pintar. Orang pintar tidak selamanya sama dengan orang yang merasa pintar. Ada sebuah premis yang mengatakan bahwa: “merasa diri pintar adalah suatu kebodohan, sebaliknya merasa diri bodoh adalah suatu kebodohan”. Premis ini tentunya tidak bermaksud untuk mendorong orang menyembunyikan kepintaran atau ilmu yang dimilikinya, tetapi semata-mata dimaksudkan untuk mengajak orang agar tidak
merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya. Seseorang yang merasa pintar dan sudah merasa puas dengan kepintarannya cenderung tidak akan mengembangkan kepintarannya lagi. Namun sebaliknya, seseorang yang selalu merasa bodoh atau masih banyak yang kurang dari ilmu pengetahuan yang telah dimiliknya, akan selalu berusaha mendekati kesempurnaan ilmu pengetahuan yang dimikinya. Dalam rangka mendekati kesempurnaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya maka ia akan melakukan usaha yang terencana dan sistematis yaitu melalui penelitian. Berdasarkan pengetahuan tentang apa yang diketahuinya, manusia dikelompokkan atas: 1. Manusia yang mengetahui apa yang diketahuinya. 2. Manusia yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya. 3. Manusia yang tidak mengetahui apa yang diketahuinya. 4. Manusia yang tidak mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Pengetahuan seseorang tentang masih banyaknya hal yang belum diketahuinya akan mendorong orang tersebut untuk mencari tahu. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seseorang dalam memahami dunia sekitarnya. Proses mencari tahu ini, pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidupnya. Persoalan pengetahuan dapat dijelaskan melalui jawaban terhadap tiga pertanyaan pokok, yaitu: (1) Pengetahuan apa yang ingin diketahui ? (2) Bagaimana untuk bisa mengetahuinya ? (3) Untuk apa mengetahuinya ?. Persoalan yang terkait dengan pertanyaan pertama adalah ontologis, persoalan yang terkait dengan pertanyaan kedua adalah epistemologis, dan persoalan yang terkait dengan pertanyaan ketiga adalah aksiologis. Pengetahuan pada hakikatnya meliputi apa yang diketahui tentang suatu objek tertentu. Misalnya semua orang tahu bahwa matahari terbit dari timur pada pagi hari dan terbenam di barat pada petang hari, pengetahuan ini disebut sebagai pengetahuan pengalaman. Namun, tidak semua orang tahu bagaimana menjelaskan hal tersebut bisa terjadi secara benar. Orang-orang yang termasuk
dalam kelompok yang termaksud ini digolongkan dalam orang yang tidak berpengetahuan tentang ilmu pengetahuan. Pengetahuan meliputi knowledge dan science, serta seni dan teknologi. Pengetahuan bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi mengetahui yang benar. Ada beberapa penjelasan yang diberikan orang terhadap terbitnya matahari pada pagi hari dari timur dan terbenam pada petang hari di barat, tetapi tidak semua penjelasan itu benar. Demikian juga jika kita menanyakan sesuatu pada orang lain, mungkin jawaban yang kita terima bisa benar atau salah. Kita dapat tanpa keraguan menerima jawaban tersebut sebagai sesuatu yang benar, tetapi mungkin kita juga menyangsikan kebenaran dari jawaban yang termaksud. Terkait dengan cara mendapatkan sesuatu pengetahuan yang benar, manusia dapat digolongkan dalam kaum rasionalis dan kaum empiris. Kaum rasionalis adalah kaum yang mengembangkan paham rasionalisme dan mendasarkan keputusannya dalam menilai kebenaran yang diterimanya pada rasio. Kaum empiris adalah kaum yang mengembangkan paham empirisme dan mendasarkan keputusannya dalam menilai kebenaran pengetahuan yang diterimanya pada pengalaman. Kaum empiris dalam memahami pengetahuan yang diterimanya sebagai sesuatu yang benar, tidak menggunakan penalaran rasional yang abstrak, melainkan melalui pengalaman yang konkrit. Pengetahuan tentang kondisi alam semesta atau kondisi sosial dikembangkan melalui pengamatan terhadap gejalagejala yang terjadi, dan selanjutnya menyusun pengetahuan yang benar secara teratur. Selain melalui ratio dan pengalaman, pengetahuan juga diperoleh dari intuisi dan wahyu. Kebenaran suatu pengetahuan tidaklah bersifat mutlak. Kriteria dari kebenaran tersebut dapat berubah atau berbeda seiring berjalannya waktu, tempat, dan orang yang mengetahui pengetahuan tersebut. Contohnya ketika Galileo G. (abad ke-12) menyatakan bahwa bumi ini bulat dan bumi berputar mengelilingi matahari, maka para pengusaha menilainya sebagai ajaran sesat yang harus dihentikan publikasinya agar tidak menyesatkan masyarakat. Namun
setelah beberapa abad, orang yang tidak mau menerima dan meyakini penyataan tersebut pastilah dianggap sebagai orang terbodoh di dunia.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS 1.
Jelaskan dengan bahasa anda, apa yang dimaksud pengetahuan dan ilmu pengetahuan ?
2.
Jelaskan perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan ?
3.
Buatlah masing-masing 1 contoh dari tenacity, Authority, Intuition, Rationalism, dan empirism !
4.
Jelaskan maksud fungsi ilmu pengetahuan umtuk memprediksi ?
5.
Jelaskan empat kelompok manusia berdasarkan pengetahuan tentang apa yang diketahuinya ?
D. DAFTAR PUSTAKA
Https://www.google.com/Funhas.ac.id%2Ffahutan%2Findex.php%2Fid%2Fbukuajar.html Http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/19600602198601 1-SURYANA/FILE__7.pdf Seniati, Liche, Bernadette N.S., & Aries Yulianto. 2005. Psikologi Eksperimen. Jakarta: P. T. Indeks.